• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI OPTIMALISASI PERAN DINAS PENDIDIKAN DALAM MENGATASI BUTA AKSARA DI KABUPATEN MAMUJU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI OPTIMALISASI PERAN DINAS PENDIDIKAN DALAM MENGATASI BUTA AKSARA DI KABUPATEN MAMUJU"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

OPTIMALISASI PERAN DINAS PENDIDIKAN DALAM MENGATASI BUTA AKSARA DI KABUPATEN MAMUJU

Oleh:

ZULKIFLI K.

Nomor Induk Mahasiswa: 10561 05301415

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTASILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS

MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2020

(2)

SKRIPSI

OPTIMALISASI PERAN DINAS PENDIDIKAN DALAM MENGATASI BUTA AKSARA DI KABUPATEN MAMUJU

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Studi dan Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Administrasi Negara (S.Sos)

Disusun dan Diajukan Oleh:

ZULKIFLI K.

Nomor Stambuk: 10561 0530415

Kepada

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS

MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2020

(3)
(4)
(5)
(6)

Zulkifli K. 2020. Optimalisasi Peran Dinas Pendidikan Dalam Mengatasi Buta Aksara di Kabupaten Mamuju (Dibimbing oleh Mappamiring dan Riska Sari)

Optimalisasi peran Dinas Pendidikan dalam mengatasi buta aksara di Kabupaten Mamuju menjadikan salah satu faktor utama yang harus mendapatkan perhatian khusus untuk menuntaskan angka buta aksara pada masyarakat yang tidak tersentuh dengan pendidikan (buta aksara). Namun Fakta menunjukkan bahwa pendidikan formal dan sistem persekolahan ternyata tidak cukup untuk menjawab berbagai permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat. Dengan demikian tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana mengoptimalkan peran dinas Pendidikan dalam mengatasi buta aksara di Kabupaten Mamuju.

Metode Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan dan mendeskripsikan peristiwa yang ada dalam suatu instansi pemerintah yang terjadi dilapamgan. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Penelitian ini menggunakan triangugulasi sumber untuk mengecek keabsahan data penelitian. Analisis data penelitian ini menggunakan tiga komponen yang terdiri reduksi data, penyajian, dan penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa optimalisasi peran Dinas Pendidikan Kabupaten Mamuju dalam mengatasi buta aksara belum optimal sebagaimana mestinya dilihat dari, (1) Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Mamuju telah menyiapkan bantuan Pendidikan berupa buku-buku dan peralatan sekolah untuk mengurangi jumlah anak yang tidak bersekolah dan mencegah dalam upaya tidak terjadinya buta aksara. (2) Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Mamuju telah menyiapkan tenaga pendidik yang berkualitas dan inovatif. (3) Upaya pemerintah Kabupaten Mamuju dalam mengatasi buta aksara perlu evaluasi lebih lanjut untuk menemukan pendekatan yang lebih efektif . (4) Dalam upaya mengatasi buta aksara di Kabupaten Mamuju, telah dilakukan kerjasama pemerintah dengan Dinas Pendidikan dan PKBM serta lembaga LPMP. Meskipun dalam pelaksanaannya belum optimal.

Kata Kunci: Optimalisasi, Peran, mengatasi buta aksara.

(7)

BISMILLAHIRROHMANIRROHIM

Alhamdulillahi Rabbil „Alamin, puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat ALLAH SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi yang berjudul “OPTIMALISASI PERAN DINAS PENDIDIKAN DALAM MENGATASI BUTA AKSARA”. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu (S1) Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Program Studi Ilmu Administrasi Negara pada Universitas Muhammadiyah Makassar.

Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian skripsi ini, terkadang penulis dihadapkan dengan berbagai hambatan. Namun berkat kesabaran, ketekunan, kerja keras, bantuan serta kerja keras dari berbagai pihak yang telah memberikan motivasi, maupun secara materi kepada penulis. Sehingga pada kesempatan ini dengan segala kerendahan dan ketulusan yang dimiliki penulis, ingin menyampaikan terima kasih yang tak henti kepada kedua orang tua tercinta, Kapil R. S.Pdi dan Nuralang. S.Pd yang telah melahirkan, membesarkan, merawat dan mencurahkan seluruh cinta, kasih sayang, cucuran keringat, air mata, untaian do‟a serta pengorbanan yang tiada henti yang hingga kapanpun penulis tidak akan bisa membalasnya dan taklupa pula penulis menyampaikan terima kasih kepada orang tua wali, Fitriani. S.Pd dan kiki reskiana yang telah membimbing dan memberikan pengorbanan yang tiada henti yang hingga kapanpun penulis tidak akan bisa membalasnya. Maaf jika Ananda sering menyusahkan, merepotkan serta melukai hati Ibu, semoga selalu dalam lindungan ALLAH SWT. dan keselamatan dunia dan akhirat semoga selalu untukmu. Kepada saudarahku

(8)

Fitriani kapil. S.Pd, Kiki reskiana kapil, Muh. Sukri kaplil, dan Andri fari kapil yang selalu memberikan kasih sayang serta dukungan kepada penulis, semoga kita menjadi kebanggaan kedua orang tua.

Serta penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. H. Abd Rahman Rahim, SE., MM selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Ibu Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos., M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Bapak Nasrul Haq, S.Sos., MPA selaku Ketua Prodi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Bapak Dr. H. Mappamiring. M.Si selaku Pembimbing I dan Ibu Riska Sari., S.Sos., M.Ap selaku Pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

5. Ibu Rasdiana. S.Sos., M.Si selaku Penasehat Akademik.

6. Seluruh Dosen Pengajar, Staf dan pegawai di lingkungan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

7. Ucapan terima kasih kepada Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Mamuju, sebagai tempat meneliti penulis yang telah menerima dan membantu penulis dalam menyelesaikan tugas akhir skripsi ini.

(9)

8. Segenap keluarga besar Ilmu Administrasi Negara Angkatan 2015, khusus-nya kelas B dan C yang Bersama-sama telah melewati masa perkuliahan selama 8 semester yaitu kurang lebih 4 tahun lamanya.

9. Segenap keluarga besar KPPMT yang selalu memberikan support dan kritikan yang membangun sehingga penulis bisa selesaikan skripsi ini sampai sekarang.

10. Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tugas akhir skripsi ini, Sukran, S.Sos, Husril S.Sos, Jurman, S.Sos, Anggi. S.Sos dan masih banyak yang tidak penulis sebutkan Namanya satu persatu.

11. Ucapan terima kasih kepada terkhusus Suarni S. yang selalu mendampingi dari awal penyusunan sampai selesai penyusunan skripsi dan memberikan support berupa materi maupun non materi.

Semoga ALLAH SWT. Senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya untuk kita semua. Terima kasih atas bantuannya selama ini, semoga dapat menjadi amal ibadah di hadapan-Nya.

Selain itu penulis juga mengucapkan permohonan maaf yang sedalam-dalamnya jika penulis melakukan kesalahan dan kekhilafan yang di sengaja maupun tidak di sengaja baik dalam bentuk ucapan maupun tingkah laku selama menyelesaikan studi di Universitas Muhammadiyah Makassar.

(10)
(11)

DAFTAR ISI

Halaman Pengajuan Skripsi ... ...i

Halaman Persetujuan ... ..ii

Halaman penerimaan tim ... .iii

Halaman Pernyataan ... iv

Abstrak ... ..v

Kata Pengantar... .vi

Daftar Isi ... ..x

Daftar Tabel ...xii

Daftar Gambar………xiii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 7 C. Tujuan Penelitian ... 7 D. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian terdahulu... 10

(12)

1. Konsep Optimalisasi ... 14

2. Konsep Peran ... 17

3. Konsep Pendidikan ... 20

4. Konsep Buta Aksara ... 21

C. Kerangka Pikir... 26

D. Fokus Penelitian ... 28

E. Deskripsi Fokus Penelitian ... 28

BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu Dan Lokasi Penelitian ... 31

B. Jenis Dan Tipe Penelitian ... 31

C. Sumber Data ... 32

D. Informan Penelitian ... 32

E. Teknik Pengumpulan Data ... 33

F. Teknik Analisis Data ... 34

G. Pengabsahan Data ... 35

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Dan Objek Penelitian ... 37

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 56

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 72

B. Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 74

(13)

DAFTAR TABEL

(14)

DAFTAR GAMBAR

(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Keberhasilan penyelengaraan pembangunan nasional sangat tergantung pada kemampuan manusia sebagai pelaksana sebab apapun yang dimiliki oleh suatu bangsaa, kekayan alam, sosial, budaya dan semisalnya tidak akan ada artinya bila tidak ditangani olehh orang-orang yangg tidak berkompeten dibidang nya. Instansi merupakan organisasi yang terdiri dari sekumpulan orang-orang yang dipilih berdasarkan prosedur tertentu untuk guna melaksanakan tugass Negaraa dan mewujudkan pelayanan publik, kementerian PPN/ Bappenas (2017).

Pemberdayaan masyarakat merupakan proses pembangunan yang mana masyarakat memiliki inisiatif untuk memulai proses kegiatan sosial untuk memperbaiki situasi dan kondisi diri sendiri. Pemberdayan masyarakat dapat terjadi apabila masyarakat itu sendiiri ikut pula berpartisipasi karena itu merupakan salah satu dimensi yang sangat penting dalam menunjang kualitas sumber daya manusia suatu bangsa.

Optimalisasi adalah hasil yang dicapai sesuai dengan keinginan, jadi optimalisasi merupakan pencapaian hasil sesuai harapan secara efektif dan efesien. Poerdwadarminta (Ali, 2014). Optimalisasi adalah ukuran yang menyebabkan tercapainyaa tujuan jika dipandang dari sudut usaha Dari uraian tersebut diketahui bahwa optimalisasi dapat diwujudkan apabila dalam pewujudannya secara efektif dan efesien. Dalam penyelenggaraan organisasi, senantiasa tujuan diarahkan untuk mencapai hasil secara efektif dan efesien.

(16)

Setiap instansi pemerintah memiliki tujuan yang ingin dicapai dengan memanfaatkan segenap sumber daya manusiaa yang dimiliki dan dikelola secara efektif dan efesien. Guna pencapaian tujuan organisasi, maka sumber daya manusia yang dimiliki dituntut untuk bekerja secara professional, termasuk dalam mengatasi berbagai problematika yang terjadii di masyarakat.

Dinas pendidikan memiliki tugas sebagai pelaksana urusan pemerinthah, baik pusat, daerah maupun daerah didalam bidang pendidikan. Tugas pokonya adalah mengatur pelaksanaan urusan pendidikan sesuai wilayah kerja, agar berjalan lancar dan sesuai program dari pusat. Sebagaimana terdapat dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistemm pendidikan nasional, yangg dimaksud adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajrar dan proses pembelajaran agar peserta didik secaraa aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, keperibadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Kategori pendidikan merupakan salah satu fokus pemerintah saat ini. Hal ini terlihat dari dituangkannya sektor pendidikan sehingga pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dalam undang undang No 20 tahun 2003 pasal 1 pasal 2 pasal 3 dan pasal 4 dimana pasal tersebut memberi keteladanan, membangun kemauan belajar, dan mengembangkan intelektual masyarakat atau peserta didik dalam proses pembelajaran. dengan

(17)

mengembangkan budaya membaca, menuliss, dan berhitung sehingga terwujudnya masyarakat yang cerdas dan berprestasi. namun pemerintah mewajibkan adanya alokasi anggaran hingga dua puluh persen dalam struktur anggaran belanja pemerintah. Selain gerakan wajib belajar sembilan tahun, salah satu program pemerintah saat ini adalah pemberantasan buta aksara.

Pemerintah kota mamuju selasa, 5 juni 2018 Salah satu output dari keberhasilan bidang pendidikan adalah jumah penduduk yang dapat membaca, baik huruf latin, arab maupun huruf lainnya. Jumlah penduduk Kabupaten Mamuju yang memiliki kemampuan baca tulis huruf latin sebesar 93,09 persen, huruf arab 20,64 persen, dan huruf lainnya 1,13 persen. Akan tetapi masih terdapat 6,85 persnen penduduk yang butaa huruf (tidak mengenal huruf apapun). Kondisi ini harus menjadi perhatian pemerintah daerah dan pihak-pihak terkait yang berada sektor pemerintahan mamujukab.go.id (2018).

Terkait dengan optimalisasi peran dan fungsi dinas pendidikan dalam mengatasi buta aksara di kabupaten Mamuju, menjadikan salah satu fakor utama yang harus mendapatkan perhatian khusus untuk menuntaskan angka buta askara karena apabila dibiarkan terus menerus akan terjadi dampak buruk pada masyarakat yang tidak tersentuh dengan pendidikan (buta askara). namun Fakta menunjukkan bahwa pendidikan formal dan sistem persekolahan ternyata tidak cukup untuk menjawab berbagai permasalahan yang dihadapi oleh masyaraktat. Hal ini dapat dilihat dari masih rendahnya tingkat pendidikan masyarakat, tingginya tingkat buta aksara bagi orang dewasa, tingginya tingkat pengangguran, tingginya tingkat kemiskinan dan sebagainya. Vauz (2011).

(18)

Hasill observasi awal penelitii melihat jumlah penduduk buta askara di Sulawesi barat khususnya kabupaten mamuju terus meningkat setiap tahun seiring dengan meningkatnya penduduk melalui arus urbanisasi. Berdasarkan data dari pemerintah kota mamuju Provinsii Sulbar, angka buta huruf mencapai 6,85 persen dari 1,5 juta penduduk Sulbar tahun 2018.

Adapun sebab-sebab lainnya terjadi buta askara yang terus meningkat adalah kurangnya kesadaran diri masyarakat yang tidak maua sekolah dan langsung bekerja, karena berpikiran dengan bekerja mereka dapat menghasilkan uangg untuk memenuhi kebutuhan dan meningkatkan kesejahteran. Sehingga masalah ini menjadi tanggung jawab besar pemerintah mencari jalan keluar.

Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) menjadi terobosan pemerintahh dalam mengurangi angka buta askara di kabupaten mamuju. Anggaran yang dialokasikan sekitar Rp.3,6 miliar untuk pemberantasan buta aksara melalui APBD Sulbar yang diprogramkan melalui anggaran bantuan sosial. PKBM akan berperan memberikan pembelajaran kepada masyarakat agarr dapat mengerti membaca dan menulis sehingga angka buta aksara di kabupaten mamuju dapat dituntaskan, Rimanews (2016). namun Tujuan daripada Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM). adalah memberdayakan masyarakat untuk kemandirian, melalui program-program yang akann dilaksanakan di PKBM agarr dapat membentuk manusia yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang baik. sedangkan fungsi PKBM menurut Lis Prasetyo (2010) adalah:

(19)

1). Sebagaii wadah pembelajaran artinya tempat warga masyarakat dapat menimba ilmu dan memperoleh berbagai jenis keterampilan dan pengetahuan fungsional yangg dapat didayagunakan secara cepta dann tepat dalam upaya perbaikan kualitas hidup dan kehidupannya.

2). Sebagai tempat pusaran semua potensi masyarakat artinya PKBM sebagai tempatt pertukaran berbagai potensi yang ada dan berkembang di masyarakat, sehingga menjadi suatu sinergi yangg dinamis dalam upaya pemberdayaan masyarakat itu sendiri.

3). Sebagai pusat dann sumber informasi artinya wahana masyarakat menanyakan berbagai informasi tentang berbagai jenis kegiatan pembelajaran dan keterampilan fungsional yang dibutuhkan masyarakat.

4). Sebagai ajang tukar-menukar keterampilan dan pengalamann artinya tempat berbagai jenis keterampilan dan pengalaman yang dimiliki oleh masyarakat yang bersangkutan dengan prinsip saling belajar dan membelajarkan melalui diskusi mengenai permasalahan yang dihadapi.

5). Sebagai sentra pertemuan antara pengelola dan sumber belajar artinya tempat diadakannya berbagai pertemuan para pengelola dan sumber belajar (tutor) baikk secara intern maupun dengan PKBM di sekitarnya untuk membahas berbagai permasalahan dan kendala yang dihadapi dalam pengelolaan PKBM dan pembelajarann masyarakat.

6). Sebagai lokasi belajar yang tak pernah kering artinya tempat yang secara terus-menerus digunakan untuk kegiatan belajar bagi masyarakat dalam berbagai bentuk.

(20)

Hasil penelitian ini diharapkan agar dapat dijadikan rekomendasi bagi dinas Pendidikan di Kabupaten Mamuju untuk mengatasi berbagai permasalahan teerutama pada buta askara sekaligus dapat dijadikan sebagai pedoman guna meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya menempuh pendidikan.

Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan yang telah dikemukakan, maka tepat kiranya jika peneliti mengangkat judul:

“Optimalisasi Peran Dinas Pendidikan Dalam Mengatasi Buta Aksara Di Kabupaten Mamuju”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas dan masalah utama dalam penelitian, maka rumusan masalah dalamm penelitian ini adalah: Bagaimana optimalisasi peran dan fungsi Dinas Pendidikan dalam mengatasi buta aksara di Kabuupaten Mamuju?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini berdasarkan dari rumusan masalah di atas adalah untuk mendiskripsikan optimalisasi peran dan fungsi Dinas Pendidikan dalam mengatasi buta aksara di Kabupaten Mamuju?

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang daapat dihasilkan dari penelitian ini adaalah: 1). Secara teoritis

Peneliitian inii diharapkan menjadii bahan studi dan menjadi salah satu sumbangsih pemikiran ilmiah dalam melengkapi kajian-kajian yang mengarah, pada pengembangan Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, khususnya pada bidang

(21)

Administrasi Negara dan untuk memperkaya dan menambah pengetahuan tentang implementasi kebijakan terrkait dengan optimalisasi peran dan fungsi dinas pendidikan dalam mengatasi buta aksara.

2). Secara praktis

Sebagai summber informasi atau bahan masukan bagi piihak-piihak yang terkait secara langsung guna penetapan konsep selanjutnyaa. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi baahan masukan bagi semua pihak, khususnya pemerintah Kabupaten Mamuju sebagai dasar untuk program pemberdayan masyarakat berdasarkan fonemena yang dihadapi melalui optimalisasi peran dan funngsi dinas pendiidikan dalam mengatasi buta aksara.

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian, Konsep dan Teori. 1. Pengertian optimalisasi

Pengertian optimalisasi menurut Poerdwadarminta (Ali, 2014) adalah hasil yang dicapai sesuai dengann keinginan, jadi optimalisasi merupakan pencapaian hasil sesuaii harapan secara efektif dan efisien”. Optimalisasi banyak juga diartikan sebagai ukuran dimana semuaa kebutuhan dapat dipenuhi dari kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan.

Sedangkan Menurut Winardii (Ali, 2014) optimalisasi adalah ukuran yang menyebabkan tercapainya tujuan jikaa dipandang darii sudut usaha. Optimalisasi adalah usaha memaksimalkan kegiatan sehingga mewujudkan keuntungan yang diinginkan atau dikehendaki. Dari uraian tersebut diketahui bahwa optimalisasi hanya dapat diwujudkan apabila dalam pewujudannya secara efektif dann efisien. Dalam penyelenggaraan organisasi, senantiasa tujuan diarahkan untuk mencapai hasil secara efektif dan efisien agar optimal.

Optimalisasi adalah mencari alternatif yang paling efektif atau kinerja yang dicapai dengan memaksimalkan faktor yang diinginkan dan meminimalkan yang tidak di inginkan. Sebagai perbandingan, berarti berusaha untuk mencapai hasil tertinggi atau maksimum atau hasil tanpa memperhatikan biaya atau bebann. Praktek

(23)

optimalisasi dibatasi oleh kurangnya informasi yang lengkap, dann kurangnya waktu untuk mengevaluasi informasi apa yang tersedia dari masalah, optimalisasi dicapai biasanya dengan menggunakan teknik pemograman linear dari riset operasi. dan juga digunakan untuk menentukan estimasi tertinggi, dengan meminimalkan kontribusi lainnya dan dapat diselesaikan secara efektif dann efesien terlebih dahulu menurut Heizer & Render (2011).

Menurut kamus besar bahasa Indonesia tahun 2008 Optimalisasi adalah berasal dari kata dasar optimal yang i terbaik, tertinggi, paling menguntungkan, menjadikan paling baikk, menjadikan paling tinggi, pengoptimalan proses, cara, perbuatan mengoptimalkan (menjadikan paling baik, paling tinggi, dan sebagainya) sehingga optimalisasi adalah suatu tindakan, proses, atau metodologi untuk membuat sesuatu (sebagai sebuah desain, sistem, atau keputusan) menjadi lebih sepenuhnya sempurna, fungsional, atau lebihh efektif. Mengacu pada pendapat Singiresu S Rao (2009) optimalisasi juga dapat didefinisikan sebagai proses untuk mendapatkan keadaan yang memberikan nilai maksimum atau minimum dari suatu fungsi. Dari beberapa referensi di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa optimalisasi adalah hasil yang dicapai sesuai dengan keinginan, jadi optimalisasi merupakan pencapaian hasil sesuai harapan secara efektif dan efisien.

Ka Yuniar (2017), Optimalisasi adalah proses pencarian solusi yang terbaik, tidak selalu keuntungan yang paling tinggi yang bisa dicapai jika tujuan pengoptimalan adalah memaksimumkan keuntungan, atau tidak selalu biaya yang paling kecil yang bisa ditekan jika tujuan pengoptimalan adalah meminimumkan

(24)

biaya. Ada tiga elemen. Optimalisasi adalah suatu proses untuk mencapai hasil yang ideal atau optimasi (nilai efektif yang dapat dicapai). Optimasi dapat diartikan sebagai suatu bentuk mengoptimalkan sesuatu hal yang sudah ada, ataupun merancang dan membuat sesuatu secara optimal. Permasalahan optimalisasi yang haruss diidentifikasii, yaituu tujuann, alternatiff keputusan, dan sumberdaya yang dibatasi.

1). Tujuan.

Tujuan bisa berbentuk maksimisasi atau minimisasi. Bentuk maksimisasi digunakan jika tujuan pengoptimalan berhubungan dengan keuntungan, penerimaann, dann sejenisnyaa. Bentuk minimisasi akan dipilih jika tujuan pengoptimalan berhubungan dengan biaya, waktu, jarak, dan sejenisnya. Penentuan tujuan harus memperhatikan apa yang diminimumkan atau maksimumkan.

2). Alternatif Keputusan.

Pengambilan keputusan dihadapkan pada beberapa pilihan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Alternatif keputusan yang tersedia tentunya alternatif yang menggunakan sumberdaya terbatas yang dimiliki pengambilan keputusan. Alternatif keputusan merupakan aktivitas atau kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan.

3). Sumberdaya yang Dibatasi.

Sumberdaya merupakan pengorbanan yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Ketersediaan sumberdaya ini terbatas. Keterlibatan ini yang mengakibatkan dibutuhkanya proses optimalisasi.

(25)

A.Pramudiata (2018), Setelah mengetahui elemen-elemen atau dimensi-dimensi dalam mengetahuii permasalahan maka untuk mengatasi hal itu dalam pemanfaatan dalam identifikasi optimalisasi, di antaranya adalah:

1). Mengidentifiksi tujuan. 2). Mengatasi kendala.

3). Pemecahan masalah yang lebih tepat dan dapat diandalkan. 4). Pengambilan keputusan yang lebih cepat.

Ka Yuniar (2017), dalam proses untuk mencapai optimalisasi banyak hal yang harus diperhatikan terutama dalam menyusun rencana yang akan menjadi landasan dalam melakukan tanggung jawab. Optimalisasi merupakan cara untuk memaksimalkan hasil produksi (output). Optimalisasi dapat dicapai dengan meningkatkan produktivitas, sehingga tingkat efisiensi akan menjadi tinggi, dan berdampak pada tujuan yang ingin dihasilkan.

R.Ayuni (2016), Optimalisasi adalah usaha memaksimalkan kegiatan sehingga dapat mewujudkan keuntungan yang dinginkan atau dikehendaki Dengan demikian, maka kesimpulan dari optimalisasi adalah sebagai upaya, proses, cara, dan perbuatan untuk mengunakan sumber-sumber yang dimiliki dialam rangka mencapai kondisi yang terbaik, paling menguntungkan dan paling diinginkan dalam batas – batas tertentu dan kriteria tertentu.

2. konsep Peran

Menurut Dewi Wulan Sari (2009), Peran adalah konsep tentang apa yang harus dilakukan oleh individu dalam masyarakat dan meliputi tuntutan-tuntutan prilaku dari

(26)

masyarakat terhadap seseorang dan merupakan prilaku individu yang penting bagi struktural sosial masyarakat. sedangkan menurut Abdulsyani (2012), Peran adalah suatu perbuatan seseorang dengan cara tertentu dalam usaha menjalankan hak dan kewajibannya sesuai dengan ststus yang dimilikinya, dan seseorang dapatt dikatakan berperan jika ia telah melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan status sosialnya dalam masyarakat, peran lebih banyak menunjukkan pada fungsi, penyesuain diri, dan sebagai suatu proses. namun suatu peran mencakup tiga hal menurut Abdulsyani (2012), yaitu:

1). peran meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang di masyarakat. tetapi peran dalam arti ini merupakan rangkaian yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan.

2). pernan merupakan suatu konsep tentang apa yang dapat di lakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.

3). peran jugaa dapat dikatakan sebagai prilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.

Meskipun demikian, teori peran sebenarnya merupakan konsep kunci yang yang menghubungkan perilaku individu dalam berbagai level analisa. Individu, kelompok, instituisi, negara, komunitas, supranasional dan organisasi internasional merupakan sebuah sistem yang terhubung dimana mereka semua merupakan elemen dari sistem yang lebih besar. Perilaku elemen dalam sistem yang lebih besar dapat disebut sebagai peran, Walker (2013).

(27)

Adapun beberapa dimensi peran melalui kamus bahasa indonesia tahun (2010). sebagai berikut:

1). Peran sebagai suatu kebijakan. Pengaruh paham ini berpendapat bahwa peran merupakan suatu kebijaksanaan yang tepat dan baik untuk dilaksanakan.

2). Peran sebagai strategi. Penganut peran ini mendalilkan bahwa peran merupakan strategi untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat.

3). Peran sebagai alat komunikasi. Peran didayagunakan sebagai instrumen atau alat untuk mendapatkan masukan berupa informasi dalam proses pengambilan keputusan. Persepsi ini dilandaskan oleh suatu pemikiran bahwa pemerintahan dirancang untuk melayaini masyarakat, sehingga pandangan dan preferensi dari masyarakat tersebut adalah masukan yang bernilai guna mewujudkan keputusan yang responsif dan responsible.

4). Peran sebagai alat penyelesaian sengketa. Peran didayagunakan sebagai suatu cara untuk mengurangi atau meredam konflik melalui usaha pencapaian konsensus dari pendapat-pendapat yang ada. Asumsi yang melandasi persepsi ini adalah bertukar pikiran dan pandangan dapat meningkatkan pengertian dan toleransi serta mengurangi rasa ketidakpercayaan dan kerancuan.

Soerjonoo Soekantoo (2012), Peran juga merupakan aspek dinamis dari kedudukan (status) yang dimiliki oleh seseorang, sedangkan status merupakan sekumpulan hak dan kewajiban yang dimiliki seseorang apabila seseorang melakukan hak-hak dan kewajiban kewajiban sesuai dengan kedudukannya, maka ia menjalankan suatu fungsi, Hakekatnya peran juga dapat dirumuskan sebagai suatu

(28)

rangkaian perilaku tertentu yang ditimbulkan oleh suatu jabatan tertentu. kepribadiann seseorang juga mempengaruhi bagaimana peran itu harus dijalankan.

Peran yang dimainkan hakekatnya tidak ada perbedaan, baik yang dimainkan/diperankan pimpinan tingkat atas, menengah maupun bawah akan mempunyai peran yang sama Peran merupakan tindakan atau perilaku yang dilakukan oleh seseorang yang menempati suatu posisi di dalam status sosial. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan. Peran adalah suautu konsep perilaku apa yang dapat dilaksanakan oleh individu-individu dalam masyarakat sebagai organisasi. Peran juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu, yang penting bagi struktur sosial masyarakat.

Peran adalah suatu rangkaian yang teratur yang ditimbulkan karena suatu jabatan. manusia sebagai makhluk sosial memiliki kecenderungan untuk hidup berkelompok. Dalam kehidupan berkelompok tadi akan terjadi interaksi antara anggota masyarakat yang satu dengan anggota masyarakat yang lainnya. Tumbuhnya interaksi diantara mereka ada saling ketergantungan. Dalam kehidupan bermasyarakat itu munculah apa yang dinamakan peran (role), Levinson (Soekanto, 2012).

Dari beberapa pengertian diatas, penulis menyimpulkan bahwa peran adalah suatu sikap atau perilaku yang diharapkan oleh banyak orang atau sekelompok orang terhadap seseorang yang memiliki status atau kedudukan tertentu.

(29)

Berdasarkan hal-hal diatas dapat diartikan bahwa apabila dihubungkan dengan dinas pendidikan, peran tidak berarti sebagai hak dan kewajiban individu. melainkan tugas dan wewenang dinas pendidikan dalam mengatasi buta aksara.

3. Konsep pendidikan

Pendidikann merupakann hal yangg sangatt pentingg dalamm mengembangkan kualitass manusaia. Menurtut UU No. 20 tahun 2003 (Suherman, 2011). tentang sistem pendidikan adalah usahaa sadar dann terencanaa untuk mewujudkann suasana belajarr dan prosess pembelajarann agar peserata didik secara aktiff mengembangkan potensii dirinyaa untuk memilikii kekuatan nspirituall keagamaann, pengendalian diri, kepribadiann, kecerdasann, akhlakk muliaa, serta ketrampilann yangg diperlukan dirinya, masyarakatt ,bangsaa dann Negara.

Menurutt Yudianaa & Subrotoo (2010), menjelaskann bahwaa pendidikan adalah prosess menolongg, membimbingg, mengarahkann, dann mendorongg individu agar tumbuh dan berkembang sesuai dengan tahap tahap perkembangannya, sehinggaa merekaa dapatt menyesuikanin diri dengann kehidupnan dimasa sekarang dan dimasa yang akan datang. Tujuan utama pendidikan adalahh mengembangkan individu menjadii individuu-individuu yang kreatitf, berdayaa-ciptaa, dan yangg dapatt menemukann atau discover.

Menurutt Muhibbinn Syahh (2010), pendidikann berasal dari kata didik, lalu kataa ini imendapatt awalann “me” sehingga menjadi mendidikk artinya, memelihara dan memberi latihan. dalam memeliharaa dan memberii latihan di perlukan adanya ajarann, tuntunann, dan pimpinamn mengeniai akhlakk dann kecerdasann pikirann.

(30)

Jadii kesimpulann dari beberapaa pakar pendidikann adalahh proses pembelajaran yang dibutuhkan manusia untuk mengarahkan, membimbing, memperbaikii dann mengembangkan npotensii dirinyaa. untuk terus belajar sehingga memiliki kekuatan spirituall keagamaann, kecerdasann, akhlakk muliaa dan mampu menjadii individuu yangg kreatiff dann menjadii makhlukk sosiall yagng bisa hidup bermasyarakatt dengann lingkungannyaa. dann tujuann daripadaa pendidikann yang hendak dicapaiiu yaitu, memberikann kemampuann dasar padaa seitiapp individu dalamm mengembangkanm kehidupann sebagai pribadi, anggota masyarakat dan warga negara yang baik, baik itu segi fisik, moral, sikap dan nilai guna untuk memenuhi kebutuhan dan kesejahteraan dirinya.

4. Konsep Buta Aksara

Buta aksara merupaknan masalah yang sangat kompleks di dunia pendidikan, buta aksara sering melanda masyarakat yang ada di daerah atau di pinggiran. Orang yang mengalami buta aksara mereka akan sangat sulit dalam mengikuti perkembangan yang ada di lingkungannya. sedangkan buta aksara adalah ketidakmampuan seseorang untuk membaca dan menulis . hal ini menjadi masalah yang di hadapi oleh masyrakat. Oleh karena itu, buta aksara harus diberantas untuk mencerdaskan sekaliguss mensejahterakan rakyat. dan adapun program-program untuk memberantas buta aksara, kita selaku akademisi seharusnya amembantu pemerintah untuk memberantas buta aksara Menurut Heru Hairudin (2011).

(31)

Heru hairudin (2011), mengemukakan beberapa faktork-faktor yang membuat seseorang menjadi buta aksara, diantaranya:

1). Kemiskinan

Kemiskinan adalah faktorr utama yang membuat seseorang menjadi buta aksara, karena makan untuk sehari-hari juga masih sulit apalagi untuk mengenal bangku sekolah, meskipun sekarang sudah ada yang namanya bantuan operasional sekolah (BOS) tapi dana tersebut banyak di korupsi oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.

2). Orang tua yang buta aksara memiliki kecenderungan untuk tidak menyekolahkan anaknya, orang tua enggan menyekolahkan anaknyaa karena orang tua sendiri tida berilmu pendidikan.

3). Jauh dari layanan pendidikan

Layanan pendidikan yang jauh juga menjadi faktor seseorang menjadi buta aksara, contohnyaa di daerah pedalaman atau daerah terpencil yang sangat jauh dari sekolah dasar apalagi sekolah lanjutan. mereka yang di daerah terpencil harus berangkat pagi-pagi karena jarak rumah dengan sekolah sangat jauh.

4). Orang tua menganggap bahwa sekolah itu tidak penting.

Orang tua menganggap bahwa sekolah adalah perbuatan yang sia-sia tidak penting dan lebih baik menyuruh anak mereka untuk bekerja daripada sekolah.

Sumardi (2009), mendefinisikan buta aksara menjadi tiga kategori besar, dimana setiap kategori didasari oleh asumsi yang sangat berbeda dari peran keaksaraan dalam kehidupan setiap individu dan dalam kehidupan masyarakat, yakni:

(32)

1). keaksaran merupakan seperangkat keterampilan dan kemampuan dasar. 2). keaksaraan sebagai dasar untuk meningkatkan kualitas kehiduan yang lebih baik.

3). keaksaraan merupakan refl eksi dari kenyataan politik dan struktur.

Menurut Bawani dan Fauziyah (2014), media pembelajaran yang tepat, dapat mendukung ketercapaian proses pembelajaran pada buta aksara melalui pendidikan, maka akan menstimulus kreativitas berpikir warga untuk belajar. dan visualisasi yang disajikan melalui media pembelajaran memberikan gambaran fakta-fakta dalam bentuk informasi maka warga perlu meningkatkan kemampuan berpikir kreatifnya karena dengan kemampuan berpikir ini, merekaa akan mudah menghasilkan ide-ide orisinal dan mengambil keputusan dengan cepat. Kemampuan ini akan berguna dalam kehidupan sehari-hari yang menuntut setiap warga masyarakat untuk berpendidikan yang layak.

menurut Wahyudiati dan Badriyah (2014), penyebab buta aksara adalah karena putus sekolah atau tidak pernah bersekolah sama sekali yang disebabkan oleh faktor budaya, sosial, politik, dan gender. Faktor kemiskinan menjadi faktor utama yang membuat seseorang menjadi buta aksara karena untuk makan sehari-hari masih sulit apalagi untuk mengenyam bangku sekolah. Selain itu, wilayah yang jauh dengan layanan pendidikan juga menjadi faktor seseorang menjadi buta aksara.

Contohnya di daerah pedalaman atau daerah terpencil yang sangat jauh ke sekolah dasar sekalipun, apalagi ke sekolah lanjutan. Warga yang berada di daerah terpencil harus berangkat pagi-pagi sekali atau jam lima pagi karena jarak rumah

(33)

dengan sekolah sangat jauh. Permasalahan lain yaitu orang tua yang menganggap bahwa sekolah ituu tidakk penting dann menganggap bahwa sekolah adalah perbuatan yang sia-sia dan lebih baikk menyuruh anak untuk membantu berladang, berternak dan kegiatan lain yang dapat menghasilkan uang. Berdasarkan pemapara diatas diketahui bahwa banyak faktor yang menyebabkan seseorang menjadi buta aksara. Salah satu contohnya yaitu, faktor ekonomi atau kemiskinan, pemberantasan buta aksara sehingga tidak pernah bersekolah atau putus sekolah, dan jarak tempuh ke sekolah sangat jauh sehingga tidak tersentuh ilmu pendidikan.

Buta aksara dapat diselesaikan dengan berbagai cara diantaranya sebagai berikut menurut Syamsiah (2015):

1). Mengurangi jumlah anak yang bersekolah. Pemerintah harus berupaya untuk menkan anak usia sekolah yang tidak sekolah ataupun putus sekolah yang di akibatkan oleh masalah kemiskinan, maupun yang diakibatkan oleh jauh dari layanan pendidikan atau sekolah.

2). Membuat cara-cara baru dalam proses pembelajaran. membuat cara-cara yang baru dalam pembelajaran yang asik dan menyenangkan agar peserta didik tidak bosan dalam belajar dan menjaga kemampuan beraksara bagi peserta didik.

3). Adanya niat baik dan sungguh-sungguh dari pemerintah. Pemerintah harus mempunyai niat yang baik, sungguh-sungguh dan serius untuk mengatasi buta aksara untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan untuk meningkatkan indeks pembangunan manusia.

(34)

4). Perlunya keterlibatan berbagai pihak dalam upaya percepatan mengatasi buta aksara. mengatasi buta aksara bukan tugas pemerintah saja tetapi itu tugas kita semua selaku generasi penerus bangsa.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi buta aksara yaitu mengurangi jumlah anak yang tidak bersekolah, melakukan terobosan ataupun cara-cara baru dalam proses pembelajaran, adanya kesungguhan dari pemerintah untuk mengatasi buta aksara dan adanya keterlibatan berbagai pihak dalam percepatan upaya mengatasi buta aksara.

Berdasarkan data Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Bappeda tahun 2018 Provinsi Sulbar, yang dipamerkan di hari ulang tahun Sulbar ke 10 angka buta huruf mencapai 90,54 persen dari 1,5 juta penduduk Sulbar pada 2016. Angka buta huruf itu mengalami peningkatan dibandingkan angka buta huruf pada tahun 2006 yang mencapai 86,40 persen. Anggaran yang di alokasi sekitar Rp3,6 miliar untuk pembelalui APBD Sulbar yang diprogramkan melalui anggaran bantuan sosial.

Diknas segera mengadakan whorkshop pendidikan dengan melibatkan semua UPTD di Sulbar yang salah satu tujuannya menekan angka buta aksara. Jumlah penduduk buta aksara di Sulbar terus meningkat seiring dengan meningkatnya penduduk melalui arus urbanisasi. pada saat masuk tahun 2018 jumlah penduduk buta aksara kurang deraktis dari jumlah 1,5 juta penduduk dan buta aksara pada tahun 2018 sebanyak 6,85 persen.

(35)

program pengentasan buta aksara akan terus dimaksimalkan juga dengan

memberdayakan delapan unit pusat kegiatan belajar masyarakat (PKBM) yang terdapat di Kabupaten Mamuju. PKBM akan berperan memberikan pembelajaran kepada masyarakat agar dapat mengerti membaca dan menulis sehingga angka buta aksara di Sulbar dapat dituntaskan.

B. Karangka Pikir

Penelitian ini dilakukan di dinas pendidikan kabupaten mamuju untuk mengetahui bagaimana mengatasi buta aksara, dimana setiap tahunnya selalu mengalami peningkatan. Pada tahun 2016, kemampuan baca tulis penduduk yang dapat membaca huruf latin sebesar 93,09 persen, huruf arab 20,64 persen, dan huruf lainnya 1,13 persen. Akan tetapi masih terdapat 6,85 persen penduduk yang buta huruf. Kondisi ini harus menjadi perhatian pemerintah daerah dan pihak-pihak terkait. Penelitian tentang optimalisasi peran dan fungsi dinas pendidikan dalam mengatasi buta aksara di kabupaten mamuju ini akan dianalisis berdasarkan indikator, yaitu: Tujuan, Alternatif keputusan, sumberdaya yang dibatasi.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi rekomendasi bagi kantor dinas pendidikan dalam mengatasi buta aksara tersebut yang selalu meningkat tiap tahunnya. Uraian yang telah dikemukakan, mendasari lahirnya kerangka pikir penelitian sebagai berikut:

(36)

Bagan kerangka pikir

C.

Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini adalah optimalisasi peran dan fungsi dinas pendidikan dalam mengatasi buta aksara di kabupaten mamuju. yaitu bagai mana dinas pendidikan mengatasi sehingga buta aksara yang ada di kabupaten mamuju bisa dituntaskan sehingga mewujudkan masyarakat yang cerdas dan berprestasi.

Indikator optimalisasi peran: 1. Tujuan

2. Alternatif keputusan 3. Sumberdaya yang Dibatasi

Mengatasi Buta Aksara di kota mamuju

Optimalisasi Peran Dinas Pendidikan dalam Mengatasi Buta Aksara

(37)

D. Deskripsi Fokus Penelitian

Adapun deskripsi fokus penelitian ini, adalah: 1). Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji tentang kinerja Dinas Pendidikan dalam pemberantasan buta aksara serta mengidentifikasi faktor yang menjadi pendukung dan penghambat dalam kinerja Dinas Pendidikan, dan Dinas Pendidikan dituntut memiliki kinerja yang optimal dalam mewujudkan masyarakat kabupaten mamuju menjadi berprestasi.

2). Alternatif Keputusan

alternatif keputusan ini bagai mana langka-langka ataupun tindakan yang harus di capai pemerintah dinas pendidikan dalam mengatasi buta aksara dan dapat mengambil sebuah keputusan yang rasional mengenai peningkatan buta aksara yang ada di kabupaten mamuju.

3). Sumberdaya yang Dibatasi

Sumberdaya yang dibatasi sehingga peningkatan buta aksara di kabupaten mamuju menjadi meningkat dikarenakan kurangnya perhatian pihak pemerintah atau dinas pendidikan, dalam menanggulangi masyarakat yang buta aksara sehingga masyarakat pun cenderung untuk berpendidikan.

(38)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian

penelitian akan dilaksanakan selama dua bulan setelah pelaksanaan seminar proposal dan lokasi penlitian dilakukan di kabupaten mamuju, Sulawesi barat. peneliti mengambil lokasi terrsebut karena derita masyarakat mamuju mengalami peningkatan karena jumlah penduduk yang juga mengalami peningkatan dan kurangnya perhatian dina pendidikan terhadap masyarakat terhusus pada masyarakat yang jauh dari perkotaan, sealain itu masyarakat buta aksara dari kalangan kurang mampu sehingga tidak tersentunya pendidikan di sebabkan biaya sekolah yang terbilang mahal dan kurangnya perhatian atau bantuan dari pihak pemerintah kota mamuju.

B. Jenis dan Tipe Penelitian 1). Jenis Penelitian

Menurut Bogdan dan Taylor (Baswori dan Suwandi, 2009). mengemukakan kualitatif adalah cara penelitian untuk mendapatkan data dari hasil catatan di lapangan, wawancara, observasi dan beberapa dokumen penting yang dibutuhkan. Peneliti ingin menggambarkan suatu konteks, untuk melakukan studi berdasarkan metode tersebut.

2). Tipe Penelitian

Penelitian ini menggunakan tipe deskriptif, dengann pendekatan kualitatif untuk memberi gambaran secara jelas mengenai masalah-masalah yang diteliti

(39)

berdasarkan situasi yang telah terjadi dengan melakukan metode yang sesuai dalam obeservasi, pengumpulan data-data, menganalisis informasi, serta pelaporan hasil.

C. Sumber Data 1). Data Primer

Data primer adalah sumber data utama yang digunakan untuk menjaring berbagai data dan informasi yang terkait dengan fokus yang dikaji. Data yang diperoleh secara langsung dari obyek penelitian baik melalui observasi maupun melalui wawancara dengan informan.

2). Data Sekunder

Data sekunder adalah sumber data pendukung yang diperlukan untuk melengkapi data primer yang dikumpulkan. Hal ini dilakukan sebagai upaya penyesuaian dengan kebutuhan data lapangan yang terkait dengan objekk yang dikaji dan data diperoleh melalui dokumentasi.

D. Informan Penelitian

Informan penelitian adalah orang yang memberikan informasi selama proses penelitian, dalam penelitian ini informan yang memberikan informasi mengenai buta aksara di kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Mamuju, sebagai berikut:

(40)

No Informan Keterangan 1 Staf dinas pendidikan

2 Masyarakat

3 PKBM

E. Teknik Pengumpulan Data 1). Observasi

Observasi merupakan pengamatan dan pencatatan sistematik tentang fenomena yang diamati. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara observasi langsung (direct observation). Dalam penelitian ini peneliti mengamati bagaimana kegiatan dinas pendidikan dalam mengatasi buta aksara di kabupaten mamuju.

2). Wawancara

Wawancarai merupakan proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara melakukan tanya jawab antara informan dan peneliti. Wawancara tidak hanya dilakukan dalam satu kali atau dua kali melainkan dilakukan secara berulang-ulang.

Peneliti mengajukan pertanyaan-pertanyaan bersifat terbuka kepada informan mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengann peran dinas pendidikan mengatasi buta askara. Peneliti tidak membatasi jawaban yang diberikan oleh informan sehingga informasi yang didapatkan lengkap dan

(41)

mendalam. Setiap jawaban yang diberikan informan akan direkam atau dicatat agar data yang didapatkan benar-benar bisa dipertanggung jawabkan.

3). Dokumentasi

Dokumentasi merupakan suatu teknik mengumpulkan data yang berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang. Dalam penelitian ini peneliti mengumpulkan arsip atau foto yang berhubungan dengan buta aksara. F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data merupakan cara menyusun data secara sistematis yang telah diperoleh melalui wawancara, catatan lapangan, serta dokumentasi dengan memasukkan data ke dalam kategori, menyusun ke dalam pola, serta memilih yang penting untuk membuat kesimpulan agar mudah dipahami. Teknik analisis data juga salah satu cara untuk memperoleh temuan dari hasil penelitian. Menurut Miles dan Huberman (Baswori dan Suwandi, 2009). ada aktivitas dalam menganalisis data kualitatif, yaitu:

1). Reduksi Data

Data yang didapatkan di lapangan memiliki jumlah yang cukup banyak, sehingga diperlukan untuk dicatat secara terperinci. Mereduksi data adalah cara pemilihan yang terbaik, pemusatan perhatian, dan perubahan data kasar dari lapangan.

Prosess inii berlangsung dari salama penelitian dilakukan. Data yang telah direduksi menjelaskan data yang valid serta mempermudahkan peneliti untuk melaksanakan pengumpulan data yang selanjutnya, serta mudah mencarinya bila ingin diperlukan.

(42)

2). Penyajian Data

Penyajian data dalam penelitian kualitatif bisa dilakukan dalam bentuk uraian singktat, bagan/gambar, dan kutipan wawancara. Tujuannya agar mudah dipahami oleh pembaca dan untuk menarik kesimpulan. Tahapan ini peneliti menggunakan display (penyajian data) dengan sistematis, untuk lebih mudah dipahami.

3). Verifikasi Data dan Menarik Kesimpulan

Penarikan kesimpulan pada waktu pengumpulan data, dengan membuat asumsi yang terhubung dengan kondisi lapangan, selanjutnya akan dikaji secara berulang-ulangg terhadap data yang diterima. Kemudian hasil yangg didapatkan masih bersifatt sementara dan akan berubah bila mendapatkan bukti-bukti yang valid untuk mendukung pengumpulan data selanjutnya.

G. Pengabsahan Data

Pengabsahan data ialah bentuk batasan yang memiliki suatu kepastian, bahwa data yang dihasilkan benar-benar merupakan variabel yang ingin diteliti. Untuk menetapkann keabsahan (truth warthiness) data diperlukan teknik pemeriksaan. Pelaksanaannya didasarkan pada sejumlah kriteria tertentu salah satunyaa adalah derajat kepercayaan (credibility) dengan teknik triangulasi Menurut Moleong L.J (2011).

Triangulasi adalah cara pemeriksaan keabsahan dataa dengan menggunakan sesuatu yang lain di luar dari data itu, sebagai pengecekan terhadap pembanding data yangg adaa. Adapun yang dipakai penulis adalah triangulasi

(43)

dengan sumber untuk membandingkan dan mengecek kembali kepercayaan informasi yang iperoleh dengan waktu yang berbeda. Menurut Sugiyono (2018).

(44)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Objek Penelitian

1. Gambaran Umum Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Mamuju.

Gambaran umum tentang kondisi pendidikan di Kabupaten Mamuju digambarkan dalam dua kategori yaitu lingkungan ekternal dan lingkungan internal sebagai faktor strategis. Lingkungan internal merupakan faktor lingkungan yang langsung memengaruhi pada kinerja organisasi yang umumnya dapat dikendalikan secara langsung, sedangkan lingkungan eksternal merupakan faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap kinerja lembaga akan tetapi di luar kondisi lembaga Pemerintah Kabupaten Mamuju dalam penulisan ini gambaran kondisi pendidikan diuraikan berdasarkan jenjang pendidikan formal, yaitu Sekolah Dasar, Sekolah Menengah satu dan Sekolah Menengah Atas serta Sekolah Menengah Kejuruan sebagai berikut : Lingkungan Internal keberhasilan pembangunan Kabupaten Mamuju dalam bidang pendidikan saat tahun terakhir memperlihatkan angka yang relatif rendah dimana dari parameter pendidikan pada skala nasional dampaknya masih tertinggal jauh di bandingkan kota lain di Indonesia. Dilihat dari indikator kependudukan strategis lingkungan Secara umum keadaan pendidikan dasar di kabupaten Mamuju secara internal dideskripsikan dengan sejumlah sarana dan pencapaian melalui rancangan yang sedang bergerak dengan tendensi dasar mengacu kepada data nilai partisipasi keras, angka partisipasi sekolah dan angka partisipasi murni pada jenjang pendidikan

(45)

menengah dan dasar dengan gambaran dasar pada grafik disamping sebagai berikut:

Disisi lain dengan kehadiran beberapa perguruan swasta dan tinggi yang berafiliasi pendidikan membagikan harapan kesempatan luas terhadap para tenaga kependidikan dan pengajar di Kabupaten Mamuju guna membangun ringan sebagai upaya menyiapkan akreditasi pengajar sesuai amanat Undang-Undang No. 14 Tahun 2003 tentang Guru dan Dosen. Sebagai kawasan perkotaan maka potensi fasilitas Pendidikan dan sarana menjadi lebih baik dibandingkan dengan kawasan lain di Sulawesi Barat, bantuan ini menjadi kapasitas besar dalam percepatan pendidikan ke depan yang digambarkan dari pencapaian sebagai berikut pendidikan di kabupaten Mamuju dan fasilitas yang ada:

Unsur pembantu dalam pengembangan kualitas pendidikan diantaranya ketersediaan fasilitas pendidikan yang representative dan memadai. Jumlah sekolah yang ada di Kabupaten Mamuju sebanyak 488 unit yang terdiri dari, sekolah menengah pertama 92 bangunan, sekolah dasar 327 bangunan, perguruan tinggi dan sekolah umum masing-masing sebanyak 63 bagunan dan 6 bangunan untuk kelanjutan proses belajar mengajar di binah oleh 5.442 Guru yang mengasuh 68.610 Siswa.

2. Visi Misi Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Mamuju a. Visi Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Mamuju.

Terwujudnya Pendidikan pemuda dan olahraga yang ramah, adil dan merata b. Misi Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Mamuju

(46)

2. Terciptanya Pendidikan dasar menengah yang menyeluruh. 3. Terlaksananya pelayanan Pendidikan non formal

4. Terlaksananya layanan keolahragaan dan kepemudaan yang berprestasi dan berkualitas.

3. Susunan Organisasi Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga terdiri dari: a. Kepala Dinas.

b. Sekretariat, terdiri dari:

1. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian. 2. Sub Bagian Keuangan.

3. Sub Bagian Perencanaan dan Evaluasi dan pelaporan. c. Bidang Pembinaan PAUD dan Dikmas, terdiridari:

1. Seksi Kurikulum dan Peserta Didik. 2. Seksi Pembinaan Ketenagaan.

3. Seksi Kelembagaan, Sarana dan Prasarana. d. Bidang Pembinaan Sekolah Dasar, terdiri dari:

1. Seksi Kurikulum dan Peserta Didik. 2. Seksi Pembinaan dan Ketenagaan.

3. Seksi Kelembagaan, Sarana dan Prasarana.

e. Bidang Pembinaan Sekolah Menengah Pertama, terdiri dari: 1. Seksi Kurikulum dan Peserta Didik.

2. Seksi Pembinaan Ketenagaan.

3. Seksi Kelembagaan, Sarana dan Prasarana

(47)

1. Seksi Kepemudaan. 2. Seksi Olahraga.

3. Seksi Kelembagaan Sarana dan Prasarana, dan g. UPTD.

4. Tugas Dan Fungsi Dinas Pendidikan, Pemuda, Dan Olahraga Kabupaten Mamuju.

Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Mamuju memiliki tugas pokok dan fungsi yaitu:

1. Kepala Dinas

Kepala dinas mempunyai tugas pokok memimpin dinas dalam menyelenggarakan komonikasi, pembinaan, pengawasan dan pengendalian dalam menjalankan fungsi Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah kabupaten di bidang pendidikan, pemuda dan olahraga.

Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud ayat (1), kepala dinas menyelenggarakan fungsi :

a. Pengelolaan pendidikan dasar;

b. Pengelolaan pendidikan non formal dan pendidikan anak usia dini;

c. Penetapan kurikulum muatan lokal pendidikan dasar, pendidikan anak usia dini, dan pendidikan non formal;

d. Pemindahan pembina dan tenaga kependidikan dalam Daerah kabupaten; e. Penerbitan izin pembina dasar yang diselenggarakan oleh masyarakat; f. Penerbitan izin pembina anak usia dini dan pendidikan nonformal yang

(48)

g. pendampingan bahasa dan sastra yang penuturnya dalam Daerah kabupaten; h. Penyadaran, pemberdayaan, dan pengembangan pemuda dan kepemudaan

terhadap remaja pelopor kabupaten, wirausaha muda pemula, dan remaja kader kabupaten;

i. Pemberdayaan dan pengembangan organisasi kepemudaan tingkat Daerah Kabupaten;

j. Pendampingan dan pengembangan olahraga pendidikan pada jenjang pendidikan yang menjadi kewenangan Daerah Kabupaten;

k. Penyelenggaraan kejuaraan olahraga tingkat Daerah kabupaten;

l. Pendampingan dan pengembangan olahraga prestasi tingkat DaerahKabupaten;

m. Pendampingan dan pengembangan organisasi olahraga tingkat Daerah kabupaten;

n. pendampingan dan pengembangan olahraga rekreasi;

o. Pendampingan dan pengembangan organisasi kepramukaan tingkat Daerah Kabupaten;

p. Melaksanakan Administrasi Umum, Perencanaan Program dan Anggaran,Ketatausahaan; dan

q. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya.

2. Sekretariat

Sekretariat memiliki tugas menyelenggarakan urusan ketatausahaan, kepegawaian, keuangan, urusan umum, rumah tangga, perencanaan dan pelayanan

(49)

administrasi pada seluruh satuan instansi pada ranah Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga.

Untuk melaksanakan tugas tersebut dalam sekretariat melaksanakan fungsi: a. Perancangan agenda kerja sekretariat;

b. Perumusan kebijakan teknis kesekretariatan; c. menyelenggarakan urusan umum;

d. menyelenggarakan urusan kepegawaian; e. menyelenggarakan urusan keuangan;

c. meneyelenggarakan urusan perencanaan dan evaluasi; d. Pengeordinasian penyelenggaraan tugas satuan organisasi;

e. Evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan rencana kerja sekretariat; dan f. melakukan pekerjaan lain yang diserahkan oleh atasan sesuai dengan fungsi

dan tugasnya.

3. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian

Sub Bagian Umum dan Kepegawaian melaksanakan sebagian tugas Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga di bidang kesekretariatan Sub BagianUmum dan Kepegawaian.

Untuk melakukan tugas tersebut dalam ayat (1) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian menyelenggarakan fungsi:

a. Perencanaan program kerja Sub Bagian Umum dan Kepegawaian;

b. Penyelenggaraan pelayanan administrasi Sub Bagian Umum dan Kepegawaian;

(50)

d. Pelaporan pelaksanaan tugas Sub Bagian Umum dan Kepegawaian; dan e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh pimpinan sesuai dengan tugas

dan fungsinya.

4. Sub Bagian Keuangan

Sub Bagian Keuangan melaksanakan sebagian tugas Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga di bidang kesekretariatan Sub Bagian Keuangan.

Untuk melaksanakan tugas tersebut dalam ayat (1) Sub Bagian Keuangan menyelenggarakan fungsi:

a. Perencanaan program kerja Sub Bagian Keuangan;

b. Penyelenggaraan pelayanan administrasi Sub Bagian Keuangan; c. Pengevaluasian tugas administrasi Sub Bagian Keuangan; d. Pelaporan pelaksanaan tugas Sub Bagian Keuangan; dan

e. Pelaksanaan tanggung jawab lain yang diserahkan oleh atasan sesuai dengan fungsi dan tugasnya.

5. Sub BagianPerencanaan dan Evaluasi

Sub Bagian Perencanaan dan Evaluasi melaksanakan sebagian tugas Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga di bidang kesekretariatan Sub Bagian Perencanaan dan Evaluasi.

Untuk melaksanakan tugas tersebut dalam ayat (1) Sub Bagian Perencanaan dan Evaluasi menyelenggarakan fungsi:

a. Perencanaan program kerja Sub Bagian Perencanaan dan Evaluasi;

b. menyelenggarakan pelayanan administrasi Sub Bagian Perencanaan dan Evaluasi;

(51)

c. Pengevaluasian tugas administrasi Sub Bagian Perencanaan dan Evaluasi; d. melaporkan pelaksanaan tugas Sub Bagian Perencanaan dan Evaluasi; dan e. menuntaskan tugas lain yang diberikan oleh pimpinan sesuai dengan tugas

dan fungsinya.

6. Bidang Pembinaan PAUD dan Dikmas

Bidang Pembinaan PAUD dan Dikmas mempunyai tugas pokok menyelenggarakan pembinaan, pengembangan, dan pengawasan Pendampingan PAUD dan Dikmas.

Untuk menuntaskan tugas tersebut dalam ayat (1) Bidang Pembinaan PAUD dan Dikmas penyelenggaraan fungsi:

a. Perumusan Kebijakan Teknis Bidang Pembinaan PAUD dan Dikmas; b. menyelanggarakan Program dan Kegiatan Bidang Pembinaan PAUD dan

Dikmas;

c. Pendampingan, pengoordinasian, pengendalian, pengawasan program dan kegiatan Kepala Seksi dan Pejabat Fungsional lingkup Bidang Pendampingan PAUD dan Dikmas;

d. menyelenggarakan evaluasi program dan kegiatan serta penyusunan laporan melaksanakan rencana kerja Bidang Pembinaan PAUD dan Dikmas; dan e. Penyelesaian tugas lain yang diberikan oleh pimpinan sesuai dengan tugas

dan fungsinya.

(52)

Seksi Kurikulum dan Peserta Didik mempunyai tugas pokok menyelenggarakan pembinaan, pengembangan, dan pengawasan kurikulum dan peserta didik PAUD dan Dikmas.

Untuk melakukan tugas tersebut dalam ayat (1) Seksi Kurikulum dan Peserta Didik menyelenggarakan fungsi:

a. melaksanakan kebijakan teknis Seksi Kurikulum dan Peserta Didik PAUD dan Dikmas;

b. melaksanakan kegiatan dan program Seksi Kurikulum dan Peserta Didik PAUD dan Dikmas;

c. Pendampingan, pengendalian, pengkoordinasian, pengawasan agenda dan aktivitas pejabat non struktural dalam lingkup Seksi Kurikulum dan Peserta Didik PAUD dan Dikmas; dan

d. Melaksanakan kegiatan Seksi Kurikulum dan evaluasi program dan Peserta Didik PAUD dan Dikmas; dan

e. melakasanakan tanggung jawab lain yang dikasihkan oleh atasan sesuai dengan fungsi dan tugasnya.

2) Seksi Pendampingan Ketenagaan

Seksi Pendampingan Ketenagaan mempunyai tugas pokok penyelenggaraan pendampingan pengembangan, dan pengawasan ketenagaan PAUD dan Dikmas.

Untuk melaksanakan tugas tersebut dalam ayat (1) Seksi Pembinaan Ketenagaan:

a. melaksanakan kebijakan teknis Seksi Pembinaan Ketenagaan; b. melaksanakan kegiatan dan program Seksi Pembinaan Ketenagaan;

(53)

c. Pendampingan, pengendalian, pengkoordinasian, pengawasan agenda dan aktivitas pejabat non struktural dalam lingkup Seksi Pembinaan Ketenagaan;

d. melaksanakan evaluasi kegiatan dan program Seksi Pembinaan Ketenagaan; dan

e. melakasanakan tanggung jawab lain yang dikasihkan oleh atasan sesuai dengan fungsi dan tugasnya.

3) Seksi Kelembagaan, Sarana, dan Prasarana

Seksi Kelembagaan, Sarana, dan Prasarana memiliki tugas pokok penyelenggaraan pembinaan, pengembangan, dan pengawasan Keorganisasian, Sarana, dan Prasarana PAUD dan Dikmas.

Untuk melakukan tugas tersebut dalam ayat (1) Seksi Kelembagaan, Sarana, dan Prasarana penyelenggaraan fungsi:

a. melaksanakan kebijakan teknis Seksi Kelembagaan, Sarana, dan Prasarana; b. melaksanakan agenda dan aktivitas Seksi Kelembagaan, Sarana, dan

Prasarana;

c. Pendampingan, pengendalian, pengkoordinasian, pengawasan agenda dan aktivitas pejabat non struktural dalam lingkup Seksi Kelembagaan,Sarana, dan Prasarana;

d. Pendampingan evaluasi agenda dan aktivitas Seksi Kelembagaan, Sarana,dan Prasarana; dan

e. Pendampingan kewajiban lain yang dikasihkan oleh atasan sesuai dengan fungsi dan tugasnya.

(54)

7. Bidang Pembinaan Sekolah Dasar

Bidang Pembinaan Sekolah Dasar mempunyai tugas pokok penyelenggaraan pembinaan, pengembangan, dan pengawasan Pendampingan Sekolah Dasar.

Untuk menjalankan tugas tersebut dalam ayat (1) Bidang Pembinaan Sekolah Dasar penyelenggaraan fungsi:

a. Penyelesaian Kebijakan Teknis Bidang Pembinaan Sekolah Dasar;

b. Menyelanggarakan Program dan Kegiatan Bidang Pembinaan Sekolah Dasar;

c. Pendampingan, pengendalian, pengoordinasian, pengawasan agenda dan aktivitas Kepala Seksi dan Pejabat Fungsional lingkup Bidang Pembinaan Sekolah Dasar;

d. menyelenggarakan evaluasi kegiatan dan program serta penyusunan laporan melaksanakan rencana kerja Bidang Pembinaan Sekolah Dasar; dan

e. melakasanakan amanah lain yang diserahkan oleh atasan sesuai dengan fungsi dan tugasnya.

1) Seksi Kurikulum dan Peserta Didik

Seksi Kurikulum dan Peserta Didik mempunyai tugas pokok penyelenggaraan pendampingan, pengembangan, dan pengawasan kurikulum dan peserta didik Sekolah Dasar

Untuk melaksanakan tugas tersebut dalam ayat (1) Seksi Kurikulum dan Peserta Didik melaksanakan fungsi:

(55)

a. melaksanakan kebijakan teknis Seksi Kurikulum dan Peserta Didik Sekolah Dasar;

b. melaksanakan agenda dan aktivitas Seksi Kurikulum dan Peserta Didik Sekolah Dasar;

c. Pendampingan, pengendalian, pengkoordinasian, pengawasan agenda dan aktivitas pejabat non struktural dalam lingkup Seksi Kurikulum dan Peserta Didik Sekolah Dasar;

d. melaksanakan evaluasi kegiatan dan program Seksi Kurikulum dan Peserta Didik Sekolah Dasar; dan

e. melakasanakan amanah lain yang diserahkan oleh atasan sesuai dengan fungsi dan tugasnya.

2) Seksi Pendampingan Ketenagaan

Seksi Pendampingan Ketenagaan mempunyai tugas pokok penyelenggaraan pendampingan, pengembangan, dan pengawasan ketenagaan Sekolah Dasar.

Untuk melaksanakan tugas tersebut dalam ayat (1) Seksi Pembinaan Ketenagaan penyelenggaraan fungsi:

a. melaksanakan kebijakan teknis Seksi Pembinaan Ketenagaan Sekolah Dasar;

b. melaksanakan agenda dan kegiatan Seksi Pendampingan Ketenagaan Sekolah Dasar;

c. Pendampingan, pengendalian, pengkoordinasian, pengawasan agenda dan aktivitas pejabat non struktural dalam lingkup Seksi Pendampingan Ketenagaan Sekolah Dasar;

(56)

d. melaksanakan evaluasi agenda dan aktivitas Seksi Pembinaan Ketenagaan Sekolah Dasar; dan

e. melakasanakan amanah lain yang diserahkan oleh atasan sesuai dengan fungsi dan tugasnya.

3) Seksi Kelembagaan, Sarana, dan Prasarana

Seksi Kelembagaan, Sarana, dan Prasarana mempunyai tugas pokok penyelenggaraan pendampingan, pengembangan, dan pengawasan Kelembagaan, Sarana, dan Prasarana Sekolah Dasar.

Untuk pelaksanaan tugas tersebut dalam ayat (1) Seksi Kelembagaan, Sarana, dan Prasarana penyelenggaraan fungsi:

a. melaksanakan kebijakan teknis Seksi Kelembagaan, Sarana, dan Prasarana Sekolah Dasar;

b. melaksanakan agenda dan aktivitas Seksi Kelembagaan, Sarana, dan Prasarana Sekolah Dasar;

c. Pendampingan, pengendalian, pengkoordinasian, pengawasan agenda dan aktivitas pejabat non struktural dalam lingkup Seksi Kelembagaan, Sarana, dan Prasarana Sekolah Dasar;

d. melaksanakan evaluasi program dan kegiatan Seksi Kelembagaan, Sarana, dan Prasarana Sekolah Dasar; dan

e. melakasanakan amanah lain yang diserahkan oleh atasan sesuai dengan fungsi dan tugasnya.

(57)

Bidang Pembinaan Sekolah Menengah Pertama memiliki, tugas pokok penyelenggaraan pendampingan, pengembangan, dan pengawasan Pembinaan Sekolah Menengah Pertama.

Untuk pelaksanaan tugas tersebut dalam ayat (1) Bidang Pendampingan Sekolah Menengah Pertama penyelenggaraan fungsi:

a. menyusun Kebijakan Teknis Bidang Pembinaan Sekolah Menengah Pertama;

b. menyelanggarakan agenda dan aktivitas Bidang Pendampingan Sekolah Menengah Pertama;

c. Pendampingan, pengendalian, pengoordinasian pengawasan program dan kegiatan Kepala Seksi dan Pejabat Fungsional lingkup Bidang Pendampingan Sekolah Menengah Pertama;

d. menyelenggarakan evaluasi program dan kegiatan serta menyusun laporan melaksanakan rencana kerja Bidang Pendampingan Sekolah Menengah Pertama; dan

e. melakasanakan amanah lain yang diserahkan oleh atasan sesuai dengan fungsi dan tugasnya.

1) Seksi Kurikulum dan Peserta Didik

Seksi Kurikulum dan Peserta Didik mempunyai tugas pokok penyelenggaraan pendampingan, pengembangan, dan pengawasan kurikulum dan peserta didik Sekolah Menengah Pertama.

Untuk pelaksanaan tugas tersebut dalam ayat (1) Seksi Kurikulum dan Peserta Didik penyelenggaraan fungsi:

(58)

a. melaksanakan kebijakan teknis Seksi Kurikulum dan Peserta Didik Sekolah Menengah Pertama;

b. melaksanakan agenda dan aktivitas Seksi Kurikulum dan Peserta Didik Sekolah Menengah Pertama;

c. Pendampingan, pengendalian, pengkoordinasian pengawasan agenda dan aktivitas pejabat non struktural dalam lingkup Seksi Kurikulum dan Peserta Didik Sekolah Menengah Pertama;

d. melaksanakan evaluasi agenda dan aktivitas Seksi Kurikulum dan Peserta Didik Sekolah Menengah Pertama; dan

e. melakasanakan amanah lain yang diserahkan oleh atasan sesuai dengan fungsi dan tugasnya.

2) Seksi Pendampingan Ketenagaan

Seksi Pendampingan Ketenagaan memiliki tugas pokok penyelenggaraan pendampingan, pengembangan, dan pengawasan ketenagaan Sekolah Menengah Pertama.

Untuk pelaksanaan tugas tersebut dalam ayat (1) Seksi Pendampingan Ketenagaan penyelenggaraan fungsi:

a. melaksanakan kebijakan teknis Seksi Pendampingan Ketenagaan Sekolah Menengah Pertama;

b. melaksanakan agenda dan aktivitas Seksi Pendampingan Ketenagaan Sekolah Menengah Pertama;

(59)

c. Pendampingan, pengendalian, pengoordinasian, pengawasan agenda dan aktivitas pejabat non struktural dalam lingkup Seksi Pendampingan Ketenagaan Sekolah Menengah Pertama;

d. melaksanakan evaluasi agenda dan kegiatan Seksi Pendampingan Ketenagaan Sekolah Menengah Pertama; dan

e. melakasanakan amanah lain yang diserahkan oleh atasan sesuai dengan fungsi dan tugasnya.

3) Seksi Kelembagaan, Sarana, dan Prasarana

Seksi Kelembagaan, Sarana, dan Prasarana mempunyai tugas pokok penyelenggaraan pendampingan, pengembangan, dan pengawasan Kelembagaan, Sarana, dan Prasarana Sekolah Menengah Pertama.

Untuk melaksanakan tugas tersebut dalam ayat (1) Seksi Kelembagaan, Sarana, dan Prasarana penyelenggaraan fungsi:

a. melaksanakan kebijakan teknis Seksi Kelembagaan, Sarana, dan Prasarana Sekolah Menengah Pertama;

b. Pelaksanaan agenda dan aktivitas Seksi Kelembagaan, Sarana, dan Prasarana Sekolah Menengah Pertama;

c. Pendampingan, pengendalian, pengkoordinasian, pengawasan agenda dan aktivitas pejabat non struktural dalam lingkup Seksi Kelembagaan, Sarana, dan Prasarana Sekolah Menengah Pertama;

d. melaksanakan evaluasi agenda dan aktivitas Seksi Kelembagaan, Sarana, dan Prasarana Sekolah Menengah Pertama; dan

(60)

e. melakasanakan amanah yang diserahkan oleh atasan sesuai dengan fungsi dan tugasnya.

9. Bidang Pendampingan Kepemudaan dan Olahraga

Bidang Pendampingan Kepemudaan dan Olahraga mempunyai tugas pokok penyelenggaraan pendampingan, pengembangan Keremajaan dan Olahraga.

Untuk pelaksanaan tugas tersebut dalam ayat (1) Bidang Pendampingan Kepemudaan dan Olahraga penyelenggaraan fungsi:

a. Penyusunan Kebijakan Teknis Bidang Pendampingan Kepemudaan dan Olahraga;

b. menyelanggarakan agenda dan aktivitas Bidang Pendampingan Kepemudaan dan Olahraga;

c. Pendampingan, pengendalian, pengoordinasian, pengawasan program dan kegiatan Kepala Seksi dan Pejabat Fungsional lingkup Bidang Pendampingan Kepemudaan dan Olahraga;

d. menyelenggarakan evaluasi agenda dan aktivitas serta penyusunan laporan melaksanakan rencana kerja Bidang Pendampingan Kepemudaan dan Olahraga; dan

e. melakasanakan amanah lain yang diserahkan oleh atasan sesuai dengan fungsi dan tugasnya.

1) Seksi Kepemudaan

Seksi Kepemudaan mempunyai tugas pokok penyelenggaraan pendampingan dan pengembangan Kepemudaan.

Gambar

Tabel 1. Informan  ................................................................................................
Gambar 1. Kerangka Pikir ...................................................................................

Referensi

Dokumen terkait

Tidak terdapat perbedaan peningkatan hasil penuntasan buta aksara para warga belajar dari kategori kemampuan membaca, menulis dan berhitung dalam model implementasi KKN tematik

PELATIHAN CALISTUNG (MEMBACA, MENULIS, BERIIITUNG) SEBAGAI UPAYA PEMBERANTASAN BUTA AKSARA WARGA DUSUN SETRO DESA GONDORIYO KECAMATAN BERGAS KABUPATEN SEMAMNG

Implikasi dari penelitian ini adalah: Dengan kondisi psikologis remaja buta aksara Alquran di Lembaga Tahfidz Alquran Al-Hafid diharapkan pendiri Tahfidz dan

Pokok masalah penelitian ini adalah bagaimana strategi orangtua dalam mengatasi pergaulan bebas remaja di Desa Paraili Kecamatan Topoyo Kabupaten Mamuju

Berdasarkan hasil laporan kegiatan sarana pelayanan kesehatan Tahun 2015, jumlah kematian bayi yang terjadi di wilayah Kerja Dinas Kesehatan KB dan Sosial Kabupaten Mamuju Tengah

Pada variabel lingkungan kerja, dimensi lingkungan tempat kerja (lingkungan fisik) harus menjadi fokus Dinas Perkebunan Kabupaten Mamuju Utarakarena memiliki

H1 : Variabel Kompetensi memberi pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai pada dinas perdagangan kabupaten Mamuju. Kompetensi sumber daya manusia adalah

Tidak terdapat perbedaan peningkatan hasil penuntasan buta aksara para warga belajar dari kategori kemampuan membaca, menulis, dan berhitung dalam model implementasi KKN tematik