• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEPEMILIKAN KENDARAAN DAN POLA PERJALANAN DI WILAYAH JABODETABEK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEPEMILIKAN KENDARAAN DAN POLA PERJALANAN DI WILAYAH JABODETABEK"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

KEPEMILIKAN KENDARAAN DAN POLA PERJALANAN

DI WILAYAH JABODETABEK

Bambang Susantono

Sekolah Tinggi Transportasi Darat Jl. Raya Setu KM. 3,5 Cibuntu - Cibitung Bekasi

Program Pascasarjana UI Depok 16424 Telp. 0811835276 bsantono@gmail.com

Wimpy Santosa

Jurusan Teknik Sipil Universitas Katolik Parahyangan Jl. Ciumbuleuit No. 94 Bandung 40141 Tlp. 022-2033691 wimpy@home.unpar.ac.id Arif Budiyono Program Studi Pengelolaan Sumber Daya Alam

dan Lingkungan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor Jl. Raya Darmaga, Bogor 16003

Telp. (251) 622 642 Arif_by@ymail.com

Abstract

Jakarta and Jabodetabek area (Greater Jakarta) developed very rapidly in the last ten years. In addition, the development in this region led to the increased of motor vehicle ownership, particularly motorcycles. The growth in the number of vehicles that are not followed by the addition of a sufficient length of road causing traffic problems in the Jabodetabek area. Within about 10 years, travel time increased or travel speed dropped significantly in Jakarta. In addition, the implementation of several development programs, as results of the Study on Integrated Transportation Master Plan for the Jabodetabek (SITRAMP Jabodetabek) are not going according to plan, caused by weak legislation, lack of financial resources, difficulties in land acquisition, institutional constraints, and constraints in the implementation of traffic restrictions.

Keywords: motor vehicle ownership, travel time, SITRAMP Jabodetabek Abstrak

Jakarta dan Wilayah Jabodetabek mengalami perkembangan yang sangat pesat dalam sepuluh tahun terakhir. Selain itu, hasil pembangunan di wilayah ini menyebabkan terjadinya peningkatan kepemilikan kendaraan bermotor, khususnya sepeda motor. Pertumbuhan jumlah kendaran bermotor yang tidak diikuti oleh penambahan panjang jalan yang memadai menyebabkan terjadinya permasalahan lalulintas di wilayah Jabodetabek. Dalam kurun waktu sekitar 10 tahun tersebut waktu perjalanan di Jakarta meningkat atau kecepatan perjalanan turun secara signifikan. Selain itu, pelaksanaan beberapa program pengembangan hasil Study on Integrated Transportation Master Plan for the Jabodetabek (SITRAMP Jabodetabek) tidak berjalan sesuai dengan rencana, yang disebabkan oleh lemahnya peraturan perundang-undangan, terbatasnya sumber dana, sulitnya pembebasan lahan, adanya kendala institusional, dan adanya kendala dalam implementasi pembatasan lalulintas.

Kata-kata kunci: kepemilikan kendaraan bermotor, waktu perjalanan, SITRAMP Jabodetabek

PENDAHULUAN

Jakarta yang merupakan ibu kota negara dan sebagai kota metropolitan, mengalami perkembangan yang sangat pesat. Selain itu, perkembangan Jakarta ini menyebabkan terbentuknya suatu wilayah perkotaan yang saling terkait, yang melibatkan kota-kota Jakarta,

(2)

154 Jurnal Transportasi Vol. 11 No. 3 Desember 2011 : 153-162

Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi, atau yang biasa disebut sebagai Jabodetabek. Hal ini menyebabkan perencanaan transportasi Jakarta tidak dapat terlepas dari perencanaan transportasi kota-kota di sekitarnya, karena transportasi telah menjadi suatu masalah bersama dan yang harus diselesaikan secara bersama-sama oleh kota-kota yang ada di wilayah Jabodetabek ini.

Pada tahun 2000 hingga tahun 2004 BAPPENAS bekerjasama dengan Japan International Cooperation Agency (JICA) melaksanakan suatu kajian tentang Rencana Induk Transportasi Terpadu untuk wilayah Jabodetabek, yang dikenal dengan istilah Study on Integrated Transportation Master Plan for the Jabodetabek (SITRAMP for the Jabodetabek). Hasil kajian itu adalah rumusan berbagai rencana program untuk mengatasi permasalahan transportasi di wilayah Jabodetabek. Beberapa program yang diusulkan tersebut telah dilaksanakan oleh beberapa kota di Jabodetabek dan beberapa program ternyata yang belum dapat dilaksanakan karena terkendala oleh faktor teknis dan biaya.

Dalam dasawarsa terakhir telah terjadi perubahan kepemilikan kendaraan bermotor, terutama sepeda motor, yang signifikan di Jabodetabek. Perubahan jumlah kendaraan bermotor ini membawa dampak negatif terhadap perjalanan masyarakat di wilayah Jabodetabek, baik di pusat kota maupun di pinggiran kota Jakarta. Dampak negatif yang yang paling dirasakan adalah terjadinya permasalahan kemacetan lalulintas yang mengakibatkan kerugian yang sangat besar pada tingkat wilayah Jabodetabek maupun pada tingkat nasional.

Untuk menyelesaikan permasalahan transportasi di wilayah Jabodetabek diperlukan suatu pendekatan yang terpadu. Dengan alasan ini, dan juga sebagai program lanjutan SITRAMP, Pemerintah Indonesia, yang diwakili oleh Kementerian Koordinator Bidang Per-ekonomian, bersama dengan JICA melakukan suatu proyek kerjasama teknis yang bernama Jabodetabek Urban Transportation Policy Integration (JUTPI). Terdapat dua hal yang menjadi tujuan utama kerjasama teknis JUTPI ini, yaitu: (1) merevisi dan memperbaharui data SITRAMP, dan (2) melakukan kajian pembentukan Badan Otoritas Transportasi untuk wilayah Jabodetabek.

Beberapa survei transportasi untuk keperluan pembaharuan data SITRAMP dilakukan pada kegiatan JUTPI, yang terdiri atas commuter survey, person tracking survey, vehicle tracking survey, dan transportation equity survey. Data yang dihasilkan dari kegiatan survei ini diharapkan dapat digunakan untuk membuat suatu rencana induk transportasi dan perencanaan-perencanaan lain di wilayah Jabodetabek.

Studi ini membahas perubahan karakteristik kepemilikan kendaraan dan perjalanan di wilayah Jabodetabek, khususnya yang terkait dengan perjalanan di Jakarta. Untuk itu akan dibandingkan hal-hal tersebut berdasarkan data yang terdapat pada SITRAM dan data hasil survei JUTPI. Hasil studi ini diharapkan dapat digunakan untuk menyusun kebijakan dan perencanaan transportasi di wilayah Jabodetabek dan khususnya di Jakarta.

KONDISI TRANSPORTASI EKSISTING JAKARTA

Persoalan transportasi di Jakarta semakin hari menjadi semakin parah. Suatu studi yang telah dilakukan memprediksi bahwa bila tidak ada tindakan yang signifikan, Jakarta akan mengalami macet total tidak lebih dari lima tahun lagi. Asumsi yang digunakan adalah

(3)

per-tumbuhan jumlah kendaraan bermotor yang jauh lebih cepat dibandingkan pertambahan panjang jalan di Jakarta. Pertambahan mobil dan sepeda motor berturut-turut, sekitar 10 persen dan 15 persen pertahun, sedangkan pertambahan panjang jalan hanya sebesar kurang dari 1 persen pertahun.

Selain permasalahan lalulintas, Jakarta juga mengalami pertumbuhan penduduk yang pesat, yang diikuti pula oleh perkembangan kota yang kurang terkendali. Hal ini menyebabkan permasalahan transportasi menjadi semakin sulit untuk diselesaikan. Sebenarnya hal ini bukanlah yang dialami oleh Jakarta saja, tetapi juga dialami oleh kota-kota besar di negara-negara berkembang yang lain. Seperti halnya Jakarta, kota-kota tersebut juga mengalami persoalan transportasi kota yang tidak dapat diselesaikan dengan hanya menambah panjang jalan saja.

Dengan adanya perubahan-perubahan tersebut, kebijakan transportasi di Jakarta perlu ditata ulang agar Jakarta tidak menjadi suatu kota dengan kemacetan lalulintas yang luar biasa. Penataan ulang tersebut dapat dilakukan secara bersamaan melalui penataan jaringan dan integrasi trayek angkutan perkotaan, pembatasan penggunaan kendaraan pribadi, serta perumusan arah kebijakan transportasi perkotaan.

Pada umumnya permasalahan transportasi di suatu kota tidak terlepas dari permasalahan sosial politik dan budaya yang sangat kompleks dan terkait satu-sama lain. Kemacetan lalulintas di Jakarta, misalnya, tidak terlepas dari pertumbuhan jumlah kendaraan pribadi, khususnya sepeda motor. Kemacetan ini menimbulkan persoalan baru, seperti bertambahnya waktu tempuh, tingginya biaya transportasi, pemborosan bahan bakar, dan turunnya produktivitas masyarakat. Sementara itu, bertambahnya waktu tempuh juga akan meningkatkan polusi udara dan polusi suara, yang dapat meningkatkan agresivitas masyarakat, khususnya pengguna jalan, sehingga dapat menimbulkan permasalahan sosial yang lain.

Kemacetan lalulintas tidak dapat diselesaikan dengan hanya menambah panjang jalan, baik melalui pembangunan dan pelebaran jalan baru atau pembangunan jalan tol. Penambahan panjang jalan ini pada dasarnya hanya memecahkan masalah kemacetan lalulintas secara sementara atau jangka pendek. Setelah beberapa waktu, jalan baru tersebut akan diisi oleh lalulintas baru, akibat terjadinya suatu fenomena yang dikenal induced traffic demand. Karena itu diperlukan suatu penyelesaian yang komprehensif, yang meliputi penambahan prasarana dan sarana transportasi, pemberdayaan angkutan publik, serta upaya-upaya lain agar pelaku perjalanan bersedia menggunakan moda-moda transportasi yang efektif, efisien, nyaman, dan terjangkau.

Sebagai contoh, rencana pembangunan Mass Rapid Transit (MRT), walaupun tidak bisa sendirian, perlu dilaksanakan untuk mengatasi masalah kemacetan lalulintas di Jakarta. Pembangunan MRT ini harus dipadukan dengan moda transportasi publik lainnya, yang sudah tersedia saat ini, termasuk layanan busway, bis kota reguler, dan lain-lain. Selain itu perlu diupayakan agar pengguna kendaraan bermotor pribadi, baik pengguna mobil pribadi maupun pengguna sepeda motor, berpindah menjadi pengguna transportasi publik atau pengguna MRT. Tanpa adanya perpindahan pengguna kendaraan bermotor pribadi menjadi pengguna moda transportasi umum atau MRT, masalah kemacetan di Jakarta tidak akan pernah terselesaikan.

(4)

156 Jurnal Transportasi Vol. 11 No. 3 Desember 2011 : 153-162

Sumber : Kementerian Perhubungan, 2010

Tabel 1 Proyeksi Pertumbuhan Jalan dan Jumlah Kendaraan di Jakarta No. Tahun Jumlah Kendaraan

Terdaftar Jumlah Kendaraan di Jalan (asumsi 70%) Luas Kendaraan di Jalan (m2) Luas Jalan (m2) 1. 2007 5.798.002 4.048.601 27.334.680 40.077.740 2. 2008 6.325.620 4.427.934 29.822.136 40.081.748 3. 2009 6.901.252 4.830.876 32.535.951 40.085.756 4. 2010 7.529.266 5.270.486 35.496.722 40.089.765 5. 2011 8.214.429 5.750.000 38.726.924 40.093.774 6. 2012 8.961.942 6.273.359 42.251.074 40.097.783 7. 2013 9.777.478 6.844.235 46.095.922 40.101.793 8. 2014 10.667.229 7.467.060 50.290.651 40.105.803

Sumber : Institut Hijau Indonesia, dalam Kompas, September 2010 Gambar 1 Perluasan Wilayah Perkotaan Jakarta

DATA DAN ANALISIS

Data hasil survei SITRAMP dan JUTPI, seperti terlihat pada Gambar 2, menunjukkan perubahan pola kepemilikan kendaraan bermotor di wilayah Jabodetabek. Proporsi keluarga yang tidak memiliki mobil atau tidak memiliki sepeda motor berkurang yang mengakibatkan proporsi keluarga yang memiliki satu mobil atau memiliki satu sepeda motor bertambah. Perubahan yang sangat drastis terjadi pada rumah tangga yang tidak memiliki sepeda motor. Pada kurun waktu 2008-2010, proporsi rumah tangga yang tidak memiliki sepeda motor turun sekitar 40%.

(5)

Walaupun tidak diketahui dengan jelas sebaran rumah tangga yang mengalami perubahan kepemilikan kendaraan bermotor, dari pola perluasan wilayah Jakarta dapat dianggap bahwa rumah tangga yang mengalami perubahan kepemilikan kendaraan bermotor tersebut, khususnya pemilik sepeda motor, tersebar di pinggiran sekitar kota Jakarta. Hal ini didasarkan kenyataan bahwa pada umumnya rumah tangga yang mempunyai penghasilan lebih rendah tinggal di tepi kota. Gambar 3 menunjukkan untuk rumah tangga yang ber-penghasilan Rp. 7.000.000 per bulan atau kurang, proporsi rumah tangga yang mempunyai lebih dari satu sepeda motor lebih besar dibandingkan dengan proporsi rumah tangga yang mempunyai lebih dari satu mobil.

Ada banyak sebab mengapa pertumbuhan sepeda motor sangat tinggi di wilayah Jabodetabek. Satu di antaranya adalah mudahnya masyarakat dalam mendapatkan kredit pembelian sepeda motor. Di satu sisi hal ini menunjukkan hasil positif dari pembangunan yang terjadi di Jabodetabek, karena daya beli masyarakat di wilayah ini meningkat, tetapi di sisi lain menyulitkan pemerintah dalam memberdayakan angkutan publik atau angkutan massal bagi masyarakat yang tinggal di wilayah Jabodetabek ini.

Sumber : Menko Perekonomian, 2011

Gambar 2 Proporsi Rumah Tangga Berdasarkan Kepemilikan Kendaraan Bermotor

Peningkatan jumlah kendaraan bermotor tentu saja akan berpengaruh terhadap pola perjalanan di wilayah Jabodetabek. Makin banyak kendaraan pribadi, baik sepeda motor maupun mobil, jumlah perjalanan yang menggunakan angkutan publik dapat diperkirakan akan berkurang. Pada Gambar 4 ditunjukkan proporsi penggunaan moda-moda transportasi oleh pelaku perjalanan dalam melakukan perjalanan dari rumah ke tempat kerja atau sebaliknya.

(6)

158 P yang m peningk meningk untuk p propors untuk ku Gamb Gamba S pada pe pada tah P Dibandi Pada Gamb menggunaka katan. Propo kat secara proporsi perj i rumah tan urun waktu Su bar 3 Hubung Sumb ar 4 Proporsi Salah satu d enggunaan a hun 2002, p Pada Gamb ingkan jum bar 4 terlih an kendara orsi jumlah berturut-tur rjalanan yan ngga yang m u yang sama umber : Menko

gan antara Pen

ber : Menko Per

Penggunaan M dampak neg angkutan um proporsi pen bar 5 dapa mlah perjalan hat bahwa, aan bermo perjalanan rut sebesar ng menggun memiliki pal a. o Perekonomian nghasilan Kelu rekonomian, 20 Moda-Moda T gatif pertum mum, khus ngguna bus k t terlibat ju nan pada ta Jurn dalam kuru otor pribad yang meng 1,9% dan nakan seped ling sedikit n, 2011

uarga dan Kep Kendaraan 011 Transportasi u mbuhan sepe susnya bus kota pada ta umlah perja ahun 2010, al Transportasi un waktu 2 di di wila ggunakan m 27,5 %. Pe da motor in satu sepeda pemilikan Ken untuk Perjalan eda motor d kota. Diban ahun 2010 t alanan kom terjadi peni Vol. 11 No. 3 2002-2010, ayah Jabod mobil pribad eningkatan ni paralel de a motor di w ndaraan Berm nan ke Tempat di Wilayah ndingkan pe telah berkur muter di wi ingkatan ra Desember 2011 proporsi pe detabek me di atau seped yang sanga engan menin wilayah Jab motor Lebih da t Kerja di Jabo Jabodetabe enggunaan rang sekitar ilayah Jabo ata-rata sebe 1 : 153-162 erjalanan engalami da motor at drastis ngkatnya odetabek ari Satu odetabek ek adalah bus kota r 25,5%. odetabek. esar 50%

(7)

dari pada dan k hari, (tahu turun serup 49 m dari Jabod Meni diser jumla ruas-Jakar kond mem serup meni deng api d bentu infra pemb kota-kota d a perjalanan Peningka kecepatan p waktu tem un 2000) m n dari (16,1 pa juga terja menit (tahun 19,2 km/jam Penyebab detabek ada ingkatnya j rtai penurun ah panjang -ruas jalan

rta yang kap Hal lain disi transpor miliki kapasi pa terjadi pa Sebenarn ingkatkan k gan angkuta double trac ukan PT KA astruktur jal bangunan S Sumber : M di sekitar Ja menuju Jak atan jumlah perjalanan te mpuh rata-ra menjadi 95 m km/jam pa adi pada per n 2000) me m (tahun 20 b meningk alah jumlah jumlah peng nan jumlah g jalan yang di wilayah pasitasnya t yang juga b rtasi publik itas yang m ada angkuta nya SITRA kinerja tran an publik ad ck Serpong AI Commu an adalah p Sistem Infor Menko Perekono G akarta menu karta yang b h perjalanan ersebut, sep ta dari Pasa menit (tahu ada tahun 2 rjalanan yan enjadi 100 m 000) menjad katnya wakt h perjalanan gguna sepe perjalanan g sangat se h Jabodetab telah dilamp berpengaruh k di Jabode memadai un an Transjaka AMP telah m nsportasi di dalah penye g-Tanahban uter Jabodet penyelesaian rmasi Laluli omian, 2011 Gambar 5 Pola uju ke Jaka berasal dari n yang men perti yang te ar Minggu m un 2011). K 2000) menja ng berasal d menit (201 di 9,4 km/jam tu tempuh yang mema eda motor ( yang meng edikit meny bek. Hal in paui. h terhadap k etabek. Sem ntuk menam arta di bebe merekomen i Wilayah J elesaian Tra g), penyele tabek (PT K n Jakarta O intas mengg a Perjalanan K arta. Pening Kota dan K nuju ke Jaka erlihat pada menuju ke Kecepatan p adi 6,1 km/ dari Cilanda 1), atau kec m (2011). atau menu ang mening (27,5%) dan ggunakan bu yebabkan te ni diperpara kemacetan l mua kereta a mpung kebu erapa korido ndasikan be Jabodetabek ansjakarta B esaian railw KCJ). Sedan Outer Ring R gunakan CC Komuter di Ja gkatan terbe Kabupaten B arta mempe a Gambar 6. Manggarai perjalanan r /jam (pada ak ke Mona cepatan per urunnya ke gkat dalam w n pengguna us kota (25 erjadinya k ah dengan lalulintas di api di wila utuhan pada or. eberapa pro k. Beberap Busway, pe way depot ngkan proye Road (ruas-CTV. abodetabek esar, yaitu 6 Bekasi. engaruhi wa . Pada jam p berubah da rata-rata di tahun 2011 as, yang men

rjalanan rat ecepatan pe waktu sekit a mobil prib 5,5%) dan p kemacetan l ruas jalan i jalan adala ayah Jabode a jam sibuk yek transpo pa proyek y enyelesaian di Depok, ek yang ter -ruas W1, E 60%, terjad aktu tempuh puncak pag ari 36 meni koridor in ). Hal yang ningkat dar ta-rata turun erjalanan d ar 10 tahun badi (1,9%) penambahan lalulintas d dalam kota ah buruknya etabek tidak k. Hal yang ortasi untuk yang terkai jalur kereta , dan pem-rkait dengan E1, E3) dan di h i t ni g ri n di n. ) n di a a k g k t a -n n

(8)

160 S tidak b beberap undanga dan ada Selain itu, p berjalan ses pa program an, terbatas anya kendala 4853  0 2 4 6 8 Se mangg Pejompon 5837 0 2 4 6 8 Pe jompong Slipi 4319 0 2 4 6 8 Je lambar ‐ A 6184 0 2 4 6 8 Ta ng eran Jak arta Sumber Sumber : Me Gambar 6 P pelaksanaan suai dengan tersebut m nya sumber a dalam imp Gambar 7 6446 gi ‐ ngan Pejomponga n ‐ Sema ng gi 6031 g an ‐ S lipi  ‐ Pejompong an 3783 

Angk e Angke ‐Jela mba r 0 2 4 6 8 0 2 4 6 8 5274  ng ‐ a Ja karta ‐ T angera ng : Menko Perek enko Perekonom Perubahan Wa beberapa pr n rencana mengalami p r dana, sulit plementasi p 7 Kapasitas da 4863 4473 Jembatang Tig a    ‐ Ge d.  Pa nja ng Ged. Panjan Jembatan T i 8089 3327

Se rpong ‐ Jaka rta Jaka rta ‐ Se rpo

konomian,

Jurn mian, 2011

aktu dan Kece

rogram peng (Gambar 8 penundaan tnya pembe pembatasan an Arus Lalul g ‐ iga 4559 0 2 4 6 8

Bogor ‐ Jaka rta ong 3517 0 2 4 6 8 Ancol Timur   ‐ Ancol Barat [Unit al Transportasi epatan Perjalan gembangan y 8). Beberap meliputi le ebasan lahan n lalulintas ( lintas di Jalan 0 2 4 6 8 S Po 0 2 4 6 8 Ja t Ra w 0 2 4 6 8 Cawa 5282

Jak arta  ‐Bog or 3699 Ancol Barat   ‐ Ancol T imur 0 2 4 6 8 Po T im t: 1000 smp/jam/arah] Vol. 11 No. 3 nan di Jakarta yang termas pa alasan y emahnya pe n, adanya k (Traffic Res Tol Jakarta 4935  5341 Sunter ‐ odomoro Podomoro ‐ S unter 5623 5763 ti ne gara ‐ wama ng un Ra wa mangun ‐ Jatineg ara 6042 6985  a ng ‐T ebet Te be t ‐ Ca wa ng 8325  6180  Pondok G.  ur ‐ Pondok  G. Barat Pondok G.  Ba ra t  ‐Pondok  G.  T imur Desember 2011 a suk dalam SI yang meny eraturan per kendala insti straint Sche 1 : 153-162 ITRAMP yebabkan rundang-itusional, eme).

(9)

Sumber : Menko Perekonomian, 2011

Gambar 8 Progres Proyek SITRAMP

KESIMPULAN

Pada makalah ini dibahas perubahan karakteristik kepemilikan kendaraan dan pola perjalanan di wilayah Jabodetabek. Analisis dilakukan dengan membandingkan hasil studi SITRAM dengan data hasil survei JUTPI. Beberapa kesimpulan yang dapat diperoleh adalah sebagai berikut:

1. Dalam waktu sekitar 10 tahun telah terjadi peningkatan rata-rata perjalanan di wilayah Jabodetabek sebesar 50%.

2. Jumlah perjalanan yang menggunakan kendaraan bermotor pribadi, khususnya jenis sepeda motor, meningkat dengan yang sangat signifikan di wilayah Jabodetabek dan hal ini diikuti dengan proporsi pengguna angkutan publik.

3. Peningkatan jumlah perjalanan yang menggunakan kendaraan bermotor ini menyebabkan kemacetan lalulintas di ruas-ruas jalan di wilayah Jabodetabek, yang menyebabkan peningkatan waktu tempuh dan menurunnya kecepatan lalulintas di jalan.

4. Permasalahan lalulintas di Wilayah Jabodetabek juga disebabkan karena beberapa program SITRAMP tidak berjalan sesuai dengan rencana, akibat lemahnya peraturan perundang-undangan, terbatasnya sumber dana, sulitnya pembebasan lahan, adanya kendala institusional, dan adanya kendala dalam implementasi pembatasan lalulintas. DAFTAR PUSTAKA

Institut Hijau Indonesia. 2010. Perubahan Wilayah Perkotaan di Jabodetabek. (dalam Harian Kompas September 2010). Jakarta.

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. 2010. Data Transportasi Jakarta. Jakarta.

0% 20% 40% 60% 80% 100% Road Network Development Traffic Control System and TDM Bus and Intermodal Facility Railway System Safety, Security & Environment Urban Planning, Institution & Finance A: Implemented as scheduled B: Partly implemented/Implemented with some delay C: Not implemented

(10)

162 Jurnal Transportasi Vol. 11 No. 3 Desember 2011 : 153-162

The Coordinating Ministry for Economic Affairs. 2011. Revision of SITRAMP Transportation Master Plan. Version 1.2. Jakarta.

The Coordinating Ministry for Economic Affairs. 2011. Transportation in Jabodetabek. Presentation of the Technical Team on JABODETABEK Urban Transportation Policy Integration Project (JUTPI). Jakarta.

Gambar

Tabel 1 Proyeksi Pertumbuhan Jalan dan Jumlah Kendaraan di Jakarta  No. Tahun  Jumlah Kendaraan
Gambar 2 Proporsi Rumah Tangga Berdasarkan Kepemilikan Kendaraan Bermotor
Gambar 8 Progres Proyek SITRAMP

Referensi

Dokumen terkait

Kenaikan tarif sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 Peraturan daerah ini, setinggi- tingginya 50% dapat ditetapkan dalam Surat Keputusan Bupati Kepala Daerah dengan

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Widodo (2010) dengan judul: “Pengaruh Struktur Aktiva, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Pertumbuhan Penjualan, Beban Pajak

<ahan baku yang digunakan pada penge+oran , Putra Sulung Makmur terdiri dari logam aluminium dan kayu. Pola aluminium digunakan untuk men+etak benda +or dengan

Hal ini menunjukkan probiotik dalam yogurt sinbiotik mampu berkompetisi dengan bakteri patogen EPEC K1.1 yang telah menempel pada vili usus duodenum tikus percobaan.. Kerusakan

Manifestasi klinis motorik yang dijumpai pada pasien Bell’s palsy yaitu adanya kelemahan otot pada satu sisi wajah yang dapat dilihat saat pasien kesulitan melakukan

Sedangkan peserta didik yang tidak tuntas sebanyak 8 peserta didik atau (44,44%). Nilai rata-rata ulangan harian peserta didik, yaitu 61,11. Nilai ini masih di bawah KKM

dengan matriks sebagai bahan pelindung/pengikat terhadap sifat mekanis dari serat sabut kelapa dengan matriks polyester. Mencari fraksi volume atau perbandingan antara

[r]