• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN. mampu mencetak tenaga kerja yang berkualitas, terampil dan profesional.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN. mampu mencetak tenaga kerja yang berkualitas, terampil dan profesional."

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

2.1. Kajian Pustaka

Memasuki era globalisasi tenaga kerja asing bebas masuk ke Indonesia dan Bali pada khususnya. Dengan masuknya tenaga kerja asing ke Bali, ini berarti akan mempersempit kesempatan kerja tenaga kerja Bali untuk bekerja di sektor industri pariwisata. Untuk mengimbangi perkembangan tersebut maka Bali harus mampu mencetak tenaga kerja yang berkualitas, terampil dan profesional.

Kenyataan ini, membuat masyarakat Bali lebih realistis dalam menyiapkan diri dan memilih bidang pekerjaan sebab mereka memiliki banyak peluang untuk memilih pekerjaan yang sesuai dengan keinginannya. Tentunya pilihan mereka cendrung bekerja pada sektor pariwisata dibandingkan dengan sektor lainnya. Bekerja disektor pariwisata juga telah menjadi kebanggaan dan memberikan gengsi bagi masyarakat Bali (Guerrier, 1994).

Kini disadari bahwa, sumber daya manusia (SDM) Bali pada berbagai jabatan di bidang pariwisata memiliki keunggulan komparatif dibandingkan dengan kemampuan rata-rata yang diharapkan dari masing-masing jabatan yang disebabkan oleh aspek pribadi, namun kurang menonjol dibidang yang berhubungan dengan kemampuan konseptual, manajerial serta aspek bisnis lainnya, sehingga keunggulan SDM khusunya etnis Bali lebih banyak pada front liners atau tingkat pelaksana (Tim Peneliti Unud, 2001).

(2)

Motivasi atau dorongan seseorang, untuk memilih atau bekerja dalam sektor pariwisata, sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Disamping faktor ekstern seperti lingkungan kerja, pemimpin, kepemimpinan dan sebagainya, juga ditentukan oleh faktor intern yang melekat pada setiap orang seperti: pembawaan, tingkat pendidikan, pengalaman masa lampau, keinginan atau harapan masa depan (Wahyjosumidjo, 1987).

Menurut Schneider (Abdi, 2007) disebutkan motivasi tenaga kerja bekerja pada suatu industri berbeda-beda dari satu kelas ke kelas lainnya. Bagi karyawan yang berada pada kelas atas dan menengah mereka bekerja untuk (1) menghilangkan kebosanan, (2) menambah penghasilan keluarga, (3) memenuhi keinginan untuk berkreatif dan (4) meneruskan hobi. Pada karyawan tingkat rendah, umumnya mereka bekerja untuk: (1) kebiasaan bekerja sejak dulu, (2) keinginan mempertahankan standar hidup, (3) desakan ekonomi keluarga.

Penelitian yang dilakukan oleh Erawan (1984) menyebutkan bahwa pemanfaatan tenaga kerja, dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni: luas areal tanah yang dikerjakan masing-masing rumah tangga, umur pekerja tersebut, dan tingkat pendidikan yang dimiliki.

Kajian-kajian yang dilakukan oleh pakar-pakar tersebut diatas, pada garis besarnya menyajikan banyak faktor yang mendorong atau mempengaruhi tenaga kerja Bali bekerja di kapal pesiar, baik itu faktor intern maupun faktor ekstern. Selanjutnya termasuk ke dalam faktor intern seperti umur, pendidikan, pembawaan dan sebagainya. Termasuk kedalam faktor ekstern seperti lingkungan

(3)

kerja, kepemimpinan dan sebagainya. Perbedaan mendasar dari penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah terletak pada cakupan kajiannya.

Dalam pada penelitian ini, akan mendeskipsikan motivasi tenaga kerja bekerja di kapal pesiar Mediterranean Shipping Company (MSC), serta mengkaji sejauhmana pengaruh variabel umur, pendidikan, pengalaman kerja dan pendapatan keluarga terhadap motivasi kerja tenaga kerja kapal pesiar Mediterranean Shipping Company (MSC).

Dalam membahas motivasi tenaga kerja yang dipengaruhi oleh variabel diatas, dapat akan dijelaskan sebagai berikut:

a. Golongan Umur

Untuk meningkatkan produktivitas suatu industri pariwisata, peranan tenaga kerja sangat strategis. Umur tenaga kerja atau karyawan sangat besar pengaruhnya sebab umur yang semakin tua akan dapat menurunkan produktivitas kerja. Hal ini disebabkan oleh kondisi fisiknya yang semakin menurun.

b. Tingkat Pendidikan

Dengan pendidikan yang rendah, akan mempersempit kesempatan bagi tenaga kerja Bali untuk memperoleh pekerjaan pada suatu industri kapal pesiar. Pada kapal pesiar diperlukan pendidikan menengah keatas atau pendidikan khusus dibidang pariwisata khususnya kapal pesiar. Pendidikan juga dapat meningkatkan mutu tenaga kerja. Makin tinggi pendidikan yang dimiliki tenaga kerja, makin luas kemungkinan peluang untuk memperoleh pekerjaan.

(4)

c. Pengalaman Kerja

Demikian pula halnya dengan pengalaman kerja. Hal ini berpengaruh terhadap motivasi kerja tenaga kerja bekerja di kapal pesiar. Semakin lama mereka bertahan bekerja, mengindikasikan bahwa mereka bekerja di suatu hotel/kapal pesiar karena tuntutan keluarga untuk menambah pendapatan atau desakan ekonomi keluarga.

d. Pendapatan Keluarga

Pendapatan keluarga adalah keseluruhan hasil yang didapat oleh anggota keluarga untuk memenuhi kebutuhannya, yang dihitung dalam satuan rupiah. Makin rendah pendapatan keluarga, makin besar motivasi tenaga kerja bekerja di kapal pesiar.

2.2 Konsep

Dalam membahas penelitian dengan judul “Motivasi Tenaga Kerja Bekerja di Kapal Pesiar Mediterranean Shipping Company (MSC)”, dideskripsikan beberapa konsep yang terkait dengan judul diatas, seperti: motivasi tenaga kerja dan hotel (floating hotel).

2.2.1 Motivasi Tenaga Kerja

Motivasi masyarakat untuk bekerja di kapal pesiar diartikan dengan istilah dorongan. Dorongan atau tenaga tersebut merupakan gerak jiwa dan jasmani untuk berbuat, sehingga motivasi tersebut merupakan suatu (driving force) yang menggerakkan manusia untuk bertingkah laku, dan didalam perbuatannya itu mempunyai tujuan tertentu.

(5)

Motivasi adalah hasil proses-proses yang bersifat internal atau eksternal bagi seseorang individu yang menimbulkan sikap entusias dan persistensi untuk mengikuti arah tindakan-tindakan tertentu (Winardi, 2002). Faktor-faktor dalam diri seseorang dapat berupa kepribadian, sikap, pengalaman dan pendidikan atau berbagai harapan dan cita-cita yang menjangkau ke masa depan. Faktor-faktor di luar diri seseorang dapat ditimbulkan oleh berbagai sumber seperti pengaruh pimpinan, kolega, lingkungan kerja atau faktor-faktor lain yang sangat kompleks.

Motivasi yang dimaksudkan disini adalah hal-hal yang mendorong tenaga kerja untuk memilih atau bekerja pada sektor pariwisata/perhotelan khususnya di kapal pesiar Mediterranean Shipping Company (MSC).

2.2.2 Hotel/Floating Hotel

Setiap industri, baik industri pariwisata, industri perhotelan, yang dikelola oleh pemerintah maupun swasta sudah tentu menginginkan eksistensi dari usahanya diakui oleh masyarakat serta segala sesuatu yang diselesaikan dapat berjalan dengan lancar tanpa memakan waktu, tenaga serta biaya yang berlebihan.

Dalam melaksanakan manajemen, pimpinan harus mampu memilih orang-orang yang diinginkan agar dapat bekerjasama dengannya. Ia harus mengetahui orang-orang yang bagaimana yang diperlukan untuk mengisi jabatan-jabatan yang lowong. Seorang pimpinan harus memotivasi orang-orang yang bekerja padanya supaya dapat mencapai produktuvitas yang setinggi-tingginya, karena orang atau tenaga kerja merupakan unsur yang sangat strategis dalam setiap industri perhotelan.

(6)

Motivasi ini sering diabaikan sehingga para karyawan kurang bertanggung jawab, kurang sadar akan tanggung-jawab serta kewajibannya sebagai bagian dari suatu sistem yang saling ketergantungan. Untuk itu, setiap pimpinan atau manajer hendaknya mampu mendorong orang-orang untuk memberikan sumbangannya yang dapat membantu tercapainya mission atau tujuan industri (Handayaningrat, 1990)

Dengan memperhatikan motivasi tenaga kerja yang bekerja tersebut, maka akan mampu meningkatkan efisiensi dan efektivitas pencapaian tujuan dari hotel yang bersangkutan.

Dalam Surat Keputusan Menparpostel yaitu SK : KM 34/HK/103/MPPT-87 yang dimaksud dengan hotel adalah suatu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian/seluruh bangunan untuk menyediakan jasa pelayanan penginapan, makam dan minum, serta jasa lainnya bagi umum, yang dikelola secara komersial serta memenuhi ketentuan persyaratan yang ditetapkan.

Menurut American Hotel and Motel Association (AHMA) dalam Sugiarto (1998), bahwa A Hotel may be defined as an establishment whose primary business is providing lodging facilities for the general public and which furnishes one or more the following service food and beverage service, room attendant service, uniformed service, laundry of linen and use of furniture and fixtures. Dapat didefinisilkan sebagai suatu bangunan yang dikelola secara komersial, memberikan fasilitas penginapan untuk umum dengan fasilitas pelayanan sebagai berikut: pelayanan makanan dan minuman, pelayanan kamar, pelayanan barang bawaan, pencucian serta dapat menikmati hiasan-hiasan yang ada didalamnya.

(7)

Hotel mewah tidak hanya banyak dijumpai di darat tetapi juga di laut/samudra, yang sering disebut dengan cruiser atau floating hotel. Floating hotel is a form of accommodation available on many of the rivers, canals or across the sea with the characteristics of using a real boat or ship, sailing from one port to another and having a fixed number of guests during a fixed trip.

Floating hotel adalah bentuk penginapan yang terdapat pada daerah tepi sungai, terusan atau laut dengan cirri-ciri khusus, antara lain menggunakan perahu atau kapal laut yang berlayar dari satu tempat ke tempat lain, dan memiliki jumlah tamu tertentu selama perjalanan yang sudah ditentukan (Perwani, 1997).

Bertitik tolak atas uraian tersebut maka dapat dirumuskan suatu definisi floating hotel (kapal pesiar) adalah suatu akomodasi yang menggunakan perahu/kapal laut yang dikelola secara komersial, yang menyediakan fasilitas dan pelayanan penginapan, makan dan minum, serta jasa-jasa lainnya untuk umum yang tinggal untuk periode tertentu.

2.2.3. Penggolongan Kelas Hotel

Penggolongan atau jenis kelas hotel menurut Arief (2005) dapat dibedakan menjadi tiga yaitu:

a. Residential hotel adalah hotel dimana wisatawan tinggal lama (menetap) dan biasanya bangunannya menyerupai apartemen, menyediakan layanan yang diperlukan oleh penghuni, tersedia pula ruang makan dan bar.

b. Transit hotel adalah hotel yang diperuntukkan bagi orang-orang yang melakukan perjalanan untuk bisnis, sehingga sering disebut commercial

(8)

hotel, hotel jenis ini biasanya terletak dalam kota atau di pusat-pusat perdagangan.

c. Resort hotel adalah hotel yang biasanya menampung orang-orang yang melakukan perjalanan untuk berlibur (weekend) dan biasanya terletak di tempat-tempat peristirahatan seperti di pegunungan dan pantai.

Hotel sebagai suatu usaha industri pelayanan jasa menghasilkan, menyediakan penginapan dan melayani tamu dalam bentuk barang dan jasa. Untuk dapat terlaksananya penyediaan dan pelayanan produk-produk hotel, diperlukan suatu kerjasama serta pembagian fungsi dan tugas sesuai dengan bidang kerjanya.

Kemudian sesuai dengan fungsinya, penyelenggaraan kerja hotel berbintang dibagi-bagi atas beberapa departemen atau bagian, yang terdiri dari depertemen-departemen, yaitu :

a. Departemen Kantor Depan (Front Office Department)

Departemen ini bertugas menerima pesanan kamar, memberikan informasi, menerima kedatangan tamu, menangani telepon, menangani barang-barang tamu serta menerima pembayaran tamu.

b. Departemen Tata Graha (Housekeeping Departement)

Departemen yang bertugas memelihara kebersihan, kerapihan dan kelengkapan kamar-kamar tamu, restauran, bar, dan tempet-tempat umum dalam hotel, termasuk tempat-tempat umum untuk karyawan

c. Departemen Makanan dan Minuman (Food & Beverage Service Department)

(9)

Departemen yang bertugas untuk menyajikan makanan dan minuman untuk para wisatawan baik di restaurant, bar, kamar-kamar tamu maupun pada saat kegiatan banquet.

d. Departemen Tata Boga (Kitchen)

Departemen Tata Boga bertugas untuk menyiapkan dan memproduksi makanan baik untuk tamu yang menginap di hotel maupun untuk para karyawan

e. Departemen Pemasaran (Marketing Department)

Departemen ini bertugas melaksanakan pemasaran produk hotel, termasuk didalamnya promosi dan penjualan produk hotel kepada calon konsumen. f. Departemen Akuntansi (Accounting Department)

Departemen ini bertugas mengelola keuangan baik penerimaan maupun pengeluaran uang hotel

g. Departemen Pembelian (Purchasing Department)

Departemen yang bertugas melaksanakan pembelian dan penerimaan barang-barang (alat-alat perlengkapan) keperluan hotel

h. Departemen Teknik (Engeneering Deparment)

Departemen ini bertugas melaksanakan perencanaan, pemasangan dan pemeliharaan gedung, serta perlengkapan hotel lainnya.

i. Departemen Keamanan (Security Department)

Departemen yang bertugas menjaga dan memelihara keamanan serta ketertiban di dalam maupun dilingkungan hotel.

(10)

Departemen yang bertugas melaksanakan pemilihan dan pengadaan tenaga kerja hotel, termasuk didalamnya pemeliharaan moral dan kesejahteraan tenaga kerja serta peningkatan pengetahuan dan keterampilan tenaga kerja hotel.

2.2.4 Tenaga Kerja

Dalam UU Nomor 25 tahun 1997 tentang ketenagakerjaan menyebutkan bahwa tenaga kerja adalah setiap orang laki-laki maupun wanita yang sedang dalam atau akan melakukan pekerjaan, baik luar maupun dalam hubungan kerja guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Sumber daya manusia atau human resources mengandung dua pengertian. Pertama sumber daya manusia (SDM) mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam proses produksi. Dalam hal ini sumber daya manusia (SDM) mencerminkan kualitas usaha yang diberikan oleh seseorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang dan jasa. Pengertian kedua dari sumber daya manusia (SDM) menyangkut manusia yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja tersebut.

Mampu bekerja berarti mampu melakukan kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis, yaitu bahwa kegiatan tersebut menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Secara fisik kemampuan bekerja diukur dengan usia. Dengan kata lain orang dalam usia kerja dianggap mampu bekerja. Kelompok penduduk dalam usia kerja tersebut dinamakan tenaga kerja atau manpower. Secara singkat tenaga kerja didefinisikan sebagai penduduk dalam usia kerja (working-age population).

(11)

Tenaga kerja atau manpower terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja (labor force) terdiri dari : 1) golongan yang bekerja dan 2) golongan yang menganggur dan mencari pekerjaan. Kelompok bukan angkatan kerja terdiri dari 1) golongan yang bersekolah, 2) golongan yang mengurus rumah tangga, 3) golongan lain-lain atau penerima pendapatan. Ketiga golongan dalam kelompok angkatan kerja ini sewaktu-waktu dapat menawarkan jasanya untuk bekerja. Oleh karena itu kelompok ini sering dinamakan sebagai potensial labor force (Sumarsono, 2003)

Sedangkan ahli lain, memberikan pengertian sumber daya manusia (SDM) sebagai berikut “Adapun yang dimaksud personalia adalah dalam arti tenaga kerja yaitu seperti halnya buruh, karyawan dan pegawai” (Nitisemito, 1980). Sebenarnya ketiga istilah ini adalah sama, sebab ketiganya merupakan personalia. Hanya saja pengertian umum dimasyarakat, buruh atau karyawan adalah tenaga kerja di swasta, sedangkan pegawai adalah tenaga kerja yang bekerja di pemerintah.

Selain itu pengertian sumber daya manusia tersebut mengandung aspek kualitas dalam arti jasa kerja yang tersedia dan diberikan untuk produksi dan aspek kuantitas dalam arti jumlah penduduk yang mampu bekerja.

Dari pendapat tersebut diatas, dapat dikatakan bahwa sumber daya manusia (SDM) adalah tenaga kerja termasuk didalamnya buruh, karyawan dan pegawai yang mampu melakukan kerja untuk menghasilkan jasa, yang bekerja untuk fihak lain yaitu perusahaan swasta, perusahaan negara atau pemerintah.

(12)

Perusahaan yang dimaksud adalah suatu kumpulan dari industri yang terkait dengan kegiatan pariwisata baik secara langsung maupun tidak langsung, yang berfungsi untuk melayani kebutuhan wisatawan mulai berangakat dari sampai mereka kembali ke negara asalnya.

2.2.5 Pariwisata

Pengertian pariwisata ada bermacam-macam, tergantung dari sudut pandang ahli yang berbeda-beda sesuai latar belakang pendidikannya. Ada yang lebih menekankan pada sudut pandang ekonomi, sudut pandang sosial, maupun budaya, sebagai berikut:

Pariwisata adalah sejumlah kegiatan terutama yang ada kaitannya dengan kegiatan perekonomian yang secara langsung berhubungan dengan masuknya, adanya pendiaman dan bergeraknya orang-orang keluar masuk suatu kota atau daerah atau Negara (Schulard H.V. dalam Yoeti, 1996).

Pariwisata adalah perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain, bersifat sementara dilakukan perseorangan maupun kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dalam lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu (Spilane, 1997)

Pariwisata adalah sejumlah penomena dan hubungan yang terjadi karena adanya perjalanan orang-orang ke suatu tempat dari tempat tinggal mereka asalkan mereka tidak tinggan menetap dan tidak untuk tujuan bekerja untuk mendapatkan penghasilan (Hunziker, Kraft dalam Sukarsa, 1999)

Sedangkan menurut (Yoeti, 1996) pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari satu tempat ke

(13)

tempat lain, dengan maksud bukan untuk mencari nafkah ditempat yang dikunjungi tetapi semata-mata untuk menikmati perjalanan hidup guna bertamasya dan berekreasi untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam.

Dari beberapa pendapat ahli diatas, dapat diambil pengertian dasar dan batasan teknis pariwisata. Pengertian dasar akan memungkinkan kita membedakan antara kegiatan-kegiatan pariwisata dengan kegiatan lain yang berhubungan dengan kegiatan pariwisata.

Pengertian dasar pariwisata ini dirangkum dari definisi / batasan yang dikemukakan diatas yaitu sejumlah penomena dan hubungan yang terjadi karena adanya perjalanan orang-orang ke suatu tempat dari tempat tinggal mereka, dengan tujuan untuk bersenang-senang, serta mereka tidak bermaksud untuk tinggal menetap dan bekerja untuk mendapatkan penghasilan didaerah yang mereka kunjungi.

Dengan demikian dapat dikatakan pariwisata memiliki lima sifat dasar, yaitu:

a. Pariwisata timbul karena adanya perpindahan orang-orang

b. Ada dua elemen dalam pariwisata, yaitu perjalanan dari daerah asal ke daerah tujuan.

c. Kunjungan tersebut bersifat sementara atau singkat serta ada niat untuk kembali ke tempat asalnya.

d. Adanya perbedaan tingkah laku antar mereka yang melakukan kegiatan perjalanan dengan penduduk setempat.

(14)

e. Tujuan kunjungan bukan untuk bekerja, melainkan untuk bersenang-senang atau berekreasi di daerah yang mereka kunjungi.

Jadi pariwisata mencakup semua kegiatan yang dilakukan oleh wisatawan di tempat yang dikunjungi dan umumnya mereka menunjukkan tingkah laku lain daripada penduduk lokal. Dan sifatnya sementara waktu dan singkat membedakan pariwisata dengan migrasi yang mengandung pengertian sebagai perpindahan penduduk untuk jangka waktu yang lama bahkan untuk menetap selamanya.

Pariwisata dalam arti yang murni sebenarnya adalah kegiatan bersenang-senang, untuk itu orang mengeluarkan uang yang dibawa dari tempat asalnya. Dalam pengertian ini pariwisata memerlukan waktu luang yang khusus dan merupakan rekreasi yang khusus pula. Pariwisata mengandung perjalanan tetapi tidak semua perjalanan dapat dikatakan sebagai pariwisata.

2.2.6. Wisatawan

Pariwisata mencakup orang-orang yang melakukan perjalanan dari rumahnya dan perusahaan-perusahaan untuk melayani wisatawan dengan cara memperlancar atau mempermudah perjalanan tersebut atau untuk membuat agar wisatawan merasa lebih menyenangkan.

Sampai saat ini, banyak batasan pengertian mengenai wisatawan. Dalam Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 9 disebutkan bahwa wisatawan (tourist) adalah setiap orang yang bepergian dari tempat tinggalnya untuk berkunjung ke tempat lain dengan menikmati perjalanan dari kunjungan itu.

Selanjutnya dalam Undang-Undang RI No. 9 Tahun 1990 disebutkan wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata. Batasan tersebut diatas

(15)

bisa berlaku bagi wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara, akan tetapi tidak mengandung batasan waktu maupun ruang (jarak atau teritorial) yang jelas.

Sedangkan khusus mengenai wisatawan internasional, The International Union of Official Travel Organization (IUOTO) telah mengambil prakarsa menyusun batasan yang seragam. Dalam batasan itu mempergunakan istilah umum pengunjung (visitor) sebagai titik tolak yang diartikan “setiap orang yang datang ke suatu Negara / lain tempat tinggalnya biasanya dengan maksud apapun, kecuali untuk maksud melakukan pekerjaan untuk menerima upah”.

Batasan itu mencakup dua katagori pengunjung: wisatawan (tourist) dan pelancong (excurtionist) dengan pembatasan sebagai berikut:

1. Wisatawan adalah pengunjung sementara yang tinggal sekurang-kurangnya 24 jam di Negara yang dikunjungi dan maksud tujuan perjalanannya dapat digolongkan sebagai berikut:

a. Pesiar (leisure) yaitu untuk keperluan rekreasi, liburan, kesehatan, studi, keagamaan, olah raga.

b. Hubungan dagang, sanak keluarga, handai taulan, konferensi-konferensi, misi.

2. Pelancong (excurtionist) ialah pengunjung sementara yang tinggal di negara yang dikunjungi kurang dari 24 jam (termasuk pelancong dalam perjalanan kapal pesiar)

Umumnya batasan tersebut dapat diterima, salah satu ciri dari wisatawan adalah kepergiannya harus lebih dari 24 jam hingga batas-batas waktu tertentu

(16)

sesuai persyaratan suatu Negara yang umumnya kurang dari satu tahun. Sedangkan ciri lainnya adalah kepergiannya itu bukan untuk mendapatkan nafkah di Negara yang dikunjunginya.

Sesuai dengan definisi ini, tujuan wisatawan tersebut adalah untuk bersantai, alasan rumah tangga (keluarga), kesehatan, konferensi, pertemuan, diplomatik dan tujuan bisnis (Sukarsa, 1999). Disamping itu jika orang yang datang dengan kapal pesiar walaupun lebih singkat dari 24 jam juga dikatagorikan sebagai wisatawan.

Seseorang dikatakan tidak wisatawan jika ia datang sebagai penduduk tetap, penduduk perbatasan dengan Negara lain, penyeberang ke Negara lain untuk keperluan bekerja, mahasiswa, murid sekolah, dan seseorang tanpa ijin kerja tetapi bekerja atau aktivitas bisnis, anggota tentang Negara lain baik dengan atau tanpa perjanjian.

2.3. Landasan Teori

2.3.1 Teori Kebutuhan Maslow

Bekerja mengandung arti melaksanakan suatu tugas yang diakhiri dengan buah karya yang dapat dinikmati oleh manusia yang bersangkutan. Motivasi sangat penting yang menyebabkan manusia bekerja. Aktivitas dalam bekerja mengandung unsur kegiatan sosial, menghasilkan sesuatu dan pada akhirnya bertujuan untuk memenuhi kebutuhannya. Namun demikian dibalik dari tujuan yang tidak langsung tersebut orang bekerja juga untuk mendapatkan imbalan hasil kerja berupa financial yaitu berupa upah atau gaji dari hasil kerjanya. Orang bekerja tidak hanya untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, tetapi juga bertujuan untuk mencapai taraf hidup yang lebih baik.

(17)

Motivasi tenaga kerja untuk bekerja pada kapal pesiar sering diartikan dengan istilah dorongan. Dorongan atau tenaga tersebut merupakan gerak jiwa dan jasmani untuk berbuat, sehingga motivasi tersebut merupakan suatu (driving force) yang menggerakkan manusia untuk bertingkah laku, dan didalam perbuatannya itu mempunyai tujuan tertentu.

Motivasi kerja, mendorong gairah tenaga kerja bawahan agar mereka mau bekerja keras dengan memberikan semua kemampuan dan keterampilannya untuk mewujudkan tujuan (Hasibuan, 2005).

Motivasi adalah hasil proses-proses yang bersifat internal atau eksternal bagi seseorang individu yang menimbulkan sikap entusias dan persistensi untuk mengikuti arah tindakan-tindakan tertentu (Winardi, 2002). Faktor-faktor dalam diri seseorang dapat berupa kepribadian, sikap, pengalaman dan pendidikan atau berbagai harapan dan cita-cita yang menjangkau ke masa depan. Faktor-faktor di luar diri seseorang dapat ditimbulkan oleh berbagai sumber seperti pengaruh pimpinan, kolega, lingkungan kerja atau faktor-faktor lain yang sangat kompleks.

Selanjutnya Winardi (2002), menyebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi kerja adalah; 1) kebutuhan-kebutuhan pribadi, 2) tujuan-tujuan dan persepsi orang atau kelompok yang bersangkutan, 3) cara dengan apa kebutuhan-kebutuhan serta tujuan-tujuan tersebut akan direalisasikan. Dengan terpenuhinya faktor-faktor tersebut seseorang akan merasa terdorong dan berkeinginan untuk melakukan kegiatan atau pekerjaan dengan memberikan yang terbaik dan dirinya dengan cara berpartisipasi dalam rangka pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditentukan.

(18)

Jadi motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan semangat atau dorongan kerja di suatu kapal pesiar. Kuat atau lemahnya motivasi kerja seseorang tenaga kerja ikut menentukan besar kecilnya prestasi. Adapun ciri-ciri daripada motivasi adalah majemuk, dalam suatu perbuatan tidak hanya mempunyai satu tujuan tetapi beberapa tujuan yang berlangsung secara bersama-sama. Misalnya seseorang tenaga kerja / karyawan melakukan kerja dengan sangat giat, tidak hanya karena ingin dapat upah yang tinggi, tetapi juga ingin diakui dan dipuji, motivasi bisa berubah-ubah. Hal ini disebabkan karena keinginan manusia juga berubah-ubah sesuai dengan kebutuhannya. Misalnya tenaga kerja pada suatu ketika menginginkan gaji yang tinggi, pada waktu yang lain menginginkan pimpinan yang baik atau kondisi kerja yang nyaman dan menyenangkan.

Motivasi seseorang berbeda setiap individu. Dua orang yang melakukan pekerjaan yang sama, ternyata memiliki motivasi yang berbeda. Misalnya yang satu orang menginginkan teman kerja yang baik, sedangkan yang lain menginginkan kondisi kerja yang menyenangkan. Beberapa motivasi tidak disadari oleh individu, banyak tingkah laku manusia yang tidak disadari oleh pelakunya. Sehingga beberapa dorongan yang muncul seringkali karena berhadapan dengan situasi yang kurang menguntungkan lalu ditekan dibawah sadarnya. Dengan demikian seringkali kalau ada dorongan dari dalam yang kuat sekali menjadikan yang bersangkutan tidak bisa memahami motivasinya sendiri.

Meskipun faktor-faktor ekonomis memainkan bagian yang penting yang tidak diragukan dalam keputusan untuk bekerja, adalah sangat mustahil bahwa

(19)

faktor tersebut merupakan satu-satunya perangsang. Pentingnya faktor-faktor non ekonomis diperoleh melalui studi wawancara yang digambarkan oleh Morse dan Weiss (Moekijat, 2002)

Disamping itu kerja dapat dipahami sebagai manifestasi atas kesadarannya sebagai makhluk individu, sosial dan ciptaan Tuhan, sehingga mampu memberikan sumbangan nyata, dan hasil kerjanya bermanfaat dalam meningkatkan kesejahteraan diri, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.

Hal ini sejalan dengan teori kebutuhan (Need Hierarchy) dari Abraham Maslow dalam (Hasibuan, 2001), menyatakan bahwa kebutuhan dan kepuasan kerja identik dengan kebutuhan biologis dan psikologis, yaitu berupa materil maupun non materil. Dasar teori ini adalah bahwa manusia merupakan makhluk yang memiliki keinginan tak terbatas atau tanpa henti. Alat motivasinya adalah kepuasan yang belum terpenuhi serta kebutuhannya berjenjang, jenjang tersebut dapat digambarkan dari kebutuhan yang paling rendah sampai pada kebutuhan yang paling tinggi, sebagai berikut (gambar 2.1):

5 Aktualisasi 4 Penghargaan 3 Sosialisasi 2 Rasa Aman 1 Fisiologis

(20)

Gambar 2.1. Konsep Hirarki Kebutuhan oleh A.H. Maslow Tingkat kebutuhan tersebut, dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Kebutuhan-kebutuhan yang bersifat fisiologis (physiological needs). Manifestasi kebutuhan ini terlihat dalam tiga hal yaitu: sandang, pangan dan papan. Kebutuhan-kebutuhan ini merupakan kebutuhan-kebutuhan yang primer, karena kebutuhan-kebutuhan ini telah terasa sejak manusia dilahirkan hingga ia memasuki liang kuburnya.

2. Kebutuhan-kebutuhan keamanan (safety needs). Kebutuhan-kebutuhan keamanan ini mengarah kepada dua bentuk yakni : kebutuhan akan keamanan jiwa, yang bagi pemimpin organisasi terutama berarti keamanan jiwa di tempat pekerjaan pada waktu jam kerja. Dalam arti luas tentunya setiap manusia membutuhkan keamanan jiwanya dimanapun dia berada, kebutuhan keamanan akan harta, di tempat pekerjaan pada waktu bekerja. Bentuk lain dari pemuasan kebutuhan ini ialah dengan jalan memberikan perlindungan asuransi pada para karyawan.

3. Kebutuhan-kebutuhan sosial (social needs). Karena manusia adalah makhluk sosial maka sudah tentu ia mempunyai kebutuhan-kebutuhan sosial, yang tergolong kepada empat golongan, yaitu : kebutuhan akan perasaan diterima oleh orang lain dimana ia hidup dan bekerja (sense of belonging), kebutuhan akan perasaan dihormati karena setiap manusia merasa dirinya penting (sense of importance). Serendah-rendahnya pendidikan dan kebutuhan seseorang, ia tetap merasa dirinya merupakan orang yang penting, kebutuhan akan perasaan maju dan tidak gagal (sense

(21)

of achievement). Tidak ada satu manusia normal yang merasa senang jika menghadapi kegagalan. Sebaliknya ia akan merasa senang jika ia memperoleh kemajuan, baik bentuk harta yang makin banyak, pangkat yang lebih tinggi, jabatan yang lebih bertanggungjawab, karena kesemuanya ini diduga akan mempermudah untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhannya yang lain, kebutuhan akan perasaan ikut serta (sense of participation). Sesuai dengan konsep administrasi dan manajemen demokratis, yang sering pula dikenal dengan istilah “participative administration and management”, akan mempunyai kegairahan bekerja yang lebih besar apabila mereka itu diajak turut serta dalam berbagai kegiatan administrasi dan manajemen, dalam arti kepada mereka diberikan kesempatan memberikan saran-saran, ide, pendapat, kritik dan informasi dalam rangka pengambilan keputusan yang lebih tepat. Tidak ada satu orangpun yang senang diabaikan.

4. Kebutuhan akan prestise (esteem needs). Idealnya prestise timbul sebagai akibat prestasi. Tetapi tidak selalu demikian halnya. Meskipun demikian perlu diperhatikan bahwa semakin tinggi kedudukan seorang didalam organisasi dan di masyarakat, semakin tinggi pula status dan prestisenya. Prestise dan status itu dimanifestasikan oleh banyak hal. Semakin tinggi kedudukan seseorang, semakin banyak pula hal-hal yang dipergunakannya sebagai simbul statusnya itu.

5. Kebutuhan mempertinggi aktualisasi diri (self actualization). Hal ini berarti bahwa setiap manusia ingin mengembangkan kapasitas mental dan kapasitas

(22)

kerja melalui berbagai cara seperti bekerja di kapal pesiar, pendidikan akademis, dan sebagainya.

2.3.2 Herzberg’s Teory

Herzberg mengatakan bahwa orang dalam melaksanakan pekerjaannya dipengaruhi oleh dua faktor yang merupakan kebutuhan, yaitu: maintenance factors dan motivation factors (Hasibuan, 2005).

Maintenance factors adalah faktor-faktor pemeliharaan yang berhubungan dengan hakikat manusia yang ingin memperoleh ketentraman badaniah. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan yang berlangsung terus menerus, karena akan kembali ke titik nol setelah dipenuhi. Faktor-faktor pemeliharaan ini meliputi gaji, kondisi kerja fisik, kepastian pekerjaan, supervisi yang menyenangkan dan lain-lain. Faktor-faktor ini pemeliharaan ini perlu mendapat perhatian yang wajar dari pimpinan agar kepuasan dan kegairahan kerja tenaga kerja dapat ditingkatkan.

Motivation factor adalah faktor motivator yang menyangkut kebutuhan psikologis seseorang yaitu perasaan sempurna dalam melakukan pekerjaan. Faktor motivasi ini berhubungan dengan penghargaan terhadap pribadi yang secara langsung berkaitan dengan pekerjaan, misalnya kursi yang empuk, ruangan yang nyaman, penempatan yang tepat dan lain sebagainya.

(23)

Perbedaan Maslow’s Need Hierarchy Theory dengan Herzberg’s Two Factors Motivation Theory, yaitu:

1. Maslow mengemukakan bahwa kebutuhan-kebutuhan manusia itu terdiri dari lima tingkat (Physiological, Safety, Affiliation, Esteem, dan Self actualization), sedang Herzberg mengelompokkan atas dua kelompok (Satisfiers dan Dissatisfier).

2. Menurut Maslow semua tingkatan kebutuhan itu merupakan alat motivator, sedang Herzberg (gaji, upah, dan sejenisnya) bukan alat motivasi, hanya merupakan alat pemeliharaan (dissatisfiers) saja; yang menjadi motiovator (satisfiers) ialah yang berkaitan langsung dengan pekerjaan itu

Pada dasarnya kedua teori ini sama-sama bertujuan mendapatkan alat dan cara yang terbaik dalam memotivasi semangat bekerja para tenaga kerja dalam suatu perusahaan, agar mereka mau bekerja dengan giat untuk mencapai hasil kerja yang optimal.

Untuk lebih jelasnya perbandingan teori motivasi Maslow dan Herzberg dapat dilihat dalam bagan berikut:

(24)

Maslow’s Need Hierarchy Theory Herzberg’s Two Factors

Motivation Theory

Gambar 2.2 Perbandingan Teori Motivasi Maslow dengan Herzberg

2.3.3 Teori Permintaan dan Penawaran Tenaga Kerja

Keterlibatan tenaga kerja dalam suatu industri bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan mereka baik masa kini maupun masa yang akan datang. Tenaga kerja yang ingin bekerja di suatu kapal pesiar tentu memiliki motivasi yang tinggi untuk bekerja keras dalam usaha memenuhi segala keinginannya di masa depan sesuai dengan kemampuan mereka. Termasuk salah satunya adalah dengan mengharapkan memiliki masa depan cerah bersama keluarga mereka.

Selft Actualization

Challenging work

achievement growth in the job respon sibility

Esteem of status Affiliation of acceptance Security of safety Physiological needs Advancement recognition status Interpersonal relations company policy and administration quality of supervision

Quality of supervision, working conditions job security Salary Personality life M o a t i o n n t e n a n c e F a c t o r s

(25)

Untuk pemenuhan kebutuhan tersebut tenaga kerja biasanya langsung mencari informasi tentang peluang tenaga kerja untuk bekerja di kapal pesiar khususnya di Mediteranean Shipping Company (MSC) yang banyak membutuhkan tenaga kerja lokal Bali. Kebutuhan semacam ini disebut dengan permintaan (demand). Adanya permintaan dari Mediteranean Shipping Company (MSC) itu secara otomatis akan mendapatkan respon dari para calon tenaga kerja kapal pesiar di Bali untuk memenuhi segala kualifikasi yang dipersyaratkan untuk dapat diterima menjadi karyawan di kapal pesiar sehingga muncullah para pemasok/pencetak tenaga kerja kapal pesiar yang sering disebut supplier.

Untuk mengembangkan peluang kerja dibidang perhotelan khususnya kapal pesiar, perlu dikembangkan sumber daya manusia yang memahami dibidang tersebut. Dengan demikian perlu dikembangkan program pelatihan yang dapat mengembangkan dan mempersiapkan tenaga kerja kapal pesiar yang tepat dan qualified. Pendekatan permintaan dan penawaran tenaga kerja kapal pesiar didasarkan pada teori permintaan dan penawaran. Jadi dalam pelaksanaannya perlu mempertimbangkan pasokan serta permintaan tenaga kerja dibidang pariwisata khususnya kapal pesiar.

Setiap pasokan tenaga kerja akan tergantung pada kesempatan yang ada atau penghasilan tenaga kerja yang lebih tinggi dari pada dirinya atau preferensi untuk memperoleh penghasilan tambahan diantara waktu luang. Ketika kita melihat penawaran tenaga kerja dari sudut pandang ekonomi secara keseluruhan, hal ini dapat mengakibatkan suatu kejutan. Beberapa ekonom berpendapat bahwa kurva

(26)

penawaran tenaga kerja bisa kemiringan mundur, setidaknya sebagian dari jangkauan (Gambar 2.2).

Berikut adalah gagasan, ketika orang mendapatkan upah yang lebih tinggi perjamnya, mereka bisa mendapatkan lebih banyak pendapatan dalam melaksanakan pekerjaannya atau jika pembayaran perjamnya lebih kecil, maka karyawan akan mendapatkan upah yang lebih sedikit pula. Ketika orang bisa "memiliki segalanya," mereka sering memilih untuk melakukan pekerjaan secara sungguh-sungguh. Jadi, ketika upah per jam mengalami kenaikan, orang yang mendapatkan upah yang lebih baik, dan akhirnya mereka memutuskan untuk memaksimalkan potensi mereka dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Ketika kita melihat penawaran tenaga kerja untuk industri tertentu, kita tidak perlu khawatir tentang hal ini. Misalnya, ketika upah yang dibayar oleh industri kentang tumbuh rendah, kebanyakan orang akan menemukan bahwa mereka dapat mencari lebih banyak uang dalam industri lain, dan sehingga mereka tidak mau bekerja untuk industri kentang, demikian pula sebaliknya.

Jika keharmonisan kerja dalam perusahaan tercapai akan dapat diciptakan suatu iklim kerja yang sehat, pekerja merasa ikut memiliki sehingga mau bekerja dengan semangat tinggi, jujur dan penuh tanggung jawab. Umumnya peengelola usaha menyadari bahwa mengatasi masalah yang disebabkan oleh tenaga kerja lebih sulit diselesaikan jika dibandingkan dengan masalah-masalah yang disebabkan oleh factor-faktor produksi lainnya, karena manusia memiliki akal pikiran, perasaan dan kepentingan yang berbeda satu sama lain. Wirausaha

(27)

dituntut untuk bijaksana dan mempunyai pandangan yang luas karena pengusaha dan pekerja merupakan teman seperjuangan dalam mencapai tujuan perusahaan. 2.4 Model Penelitian

Adanya faktor ekonomi, sosial dan budaya baik yang bersifat intern maupun ekstern sebagai akibat dari perkembangan kebutuhan manusia, mempengaruhi motivasi kerja tenaga kerja untuk bekerja pada industri pariwisata khususnya di kapal pesiar. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya perubahan didalam persepsi masyarakat terhadap sektor pariwisata.

Pengaruh ekonomi adalah dengan ditandai munculnya persaingan kesempatan kerja lebih luas sehingga masyarakat dapat memilih pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan dirinya dan juga hobinya. Pergeseran mata pencaharian masyarakat itu menimbulkan berbagai perubahan pada tingkat kehidupan ekonomi, baik pada tingkat individu, kelompok maupun pada masyarakat itu sendiri.

Pengaruh sosial menyebabkan interaksi masyarakat terutama pada desa-desa yang dominan kegiatan pariwisatanya, terjadi perubahan tingkah laku masyarakat dari keadaan tradisional kearah modernisasi. Pada tingkat wujud sistem sosial sebagai kelakuan berpola dari manusia itu sendiri sebagai anggota masyarakat yang terdiri aktivitas-aktivitas berinteraksi satu sama lainnya, berhubungan, bergaul menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan umur, kemampuan, pendidikan, pengalaman serta status perkawinan masing-masing.

Pengaruh budaya akibat pengembangan pariwisata terjadinya pergeseran-pergeseran. Misalnya tahun 1970-an bekerja di sektor pariwisata dianggap tabu,

(28)

tetapi sebaliknya kini bekerja di sektor pariwisata dianggap bergengsi. Secara universal nilai budaya itu dibedakan menjadi: nilai-nilai religius, nilai estetis, nilai solidaritas, nilai ilmu pengetahuan dan teknologi, nilai ekonomi, dan nilai kekuasaan. Eksistensi keenam nilai itu bersifat dinamik, sesuai dengan dinamika manusia, masyarakat dan lingkungan. Dalam gerak masyarakat yang menuju modernisasi, nilai-nilai itu berubah secara dialektik, dimana menguatnya nilai yang satu selalu diikuti melemahnya nilai yang menjadi pasangannya. Dilihat dari wujud kebudayaan, kebudayan fisik adalah wujud yang paling mudah bergeser dan berubah dalam kehidupan manusia, karena ia merupakan wujud yang paling konkret.

Dalam usaha lebih memberdayakan sumber daya manusia (SDM) dan mengantisipasi dari pengaruh globalisasi maka diperlukan pendekatan pembangunan pariwisata Bali yang berkelanjutan yang bertumpu pada asas-asas perencanaan yang telah ditetapkan.

Selain itu adanya kebijakan pemerintah dapat diduga memberi andil dalam terjadinya perubahan-perubahan terhadap peluang tenaga kerja untuk bekerja pada industri perhotelan khususnya kapal pesiar. Kebijakan yang dimaksud seperti pola pengembangan pariwisata yang bertujuan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat, meningkatkan kesempatan kerja dan berusaha, serta strategi pengembangan tenaga kerja Bali melalui pendidikan formal, kursus singkat (short course) yang terkait dengan pariwisata serta perhotelan.

Oleh karena itu seringkali masih diperlukan campur tangan / kebijakan pemerintah untuk memperbaiki keadaan perkembangan tenaga kerja pariwisata.

(29)

Pemerintah cenderung untuk memakai pariwisata sebagai barometer diplomatik mengenai hubungan atau keterikatan dengan negara lain.

Lapangan kerja dalam industri pariwisata khsususnya kapal pesiar juga dapat tercipta karena adanya kebijakan pemerintah dalam mengembangkan kegiatan pariwisata. Keterlibatan pemerintah dalam pengembangan pariwisata merupakan suatu tuntutan. Pariwisata harus dikembangkan secara sistematik, holistik, integratif dan partisipatoris, sehingga mampu memberikan manfaat yang optimal bagi masyarakat, baik dari segi ekonomi, sosial maupun budaya.

Dalam pengembangan pariwisata, seyogyanya didukung oleh semua pihak yang terlibat dalam kegiatan pariwisata, mulai dari tahap perencanaan sampai pada implementasinya. Perencanaan tersebut harus mengintegrasikan pengembangan pariwisata ke dalam suatu program pembangunan ekonomi, phisik dan sosial, serta mampu memberikan kerangka kerja kebijaksanaan pemerintah untuk mendorong dan mengendalikan pengembangan pariwisata, sehingga pengembangan pariwisata berkelanjutan yang mampu dinikmati oleh segenap lapisan masyarakat.

Pemberdayaan tenaga kerja dalam kegiatan industri pariwisata khususnya kapal pesiar Mediterranean Shipping Company (MSC), didasarkan pada keyakinan bahwa tenaga kerja Bali memiliki keunggulan kompetitif untuk bersaing dalam memenuhi kualifikasi yang dipersyaratkan perusahaan. (Gambar 2.3.)

(30)

Gambar 2.3. Model atau Kerangka Pikir Penelitian Motivasi Kerja Tenaga Kerja bekerja di MSC Cruise Motivasi Kerja Ekonomi Sosial Budaya

Hubungan faktor umur, pendidikan, pengalaman kerja, dan pendapatan keluarga terhadap motivasi kerja tenaga kerja bekerja di MSC Rekomendasi Teori Motivasi Pemerintah Masyarakat / Tenaga Kerja MSC BalindoParadiso Cruice Analisis Hasil

Gambar

Gambar 2.2  Perbandingan Teori Motivasi Maslow dengan  Herzberg
Gambar 2.3.  Model atau Kerangka Pikir PenelitianMotivasi  Kerja Tenaga Kerjabekerja di MSC Cruise Motivasi KerjaEkonomiSosialBudaya Hubungan  faktor   umur,  pendidikan, pengalaman  kerja, dan pendapatan keluarga  terhadap motivasi kerja tenaga kerja beke

Referensi

Dokumen terkait

Dari pernyataan tersebut, anggapan dasar penelitian ini adalah bahwa meskipun kata bakari, tokoro dan totan apabila dipakai setelah verba bentuk lampau (~ta)

Pada Tabel 1 memberikan gambaran bahwa kompetensi guru dalam membuat RPP, pemberian tugas luring, keaktifan siswa masih jauh di bawah indikator

Identitas sosial adalah bagian dari konsep diri seseorang yang berasal dari pengetahuan mereka tentang keanggotaan dalam suatu kelompok sosial bersamaan dengan

Adapun tujuan pengelolaan energi diantaranya adalah: (i) tercapainya kemandirian pengelolaan energi, (ii) terjaminnya ketersediaan energi dalam negeri, baik dari

Selain itu tuntutan atas ketidakpuasan etnis Uighur juga menjadikan alasan bagi etnis Uighur untuk menuntut keadilan terhadap pemerintah China sehingga menuangkannya

Kondisi lahan di daerah penelitian apabila dilihat dari tabel tidak semuanya sesuai untuk tanaman padi , jagung dan kelapa sawit jika lahan yang ada langsung ditanami

Arsitektur bambu yang dirancang melalui pendekatan landscape, sangat tepat untuk dijadikan tema pada objek rancangan, karena melihat dari penggunaan material yang diproduksi