35 BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Setting Penelitian
4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Binaus Kecamatan Mollo Tengah Kabupaten Timor Tengah Selatan Provinsi Nusa Tenggara Timur. Desa Binaus dengan luas wilayah 5x17 km2 memiliki jumlah penduduk sebanyak 1.141 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 627 jiwa dan perempuan sebanyak 514 jiwa. Dalam Desa Binaus terdapat 260 kepala keluarga (KK). Tingkat pendidikan masyaralat yang ada di Desa Binaus dapat dideskrpsikan sebagai berikut :
Penduduk dengan kategori buta aksara fungsional sejumlah 198 orang
Penduduk dengan kategori tidak tamat Sekolah Dasar (SD) sejumlah 100 orang
Penduduk dengan kategori sedang melaksanakan studi di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau sederajat sejumlah 186 orang
Penduduk dengan kategori tamat Sekolah Menengah Pertama (SMP) sejumlah 15 orang
36 Penduduk dengan kategori tidak tamat Sekolah Menengah
Pertama (SMP) sejumlah 25 orang
Penduduk dengan kategori sedang melaksanakan studi tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) sejumlah 35 orang Penduduk dengan kategori tamat Sekolah Menengah Atas
(SMA) sejumlah 40 orang
Penduduk dengan kategori tamat Sekolah Menengah Pertama (SMP) sejumlah 15 orang
Penduduk yang sedang menjalani studi D2 sejumlah 2 orang;
Penduduk yang tamat D2 sejumlah 2 orang Penduduk yang tamat D3 sejumlah 2 orang
Penduduk yang sedang menjalani studi S1 sejumlah 4 orang
Penduduk yang tamat S1 sejumlah 11 orang
Kondisi Ekonomi yang ada di Desa Binaus dapat dibagi menjasi 2 (dua) yakni pertama, potensi unggulan Desa yang meliputi beberapa sektor, seperti pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan dan pertambangan. Kedua, pertumbuhan ekonomi atau Pertumbuhan Domestik Regional Bruto (PDRB).
Sumber Daya Alam (SDA) di Desa Binaus dapat digambarkan secara umum yaitu memiliki potensi bagi
37 penguatan dan peningkatan perekonomian Desa dan masyarakat potensi unggulan di sektor pertanian, sektor perkebunan, sektor kehuatanan dan sektor pertambangan (Generasi Binaus, 2010).
4.1.2 Proses Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 17 juli 2015 sampai dengan 25 juli 2015. Peneliti memperoleh data dari proses wawancara yang dilakukan dengan 6 partisipan berdasarkan purposive sampling dengan pertimbangan sesuai dengan kebutuhan peneliti dan tujuan penelitian. Pada saat pemilihan partisipan juga dibantu oleh staff desa di desa Binaus. Kegiatan wawancara dilakukan sesuai dengan waktu yang telah disepakati bersama dengan partisipan. Peneliti berusaha agar riset partisipan tidak terganggu sehingga sebelum melakukan wawancara, peneliti melakukan kontrak waktu terlebih dahulu.
Proses penelitian diawali dengan mengurus surat ijin penelitian dari Fakultas yang membutuhkan waktu 2 (dua) hari sampai surat tersebut disetujui dan ditanda tangani oleh dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kristen Satya Wacana (FIK-UKSW) Salatuga, setelah surat diambil dari dari Fakultas, peneliti mengantar surat tersebut kepada kantor
38 kecamatan Mollo Tengah dan kantor desa Binaus. Setelah peneliti diperkenankan melakukan penelitian di desa Binaus, peneliti diminta untuk memperkenalkan diri kepada masyarakat setempat melalui kebaktian minggu pagi di gereja yang ada di desa Binaus.
Setelah melalui beberapa proses di atas, peneliti mulai melakukan penelitian dengan tahap awal adalah berdiskusi dengan pembimbing II yang berada di desa Binaus tentang pengambilan riset partisipan. Pengambilan data dilakukan peneliti dengan mendatangi rumah partisipan. Sebelum dilakukan wawancara, peneliti memperkenalkan diri kepada partisipan dan partisipan sudah diminta persetujuan riset partisipan dengan menjelaskan tentang etika dalam penelitian yang akan digunakan oleh peneliti setelah itu partisipan menandatangani inform consent yang disiapkan oleh peneliti sebagai bukti persetujuan untuk menjadi riset partisipan. Peneliti juga melakukan wawancara dengan staff desa dan kader di desa Binaus.
Saat proses wawancara berlangsung peneliti menggunakan alat perekam dan penelti juga mengambil gambar untuk membantu dalam proses pengambilan data setelah mendapat ijin dari partisipan melalui bukti tertulis yaitu partisipan telah menandatangani lembar persetujuan inform
39
consent. Hasil wawancara kemudian diketik menjadi verbatim
(verbatim terlampir).
4.1.3 Identifikasi Riset Partisipan
Seperti telah dijelaskan sebelumnya pada Bab 3 bahwa proses untuk mendapatkan partisipan di ambil dari sudut pandang masyarakat yang berbeda-beda, dan proses mendapatkannya akan dijelaskan satu per satu. Partisipan dalam penelitian ini adalah masyarakat lokal, Ibu hamil, Ibu yang pernah menjalani kehamilan dan persalinan ,dan nenek urut.
Partisipan pertama (P1) dengan inisial Bpk.N berusia 51 tahun. P1 melanjutkan pendidikan terakhirnya sampai dengan Sekolah Menengah Atas (SMA). Bpk. N menikah dan kemudian dikaruniakan tiga orang anak. P1 bekerja sebagai kader desa sekaligus Perlindungan Masyarakat (LIMNAS) di desa Binaus. Alasan peneliti mengambil Bpk.N sebagai partisipan karena partisipan tersebut merupakan penduduk asli di desa Binaus yang sudah menjalankan tradisi-tradisi yang ada disana sejak kecil dan juga pengalaman partisipan sebagai kader sangat membantu peneliti untuk mendapatkan informasi mengenai pemahaman ibu hamil dan telah bersalin yang ada di desa Binaus.
40 Partisipan kedua (P2) berinisial Ibu. S berusia 28 tahun. Ibu. S menyelesaikan pendidikannya di tingat Sekolah Dasar (SD). Partisipan sudah menikah dan memiliki tiga orang anak. Pekerjaan sehari-hari partisipan yaitu sebagai ibu rumah tangga. Ibu.S dipilih sebagai partisipan dalam penelitian karena Ibu.S merupakan ibu yang sedang hamil.
Partisipan ketiga (P3) berinisial Ibu.W berusia 32 tahun. Ibu.W berpendidikan terakhir di tingkat Sekolah Dasar (SD). Ibu.W sudah menikah dan memiliki tiga orang anak. Ibu.W diambil menjadi partisipan karena Ibu.W adalah ibu yang baru selesai melahirkan.
Pertisipan keempat (P4) berinisial Ibu.Yh berusia 41 tahun. Ibu.Yh melanjutkan pendidikan terakhirnya sampai dengan tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA). Partisipan kedua sudah menikah dan memiliki dua orang anak. Ibu.Yh bekerja sebagai staf di kantor desa Binaus. Peneliti mengambil Ibu.Yh sebagai partisipan karena Ibu.Yh merupakan ibu yang sudah pernah hamil dan memiliki pengalaman dalam hal melakukan tradisi-tradisi terkait kehamilan dan pasca bersalin di desa Binaus.
Partisipan kelima (P5) berinisial Ibu.Yt berusia 31 tahun. Pendidikan terakhir dari Ibu.Yt adalah Sekolah Menengah Pertama (SMP). Ibu.Yt dalam kesehariannya
41 bekerja sebagai ibu rumah tangga. Ibu.Yt sudah menikah dan dikaruniakan 2 orang anak. Partisipan ini diambil peneliti karena memiliki pengalaman saat hamil.
Partisipan keenam (P6) berinisial Ibu.U berusia 73 tahun. Pendidikan terakhir dari partisipan ini adalah Sekolah Rakyat (SR). Partisipan menikah dan mempunyai 10 orang anak. Partisipan biasanya dipanggil dengan istilah nenek urut. Nenek urut adalah seorang ibu yang memiliki kemampuan membantu ibu hamil dan ibu bersalin meski kemampuannya tidak di dapat dari sekolah formal seperti tenaga kesehatan pada umumnya. Layanan yang biasa diberikan oleh nenek urut adalah mengurut ibu hamil dan membantu proses persalinan seorang ibu hamil. Alasan peneliti mengambil partisipan karena peneliti ingin mengetahui pandangan partisipan terhadap ibu hamil sesuai dengan bidangnya terkhususnya tradisi turun temurun dari nenek moyang di Desa Binaus, yang ia percayai dan sudah di berikan lewat layanannya.
Keberagaman pemilihan partisipan dalam penelitian ini cukup terlihat sehingga diharapkan bisa memberikan data tentang pemahaman yang mendalam dari masyarakat di Desa Binaus terhadap ibu hamil dan ibu bersalin.
42 4.2 Hasil Penelitian
4.2.1 Analisa Data
Proses melakukan analisa data dimulai dengan mencari kata kunci, kemudian mengkategorisasikan dan setelah itu didapatkan tema-tema sebagai berikut :
Hasil Wawancara Kata Kunci
Kategori Tema “...ibu-ibu hamil harus
lebih banyak jalan, memikul barang-barang yang berat”. (P125)
“...ibu hamil disini
berolahraga dengan kerja yang ada”. (P195)
“...ada kerja apa kita harus kerja supaya melahirkan jang setengah mati. Itu orang tua dulu bilang begitu”. (P4390)
“...jalan-jalan ke kebun,
timba (ambil) air dan
mengambil kayu”. (P2140)
“Dari kehamilan bulan
pertama waktu itu ada
kegiatan digereja main bola voli saya pergi dan ikut bermain”. (P2145) Banyak jalan,mem ikul barang berat Berolahra ga dengan kerja yang ada Harus kerja Jalan ke kebun, ambil air, ambil kayu Bermain bola voli Aktifitas ibu hamil Aktifitas ibu hamil Aktifitas ibu hamil Aktifitas ibu hamil Aktifitas ibu hamil Aktifitas fisik selama kehamilan
43 “tidak boleh makan kurus
(lombok) dengan sayur
pepaya...ditakutkan usus
anak bisa luka”. (P155) “Setelah melahirkan hanya boleh makan jagung bose tok...tidak boleh dicampur dengan apa-apa....dari nenek moyang sudah ada larangan seperti itu”. (P155)
“Masa kehamilan mereka
hanya
makan
isi
dari
daging saja”.
(P150)
“...dilarang untuk makan
makanan yang berminyak
karena
takut
waktu
melahirkan nanti badan
bayi berminyak...”.
(P185)
“kalau sekarang sudah
tidak
ada
lagi
karena
sudah
ada
kombinasi
makanan, dan kombinasi
makanan
itu
yang
dibutuhkan oleh ibu hamil”.
(P175)
Makan lombok, sayur pepaya Jagung bose Makan isi dari daging saja Makanan berminyak Kombinasi makanan Pola makan Pola makan Pola makan Pola makan Pola makan Pola makan ibu pada saathamil dan setelah bersalin
“...kalau mereka pergi
kemana-mana harus
membawa pisau atau kunci. ada juga yang membawa paku lalu taruh dirambut”. (P115)
“....hanya untuk orang-orang yang mengerti saja tentang obat tradisional baru bisa
Pisau, kunci, dan paku Obat tradisional Benda tajam Kepercayaa n
44 pakai ibu”. (P120)
“....masyarakat disini masih pakai begitu. Kalau tidak
bawa yang begitu-begitu
nanti waktu kita melahirkan kadang bayi bisa meninggal
atau ada
gangguan-gangguan lain....” (P2220) “...itu waktu juga ada
hambatan sedikit dengan
mama kandung jadi naketi baru ari-ari keluar”. (P3300) “Biasa kalo su masok 4 (empat) bulan kita sudah mulai urut itu. Ame minyak taro ditangan, berdoa abis berdoa baru urut. Kalau duduk disebelah kiri berarti anak perempuan tapi kalau
duduk disebelah kanan
berarti anak laki-laki”.
(P6570)
“saya melahirkan dirumah” (P2165)
“iya dia punya obat itu hanya air panas dengan api saja. air panas pake tatobi abis itu
panggang diatas api”. (P
6675) Kepercaya an masyarak at Naketi Nenek urut Melahirka n di rumah Tatobi/ko mpres Kepercayaa n Kepercayaa n Rutinitas saat hamil Rutinitas saat hamil Rutinitas setelah melahirkan Kepercayaan selama hamil
“....ada PERDES yang
mengatakan kalau ibu dan bayi wajib ke posyandu...” (P195)
“....makan makanan yang bergizi karena kader-kader dong sudah beritahu harus makan makanan yang bergizi
dan makan teratur”. (P4420)
Perdes Makanan bergizi Peraturan desa terhadap ibu hamil Makanan yang dianjurkan kader Sikap terhadap kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan ibu hamil
45 Hasil penelitian memaparkan mengenai tema-tema yang diangkat dari proses reduksi data yang ditemui selama dilapangan. Data tersebut diperoleh peneliti melalui proses wawancara. Adapun tema-tema tersebut di sajikan dalam bentuk tema-tema tersebut adalah:
1. Aktifitas fisik selama kehamilan
2. Pola makan ibu pada saat hamil dan setelah bersalin 3. Kepercayaan selama hamil
4. Sikap terhadap kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan ibu hamil
Tema-tema tersebut secara keseluruhan akan dibahas satu per satu untuk memberi kejelasan tentang gambaran pemahaman masyarakat terhadap ibu hamil dan ibu setelah melahirkan di Desa Binaus Kecamatan Mollo Tengah, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
1. Aktifitas fisik selama kehamilan
Masyarakat Desa Binaus memiliki pemahaman dan pandangan bahwa aktifitas sehari-hari yang dilakukan oleh ibu atau ibu hamil seperti bekerja keras mengambil air, memotong kayu, pergi ke kebun dan
46 banyak bejalan kaki adalah kegiatan-kegiatan atau aktifitas fisik yang dinilai setara dengan berolahraga selama masa kemahilan. Selain itu mereka juga sangat percaya bahwa dengan melakukan aktifitas-aktifitas tersebut, proses persalianan yang nantinya dijalani oleh ibu akan berjalan dengan lancar. Hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan yaitu:
“...ibu-ibu hamil harus lebih banyak jalan, memikul
barang-barang yang berat”. (P125)
“...ibu hamil disini berolahraga dengan kerja yang ada”. (P195)
“...ada kerja apa kita harus kerja supaya melahirkan jang setengah mati. Itu orang tua dulu bilang begitu”. (P4390)
Hasil penelitian menyatakan bahwa riset partisipan dalam penelitian ini selama masa kehamilan, aktifitas fisik seperti bekerja keras, mengambil air, banyak berjalan kaki dan aktifitas harian lainnya harus dilakukan karena sudah menjadi tradisi.
2. Pola makan ibu pada saat hamil dan setelah bersalin
Ibu hamil dan ibu setelah melahirkan yang ada di Desa Binaus hanya di perbolehkan untuk memakan makanan khas Timor yaitu jagung bose yang tidak boleh dicampur dengan apapun. Ibu hamil dalam masa
47 kehamilan juga dilarangan untuk mengkonsumsi beberapa makanan, misalnya ibu hamil dilarang untuk makan daging yang berlemak, makanan yang berminyak, makan yang pedas dan juga makanan yang ada getahnya karena makan tersebut akan berdampak pada bayi mereka nantinya. Hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan yaitu:
“tidak boleh makan kurus (lombok) dengan sayur pepaya...ditakutkan usus anak bisa luka”. (P155) “Setelah melahirkan hanya boleh makan jagung bose tok...tidak boleh dicampur dengan apa-apa....dari nenek moyang sudah ada larangan seperti itu”. (P155)
“kalau sekarang sudah tidak ada lagi karena sudah ada kombinasi makanan, dan kombinasi makanan itu yang dibutuhkan oleh ibu hamil”. (P175)
Hasil penelitian menyatakan bahwa, selama masa
prenatal dan postnatal ada makanan yang boleh dan
tidak untuk dimakan.
3. Kepercayaan selama hamil
Masyarakat di desa Binaus juga memiliki tradisi berkaitan dengan sistem kepercayaan selama masa kehamilan. Mereka meyakini atau percaya bahwa selama kehamilan, mereka harus memegang benda-benda tajam yang berfungsi melindungi bayi dan diri mereka sendiri. Benda-benda tersebut yaitu pisau, paku
48 atau kunci. Benda tersebut yang selalu mereka bawa disaat mereka pergi kemana pun.
Selain hal tersebut masyarakat di desa Binaus juga meyakini bahwa jika mereka melakukan kesalahan dengan orang lain atau orang terdekat maka hal tersebut akan sangat mengganggu proses kelahiran mereka. Bayi akan mengalami kesulitan saat mencari jalan lahir dan bisa juga terjadi pendarahan. Istilah mereka untuk mengatasi hal ini yaitu naketi, sebagai orang awam kata tersebut dapat diartikan dengan pengakuan dosa.
Ibu hamil dan ibu bersalin yang ada di Desa Binaus juga melakukan tradisi yang unik yang sudah ada sejak nenek moyang mereka yaitu ibu hamil yang pada saat kehamilan menginginkan anak laki-laki atau perempuan maka pada saat memasuki masa kehamilan empat (4) bulan mereka akan mendatangi nenek urut untuk memindahkan posisi janin mereka yang dipercayai mempengaruhi jenis kelamin sesuai dengan yang mereka inginkan.
Ibu bersalin yang ada di Desa Binaus memiliki tradisi yang biasanya di lakukan setelah bersalin yaitu mereka diwajibkan tatobi (mengompres) badan mereka
49 menggunakan air panas dan setelah itu harus memanggang diri diatas api, artinya di bawah tempat tidur ibu bersalin selalu disiapkan kayu yang sudah dibakar tetapi sudah tidak ada lagi apinya hanya bersisa arangnya saja dan dibiarkan atau diusahakan arangnya terus menyala sehingga dapat menghangatkan tubuh ibu yang telah bersalin dan bayi tersebut. . Hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan yaitu:
“...kalau mereka pergi kemana-mana harus membawa pisau atau kunci. ada juga yang
membawa paku lalu taruh dirambut”. (P115)
“....masyarakat disini masih pakai begitu. Kalau tidak bawa yang begitu-begitu nanti waktu kita melahirkan kadang bayi bisa meninggal atau ada gangguan-gangguan lain....” (P2220)
“...itu waktu juga ada hambatan sedikit dengan mama kandung jadi naketi baru ari-ari keluar”. (P3300)
“Biasa kalo su masok 4 (empat) bulan kita sudah mulai urut itu. Ame minyak taro ditangan, berdoa abis berdoa baru urut. Kalau duduk disebelah kiri berarti anak perempuan tapi kalau duduk disebelah kanan berarti anak laki-laki”. (P6570)
“iya dia punya obat itu hanya air panas dengan api saja. air panas pake tatobi abis itu panggang diatas api”. (P6675)
Hasil penelitian menyatakan bahwa riset partisipan dalam penelitian ini selama masa kehamilan kepercayaan yang sudah ada sejak dulu masih tetap ada dan tradisi masih dijalankan hingga sekarang.
50 4. Sikap terhadap kebijakan pemerintah yang
berkaitan dengan ibu hamil
Perkembangan ilmu kesehatan yang ada sekarang ini sangat berpengaruh terhadap pemerintah dan tenaga kesehatan yang ada di Kabupaten Timor Tengah Selatan terkhususnya desa Binaus. Pemerintah dan tenaga kesehatan menerapkannya pada ibu hamil yang ada di sana. Melalui kader-kader yang ada mereka berbagi informasi mengenai nutrisi penting di masa kehamilan. Adapun perarturan yang dibuat Pemerintah yang mengharuskan ibu hamil untuk melahirkan di puskesmas atau rumah sakit, jika mereka melanggar peraturan tersebut mereka akan mendapatkan sanksi. Hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan yaitu:
“....ada PERDES yang mengatakan kalau ibu dan bayi wajib ke posyandu...” (P195)
“....makan makanan yang bergizi karena kader-kader dong sudah beritahu harus makan makanan yang bergizi dan makan teratur”. (P4420)
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa pemerintah dan tenaga kesehatan berperan aktif terhadap ibu hamil dan ibu setelah bersalin di desa Binaus.
51 4.3 Pembahasan
4.3.1 Aktifitas fisik selama kehamilan
Aktifitas fisik ibu selama kehamilan akan berpengaruh terhadap kesehatan dirinya dan juga bayi yang sedang dikandungnya. Aktifitas fisik selama kehamilan dapat meningkatkan kebugaran kardiorespirasi, menurunkan berat badan kehamilan dan menurunkan risiko preklampsia (Manuaba,1998). Aktifitas fisik pada ibu hamil akan meningkatkan proses metabolisme tubuh. Peningkatan metabolisme ini akan meningkatkan kebutuhan oksigen yang dibutuhkan selama proses metabolisme itu sendiri (Muhimah dan Safe’I, 2010). Jenis aktifitas yang dapat ibu hamil lakukan seperti : senam hamil, jalan santai, dan berenang. Hal ini juga yang dianjurkan untuk dilakukan oleh tenaga kesehatan di Desa Binaus kepada ibu hamil yang ada untuk dapat melakukan senam atau olahraga untuk meminimalisir gangguan kehamilan yang ada misalnya kelelahan, mudah sakit punggung, pusing dan banyak lagi.
Akan tetapi, persepsi yang dibangun oleh masyarakat di Desa Binaus bahwa aktifitas fisik atau olahraga selama kehamilan dapat dipenuhi melalui kegiatan sehari-hari yang mereka lakukan. Aktifitas fisik dengan kegiatan sehari-hari
52 seperti pergi ke kebun, mengambil air di sungai dipandang sebagai sesuatu yang perlu dilakukan. Hal ini dilakukan dengan anggapan bahwa aktifitas tersebut akan memudahkan ibu hamil tersebut di saat proses persalinannya nanti.
Fakta ini ingin menunjukan bahwa konsep aktifitas fisik dipahami oleh masyarakat umum tidak harus sebagai olahraga atau exercise, namun bisa dipahami sebagai aktifitas fisik yang dapat dlakukan dalam kegiatan sehari-hari. Dalam kasus ini, pemahaman mengenai aktifitas fisik selama kehamilan dilakukan ibu dengan melakukan aktifitas sehari-hari.
Hal ini juga sependapat dengan Andrew & Boyle (2008) tentang perilaku suku Indian bahwa suku tersebut mempercayai bahwa ibu yang aktif selama kehamilan dapat membantu pernapasan bayi (Andrews dan Boyle, 2008).
4.3.2 Pola makan ibu pada saat hamil dan setelah bersalin Status gizi merupakan hal penting yang diperhatikan selama masa kehamilan karena faktor gizi sangat berpengaruh terhadap status kesehatan ibu guna pertumbuhan dan perkembagan janin. Gizi yang terkandung pada seorang ibu sebelum dan selama hamil dapat
53 mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang dikandung. Bila gizi ibu normal pada masa sebelum dan selama hamil kemungkinan besar akan melahirkan bayi yang sehat dengan berat badan normal. Dengan kata lain salah satu faktor yang akan menentukan kualitas bayi yang dilahirkan sangat tergantung pada keadaaan gizi ibu sebelum dan selama hamil (Mitayani,2010).
Secara medis, gizi pada saat kehamilan adalah zat makanan yang dibutuhkan oleh ibu hamil setiap hari dan mengandung zat gizi seimbang dengan jumlah sesuai kebutuhan yaitu energi, kalori, zat besi, protein, mineral, kalsium dan vitamin (Kusmiati,2008; Almatsier,2009; Mitayani, 2010; Aritonang,2010; Sophia, 2009).
Persoalan makan bukanlah hanya tentang asupan biologis saja. Makan dan makanan akan sangat dipengaruhi oleh berbagai aspek termasuk psikis, spiritual, dan sosial budaya (Koentjaraningrat,2009). Dalam konteks penelitian ini makanan bagi ibu hamil sangat dipengaruhi oleh kepercayaan yang dimiliki masyarakat sekitar, seperti konsep budaya secara umum, pemenuhan nutrisi yang adalah bagian dari budaya itu sendiri bersifat dinamis atau dimungkinkan berubah sesuai dengan cara pemikiran masyarakat. Kebudayaan bersifat dinamis artinya kebudayaan itu selalu
54 berubah dan terus bergerak mengikuti dinamika kehidupan sosial budaya masyarakat (Siregar, 2002).
Hal diatas tergambar pada pemberian asupan makanan selama kehamilan pada masyarakat Desa Binaus yang beragam. Menurut kepercayaan mereka, tidak semua makanan yang kaya akan nutrisi dapat dimakan oleh ibu hamil dan ibu setelah bersalin yang ada di Desa tersebut. Mereka yang sudah bersalin hanya di perbolehkan untuk makan makanan khas Timor yaitu jagung bose yang tidak boleh dicampur dengan apapun.
Namun, dengan adanya perkembang ilmu saat ini khususnya di bidang kesehatan mengenai gizi ibu hamil dan ibu setelah bersalin maka ada beberapa hal yang membuat pergeseran pola makan terhadap ibu hamil dan ibu setelah bersalin di Desa Binaus yaitu Revolusi KIA dan fakta hasil observasi yang menunjukan bahwa ibu prenatal dan postnatal tidak hanya makan jagung bose tetapi mereka juga mengkombinasikan makanan mereka dengan minum susu, makan kacang hijau, dan makan daging.
Jagung bose adalah salah satu makanan khas Nusa
Tenggara Timur khususnya daratan Timor, yang di dalamnya banyak mengandung karbohdirat dan dapat dijadikan sebagai pengganti nasi. Jagung bose rasanya tawar seperti halnya
55 nasi. Jagung bose, proteinnya 9,6 gram dari 100 gram bahan baku, kandungan energi (kalori) jagung lebih besar dari beras. Kandungan kalori pada 100 gram beras 360 kalori sedangkan jagung 368 kalori (Mahmud, dkk, 2009)
Secara umum, penelitian ini mau menegaskan bahwa kepercayaan terhadap pantangan makanan pada ibu hamil maupun ibu setelah bersalin di sebuah budaya akan mempengaruhi apa yang di makan oleh ibu tersebut. Hal ini juga di dukung dengan beberapa hasil penelitian serupa yang menyatakan bahwa kepercayaan terhadap makanan memiliki efek pada pilihan makanan yang akan dikonsumsi ibu tersebut (Shritmarti dan Sofiyan, 2011 ; Shahid dkk, 2011 ; Gao dkk, 2013)
4.3.3 Kepercayaan selama hamil
Keyakinan adalah sesuatu yang dianggap aktual atau benar atas dasar-dasar pemikiran tertentu atau model jelas (Andrews dan Boyle, 2008:94). Kepercayaan yang dimiliki masyarakat lokal dan masih diteruskan ke generasi selanjutnya menunjukan bahwa tradisi kepercayaan tersebut masih dipandang relevan untuk dijalani. Menurut Parsons (1968), tradisi adalah hasil dari kebiasaan manusia yang telah dilakukan dalam jangka waktu yang lama dan berfungsi
56 sebagai penuntun dalam melakukan apa yang dapat diterima atau sesuai dengan kehidupan masyarakat dimana individu berada.
Pada ibu hamil misalnya, Andrews dan Boyle (2008) mengatakan bahwa di Vietnam, ibu hamil tidak diperbolehkan berjalan di siang hari atau pada jam 5 sore karena dapat membuat roh marah, sedangkan masyarakat kulit hitam Amerika mengatakan tidak diperbolehkan untuk mengambil gambar atau foto saat hamil karena dapat menyebabkan “stillbirth” atau lahir mati.
Konsep kepercayaan selama kehamilan disetiap suku yang ada di Indonesia berbeda-beda. Hal ini juga yang terjadi di Desa Binaus Kabupaten Timor Tengah Selatan, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Kepercayaan ini sudah ada sejak dulu dan masih eksis sampai dengan sekarang meskipun sudah dipengaruhi oleh banyaknya informasi kesehatan modern yang dibawa oleh pemerintah dan tenaga kesehatan setempat.
Masyarakat yang ada di sana mempercayai bahwa ibu hamil dimasa kehamilannya di saat mereka pergi kemana-mana harus selalau membawa benda tajam misalnya pisau, kunci atau paku yang bertujuan untuk melindungi bayi dan diri mereka tersebut. Ibu bersalin juga diwajibkan untuk
57 menjalankan tradisi tatobi (mengompres) dan dipanggang diatas api.
Tradisi ini tetap ada karena disampaikan dan di pahami oleh generasi selanjutnya sebagai sesuatu yang perlu dipercayai karena diyakini sebagai suatu yang akan membuat mereka aman.
Dalam sebuah penelitian yang berkaitan dengan tradisi budaya selama kehamilan mengatakan bahwa beberapa suku mempercayai ibu hamil yang selalu bahagia akan mendatangkan nasib baik bagi bayi dan membawa sukacita. Selain itu masyarakat Filipina mempercayai bahwa ibu hamil yang mandi setiap hari dan menggunkan shampoo, bayi yang dilahirkan akan bersih (Andrews dan Boyle, 2008).
Tradisi ini masih ada dan tetap di lakukan oleh masyarakat di Desa Binaus karena menurut mereka apa yang sudah diteruskan dari generasi ke generasi harus tetap di lakukan dan masih bermakna dan berguna bagi mereka.
4.3.4 Sikap terhadap kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan ibu hamil
Bagian ini berkaitan dengan pemilihan atau keputusan ibu menggunakan layanan kesehatan ketika hamil dan akan bersalin yang mana lewat kebijakan pemerintah para ibu di
58 dorong untuk mengikuti layanan kesehatan yang disediakan pemerintah.
Kebijakan (policy) adalah sebuah instrumen Pemerintah, bukan saja dalam arti government yang hanya menyangkut aparatur negara, melainkan pula governance yang menyentuh pengelolaan sumberdaya publik (Suharto, 2008). Pada tahun 2011 Pemerintah meluncurkan kebijakan Jaminan Persalinan (JamPersal), yang memberikan pelayanan kepada para ibu hamil dan bersalin secara gratis. Hal serupa juga dilaksanakan di Provinsi Nusa Tenggara Timur yaitu Program Revolusi Kesehatan Ibu dan Anak (Revolusi KIA) yang telah ditetapkan melalui Peraturan Gubernur Nusa Tenggara Timur Nomor 42 tahun 2009 dengan isi mewajibkan ibu hamil supaya melahirkan di Rumah Sakit atau Puskesmas, jika peraturan ini dilanggar maka yang bersangkutan akan dikenakan denda (Profil Kesehatan NTT,2012)
Sebagian partisipan yang ada di Desa Binaus memandang hal ini sebagai sesuatu yang baik. karena dengan mengikuti peraturan yang ada mereka akan mendapatkan layanan kesehatan yang baik dan mereka tidak harus membayar denda yang menurut mereka itu cukup membebani. Sejak adanya Revolusi KIA tersebut ibu hamil
59 yang akan melahirkan akan segera di bawah ke puskesmas atau rumah sakit yang ada.
Walaupun, ada beberapa kasus dimana masih ditemukan beberapa ibu melahirkan di rumah sewaktu akan dibawah ke rumah sakit atau puskesmas, mereka tetap akan di kenakan denda. Hal ini terjadi karena mereka sudah melanggar peraturan pemerintah yang sudah ada, yang mewajibkan ibu hamil untuk melahirkan di layanan kesehatan yang telah disediakan.
Dalam sebuah jurnal mengatakan bahwa untuk menekan angka kematian ibu, pemerintah berupaya untuk mendekatkan pelayanan ibu yang berkualitas kepada masyarakat. Upayanya adalah penerapan kebijakan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan antara lain berupa penyediaan fasilitas pertolongan persalinan pada polindes, poliklinik kesehatan desa, puskesmas pembantu serta meingkatkan kemitraan bidan dan dukun bayi serta pelatihan bagi petugas kesehatan dalam rangka meningkatkan ketrampilan dan kualitas pelayanan kesehatan (Rangkuti, 2015).