Halaman 213-225, Desember 2017 Terindeks Google Schoolar
ANALISIS NILAI-NILAI BUDI PEKERTI PADA PANTUN BAHASA JAWA (PARIKAN) UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR
Tri Wijayanti1), Mimin Dwi Jayanti2)
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Jember e-mail: tri12wijayanti@gmail.com
ABSTRAK
Budi pekerti merupakan salah satu kunci membangun karakter luhur suatu bangsa. Seiring berkembangnya zaman, sikap budi pekerti pada masyarakat Indonesia mulai luntur hal ini ditandai dengan terjadinya krisis moral terutama pada generasi muda saat ini salah satu contohnya yaitu banyak terjadi kasus siswa yang tidak lagi menghormati gurunya. Oleh karena itu Budi pekerti penting ditanamkan sejak sedini mungkin baik di lingkungan keluarga maupun di lingkungan sekolah. Budi pekerti pada umumnya diajarkan melalui pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di sekolah selain itu dapat pula diajarkan melalui muatan lokal bahasa jawa terutama pada materi parikan. Parikan
merupakan sejenis pantun dalam bentuk bahasa jawa yang terdiri atas sampiran dan isi. Sampiran semata-mata diciptakan sebagai pengantar menuju isi yang sebenarnya dalam dua larik berikutnya. Pada bagian isi
Parikan tersebut jika dianalisis mengandung nilai-nilai budi pekerti misalnya saja menanamkan sikap jujur, sabar, rendah hati, bertanggung jawab dan menghargai orang lain. Selain parikan dapat digunakan sebagai sarana menanamkan budi pekerti pada anak, dengan mempelajari
parikan anak secara tidak langsung dapat melestarikan salah satu budaya lokal indonesia. Kesimpulan yang dapat ditarik yaitu penanaman nilai-nilai budi pekerti serta upaya melestarikan budaya lokal indonesia pada siswa sekolah dasar dapat terwujud melalui pantun bahasa jawa parikan.
PENDAHULUAN
Budi pekerti merupakan program pengajaran di sekolah yang bertujuan mengembangkan watak atau tabiat siswa dengan cara menghayati nilai-nilai dan keyakinan masyarakat sebagai kekuatan moral dalam kehidupannya melalui kejujuran, dapat dipercaya, disiplin, dan kerjasama yang menekankan ranak efektif (perasaan dan sikap) tanpa meninggalkan ranah kognitif (berfikir rasional) dan ranah skill atau ranah
INFO ARTIKEL
Penerimaan Abstrak: 22 September 2017 Pengiriman Full Paper: 30 September 2017 Publikasi Paper: 01 Desember 2017
Kata Kunci: budi pekerti,
parikan, siswa sekolah dasar
Copyright © triet al, 2017, this is an open access article distributed under the terms of the FKIP E-Proceding license, which permits unrestricted use, distribution and reproduction in any medium, provided the original work is properly cited
psikomotorik (keterampilan). Ranah afektif tersebut meliputi: religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanh air, menghargai prestasi, bersahabat/ komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggungjawab. (Kemendikbud).
Dalam rangka lebih memperkuat pelaksanaan pendidikan karakter pada satuan pendidikan, telah teridentifikasi 18 nilai pembentuk karakter bangsa yang bersumber dari Agama, Pancasila, Budaya, dan Tujuan Pendidikan Nasional (Kemendiknas, 2010:9). Nilai-nilai tersebut diharapkan dapat diintegrasikan dalam kegiatan pembelajaran sehingga lambat laun akan membentuk karakter peserta didik.Uraian dari 18 nilai pembentuk karakter bangsa yang dimaksud adalah sebagai berikut: (1) Religius, adalah sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain; (2) Jujur, adalah perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan; (3) Toleransi, adalah sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya; (4) Disiplin, adalah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan; (5) Kerja keras, adalah perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya; (6) Kreatif, adalah berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki; (7) Mandiri, adalah sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas; (8) Demokratis, adalah cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain; (9) Rasa ingin tahu, adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar; (10) Semangat kebangsaan, adalah cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya; (11) Cinta tanah air, adalah cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa; (12) Menghargai prestasi, adalah sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi
masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain; (13) Bersahabat/komunikatif, adalah tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain; (14) Cinta damai adalah sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya; (15) Gemar membaca, adalah kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya; (16) Peduli lingkungan, adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upayaupaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi; (17) Peduli sosial, adalah sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan; (18) Tanggung jawab, adalah sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
Meskipun telah dirumuskan 18 nilai pembentuk karakter bangsa, namun tidak menutup kemungkinan bagi pendidik atau satuan pendidikan untuk menambah dengan nilai karakter lain sesuai dengan karakteristik materi maupun kegiatan pembelajaran, misalnya nilai karakter yang melekat pada mata pelajaran muatan lokal. Budi pekerti pada umumnya diajarkan melalui pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di sekolah selain itu dapat pula diajarkan melalui muatan lokal bahasa jawa terutama pada materi parikan.
Parikan terdiri atas sampiran dan isi. Biasanya tidak ada yang sungguhsungguh dengan sampiran. Sampiran semata-mata diciptakan sebagai pengantar menuju isi yang sebenarnya dalam dua larik berikutnya. Lebih diperjelas lagi di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 1217) bahwa sampiran merupakan paruh pertama pada pantun, yaitu baris kesatu dan kedua berupa kalimat-kalimat yang biasanya hanya merupakan persediaan bunyi kata untuk disamakan dengan bunyi kata pada isi pantun (biasanya baris pada sampiran tidak ada hubungan makna dengan baris-baris pada bagian isi).
Wilkinson (dalam Nursisto, 2000: 17) berpendapat bahwa hubungan antara sampiran dan isi itu bukanlah hubungan arti, melainkan hubungan bunyi, terutama saran bunyi. Pendapat senada disampaikan oleh Husein Jayadiningrat (dalam Nursisto, 2000: 17) bahwa hubungan sampiran dan isi itu tidak dalam hubungan arti, melainkan hubungan bunyi. Hal ini berarti, dalam sebuah parikan, antara sampiran dan isi
keduanya tidak dapat dipisahkan, meski tidak memiliki arti yang berhubungan, namun antara sampiran dan isi didalamnya mempunyai bunyi yang indah (purwakanthi).
Berdasarkan pengertian parikan diatas dapat disimpulkan Parikan merupakan sejenis pantun dalam bentuk bahasa jawa yang terdiri atas sampiran dan isi. Sampiran semata-mata diciptakan sebagai pengantar menuju isi yang sebenarnya dalam dua larik berikutnya. Selain itu parikan juga dapat diartikan sebagai salah satu bentuk puisi tradisional Jawa yang memiliki keunikan bentuk dan bunyi, pada isi parikan tersebut pada umumnya meliputi aspek pendidikan, kehidupan sosial, dan budi pekerti.
Menurut Wibawa, dkk (2004: 28), kata parikan terbentuk dari kata “pari” dan akhiran –an. Kata “pari” yang berarti padi, dalam bahasa kramanya “pantun”. Wujudnya
parikan kebetulan sama persis seperti pantun yang ada di Indonesia.
Tembung ‘parikan’ wonten ingkang ngandharaken dumados saking tembung lingga ‘pari’ lan panambang ‘-an’. Tembung ‘pari’ menika kramanipun ‘pantun’. Wujudipun parikan menika ndilalah persis kados pantun ing puisi Indonesia lama, inggih menika dumados saking 4 larik, larik 1 dan 2 minangka sampiranipun, larik 3 lan 4 isinipun. Purwakanthinipun (sajak) a b a b. Contonipun:
‘Manuk glathik nuthuli pari mabur lima teka sing pitu luwih becik netepi janji luwih ala janji sing palsu’
Menawi ing puisi Indonesia lama wonten pantun singkat ingkang kasebat karmina, ing Jawi ugi wonten. Contonipun:
‘anak dara jare piyik
seneng nangga ora becik’ (Wibawa, 2004: 28)
Terjemahan:
Kata “parikan” ada yang berpendapat terbentuk dari kata dasar “pari” dan
imbuhan –an. Kata “pari” jika dibahasakramakan menjadi “pantun” yang berarti “padi”. Wujud parikan kebetulan sama seperti pantun dalam puisi Indonesia lama, yaitu terdiri atas 4 baris (larik), baris pertama dan kedua sebagai sampiran, baris ketiga dan keempat merupakan isi, serta persajakannya (purwakanthi) a b a b. Contohnya:
terbang lima datang yang ketujuh lebih baik menepati janji
lebih buruk janji yang palsu’
Dalam puisi Indonesia lama terdapat pantun singkat yang disebut Karmina, di Jawa juga ada, contohnya:
‘anak merpati katanya piyik
senang membicarakan tetangga tidak baik’
Menurut Toer (2011: 5), parikan terbagi menjadi dua macam yaitu parikan
tunggal, parikan yang terdiri atas dua baris, dan parikan ganda, parikan empat baris. Pada parikan tunggal, gatra pertama adalah sampiran, dan gatra kedua adalah isi. Pada
parikan ganda, dua gatra pertama adalah sampiran, dan dua gatra kedua adalah isi. Menurut Karsono (2001: 73) parikan merupakan pantun Jawa yang terdiri atas sampiran dan isi, bentuknya berbaris-baris dan berderet-deret selanjutnya membentuk bait. Parikan sebagai puisi kontekstual maksudnya adalah keterkaitan parikan dengan situasi dan kondisi sosial masyarakat Jawa, yakni masyarakat yang menggunakan
parikan sebagai bagian dari kebudayaannya.
Alasan kenapa parikan dipilih sebagai sarana menanamkan nilai budi pekerti yang pertama karena menurunnya nilai moral dan budi pekerti di Indonesia, oleh sebab itu penting ditanamkan sejak sedini mungkin baik di lingkungan keluarga maupun di bangku sekolah dasar. Fakta di lapangan misalnya kasus seorang siswa yang tidak menghormati gurunya, siswa menyontek ketika ujian, siswa mencuri barang yang bukan miliknya, bahkan ada kasus dimana siswa yang mempunyai konflik dengan gurunya sendiri karena malah sepele hingga di bawa ke ranah hukum. Hal tersebut merupakan bukti bahwa di Indonesia saat ini terjadi krisis moral. Alasan kedua karena parikan di anggap dapat menjadi referensi yang menarik dan unik. Selain itu dengan mempelajari
parikan siswa secara tidak langsung telah melestarikan unsur kebudayaan yaitu sastra jawa. Parikan merupakan bagian dari sastra jawa
Berdasarkan paparan diatas perlu diadakan penelitian yang mengkaji nilai-nilai budi pekerti yang terkandung dalam pantun bahasa jawa parikan sebagai upaya membentuk karakter pada siswa sekolah dasar. Oleh sebab itu rumusan masalah dari penelitian yaitu bagaimana nilai-nilai budi pekerti yang terkandung dalam pantun bahasa jawa parikan untuk siswa sekolah dasar?. Berdasarkan pokok permasalah
tersebut maka tujuan penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan nilai-nilai budi pekerti yang terkandung dalam pantun bahasa jawa parikan untuk siswa sekolah dasar.
METODE PENELITIAN
Jenis Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini yaitu penelitian deskriptif. Penelitisn deskriptif adalah suatu penelitian yang berusaha untuk mendeskripsikan suatu keadaan, suatu kondisi secara ilmiah. Mendeskripsikan disini dimaksudkan agar diperoleh gambaran yang jelas, objektif, dari suatu keadaan sebagaimana adanya, tanpa menghubungkan dengan keadaan atau kondisi atau variabel lainnya (sulthon 2016:104).
Metode pengumpulan data pada penelitian ini yaitu Studi pustaka. Studi kepustakaan merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik. Berikut ini adalah bagan studi kepustakaan yang penulis lakukan dalam penelitian ini.
Bagan 1. Studi Pustaka
Sasaran pada penelitian ini terfokus pada siswa sekolah dasar. Rancangan Prosedur Penelitian
1. Tahap persiapan
Pada tahap penelitian ini dimulai dengan mengumpulkan dan mempelajari buku-buku literatur yang berhubungan dengan masalah yang sedang diteliti, melakukan pencarian data melalui media internet, mengumpulkan teori-teori yang menunjang
penelitian. Kemudian dilanjutkan dengan menentukan judul penelitian, jenis metode penelitian, serta metode pengumpulan data.
2. Tahap pelaksanaan
Pada tahap ini, data yang telah dikumpulkan dijadikan sebagai data mentah. Kemudian studi pustaka untuk menguji keakuratan data mentah. Setelah tahapan pengujian selesai, hasilnya dijadikan data utama.
3. Tahap Pengolahan Data
Pada tahap ini langkah selanjutnya yaitu menganalisis data utama, kemudian mengklasifikasikannya bedasarkan makna dan penggunaannya. Setelah itu data dianalisis lebih lanjut dengan cara diterjemahkan ulang ke dalam bahasa Indonesia. Setelah tahap penerjemahan ulang ke dalam bahasa Indonesia selesai, kemudian data tersebut dikaji dan dianalisis nilai-nilai budi pekerti yang terkandung dalam parikan, dari hasil analisis data dapat di peroleh suatu kesimpulan dari penelitian.
Bagan 2. Tahap Pelaksanaan Penelitian
PEMBAHASAN
Nilai nilai budi pekerti menjadi bekal bagi siswa di masa depan ketika hidup di masyarakat. Nilai nilai tersebut dapat terwujud melalui berbagai cara salah satunya yaitu melaui parikan., Berdasarkan hal tersebut penting untuk menganalisis isi dari
parikan tersebut. Berikut adalah hasil analisis nilai-nilai budi pekerti yang terdapat pada beberapa parikan.
Tabel 1. Analisis Nilai Budi Pekerti pada Parikan
No Parikan Terjemahan Analisis Nilai-nilai Budi
Pekerti
1 Ana brambang sasen lima,
Ada bawang merah satu sen dapat lima,
Parikan tersebut memiliki makna menumbuhkan rasa
No Parikan Terjemahan Analisis Nilai-nilai Budi Pekerti berjuango labuh negara berjuanglah membela negara
cinta tanah air dan semangat kebangsaan pada diri anak. Kata berjuang “
berjuango labuh negara”
dapat diartikan suatu ajakan untuk ikut serta dalam membela negara.
Membela negara
merupakan sikap yang perlu ditanamkan kepada diri anak sebagai modal untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa, jika bukan generasi penerus bangsa yang membela dan merawat negara, maka siapa lagi?
2 Wedang jeruk tanpa gula,
aja sok umuk tanpa guna
Minuman jeruk hangat tanpa gula,
jangan sering bohong tidak ada gunanya.
Parikan tersebut bermakna bahwa jika seseorang berbohong tidak akan mendapatkan kepercayaan dari orang lain lagi, selain itu dalam parikan ini juga mengingatkan kita untuk berkata dan berperilaku jujur.
3 Wajik klethik gula Jawa,
luwih becik kang
Wajik klethik gula Jawa,
lebih baik yang sederhana’
Parikan tersebut
menanamkan sikap
kesederhanaan pada diri anak, yaitu dengan tidak
No Parikan Terjemahan Analisis Nilai-nilai Budi Pekerti
prasaja. membiasakn diri hidup
mewah dan berlebihan. Serta mengajarkan kepada
anak agar selalau
mensyukuri apa yang telah diberikan oleh Tuhan 4 Manuk glathik
nuthuli pari
mabur lima teka sing pitu
luwih becik netepi janji
luwih ala janji sing palsu.
Burung glathik makan padi
terbang lima datang yang ketujuh
lebih baik menepati janji lebih buruk janji yang palsu
Parikan tersebut
mengajarkan untuk selalu menepati janji karena sebuah janji ibarat sebuah hutang. ketika seorang anak sudah berjanji, maka harus ditepati. Orang yang dikatakan baik adalah
orang yang menepati
janjinya dan seseorang yang dikatakan buruk atau tidak bertanggung jawab
adalah seorang yang
mengingkari janji yang telah dibuatnya.
5 Kembang kencur, ganda sedhep sandhing sumur.
kudu jujur, yen kowe kepengin luhur.
Bunga kencur,
bau sedap dekat sumur
harus jujur,
bila kamu ingin luhur.
Parikan tersebut
menanamkan pada diri
seorang anak untuk
memiliki sikap jujur. Sikap tersebut harus ditanamkan pada diri anak agar terbiasa berkata, bertindak secara apa adanya (jujur). Selain itu dapat juga di artikan
No Parikan Terjemahan Analisis Nilai-nilai Budi Pekerti
bahwa jika seseorang ingin mendapatkan kesejahteraan maka orang tersebut harus berperilaku jujur.
6 Kembang menur, sinebar den awur-awur.
yen wis makmur, aja lali mring sadulur.
Bunga menur, tersebar berserakan
jika sudah makmur, jangan lupa dengan saudara’
Parikan tersebut
mengajarkan pada anak
meski sudah dalam
keadaan makmur atau
sejahtera harus tetap memiliki sikap rendah hati, menjaga silaturahim dan saling berbagi terhadap
saudaranya. Sehingga
anak mendapat bekal
peduli lingkungan sosial serta bersahabat dan komunikatif
7 Gawe cao nangka sabrang, kurang setrup luwih banyu
aja awatak
gumampang,
sengkud nggregut sinau.
Membuat cincau nangka sabrang
kurang sirup ditambah air
jangan berwatak gampangan
bersungguh-sungguh dalam belajar’
Parikan tersebut
mengingatkan pada diri anak untuk bertanggung
jawab atau tidak
meremehkan suatu tugas atau pekerjaan rumah yang diberikan oleh guru, orang tua atau siapapun. Selain itu mengajarkan anak
untuk menjalanakan
kewajibannya sebagai
seorang siswa untuk belajar dengan sungguh-sungguh
No Parikan Terjemahan Analisis Nilai-nilai Budi Pekerti
dan bekerja keras. 8 Sega punar lawuh
empal,
segane penganten anyar.
dadi murid aja nakal, kudu ulah ati sabar.
Nasi kuning lauk empal, nasinya pengantin baru
jadi murid jangan nakal harus menjaga sikap berhati sabar’
Parikan tersebut
mengingatkan siswa untuk tidak nakal, misalnya dengan tidak menjahili teman, menyalahkan orang lain atas kesalahannya, dan suka marah-marah. Selain itu dalam paarikana ini juga mengajak siswa untuk memiliki sikap sabar ketika
menghadapi masalah,
disiplin, dan cinta damai. 9 Manuk emprit
menclok godhong tebu
Dadi murid sing sregep sinau
Burung pipit hinggap di daun tebu
Jadi murid harus rajin belajar
Parikan ini mengingatkan siswa untuk rajin belajar dan bekerja keras. Kareana
belajar merupakan
kewajiban untama bagi seorang siswa.
10 Omah gentheng saponono
Cagak pilar kapuren putih
Abot entheng lakonono
Ati susah bakale puleh
Rumah Genting
bersihkanlah
Tiang tegak berwarna putih
Berat ringan jalanilah Hati susah jadi gembira
Parikan tersebut
menanamkan sikap gotong royong atau kerja sama kepada siswa, dimana ketika mendapatkan suatu
masalah baik ringan
maupun berat harus
dijalani bersama-sama. Sehingga suatu pekerjaan yang berat akan terasa
No Parikan Terjemahan Analisis Nilai-nilai Budi Pekerti
ringan dan hati yang susahpun berubah menjadi senang.
KESIMPULAN
Berdasarkan analisis data dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam pantun bahasa jawa parikan yaitu nilai cinta tanah air, semangat kebangsaan, religius, bertanggung jawab, jujur, peduli lingkungan, peduli sosial, bersahabat atau komunikatif, kerja keras, disiplin, cinta damai, dan kerja sama. Nilai nilai budi pekerti tersebut penting ditananamkan sejak sedini mungkin salah satunya di sekolah dasar agar nilai nilai budi pekerti tersebut dapat menjadi kebiasaan di kehidupan sehari-hari serta sebagai bekal hidup dimasyarakat. Ketika seorang siswa belajar parikan maka secara tidak langsung siswa tersebut telah ikut berkontribusi melestarikan kebudayaan lokal.
DAFTAR PUSTAKA
Wilkinson dalam Nursisto.2000. Ikhtisar kesustraan Indonesia. Yogyakarta: Adicita karya Nusa.
Husein Jaya Diningrat dalam Nursisto.2000. Ikhtisar kesustraan Indonesia. Yogyakarta: Adicita karya Nusa.
Purwakanthi dalam Nursisto.2000. Ikhtisar kesustraan Indonesia. Yogyakarta: Adicita karya Nusa.
Wibawa dalam Nursisto.2000. Ikhtisar kesustraan Indonesia. Yogyakarta: Adicita karya Nusa.
Toer dalam Nursisto.2000. Ikhtisar kesustraan Indonesia. Yogyakarta: Adicita karya Nusa.
Karsono dalam Nursisto.2000. Ikhtisar kesustraan Indonesia. Yogyakarta: Adicita karya Nusa.
Pusat Bahasa Depdiknas. 2007. Pengertian parikan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Kementerian Pendidikan Nasional, dalam Mansur HR. 2014. Implementasi Pendidikan Karakter Di Satuan Pendidikan Karakter. Bandung: Remaja Rosdakarya. Hal 6-7. Zuriah, Nurul.2007. Pendidikan Moraldan Budi Pekerti dalam perspektif Perubahan.
Jakarta: PT bumi Aksara.
Lickona, Thomas. 2012. Educating for Character. Jakarta: PT Bumi Aksara. Anwari, Budi. 2016. Pepak Bahasa Jawa. Surabaya: Genta Group Production
Masyhud, Suthon. 2016.Metode Penelitian Pendidikan. Jember: Lembaga Pengembangan Manageman dan Profesi Kependidikan.