• Tidak ada hasil yang ditemukan

11 Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin turun ke dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses di mana janin dan ketuban di

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "11 Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin turun ke dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses di mana janin dan ketuban di"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Tinjauan Teori 1. Persalinan

a. Pengertian Persalinan

Persalinan merupakan peristiwa alami sebagai kelangsungan dari suatu kehamilan. Persalinan berhubungan erat dengan nyeri, tingkat nyeri yang dirasakan pada tiap persalinan dapat berbeda. Perasaan sakit waktu His amat subjektif, tidak hanya tergantung pada intensitas His. Tetapi pada keadaan mental orangnya. Prawirohardjo (2007,p.171).

Persalinan adalah proses serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu. Yanti (2010,p.25).

Persalinan dan kelahiran merupakn kejadian fisiologi yang normal. Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial yang ibu dan keluarga nantikan selama sembilan bulan. Ketika persalinan dimulai, peran ibu adalah untuk melahirkan bayinya. Peran petugas kesehatan adalah memantau persalinan untuk mendeteksi dini adanya komplikasi, disamping itu bersama keluarga memberi bantuan dan dukungan pada ibu bersalin.

10

(2)

Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin turun ke dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses di mana janin dan ketuban didorong keluar melalui jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan ( 37 – 42 minggu ), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam,tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin. Prawirohardjo ( 2007,p.120).

Menurut Susilawati (2009), persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil pembuahan (konsepsi) yang dapat hidup, dari dalam rahim (uterus) melalui vagina atau jalan lain ke dunia luar. Usia kehamilan yang dianggap normal matur /aterm) untuk melahirkan adalah berkisar 38-42 minggu. Jika partus terjadi di usia kehamilan kurang dari 38 minggu disebut preterm (prematur), sebaliknya jika partus terjadi saat usia kehamilan lebih dari 42 minggu dinamakan posterm (postmatur).

Rasa sakit terjadi karena adanya aktifitas besar dalam tubuh guna mengeluarkan bayi. Persalinan diartikan sebagai peregangan dan pelebaran mulut rahim. Kejadian itu terjadi ketika otot-otot rahim berkontraksi untuk mendorong bayi keluar. Otot-otot rahim (kantong muskular yang bentuknya menyerupai buah pir terbalik) menegang selama kontraksi. Bersamaan dengan setiap kontraksi, kandung kemih, rektum, tulang belakang, dan tulang pubik

(3)

menerima tekanan kuat dari rahim. Berat kepala bayi ketika bergerak ke bawah saluran lahir juga menyebabkan tekanan. Semua ini terasa menyakitkan bayi ibu. Danuatmaja dan Meiliasari ( 2008,p.69). b. Tahapan Persalinan

Sebab terjadinya partus sampai kini masih merupakan teori – teori yang kompleks, Faktor – faktor humoral, pengaruh prostaglandin, struktur uterus, sirkulasi uterus, pengaruh saraf dan nutrisi disebut sebagai faktor – faktor yang mengakibatkan partus mulai.

Persalinan kala I ditetapkan sebagai tahap yang berlangsung sejak terjadi kontraksi uterus yang teratur sampai dilatasi serviks lengkap, makin lama, makin kuat, makin sering, makin terasa nyeri, disertai pengeluaran darah-lendir yang tidak lebih banyak dari darah haid. Keluarnya lendir / darah (bloody show) akibat terlepasnya sumbat mukus (mucous plug) yang selama kehamilan menumpuk di kanalis servikalis, akibat terbukanya vaskular kapiler serviks, dan akibat pergeseran antara selaput ketuban dengan dinding dalam uterus. Tahap pertama biasanya berlangsung jauh lebih lama daripada waktu yang diperlukan untuk tahap kedua dan ketiga. Sarwono (2007,p.136). Frekuensi his pada persalinan kala I adalah 1 kali/10 menit pada permulaan persalinan dan 2-3 kali/10 menit pada akhir kala I. Lamanya kurang-lebih satu menit. Nyeri yang terjadi berasal dari regangan serviks yang

(4)

membuka. Terjadi kalau tekanan intra uterin melebihi 20 mmHg. Biasanya dimulai dari tulang belakang yang menjalar ke depan. Kontraksi uterus dimulai pada tempat kira-kira batas tuba dengan uterus. Akibatnya terhadap janin yaitu setiap kontraksi dapat menghambat aliran darah dari plasenta ke janin. Kalau tekanannya melebihi 75 mmHg akan menyumbat aliran darah sama sekali. Kalau his terlampau kuat, terlampau lama, atau terlampau sering dapat menimbulkan gawat janin. Helen Varney (2001,p.76).

Pada primipara, ostium uteri internum akan membuka lebih dahulu sehingga serviks akan mendatar dan menipis, baru kemudian ostium uteri eksternum membuka. Pada multipara, ostium uteri internum dan eksternum sudah sedikit terbuka. Penipisan dan pendataran serviks terjadi dalam saat yang sama pada pembukaan. Ketuban akan pecah sendiri ataupun harus dipecahkan ketika pembukaan hampir lengkap atau telah lengkap. Bila ketuban telah pecah sebelum mencapai pembukaan 5 cm, disebut ketuban pecah dini. Kala I selesai apabila pembukaan serviks uteri lengkap. Pada primipara berlangsung selama kurang lebih 13 jam, sedangkan pada multipara kurang lebih 7 jam (Hanifa, 2002). Kala I persalinan dibagi dalam tiga bagian, yaitu fase laten, fase aktif, dan fase transisi. Selama fase laten, Effacement lebih banyak mengalami kemajuan daripada penurunan janin. Selama fase aktif dan fase transisi, dilatasi

(5)

serviks dan penurunan bagian presentasi berlangsung lebih cepat. Carolyn L. Gegor (2001,p.127).

1) Fase persiapan / Laten

Fase persiapan merupakan fase pertama, yaitu terjadinya pembukaan (dilatasi) dan penipisan leher rahim dengan pembukaan leher rahim mencapai 3 cm, selain itu ibu mulai merasakan kontraksi yang jelas berlangsung selama 30-50 detik dengan jarak 5-20 menit. Semakin bertambah pembukaan leher rahim, semakin sering kontraksi. Beberapa ibu, khususnya yang sensitif, mulai merasa sakit, namun beberapa ibu lainnya tidak merasa sakit sama sekali.

2) Fase Aktif

Biasanya fase ini berlangsung lebih pendek dari fase persiapan. Kegiatan rahim mulai lebih aktif dan banyak kemajuan yang terjadi dalam waktu singkat. Kontraksi semakin lama (berlangsung 40-60 detik), kuat, dan sering (3-4 menit sekali). Pembukaan leher rahim mencapai 7 cm.

3) Fase transisi

Fase ini merupakan fase yang paling melelahkan dan berat, banyak ibu merasakan sakit yang hebat. Hal ini dikarenakan kontraksi meningkat dan menjadi sangat kuat, 2-3 menit sekali selama 60-90 detik. Puncak kontraksi yang sangat kuat dan lamanya hampir sama dengan lama kontraksi itu sendiri. Ibu

Draft Only

(6)

merasa seolah-olah kontraksi tidak pernah berhenti dan tidak ada waktu istirahatnya. Pembukaan rahim mencapai 10 cm dan umumnya, 3 cm terakhir berlangsung sangat cepat, rata-rata 15 menit hingga satu jam. Danuatmaja dan Mila ( 2004,p.88).

2. Nyeri

a. Pengertian Nyeri

Nyeri persalinan memang selalu menjadi momok bagi ibu hamil. Sebenarnya rasa nyeri yang timbul dari kehamilan dan persalinan adalah sebuah sinyal yang menandakan bahwa ibu hamil yang bersangkutan segera memasuki tahap persalinan. Namun, sebenarnya rasa nyeri itu sifatnya sangat individual. Banyak faktor yang mempengaruhinya. Mulai dari kondisi fisik hingga budaya ibu hamil yang bersangkutan, termasuk kepribadian, pengalaman hidup, rasa takut, cemas, persiapan menghadapi persalinan, serta seberapa besar dukungan lingkungan terdekatnya. Artinya, semakin sehat fisik ibu, semakin singkat dan lancar proses persalinan yang terjadi serta semakin ringan rasa nyeri yang muncul. Begitu juga, semakin siap ibu menghadapi proses kelahiran bayinya secara mental, semakin sehat jiwanya. Semakin besar rasa percaya diri serta keikhlasan ibu untuk menjalani proses persalinannya. Hal ini dapat meringankan segala rasa nyeri yang muncul.

(7)

b. Penyebab Nyeri Persalinan Kala 1

Rasa nyeri pada ibu melahirkan berbeda dengan rasa nyeri yang biasa terjadi pada tubuh saat sakit. Rasa nyeri tak tertahankan menjelang persalinan menandakan bahwa tubuh sedang bekerja keras membuka mulut rahim agar bayi bergerak turun melewati jalan lahir, kontraksi rahim sehingga otot-otot dinding rahim mengerut dan menjepit pembuluh darah, rasa takut, cemas, dan tegang memicu produksi hormon prostaglandin sehingga timbul stres. Kondisi stres dapat mengurangi kemampuan tubuh menahan rasa nyeri.

Mekanisme secara intrinsik pada nyeri persalinan kala I seluruhnya terjadi pada uterus dan adnexa selama kontraksi berlangsung. Beberapa penelitian awal menyatakan nyeri disebabkan karena penekanan pada ujung-ujung saraf antara serabut otot dari korpus fundus uterus, adanya iskemik miomerium dan serviks karena kontraksi sebagai konsekuensi dari pengeluaran darah dari uterus atau karena adanya vasokontriksi akibat aktivitas berlebihan dari saraf simpatis, adanya proses peradangan pada otot uterus, kontraksi pada serviks dan segmen bawah rahim menyebabkan rasa takut yang memacu aktivitas berlebih dari sistem saraf simpatis, adanya dilatasi dari serviks dan segmen bawah rahim. Banyak data yang mendukung hipotesis nyeri persalinan kala I terutama disebabkan karena dilatasi serviks dan segmen bawah rahim oleh karena adanya dilatasi, peregangan dan kemungkinan robekan jaringan selama kontraksi.

(8)

Rasa nyeri pada setiap fase persalinan dihantarkan oleh segmen syaraf yang berbeda-beda. Nyeri pada kala satu terutama berasal dari uterus. Yanti (2010,p.66).

Menurut teori gate-control, mekanisme pertahanan terjadi di spinal cord. Sensasi nyeri dikirim dari perifer tubuh menuju saraf kecil pada otak. Hanya jumlah yang terbatas dari sensasi nyeri yang dapat melalui proses ini pada satu waktu. Distraksi atau aktifitas tertentu yang dapat mengganti perjalanan sensasi nyeri ini. Ketika aktifitas menempati jalan ini, gerbang akan tertutup dan impuls nyeri terhambat mencapai otak. Ketika gerbang terbuka, impuls nyeri akan naik ke otak. Mekanisme pertahanan yang sama terjadi dalam serabut syaraf hipotalamus dan serebral korteks, yang mengatur pikiran orang dan emosi dan dapat mempengaruhi apakah jangkauan impuls nyeri berada pada level kesadaran. Yanti ( 2001.p,67).

Neuron delta-A dan C melepaskan substansi P untuk mentransmisi impuls melalui mekanisme pertahanan. Selain itu, terdapat mekanoreseptor, neuron beta-A yang lebih tebal, yang lebih cepat, yang melepaskan neurotrasmitter penghambat. Apabila masukan yang dominan berasal dari serabut A, maka akan menutup mekanisme pertahanan. Apabila masukan yang dominan berasal dari serabut delta-A dan serabut C, maka akan membuka pertahanan tersebut dan klien mempersepsikan sensasi nyeri.

(9)

c. Macam – macam Nyeri

Nyeri pada persalinan ada dua macam yaitu : nyeri rahim mulut rahim dan nyeri perineal. Nyeri rahim – mulut rahim adalah perasaan subjektif, terdapat pada kala I persalinan. Sejalan dengan meningkatnya kontraksi rahim yang menyebabkan teregangnya bagian bawah rahim terjadinya pembukaan mulut bawah rahim dan iskemia otot rahim secara progresif, sehingga meningkat pula nyeri. 4,6,15.16.17. Nyeri paling hebat dirasakan pada fase akhir persalinan ketika pembukaan mulut rahim dan kekuatan kontraksi rahim mencapai maksimal.

Nyeri parineal terdapat pada kala II persalinan dan saat melahirkan, sebagai akibat meregangnya jaringan vagina, vulva dan perineum. Rangsang nyeri persalinan disalurkan melalui dua jalur utama. Serabut saraf sensorik rahim dan mulut rahim berjalan bersama saraf simpatis rahim memasuki sumsum tulang belakang melalui saraf torakal 10 –11–12. Karena itu nyeri rahim terutama dirasakan pada dermatom torokal 10, 11 dan 12.

Rasa nyeri pada alat-alat tubuh didaerah pelvis, terutama pada daerah traktus genitalia interna disalurkan melalui susunan saraf simpatik menyebabkan kontraksi dan vasokonstriksi. Sebaliknya saraf parasimpatik mencegah kontraksi dan menyebabkan vasodilatasi. Oleh karena itu efeknya terhadap uterus yaitu bahwa simpatik menjaga tonus uterus, sedangkan saraf parasimpatik

(10)

mencegah kontraksi uterus, jadi menghambat tonus uterus. Pengaruh dari kedua jenis persarafan ini menyebabkan terjadinya kontraksi uterus yang intermitten. Rangkaian susunan saraf simpatik daerah pelvik terdiri dari tiga rangkaian, yaitu rantai sakralis, pleksus haemorhoidalis superior, dan pleksus hipogast rika superior. Danuatmaja (2004,p.56).

d. Pengkajian Nyeri

Pengkajian nyeri yang faktual dan akurat dibutuhkan untuk menetapkan data dasar, untuk menegakkan diagnosa yang tepat, untuk menyeleksi terapi yang cocok, dan untuk mengevaluasi respons klien terhadap terapi (Potter & Perry, 2006). Menurut McGuire (1992), enam dimensi pengkajian nyeri, yaitu (1) fisiologis, meliputi faktor pencetus, karakteristik, durasi, (2) sensori, yang meliputi intensitas dan kualitas nyeri, (3) afektif, yang meliputi emosional dan psikologis seperti kecemasan dan depresi, (4) kognitif, yang meliputi persepsi dan interpretasi tentang nyeri, (5) perilaku, seperti menyeringai, diam, bergerak, dan lain-lain, (6) sosiokultural, nyeri bisa berbeda pria dan wanita dan dari etnis yang berbeda. Hal-hal yang perlu dikaji pada deskripsi verbal tentang nyeri, yaitu : intensitas nyeri, karakteristik nyeri, faktor-faktor yang meredakan nyeri (mis, gerakan, kurang bergerak, pengerahan tenaga, istirahat, obat-obat bebas, dsb), efek nyeri terhadap aktivitas kehidupan sehari-hari (mis, tidur , nafsu makan, konsentrasi,

(11)

interaksi dengan orang lain, gerakan fisik, bekerja, dan aktivitas-aktivitas santai), dan kekhawatiran individu tentang nyeri (Smeltzer, 2002).

Dalam mengkaji intensitas nyeri, individu dapat diminta untuk membuat tingkatan nyeri pada skala verbal (mis, tidak nyeri, sedikit nyeri, nyeri hebat, atau sangat hebat; atau 0 sampai 10: 0 = tidak ada nyeri, 10 = nyeri sangat hebat). Yang termasuk dalam pengkajian karakteristik nyeri adalah letak, durasi (menit, jam, hari, dsb), irama (mis, terus-menerus, hilang timbul, periode bertambah dan berkurangnya intensitas atau keberadaan dari nyeri), dan kualitas (mis, nyeri seperti ditusuk, seperti terbakar, sakit, nyeri seperti digencet) (Smeltzer, 2002).

Skala intensitas nyeri menurut Smeltzer, S.C bare B.G (2002) adalah sebagai berikut :

1) Skala intensitas nyeri deskriptif

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Tidak nyeri

Nyeri

ringan Nyerisedang

Nyeri berat terkontrol

Nyeri berat tidak terkontrol

Draft Only

(12)

2) Skala intensitas nyeri numerik

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Nyeri nyeri sedang nyeri berat

Keterangan :

0 : Tidak nyeri.1-3 : Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik. 4-6 : Nyeri sedang : secara obyektif klien mendesis, menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik. 7-9 : Nyeri berat : secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikut i perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang dan distraksi. 10 : Nyeri sangat berat : pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi, memukul,berteriak.

e. Penatalaksanaan Nyeri Persalinan Nonfarmakologi

Selain secara medis, upaya menghilangkan rasa nyeri dapat dilakukan secara nonmedis, yaitu melalui cara-cara alamiah, terapi alternatif, atau disebut juga metode nonfarmakologi. Pasien masa kini mengeksplorasi metode nonfarmakologi karena semakin ingin mengontrol pengobatan dirinya sendiri. Dari segi resiko dan efek samping, metode nonfarmakologi lebih aman. Danuatmaja (2004,p.89).

(13)

Berbagai metode nonfarmakologi untuk mengontrol rasa nyeri diterapkan, seperti metode Dick-Read, yaitu dengan relaksasi. Relaksasi secara sadar meliputi relaksasi progresif kelompok otot seluruh tubuh. Dengan berlatih, banyak wanita mampu berelaksasi sesuai perintah, baik selama kontraksi maupun di antara kontraksi. Metode Lamaze juga menerapkan strategi untuk mengatasi rasa nyeri persalinan, yaitu dengan memusatkan perhatian pada titik perhatian tertentu, misalnya, pada gambar yang sangat disukai supaya jalur saraf terisi oleh stimulus lain, sehingga jalur saraf itu tidak dapat memberi respons terhadap stimulus nyeri.

Metode lain yang dapat dilakukan adalah vokalisasi atau mendengarkan bunyi-bunyian untuk menurunkan ketegangan, relaksasi dengan bantuan imajiner, mendengarkan musik santai disertai cahaya yang temaram, mandi siram hidroterapi, hipnosis, yoga, akupunktur, akupresur. Meilinasari (2004,p. 65).

3. Tehnik Distraksi Musik a. Pengertian distraksi musik

Tehnik distraksi adalah pengalihan dari fokus perhatian terhadap nyeri kestimulus yang lain. Tehnik distraksi dapat mengatasi nyeri berdasarkan teori bahwa aktivasi retikuler menghambat stimulus nyeri. jika seseorang menerima input sensori yang berlebihan dapat menyebabkan terhambatnya impuls nyeri ke otak (nyeri berkurang atau tidak dirasakan oleh klien). Stimulus yang

(14)

menyenangkan dari luar juga dapat merangsang sekresi endorfin, sehingga stimulus nyeri yang dirasakan oleh klien menjadi berkurang. Peredaan nyeri secara umum berhubungan langsung dengan partisipasi aktif individu, banyaknya modalitas sensori yang digunakan dan minat individu dalam stimulasi, oleh karena itu, stimulasi penglihatan, pendengaran dan sentuhan mungkin akan lebih efektif dalam menurunkan nyeri dibanding stimulasi satu indera saja. Tamsuri (2007,p.158).

b. Jenis Tehnik Distraksi antara lain :

Jenis distraksi musik adalah macam – macam pengalihan fokus pikiran yang bertujuan untk meringankan nyeri pada persalinan.diantaranya :

1) Distraksi visual

Melihat pertandingan, menonton televisi, membaca koran, melihat pemandangan dan gambar termasuk distraksi visual.

2) Distraksi pendengaran

Diantaranya mendengarkan musik yang disukai atau suara burung serta gemercik air, individu dianjurkan untuk memilih musik yang disukai dan musik tenang seperti musik klasik, dan diminta untuk berkosentrasi pada lirik dan irama lagu. Klien juga diperbolehkan untuk menggerakkan tubuh mengikuti

Draft Only

(15)

irama lagu seperti bergoyang, mengetukkan jari atau kaki. Tamsuri (2007,p.159).

Musik klasik salah satunya adalah musik Mozart. Dari sekian banyak karya musik klasik, sebetulnya ciptaan milik Wolfgang Amadeus Mozart (1756-1791) yang paling dianjurkan. Beberapa penelitian sudah membuktikan, Mengurangi tingkat ketegangan emosi atau nyeri fisik. Penelitian itu di antaranya dilakukan oleh Dr. Alfred Tomatis dan Don Campbell. Mereka mengistilahkan sebagai “Efek Mozart”.

Dibanding musik klasik lainnya, melodi dan frekuensi yang tinggi pada karya-karya Mozart mampu merangsang dan memberdayakan daerah kreatif dan motivatif di otak. Yang tak kalah penting adalah kemurnian dan kesederhaan musik Mozart itu sendiri. Namun, tidak berarti karya komposer klasik lainnya tidak dapat digunakan. Andreana (2006,p. 132). 3) Distraksi pernafasan

Bernafas ritmik, anjurkan klien untuk memandang fokus pada satu objek atau memejamkan mata dan melakukan inhalasi perlahan melalui hidung dengan hitungan satu sampai empat dan kemudian menghembuskan nafas melalui mulut secara perlahan dengan menghitung satu sampai empat (dalam hati). Anjurkan klien untuk berkosentrasi pada sensasi pernafasan dan

Draft Only

(16)

terhadap gambar yang memberi ketenangan, lanjutkan tehnik ini hingga terbentuk pola pernafasan ritmik.

Bernafas ritmik dan massase, instruksi kan klien untuk melakukan pernafasan ritmik dan pada saat yang bersamaan lakukan massase pada bagaian tubuh yang mengalami nyeri dengan melakukan pijatan atau gerakan memutar di area nyeri.

4) Distraksi intelektual

Antara lain dengan mengisi teka-teki silang, bermain kartu, melakukan kegemaran (di tempat tidur) seperti mengumpulkan perangko, menulis cerita.

5) Tehnik pernafasan

Seperti bermain, menyanyi, menggambar atau sembayang

6) Imajinasi terbimbing

Adalah kegiatan klien membuat suatu bayangan yang menyenangkan dan mengonsentrasikan diri pada bayangan tersebut serta berangsur-angsur membebaskan diri dari dari perhatian terhadap nyeri.

(17)

B. Kerangka Teori

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Teori Sumber : Sarwono P (2002).

Yoga

Non Farmakologi

Distraksi musik

Faktor penyebab nyeri : a .Fase persalinan b. Kontraksi c. Hormon d. Stres e. Tegang Nyeri Non Farmakologi

Draft Only

(18)

C. Kerangka Konsep

Variabel dependen variabel independen variabel dependen

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian adalah jawaban yang bersifat sementara terhadap masalah,sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto,2002). Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan,dapat ditarik hipotesis penelitian sebagai berikut:

Ha : Ada pengaruh tingkat nyeri persalinan kala 1 sebelum dan sesudah terhadap distraksi musik klasik.

Nyeri persalinan Distraksi musik klasik Nyeri persalinan

Gambar

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Teori Sumber : Sarwono P (2002).

Referensi

Dokumen terkait

In this paper the researcher wants to present what are the difficulties faced by students when they are translating text, how the application of small group

Berdasarkan contoh di atas makna harf jar ila / / adalah kesudahan yang berkaitan dengan diri orang, Karena dhamir /ka/ yang terdapat pada kata menunjukkan makna kata

Pada penelitian ini, peneliti membuat judul “ Pembangunan Aplikasi Penjualan Online pada Toko Jam Tangan AMPM Watch” penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan website yang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor- faktor yang mempengaruhi WOM judi online di kalangan remaja adalah sebagai berikut: melihat teman bermain, kesaksian teman-teman

Pasar cukup terkejut pada akhir Februari karena tingkat inflasi yang lebih baik dari perkiraan di AS mencerminkan prospek pemulihan yang optimis setelah pandemi

Berdasarkan kerentanan bangunan dengan kerusakan bangunan yang telah terjadi di daerah penelitian, kerusakan bangunan yang pernah terjadi mayoritas terjadi pada

Sehubungan dengan diadakannya kegiatan Malam Keakraban (MAKRAB)  Law Sport Organization (LSO) OLYMPUS Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya, yang Insya Allah akan

asal Pakistan dan Quraish Shihab. Muhammad Abdul Fatah, dalam penelitiannya yang berjudul Tafsir Al-Qur’an tentang Poligami, mencoba membandingkan penafsiran Muhammad