Dosen :
Fani Yayuk Supomo, ST., MT
ATA 2011/2012
PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR
(PSDA)
BAB II
SUNGAI dan WILAYAH SUNGAI
Sungai
adalah jaringan alur-alur alam dari kecil ke
besar pada permukaan bumi, dimana air hujan yang
jatuh
dipermukaan bumi sebagian meresap ( Infiltrasi
& Perkolasi ) kedalam tanah dan menguap ( Evaporasi ),
sebagian sisanya akan melimpas dan mengalir
membentuk alur-alur kecil, kemudian menjadi alur-alur
sedang (
tributaries
) dan seterusnya mengumpul menjadi
satu alur besar atau utama yang sebelum masuk kelaut
dapat terbagi atas beberapa alur (
distributaries
).
1. SIFAT SIFAT SUNGAI
BAB I SUNGAI dan WILAYAH SUNGAI
Sungai
mempunyai fungsi pokok, yaitu :
a. Menampung Curah Hujan (Air) disuatu daerah tertentu. b. Mengalirkan Air (air hujan) dari daerah yang
lebih tinggi
ke daerah yang
lebih rendah
atau dari hulu ke hilir yang akhirnya ke laut.c. Sebagai Drainasi Alam atau drainasi area dari suatu
daerah.
d. Mengalirkan Sedimen sebagai
fungsi
morphologidalam proses pembentukan daratan atau landscape.
BAB I SUNGAI dan WILAYAH SUNGAI
Dilihat dari
fungsi
menampung dan mengalir-nya ataumendrainasi-nya air di suatu daerah, maka daerah tertentu
darimana sungai memperoleh air merupakan daerah
tangkapan hujan (air), yang sekarang umumnya disebut
“ Daerah Aliran Sungai (DAS) ”, tetapi
sebenarnya
lebihcocok dinamakan “Daerah Pengeliran Sungai (DPS)” yang
dalam bahasa Inggris disebut dengan “Catchment Area atau
Watershed”.
1.3. Daerah Aliran Sungai ( DAS ) atau Daerah Pengaliran Sungai ( DPS )
BAB I SUNGAI dan WILAYAH SUNGAI
Garis batas antara DPS – DPS ialah topografi punggung permukaan bumi yang
dapat
memisahkan dan membagiair hujan
sewaktu
jatuh ke bumi (tanah) ke masing-masingDPS.
Dapat dijelaskan bahwa DPS besar adalah
merupakan
gabungan dari
beberapa
DPS sedang ( sub DPS besar )dan DPS sedang adalah gabungan
beberapa
DPS kecil, demikian seterusnya sampai DPS-DPS individu amat kecil yang dapat dengan mudah dibedakan di lapangan.Batas antara DPS ini disebut “Waterdevide”.
Pada daerah dan batas-batas DPS dapat di gambarkan sebagaimana DPS Sungai Serayu @.
1.3. Daerah Aliran Sungai ( DAS ) atau Daerah Pengaliran Sungai ( DPS )
BAB I SUNGAI dan WILAYAH SUNGAI
Disamping sifat-sifat hujan sebagai faktor dominan ( sebagai masukan ), ada faktor-faktor lain yang penting dari suatu DPS (segaia proses) yang mempengaruhi karakteri / sifat pada sungai, yaitu :
o Letak Geografis
o Luas Areal ( daerah ) o Topografi
o Geologi o Vegetasi
1.3. Daerah Aliran Sungai ( DAS ) atau Daerah Pengaliran Sungai ( DPS )
BAB I SUNGAI dan WILAYAH SUNGAI
Faktor-faktor tersebut tadi
secara
terpadumerupakan
ekosistem suatu daerah pengaliran sungai ( DPS ), yang
akan sangat berpengaruh terhadap
besarnya
debit banjir, corak hujan / banjir, debit dasar sungai, angkutan sedimentasi dan morphologi dari suatu sungai ( sebagaikeluaran ).
1.3. Daerah Aliran Sungai ( DAS ) atau Daerah Pengaliran Sungai ( DPS )
BAB I SUNGAI dan WILAYAH SUNGAI
intensitas MASUKAN HUJAN frekwensi letak geografis/iklim D.P.S. luas PROSES bentuk (Sungai Catchment) topografi geologi vegetasi debit banjir
corak hujan / banjir KELUARAN ALIRAN AIR debit dasar
DISUNGAI debit rata-rata
KELAUT angkutan sedimen SEDIMEN morphologi sungai catchment area
BAB I SUNGAI dan WILAYAH SUNGAI
Selanjutnya secara sederhana alur utama atau daerah aliran suatu sungai dapat dibagi atas 3 ( tiga ) bagian, yaitu :
a. Bagian Atas ( upstream ), dimana proses erosi
berjalan ( sebagai
erosi zone
)b. Bagian Tengah ( middle stream ), dimana terjadi
proses erosi dan sedimentasi
berjalan
seimbang dandinamis.
c. Bagian Bawah ( down stream ), dimana proses
PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR ( PSDA ) PEDAHULUAN
Gambar Profil Memanjang Sungai :
( kemiringan berubah oleh erosi dan pengendapan )
Bag.Atas/Hulu Bag. Tengah Bag. Bawah / Hilir Laut
Erosi
Kemiringan
Eksogenitik Kemiringan Berubah
Endapan / Sedimentasi
BAB I SUNGAI dan WILAYAH SUNGAI
Bagian Atas / Hulu Aliran Sungai terletak di lereng
gunung dengan
kemiringan
curam, sehingga aliran besar /deras disebut torrent.
Torrent sering berada pada keadaan
aliran
kritis hingga subkritis dengan kecepatan air dapat mencapai
puluhan
m’/detik, sehingga profil memanjang sungai ini sangat tidakberaturan ada yang curam atau terjal dan ada yang datar.
Hal ini karena selain terjadi pengikisan atau erosi yang besar dan juga karena dasar dan sisi sungai terdiri dari
bermacam-macam
jenis tanah ( batuan, cadas, tanah liat, dsb. )BAB I SUNGAI dan WILAYAH SUNGAI
Pada waktu banjir benda-benda yang diangkut ke hilir bukan sedimen halus saja, tetapi kerikil bahkan batu kerakal besar.
Maka pada daerah atas sungai sering disebut erosi zone.
Untuk mengatasi atau mengurangi hal-hal yang membahayakan, maka usaha yang perlu dilakukan ialah :
a. Membangun Torrent Control, yaitu : check dam, sabo dam. b. Membangun Konservasi tanah-tanah DPS yang kritis,
antara lain membuat : • Terasering
• Agroforestry
• Penebangan vegetasi Perennial yang ada • Dll.
BAB I SUNGAI dan WILAYAH SUNGAI
Hal tersebut untuk memeperkecil Sheet and Riil Erosion atau
hilangnya lahan / top soil dan akan
menambah
debit dasar /base flow sungai.
Bagian Tengah aliran sungai,
arus
sudah mulai tenangmeskipun kemiringan rata-rata dasar sungai masih agak curam.
Kecepatan aliran banjir, sub kritis sampai dengan kritis
mencapai ± 5 m’/detik.
Benda-benda sedimen yang besar dan kasar dari kikisan daerah hulu mulai mengendap di bagian ini.
Sedang sedimen bahan yang halus masih terangkut terus ke hilir.
BAB I SUNGAI dan WILAYAH SUNGAI
Pada bagian tengah ini selain selalu terjadi proses pengendapan
sedimen ( agradasi ) dan juga masih terjadi proses pengikisan
( degradasi ), namun terjadi
secara
seimbang.Itulah sebabnya daerah tengah ini kurang lebih berada dalam keadaan seimbang dan dinamis.
Kondisi
penampang melintang yang tersedia umumnya relatif masih mencukupiuntuk
mengalirkan debit banjir, kecuali pada bagian peralihan ke bagian hilir sungai.BAB I SUNGAI dan WILAYAH SUNGAI
Bagian Bawah Aliran Sungai atau Hilir, berada di dataran
rendah pada ketinggian relatif kecil di atas permukaan air laut
rata-rata.
Kemiringan sungai yang kecil menjadikan aliran subkritis dengan kecepatran arus banjir-pun mungkin hanya sekitar ± 2 m’/detik.
Dengan kecepatan yang kecil ini untuk mengalirkan debit banjir tertentu akan membutuhkan penampang basah / melintang yang relatif lebih besar.
Sehingga pada musim banjir air sering meluap ke daerah rendah di sekitar jkanan dan kiri bantaran sungai atau sering disebut flood plain, lihat gambar sbb :
BAB I SUNGAI dan WILAYAH SUNGAI
Natural Levels ( Tanggul Alamiah ) ) AIR Flood Plain ( Dataran Banjir ) Sand Bank’s
Low Water Bed
( Dasar Air Rendah ) ( Dataran Banjir ) Flood Plain
Hight Water Level ( tinngi muka air banjir )
BAB I SUNGAI dan WILAYAH SUNGAI
Sungai bagian hilir ini sering disebut Alluvial.
Karena kondisi tersebut, maka keadaan penampang melintang dan atau memanjang sungai
relatif
tidak stabil, sering bergerak berpindah secara dinamik mengikuti bentuk dan keadaan struktur tanah.Sehingga dapat berbentuk meandering atau bentuk
yang
berkelok-kelok .
Pada bagian hilir ini terjadi proses pengendapan yang
lebih
besar
dari pada
terjadinya pengikisan,kecuali
pada saat debitbanjir berlebihan.
Pada mulut atau muara sungai sebagai tempat terjauh air dan sedimen, akan terjadi
pengurangan
kecepatan yang cukupBAB I SUNGAI dan WILAYAH SUNGAI
Hal ini akan menyebabkan terjadinya sedimentasi yang besar dan akan membentuk delta-delta ( deposisi ) dibagian muara ini dan hal ini akan menyebabkan perpanjangan sungai.
Pada sungai yang belum ditanggul pembentukan delta ini akan
lambat, karena air dapat meluap ke daerah flood plain, namun
jika dibuat tanggal hal tersebut tidak dapat terjadi.
Sehingga pembangunan tanggul akan menjadikan proses
pembentukan delta akan lebih cepat, apalagi jika DPS hulu
bersangkutan
amat kritis
( contoh kasus sungai cimanuk ), maka hal ini akan menaikan dasar sungai dan berarti kebutuhan peninggian tanggul guna melanjutkan debit air yang sama dengan sebelumnya. Hal ini merupakan salah satu akibat negatif dariBAB I SUNGAI dan WILAYAH SUNGAI
Gambar Bagian Bawah Sungai pada Umumnya :
B B A A Bohic line 1). Broinded ( terpencar ) Atamox C C D D Bar Crossing Pool 2). Strogh ( lurus ) A A B B C C D D E E F F Point Bar Pool Crossing 3). Meandering ( berbelok ) E E F F
BAB I SUNGAI dan WILAYAH SUNGAI
Pada
umumnya suatu DPS yang relatif besar akan selaluberbatasan
dengan DPS - DPS kecil dan sedang yangpendek-pendek
sungainya, tetapi daerah tersebut umumnya dataran rendah sampai dengan rawa-rawa yang potensialuntuk irigasi.
Pengaturan DPS besar dengan DPS-DPS sedang dan kecil tetangganya akan dapat memberikan
potensi
yang maksimal guna dikembangkan (dalam kesatuan aspek air dan lahan) se-cara terpadu, menyeluruh, optimal dan berkelangsungan untuk berbagai tujuan ( serba guna / multi propose danantar displin ).
BAB I SUNGAI dan WILAYAH SUNGAI
Proyek Serba Guna / Multi Propose, seperti antara lain :
Irigasi / Banjir / Konversi DPS Hulu / Pembangkit
Listrik Tenaga Air ( PLTA ) / Penyediaan Bahan Baku Air Bersih (untuk : Domistik, Industri) / Rekreasi / Peng-lontoran ( sebagai Drainasi Perkotaan ) / Masalah Polusi (
untuk Netralisir Pencemaran Kimia, Air, dsb ) /
yang
dihubungkan dengan
Masalah Kependudukan, Sosial danLingkungan, dari penggabungan DPS-DPS tersebut.
BAB I SUNGAI dan WILAYAH SUNGAI
Penggabungan DPS - DPS yang dilihat dengan
cara
pendekatan kepentingan yang menyeluruh
tersebut dinamakanWilayah Pengembangan
dari suatu
Sungai ( River Basin Development ) atau dengan sebutan lain dapat dikatakansuatu Kawasan Pengembangan Pengairan secara Total (
sumber daya air
dansumber daya alam lainnya
yang erat kaitannya dengan air ).Pada waktu ini oleh pengambil keputusan dan para ahli hidroteknik : konsep terpadu, menyeluruh, optimal dan berkelangsungan ini diungkapkan sebagai :
“One River – One Plan – One Management”.
BAB I SUNGAI dan WILAYAH SUNGAI
Dengan melihat kesatuan wilayah sungai sebagai dasar pengembangan daerah, diharapkan dapat dicapainya “Optimum use and control of available water at river
basin level”.
Jelas disini bahwa Pembuatan Waduk – Waduk Serbaguna yang
dibarengi
dengan pengelolaan DPS huluyang
baik akansangat
mempertinggi potensi air dari wilayah sungaibersangkutan.
Secara sederhana Potensi Sungai ini dapat dinyatakan dengan
perbandingan debit banjir / maksimum dan debit dasar / minimum ( < ± 8 – 10 , pengelolaan sungai baik ).
BAB I SUNGAI dan WILAYAH SUNGAI
BAB I SUNGAI dan WILAYAH SUNGAI
8. BRANTAS 9. MADURA
10. PEKALEN SAMPEAN
10.1. Pekalen Sampean Utara 10.2. Pekalen Sampean Selatan 11. JATIM SELATAN 12. PROGO 12.1. Progo 12.2. Opak - Dayu 13. SERAYU KEDU 13.1 Serayu Kedu 13.2 Kedu Selatan 14. CITANDUY 15. JABAR SELATAN
Pembagian pendekatan PWS di Pulau Jawa :
1. BANTEN 1.1. Teluk Lada 1.2. Banten 2. C.J.C 3. JATILUHUR 4. CIMANUK CISANGGARUNG 4.1. Cimanuk 4.2. Cisanggarung 5. PEMALI COMAL 6. JLATUN SELUNA 6.1. Jlatun Seluna 6.2. Kuta 6.3. Muria Utara 7. BENGAWAN SOLO 7.1. Bengawan Solo 7.2. Laem Utara
BAB I SUNGAI dan WILAYAH SUNGAI
Didalam kenyataan masing-masing wilayah sungai DPS mempunyai potensi air dan lahan yang berbeda-beda, sebagai contoh pulau Jawa : dibagian barat potensi air cukup baik, tetapi potensi lahan dalam ujud dataran rendah relatif kurang dibandingkan dengan potensi air tsb.
Namun makin kebagian timur umumnya potensi air menurun oleh faktor letak geografi dimana hujannya berkurang, akan tetapi potensi tanah dalam ujud lahan dataran rendah ( low land ) relatif lebih luas ( Jawa Timur dan Madura ).
BAB I SUNGAI dan WILAYAH SUNGAI
Dengan melihat keadaan ini apabila kita dapat
menyatukan
seluruh wilayah sungai di Pulau Jawa dari Barat ke Timur
dengan
membuat
saluran penghubung ( link canal ) yangmemotong
masing-masing sungai yang bermuara di utara, maka kekurangan air di daerah bagian timur jawa akan dapat disuplai dari bagian barat jawa yangrelatif
lebihbanyak hujannya dan berpotensi untuk tempat waduk-waduk
penyimpan
air.Contoh yang telah ter-realisir adalah Pengembangan Sungai
Bengawan Solo yang bermuaranya dapat mengairi daerah
Jawa Timur.
BAB I SUNGAI dan WILAYAH SUNGAI
Pendekatan seperti ini disebut “Pengembangan Antar
Wilayah Sungai ( PAWS )” atau “Inter River Basin Development”.
Konsep ini pada bulan Oktober 1979 pernah dikemukakan oleh
Prof. Dr. Bloamenstein kepada Departemen PU cq. Directorat
Jendral Pengairan, sebagi konsep dalam mencapai “Optimasi
Overall Water Management of Java Island”.
BAB I SUNGAI dan WILAYAH SUNGAI
Dengan menyatukan sistem sungai-sungai di pulau Jawa akan dapat diperoleh hasil yang optimum dari penggunaan air untuk berbagai tujuan antara lain :
a. Target Irigasi Perennial 3 (tiga) kali tanam per tahun untuk 2 ( dua ) juta ha.
b. Penyediaan Listrik Tenaga Air
c. Dapat
dikendalikannya
keadaan air irigasi atau banjir dandrainasi daerah-daerah pantai.
d. Saluran penghubung ( link canal ) tersebut dapat
di-gunakan untuk perikanan sungai dan pelayaran dalam. 1.5. Pengembangan Antar Wilayah Sungai ( PAWS )
BAB I SUNGAI dan WILAYAH SUNGAI
Lebih populer sistem ini dapat kita sebut dengan “Java Water
Grid”, yang bermakna identik dengan “Power Grid” dalam kelistrikan.
Untuk membentuk Sistem Java Grid, tentunya merupakan suatu hal yang tidak mudah dan memerlukan pengkajian yang dalam dan luas ( menyeluruh ) serta dibutuhkan pendanaan yang sangat besar.
Namun perlu dipikirkan penggabungan PAWS ini mulai dilakukan antara DPS – DPS yang