• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

40

4.1. Gambaran Sekolah dan Subjek Penelitian

4.1.1. Gambaran Sekolah

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Batur 04 Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. SD Negeri 04 Batur terletak di desa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Provinsi Jawa Tengah. Lingkungan sekolah cukup mendukung walaupun berada di lingkungan pedesaan. Letak sekolah berada di tengah pemukiman penduduk tapi sulit untuk di jangkau dengan transportasi umum. Proses pembelajaran hari senin sampai hari kamis dilakukan mulai pukul 07.15 sampai pukul 12.25 WIB, sedangkan hari jumad dan sabtu pembelajaran dimulai pukul 08.00 sampai pukul 11.00 WIB.

4.1.2. Gambaran Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa SD Negeri Batur 04 Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang yang berjumlah 25 siswa yang terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan. Siswa kelas 5 SD Negeri Batur 04 Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang mempunyai karakteristik suka bermain, ramah, sopan, bercanda. Namun yang jadi permasalahannya siswa kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran dan juga suka berbicara dengan teman saat diterangkan oleh guru, pemahaman terhadap materi pelajaran masih kurang, serta interaksi dengan guru masih kurang dan guru masih berperan aktif dibandingkan siswanya. Penelitian ini dilakukan pada mata pelajaran IPA khususnya tentang materi “Sifat-sifat cahaya dan pemanfaatannya.

(2)

4.2 Deskripsi Kondisi Awal

Sebelum dilaksanakan tindakan pada siklus I dan siklus II, peneliti terlebih dahulu melakukan observasi pada saat guru kelas 5 mengajar mata pelajaran IPA dan mengamati aktivitas siswa pada saat KBM berlangsung. Setelah melakukan observasi peneliti meminta nilai hasil tes IPA semester I pada guru kelas 5.

Berdasarkan nilai hasil tes IPA semester I, ternyata masih terdapat 19 siswa yang mendapat nilai di bawah KKM ≥ 69 seperti yang terdapat pada tabel 4.1 berikut.

Tabel 4.1

Distribusi Ketuntasan Hasil Belajar IPA Kelas V SD Negeri Batur 04 Kecamatan Getasan Pra Siklus

No. Rentang Nilai Banyak Siswa Persentase (%) KKM = 69 1 37 – 44 5 20 Belum tuntas 2 45 – 52 4 16 3 53 – 60 6 24 4 61 – 68 4 16 5 69 – 76 4 16 Tuntas 6 77 – 84 2 8 Jumlah 25 100

Pada tabel 4.1 dapat dilihat hasil tes IPA semester I masih terdapat 19 siswa atau 76% yang belum tuntas dari KKM, sedangkan siswa yang sudah tuntas sejumlah 6 siswa atau 24%. Jumlah siswa yang mendapat nilai antara 37-44 ada 5 siswa, nilai antara 45-52 ada 4 siswa, nilai antara 53-60 ada 6 siswa, nilai 61-68 ada 4 siswa,nilai 69-76 ada 4 siswa dan nilai 77-84 ada 2 siswa. Dari daftar nilai pada kondisi awal, nilai tertinggi adalah 84 dan nilai terendah 35 (terlampir).

Untuk lebih jelasnya data nilai hasil belajar IPA kondisi awal pada tabel 4.1 dapat dilihat pada diagram 4.1 berikut

(3)

0 1 2 3 4 5 6 7 37 – 44 45 – 52 53 – 60 61 – 68 69 – 76 77 – 84 Ba n y a k S is w a Rentang Nilai

Gambar 4.1 DiagramHasil Belajar IPA Pada Kondidsi Awal

Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥ 69), data perolehan nilai pada kondisi awal atau sebelum adanya tindakan dapat diketahui jumlah siswa yang sudah tuntas dan yang belum tuntas pada tabel 4.2

Tabel 4.2

Ketuntasan Belajar IPA Pada Kondisi Awal

No Ketuntasan Belajar Banyak Siswa Persen (%) Keterangan

1 Tuntas 6 24 KKM

≥ 69

2 Belum tuntas 19 76

Jumlah 25 100

Pada tabel 4.2, ketuntasan belajar IPA siswa pada kondisi awal diketahui bahwa siswa yang sudah tuntas dari KKM ≥ 69 yaitu 6 siswa atau 24%, sedangkan yang belum tuntas ada 14 siswa atau 76%. Ketuntasan belajar IPA siswa pada tabel 4.2 dapat dilihat pada diagram 4.2

(4)

24%

76%

Gambar 4.2 Diagram Ketuntasan Belajar IPA Pada Kondisi Awal

Tuntas Tidak Tuntas

Berdasarkan data awal dari siswa kelas 5 SD Negeri Batur 04, maka peneliti melakukan penelitian tindakan kelas sesuai dengan yang telah dirancang pada uraian bab III. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan beberapa tahap untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas 5. Peneliti menerapkan model pembelajaran Inkuiri.

4.3 Deskripsi Siklus I

Setelah melakukan observasi, peneliti melakukan diskusi dengan guru kelas 5 mengenai materi pelajaran serta alat penunjang yang diperlukan dalam pembelajaran. Sebelum guru kelas 5 mengajar, peneliti menyiapkan segala sesuatu yang menunjang proses pembelajaran seperti rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk siklus I, lembar pengamatan/observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan model pembelajaran Inkuiri, lembar observasi kinerja guru dalam menerapkan model pembelajaran Inkuiri, serta mempersiapkan alat-alat yang digunakan dalam pembelajaran seperti kertas kardus, senter, lilin, klip penjepit, gunting, korek api, plastik bening/mika, kertas tipis, karton hitam, buku, gelas bening, paku, kaca bening, air jernih, air keruh, tangan, kardus, bolpen, sendok. Selain itu peneliti mempersiapkan soal tes siklus I.

(5)

4.3.1 Pelaksanaan Tindakan Siklus I Pertemuan I

Pembelajaran pada pertemuan I dilaksanakan pada taggal 10 April 2014. Kegiatan yang dilakukan pada pertemuan I meliputi:

Kegiatan Awal/Orientasi

Pada kegiatan awal yang dilakukan guru adalah mengucap salam, berdoa, dan mempresensi kehadiran siswa. Kemudian guru memusatkan perhatian siswa dengan menyampaikan apersepsi. Setelah itu siswa menjawab apersepsi dari guru dengan pertanyaan

a.Apa yang kamu butuhkan saat mati lampu? b. Apa fungsi dari senter?

c.Bagaimana arah rambat cahaya yang dihasilkan senter?

d.Apakah kalian pernah melihat cahaya yang masuk dari genting pada ruang kosong?

Setelah menyampaikan apersepsi guru . Setelah itu guru menghubungkan jawaban siswa dengan pokok materi yang akan dipelajari yaitu tentang cahaya dan sifat cahaya merambat lurus dan menembus benda bening. Kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran pada pertemuan I.

Setelah kegiatan awal selesai disampaikan, kemudian dilanjutkan kegiatan inti yang terdiri dari 5 fase pembelajaran dengan menggunakan pendekatan inkuiri yaitu: Fase: Menyajikan pertanyaan atau masalah

Pada fase ini guru mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan pemanfaatan sifat-sifat cahaya dalam karya sedehana dan kehidupan sehari-hari, setelah itu guru membimbing siswa mengidentifikasi masalah dan menulisnya dipapan tulis untuk memperjelas. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok. Fase: Merumuskan hipotesis

(6)

Fase: Mengumpulkan data

Difase mengumpulkan data ini siswa sudah mulai melakukan percobaan menurut LKS yang sudah tersedia. Setelah selesai melakukan percobaan, satu perwkalian dari kelompok disuruh maju kedepan untuk mempresentasikan hasil percobaan tadi.

Fase : Menganalisis data

Guru membimbing siswa berdiskusi tentang kegiatan siswa tadi. Fase: Membuat kesimpulan

Pada fase membuat kesimpulan ini guru cuma membimbing siswa untuk membuat kesimpulan dari percobaan tadi.

Kegiatan akhir guru menyimpulkan hasil pembelajaran bersama-sama siswa, kemudian guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan hambatan/kesulitan yang dialami selama proses berlangsung, setelah itu dilanjutkan dengan pemantapan berupa mendorong siswa untuk menginternalisasikan konsep, pengetahuan dan keterampilan dalam kehidupan sehari-hari, dan pembelajaran diakhiri dengan tindak lanjut yaitu berupa penerapan pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari. Kemudian guru menutup pelajaran dengan menyampaikan pokok materi untuk pertemuan selanjutnya dan mengucapkan salam.

Pertemuan II

Pembelajaran pada pertemuan I dilaksanakan pada taggal 11 April 2014. Kegiatan yang dilakukan pada pertemuan II meliputi:

Kegiatan Awal

Pada kegiatan awal yang dilakukan guru adalah mengucap salam, berdoa, dan mempresensi kehadiran siswa. Kemudian guru memusatkan perhatian siswa dengan menyampaikan apersepsi. “ Apakah kamu pernah bercermin?”, “apa yang terjadi jika kamu berada di depan cermin?”, “apakah kamu pernah mengamati bayangan kamu sewaktu bercermin?”, “mengapa kita berkaca pada cermin yang datar?” mengapa pada spion sepeda motor atau mobil menggunakan kaca cembung?” Setelah itu guru

(7)

menghubungkan jawaban siswa dengan pokok materi yang akan dipelajari yaitu tentang sifat cahaya dapat dipantulkan. Kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran pertemuan II. Setelah kegiatan awal selesai disampaikan, kemudian dilanjutkan kegiatan inti yang terdiri dari 5 fase pembelajaran dengan menggunakan pendekatan inkuiri yaitu:

Fase: Menyajikan pertanyaan atau masalah

Pada fase ini guru mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan pemanfaatan sifat-sifat cahaya dalam karya sedehana dan kehidupan sehari-hari, setelah itu guru membimbing siswa mengidentifikasi masalah dan menulisnya dipapan tulis untuk memperjelas. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok. Fase: Merumuskan hipotesis

Pada fase ini siswa membuat jawaban sementara dari dari pertanyaan guru tadi. Fase: Mengumpulkan data

Difase mengumpulkan data ini siswa sudah mulai melakukan percobaan menurut LKS yang sudah tersedia. Setelah selesai melakukan percobaan, satu perwkalian dari kelompok disuruh maju kedepan untuk mempresentasikan hasil percobaan tadi.

Fase : Menganalisis data

Guru membimbing siswa berdiskusi tentang kegiatan siswa tadi. Fase: Membuat kesimpulan

Pada fase membuat kesimpulan ini guru cuma membimbing siswa untuk membuat kesimpulan dari percobaan tadi.

Kegiatan akhir guru menyimpulkan hasil pembelajaran bersama-sama siswa, kemudian guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan hambatan/kesulitan yang dialami selama proses berlangsung, setelah itu dilanjutkan dengan pemantapan berupa mendorong siswa untuk menginternalisasikan konsep, pengetahuan dan keterampilan dalam kehidupan sehari-hari, dan pembelajaran diakhiri dengan tindak lanjut yaitu berupa penerapan pembelajaran dalam kehidupan

(8)

sehari-hari. Kemudian guru menutup pelajaran dengan menyampaikan pokok materi untuk pertemuan selanjutnya dan mengucapkan salam.

Pertemuan III

Pembelajaran pada pertemuan III dilaksanakan pada tanggal 12 April 2014. Kegiatan yang dilakukan pada pertemuan III meliputi:

Kegiatan Awal

Pada kegiatan awal yang dilakukan guru adalah mengucap salam, berdoa, dan mempresensi kehadiran siswa.

Kegiatan Inti

Kegiatan inti pada pertemuan III yaitu guru memberikan soal tes siklus I kepada siswa. Kemudian siswa mengerjakan soal tes tersebut. Guru mengawasi siswa dalam mengerjakan soal tes. Setelah selesai mengerjakan soal, guru bersama dengan siswa mengoreksi jawaban siswa untuk mengetahui hasil belajar IPA pada siklus I. Kegiatan Akhir

Pada kegiatan akhir, guru menutup pelajaran dengan doa dan mengucapkan salam.

4.3.2 Hasil Tindakan Siklus I

1) Hasil Belajar IPA

Setelah melakukan pembelajaran siklus I, nilai yang diperoleh siswa pada mata pelajaran IPA dengan menerapkan model pembelajaran Inkuiri dapat dilihat pada tabel 4.3

(9)

Tabel 4.3

Distribusi Ketuntasan Hasil Belajar IPA Kelas V SD Negeri Batur 04 Kecamatan Getasan Siklus I

No. Rentang Nilai Banyak Siswa Persentase (%) KKM = 69 1 45 – 52 1 4 Belum tuntas 2 53 – 60 2 8 3 61 – 68 4 16 4 69 – 76 5 20 Tuntas 5 77 – 84 9 36 6 85 – 92 4 16 Jumlah 25 100

Pada tabel 4.3 dapat dilihat bahwa hasil belajar IPA kelas 5 pada siklus I dari 25 siswa yang memperoleh nilai antara 45-52 ada 1 siswa, nilai antara 53-60 ada 2 siswa, nilai antara 61-68 ada 4 siswa, nilai antara 69-76 ada 5 siswa,nilai antara 77-84 ada 9 siswa dan yang mendapat nilai antara 85-92 ada 4 siswa. Dari daftar nilai pada siklus I, nilai tertinggi adalah 92 dan nilai terendahnya adalah 43 (terlampir).

Untuk lebih jelasnya data nilai hasil belajar IPA siklus I pada tabel 4.3 dapat dilihat pada diagram 4.3

0 2 4 6 8 10 45 – 52 53 – 60 61 – 68 69 – 76 77 – 84 85 – 92 B an yak Si swa Rentang Nilai

(10)

Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥ 69), data perolehan nilai pada siklus I dapat diketahui jumlah siswa yang sudah tuntas dan jumlah siswa yang belum tuntas pada tabel 4.4

Tabel 4.4

Ketuntasan Belajar IPAPada Siklus I

No. Ketuntasan Belajar Banyak Siswa Persen (%) Keterangan

1 Tuntas 18 72 KKM

≥69

2 Belum tuntas 7 28

Jumlah 25 100

Pada tabel 4.4 dapat diketahui bahwa siswa yang sudah tuntas dari KKM ≥ 69 yaitu 18 siswa atau 72%, sedangkan yang belum tuntas ada 7 siswa atau 28%. Ketuntasan belajar IPA siswa pada tabel 4.4 dapat dilihat pada diagram 4.4

72% 28%

Gambar 4.4 Diagram Ketuntasan Belajar IPA Pada Siklus I

Tuntas Tidak Tuntas

Pada diagram 4.4 dapat dilihat bahwa masih terdapat 28% siswa yang belum tuntas dari jumlah siswa yaitu 25 siswa. Berarti indikator kinerja dalam penelitian ini belum tercapai karena indikator kinerja penelitian tercapai apabila ketuntasan hasil belajar IPA siswa mencapai 80% dari jumlah siswa. Sedangkan pada siklus I ketuntasan hasil belajar IPA siswa hanya 72% dari 25 siswa. Dari hasil ketuntasan

(11)

belajar pada siklus I, maka peneliti akan melanjutkan siklus II untuk memantapkan hasil belajar IPA pada siklus I.

2) Hasil Observasi

Analisis data hasil observasi dari siklus I dengan menerapkan model pembelajaran Inkuiri terdiri dari 2 pertemuan yaitu pertemuan I dan pertemuan II.

Tabel 4.5

Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan I

No. Skor Hasil Observasi

Observer Jumlah Skor Peneliti Jumlah Skor

1. 1 - - - - 2. 2 6 12 6 12 3. 3 7 21 8 24 4. 4 4 16 3 12 Total Skor 49 48 Rata-rata 48.5

*Data hasil observasi terlampir

Pada tabel 4.6 dapat dilihat bahwa hasil penilaian dari observer dan peneliti mengenai kinerja guru pada siklus I pertemuan I yaitu dari observer skor 2 sejumlah 6, skor 3 sejumlah 7, dan skor 4 sejumlah 4. Sedangkan hasil penilaian dari peneliti skor 2 sejumlah 6, skor 3 sejumlah 8, dan skor 4 sejumlah 3. Hasil penilaian dari observer dan peneliti mempunyai rata-rata 48,5. Kinerja guru skor 48,5 termasuk ke dalam kategori baik.

Tabel 4.6

Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus I Pertemuan I

No. Skor Hasil Observasi

Observer Jumlah Skor Peneliti Jumlah Skor

1. 1 - - - - 2. 2 2 4 3 6 3. 3 5 15 5 15 4. 4 3 12 2 4 Total Skor 31 25 Rata-rata 28

(12)

Pada tabel 4.5 dapat dilihat bahwa aktivitas siswa pada siklus I pertemuan I skor paling banyak adalah skor 3. Hasil penilaian observer skor 2 sejumlah 2, skor 3 sejumlah 5, dan skor 4 sejumlah 3. Sedangkan hasil penilaian dari peneliti skor 2 sejumlah 3, skor 3 sejumlah 5, dan skor 4 sejumlah 2. Hasil dari penilaian observer dan peneliti mempunyai rata-rata . Aktivitas siswa skor 28 termasuk ke dalam kategori sedang.

Sedangkan untuk melihat kinerja guru dengan menerapkan model pembelajaran Inkuiri pada siklus I pertemuan I, aktivitas siswa dapat dilihat pada tabel 4.

Pertemuan II

Pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Inkuiri pada siklus I pertemuan II, aktivitas siswa dapat dilihat pada tabel 4.7

Tabel 4.7

Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan II

No. Skor Hasil Observasi

Observer Jumlah Skor Peneliti Jumlah Skor

1. 1 - - - - 2. 2 5 10 5 10 3. 3 9 27 9 27 4. 4 3 12 3 12 Total Skor 49 49 Rata-rata 49

* Data hasil observasi terlampir

Pada tabel 4.7 dapat dilihat bahwa aktivitas siswa pada siklus I pertemuan II skor paling banyak masih terdapat pada skor 3. Hasil penilaian observer dan peneliti memiliki jumlah yang sama yaitu skor 2 sejumlah 5, skor 3 sejumlah 9, dan skor 4 sejumlah 3. Hasil penilaian observer dan peneliti mempunyai rata-rata 49. Aktivitas siswa skor 49 termasuk ke dalam kategori baik.

Sedangkan untuk melihat kinerja guru dengan menerapkan model pembelajaran Inkuiri pada siklus I pertemuan II, aktivitas siswa dapat dilihat pada tabel 4.8

(13)

Tabel 4.8

Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus I Pertemuan II

No. Skor Hasil Observasi

Observer Jumlah Skor Peneliti Jumlah Skor

1. 1 - - - - 2. 2 2 4 3 6 3. 3 6 18 5 15 4. 4 2 8 2 8 Total Skor 30 29 Rata-rata 29.5

*Data hasil observasi terlampir

Pada tabel 4.8 dapat dilihat babhwa hasil penilaian dari observer dan peneliti mengenai kinerja guru pada siklus I pertemuan II yaitu skor 2 sejumlah 2, skor 3 sejumlah 6, dan skor 4 sejumlah 2. Sedangkan penilaian dari peneliti skor 2 sejumlah 6, skor 3 sejumlah 5, dan skor 4 sejumlah 2. Hasil penilaian dari observer dan peneliti mempunyai rata-rata 29,5 dan termasuk ke dalam kategori sedang.

Tabel 4.15

Perbandingan Ketuntasan Belajar IPAAntara Kondisi Awal dan Siklus I

No. Ketuntasan

Kondisi Awal Siklus I

Banyak Siswa Persen (%) Banyak Siswa Persen (%) 1. Tuntas 6 26 18 72 2. Belum tuntas 19 64 7 28 Jumlah 25 100 19 100

Ketuntasan belajar IPA siswa yang diperoleh dari kondisi awal yaitu siswa yang mencapai KKM ≥ 69 sejumlah 6 siswa atau 26% dan siswa yang belum mencapai KKM sejumlah 14 siswa atau 72%. Pada siklus I ketuntasan belajar IPA siswa yang telah mencapai KKM sejumlah 18 siswa atau 72% dan yang belum mencapai KKM sejumlah 6 siswa atau 28%. Jadi, ada peningkatan ketuntasan belajar dari kondisi awal ke siklus I yaitu sebesar 46%. Perbandingan ketuntasan belajar IPA siswa kondisi awal dan siklus I pada tabel 4.15 dapat dilihat pada diagram 4.7

(14)

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20

Kondisi Awal Siklus I

B an yak S is w a Tidak Tuntas Tuntas

Gambar 4.7Diagram Perbandingan Ketuntasan Belajar Antara

Kondisi Awal dan Siklus I

4.3.3 Refleksi Siklus I

Berdasarkan hasil pelaksanaan pembelajaran siklus I, telah terjadi peningkatan hasil belajar IPA. Hal ini dapat dilihat dari jumlah siswa pada kondisi awal siswa yang belum tuntas sejumlah 19 siswa atau 64%, sedangkan pada siklus I siswa yang belum tuntas sejumlah 7 siswa atau 28% karena masih mendapat nilai di bawah KKM ≥ 69. Dari peningkatan tersebut, kelebihan yang terdapat pada siklus I akan tetap dipertahankan dan ditingkatkan lagi serta kekurangannya akan diperbaiki pada siklus II.

Kelebihan pada siklus I adalah sebagai berikut: a. Semangat siswa dalam mengikuti pelajaran

b. Semangat siswa dalam mengumpulkan data pada saat melakukan percobaan dan pengamatan

c. Keaktifan siswa pada saat berdiskusi dalam kelompok

d. Keberanian siswa dalam menanggapi kelompok lain saat presentasi e. Kedisiplinan siswa saat proses pembelajaran berlangsung

(15)

Sedangkan kekurangan atau hal-hal yang perlu diperbaiki adalah: a. Memotivasi siswa agar lebih berani untuk menjawab pertanyaan dari guru

b. Membiasakan siswa untuk mengemukakan pendapatnya dengan penuh rasa percaya diri

c. Masih ada beberapa siswa yang mengganggu teman lain dalam proses pembelajaran.

4.4 Deskripsi Siklus II

4.4.1 Rencana Tindakan Siklus II

Perencanaan pada siklus II yang dilakukan peneliti adalah memperbaiki kekurangan yang terdapat pada siklus I dan mempersiapkan alat penunjang yang digunakan dalam pembelajaran. Sebelum guru kelas 5 mengajar, peneliti menyiapkan segala sesuatu yang menunjang proses pembelajaran seperti rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk siklus II, lembar pengamatan/observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan model pembelajaran Inkuiri, lembar observasi kinerja guru dalam menerapkan model pembelajaran Inkuiri, serta mempersiapkan alat-alat yang digunakan dalam pembelajaran seperti pensil, gelas bening, air, mangkuk, sedotan, sabun, dan uang logam untuk percobaan pembiasan cahaya dan Kardus, pisau silet, dua buah cermin datar (eksperimen membuat periskop) menciptakan karya model serta mempersiapkan soal tes siklus II.

4.4.2 Pelaksanaan Tindakan Siklus II

Pertemuan I

Pembelajaran pada pertemuan I dilaksanakan pada tanggal 5 Mei 2014. Kegiatan yang dilakukan pada pertemuan I meliputi:

(16)

Kegiatan Awal/Orientasi

Sebelum proses pembelajaran dimulai guru menyiapkan peralatan yang dibutuhkan dalam pembelajaran, seperti Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa, lembar kerja kelompok, lembar observasi, media pembelajaran contoh gelas bening, pensil, air, sedotan, sabun, uang logam.

Pada kegiatan awal yang dilakukan guru adalah mengucap salam, berdoa, dan mempresensi kehadiran siswa. Kemudian guru memusatkan perhatian siswa dengan menyampaikan apersepsi. Setelah itu siswa menjawab apersepsi dari guru dengan pertanyaan.

1. Apakah kamu pernah membengkokkan pensil tanpa mematahkannya? 2. Bagaimana cara membengkokkan pensil tanpa mematahkannya?

3. Pernahkah kamu berenang di air jernih, saat berenang kaki kalian terlihat pendek mengapa demikian?

4. Pernahkah kamu melihat pelangi? Kapan kamu dapat melihat pelangi? Dapatkah kamu menyebutkan warna-warni pelangi? Tahukah kamu dari mana asal warna-warni itu?

Setelah kegiatan awal selesai disampaikan, kemudian dilanjutkan kegiatan inti yang terdiri dari 5 fase pembelajaran dengan menggunakan pendekatan inkuiri yaitu: Fase: Menyajikan pertanyaan atau masalah

Pada fase ini guru mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan cahaya, sumber cahaya dan sifat-sifat cahaya, setelah itu guru membimbing siswa mengidentifikasi masalah dan menulisnya dipapan tulis untuk memperjelas. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok.

Fase: Merumuskan hipotesis

Pada fase ini siswa membuat jawaban sementara dari dari pertanyaan guru tadi. Fase: Mengumpulkan data

Difase mengumpulkan data ini siswa sudah mulai melakukan percobaan menurut LKS yang sudah tersedia. Setelah selesai melakukan percobaan, satu

(17)

perwkalian dari kelompok disuruh maju kedepan untuk mempresentasikan hasil percobaan tadi.

Fase : Menganalisis data

Guru membimbing siswa berdiskusi tentang kegiatan siswa tadi. Fase: Membuat kesimpulan

Pada fase membuat kesimpulan ini guru cuma membimbing siswa untuk membuat kesimpulan dari percobaan tadi.

Kegiatan akhir guru menyimpulkan hasil pembelajaran bersama-sama siswa, kemudian guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan hambatan/kesulitan yang dialami selama proses berlangsung, setelah itu dilanjutkan dengan pemantapan berupa mendorong siswa untuk menginternalisasikan konsep, pengetahuan dan keterampilan dalam kehidupan sehari-hari, dan pembelajaran diakhiri dengan tindak lanjut yaitu berupa penerapan pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari. Kemudian guru menutup pelajaran dengan menyampaikan pokok materi untuk pertemuan selanjutnya dan mengucapkan salam.

Pertemuan II

Pembelajaran pada pertemuan I dilaksanakan pada tanggal 6 Mei 2014. Kegiatan yang dilakukan pada pertemuan I meliputi:

Kegiatan Awal/Orientasi

Sebelum proses pembelajaran dimulai guru menyiapkan peralatan yang dibutuhkan dalam pembelajaran, seperti Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa, lembar kerja kelompok, lembar observasi, media pembelajaran contoh gelas bening, pensil, air, sedotan, sabun, uang logam.

Pada kegiatan awal yang dilakukan guru adalah mengucap salam, berdoa, dan mempresensi kehadiran siswa. Kemudian guru memusatkan perhatian siswa dengan menyampaikan apersepsi. Setelah itu siswa menjawab apersepsi dari guru dengan pertanyaan.

- Alat apa yang di gunakan untuk melihat keaadaan di sekitar kapal selam? - Dapatkah kamu membuat sebuah periskop sederhana?

(18)

Setelah kegiatan awal selesai disampaikan, kemudian dilanjutkan kegiatan inti yang terdiri dari 5 fase pembelajaran dengan menggunakan pendekatan inkuiri yaitu: Fase: Menyajikan pertanyaan atau masalah

Pada fase ini guru mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan pemanfaatan sifat-sifat cahaya dalam karya sedehana dan kehidupan sehari-hari, setelah itu guru membimbing siswa mengidentifikasi masalah dan menulisnya dipapan tulis untuk memperjelas. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok. Fase: Merumuskan hipotesis

Pada fase ini siswa membuat jawaban sementara dari dari pertanyaan guru tadi. Fase: Mengumpulkan data

Difase mengumpulkan data ini siswa sudah mulai melakukan percobaan menurut LKS yang sudah tersedia. Setelah selesai melakukan percobaan, satu perwkalian dari kelompok disuruh maju kedepan untuk mempresentasikan hasil percobaan tadi.

Fase : Menganalisis data

Guru membimbing siswa berdiskusi tentang kegiatan siswa tadi. Fase: Membuat kesimpulan

Pada fase membuat kesimpulan ini guru cuma membimbing siswa untuk membuat kesimpulan dari percobaan tadi.

Kegiatan akhir guru menyimpulkan hasil pembelajaran bersama-sama siswa, kemudian guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan hambatan/kesulitan yang dialami selama proses berlangsung, setelah itu dilanjutkan dengan pemantapan berupa mendorong siswa untuk menginternalisasikan konsep, pengetahuan dan keterampilan dalam kehidupan sehari-hari, dan pembelajaran diakhiri dengan tindak lanjut yaitu berupa penerapan pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari. Kemudian guru menutup pelajaran dengan menyampaikan pokok materi untuk pertemuan selanjutnya dan mengucapkan salam.

(19)

Pertemuan III

Pembelajaran pada pertemuan III dilaksanakan pada tanggal 7 Mei 2014. Kegiatan yang dilakukan pada pertemuan III meliputi:

Kegiatan Awal

Pada kegiatan awal yang dilakukan guru adalah mengucap salam, berdoa, dan mempresensi kehadiran siswa.

Kegiatan Inti

Kegiatan inti pada pertemuan III yaitu guru memberikan soal tes siklus II kepada siswa. Kemudian siswa mengerjakan soal tes tersebut. Guru mengawasi siswa dalam mengerjakan soal tes. Setelah selesai mengerjakan soal, guru bersama dengan siswa mengoreksi jawaban siswa untuk mengetahui hasil belajar IPA pada siklus II. Kegiatan Akhir

Pada kegiatan akhir, guru menutup pelajaran dengan doa dan mengucapkan salam.

4.4.3 Hasil Tindakan Siklus II

1) Hasil Belajar IPA

Pada siklus II nilai IPA yang diperoleh siswa dalam penerapan model pembelajaran Inkuiri dapat dilihat pada tabel 4.9

Tabel 4.9

Distribusi Ketuntasan Hasil Belajar IPA Kelas V SD Negeri Batur 04 Kecamatan Getasan Siklus II

No. Rentang Nilai Banyak Siswa Persentase (%) KKM = 69 1 53 – 60 1 4 Belum tuntas 2 61 – 68 1 4 3 69 – 76 3 12 Tuntas 4 77 – 84 6 24 5 85 – 92 11 44 6 92 – 100 3 12 Jumlah 25 100

(20)

0 2 4 6 8 10 12 53 – 60 61 – 68 69 – 76 77 – 84 85 – 92 92 – 100 B an ya k Si sw a Rentang Nilai

Pada tabel 4.9 dapat dilihat bahwa hasil belajar IPA kelas 5 pada siklus II dari 19 siswa yang memperoleh nilai antara 53-60 ada 1 siswa, nilai antara 61-68 ada 1 siswa, nilai antara 69-76 ada 3 siswa, nilai antara 77-84 dan yang mendapat nilai antara 92-100 ada 3 siswa. Dari daftar nilai pada siklus II, nilai tertinggi adalah 100 dan nilai terendahnya adalah 55 (terlampir).

Untuk lebih jelasnya data nilai hasil belajar IPA siklus II pada tabel 4.9 dapat dilihat pada diagram 4.5

Gambar 4.5Diagram Hasil Belajar IPA Pada Siklus II

Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥ 69), data perolehan nilai pada siklus II dapat diketahui jumlah siswa yang sudah tuntas dan jumlah siswa yang belum tuntas pada tabel 4.10

Tabel 4.10

Ketuntasan Belajar IPAPada Siklus II

No. Ketuntasan

Belajar

Banyak Siswa Persen (%) Keterangan

1 Tuntas 23 92 KKM

≥69

2 Belum tuntas 2 8

(21)

Pada tabel 4.10 dapat diketahui bahwa siswa yang sudah tuntas dari KKM ≥ 69 yaitu 23 siswa atau 92%, sedangkan yang belum tuntas ada 2 siswa atau 8%. Ketuntasan belajar siswa pada tabel 4.10 dapat dilihat pada diagram 4.6.

Gambar 4.6 Diagram Ketuntasan Belajar Siklus II

Pada diagram 4.6 dapat dilihat bahwa penerapan model pembelajaran Inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar meskipun masih terdapat 2 siswa atau 8% yang belum tuntas. Sedangkan siswa yang sudah tuntas mencapai 92% atau 23 siswa. Berarti indikator kinerja dalam penelitian ini telah tercapai karena lebih dari 80% dari jumlah siswa sudah mendapat nilai di atas KKM ≥ 69.

2) Hasil Observasi

Analisis data hasil observasi pada siklus II dapat dilihat dari penerapan model pembelajaran Inkuiri dalam proses pembelajaran yang terdiri dari 2 pertemuan yaitu pertemuan I dan pertemuan II.

Pertemuan I

Pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Inkuiri pada siklus II pertemuan I, aktivitas siswa dapat dilihat pada tabel 4.11

(22)

Tabel 4.11

Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan I

No. Skor Hasil Observasi

Observer Jumlah Skor Peneliti Jumlah Skor

1. 1 - - - - 2. 2 - - - - 3. 3 4 12 3 9 4. 4 13 52 14 56 Total Skor 64 65 Rata-rata 64,5

*Data hasil observasi terlampir

Pada tabel 4.11 dapat dilihat bahwa aktivitas siswa pada siklus II pertemuan I skor paling banyak adalah skor 4. Hasil penilaian observer skor 3 sejumlah 4, dan skor 4 sejumlah 13. Sedangkan hasil penilaian dari peneliti skor 3 sejumlah 3, dan skor 4 sejumlah 14. Hasil dari penilaian observer dan peneliti mempunyai rata-rata 64,6. Aktivitas siswa skor 64,5 termasuk ke dalam kategori sangat baik karena dalam kriteria penilaian aktivitas siswa yang tercantum dalam bab III skor 60-80 termasuk kategori sangat baik.

Sedangkan untuk melihat kinerja guru dengan menerapkan model pembelajaran Inkuiri pada siklus II pertemuan I, aktivitas siswa dapat dilihat pada tabel 4.12.

Tabel 4.12

Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus II Pertemuan I

No. Skor Hasil Observasi

Observer Jumlah Skor Peneliti Jumlah Skor

1. 1 - - - - 2. 2 - - - - 3. 3 4 12 3 9 4. 4 6 24 7 28 Total Skor 36 37 Rata-rata 36,5

(23)

Pada tabel 4.12 dapat dilihat bahwa hasil penilaian dari observer dan peneliti mengenai kinerja guru pada siklus II pertemuan I yaitu skor 3 sejumlah 4, dan skor 4 sejumlah 6. Sedangkan hasil penilaian dari peneliti skor 3 sejumlah 3, dan skor 4 sejumlah 7. Hasil penilaian dari observer dan peneliti mempunyai rata-rata 36,5. Kinerja guru skor 36,5 termasuk ke dalam kategori tinggi.

Pertemuan II

Pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Inkuiri pada siklus II pertemuan II, aktivitas siswa dapat dilihat pada tabel 4.13

Tabel 4.13

Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan II

No. Skor Hasil Observasi

Observer Jumlah Skor Peneliti Jumlah Skor

1. 1 - - - - 2. 2 - - - - 3. 3 2 6 1 3 4. 4 15 60 16 64 Total Skor 66 67 Rata-rata 66,5

*Data hasil observasi terlampir

Pada tabel 4.13 dapat dilihat bahwa aktivitas siswa pada siklus II pertemuan II skor paling banyak masih terdapat pada skor 4. Hasil penilaian observer yaitu skor 3 sejumlah 2, dan skor 4 sejumlah 15. Sedangkan hasil penilaian dari peneliti skor 3 sejumlah 1, dan skor 4 sejumlah 16. Hasil penilaian observer dan peneliti mempunyai rata-rata 66,5. Aktivitas siswa skor 66,5 termasuk ke dalam kategori sangat baik. Sedangkan untuk melihat kinerja guru dengan menerapkan model pembelajaran Inkuiri pada siklus II pertemuan II, aktivitas siswa dapat dilihat pada tabel 4.14.

(24)

Tabel 4.14

Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus II Pertemuan II

No. Skor Hasil Observasi

Observer Jumlah Skor Peneliti Jumlah Skor

1. 1 - - - - 2. 2 - - - - 3. 3 1 3 1 3 4. 4 9 36 9 36 Total Skor 39 39 Rata-rata 39

*Data hasil observasi terlampir

Pada tabel 4.14 dapat dilihat bahwa hasil penilaian dari observer dan peneliti mengenai kinerja guru pada siklus II pertemuan II memiliki jumlah skor yang sama yaitu skor 3 sejumlah 1, dan skor 4 sejumlah 9. Hasil penilaian dari observer dan peneliti mempunyai rata-rata 39 dan termasuk ke dalam kategori tinggi.

4.4.4 Hasil Analisis Data Siklus I dan Siklus II

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa hasil belajar IPA kelas 5 dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan. Untuk mengetahui perbandingan ketuntasan hasil belajar IPA pada siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel 4.16.

Tabel 4.16

Perbandingan Ketuntasan Belajar IPAAntara Siklus I dan Siklus II

No. Ketuntasan Siklus I Siklus II Banyak Siswa Persen (%) Banyak Siswa Persen (%) 1. Tuntas 18 72 23 92 2. Belum tuntas 7 28 2 8 Jumlah 25 100 25 100

Ketuntasan belajar IPA yang diperoleh siswa dari siklus I ketuntasan belajar siswa yang telah mencapai KKM sejumlah 18 siswa atau 72% dan yang belum mencapai KKM sejumlah 7 siswa atau 28%. Sedangkan ketuntasan belajar siswa

(25)

pada siklus II yaitu sejumlah 23 siswa atau 92% telah mencapai KKM dan sejumlah 2 siswa atau 8% yang belum mencapai KKM. Jadi, ada peningkatan ketuntasan belajar dari siklus I ke siklus II yaitu sebesar 20%. Perbandingan ketuntasan belajar siswa siklus I dan siklus II pada tabel 4.16 dapat dilihat pada diagram 4.8.

0 5 10 15 20 25 Siklus I Siklus II B any ak S is w a Pembelajaran Tidak tuntas Tuntas

Gambar 4.8 DiagramPerbandingan Ketuntasan Belajar IPA Antara Siklus I

dan Siklus II

4.4.5 Refleksi Siklus II

Berdasarkan hasil pelaksanaan siklus II telah terjadi peningkatan hasil belajar IPA yang baik. Hal ini dapat dilihat dari perolehan nilai siswa pada siklus I yaitu siswa yang sudah mencapai KKM sejumlah 18 siswa atau 72% dan siswa yang belum mencapai KKM sejumlah 7 siswa atau 28% dengan nilai tertinggi 92 dan nilai terendah 43. Sedangkan pada siklus II nilai yang diperoleh siswa yaitu siswa yang sudah mencapai KKM sejumlah 23 siswa atau 92% dan siswa yang belum mencapai KKM sejumlah 2 siswa atau 8% dengan nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 55. Dari perolehan nilai pada siklus I dan siklus II tersebut, siswa yang sudah mencapai KKM meningkat yaitu pada siklus I sejumlah 18 siswa dan pada siklus II menjadi 23 siswa.

(26)

4.5 Hasil Analisis Data Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa hasil belajar IPA kelas 5 pada kondisi awal, siklus I, dan siklus II mengalami peningkatan. Untuk mengetahui perbandingan ketuntasan hasil belajar IPA pada kondisi awal, siklus I, dan siklus II dapat dilihat pada tabel 4.17.

Tabel 4.17

Perbandingan Ketuntasan Belajar IPA Antara Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II

No Ketuntasan

Kondisi Awal Siklus I Siklus II Ket.

Banyak Siswa Persen (%) Banyak Siswa Persen (%) Banyak Siswa Persen (%) KKM ≥69 1. Tuntas 6 24 18 72 23 92 2. Belum tuntas 19 76 7 28 2 8 Jumlah 25 100 25 100 25 100

Ketuntasan belajar IPA yang diperoleh siswa dari kondisi awal yaitu siswa yang mencapai KKM ≥ 69 sejumlah 6 siswa atau 24% dan siswa yang belum mencapai KKM sejumlah 19 siswa atau 76%. Pada siklus I ketuntasan belajar siswa yang telah mencapai KKM sejumlah 18 siswa atau 72% dan yang belum mencapai KKM sejumlah 7 siswa atau 28%. Sedangkan ketuntasan belajar siswa pada siklus II yaitu sejumlah 23 siswa atau 92% telah mencapai KKM dan sejumlah 2 siswa atau 8% yang belum mencapai KKM. Perbandingan ketuntasan belajar siswa pada tabel 4.15 dapat dilihat pada diagram 4.9

(27)

0 5 10 15 20 25 Kondisi Awal Siklus I Siklus II B a n y a k S is w a Pembelajaran Tidak tuntas Tuntas

Gambar 4.9 DiagramPerbandingan Ketuntasan Belajar IPAAntara Kondisi

Awal, Siklus I, dan Siklus II

4.6 Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran Inkuiri pada mata pelajaran IPA kelas 5 di SD Negeri Batur 04 Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang khususnya tentang materi “Sifat-Sifat Cahaya dan Pemanfaatannya” telah terjadi peningkatan hasil belajar IPA yang diperoleh siswa dari kondisi awal, siklus I, dan siklus II. Hal ini dapat dilihat pada kondisi awal nilai hasil belajar IPA semester I yang mencapai KKM ≥ 69 sejumlah 6 siswa atau 24%, sedangkan siswa yang belum mencapai KKM sejumlah 19 siswa atau 76% dengan nilai tertinggi 84, nilai terendah 35. Pada siklus I siswa yang telah mencapai KKM sejumlah 18 siswa atau 72% dan siswa yang belum mencapai KKM sejumlah 28% dengan nilai tertinggi 92, nilai terendah 43. Sedangkan pada siklus II siswa yang telah mencapai KKM sejumlah 23 siswa atau 92% dan siswa yang belum tuntas KKM sejumlah 2 siswa atau 8% dengan nilai tertinggi 100, nilai terendah 55.

Siswa yang belum tuntas KKM sejumlah 2 siswa yaitu DL dan OB, berdasarkan informasi yang diterima dari guru kelas 5 mengatakan bahwa kedua siswa tersebut memiliki masalah yang sama yaitu lambat dalam belajar atau biasa yang disebut slow leaner, sehingga mereka membutuhkan waktu yang lama untuk

(28)

mengingat materi yang disampaikan oleh guru. Dari penulis menyarankan bahwa solusi yang harus dilakukan guru adalah guru bisa mengadakan penambahan jumlah tatap muka yaitu dengan mengulang lagi materi dalam bentuk remidial teaching atau dengan memperbanyak latihan dan guru juga bisa menyampaikan materi sesederhana mungkin sehingga siswa yang memiliki masalah belajar ini mampu mengingat materi dengan cepat.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran Inkuiri terbukti dapat meningkatkan hasil belajar IPA.

4.7 Implikasi Praktis

Dari hasil temuan menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar IPA, maka implikasi praktis dalam penelitian ini bagi siswa yaitu mengembangkan cara berpikir rasional siswa,melatih siswa untuk memecahkan suatu masalah, memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan, serta meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa. Kemudian bagi guru diharapkan memberikan informasi tentang model pembelajaran Inkuiri yang sesuai untuk mengajarkan materi sifat-sifat cahaya dan pemanfaatanya pada siswa kelas 5, memberikan pengalaman dalam menggunakan model pembelajaran Inkuiri, serta meningkatkan kreativitas dan kualitas guru dalam menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan materi dan tujuan pembelajaran. Selain itu, bagi sekolah sebagai upaya memperbaiki kualitas pembelajaran IPA dan meningkatkan hasil belajar siswa melalui proses pembelajaran dengan model-model pembelajaran salah satunya model pembelajaran inkuiri.

Gambar

Gambar 4.1 Diagram Hasil Belajar IPA Pada Kondidsi Awal
Gambar  4.2 Diagram Ketuntasan Belajar IPA Pada  Kondisi Awal
Gambar 4.7 Diagram Perbandingan Ketuntasan Belajar Antara   Kondisi Awal dan Siklus I
Gambar 4.5 Diagram Hasil Belajar IPA Pada Siklus II
+3

Referensi

Dokumen terkait

Biaya Provisi : biaya yang dikenakan kepada Nasabah oleh BTPN sebagai biaya jasa atas transaksi yang dilakukan oleh Nasabah.. Cancellation Fee biaya yang dikenakan kepada

Setiap perpindahan suku, dari ruas kiri ke ruas kanan maupun sebaliknya (pada operasi penjumlahan dan pengurangan) selalu diikuti dengan perubahan tanda (bila

Bimbingan seperti ini sangat penting dilakukan agar terciptanya komunikasi yang lancar antara mahasiswa dengan guru pembimbing lapangan.Dalam pelaksanaan kegiatan

Mangkunegara (2004:67) mengungkapkan pengertian kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam

Hasil Penelitian ini dapat menambah ilmu pengetahuan dan informasi serta dapat di jadikan sebagai bahan sumber ilmiah bagi peneliti yang lain untuk meneliti

Hal ini menunjukkan bahwa kebijakan pemerintah yang berlaku saat ini petani pembudidaya patin di Kabupaten Indragiri Hulu mengeluarkan biaya produksi lebih kecil 41 persen dan 51

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan daya tahan jantung paru dengan kondisi psikologis pada mahasiswa program studi Penjaskes FKIP Unila angkatan

cellulose acetat dari residu rumput laut Eucheuma Spinosum yang akan digunakan.. untuk proses penghilangan kandungan garam (desalinasi) pada air payau