• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN METODE LATIHAN DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PIDATO BERBAHASA BALI SISWA KELAS XI IPA 2 SMA NEGERI 1 SAWAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGGUNAAN METODE LATIHAN DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PIDATO BERBAHASA BALI SISWA KELAS XI IPA 2 SMA NEGERI 1 SAWAN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENGGUNAAN METODE LATIHAN DALAM MENINGKATKAN

KEMAMPUAN MENULIS PIDATO BERBAHASA BALI

SISWA KELAS XI IPA 2 SMA NEGERI 1 SAWAN

Ni Wayan Septianingsih, Ida Bagus Putra Manik Aryana, Made Sri Indriani

Jurusan Pendidikan Bahasa Bali

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: wayan.septi68@yahoo.com,Yc9cda@yahoo.com,Sriindriani6161@yahoo.co.id

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan langkah-langkah pembelajaran yang efektif dengan menggunakan metode latihan dalam meningkatkan kemampuan menulis pidato berbahasa Bali, (2) mendeskripsikan penggunaan metode latihan dalam meningkatkan kemampuan menulis pidato berbahasa Bali, dan (3) mendeskripsikan respons siswa tentang penggunaan metode latihan dalam meningkatkan kemampuan menulis pidato berbahasa Bali siswa kelas XI IPA 2 SMA Negeri 1 sawan.

Penelitian ini dirancang dalam bentuk penelitian tindakan kelas dengan menggunakan 2 siklus. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa XI IPA 2 dan guru mata pelajaran bahasa Bali SMA Negeri 1 Sawan. Pengumpulan data menggunakan metode observasi, tes, dan angket. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif.

Dengan prosedur penelitian di atas, didapatkan hasil penelitian sebagai berikut. (1) langkah-langkah dan cara guru dalam membelajarkan menulis pidato berbahasa Bali pada siswa sangat inovatif, yakni penggunaan metode latihan, membuat rancangan, dan melaksanakan secara utuh langkah-langkah pembelajaran yang telah dirancang (2) penggunaan metode latihan pada pembelajaran menulis pidato berbahasa Bali di kelas XI IPA 2 SMA Negeri 1 Sawan telah mampu meningkatkan kemampuan menulis pidato siswa. Hal ini ditandai dengan adanya peningkatan skor yaitu pada siklus 1 siswa memperoleh skor rata-rata kelas 77,96 dengan ketuntasan klasikal sebesar 61,53%, sedangkan pada siklus II rata-rata kelas menjadi 80,8 dengan ketuntasan klasikal sebesar 84,61% berkategori baik (3) siswa merasa senang dan terbantu dalam mengungkapkan ide-ide yang mereka miliki. Oleh karena itu, penulis menyarankan kepada guru Bahasa Bali di SMA Negeri 1 Sawan agar menggunakan metode latihan untuk meningkatkan keterampilan siswa sesuai dengan langkah yang telah ditemukan dalam penelitian ini.

Kata kunci : metode latihan, menulis, pidato

ABSTRACT

This study aims to (1) describe the steps for effective learning using training methods to improve the ability of speech-language writing Bali, (2) describe the use of training methods in improving the ability of writing speeches Balinese languages, and (3) describe the response of students on the use of training methods in improving the writing skills of students speak Balinese speech class XI Science 2 SMA N 1 Sawan.

The study was designed in the form of action research by using 2 cycles. Subjects in this study were the students of XI IPA 2 and Balinese language subject teachers SMA N 1 Sawan. Collecting data using the menthod of observation, test, and questionnaires. Data were analyzed by descriptive qualitative and quantitative.

With the procedure above study, obtained the following results. (1) the steps and how to write a speech teacher in teaching students to speak in a very innovative Bali, namely the use of training methods, draft, and implement the whole learning steps that have been designed (2) the use of

(2)

methods of training on writing a speech-language learning Bali in class XI Science 2 SMA N 1 Sawan has been able to improve students ability to write speeches. It is characterized by an increase in scores is in cycle 1 students scored an average of 77,96 with classical completeness grade of 61,53 %, while in the second cycle into an average grade of 80,8 with classical completeness of 84,61 % either category (3) students feel happy and helped in expressing the ideas that they have. therefore, the authors suggest the Balinese language teacher at SMA N 1 Sawan to use training methods to improve students skills in accordance with the steps that have been found in this study.

Keyword: method of exercise, writing, speech.

PENDAHULUAN

Belajar bahasa pada hakikatnya adalah belajar komunikasi. Oleh karena itu pembelajaran bahasa Bali diarahkan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berkomunikasi dengan bahasa yang baik dan benar secara lisan maupun tertulis. Bahasa merupakan alat komunikasi yang memiliki kedudukan yang sangat penting di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebagai alat berkomunikasi, bahasa memungkinkan setiap orang untuk menyesuaikan dirinya dengan lingkungan fisik dan lingkungan sosialnya serta memungkinkan untuk mempelajari kebiasaan, adat istiadat, kebudayaan dan latar belakangnya masing-masing (Keraf, 2004:6). Keterampilan dalam berbahasa dapat dibagi menjadi empat aspek yaitu keterampilan menyimak, membaca, berbicara, dan menulis. Keempat aspek keterampilan dalam berbahasa tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh. Seluruh keterampilan berbahasa tersebut saling berkaitan dan saling mendukung dalam penyelenggaraan proses belajar mengajar di kelas.

Menulis sebagai salah satu keterampilan berbahasa tak dapat dilepaskan dari aspek-aspek keterampilan berbahasa lainnya. Pengalaman dan masukan yang diperoleh dari menyimak, berbicara, dan membaca, akan memberikan kontribusi berharga dalam menulis, begitu pula sebaliknya, apapun yang diperoleh dari menulis akan berpengaruh pula terhadap ketiga aspek kemampuan berbahasa lainnya. Menulis memiliki karakter khas yang membedakannya dengan keterampilan berbahasa lainya. Lasa Hs. (2005:11) menyatakan bahwa menulis merupakan

seni mengekspresikan ide melalui tulisan, seperti halnya seorang pelukis yang menuangkan idenya ke dalam bentuk lukisan. Kemampuan menulis bukan tumbuh dan terbentuk dengan sendirinya. Sebagaimana keterampilan berbahasa yang lain, menulis selalu mendapat perhatian serius dalam pembelajaran di sekolah.

Mengingat pentingnya kemampuan menulis bagi setiap orang, dengan beragamnya kegunaan serta fungsi yang didapat melalui menulis maka, menulis wajib diajarkan dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, di antaranya melalui mata pelajaran bahasa Bali. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang sedang diberlakukan sekarang, dalam pengajaran bahasa Bali di SMA dengan standar kompetensi (SK) yaitu mampu mengungkapkan gagasan, pendapat, dan perasaan dalam bentuk pidato baik dari pikiran sendiri maupun dari tulisan nonsastra, serta kompetensi dasar (KD) menulis pidato.

Pidato merupakan pengungkapan pikiran dalam bentuk kata-kata yang ditujukan pada orang banyak, atau wacana yang disiapkan untuk khalayak, dengan maksud agar para pendengar dari pidato tadi dapat mengetahui, memahami, menerima (Hadinegoro, 2006:1). Di sisi lain pembelajaran menulis pidato sangat penting diajarkan di sekolah sebab dengan menulis pidato siswa dapat secara langsung memahami sor singgih basa Bali sehingga nantinya siswa dapat berkomunikasi menggunakan bahasa Bali dengan baik dan benar.

Dalam proses belajar-mengajar di kelas, idealnya dilakukan dengan nyaman, menyenangkan, penuh kegembiraan, dan

(3)

antusias tanpa membuat siswa merasa terpaksa dalam mengikuti pelajaran. Ketika proses belajar-mengajar berlangsung guru masih dominan menggunakan metode ceramah yang kurang efektif jika dilakukan secara terus menerus, guru lebih mendominasi pembelajaran.

Pada kenyataannya kondisi seperti ini tidak jauh berbeda dalam proses belajar mengajar dalam pelajaran bahasa Bali di SMA Negeri 1 Sawan. Berdasarkan hasil observasi awal dan wawancara dengan guru bahasa Bali yaitu, Ni Putu Dharma Pradnyani, S. Pd. Hasil wawancara menunjukkan bahwa aktivitas dan hasil belajar siswa dalam menulis pidato berbahasa Bali mengalami permasalahan. Hal ini dapat dilihat dari skor rata-rata siswa menulis pidato berbahasa Bali kelas XI IPA 2 SMA Negeri 1 Sawan masih di bawah rata-rata yaitu 72 dengan kriteria ketuntasan minimal yang harus dicapai yaitu 76. Dengan demikian siswa belum dikatakan tuntas pada pembelajaran menulis pidato berbahasa Bali.

Rendahnya aktivitas dan hasil belajar menulis pidato khususnya dalam menulis pidato berbahasa Bali kelas XI IPA 2 SMA Negeri 1 Sawan, disebabkan oleh dua faktor. Faktor pertama berasal dari dalam diri siswa, seperti rendahnya motivasi siswa dalam menulis pidato, kurangnya pengetahuan siswa terhadap kosa kata bahasa Bali karena sehari-hari siswa dalam berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia ataupun bahasa andap dan siswa juga merasa tidak ada manfaatnya dalam menulis pidato. Faktor kedua adalah berasal dari luar diri siswa, seperti kurang bimbingan dari guru dalam menulis pidato dan kurangnya motivasi dari lingkungan maupun orang-orang di sekitarnya untuk menulis pidato berbahasa Bali. Selama ini pembelajaran menulis pidato berbahasa Bali kurang menggunakan metode-metode pembelajaran yang bervariasi. Guru hanya menggunakan metode ceramah dan metode penugasan kepada siswa, yang menjadikan siswa merasa bosan, dan kurang tertarik dalam belajar di dalam kelas.

Untuk mengatasi permasalahan di atas guna meningkatkan mutu pendidikan

maka peneliti bermaksud “menawarkan” sebuah metode untuk diterapkan dalam proses pembelajaran yang tepat. Seperti yang telah dikemukakan bahwa menulis merupakan sebuah keterampilan, dan untuk melatih keterampilan memerlukan banyak praktik dan latihan. Begitu juga dalam mengajarkan menulis pidato berbahasa Bali, guru harus menambah porsi latihan. Oleh sebab itu, penerapan metode yang menekankan banyak latihan sangat diperlukan.

Metode latihan merupakan suatu teknik yang dapat diartikan sebagai suatu cara mengajar dimana siswa melaksanakan kegiatan-kegiatan latihan, agar siswa memiliki ketangkasan atau keterampilan yang lebih tinggi dari apa yang telah dipelajari (Roestiyah, 1998:125). Latihan yang praktis, mudah dilakukan serta teratur melaksanakannya membina anak dalam meningkatkan penguasaan keterampilan itu; bahkan mungkin siswa dapat memiliki ketangkasan itu dengan sempurna.

Beranjak dari hal tersebut, maka peneliti menganggap perlu mengadakan penelitian dengan judul “Penggunaan Metode Latihan dalam Meningkatkan Kemampuan Menulis Pidato Berbahasa Bali Siswa Kelas XI IPA 2 SMA Negeri 1 Sawan”.

Adapun penelitian sejenis yang berkaitan dengan judul di atas adalah : 1) Syahrizal Akbar, yang mengambil judul tentang penggunaan metode drill dalam meningkatkan kemampuan menulis sinopsis cerpen siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 2 Singaraja, yang hasilnya menunjukkan bahwa penggunaan metode drill dapat meningkatkan kemampuan menulis sinopsis cerpen siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 2 Singaraja, hal ini terlihat dari hasil tes kemampuan menulis sinopsis cerpen, pada siklus I, nilai rata-rata siswa 73,4 dengan presentase ketuntasan hanya 65 %, sedangkan pada siklus II nilai rata-rata siswa 83,5 dengan presentase ketuntasan 100 %. 2) Ni Wayan Taman Asrini, yang mengambil judul tentang kemampuan siswa kelas X SMA Negeri 1 Selat dalam menulis teks pidato (analisis berdasarkan unsur internal dan eksternal), yang hasilnya

(4)

menunjukkan bahwa berdasarkan pemenuhan unsur internal dan eksternal, tingkat kemampuan siswa dalam menulis teks pidato tergolong baik dengan nilai rata-rata keseluruhan yang dicapai siswa adalah 73,52. Hal ini mengindikasikan bahwa siswa kelas X SMA Negeri 1 Selat sudah mampu menulis teks pidato dengan baik dan memperhatikan unsur internal dan eksternal.

Terkait dengan penelitian di atas yang membedakan dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah 1) Subjek yang peneliti gunakan berbeda, 2) materi pembelajaran yang berbeda terkait dengan penelitian sejenis yang pertama, 3) selanjutnya mengenai metode pengumpulan data yang digunakan pada masing-masing penelitian berbeda pula seperti pada penelitian yang pertama menggunakan 4 metode dan penelitian sejenis yang ke- dua hanya menggunakan satu metode.

Sesuai dengan latar belakang di atas, dapat dirumuskan beberapa masalah penelitian. Secara rinci masalah penelitian tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut. (1) Bagaimanakah langkah-langkah pembelajaran menggunakan metode latihan dalam meningkatkan kemampuan menulis pidato berbahasa Bali siswa kelas XI IPA 2 SMA Negeri 1 Sawan? (2) Apakah penggunaan metode latihan dapat meningkatkan kemampuan menulis pidato berbahasa Bali siswa kelas XI IPA 2 SMA Negeri 1 Sawan ? (3) Bagaimanakah respon siswa kelas XI IPA 2 SMA Negeri 1 Sawan tentang penggunaan metode latihan dalam meningkatkan kemampuan menulis pidato berbahasa Bali?

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang telah dirancang ini meliputi (1) rancangan penelitian, (2) subjek dan objek penelitian, (3) prosedur penelitian, (4) metode pengumpulan data, (5) insrtumen penelitian, dan, (6) teknik analis data dan kriteria keberhasilan. Metode–metode yang dimaksud adalah sebagai berikut. (1) Rancangan Penelitian. Pada penelitian ini rancangan penelitian yang digunakan, yaitu rancangan penelitian tindakan kelas (PTK). Arikunto, (2006:3) mengatakan

bahwa penelitian tindakan kelas memiliki karakteristik penting, yaitu bahwa problema yang diangkat adalah problema yang dihadapi oleh guru di kelas, selain itu penelitian tindakan kelas memiliki karakteristik yang khas yaitu adanya tindakan (aksi) tertentu untuk memperbaiki proses belajar mengajar di kelas. (2) Subjek dan Objek Penelitian. Subjek dalam penelitian ini adalah guru dan siswa kelas XI IPA 2 SMA Negeri 1 Sawan, sedangkan objek dari penelitian ini, yaitu penggunaan metode latihan dalam pembelajaran menulis pidato berbahasa Bali. (3) Prosedur Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan secara multisiklus. Masing-masing siklus dalam penelitian ini terdiri atas lima tahapan, yaitu refleksi awal, rencana tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan evaluasi, serta refleksi. (4) Metode Pengumpulan Data. Adapun metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu metode observasi, metode tes, dan metode angket atau kuesioner. Metode observasi digunakan untuk mengumpulkan data mengenai aktivitas belajar siswa dan guru dalam proses pembelajaran. Metode tes digunakan untuk mengumpulkan data berupa hasil belajar siswa, sedangkan metode angket atau kuesioner digunakan untuk memeroleh data mengenai respons siswa terhadap pembelajaran. (5) Instrumen Penelitian. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. (1) Instrumen yang digunakan untuk mendukung metode observasi adalah pedoman observasi. Instrumen ini digunakan untuk mendapatkan data mengenai aktivitas siswa dan guru dalam proses pembelajaran. (2) Instrumen yang digunakan dalam metode tes adalah tes tulis untuk mengukur tingkat kemampuan menulis teks pidato berbahasa Bali yang dicapai siswa. Tes tulis yang diberikan berupa penugasan secara berkelompok yaitu siswa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru secara berkelompok kemudian tes yang kedua adalah tes yang dilakukan oleh seluruh siswa secara individu untuk menulis sebuah pidato. (3) Instrumen yang digunakan dalam metode kuesioner berupa pedoman kuesioner tertutup. Instrumen ini digunakan untuk

(5)

memperoleh respon siswa terhadap pembelajaran yang menggunakan metode latihan dalam meningkatkan kemampuan menulis pidato berbahasa Bali, dan (6) Teknik Analisis Data dan Kriteria Keberhasilan. Teknik yang digunakan dalam menganalisis data adalah analisis deskriptif kuantitatif dan teknik analisis deskriptif kualitatif. Data yang berupa hasil menulis pidato dan respons siswa dianalisis secara deskriptif kuantitatif, yaitu dengan cara pengeskoran. Data mengenai langkah-langkah pembelajaran dalam proses belajar mengajar dianalisis secara deskriptif kualitatif, yaitu digambarkan dengan kata-kata. Sedangkan kreteria keberhasilan penggunaan metode latihan dalam meningkatkan kemampuan menulis pidato berbahasa Bali dilihat dari empat aspek, yaitu (1) kemampuan siswa dalam menulis pidato berbahasa Bali, (2) aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran menulis pidato berbahasa Bali, (3) aktivitas guru dalam melaksanakan langkah-langkah pembelajaran menulis pidato berbahasa Bali, dan (4) respons yang diberikan oleh siswa terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sebelum pemaparan hasil penelitian dan pembahasan, peneliti terlebih dahulu akan memaparkan hasil refleksi awal, yaitu sebagai berikut. Berdasarkan analisis terhadap hasil penulisan pidato yang diperoleh siswa pada tindakan I, masih ditemukan adanya kekurangan atau masalah. Kekurangan yang dimaksud adalah terdapat beberapa siswa yang masih mendapat skor di bawah standar ketuntasan belajar.

Bila dilihat dari masing-masing aspek yang dinilai, terlihat bahwa skor terendah dan perlu mendapat perhatian khusus adalah penggunaan kosa kata (kosabasa) Bali, tata bahasa dan ejaan. Dalam menulis pidato berbahasa Bali siswa kurangnya penggunaan kosa kata, siswa cenderung menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa biasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu dalam menulis pidato siswa kurang mampu menuangkan ide-ide yang dituangkan melalui isi pidato sehingga

tulisan yang dihasilkan kurang maksimal. Hal ini terlihat dari hasil siswa ketika menulis pidato hasil tulisan yang dihasilkan kurang berkembang dan terlihat sederhana.

Hasil Penelitian. Hasil Penelitian pada Siklus I. Adapun hasil penelitian siklus I adalah sebagai berikut. (1) Data mengenai langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan metode latihan. Guru menyampaikan apersepsi terkait dengan pembelajaran, SK, KD, indikator, dan tujuan pembelajaran. Keadaan pada saat itu sangatlah tertib dan siswapun siap untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. Dengan kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran tentunya siswa akan lebih memahami materi yang diajarkan oleh guru.

Setelah siswa nampak siap mengikuti kegiatan pembelajaran guru memancing pengetahuan siswa terkait dengan pidato. pada saat ini siswa mengajukan pertanyaan dan pendapat masing-masing mengenai pidato dan guru menanggapi pertanyaan serta pendapat yang diajukan oleh siswa. setelah siswa paham terhadap materi pidato guru juga mengajarkan anggah-ungguhing basa Bali kepada siswa. Hal ini dilakukan karena pidato yang diajarkan adalah pidato yang menggunakan bahasa Bali, tentunya hal ini juga dilakukan untuk menghindarkan siswa dari kesalahan menggunakan bahasa dan kata-kata (kruna) yang akan digunakan dalam menulis pidato.

Kegiatan selanjutnya guru membacakan sebuah contoh pidato yang bertemakan bebas sedangkan seluruh siswa menyimak pidato yang disampaikan oleh guru. Pemberian contoh pidato yang dilakukan bertujuan agar siswa mengenal isi dari sebuah pidato dan bisa dijadikan sebuah pedoman atau bekal pada saat menulis pidato yang akan dilaksanakan oleh siswa.

Setelah kegiatan pembacaan pidato, guru menyruh siswa untuk membentuk sebuah kelompok yang beranggotakan 5 orang siswa. Guru menanyakan pada siswa mengenai hal-hal yang dianggap belum jelas dan guru menyuruh salah satu siswa untuk mengajukan permasalahan yang dihadapi. Guru memberikan penjelasan terhadap permasalahan yang

(6)

dihadapi oleh siswa. Pemberian penjelasan dilakukan untuk menghindarkan siswa dari keragu-raguan mengenai materi pidato yang belum dimengerti.

Kegiatan selanjutnya guru menyuruh masing-masing kelompok untuk menentukan isi pidato (pembukaan, isi, dan penutup), hal ini dilakukan agar siswa mengenal bagian-bagian dari isi pidato dan dapat dijadikan bekal dalam menulis pidato yang akan diperaktekan.

Guru menyuruh masing-masing siswa untuk membuat pidato yang bertemakan bebas sebagai tugas di rumah, hal ini dilakukan sebagai alat ukur terhadap tingkat pemahaman materi yang diajarkan oleh guru. Pada kesempatan ini, guru juga menyuruh beberapa siswa di tiap kelompok untuk membacakan pidato yang telah dibuat dan siswa lain mengomentari pidato yang telah dibacakan oleh temannya dan di akhiri pemberian komentar oleh guru.

Kegiatan selanjutnya, guru bersama siswa menyimpulkan seluruh kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan dan diakhiri dengan mengucapkan salam penutup. (2) Data hasil belajar siswa pada siklus I. Berdasarkan kreteria ketuntasan belajar minimal pada mata pelajaran bahasa Bali di SMA Negeri Sawan, siswa dikatakan tuntas apabila memperoleh skor 76 ke atas.

Dari 26 orang siswa, 16 orang siswa (61,53%) yang mencapai ketuntasan belajar. Kemudian, 16 orang siswa tersebut, enem orang siswa (23,07%) mendapat skor 82, lima orang siswa (19,23%) mendapat skor 80, dan lima orang siswa (19,23%) mendapat skor 78.

Dari 26 orang siswa, terdapat 10 orang siswa (38,46%) yang belum mencapai ketuntasan belajar dengan perincian lima orang siswa (19,23%) mendapat skor 75 dan lima orang siswa (19,23%) mendapat skor 74.

Berdasarkan uraian di atas dapt disimpulkan siswa yang tuntas dengan skor 76 ke atas sebanyak 16 orang siswa (61,53%) dan siswa yang belum tuntas sebanyak 10 orang (38,46%) mendapat skor 76 ke bawah. pada siklus I ini,

terdapat 10 orang siswa yang belum memenuhi syarat kreteria ketuntasan belajar. hal demikian, tindakan tersebut belum dapat dihentikan atau belum dapat dikatakan berhasil, karena dalam penelitian ini diharapkan sebanyak 75% siswa memperoleh skor 76 ke atas. Skor rata-rata kelas yang dicapai pada siklus I sebesar 77,96. (3) Data respons siswa pada siklus I. Secara keseluruhan, skor rata-rata respons siswa terhadap metode latihan, yaitu 100%. Berdasarkan kriteria tersebut, dapat dikatakan bahwa rata-rata respons siswa terhadap penerapan metode latihan dalam meningkatkan kemampuan menulis pidato berbahasa Bali adalah responsif. Jadi, dapat disimpulkan jumlah siswa yang merespons positif (responsif) telah memenuhi standar pencapaian minimum, yaitu 50%.

Hasil Penelitian pada Siklus II. Adapun hasil penelitian siklus II adalah sebagai berikut. (1) Data mengenai langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan metode latihan. Guru menyuruh siswa untuk duduk dengan baik dan siswa disuruh agar tidak ribut. Kemudian, dilanjutkan dengan mengecek kehadiharan siswa dan mengisi jurnal yang ada di kelas. Guru menyampaikan SK, KD, indikator, dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Setelah itu, guru sedikit menguraikan tentang hasil tes yang mereka peroleh pada saat menulis pidato berbahasa Bali (pada tindakan 1). Tulisan yang mereka buat rata-rata sudah bagus, namun ada beberapa hal yang masih kurang, seperti penggunaan kata-kata (kosabasa) Bali yang kurang tepat, Selain itu dalam menulis pidato siswa kurang mampu menuangkan ide-ide yang dituangkan melalui isi pidato sehingga tulisan yang dihasilkan kurang maksimal.

Kemudian setelah lima belas menit pelajaran berlangsung, guru memberikan beberapa pertanyaan kepada siswa untuk mengingatkan siswa pada pelajaran tentang menulis pidato selain itu mengenai hal-hal yang belum jelas yang sudah pernah dijelaskan pada pertemuan sebelumnya. Adapun pertanyan yang diajukan oleh guru “ Sire sane kari eling

(7)

napi punika pidato?”, “Napi manten sane

wenten ring pidato?”. Siswa merespon

pertanyaan yang diajukan oleh guru dengan cara menjawab pertanyaan tersebut.

Guru menunjuk seorang siswa yang duduk di tengah untuk menjawab. Siswa yang ditunjuk oleh gurupun dapat menjawab pertanyaan yang diajukan dengan benar. Kemudian guru bertanya pada siswa lain “ Napike sane raosange olih sawitran dane patut napi iwang?”. seluruh siswa menjawab dengan serempak dan mengatakan jawaban temannya benar. Setelah semua pertanyaan terjawab,dan guru selesai memberikan penjelasan, guru bertanya kepada siswa “ Napike para sisia sampun ngeresepang indik sane katelatarang iwau

utawi wenten pitaken indik pidato”.

Siswapun serentak mengatakan tidak. Guru memberikan tes tulis kepada seluruh siswa untuk menulis kembali sebuah pidato dengan tema bebas secara individu, setelah itu guru menutup pelajaran dan menyampaikan salam penutup. (2) Data hasil belajar siswa pada siklus II. Berdasarkan tabel tersebut, sebanyak 22 orang siswa (84,61%) memperoleh skor 76 ke atas. Hanya 4 orang siswa (18,18%) yang memperoleh skor dibawah 76. Oleh karena itu, pelaksanaan tindakan dapat dikatakan berhasil dan penelitian dapat dihentikan. Sesuai dengan rencana awal dalam penelitian ini, yakni tindakan dinyatakan berhasil jika siswa mendapat skor 76 ke atas.

Hasil evaluasi pada siklus II menunjukkan adanya peningkatan. Rata-rata kelas pada siklus I, yaitu 77,96 meningkat menjadi 80,8 pada siklus II. peningkatan yang terjadi sebesar 2,84 ketuntasan klasikal meningkat dari 61,53% menjadi 84, 61% pada siklus II. dengan adanya peningkatan ini, dapat dinyatakan pelaksanaan tindakan terbaik dalam penelitian ini adalah pada siklus II.

Pada siklus ini, ketuntasan belajar yang dicapai oleh seluruh siswa, dua orang siswa (7,7%) mendapat skor 87, dua orang siswa (7,7%) mendapat skor 86, empat orang siswa (15,38%) mendapat skor 85, satu orang siswa (3,84%) mendapat skor 84, satu orang

siswa (3,84%) mendapat skor 83, dua orang siswa (7,7%) mendapat skor 82, satu orang siswa (3,84%) mendapat skor 81, satu orang siswa (3,84%) mendapat skor 80, satu orang siswa (3,84%) mendapat skor 79, satu orang siswa (3,84%) mendapat skor 78, empat orang siswa (15,38%) mendapat skor 77, dan dua orang siswa (7,7%) mendapat skor 76.

Dari 26 orang siswa, hanya 4 orang siswa (15,38%) yang belum mencapai ketuntasan minimal. Dari 5 orang siswa, satu orang siswa (3,84%) mendapat skor 75, dua orang siswa (7,7%) mendapat skor 72, dan satu orang siswa (3,84%) mendapat skor 68. Skor tertinggi yang diperoleh siswa dalam menulis pidato dengan penggunaan metode latihan adalah 87 dan skor terendah adalah 68.

Hasil penugasan pada siklus II menunjukan sebanyak 19 orang siswa (73,07%) mengalami peningkatan dan 7 orang siswa (26,92%) mengalami penurunan. Siswa yang mengalami penurunan nilai disebabkan kurangnya memperhatikan dan memahami penjelasan guru, selain itu siswa juga kurang bersungguh-sungguh dalam membuat pidato. (3) Data respons siswa pada siklus II. Berdasarkan hasil respon

siswa yang didapat, hampir seluruh siswa

memberikan

respons

poitif

terhadap

pelaksanaan tindakan. Sebanyak 5 orang

siswa (19,23%) memberikan respons

sangat positif, 20 orang siswa (76,92%)

memberikan respons positif, dan 1 orang

siswa (3,84%) memberikan respons cukup

positif terhadap kegiatan pembelajaran

dengan penggunaan metode latihan dalam

menulis pidato berbahasa Bali.

Pembahasan

Berdasarkan uraian pada hasil penelitian di depan, dapat diidentifikasi tiga temuan yang bermakna. Temuan tersebut adalah (1) ada beberapa langkah yang harus ditempuh dalam menulis pidato berbahasa Bali dengan penggunaan metode latihan, (2) penggunaan metode latihan dapat meningkatkan kemampuan menulis pidato berbahasa Bali siswa, dan (3) siswa merasa senang melakukan kegiatan

(8)

menulis pidato dengan penggunaan metode latihan. Temuan dalam penelitian ini adalah (1) siswa lebih terampil menuangkan ide-ide yang dimiliki dalam menulis pidato berbahasa Bali setelah melakukan pembelajaran dengan penggunaan metode latihan, (2) peningkatan hasil belajar siswa tidak terlepas dari motivasi guru untuk menciptakan inovasi dalam pembelajaran, dan (3) dalam kegiatan pembelajaran guru hendaknya selalu menyertai dengan contoh-contoh karena dengan pemberian contoh tersebut dapat memaksimalkan pemahaman siswa terhadap materi yang dijelaskan.

Penggunaan metode latihan dalam pembelajaran menulis pidato berbahasa Bali berpengaruh terhadap hasil yang dicapai oleh siswa. Jika guru menerapkannya dengan benar hasilnyapun akan baik, sebaliknya jika teknik yang digunakan kurang tepat hasilnyapun kurang memuaskan. Lebih-lebih dalam pembelajaran menulis, teknik yang digunakan guru harus dipilih secara cermat dan tepat. Ketepatan memilih teknik dalam pembelajaran menulis akan membantu siswa dalam mengungkapkan atau menuangkan ide-ide yang dimiliki.

Penggunaan metode latihan dalam pembelajaran menulis pidato berbahasa Bali di kelas XI IPA 2 SMA Negeri 1 Sawan, mampu meningkatkan kemampuan siswa untuk menuangkan ide-ide yang dimiliki dalam menulis pidato berbahasa Bali. Penggunaan metode latihan dalam pembelajaran menulis pidato berbahasa Bali juga dapat menghasilkan kemampuan menulis pidato berbahasa Bali yang disertai dengan adanya peningkatan skor. Skor yang diperoleh dari rata-rata 77,96 (61,53%) pada siklus I menjadi 80,8 (84,61%) pada siklus II.

Peningkatan skor dalam penelitian ini telah membuktikan bahwa penggunaan metode latihan dapat mengefektifkan pembelajaran menulis pidato berbahasa Bali. Peningkatan ini tidak terlepas dari faktor guru dan siswa sendiri. Guru sebagai pelaksana pengajaran telah termotivasi untuk mengubah cara pengajarannya. Biasanya guru hanya menceramahi siswa, kemudian dilanjutkan

menugaskan siswa untuk mengerjakan soal.

Pada penelitian ini guru telah mengadakan perubahan dalam pembelajaran menulis dengan merancang dan menemukan langkah-langkah pembelajaran menulis pidato berbahasa Bali dengan penggunaan metode latihan sebagai wadah belajar dan meminimalkan ceramah.

Penggunaan metode latihan dalam menulis pidato berbahasa Bali sudah terbukti dapat meningkatkan kemampuan menulis pidato berbahasa Bali siswa kelas XI IPA 2 SMA Negeri 1 Sawan. Ada hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat siswa menulis pidato yaitu dengan langkah-lanhkah pembelajaran yang ditemukan dan diterapkan oleh guru adalah sebagai berikut. (1) Guru masuk dalam kelas dan mengucapkan salam pembuka. Hal salam penting dilakukan guna menumbuhkan keakraban di dalam kelas. (2) Guru mengecek kesiapan belajar siswa. Hal kesiapan perlu dilakukan oleh guru guna mengetahui kesiapan siswa dalam mengikuti pelajaran dan langkah yang tepat yang dilakukan oleh guru. (3) Guru memberikan apersepsi yang mengarah pada materi pelajaran. Hal apersepsi yang dilakukan oleh guru, bertujuan agar siswa memiliki bayangan atau membuka wawasan tentang materi pelajaran yang akan mereka pelajari. (4) Guru menyampaikan SK, KD, indikator, dan tujuan pembelajaran. Hal ini perlu dilakukan agar siswa mengetahui kegiatan pembelajaran yang akan mereka lakukan. Dengan diketahuinya indikator dan tujuan pembelajaran tentu akan menumbuhkan rasa ingin tahu siswa mengenai materi yang akan mereka pelajari. (5) Guru menyampaikan dan menanamkan konsep yang benar tentang pengertian pidato berbahasa Bali, bagian-bagian pidato, dan tema yang dapat dijadikan pidato. Materi ini penting disampaikan agar siswa memiliki pengetahuan dasar tentang pidato berbahasa Bali, yang nantinya akan mambantu siswa dalam menulis pidato berbahasa Bali. (6) Guru dan siswa melakukan tanya jawab sehubungan dengan pelajaran. Guru memberikan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran yang sedang

(9)

dibahas. Pemberian pertanyaan ini bertujuan agar siswa lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran. Kegiatan tanya jawab juga akan membuat siswa lebih bersemangat mengikuti pelajaran sehingga siswa tidak bosan mengikuti pelajaran. (7) Guru memberikan siswa contoh pidato berbahasa Bali yang bertemakan pendidikan, sosial, dan keagamaan. Pemberian contoh ini sebagai gambaran kepada siswa bahwa itulah salah satu contoh pidato yang mengandung tema pendidikan, sosial, dan keagamaan. Hal ini juga dapat membantu menumbuhkan ide-ide yang dimiliki siswa terhadap pembelajaran dalam menulis sebuah pidato berbahasa Bali. (8) Guru mempersilahkan untuk menyampaikan permasalahan atau kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran. Hal ini penting dilakukan agar permasalahan yang ada dibenak siswa terpecahkan dan ditemukan jawaban yang pasti. (9) Guru dan siswa menganalisis dan mencari jalan keluar atas permasalahan yang dihadapi. Hal pemecahan masalah yang dilakuka oleh guru dan siswa agar siswa ikut terlibat dalam memecahkan permasalahan yang selanjutnya dirangkum menjadi sebuah jawaban yang tepat. (10) Guru memberikan tes tulis kepada seluruh siswa untuk menulis sebuah pidato yang bertemakan bebas. hal penugasan menulis pidato dilakukan sebagai alat ukur terhadap kemampuan siswa dalam menulis pidato berbahasa Bali setelah melakukan kegiatan pembelajaran dengan penggunaan metode latihan. (11) Guru menyimpulkan materi dan menutup pelajaran. Selanjutnya, guru mengucapkan salam penutup.

Mengacu pada hasil angket, siswa merasa senang dan terbantu dalam mengungkapkan ide-ide yang mereka miliki. Mereka juga berpendapat bahwa dengan pembelajaran hal itu, membuat mereka merasa tugas yang diberikan oleh guru bukanlah suatu beban. Penggunaan metode latihan dapat dijadikan salah satu alternatif dalam pembelajaran menulis pidato berbahasa Bali serta untuk memudahkan siswa mengungkapkan ide-idenya.

Berdasarkan urian di atas dapat disimpulkan bahwa guru telah mampu melaksanakan kegiatan mengajar sesuai dengan langkah-langkah yang telah dibuat sebelumnya, kemampuan menulis pidato berbahasa Bali siswa kelas XI IPA 2 SMA Negeri 1 Sawan dapat ditingkatkan dengan penggunaan metode latihan, dan siswa memberikan respons yang sangat positif terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Hal ini terbukti dengan rasa senang yang dinyatakan oleh siswa pada kegiatan pembelajaran dengan penggunaan metode latihan. Pada hakikatnya, dengan rasa senang yang dirasakan oleh siswa pada saat kegiatan belajar mengajar (KBM) berlangsung tentunya akan sangat mempengaruhi tingkat keberhasilan tujuan pembelajaran yang diinginkan. Jadi penggunaan metode latihan dalam pembelajaran menulis pidato berbahasa Bali bermanfaat bagi siswa, sehingga hasil belajar siswapun menjadi maksimal. PENUTUP

Berdasarkan uraian pada bab IV dalam penelitian ini, dapat ditarik beberapa simpulan, yaitu sebagai berikut. (1) Langkah-langkah dan cara guru dalam membelajarkan menulis pidato berbahasa Bali pada siswa sangat inovatif, yakni penggunaan metode latihan, membuat rancangan, dan melaksanakan secara utuh langkah-langkah pembelajaran yang telah dirancang. (2) Penggunaan metode latihan pada pembelajaran menulis pidato berbahasa Bali di kelas XI IPA 2 SMA Negeri 1 Sawan telah mampu meningkatkan kemampuan menulis pidato siswa. Hal ini ditandai dengan adanya peningkatan skor yaitu pada siklus I siswa memperoleh skor rata-rata kelas 77,96 dengan ketuntasan klasikal sebesar 61,53%, sedangkan pada siklus II rata-rata kelas menjadi 80,8 dengan ketuntasan klasikal sebesar 84,61% berkategori baik. (3) Siswa merasa senang dan terbantu dalam mengungkapkan ide-ide yang mereka miliki. Siswa berpendapat dengan penggunaan metode latihan mereka merasa tugas yang diberikan oleh guru, bukanlah suatu beban. Hal itulah penggunaan metode latihan dapat

(10)

dijadikan salah satu alternatif dalam pembelajaran menulis pidato berbahasa Bali serta untuk memudahkan siswa mengungkapkan ide-idenya. Dapat disimpulkan pula belajar dalam suasana yang menyenangkan dapat meningkatkan kualitas belajar siswa kelas XI IPA 2 SMA Negeri 1 Sawan.

Berdasarkan hasil penelitian yang disimpulkan di atas, ada beberapa saran yang perlu disampaikan sebagai berikut. (1) Bagi siswa, melalui penggunaan metode latihan hendaknya siswa mampu menulis pidato berbahasa Bali dengan baik dan benar dan mampu memahami

anggah-ungguhing basa Bali untuk

menambah pengetahuan dan keterampilan yang telah dipelajari itu menjadi permanen, mantap dan dapat dipergunakan sewaktu-waktu dalam kehidupan sehari-hari. (2) Bagi guru, untuk lebih meningkatkan keterampilan siswa, guru hendaknya diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan guru dalam memilih metode pembelajaran yang tepat digunakan ketika mengajar di dalam kelas, sehingga dapat meningkatkan profesionalisme guru dalam melaksanakan tugas mengajar. (3) Bagi sekolah, dalam kegiatan pembelajaran di sekolah hendaknya melalui pembelajaran menulis pidato ini dapat digunakan oleh sekolah dalam hal mendidik siswa khususnya menulis pidato berbahasa Bali serta sebagai bahan pertimbangan dan acuan untuk melakukan evaluasi pada perkembangan kurikulum. (4) Bagi peneliti, diharapkan mampu meningkatkan kemampuannya khususnya dalam menggunakan metode latihan dalam mata pelajaran lainnya guna meningkatkan mutu pendidikan jika peneliti sudah menjadi guru sesungguhnya selain itu juga dapat menambah pengalaman dan wawasan tentang beberapa metode dalam hal pembelajaran bahasa. (5) Bagi peneliti lain, hendaknya dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan untuk melakukan penelitian sejenis pada pembelajaran lainnya selain menulis pidato berbahasa Bali.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, dkk. 2006. Penelitian

Tindakan Kelas: PT Bumi Aksara.

Hadinegoro, Luqman. 2006.

Teknik Seni

Berpidato Mutakhir: Absolut.

Keraf, Gorys. 2004.

Komposisi. Flores:

Nusa Indah.

Lasa, Hs. 2005. Gairah Menulis: Panduan

Menerbitkan Buku untuk Penulis

Pemula . Yogyakarta: Alenia.

Roestiyah,

1998.

Strategi

Belajar

Referensi

Dokumen terkait

pencapaian target indicator Millenium Development Goalds bidang kesehatan. Profil Kesehatan Kabupaten Mamuju Tengah juga merupakan penyajian yang relative komprehensif

1) Lingkungan, termasuk sikap terhadap anak-anak pada umumnya dan terhadap anak tertentu karena: lingkungan yang tidak responsif dan kurang stimulasi. Pemahaman

Kota dilaksanakan dengan menghadirkan Bupati/Walikota, Ketua Tim Penggerak PKK tingkat Kabupaten/Kota, tokoh masyarakat, pimpinan ormas Islam tingkat Kabupaten/Kota, peserta

[r]

Motor induksi yang dibuat dengan kelas ini memiliki torsi start yang sangat besar ( biasanya dibuat 275 persen atau lebih dari rating torsi ) dan arus startnya kecil, tetapi

Menyatakan bahwa skripsi saya berjudul “Pemanfaatan Capung (Odonata) Sebagai Bioindikator Pencemaran Air di Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas Hulu Kota Batu” adalah bagian

Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efek yang diberikan oleh campuran umpan dan fipronil terhadap akti- vitas, terutama aktivitas mencari makan, dari koloni

selaku Ketua Program Studi teknik Elektro S1 Universitas Muria Kudus, dan selaku Pembimbing I telah memberikan arahan dalam penyelesaian skripsi ini.. Bapak