ANALISIS KESEIMBANGAN AIR DAERAH ALIRAN SUNGAI BOLANGO DI BOIDU
Fransisco Adam1), Barry Yusuf Labdul2), Aryati Alitu3)
1
Fakultas Teknik, Universitas Negeri Gorontalo. Email : fransiscoadam08@yahoo.com
2
Fakultas Teknik, Universitas Negeri Gorontalo. Email : barry_labdul@yahoo.co.id
3
Fakultas Teknik, Universitas Negeri Gorontalo. Email : aryati_nining@yahoo.com
ABSTRAK
Potensi sumber daya air di DAS Bolango sudah saatnya dikelola dengan baik, karena kebutuhan air yang terus meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan bertambahnya jumlah sektor yang harus dilayani. Disisi lain ketersediaan air jumlahnya relatif tetap, bahkan cenderung semakin berkurang karena menurunnya kondisi dan daya dukung lingkungan, yang pada akhirnya dapat menyebabkan ketidakseimbangan antara kebutuhan dan ketersediaan air. Untuk itu perlu diadakan analisis keseimbangan air di DAS Bolango. Perkiraan ketersediaan air sungai bolango mencakup debit andal yang dibutuhkan D.I DAS Bolango. Perhitungan debit andal untuk kebutuhan D.I. DAS Bolango diterapkan metode pendekatan yang disebut metode Water Balance dari Dr. F.J. Mock, dengan perhitungan evapotranspirasi dari catcment areanya menurut metode Penman, metode ini disusun oleh D.r. F.J Mock berdasarkan hasil risetnya pada daerah pengaliran sungai. Analisis keseimbangan air di DAS Bolango disajikan dalam tahun 5 hingga 10 tahun kedepan, dari hasil perhitungan disimpulkan bahwa ketersediaan air di
DAS Bolango dengan nilai debit andal Q80 berkisar antara : 0,81 – 3,69 m3/detik (rata-rata
2,33 m3/detik) dan Q90 berkisar antara : 0,21 – 2,36 m3/detik (rata-rata 1,40 m3/detik),
total kebutuhan air di DAS Bolango yang meliputi kebutuhan air untuk irigasi, air bersih
(domestic dan non-domestic), ternak serta perikanan, diperkirakan sebesar 0,698 m3/detik
sampai tahun 2025 dan analisis neraca air di DAS Bolango dengan ketersediaan air Q80
berkisar antara 0,112 - 2,992 m3/detik, dan ketersediaan air Q90 juga berkisar antara
-0,418 s/d 1,662 m3/detik.
Kata kunci : Keseimbangan air, debit andalan dan kebutuhan air.
ABSTRACT
Water resource of the Bolango watershed requires a better management as to accommodate the increases of population and the number of sectors to be served. On the other side, water availability tends to be constant or even less due to the decrease of environmental carrying capacity, which may lead to distort water demand and supply. Water balance calculation using Mock method has been employed to predict water availability and reliable discharge of Bolango discharge. The studi was conducted using evaporation data obtained by employing Pennman method while the water balance was analysed to predict water balace for 5 to 10 year ahead. It was found thet Q80 ranged
from 0,81 to 3,69 m3/s (mean value of 2,33 m3/s), Q90 ranged between 0,21 and 2,36 m3/s
(mean value of 1,40 m3/s). The predicted total water demand for irrigation, water (domestic and non-domestic), husbandry and fishery varied from 0,698 m3/s until 2025. Water balance analysis predicted water availability for Q80 varied from 0,112 to 2,992
m3/s,while Q90 ranged from -0,418 to 1,662 m3/s.
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Potensi sumber daya air di DAS Bolango sudah saatnya dikelola dengan baik, karena kebutuhan air yang terus meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan bertambahnya jumlah sektor yang harus dilayani. Disisi lain kebutuhan air jumlahnya relatif tetap, bahkan cenderung semakin berkurang karena menurunnya kondisi dan daya dukung lingkungan, yang pada akhirnya dapat menyebabkan ketidakseimbangan antara kebutuhan dan ketersediaan air. Untuk itu perlu diadakan analisis keseimbangan air di DAS Bolango.
1.2 Rumusan Masalah
DAS Bolango merupakan bagian wilayah Provinsi Gorontalo, maka pembangunan di berbagai sektor akan meningkatkan potensi sumber daya alam di DAS Bolango. Hal ini terkait dengan perkembangan kota yang pertumbuhan penduduknya akan meningkat dari tahun ke tahun sehingga meningkatkan penggunaan air dari Sungai Bolango. Untuk itu perlu diketahui ketersediaan air (debit andalan) di Sungai Bolango, sehingga didapat keseimbangan (neraca) air Sungai Bolango untuk 5 hingga 10 tahun kedepan.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian ini adalah:
1. Menganalisis ketersediaan air pada
DAS Bolango.
2. Menganalisis kebutuhan air Di
Daerah Aliran Sungai Bolango.
3. Menganalisis keseimbangan
(neraca) air DAS Bolango di masa sekarang dan 5 s/d 10 tahun kedepan.
2. LANDASAN TEORI
2.1 Sungai pengalirannya
Sungai merupakan suatu alur yang panjang di atas permukaan bumi tempat
mengalirnya air yang berasal dari berbagai macam sumber alirannya.
Sungai terdiri dari 3 bagian, yaitu :
1. Bagian Atas (Hulu)
2. Bagian Tengah
3. Bagian Bawah (Hilir)
2.2 Siklus Hidrologi
Siklus Hidrologi merupakan proses kontinyu air dimana air bergerak dari bumi ke atmosfir dan kemudian kembali lagi ke bumi.
2.3 Parameter Hujan
Jumlah hujan yang jatuh di permukaan bumi dinyatakan dalam kedalaman air (biasanya mm) yang dianggap terdistribusi secara merata pada seluruh daerah tangkapan air. Intensitas hujan adalah jumlah curah hujan dalam suatu waktu, yang biasanya dinyatakan dalam mm/jam, mm/hari, mm/minggu,
mm/tahun, dan sebagainya (Triatmodjo,
B., 2008).
2.4 Analisis Curah hujan
2.4.2 Melengkapi Data Yang Hilang
Data hujan yang hilang di suatu stasiun pada saat tertentu dapat diisi dengan nilai perkiraan berdasarkan data-data yang tersedia dari tiga atau lebih stasiun terdekat di sekitarnya pada saat yang sama
Metode yang dapat digunakan untuk melakukan koreksi data, yaitu:
a. Metode perbandingan normal (normal
ratio method) b. Reciprocal method
2.4.2 Hujan Kawasan (DTA)
Dalam analisis hidrologi dikenal ada tiga macam cara yang umum dipakai dalam menghitung curah hujan rata-rata untuk suatu kawasan yaitu :
1. Metode rata-rata Aljabar
2. Metode Poligon Thiessen
2.5 Kebutuhan Air Baku
Kebutuhan air baku di sini dititik beratkan pada penyediaan air baku untuk diolah menjadi air bersih.
Standar kebutuhan air ada 2 (dua) macam yaitu :
a. Standar kebutuhan air domestik
b. Standar kebutuhan air non domestik
2.6 Proyeksi Penduduk
Proyeksi penduduk adalah perhitungan jumlah penduduk di masa yang akan datang berdasarkan asumsi perkembangan kelahiran, kematian dan migrasi.
Rumus proyeksi geometris adalah sebagai berikut:
Pn = Po ( 1 + r ) n
Keterangan:
Pn = penduduk pada tahun n
Po = penduduk pada tahun awal
1 = angka konstanta
r = angka pertumbuhan penduduk (dalam persen)
n = jumlah rentang tahun dari awal
hingga tahun n
2.7 Ketersediaan Air
Perkiraan tentang ketersediaan air sungai sangat penting untuk mengetahui potensial air pada suatu DAS, baik untuk tujuan khusus seperti pembuatan bendungan, keperluan pembangkit listrik atau keperluan irigasi, maupun untuk tujuan yang lebih umum seperti pembuatan master plan konservasi sumber daya air. Tujuan tersebut tidak akan pernah terwujud jika air yang diperlukan tidak tersedia ataupun tidak mencukupi. Oleh Karena itu masalah siklus hidrologi tempat air berada pada suatu mata rantai yang terus berputar tanpa henti harus dipahami terlebih dahulu.
2.7.1 Evapotranspirasi
Peristiwa berubahnya air menjadi uap dari permukaan tanah maupun
permukaan air ke udara disebut avaporasi, sedangkan transpirasi adalah peristiwa penguapan dari tanaman. Kedua-duanya bersama-sama disebut evapotranspirasi (Sosrodarsono dan Takeda, 1987 : 57).
2.7.2 Debit Sungai
Menurut Soemarto.C.D.,(1995 : 51 ) , debit atau aliran adalah volume air yang mengalir lewat suatu penampang melintang dalam alur, pipa, akuifer, ambang dan sebagainya per satuan
waktu, dalam satuan m3/detik.
2.7.3 Debit Bulanan Dengan Metode
Mock
Perhitungan debit bulanan ini bertujuan untuk mendapatkan taksiran besarnya debit andalan sungai, yaitu banyaknya air yang tersedia yang diperkirakan terus-menerus ada dalam sungai dengan jumlah dan jangka waktu (periode) tertentu yang diperlukan untuk kebutuhan irigasi
2.8 Debit Andalan
Debit andalan adalah debit sungai yang di harapkan selalu ada sepanjang tahun, dan dapat dicari dengan membuat terlebih dahulu garis durasi untuk debit-debit yang disamai atau dilampaui, kemudian ditetapkan suatu andalan berupa suatu frekwensi kejadian yang didalamnya terdapat paling sedikit satu kegagalan (Soemarto. C.D., 1995).
Andalan yang didasarkan atas
frekwensi/probabilitas kejadian, dirumuskan sebagai berikut :
dengan :
P(Xm) = probabilitas terjadinya
kumpulan nilai yang diharapkan selama periode pengamatan
N = jumlah tahun pengamatan dari data pengamatan
M = nomor urut kejadian, dengan
urutan variasi dari besar ke terkecil
2.9 Kebutuhan Air
2.9.1 Kebutuhan Air Bersih
Kebutuhan air domestik (rumah tangga) dihitung berdasarkan jumlah penduduk dan kebutuhan air perkapita.
2.9.2 Kebutuhan Air Irigasi
Kebutuhan air irigasi sebagian besar dicukupi dari air permukaan. Kebutuhan air irigasi dipengaruhi berbagai faktor seperti klimatologi, kondisi tanah, koefisien tanaman, pola tanam, pasokan air yang diberikan, luas daerah irigasi, efisiensi irigasi, penggunaan kembali air drainase untuk irigasi, sistem golongan, jadwal tanam dan lain-lain.
1. Kebutuhan air konsumtif
Kebutuhan air untuk tanaman di lahan diartikan sebagai kebutuhan air konsumtif dengan memasukkan faktor koefisien (kc). Persamaan umum yang digunakan adalah :
Etc = Eto x kc Dengan :
Etc = kebutuhan air konsumtif, dalam mm/hari
Eto = evapotranspirasi, dalam mm/hari kc = koefisien tanaman
2. Kebutuhan air untuk penyiapan
lahan
Kebutuhan air pada waktu persiapan lahan dipengaruhi oleh factor-faktor antara lain waktu yang diperlukan untuk penyiapan lahan (T) dan lapisan air yang dibutuhkan persiapan lahan (S).
Perhitungan kebutuhan air selama persiapan lahan, digunakan metode yang dikembagkan oleh Van de Goor dan Zijlstra (Standard Perencanaan Irigasi KP-01, 1986), yaitu persaman sebagai berikut :
dengan :
IR = kebutuhan air irigasi di tingkat persawahan, dalam mm/hari
M = kebutuhan air untuk mengganti kehilangan air akibat evaporasi dan perkolasi di sawah yang telah dijenuhkan = Eo + P (mm/hari)
P = perkolasi, dalam mm/hari
Eo = evaporasi air terbuka (= 1.1 x Eto), dalam mm/hari
k = M (T/S)
e = koefisien
3. Curah Hujan Efektif
Curah hujan efektif adalah curah hujan andalan yang jatuh di suatu daerah dan digunakan tanaman untuk pertumbuhan, dengan persamaan sebagai berikut :
Re ( R80)
dengan :
Re = curah hujan efektif, dalam mm/hari
R80 = curah hujan yang kemungkinan
tidak terpenuhi, 20% dalam mm
R80 didapat dari urutan data dengan
rumus Harza :
m = + 1
dengan :
m = rangking dari urutan terkecil
n = jumlah tahun pengamatan
2.9.3 Kebutuhan Air Untuk Ternak
Kebutuhan air untuk ternak meliputi kebutuhan untuk memandikan ternak, air minum, pengoperasian industri peternakan, dan kebutuhan lainnya di peternakan.
Tabel 2.2 Kebutuhan Air untuk Ternak
Jenis Ternak Kebutuhan Air
(lt/kepala/hari) Sapi / kerbau / kuda 40
Kambing / domba 5.0
Babi 6.0 Unggas 0.6
Sumber : Hidrologi Terapan, (Triatmodjo, 2008)
2.9.4 Kebutuhan Air Untuk Perikanan
Kebutuhan air netto untuk perikanan
adalah volume air yang dibutuhkan untuk mengisi kolam, dan mengganti kehilangan air karena evaporasi dan perkolasi. Pengelolaan air untuk kolam bisa dibagi dalam 4 tahap. Yaitu : Penyiapan kolam, pengisian, penggelontoran dan pembersihan (Anonim, 1999a).
2.9.5 Kebutuhan Air untuk Pembangkit
Tenaga Listrik
Kebutuhan air untuk pembangkit tenaga listrik terkait dengan adanya waduk yang digunakan. Waduk tersebut harus mempunyai tampungan air yang ukurannya cukup untuk memungkinkan penampungan kelebihan air d musim hujan, dan dapat mengatur aliran air yang lebih besar dari pada aliran alamiah minimum (Linsley dan Franzini, 1989 : 163).
2.9.6 Kebutuhan Air untuk Parawista
Kebutuhan air untuk parawisata tergantung pada pengunjung di daerah tujuan wisata. Penggunaan air yang umum untuk fasilitas rekreasi seperti kolam renang dan pantai, tanam bermain, serta tanam untuk berpiknik, dapat menggunakan nilai standar yaitu berkisar antara 10 – 60 liter/pengunjung/hari (Anonim,1999c).
2.10 Keseimbangan (Neraca) Air
Neraca air adalah suatu tabel atau gambar yang menyatakan informasi mengenai ketersediaan air dan kebutuhan air, dikasi pada suatu kawasan terentu misalnya pada Daerah Pengaliran Sungai,
Satuan Wilayah Sungai, atau suatu kota/kabupaten, atau juga pada suatu lokasi tertentu, misalnya waduk atau bendung pengambilan air (Barmawi,1999).
3. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian tugas akhir ini dilakukan di DAS Bolango terletak di Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo. DAS ini terdiri dari beberapa Sub DAS diantaranya Sub DAS Bolango
Boidu dengan titik koordinat 00o 37.716’
LU dan 123o 04.951’ BT, yang dipilih
sebagai lokasi penelitian.
Gambar 1. Daerah Aliran Sungai
3.2 Pengumpulan Data
Adapun data-data yang telah diperoleh adalah:
1. Data curah hujan dan debit sungai
2. Data klimatologi
3. Peta topografi DAS Bolango
4. Jumlah penduduk
5. Pengembangan lokasi di DAS
Data tersebut diperoleh dari :
1. Balai Wilayah Sungai (BWS) Provinsi
Gorontalo
2. Stasiun Meteorologi Jalaluddin
Gorontalo
3. Dinas Kehutungan & Pertambangan
Provinsi Gorontalo
4. Dinas Kependudukan dan Catatan
3.3 Tahapan penelitian
Tahapan-tahapan yang dilakukan pada saat penelitian adalah sebagai berikut:
1. Survey lapangan, dilakukan sebelum
penelitian agar bertujuan untuk mengetahui informasi tentang ketersediaan dan kebutuhan air di
DAS Bolango.
2. Landasan teori, yaitu dengan
mengumpulkan semua materi sebanyak mungkin yang berhubungan dengan penelitian ini sebagai bahan acuan dalam melakukan pengambilan data dan analisis data yang telah dikumpulkan.
3. Analisis debit bulanan dengan Model
Mock
4. Analisis ketersediaan air
5. Analisis kebutuhan air Domestik dan
Non Domestik
6. Analisis Keseimbangan air Daerah
Aliran Sungai Bolango Di Boidu.
3.4 Metode Penelitian
Data primer diperoleh melalui survey awal seperti lokasi penelitian. Sedangkan untuk peta administrasi, peta topografi, dan tata guna lahan diperoleh dari instansi pemerintah terkait. kemudian dalam penelitian ini juga dibutuhkan data curah hujan dan debit bulanan yang diperoleh melalui Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika setempat.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisis Ketersediaan Air
4.1.1 Curah Hujan
Pengumpulan data hujan berupa data hujan bulanan dari stasiun hujan yang ada dalam wilayah studi, yaitu stasiun Bolango Boidu, stasiun Bolango Longalo dan stasiun Bolango Dulamayo. Secara terperinci data curah hujan dari stasiun tersebut.
Besaran hujan yang dianggap mewakili kedalaman hujan yang
sebenarnya diperoleh dengan menghitung nilai hujan rata-rata aljabar. Hasil curah hujan rata-rata dapat dilihat pada tabel 4.1 di bawah ini.
Tabel 4.1 Curah Hujan Rata-rata Aljabar Tahun 2003 s/d 2012
Sumber : Hasil Hitungan
Hasil perhitungan dengan Metode rata-rata Aljabar menunjukkan curah hujan bulanan rata-rata maksimum terjadi pada bulan Desember sebesar 207,4 mm/bulan, sedangkan curah hujan rata-rata minimum terjadi pada bulan Agustus sebesar 63,7 mm/ bulan.
4.1.2 Evapotranspirsai Potensial
Analisis Evapotranspirasi Potensial menggunakan metode Penman. Tabel 4.2, diperoleh nilai evapotranspirasi potensial rata-rata harian berkisar antara 3,89 mm hingga 6.76 mm dan rata-rata bulanannya sebesar 160,59 mm.
Tabel 4.2 Nilai Evapotranspirasi Potensial (mm/hari)
Sumber : Hasil Hitungan
4.1.3 Debit Sungai
Titik pengamatan debit sungai terletak di sungai Bolango Boidu dengan waktu pencatatan dan perhitungan sejumlah 5 data tahun pengamatan (2007 – 2012). Hitungan debit menggunakan
Tahun
D.I. Bolango
Stasiun Rerata Aljabar St. Boidu St. Longalo St. Dulamayo Januari 105.53 132.13 184.87 140.84 Februari 102.63 101.32 157.89 120.61 Maret 142.36 142.41 181.95 155.57 April 144.52 143.88 249.25 179.22 Mei 95.20 94.91 192.32 127.48 Juni 118.00 105.13 193.44 138.86 Juli 110.29 91.29 188.84 130.14 Agustus 56.71 54.01 80.47 63.73 September 60.61 59.95 101.61 74.06 Oktober 104.09 105.57 223.15 144.27 November 178.41 140.77 205.33 174.84 Desember 187.87 157.62 276.76 207.42 Tahunan 1,406.22 1,328.99 2,235.88 1,657.03 Bulanan 117.19 110.75 186.32 165.70
Tahun Jan F eb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Okt Nop Des
2003 5.2 6 5.47 4.80 4.38 4.67 5.84 4.84 6 .76 6.4 4 6.03 5.02 3.89 2004 4.5 9 4.44 5.05 5.09 4.52 5.29 4.77 6 .97 7.9 3 7.00 4.71 4.61 2005 5.1 2 19.61 5.72 5.12 4.72 3.98 4.13 5 .93 6.7 5 5.81 5.20 3.88 2006 4.2 9 4.62 5.42 5.27 4.55 3.83 5.02 7 .70 7.2 8 6.95 5.14 4.06 2007 4.3 3 4.51 5.19 5.32 5.08 3.58 3.95 4 .79 6.6 6 5.81 5.55 3.82 2008 4.7 4 4.67 3.27 4.28 4.28 3.90 3.71 4 .27 4.7 8 4.91 5.00 3.63 2009 3.9 1 4.71 4.88 4.31 4.47 4.50 4.64 7 .31 7.2 8 6.41 4.71 4.78 2010 4.6 9 5.71 5.36 5.08 4.67 3.76 3.66 4 .23 4.1 1 4.20 4.71 3.65 2011 3.9 3 4.19 4.22 4.08 4.45 4.65 5.53 6 .05 5.8 6 4.97 4.16 4.17 2012 4.3 0 4.45 4.49 4.03 4.42 4.12 3.81 5 .64 5.5 9 5.33 4.00 5.17
Metode Mock dengan dibantu oleh
software Microsoft Exscel. Metode tersebut berdasarkan data curah hujan, karakteristik DAS, dan proses kalibrasi, yang akhirnya akan diperoleh hubungan hujan limpasan yang terbaik.
4.1.4 Model Mock
Analisis model Mock menggunakan data masukan terdiri dari: data curah hujan, data evapotranspirasi potensial,
data DAS dan data crop factor.
Sedangkan untuk semua nilai parameter
didapat dengan cara coba ulang (trial and
error) sampai diperoleh nilai debit hasil Mock yang mendekati nilai debit hasil pengamatan.
Nilai parameter yang didapat dari kalibrasi tahun 2003 digunakan sebagai acuan untuk perhitungan selanjutnya (2003 – 2012), karena parameter model tidak berubah karena waktu. Hasilnya dirangkum pada Tabel 4.3.
4.1.5 Debit Andalan
Debit andalan ditentukan dengan mengurutkan data debit hasil rekapitulasi dari besar sampai terkecil, kemudian dengan probabilitas kejadian (persamaan) dapat diketahui urutan keterandalannya sesuai dengan jumlah pengamatan. Hal ini ditampilkan pada Tabel 4.4, hasilnya didapat urutan keterandalan berkisar antara 9,09 % - 90,91 %. Selanjutnya dilakukan perhitungan interpolasi untuk
nilai Q80 (80%) dengan urutan
keterandalan 72,73% - 81,82% dan nilai
Q90 (90%) dengan urutan keterandalan
berkisar antara 81,82% - 90,91%.
Hasil interpolasi Q80 didapat debit
andalannya berkisar antara 0,81 – 3,69
m3/detik (rata-rata 2,33 m3/detik) dengan
nilai debit maksimum terjadi pada bulan Februari dan minimumnya pada bulan
Agustus dan Q90 berkisar antara 0,21 –
2,36 m3/detik (rata-rata 1,40 m3/detik)
dengan nilai maksimum terjadi pada bulan Januari dan minimumnya pada bulan Agustus. Nilai debit andalan
tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.5
berikut ini.
Tabel 4.3 Hasil hitungan debit bulanan menggunakan metode Mock
Tabel 4.4 Ketersediaan Air di DAS Bolango Dengan Tingkat
Keandalan (m3/det)
Tabel 4.5 Nilai Debit Andalan Q80 dan
Q90
Hubungan antara nilai debit andal
dengan curah hujan (rainfall – runoff)
ditampilkan pada Gambar 4.1. Grafik tersebut menunjukkan bahwa pada kedalaman curah hujan yang kecil terjadi ketersediaan air sungai yang sedikit begitupun sebaliknya.
Gambar 4.1 Hubungan Debit Q80 dan Q90 Dengan Curah Hujan
Dari data hujan dan data debit observasi pada tahun yang sama, yaitu tahun 2007, dibuat persamaan regresi yang memberikan hubungan antara hujan
(mm) sebagai absis dan debit (m3/d)
sebagai ordinat seperti ditunjukkan dalam Gambar 4.2. Persamaan garis tersebut mempunyai bentuk berikut :
y = -1E-05x2 + 0.016x + 0.179 R² = 0.956
Berdasarkan persamaan yang sama dan data hujan pada tahun 2007 dapat dihitung debit aliran. Gambar 4.3 menunjukkan perbandingan antara debit hasil pengukuran dan hasil hitungan. Gambar tersebut menunjukkan bahwa pada saat tidak terjadi hujan, masih terdapat debit aliran yang berasal dari aliran dasar.
Selanjutnya dengan menggunakan persamaan yang sama dan data hujan dari tahun 2007 sampai 2012, dapat diturunkan debit aliran pada tahun tersebut. Hasil hitungan ditunjukkan dalam Tabel 4.7 berikut ini.
Gambar 4.2 Hubungan Debit Q dan
Hujan p
Gambar 4.3 Perbandingan Debit Observasi dan Hitungan
4.2 Analisis Kebutuhan Air
Analisis kebutuhan air di wilayah DAS Bolango meliputi kebutuhan air
untuk air bersih (domistik dan non
domistik), irigasi, ternak, perikanan, dan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di bagian hilir sungai Bolango yang masih dalam studi kelayakan. Proyeksi kebutuhan air di masa mendatang disajikan dalam tahan 2012, 2014, 2015, 2020 dan 2025, dengan menggunakan
SoftwareMicrosoft Exscel.
4.2.1 Kebutuhan Air Bersih
Analisis jumlah penduduk menggunakan data awal tahun 2012 selanjutnya dihitung proyeksi perkembangannya sampai tahun 2025, diperkirakan naik 55% dari jumlah penduduk tahun 2012.
Tabel 4.6 Pertumbuhan Penduduk Tapa – Bulango
Tabel 4.7 Proyeksi Kebutuhan Air Bersih
Sumber : Hasil Hitungan
4.2.2 Kebutuhan Air Irigasi
Dari analisis yang terdapat pada Tabel 4.8 di bawah ini, di dapat luas pengembangan jaringan irigasi pada tahun 2025 diperkirakan mencapai 156
No Kecamatan Jumlah Penduduk (Jiwa)
2008 2009 2010 2011 2012 1 Tapa 6900 6575 6871 7563 7976 2 Bulango Utara 6263 6537 6933 7291 7641 3 Bulango Selatan 8631 8775 9711 10168 10714 4 Bulango Timur 5366 5325 4995 5292 5583 5 Bulango Ulu 2955 3046 3612 3878 4005 Jumlah = 30115 30258 32122 34192 35919 r (%) = 0.004726 0.058029 0.061 0.048 rata - rata = 0.043 No Uraian Satuan Tahun Tahun Perencanaan Awal 2010 2012 2014 2015 2020 2025
1 Penduduk Administrasi Jiwa 32.122 35.919 39.063 40.736 50.243 61.969 2 Penduduk yg dilayani Jiwa 6.424 10.776 13.672 16.295 25.122 34.083
% 20% 30% 35% 40% 50% 55%
3 Konsumsi Pemakaian Air
1. Domestik 1/org/hr 100 100 110 110 120 120
1/det 7.44 12 17 21 35 47
2. Non Domestik 1/det 0.74 2 3 4 10 14 10% 20% 20% 20% 30% 30% 4 Kehil angan Air (5%) 1/det 0.41 0.75 1.04 1.24 2.27 3.08
5 Kebutuhan Air = (3)+(4) 1/det 8.59 16 22 26 48 65
m3/det 0.01 0.02 0.02 0.03 0.05 0.06
Kebutuhan Puncak = 1.75.(3+4) m3/det
ha, dengan angkah kebutuhan air irigasi 1,893 liter/det/ha. Kebutuhan air irigasi yang diperlukan untuk mengairi DI. Irigasi Tapa-Bolango sebesar 0.295 liter/detik.
Tabel 4.8 Proyeksi Luas Irigasi dan Kebutuhan Air Di Irigasi Tapa
Sumber : Hasil Hitungan
4.2.3 Kebutuhan Air Untuk Ternak
Berdasarkan proyeksi populasi ternak tersebut diatas, didapat kebutuhan air total untuk semua jenis ternak di tahun 2025 yaitu sebesar 19,14 liter/detik, dengan kebutuhan air yang paling banyak terdapat pada jenis ternak sapi yaitu sebesar 17,67 liter/detik, dan yang sedikit memerlukan air yaitu jenis ternak itik sebesar 0,003 liter/detik.
Tabel 4.9 Proyeksi Populasi dan Kebutuhan Air Ternak
Sumber : Hasil Hitungan
4.2.4 Kebutuhan Air Untuk Perikanan
Kebutuhan air untuk perikanan ditentukan oleh ukuran kolam/tambak dengan pengembangan budi daya air tawar. Pada tahun 2010 luas kolam ikan di wilayah studi sebesar 20 ha. Proyeksikan akan meningkat menjadi 82 ha pada tahun 2025 , dengan kebutuhan air yang diperlukan sebesar 270
liter/detik, seperti terlihat pada Tabel 4.10.
Tabel 4.10 Proyeksi Luas Kolam dan Kebutuhan Air Perikanan
Sumber : Hasil Hitungan
4.2.5 Kebutuhan Air Untuk Listrik
Sesuai pengakajian dari beberapa peneliti bahwa Sungai Bolango belum mempunyai potensi untuk pengembangan PLTA. Upaya pengkajian ini telah beberapa kali di uji.
4.2.6 Kebutuhan Air Untuk Parawisata
Tempat parawisata yang ada di wilayah DAS Bolango, sebagian besar berupa wisata alam, disamping itu terdapat sejumlah sumber air bersih. Dengan demikian pemanfaatan Sungai Bolango sebagai tempat parawisata untuk saat ini belum diperhitungkan
Tabel 4.11 Kebutuhan Air DAS Bolango
(m3/detik)
Sumber : Hasil Hitungan
4.3 Analisis Neraca Air (Keseimbangan
air)
Analisis keseimbangan (neraca) air berdasarkan pada kondisi ketersediaan air di DAS Bolango yang dianggap tetap sampai tahun 2025 dengan kebutuhan penggunaan air yang mungkin diambil dari sungai Bolango.
Simulasi dilakukan dengan kondisi
ketersediaan air Q80 dengan perkiraan
kebutuhan air tahun 2012 – 2025. Dari analisis di tahun 2025, dengan kondisi
No Uraian Satuan Tahun
Tahun Perencanaan Awal
2012 2014 2015 2020 2025
1 L uas Pengembangan Irigasi ha 156 156 156 156 156 2 Kebutuhan Air Irigasi I/det 295 295 295 295 295 (1.893 liter/detik/ha) m3 /d et 0.295 0.295 0.2 95 0.295 0.295 No Uraian Satuan Tahun Tahun Perencanaan Awal 2 010 2012 2014 2015 2020 2025 1 Luas Kolam Ha 20 25 35 42 59 82 2 Kebutu han Air I/det 120 135 163 181 221 270
m3
/det 0.12 0.135 0.163 0.181 0.22 1 0.270
No
Kategori Tahun Perencanaan / Kebutuhan Air (m3/detik) Pengg unaan Air 2012 2014 2015 2020 2025 1 Air Bersih 0.03 0.0 38 0.046 0.083 0.113 2 Irigasi 0.295 0.2 95 0.295 0.295 0.295 3 Ternak 0.007 0.0 07 0.008 0.009 0.019 4 Perikanan 0.135 0.1 63 0.181 0.221 0.270 Total 0.465 0.5 04 0.530 0.609 0.698
ketersediaan air (inflow) di bulan Januari – Desember yaitu sebesar 0,81 – 3,69
m3/detik. Hasilnya dapat dilihat pada
Tabel 4.12 berikut ini.
Tabel 4.12 Neraca Air Dengan
Ketersediaan Air Q80
Sumber : Hasil Hitunga
Tabel 4.13 Neraca Air Dengan
Ketersediaan Air Q90
Sumber : Hasil Hitungan
Hasil analisis tahun 2025 menunjukkan terjadi kekurangan air pada bulan Agustus dan September sebesar
0,418 m3/det dan 0,488 m3/det, sebanding
dengan data curah hujan yang minimum pada bulan tersebut berkisar antara 63,73 mm dan 74,06 mm. Selain dari bulan
Agustus dan September terjadi suplus air
sebesar 0,522 m3/det s/d 1,662 m3/det.
Berdasarkan hasil analisis tersebut diatas dengan kondisi ketersediaan air
Q80 dan Q90 serta perkiraan kebutuhan air
yang digunakan di DAS Bolango, menunjukkan bahwa Sungai Bolango belum mencapai keadaan kritis air sampai tahun 2025. Hubungan antara
nilai tersebut dengan Neraca Air dapat dilihat pada Gambar 4.4 dan Gambar 4.5.
Gambar 4.4 Keseimbangan air di DAS
Bolango dengan ketersediaan
air Q80
Gambar 4.5 Keseimbangan air di DAS
Bolango dengan
ketersediaan air Q90
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Ketersediaan air DAS Bolango di
Bendung Lomaya dengan Q80 dan
Q90 yang diasumsikan tetap sama
sampai tahun 2025, menunjukan nilai debit andal yang besar dari bulan Januari sampai Desember yaitu :
a. Q80 berkisar antara : 0,81 – 3,69
m3/detik (rata-rata 2,33 m3/detik)
b. Q90 berkisar antara : 0,21 – 2,36
m3/detik (rata-rata 1,40 m3/detik)
2. Total kebutuhan air di DAS Bolango
yang meliputi kebutuhan air untuk
irigasi, air bersih (domestic dan
non-domestic), ternak serta perikanan,
diperkirakan sebesar 0,694 m3/detik
Bulan
Tahun Perencanaan 2012 2014 2015 2020 2025
Kebutuhan Air (m3
/det) 0.465 0.504 0.530 0.609 0.698 Q80 (m3
/det) Neraca Air (m3
/detik) Jan 3.6 9 3.225 3.186 3.160 3.081 2.992 Feb 2.4 5 1.985 1.946 1.920 1.841 1.752 Mar 3.1 6 2.695 2.656 2.630 2.551 2.462 Apr 2.6 6 2.195 2.156 2.130 2.051 1.962 May 2.1 8 1.715 1.676 1.650 1.571 1.482 Jun 3.1 6 2.695 2.656 2.630 2.551 2.462 Jul 1.5 8 1.115 1.076 1.050 0.971 0.882 Aug 1.1 6 0.695 0.656 0.630 0.551 0.462 Sep 0.8 1 0.345 0.306 0.280 0.201 0.112 Oct 2.0 4 1.575 1.536 1.510 1.431 1.342 Nov 2.4 3 1.965 1.926 1.900 1.821 1.732 Des 2.6 4 2.175 2.136 2.110 2.031 1.942 Bulan T ahun Perencanaan 2012 2014 2015 2020 2025
Kebutuhan Air (m3/det) 0.465 0.504 0.530 0.609 0.698
Q90 (m3
/det) Neraca Air (m3
/detik) Jan 0.72 0.255 0.216 0.190 0.111 0.022 Feb 2.14 1.675 1.636 1.610 1.531 1.442 Mar 2.36 1.895 1.856 1.830 1.751 1.662 Apr 2.11 1.645 1.606 1.580 1.501 1.412 May 1.23 0.765 0.726 0.700 0.621 0.532 Jun 1.29 0.825 0.786 0.760 0.681 0.592 J ul 1.22 0.755 0.716 0.690 0.611 0.522 Aug 0.28 -0.185 -0.224 -0.250 -0.329 -0.418 Sep 0.21 -0.255 -0.294 -0.320 -0.399 -0.488 Oct 1.80 1.335 1.296 1.270 1.191 1.102 Nov 2.13 1.665 1.626 1.600 1.521 1.432 Des 1.36 0.895 0.856 0.830 0.751 0.662
sampai tahun 2025, yaitu terdiri dari:
3. Analisis neraca air (keseimbangan
air) di DAS Bolango dengan asumsi bahwa kondisi ketersediaan dan kebutuhan air sesuai analisis saat ini, menunjukkan adanya surplus air sampai dengan tahnu 2025. Dengan
ketersediaan air Q80 menghasilkan
kelebihan air dri bulan Januari-Desember yaitu berkisar antara
0,112 s/d 2,992 m3/detik, dan
ketersediaan air Q90 juga terdapat
kekurangan air berkisar antara
-0,418 s/d 1.662 m3/detik.
5.2 Saran
1. Ketersediaan air DAS Bolango yang
berlebihan dapat dimanfaatkan untuk mensuplai air ke DAS lain yang kekurangan air dengan cara lain dapat dilakukan pembuatan saluran air, namun hal ini perlu suatu kajian khusus.
2. DAS Bolango perlu dilindungi agar
kualitasnya tidak menurun bahkan bisa ditingkatkan kualitasnya. Cara perlindungan dan peningkatan kualitas DAS antara lain dengan program penghijaun, pelarangan penebangan pohon, pengembangan kawasan penyangga di sepanjang tanam nasional untuk mencegah perambahan hutan lebih lanjut. Kawasan penyanggah tersebut berupa kegiatan pertanian yang dapat memberikan hasil hutan seperti rotan, bambu, dan buah-buahan setempat.
3. Kegiatan penambangan yang ada di
DAS Bolango harus dikontrol dan dipantau, untuk memperkecil gangguan terhadap hujan, erosi, longsor lahan dan peningkatan sedimentasi serta kontaminasi bahan kimia di Sungai Bolango.
6. DAFTAR PUSTAKA
--- , 2010. Kegiatan Perencanaan dan Program. Kementerian PU/Balai Wilayah Sungai II.
Alitu, A., 2005. Studi Neraca Air Di Daerah Aliran Sungai Bone. Manado: Universitas Sam Ratulangi. Anonim, 1999. Rencana Pengembangan
dan Pengelolaan Sumber Daya Air Sulawesi Utara. Bagian III
Lampiran. PT. Raya Konsultan dan PT. Bina Karya.
Anonim, 2003. Penyusunan Neraca Air Sumber daya DAS Bone-Bolango dan Atlas Pariwisata Provinsi Gorontalo. Kerja sama Bappeda Provinsi Gorontalo dengan Bakosurtanal.
Asdak, Chay., 2010. Hidrologi dan
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.
Yogyakarta: Universitas Gajah Mada..
Barmawi, M., 1999. Peningkatan Potensi Pengembangan Sumber Daya Air
SWS Batanghari. Proceding PIT –
HATHI XVI, Bengkulu.
Mock. F.j., 1976. Land Capability
Appraisal Indonesia & Water Availability Appraisal. FAO,. Bogar.
Ramdani,, 2010. Fj Mock Menghitung
Debit Andalan. Jurnal Penelitian 2010, dari blogramdani. Blogspot.com/2010/09. Html. Di akses 12 Mei 2013.
Triatmodjo, B., 2000. Studi Keseimbangan Air Di SWS Pemali-Conal. Yogyakarta : Universita Gadjah Mada.
Triatmodjo, B., 2008. Hidrologi Terapan. Beta Offset. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada
Soemarto, C.D., 1995. Hidrologi Teknik. Penerbit Usaha Nasional, Surabauya.
Sosrodarsono S, Takeda K., 1985. Hidrologi Untuk Pengairan, PT. Pradnya Paramita, Jakarta.
Subramanya, K., 1984. Engineering Hydrology. Tata McGraw-Hill Publishing Company Limite