PETUNJUK PRAKTIKUM
P
RAKTIKUM
TEKNIK BIOMEDIS 1
EB2200
Laboratorium Dasar
Teknik Elektro
Mervin T Hutabarat
Sekolah Teknik Elektro Dan Informatika
Institut Teknologi Bandung
P
ETUNJUK
P
RAKTIKUM
EB2200 TEKNIK BIOMEDIS 1
edisi 2017/2018
Disusun oleh
Mervin T. Hutabarat
Laboratorium Dasar Teknik Elektro
Sekolah Teknik Elektro dan Informatika
Institut Teknologi Bandung
2018
Aturan Umum Laboratorium Dasar Teknik Elektro
i
Penulis menghargai semua pihak yang telah membantu dan berkontribusi pada punyusunan petunjuk praktikum ini. Berikut ini daftar nama yang berkontribusi pada penyusunan petunjuk praktikum ini
Mervin Hutabarat
Amy Hamidah Salman
Esha Ganesha
Rizki Ardianto Priramadhi
Narpendyah Wisjnu Ariwadhani
Ardy Pratama
Harry Septanto
Eric Agustian
Muhammad Luthfi
Muh. Zakiyullah R.
Sandra Irawan
Nina Lestari
Adji Gunhardi
Novi Prihatiningrum
Ulfah Nadiya
Gunawan L. Gaol
DAFTAR KONTRIBUTOR
DAFTAR KONTRIBUTOR ... i
DAFTAR ISI ... ii
Aturan Umum Laboratorium Dasar Teknik Elektro ... iii
Panduan Umum Keselamatan dan Penggunaan Peralatan Laboratorium ... v
Tabel Sanksi Praktikum ... vii
Petunjuk Pengerjaan Tugas Pendahuluan Simulasi Rangkaian Praktikum ... viii
PERCOBAAN 1 PENGENALAN INSTRUMENTASI LABORATORIUM DAN KARAKTERISTIK BJT ... 1
PERCOBAAN 2 PENGUAT BJT SATU TINGKAT ... 19
PERCOBAAN 3 TAHAP OUTPUT PENGUAT ... 35
PERCOBAAN 4 PENGUAT DIFERENSIAL ... 43
PERCOBAAN 5 PENGUAT DENGAN UMPAN BALIK ... 51
PERCOBAAN 6 OSILATOR ... 55
LAMPIRAN A ANALISIS RANGKAIAN DENGAN SPICE ... 65
LAMPIRAN B PETUNJUK PEMBUATAN RANGKAIAN ELEKTRONIK ... 69
LAMPIRAN C RESISTOR, OP-AMP, DAN INVERTER ... 74
Aturan Umum Laboratorium Dasar Teknik Elektro
iii
Aturan Umum Laboratorium Dasar Teknik
Elektro
Kelengkapan
Setiap praktikan wajib berpakaian lengkap, mengenakan celana panjang/ rok, kemeja dan
mengenakan sepatu. Untuk memasuki ruang laboratorium praktikan wajib membawa kelengkapan berikut:
•
Modul praktikum
•
Buku Catatan Laboratorium (BCL)
•
Alat tulis dan kalkulator
•
Kartu Nama (Name tag)
•
Kartu Praktikum.
Persiapan/Sebelum Praktikum
Sebelum mengikuti percobaan sesuai jadwalnya, sebelum memasuki laboratorium praktikan harus mempersiapkan diri dengan melakukan hal-hal berikut:
•
Membaca dan memahami isi modul praktikum,
•
Mengerjakan hal-hal yang dapat dikerjakan sebelum praktikum dilaksanakan,
misalnya mengerjakan perhitungan-perhitungan, menyalin source code, mengisi
Kartu Praktikum dlsb.,
•
Mengisi daftar hadir di komputer Tata Usaha Laboratorium,
•
Mengambil kunci loker dan melengkapi administrasi peminjaman kunci loker
dengan meninggalkan kartu identitas (KTM/ SIM/ KTP).
Selama Praktikum
Setelah dipersilakan masuk dan menempati bangku dan meja kerja, praktikan haruslah:
•
Memperhatikan dan mengerjakan setiap percobaan dengan waktu sebaik-baiknya,
diawali dengan kehadiran praktikan secara tepat waktu,
•
Mengumpulkan Kartu Praktikum pada asisten,
•
Melakukan pengecekan terhadap peralatan praktikum (termasuk kabel di dalam boks
kabel) sebelum memulai praktikum dan melaporkan jika terdapat kekurangan atau
kerusakan alat,
•
Mendokumentasikan dalam Buku Catatan Laboratorium (lihat Petunjuk Penggunaan
BCL) hal-hal penting terkait percobaan yang sedang dilakukan.
Setelah Praktikum
Setelah menyelesaikan percobaan, praktikan harus
•
Memastikan BCL dan Kartu Praktikum telah ditandatangani oleh asisten,
•
Mengembalikan kunci loker dan melengkapi administrasi pengembalian kunci
loker (pastikan kartu identitas KTM/ SIM/ KTP diperoleh kembali),
•
Mengerjakan laporan dalam bentuk SoftCopy (lihat Panduan Penyusunan
Laporan di laman http://labdasar.ee.itb.ac.id),
• Mengumpulkan file laporan dengan cara mengunggah di laman http://praktikum.ee.itb.ac.id. Waktu pengiriman paling lambat jam 11.00 WIB, dua hari kerja berikutnya setelah praktikum, kecuali ada kesepakatan lain antara Dosen Pengajar dan/atau Asisten.
Pergantian Jadwal
Kasus Biasa
Pergantian jadwal dilakukan dengan proses pertukaran. Pertukaran jadwal hanya dapat dilakukan per orang dengan modul yang sama. Langkah untuk menukar jadwal adalah sebagai berikut:
•
Lihatlah format Pertukaran Jadwal di http://labdasar.ee.itb.ac.id pada halaman
Panduan
• Salah satu praktikan yang bertukar jadwal harus mengirimkan e-mail ke
labdasar@stei.itb.ac.id. Waktu pengiriman paling lambat jam 16.30, satu hari kerja sebelum praktikum yang dipertukarkan.
•
Pertukaran diperbolehkan setelah ada email konfirmasi dari Lab. Dasar
Kasus Sakit atau Urusan Mendesak Pribadi Lainnya
Jadwal pengganti dapat diberikan kepada praktikan yang sakit atau memiliki urusan mendesak pribadi. Praktikan yang hendak mengubah jadwal untuk urusan pribadi mendesak harus memberitahu staf tata usaha laboratorium sebelum jadwal praktikumnya melalui email.
Segera setelah praktikan memungkinkan mengikuti kegiatan akademik, praktikan dapat mengikuti praktikum pengganti setelah mendapatkan konfirmasi dari staf tata usaha laboratorium dengan melampirkan surat keterangan dokter bagi yang sakit atau surat terkait untuk yang memiliki urusan pribadi.
Kasus ”kepentingan massal”
”Kepentingan massal” terjadi jika ada lebih dari sepertiga rombongan praktikan yang tidak dapat melaksanakan praktikum pada satu hari yang sama karena alasan yang terkait kegiatan akademis, misalnya Ujian Tengah Semester pada jadwal kelompoknya. Jadwal praktikum pengganti satu hari itu akan ditentukan kemudian oleh laboratorium.
Sanksi
Panduan Umum Keselamatan dan Penggunaan Peralatan Laboratorium
v
Panduan Umum Keselamatan dan
Penggunaan Peralatan Laboratorium
Keselamatan
Pada prinsipnya, untuk mewujudkan praktikum yang aman diperlukan partisipasi seluruh praktikan dan asisten pada praktikum yang bersangkutan. Dengan demikian, kepatuhan setiap praktikan terhadap uraian panduan pada bagian ini akan sangat membantu mewujudkan praktikum yang aman.
Bahaya Listrik
Perhatikan dan pelajari tempat-tempat sumber listrik (stop-kontak dan circuit breaker) dan cara menyala-matikannya. Jika melihat ada kerusakan yang berpotensi menimbulkan bahaya, laporkan pada asisten.
•
Hindari daerah atau benda yang berpotensi menimbulkan bahaya listrik (sengatan
listrik/ strum) secara tidak disengaja, misalnya kabel jala-jala yang terkelupas dll.
•
Tidak melakukan sesuatu yang dapat menimbulkan bahaya listrik pada diri sendiri
atau orang lain.
•
Keringkan bagian tubuh yang basah karena, misalnya, keringat atau sisa air wudhu.
•
Selalu waspada terhadap bahaya listrik pada setiap aktivitas praktikum.
Kecelakaan akibat bahaya listrik yang sering terjadi adalah tersengat arus listrik. Berikut ini adalah hal-hal yang harus diikuti praktikan jika hal itu terjadi:
•
Jangan panik,
•
Matikan semua peralatan elektronik dan sumber listrik di meja masing-masing dan
di meja praktikan yang tersengat arus listrik,
•
Bantu praktikan yang tersengat arus listrik untuk melepaskan diri dari sumber listrik,
•
Beritahukan dan minta bantuan asisten, praktikan lain dan orang di sekitar anda
tentang terjadinya kecelakaan akibat bahaya listrik.
Bahaya Api atau Panas berlebih
Jangan membawa benda-benda mudah terbakar (korek api, gas dll.) ke dalam ruang praktikum bila tidak disyaratkan dalam modul praktikum.
•
Jangan melakukan sesuatu yang dapat menimbulkan api, percikan api atau panas
yang berlebihan.
•
Jangan melakukan sesuatu yang dapat menimbulkan bahaya api atau panas berlebih
pada diri sendiri atau orang lain.
•
Selalu waspada terhadap bahaya api atau panas berlebih pada setiap aktivitas
praktikum.
Berikut ini adalah hal-hal yang harus diikuti praktikan jika menghadapi bahaya api atau panas berlebih:
•
Jangan panik, beritahukan dan minta bantuan asisten, praktikan lain dan orang di
sekitar anda tentang terjadinya bahaya api atau panas berlebih, Menjauh dari ruang
praktikum.
Bahaya Lain
Untuk menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan selama pelaksanaan percobaan perhatikan juga hal-hal berikut:
•
Jangan membawa benda tajam (pisau, gunting dan sejenisnya) ke ruang praktikum
bila tidak diperlukan untuk pelaksanaan percobaan.
•
Jangan memakai perhiasan dari logam misalnya cincin, kalung, gelang dll.
•
Hindari daerah, benda atau logam yang memiliki bagian tajam dan dapat melukai
•
Hindari melakukan sesuatu yang dapat menimbulkan luka pada diri sendiri atau
orang lain, misalnya bermain-main saat praktikum
Lain-lain
Praktikan dilarang membawa makanan dan minuman ke dalam ruang praktikum.
Penggunaan Peralatan Praktikum
Berikut ini adalah panduan yang harus dipatuhi ketika menggunakan alat-alat praktikum:
•
Sebelum menggunakan alat-alat praktikum, pahami petunjuk penggunaan alat itu.
Petunjuk penggunaan beberapa alat dapat didownload di http://labdasar.ee.itb.ac.id.
•
Perhatikan dan patuhi peringatan (warning) yang biasa tertera pada badan alat.
•
Pahami fungsi atau peruntukan alat-alat praktikum dan gunakanlah alat-alat tersebut
hanya untuk aktivitas yang sesuai fungsi atau peruntukannya. Menggunakan alat
praktikum di luar fungsi atau peruntukannya dapat menimbulkan kerusakan pada alat
tersebut dan bahaya keselamatan praktikan.
•
Pahami rating dan jangkauan kerja alat-alat praktikum dan gunakanlah alat-alat
tersebut sesuai rating dan jangkauan kerjanya. Menggunakan alat praktikum di luar
rating dan jangkauan kerjanya dapat menimbulkan kerusakan pada alat tersebut dan
bahaya keselamatan praktikan.
•
Pastikan seluruh peralatan praktikum yang digunakan aman dari benda/ logam tajam,
api/ panas berlebih atau lainnya yang dapat mengakibatkan kerusakan pada alat
tersebut.
•
Tidak melakukan aktifitas yang dapat menyebabkan kotor, coretan, goresan atau
sejenisnya pada badan alat-alat praktikum yang digunakan.
•
Kerusakan instrumentasi praktikum menjadi tanggung jawab bersama rombongan
praktikum ybs. Alat yang rusak harus diganti oleh rombongan tersebut.
Sanksi
Pengabaian uraian panduan di atas dapat dikenakan sanksi tidak lulus mata kuliah praktikum yang bersangkutan
Tabel Sanksi Praktikum
vii
Tabel Sanksi Praktikum
Lab Dasar Teknik Elektro
Catatan:
1. Pelanggaran akademik menyebabkan gugur praktikum, nilai praktikum E
2. Dalam satu praktikum, praktikan maksimal boleh melakukan
a. 1 pelanggaran berat dan 1 pelanggaran ringan; atau
b. 3 pelanggaran ringan
3. Jika jumlah pelanggaran melewati point 2, praktikan dianggap gugur praktikum.
4. Praktikan yang terkena sanksi gugur modul wajib mengganti praktikum pada hari lain dengan nilai modul tetap 0. Waktu pengganti praktikum ditetapkan bersama asisten. Jika praktikan tidak mengikuti ketentuan praktikum (pengganti) dengan baik, akan dikenakan sanksi gugur praktikum.
5. Setiap pelanggaran berat dan ringan dicatat/diberikan tanda di kartu praktikum
6. Waktu acuan adalah waktu sinkron dengan NIST
7. Sanksi yang tercantum di tabel adalah sanksi minimum.
8. Sanksi yang belum tercantum akan ditentukan kemudian.
Level
Kasus
Sanksi
Pengurangan
nilai per modul
Akademik
Saat dan setelah praktikum
Semua kegiatan plagiasi (mencontek): tugas pendahuluan,
test dalam praktikum, laporan praktikum Gugur praktikum Sengaja tidak mengikuti praktikum
Berat Saat praktikum
Terlambat hadir praktikum
Pakaian tidak sesuai: kemeja, sepatu
Tugas pendahuluan tidak dikerjakan/hilang/tertinggal Gugur modul
Ringan
Saat Praktikum
Tidak mempelajari modul sebelum praktikum/tidak mengerti isi modul
Dikeluarkan dari praktikum Pertukaran jadwal tidak sesuai ketentuan
-25 nilai akhir BCL tertinggal/hilang -100% nilai BCL Name Tag tertinggal/hilang -10 nilai akhir Kartu praktikum tertinggal/hilang -25 nilai akhir Kartu praktikum tidak lengkap data dan foto
-10 nilai akhir Loker tidak dikunci/kunci tertinggal -10 nilai akhir
Setelah Praktikum
Tidak minta paraf asisten di BCL/kartu praktikum
-25 nilai akhir
Terlambat mengumpulkan laporan -1/min nilai akhir, maks -50
Terlambat mengumpulkan BCL -1/min nilai BCL, maks -50 Tidak bawa kartu praktikum saat pengumpulan BCL -50 nilai BCL
Tidak minta paraf admin saat pengumpulan BCL
Petunjuk Pengerjaan Tugas Pendahuluan
Simulasi Rangkaian Praktikum
Tugas Pendahuluan Simulasi
a.
Simulasi dilakukan secara individu.
b.
Simulasi dibuat menggunakan software LTSpice/Multisim/WinSpice atau software
sejenis lainnya.
c.
Pada seluruh lembar kerja skematik rangkaian cantumkan Nama dan NIM.
d.
Pada hasil simulasi diberi keterangan nilai input dan output rangkaian (tidak hanya
gambar grafik)
e.
Simulasi dikumpulkan pada kertas HVS berupa tangkapan layar gambar skematik
rangkaian dan grafik hasil simulasi. Grafik dan rangkaian tidak digambar manual.
f.
Praktikan diharapkan untuk mengerti hasil simulasi.
Pengenalan Instrumentasi Lab dan Karakteristik BJT
1
Tujuan
•
Mengenal multimeter sebagai pengukura tegangan (Voltmeter), sebagai pengukur
arus (Amperemeter) dan sebagai pengukur resistansi (Ohmmeter) dan dapat
menggunakan alat ukur tersebut,
•
Memahami keterbatasan alat ukur pada pengukuran arus DC
•
Memahami keterbatasan alat ukur pada pengukuran tegangan jatuh DC dan AC pada
resistansi besar,
•
Memahami keterbatasan alat ukur pada pengukuran tegangan AC dengan frekuensi
tinggi dan bentuk gelombang nonsinusoidal,
•
Dapat menggunakan osiloskop sebagai pengukur tegangan dan sebagai pengukur
frekuensi dari berbagai bentuk gelombang
•
Memahami karakteristik transistor BJT
•
Memahami teknik bias dengan rangkaian diskrit dan sumber arus konstan
Persiapan
Baca appendix berjudul “Osiloskop, Generator Sinyal, dan Power Supply”. Pelajari
keseluruhan petunjuk praktikum untuk modul instrumentasi laboratorium ini. Agar
mempermudah saat praktikum, praktikan disarankan untuk menyiapkan tabel-tabel hasil
percobaan pada Buku Catatan Laboratorium (BCL) sebelum praktikum dimulai. Kerjakan
tugas pendahuluan dan kumpulkan sesuai ketentuan yang berlaku.
Multimeter
Berikut ini beberapa Catatan tentang Penggunaan Multimeter:
•
Perhatikan baik-baik beberapa catatan tentang penggunaan multimeter berikut ini.
Kesalahan penggunaan multimeter dapat menyebabkan fuse pada multimeter putus.
Putusnya fuse dapat mengakibatkan pemotongan nilai sebesar minimal 10
.
•
Dalam keadaan tidak dipakai, selektor sebaiknya pada kedudukan AC volt pada harga
skala cukup besar (misalnya 250 V) atau posisi “OFF”. Hal ini dimaksudkan untuk
menghindari kesalahan pakai yang membahayakan multimeter.
•
Sebelum mulai mengukur suatu besaran listrik perhatikanlah lebih dahulu besaran
apakah yang hendak diukur dan kira-kira berapakah besarannya, kemudian pilihlah
PERCOBAAN 1
PENGENALAN INSTRUMENTASI LABORATORIUM
DAN KARAKTERISTIK BJT
kedudukan selektor dan skala manakah yang akan dipergunakan. Perhatikan pula
polaritas (tanda + dan -) bila perlu.
•
Jangan menyambungkan multimeter pada rangkaian, baru kemudian memilih
kedudukan selektor dan skala yang akan digunakan. Jika arus/tegangan melebihi batas
maksimal pengukuran multimeter, fuse dapat putus.
•
Pada waktu mulai melakukan pengukuran arus dan tegangan, bila tidak dapat
dipastikan besarnya arus/ tegangan tersebut, maka mulailah dari batas ukur yang
paling besar. Setelah itu selektor dapat dipindahkan ke batas ukur yang lebih rendah
untuk memperoleh ketelitian yang lebih baik.
•
Pada pengukuran tegangan dan arus, pembacaan meter akan paling teliti bila
penunjukan jarum terletak di daerah dekat skala penuh, sedangkan pada pengukuran
resistansi bila penunjukan jarum terletak di daerah pertengahan skala.
•
Harus diperhatikan: pengukuran resistansi hanya boleh dilakukan pada
komponen atau rangkaian yang tidak mengandung sumber tegangan dan/atau
tidak tersambung ke sumber listrik apapun.
Osiloskop
Mengukur Tegangan
Kesalahan yang mungkin timbul dalam pengukuran tegangan, dapat disebabkan oleh
osiloskopnya sendiri seperti kalibrasi osiloskop yang sudah buruk dan kesalahan
penggunaan-nya, misalnya pengaruh impedansi input, kabel penghubung serta gangguan
parasitik. Untuk mengurangi kesalahan yang disebabkan oleh impedansi input, dapat
digunakan probe yang sesuai (dengan memperhitungkan maupun dengan kalibrasi dari
osiloskop).
Besar tegangan sinyal dapat langsung dilihat dari gambar pada layar dengan mengetahui
nilai volt/div yang digunakan. Gunakan skala tegangan V/div yang terkecil yang masih
memberikan gambar sinyal tidak melewati ukuran layar osiloskop.
Osiloskop mempunyai impedansi input yang relative besar (1M , 10-50pF) jadi dalam
mengukur rangkaian dengan impedansi rendah, maka impedansi input osiloskop dapat
dianggap open circuit untuk pengukuran DC atau gelombang frekuensi rendah.
Mengukur Beda Fasa
Pengukuran beda fasa antar dua buah sinyal dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
dengan osiloskop “dual trace”, dan
dengan metoda “lissajous”.
Pengukuran beda fasa hanya dapat dilakukan pada sinyal dengan frekuensi yang tepat sama.
Pengenalan Instrumentasi Lab dan Karakteristik BJT
3
Sinyal pertama dihubungkan pada kanal A, sedangkan sinyal kedua dihubungkan pada kanal
B dari osiloskop. Pada layar osiloskop akan terlihat gambar bentuk tegangan kedua sinyal
tersebut. Beda fasa dapat dihitung = t/T*360
o.
Gambar 1 Pengukuran beda fasa dengan dual trace
Dengan Metoda Lissajous
Sinyal pertama dihubungkan pada kanal B, dan sinyal kedua dihubungkan pada kanal A
osiloskop. Ubah mode osiloskop menjadi mode x-y. Pada layar akan terlihat suatu lintasan
berbentuk lingkaran, garis lurus, atau elips dimana dapat langsung ditentukan beda fasa
antara kedua sinyal tersebut dengan
1
c
sin
d
.
Mengukur Frekuensi
Pengukuran frekuensi suatu sinyal listrik dengan osiloskop dapat dilakukan dengan
beberapa cara, antara lain:
Cara langsung,
Dengan osiloskop dual trace,
Metoda Lissajous,
Metoda cincin modulasi.
Beberapa osilokop yang dimiliki Lab. Dasar memiliki penghitung frekuensi langsungnya.
Hati-hati menggunakannya, karena frekuensi yang ditampilkan tidak selalu benar
bergantung setting pengukurannya.
c d
Cara Langsung
Sinyal yang akan diukur dihubungkan pada kanal B osiloskop. Frekuensi sinyal langsung
dapat ditentukan dari gambar, dimana f = 1/T, untuk T = periode gelombang.
Gambar 3 Perhitungan perioda
Pengukuran langsung hanya dapat dilakukan bila kalibrasi skala waktu osilokop dalam
keadaan baik.
Dengan Osiloskop Dual Trace
Sinyal yang akan diukur dihubungkan pada kanal A. Generator dengan frekuensi yang
diketahui dihubungkan pada kanal B. Bandingkan kedua gelombang tersebut dengan
menampilkannya secara bersamaan. Frekuensi generator kemudian diubah sampai perioda
sinyal yang diukur sama dengan perioda sinyal generator. Pada keadaan ini, frekuensi
generator sama dengan frekuensi sinyal yang diukur.
Pengukuran dengan cara dual trace ini dapat dilakukan pada osiloskop yang kalibrasi
waktunya kurang baik, tetapi frekuensi generator sinyal harus terkalibrasi baik.
Metoda Lissajous
Sinyal yang akan diukur dihubungkan pada kanal A, sedangkan generator dengan frekuensi
yang diketahui (sebagai sinyal rujukan) dihubungkan pada kanal B. Ubah mode osiloskop
menjadi mode x-y. Frekuensi generator sinyal kemudian diatur, sehingga pada layar didapat
suatu lintasan seperti pada Gambar 4.
Gambar 4 Contoh lissajous 1:2
Pada Gambar 4 tersebut, perbandingan f
x:f
yadalah 1:2. Cara ini hanya mudah dilakukan
untuk perbandingan frekuensi yang mudah dan bulat (1:2, 1:3, 3:4 dan seterusnya).
Mengukur Faktor Penguatan
Pengenalan Instrumentasi Lab dan Karakteristik BJT
5
Cara langsung,
Dengan osiloskop dual trace.
Cara Langsung
Hubungkan keluaran Generator Sinyal pada masukan rangkaian penguat. Input rangkaian
penguat ini juga dihubungkan pada kanal 1 osiloskop. Hubungkan keluaran rangkaian
penguat pada kanal 2 osiloskop. Gunakan mode ‘X-Y’.
Rangkaian Penguat
GND
Generator Sinyal Mode x-y
Konektor T Vin Vout GND Kanal B Kanal A osiloskop
Gambar 5 Pengukuran penguatan dengan membaca slope pada mode xy
Pada layar osiloskop akan didapat suatu garis lurus dengan sudut
terhadap sumbu
horizontal.
Besar faktor penguatan langsung dapat diketahui dari gambar, dimana penguatan merupakan
gradient kemiringan.
Dengan Osiloskop Dual Trace
Generator sinyal dihubungkan pada input rangkaian penguat yang akan diamati
penguatannya, dan pada kanal A osiloskop. Output rangkaian penguat dihubungkan pada
kanal B osiloskop.
Rangkaian Penguat GND Generator Sinyal Konektor T Vin Vout GND Kanal B Kanal A osiloskopGambar 6 Pengukuran penguatan dengan membaca dan membandingkan dua
amplituda
Pada layar akan didapat sinyal input dan output rangkaian penguat.
Dengan mengukur tegangan sinyal input dan sinyal output rangkaian penguat, maka faktor
penguatan dapat ditentukan.
Cara ini dapat juga dilakukan dengan osiloskop single trace dengan membaca input dan
output bergiliran. Namun untuk ini, perlu diyakinkan pembebanan rangkaian tidak berubah
pada kedua pengukuran tersebut.
Transistor BJT
Transistor merupakan salah satu komponen elektronika paling penting. Terdapat dua jenis
transistor berdasarkan jenis muatan penghantar listriknya, yaitu bipolar dan unipolar. Dalam
hal ini akan kita pelajari transistor bipolar. Transistor bipolar terdiri atas dua jenis,
bergantung susunan bahan yang digunakan, yaitu jenis NPN dan PNP. Simbol hubungan
antara arus dan tegangan dalam transistor ditujukkan oleh gambar berikut ini.
Gambar 7 Transistor BJT NPN
Gambar 8 Transistor BJT PNP
Terdapat suatu hubungan matematis antara besarnya arus kolektor (I
C), arus Basis (I
B), dan
arus emitor (I
E), yaitu beta (
) = penguatan arus DC untuk common emitter, alpha (
)=
penguatan arus untuk common basis, dengan hubungan matematis sebagai berikut.
B C I I
dan
E C I I
,
sehingga
1
1
Karakteristik sebuah transistor biasanya diperoleh dengan pengukuran arus dan tegangan
pada rangkaian dengan konfigurasi common emitter (kaki emitter terhubung dengan
ground), seperti ditunjukkan pada gambar berikut ini.
Gambar 9 Rangkaian Common Emitter
Dari Terdapat dua buah kurva karakteristik yang dapat diukur dari rangkaian diatas, yaitu:
•
Karakteristik I
C- V
BEPengenalan Instrumentasi Lab dan Karakteristik BJT
7
Kurva Karakteristik I
C- V
BEArus kolektor merupakan fungsi eksponensial dari tegangan V
BE, sesuai dengan persamaan:
kTVBE ES
C I e
I /
. Persamaan ini dapat digambarkan sebagai kurva seperti ditunjukkan
pada gambar berikut ini.
Gambar 10 Kurva Karakteristik I
C- V
BEDari kurva di atas juga dapat diperoleh transkonduktansi dari transistor, yang merupakan
kemiringan dari kurva di atas, yaitu
BE C m V I g
Kurva Karakteristik I
C– V
CEArus kolektor juga bergantung pada tegangan kolektor-emitor. Titik kerja (mode kerja)
transistor dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu daerah aktif, saturasi, dan cut-off.
Persyaratan kondisi ketiga mode kerja ini dapat dirangkum dalam tabel berikut ini.
Mode
kerja
I
CV
CEV
BEV
CBBias
B-C
Bias
B-E
Aktif
=
.I
B=V
BE+V
CB~0.7V
0
Reverse Forward
Saturasi
Max
~ 0V
~0.7V
-0.7V<VCE<0
Forward Forward
Cut-Off
~ 0
=V
BE+V
CB0
0
-
-
Dalam kurva I
C-V
CEmode kerja transistor ini ditunjukkan pada area-area dalam gambar
berikut ini.
Alat dan Komponen yang Digunakan
•
Multimeter Analog
•
Multimeter Digital Genggam
•
Multimeter Digital Benchtop
•
Sumber tegangan DC
•
Generator Sinyal
•
Osiloskop
•
Kit Multimeter
•
Kit Penguat Transistor
•
Kit Osiloskop & Generator Sinyal
•
Sumber arus konstan
•
Kabel-kabel
•
Resistor Variabel
•
PEAK Atlas DCA Pro
Tugas Pendahuluan
1.
Carilah lembar data (data sheet) yang menunjukkan spesifikasi instrumen
berikut: Power Supply Rigol DP832, Sinyal Generator DG1022U, Osiloskop
Rigol DS1052E. Pelajari dan tandai parameter-parameter yang perlu
diperhatikan pada spesifkasi alat-alat tersebut.
2.
Lakukan perhitungan tegangan dan arus yang diharapkan terukur pada langkah
perobaan ini.
3.
Pada pengukuran tegangan bolak-balik, apa yang disebut dengan tegangan
efektif? Tegangan apakah yang diukur dengan menggunakan osiloskop?
Tegangan apakah yang diukur dengan menggunakan multimeter?
4.
Apakah yang dimaksud dengan kalibrasi? Jelaskan!
5.
Lakukan simulasi untuk seluruh rangkaian yang akan dilakukan pada percobaan
modul ini sesuai dengan Petunjuk Pengerjaan Tugas Pendahuluan Simulasi
Rangkaian Praktikum.
Pengenalan Instrumentasi Lab dan Karakteristik BJT
9
Memulai Percobaan
1.
Sebelum memulai percobaan, isi dan tanda tangani lembar penggunaan meja yang
diberikan oleh asisten ketika praktikum dimulai. Catat juga nomor meja dan Kit
Praktikum yang digunakan dalam Buku Catatan Laboratorium.
2.
Kumpulkan tugas pendahuluan pada asisten yang bertugas.
Mengumpulkan/ Mencari Spesifikasi Teknik Multimeter
Perhatikan spesifikasi alat ukur yang diperoleh dari lembar data. Bila ada besaran yang juga ditampilkan pada instrumen, catatlah pada Buku Catatan Laboratorium (BCL) spesifikasi, batas ukur, batas aman, dll seperti tabel berikut.
No. Spesifikasi Keterangan
1 Sensitivitas 20 k /V DC, 9 k /V DC250V UP, 9 k /V AC
Nilai sensitivitas multimeter bergantung pada skala pembacaan tegangan
2 Batas tegangan Cat 3 1000 V Batas tegangan aman pada terminal input alat ukur
3 dst
Mengukur Arus Searah
1.
Gunakan Kit Multimeter. Buatlah rangkaian seri dengan Vs=6 V dan R
1= R2 = 120 .
Gambar 12 Rangkaian Percobaan Pengukuran Arus
R2
A 6V
R1
2.
Dengan harga-harga V
Sdan R tersebut, hitunglah I (
tidak menggunakan
Amperemeter!
) dan cantumkan hasil perhitungan tersebut pada tabel.
3.
Lakukan kembali pengukuran arus searah I (dengan tiga harga R yang berbeda)
menggunakan multimeter digital.
R
1= R
2= 1,5 k
R
1= R
2= 1,5 M
4.
Catatlah semua hasil perhitungan dan pengukuran arus I dalam Buku Catatan
Laboratorium.
Nilai
R1 dan
R2
( )
Hitungan
DMM 2
I
(mA
)
I
(p)
(mA)
120
1.5k
1,5M
5.
Perhatikan hasil perhitungan dan pengukuran tersebut. Apakah hasil pengukuran
sama dengan hasil perhitungan? Diskusikan dan masukkan dalam laporan.
Mengukur Tegangan Searah
Pengenalan Instrumentasi Lab dan Karakteristik BJT
11
1.
Buatlah rangkaian tersebut dengan V
S= 6 V dan R
1= R
2= 120
.
2.
Dengan harga-harga V
Sdan R tersebut,
hitung
lah tegangan V
ab(tidak
menggunakan Voltmeter!), cantumkan hasil perhitungan tersebut pada tabel.
3.
Lakukan kembali pengukuran tegangan searah V
abtersebut (dengan tiga harga R
yang berbeda) menggunakan multimeter digital.
R
1= R
2= 1,5 k
R
1= R
2= 1,5 M
4.
Catatlah semua hasil perhitungan dan pengukuran tegangan V
abtersebut dalam
Buku Catatan Laboratorium.
5.
Perhatikan hasil perhitungan dan pengukuran tersebut. Apakah hasil pengukuran
sama dengan hasil perhitungan? Diskusikan dan masukkan dalam laporan.
Mengukur Tegangan AC
1.
Buatlah rangkaian seperti pada Gambar 14. Pada rangkaian ini G (Generator
Sinyal) digunakan sebagai sumber tegangan bolak-balik.
2.
Atur frekuensi generator sinyal pada 50 Hz dan amplituda generator 6 V
rms(menggunakan multimeter). Gunakan resistor R
1= R
2= 1,5 k.
Gambar 14 Rangkaian Percobaan Pengukuran Tegangan AC
3.
Lakukan kembali pengukuran tegangan V
abdengan mengatur frekuensi
generator pada 500 Hz, 5 kHz, 50 kHz, 500 kHz, dan 5 MHz.
4.
Lakukan kembali pengukuran tegangan V
abdengan mengatur bentuk gelombang
segi tiga dan segi empat.
Mengumpulkan/ Mencari Spesifikasi Teknik 2
1.
Catatlah dalam Buku Catatan Laboratorium, spesifikasi-teknik yang tampak
pada osiloskop yang akan dipergunakan!
Mengecek Kalibrasi
3.
Ukur tegangan serta periodanya untuk dua harga “Volt/Div” dan “Time/Div”,
catat ke dalam Tabel 1-7.
4.
Lakukan percobaan ini untuk kanal 1 dan kanal 2.
Gambar 15 Port Osiloskop
5.
Bandingkan hasil pengukuran dengan harga kalibrator sebenarnya. Diskusikan
dan masukkan dalam laporan.
Mengukur TeganganSearah
6.
Atur tegangan output dari power supply DC sebesar 2 V diukur dengan
multimeter digital.
7.
Kemudian ukur besar tegangan ini dengan osiloskop. Yakinkan posisi
source
coupling pada DC.
8.
Tuliskan hasil pengukuran pada tabel.
Tegangan terukur (V)
Multimeter Osiloskop Ch1 Osiloskop Ch2
Mengukur Tegangan Bolak-balik
9.
Atur generator sinyal pada frekuensi 1 kHz gelombang sinus, dengan tegangan
sebesar 2 V
rmsdiukur dengan multimeter digital.
10.
Kemudian ukur tegangan ini dengan osiloskop. Yakinkan posisi Source
Coupling pada AC.
11.
Lakukan lagi untuk frekuensi 100 Hz dan 10 kHz.
12.
Tuliskan hasil pengukuran pada tabel.
Kanal
Harga Kalibrator Skala Pembacaan Hasil Pengukuran Tegangan (V) Frekuensi (Hz) Vert. (V/div) Hors. (s/div)
Tegangan (V) Perioda (s) Frekuensi (Hz)
1 2
Pengenalan Instrumentasi Lab dan Karakteristik BJT
13
Mengukur Beda Fasa
13.
Gunakan kit Osiloskop dan Generator Sinyal. Atur generator sinyal pada
frekuensi 1 kHz gelombang sinus, dengan tegangan sebesar 2 V
pp.
14.
Hubungkan generator sinyal ini dengan input rangkaian penggeser fasa pada kit
praktikum (rangkaian RC).
Gambar 16 Rangkaian Penggeser Fasa
15.
Ukur beda fasa antar sinyal input dan output rangkaian penggeser fasa dengan
menggunakan cara membaca dual trace dan Lissajous. Pada pengukuran beda
fasa dengan dual trace, yakinkan Source Trigger bukan vertical.
16.
Amatilah untuk sekurangnya 2 (dua) kedudukan potensio R!
17.
Tuliskan hasil pengukuran pada tabel. Lakukan analisa dan sampaikan hasilnya
dalam laporan.
Posisi
Tombol
± % maks
Dual
Trace
Lissajous
Sketsa Tampilan
𝜃
(
o)
Sketsa Tampilan
𝜃
(
o)
Mengukur Faktor Penguatan
1.
Gunakan bagian “Penguat” (pada kit Osiloskop dan Generator Sinyal,
jangan lupa
menghubungkan catu dayanya ke jala-jala
). Sebagai inputnya, gunakan gelombang
sinus 1 kHz 2 V
ppdari Generator Fungsi.
2.
Ukur penguatan (V
o/V
i) dari sinyal di input ke output menggunakan cara
langsung (mode xy) dan dengan dual trace.
Karakteristik BJT
1.
Nyalakan komputer dan sambungkan USB Power Atlas DCA Pro ke komputer
2.
Sambungkan kabel Atlas DCA Pro dengan kaki-kaki transistor BJT yang
digunakan secara bebas (warna tidak berpengaruh).
3.
Buka aplikasi DCA pro yang tersedia di komputer
4.
Pastikan DCA Pro connected pada pojok kiri bawah layar
5.
Tekan tombol test pada DCA Pro maupun pada jendela Peak DCA Pro.
6.
Perhatikan spesifikasi dan konfigurasi kaki-kaki BJT yang terbaca oleh alat Atlas
DCA Pro.
Gambar 17 Peak Atlas DCA Pro
Gambar 18 Icon DCA Pro
Gambar 19 Jendela Aplikasi DCA Pro
Karakteristik Input Transistor I
C-V
BE1.
Buka tab Graph BJT I
c/V
BE,
atur pengaturan tracing V
CE0-10V dengan point 11,
V
BE0-1 V dengan point 11 kemudian klik Start. Tunggu proses tracing.
Pengenalan Instrumentasi Lab dan Karakteristik BJT
15
3.
Simpan data tabulasi hasil sampling dengan klik kanan pada grafik dan pilih Save
Data. File yang terbentuk adalah *.txt. Buka file .txt yang terbentuk dan copy seluruh
data yang ada di dalam file tersebut dan paste-kan di spreadsheet. Lakukan analisis
lebih mendalam pada data ini.
Karakteristik Output Transistor I
C-V
CE1.
Buka tab Graph BJT I
c/V
CE,
atur pengaturan tracing Vcc 0-12V dengan point 26, I
B0-10µA dengan point 11 kemudian klik Start. Tunggu proses tracing.
2.
Amati grafik yang terbentuk, catat di BCL dan lakukan analisis.
3.
Simpan data tabulasi hasil sampling dengan klik kanan pada grafik dan pilih Save
Data. File yang terbentuk adalah *.txt. Buka file .txt yang terbentuk dan copy seluruh
data yang ada di dalam file tersebut dan paste-kan di spreadsheet. Lakukan analisis
lebih mendalam pada data ini.
Early Effect
Dengan menggunakan hasil pengamatan grafik sebelumnya
1.
Pilihlah nilai arus basis (I
B) dari grafik curve tracer yang kemiringan kurva-nya
cukup besar
2.
Pada kurva I
C-V
CEitu, pilihlah dua titik koordinat yang mudah dibaca, dan masih
dalam garis lurus. Baca dan catat nilai I
Cdan V
CEpada kedua titik tersebut.
Gambar 20 Early Effect
3.
Hitunglah nilai tegangan Early dengan persamaan berikut :
𝑉
𝐴=
𝑉
𝐶𝐸2𝐼
𝐶1− 𝑉
𝐶𝐸1𝐼
𝐶2𝐼
𝐶2− 𝐼
𝐶1Dan catat di BCL anda.
4.
Pilih nilai arus basis (I
B) yang lain, dan lakukan langkah 1 s/d 3 diatas untuk
mengkonfirmasi nilai tegangan Early yang sudah didapatkan.
Pengaruh Bias pada Penguat Transistor
1.
Ubah setting Sinyal Generator sehingga mengeluarkan: (pastikan dengan
menyambungkannya ke osiloskop)
a.
Gelombang Sinusoid ~1KHz.
b.
Amplituda sinyal 20 mVpp (tarik tombol amplituda agar didapat nilai yang
kecil)
c.
Gunakan T konektor pada terminal output.
-VA VCP1 VCE2 vCE iC IC2 IC1 0
2.
Susunlah rangkaian seperti pada gambar dibawah ini.
Gambar 21 Rangkaian Bias Penguat Transistor
3.
Hubungkan Osiloskop ke rangkaian :
-
Ch-1 (X) ke Generator Sinyal dengan kabel koaksial konektor BNC-BNC,
-
Probe positif (+) Ch-2 (Y) ke titik C,
-
Ground osiloskop ke titik E.
4.
Gunakan setting osiloskop :
-
Skala Ch-1 pada nilai 10mV/div dengan kopling AC,
-
Skala Ch-2 pada nilai 1V/div dengan kopling AC,
-
Osiloskop pada mode waktu dengan skala horizontal 500µS/div.
-
Titik nol Ch-1 dan titik nol Ch-2 pada garis tengah layar.
5.
Gunakan multimeter digital pada mode Volt-DC untuk mengukur tegangan dari V
CEdan multimeter digital pada mode Arus-DC untuk mengukur arus dari I
B.6.
Atur tegangan V
CEmenjadi 8 volt, dengan memutar knob pada Rvar secara perlahan
7.
Baca dan catat arus I
Bkemudian gambarkan bentuk gelombang tegangan output VCE
yang ditunjukkan osiloskop. Amati adanya distorsi pada bentuk gelombang output.
8.
Dari nilai I
Bdan V
CEyang terbaca, tentukan letak titik kerja kondisi ini pada plot grafik
I
C-V
CEyang telah dibuat sebelumnya. Dengan memperhatikan titik kerja ini, jelaskan
mengapa distorsi pada langkah-7 terjadi.
9.
Ulangi langkah 6-8. Untuk nilai-nilai V
CE: 2V dan 5V.
10.
Dengan setting terakhir (V
CE= 5V), lakukan pengukuran arus kolektor (IC), arus base
(IB), dan arus emitter (IE). Catat nilai arus ini.
Pengenalan Instrumentasi Lab dan Karakteristik BJT
17
12.
Amati dan gambar bentuk tegangan yang terlihat di osiloskop, naikkan amplituda input
(dari generator sinyal) hingga tampak terjadi distorsi pada gelombang tegangan output
(V
CE). Catat besar amplituda input dan gambarkan bentuk gelombang outputnya.
13.
Naikkan lagi amplituda input. Amati apakah amplituda gelombang output masih bisa
membesar, dan catat nilai maksimum amplituda tersebut.
Mengakhiri Percobaan
1.
Selesai praktikum rapikan semua kabel dan matikan osiloskop, generator sinyal
serta pastikan juga multimeter analog, multimeter digital ditinggalkan dalam
keadaan mati (selector menunjuk ke pilihan off).
2.
Matikan MCB dimeja praktikum sebelum meninggalkan ruangan.
3.
Periksa lagi lembar penggunaan meja. Praktikan yang tidak menandatangani
lembar
penggunaan meja a
tau membereskan meja ketika praktikum berakhir akan
mendapatkan potongan nilai sebesar minimal 10.
4.
Pastikan asisten telah menandatangani catatan percobaan kali ini pada
Buku
Catatan Laboratorium (log book) Anda. Catatan percobaan yang tidak ditandatangani
oleh asisten tidak akan dinilai.
Penguat BJT Satu Tingkat
19
Tujuan
•
Memahami karakteristik transistor BJT
•
Memahami teknik bias dengan rangkaian diskrit dan sumber arus konstan
•
Mengetahui dan mempelajari fungsi transistor sebagai penguat
•
Mengetahui karakteristik penguat berkonfigurasi Common Emitter, Common Base,
dan Common Collector
•
Mengetahui dan mempelajari resistansi input, resistansi output, dan faktor penguatan
dari masing-masing konfigurasi penguat
Persiapan
Pelajari keseluruhan petunjuk praktikum untuk modul ini.
Penguat BJT
Transistor merupakan komponen dasar untuk sistem penguat. Untuk bekerja sebagai
penguat, transistor harus berada dalam kondisi aktif. Kondisi aktif dihasilkan dengan
memberikan bias pada transistor. Bias dapat dilakukan dengan memberikan arus yang
konstan pada basis atau pada kolektor.
Untuk kemudahan, dalam praktikum ini akan digunakan sumber arus konstan untuk
“memaksa” arus kolektor agar transistor berada pada kondisi aktif. Jika pada kondisi aktif
transistor diberikan sinyal (input) yang kecil, maka akan dihasilkan sinyal keluaran (output)
yang lebih besar. Hasil bagi antara sinyal output dengan sinyal input inilah yang disebut
faktor penguatan, yang sering diberi notasi A atau C.
Ada 3 macam konfigurasi dari rangkaian penguat transistor yaitu : Common-Emitter (CE),
Common-Base (CB), dan Common-Collector (CC). Konfigurasi umum transistor bipolar
penguat ditunjukkan oleh gambar berikut ini.
PERCOBAAN 2
Gambar 22 Rangkaian Penguat Transistor
Untuk membuat penguat CE, CB, dan CC, maka terminal X, Y, dan Z dihubungkan ke
sumber sinyal atau ground tergantung pada konfigurasi yang digunakan.
Konfigurasi Common Emitter
Konfigurasi ini memiliki resistansi input yang sedang, transkonduktansi yang tinggi,
resistansi output yang tinggi dan memiliki penguatan arus (A
I) serta penguatan tegangan
(A
V) yang tinggi. Secara umum, konfigurasi common emitter digambarkan oleh gambar
rangkaian di bawah ini.
Gambar 23 Rangkaian Penguat Common Emitter
Untuk menentukan penguatan teoritis-nya, terlebih dahulu akan kita hitung resistansi input
dan outputnya. Resistansi Input (Ri) adalah nilai resistansi yang dilihat dari masukan sumber
tegangan v
i. Perhatikan bahwa Rs adalah resistansi dalam dari sumber tegangan. Sedangkan
Penguat BJT Satu Tingkat
21
Jika rangkaian diatas kita modelkan dengan model-π, maka rangkaian dapat menjadi seperti
gambar berikut ini.
Gambar 24 Rangkaian Model Pi untuk Commen Emitter
Dengan model ini, Ri (resistansi input) adalah:
R
i= R
B// r
πJika R
B>> r
πmaka resistansi input akan menjadi :
R
i≈ r
πKemudian, untuk menentukan resistansi output konfigurasi CE, kita buat Vs = 0, sehingga
g
mv
π= 0, maka:
R
O= R
C// r
ountuk komponen diskrit yang R
C<< r
o, persamaan tersebut menjadi
R
O≈ R
CDan untuk faktor penguatan tegangan, Av merupakan perbandingan antara tegangan
keluaran dengan tegangan masukan:
S o v R r r RL RC A
( // // )Jika terdapat resistor R
eyang terhubung ke emiter, maka berlaku:
Ri = R
B//r
π(1 + g
mR
e)
R
O≈ R
C e e v R r RL RC A //Konfigurasi Common Base
Konfigurasi ini memiliki resistansi input yang kecil dan menghasilkan arus kolektor yang
hampir sama dengan arus input dengan impedansi yang besar. Konfigurasi ini biasanya
digunakan sebagai buffer. Konfigurasi common base ditunjukkan oleh gambar berikut ini.
Gambar 25 Rangkaian Penguat Common Base
Resistansi input untuk konfigurasi ini adalah:
R
i
r
eResistansi outputnya adalah:
R
o
RC
Faktor penguatan keseluruhan adalah:
Gm(RC//RL)R R R Av s i i
dengan,
R
sadalah resistansi sumber sinyal input dan
Gm
adalah transkonduktansi.
Konfigurasi Common Collector
Konfigurasi ini memiliki resistansi output yang kecil sehingga baik untuk digunakan pada
beban dengan resistansi yang kecil. Oleh karena itu, konfigurasi ini biasanya digunakan
pada tingkat akhir pada penguat bertingkat. Konfigurasi common collector ditunjukkkan
oleh gambar berikut ini.
Penguat BJT Satu Tingkat
23
Pada konfigurasi ini berlaku:
Resistansi input:
R
i
r
(
1
)
R
LResistansi output:
1 ) // (
RB R r Ro e sFaktor penguatan:
o L L R R R Av Alat dan Komponen yang Digunakan
•
Sumber tegangan DC
•
Generator Sinyal
•
Kit Penguat Transistor
•
Sumber arus konstan
•
Multimeter (3 buah)
•
Sumber arus konstan
•
Kabel-kabel
•
Resistor Variabel
•
Osiloskop
•
PEAK Atlas DCA Pro
Tugas Pendahuluan
1.
Lakukan simulasi untuk seluruh rangkaian yang akan dilakukan pada percobaan modul
ini sesuai dengan Petunjuk Pengerjaan Tugas Pendahuluan Simulasi Rangkaian
Praktikum.
2.
Hitung parameter-parameter transistor serta parameter rangkaian penguat di bawah ini
dengan menggunakan nilai arus (I
B, I
C, dan I
E) dan resistansi bias (R
B) yang didapatkan
dari percobaan sebelumnya.
Q = 2N2222; R
B1= 150 kΩ; R
L= 10 kΩ; R
C= 10 kΩ;
R
E= 1 kΩ; C
1= C
2= C
3= 10 µF; V
CC= 10 V
Besaran Ukur Nilai
IC
IB
Parameter
Formula
Nilai
Model Ekivalen Transistor
gm
T C m V I g B C I I
r
m g r
r
e E T e I V r Penguat CE
A
v S o v R r r RL RC A
( // // )R
in
r
R
R
i
B//
R
outR
o
R
C//
r
o
Penguat CE dengan RE
A
v e e v R r RL RC A //R
inR
i
R
B//
1
g
mr
e
r
R
out
o C oR
r
R
//
Penguat CB
A
v ) // (RC RL Gm R R R Av s i i R
inR
i
r
eR
outR
o
RC
Penguat CC
A
v o L L R R R Av R
inR
i
r
(
1
)
R
LPenguat BJT Satu Tingkat
25
R
out 1 ) // (
RB R r R s e oLangkah Percobaan
Common Emitter
A. Faktor Penguatan
1.
Buatlah suatu sinyal sinusoidal kecil dari generator sinyal dengan tegangan V
pp=
10-20 mV dan frekuensi 10 kHz.
2.
Hubungkan rangkaian di atas dengan sinyal sinusoidal seperti yang ditunjukkan
oleh gambar di bawah ini.
Gambar 27 Rangkaian Common Emitter
3.
Amati dan gambar sinyal di titik X dan Y menggunakan osiloskop.
4.
Gunakan mode osiloskop xy untuk mengamati v
o/v
i, gambar grafik tersebut di
buku log praktikum.
5.
Naikkan amplituda generator sinyal dan amati v
osampai bentuk sinyalnya mulai
terdistorsi. Catatlah tegangan v
ipada saat hal tersebut terjadi.
6.
Ulangi langkah 4 dan 5 dengan menambahkan resistor pada kaki emitor dengan
kapasitor by pass seperti yang ditunjukkan oleh gambar berikut ini.
Gambar 28 Rangkaian Common Emitter dengan R
E7.
Ulangi langkah 4 dan 5 dengan mengganti nilai RL menjadi 10k.
8.
Ulangi langkah 4 dan 5 dengan memasang sumber arus seperti yang ditunjukkan
oleh gambar berikut ini.
Gambar 29 Rangkaian Common Emitter dengan sumber arus
9.
Ulangi langkah 4 dan 5 dengan memasang kapasitor bypass seperti yang
ditunjukkan oleh gambar berikut ini.
Penguat BJT Satu Tingkat
27
Gambar 30 Rangkaian Common Emitter dengan sumber arus dan kapasitor bypass
B. Resistansi Input
10.
Lepaskan hubungan Frekuensi Generator dan Osiloskop dari rangkaian.
11.
Atur kembali fungsi generator untuk menghasilkan sinyal sinusoidal sebesar V
pp= 10 – 20 mV dengan frekuensi 10 kHz seperti yang ditunjukkan oleh gambar di
bawah ini.
Rs adalah Resistansi Internal Frekuensi Generator
, kita tidak perlu
menambahkan resistor apapun untuk membentuk skema ini.
12.
Dengan tidak merubah nilai-nilai komponen dari rangkaian penguat dan tidak
merubah amplituda output Generator sinyal, susunlah rangkaian seperti pada
gambar di bawah ini.
13.
Ubah nilai Rvar dan catat nilainya yang membuat tegangan v
imenjadi ½ dari
tegangan osiloskop sebelum terpasang pada rangkaian penguat.
Maka Ri = Rvar
+ Rs
(Rs=50Ω untuk generator fungsi berkonektor koaksial).
14.
Ulangi percobaan ini untuk seluruh rangkaian pada percobaan A.
C. Resistansi Output
15.
Atur kembali fungsi generator seperti pada langkah 12. Sambungkan dengan
rangkaian pada gambar di bawah ini dan catat hasil bacaan V
odi osiloskop.
Gambar 32 Rangkaian Pengukuran Resistansi Output Common Emitter
16.
Sambungkan rangkaian di atas dengan Rvar kemudian atur nilai Rvar yang
memberikan V
odi osiloskop yang bernilai ½ dari nilai tegangan sebelum dipasang
Rvar.
Maka Ro = Rvar.
17.
Ulangi percobaan ini untuk seluruh rangkaian pada percobaan A.
Common Base
A. Faktor Penguatan
18.
Lakukan langkah 1 sampai langkah 2.
Penguat BJT Satu Tingkat
29
Gambar 33 Rangkaian Common Base
20.
Amati dan gambar gelombang di titik kolektor dan emiter menggunakan
osiloskop.
21.
Gunakan mode osiloskop xy untuk mengamati v
o/v
i, gambar grafik tersebut di
buku log praktikum.
22.
Naikkan amplituda generator sinyal dan amati v
osampai bentuk sinyalnya mulai
terdistorsi. Catatlah tegangan v
ipada saat hal tersebut terjadi.
23.
Ulangi langkah 20-22 dengan mengganti nilai RL menjadi 10k.
24.
Ulangi langkah 20-22 dengan mengganti resistor 1k menjadi sumber arus dengan
arus 0.5 mA. Amati untuk nilai RL 10 k dan 5 k.
B. Resistansi Input
25.
Lakukan hal yang sama seperti pada percobaan Resistansi Input untuk Common
Emitter pada rangkaian di percobaan A.
Gambar 35 Rangkaian Pengukuran Resistansi Input Common Base
C. Resistansi Output
26.
Lakukan hal yang sama seperti pada percobaan Resistansi Output untuk Common
Emitter pada rangkaian di bawah ini.
Penguat BJT Satu Tingkat
31
Common Collector
A. Faktor Penguatan
1.
Hubungkan rangkaian seperti pada gambar berikut.
Gambar 37 Rangkaian Common Collector
2.
Amati dan gambar gelombang di titik base dan emiter menggunakan osiloskop.
3.
Gunakan mode osiloskop xy untuk mengamati v
o/v
idan v
o/v
i, gambar grafik
tersebut di buku log praktikum.
4.
Naikkan amplituda frekuensi generator dan amati v
osehingga bentuk sinyal v
omulai terdistorsi. Catat tegangan v
i.
5.
Ulangi dengan mengganti resistor 1 k dengan sumber arus seperti gambar berikut.
B. Resistansi Input
6.
Lakukan hal yang sama seperti pada percobaan Resistansi Input untuk Common
Emitter pada rangkaian berikut ini.
Gambar 38 Rangkaian Pengukuran Resistansi Input Common Collector
C. Resistansi Output
7.
Lakukan hal yang sama seperti pada percobaan Resistansi Output untuk
Common Emitter pada rangkaian di percobaan A.
Mengakhiri Percobaan
1.
Selesai praktikum rapikan semua kabel dan matikan osiloskop, generator
sinyal serta pastikan juga multimeter analog, multimeter digital ditinggalkan
dalam keadaan mati (selector menunjuk ke pilihan off).
2.
Matikan MCB dimeja praktikum sebelum meninggalkan ruangan.
3.
Periksa lagi lembar penggunaan meja. Praktikan yang tidak menandatangani
lembar
penggunaan meja a
tau membereskan meja ketika praktikum berakhir akan
mendapatkan potongan nilai sebesar minimal 10.
4.
Pastikan asisten telah menandatangani catatan percobaan kali ini pada
Buku
Catatan Laboratorium (log book) Anda. Catatan percobaan yang tidak
ditandatangani oleh asisten tidak akan dinilai.
Penguat BJT Satu Tingkat
33
Tabel Data Pengamatan
Pengaruh Bias pada Kerja Transistor
V
inV
outDaerah cutoff
I
B=…………
mA
I
C=…….. mA
V
CE=……..V
V
BE= …….. V
Daerah aktif
I
B=…………
mA
I
C=…….. mA
V
CE=……..V
V
BE= …….. V
Daerah saturasi
I
B=…………
mA
I
C=…….. mA
V
CE=……..V
V
BE= …….. V
Analisis dan Kesimpulan
Dari hasil pengamatan yang anda peroleh untuk ketiga konfigurasi penguat BJT, bandingkanlah karakteristik ketiganya, lakukan analisis, dan tariklah kesimpulan pada laporan anda.
Tahap Output Penguat
35
TUJUAN
• Mengamati dan mengenali klasifikasi penguat berdasarkan bagian fungsi sinusoidal saat transistor konduksi
• Mengukur dan menganalisa distorsi pada tahap output penguat pada kelas A, B, dan AB. • Mengukur dan menganalisa daya dan efisiensi penguat kelas A, B, dan AB.
• Mengamati, mengukur, dan menganalisa rangkaian termal sederhana untuk transistor daya (opsional).