STRATEGI ORANGTUA DALAM MENGATASI PERGAULAN BEBAS REMAJA DI DESA PARAILI KECAMATAN TOPOYO
KABUPATEN MAMUJU TENGAH
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam
pada Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar
Oleh :
NINING MIRSANTI NIM. 50200114104
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UIN ALAUDDIN MAKASSAR
ii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Mahasiswa yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Nining Mirsanti
NIM : 50200114104
Tempat/Tgl. Lahir : Budong-Budong, 27 Mei 1997
Jur/Prodi : Bimbingan dan Penyuluhan Islam
Fakultas : Dakwah dan Komunikasi
Alamat : Jl. H.M. Yasin Limpo No.38 Romangpolong, Gowa.
Judul :“Strategi Orangtua dalam Mengatasi Pergaulan Bebas Remaja di Desa Paraili Kecamata Topoyo Kabupaten Mamuju
Tengah”
Menyatakan dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran bahwa skripsi ini
benar adalah hasil karya sendiri. Jika di kemudian hari terbukti bahwa ia merupakan
duplikat, tiruan, plagiat, atau dibuat oleh orang lain sebagian atau seluruhnya, maka
skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.
Gowa, 12 Maret 2018
Penyusun,
iii
PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi yang berjudul, “Strategi Orangtua dalam Mengatasi Pergaulan Bebas Remaja di Desa Paraili Kecamata Topoyo Kabupaten Mamuju Tengah” yang disusun oleh Nining Mirsanti, NIM: 50200114104, mahasiswa Jurusan Bimbingan dan
Penyuluhan Islam pada Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar,
telah diuji dan dipertahankan dalam sidang munaqasyah yang diselenggarakan pada
hari Rabu, 28 Maret 2018, dinyatakan telah dapat diterima sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Jurusan
Bimbingan dan Penyuluhan Islam (dengan beberapa perbaikan).
Gowa, 03 April 2018
DEWAN PENGUJI :
Ketua sidang : Dr. H. Muh. Ilham, M.Pd (...)
Sekretaris : St. Rahmatiah, S.Ag., M.Sos.I (...)
Munaqisy I : Dr. A. Syahraeni, M.Ag (...)
Munaqisy II : Dr. Tasbih, M.Ag (...)
Pembimbing I : Prof. Dr. H. M. Sattu Alang , MA (...)
Pembimbing II: Dr. Syamsidar, M.Ag (...)
Diketahui oleh :
Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi
UIN Alauddin Makassar,
Dr.H.Abd Rasyid Masri, S.Ag.,M, Pd.M,Si.MM
iv
KATA PENGANTAR
ُهُدَمْحَن ِللهِ َدْمَحْلا ّنِإ
ُالله ِهِدْهَي ْنَم اَنِلاَمْعَأ ِتاَئّيَسَو اَنِسُفْنَأ ِرْوُرُش ْنِم ِللهاِب ُذْوُعَنَو ُهُرِفْغَتْسَنَو ُهُنْيِعَتْسَنَو
َو ُهُدْبَع اًدّمَحُم ّنَأ ُدَهْشَأَو ُالله ّلاِإ َهلِإ َلا ْنَأ ُدَهْشَأ ُهَل َيِداَه َلاَف ْلِلْضُي ْنَمَو ُهَل ّلِضُم َلاَف
ْوُسَر
اّمَأ ُهُل
... ُدْعَب
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt., karena dengan limpahan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Salawat
serta salam penulis haturkan kepada baginda Nabi Muhammad saw., serta segenap
keluarga dan para sahabatnya hingga akhir nanti.
Penyelesaian skripsi ini tentu tidak lepas dari bantuan berbagai pihak.
Penulis banyak menghadapi hambatan dan kendala, tetapi dengan pertolongan-Nya
dan motivasi serta dukungan dari berbagai pihak penulis dapat menyelesaikan karya
tulis ini. Oleh karena itu, penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima
kasih kepada:
1. Prof. Dr. H. Musafir Pababbari, M.Si sebagai Rektor serta Prof. Dr. H. Mardan,
M.Ag sebagai Wakil Rektor I, Prof. Dr. H. Lomba Sultan, M.A. sebagai Wakil
Rektor II, Prof. Hj. Siti Aisyah, M.A. PhD sebagai Wakil Rektor III, Serta Prof.
v
Makassar yang telah menyediakan fasilitas belajar sehingga penulis dapat
mengikuti kuliah dengan baik.
2. Dr. H. Abd Rasyid Masri, S.Pd., M.Pd., M.Si, M.M. selaku Dekan, beserta
Wakil Dekan I Dr. H. Misbahuddin, M.Ag., Wakil Dekan II Dr. H.
Mahmuddin, M.Ag dan Wakil Dekan III Dr. Nur Syamsiah, M.Pd.I Fakultas
Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar yang telah memberikan
berbagai fasilitas kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan studi.
3. Dr. Andi Syahraeni, M.Ag dan Dr. Muh. Ilham, M.Pd sebagai ketua Jurusan
dan sekretaris Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam serta bapak dan ibu
dosen yang telah memberikan bimbingan dan wawasan selama penulis
menempuh pendidikan di Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin
Makassar.
4. Prof. Dr. H. M. Sattu Alang, MA dan Dr. Syamsidar, M.Ag sebagai
pembimbing I dan pembimbing II yang telah meluangkan waktu, memberikan
arahan, bimbingan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik seperti
saat ini.
5. Dr. Andi Syahraeni, M.Ag dan Dr. Tasbih, M.Ag sebagai munaqisy I dan
munaqisy II yang telah menguji dengan penuh kesungguhan demi
kesempurnaan skripsi ini.
6. Kepala Perpustakaan UIN Alauddin Makassar dan seluruh stafnya.
vi
8. Keluarga besar Kantor Desa Paraili dan masyarakat yang telah memberi
dukungan dan bantuan kepada penulis dalam melakukan penelitian yang telah
memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.
9. Terkhusus untuk kakak dan adik penulis, Niki Afriansyah, Digma
Destriansyah, dan Rifki Maulana yang selalu memberikan semangat dan
motivasi agar penulis cepat wisudah.
10.Teman-teman seperjuangan angkatan 2014 Jurusan BPI Fakultas Dakwah dan
Komunikasi UIN Alauddin Makassar “Psyche 014”, tetap semangat.
11.Seluruh angkatan di Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin
Makassar yang telah menjadi keluarga bagi penulis.
12.Keluarga dan sahabat-sahabat penulis yang telah menjadi tempat berbagi di
kala suka maupun duka selama proses awal penyusunan skripsi ini hingga
selesai.
13.Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penulisan skripsi ini yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.
14.Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua saya, Ayah
Basuki Marsida dan Ibu Husniah, yang telah memberikan kasih sayang,
motivasi, dukungan materi dan doa yang selalu dipanjatkan setiap saat untuk
penulis dengan tulus dan ikhlas, sehingga penulis bisa menjadi manusia yang
vii
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari semua pihak, penyusunan
skripsi ini tidak akan berjalan dengan baik. Oleh karena itu, penulis juga menyadari
sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari segi bahasa,
isi maupun analisisnya, sehingga kritik dan saran sangat penulis harapkan demi
kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat
bagi kita semua. Amin Ya Rabbal ‘Alamin.
Gowa, 12 Maret 2018
Penyusun,
Nining Mirsanti
viii DAFTAR ISI
JUDUL ... i
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN SKRIPSI . ... iii
KATA PENGANTAR . ... iv
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL . ... x
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN . ... xi
ABSTRAK . ... xvi
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... 1
B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus ... 7
C.Rumusan Masalah ... 8
D.Kajian Pustaka ... 8
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 11
BAB II TINJAUAN TEORETIS A.Pergaulan Bebas Remaja ... 13
B. Orangtua ... 23
BAB III METODE PENELITIAN A.Jenis dan Lokasi Penelitian ... 33
B. Pendekatan Penelitian ... 35
C.Sumber Data ... 35
D.Instrumen Penelitian ... 37
ix
F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 40
BAB IV HASIL PENELITIAN A.Gambaran Umum Desa Paraili ... 44
B. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Terjadinya Pergaulan Bebas Remaja di Desa Paraili Kecamatan Topoyo Kabupaten Mamuju Tengah ... 57
C.Upaya Orangtua dalam Mengatasi Pergaulan Bebas Remaja di Desa Paraili Kecamatan Topoyo Kabupaten Mamuju Tengah ... 66
BAB V PENUTUP A.Kesimpulan ... 74
B. Implikasi Penelitian ... 75
DAFTAR PUSTAKA ... 76
LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 79
x
DAFTAR TABEL
Tabel I : Pedoman Literasi Arab-Latin... xi
Tabel II : Batas Wilayah Desa ... 46
Tabel III : Demografi Desa Salemba ... 48
Tabel IV : Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur ... 48
Tabel V : Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur Sekolah ... 49
Tabel VI : Jenis Tanaman Pangan ... 50
Tabel VII : Jenis Tanaman Perkebunan dan Buah-Buahan ... 50
Tabel VIII : Pendidikan Formal di Desa Paraili ... 52
Tabel IX : Jumlah Pemeluk Agama Di Desa Paraili ... 53
xi
PEDOMAN TRANSLITERASIARAB-LATIN
Daftar huruf bahasa Arab dan transliterasinya ke dalam huruf latin dapat
dilihat pada tabel berikut:
1. Konsonan
Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama
ا alif tidak
dilambangkan
tidak dilambangkan
ب ba B Be
ت ta t Te
ث tsa ṡ es (dengan titik di atas)
ج jim J Je
ح ha Ḥ ha (dengan titik di bawah)
خ kha Kh ka dan ha
د dal D De
ذ zal Ż zet (dengan titik di atas)
ر ra R Er
ز za Z Zet
xii
ش syin Sy se nad ss
ص shad Ṣ es (dengan titik di bawah)
ض dhad Ḍ de (dengan titik di bawah)
ط tha Ṭ te (dengan titik di bawah)
ظ dza Ẓ zet (dengan titik di bawah)
ع ‘ain ‘ apostrof terbaik
غ gain G se
ف fa F Ef
ق qaf Q Qi
ك kaf K Ka
ل lam L Ei
م mim M Em
ن nun N En
و wawu W We
ه ha H Ha
أ hamzah ’ Apostrof
ي ya’ Y Ye
2. Vokal
Tanda Nama Haruf Latin Nama
xiii
ــِـ KASRAH i I
ــُـ ḌAMMAH u U
3. Maddah
Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harakat atau huruf,
transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu:
Harakat dan Huruf Nama Huruf dan Tanda Nama
Fathah dan alif atau ya
A a dan garis di
atas
Kasrah dan ya I i dan garis di
atas
Dammah dan wau
U u dan garis di
atas
4. Ta’Marbutah
Transliterasi untuk ta marbutahada dua, yaitu: ta marbutah yang hidup atau
mendapat harakat fathah, kasrah dan dammah, yang transliterasinya adalah [t].
sedangkan ta marbutah yang mati atau mendapat harakat sukun transliterasinya
adalah [n].
5. Syaddah (Tasydid)
Syaddah atau tasydid yang dalam system tulisan Arab dilambangkan dengan
xiv
huruf (konsonan ganda) yang diberi tanda syaddah. Jika huruf ( ﻲ), maka ia
ditransliterasikan seperti huruf maddah (i).
6. Kata Sandang
Kata sandang dalam system tulisan Arab dilambangkan dengan huruf ﻵ(alif
lam ma’arifah). Dalam pedoman transliterasi ini, kata sandang ditransliterasi seperti
biasa, al-, baik ketika ia di ikuti oleh huruf syamsiah maupun huruf qamariyah. Kata
sandang tidak mengikuti bunyi huruf langsung yang mengikutinya. Kata sandang
ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya dan dihubungkan dengan garis mendatar
(-).
7. Hamzah
Aturan translitersi huruf hamzah menjadi apostrop hanya berlaku bagi
hamzah yang terletak di tengah dan akhir kata. Namun, bila hamzah terletk di awal
kata, ia tidak dilambangkan karena dalam tulisan Arab ia berupa alif.
8. Penelitian Kata Arab yang Lazim digunakan dalam Bahasa Indonesia
Kata, istilah atau kalimat Arab yang ditransliterasi adalah kata, istilah atau
kalimat yang sudah lazim dan menjadi bagian dari perbendaharaan bahasa Indonesia
atau sudah sering ditulis dalam tulisan bahasa Indonesia, tidak lagi ditulis menurut
cara transliterasi di atas. Misalnya kata Alquran (dari Alquran), sunnah, khusus dan
umum. Namun bila kata-kata tersebut menjadi bagian dari satu rangkaian teks Arab,
xv
9. Lafz al-Jalalah (الله)
Kata “Allah” yang didahului partikel seperti huruf jarr dan huruf lainnya atau
berkedudukan sebagai mudaf ilaih (frase nominal), ditransliterasi tanpa huruf
hamzah.
Adapun ta marbutah di akhir kata yang disandarkan kepada lafz al-Jalalah,
ditransliterasi dengan huruf [t].
10. Huruf Kapital
Walau system tulisan Arab tidak mengenal huruf kapital (All caps), dalam
transliterasinya huruf-huruf tersebut dikenai ketentuan tentang penggunaan huruf
kapital berdasarkan pedomaan ejaan bahasa Indonesia yang berlaku (EYD). Huruf
capital, misalnya digunakan untuk menuliskan huruf awal nama dari (orang, tempat,
bulan) dan huruf pertama pada permulaan kalimat. Bila nama diri didahului oleh kata
sandang (al-), maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri
tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya. Jika terletak pada awal kalimat, maka
huruf A dari kata sandang tersebut menggunakan huruf kapital (AL-). Ketentuan
yang sama juga berlaku untuk huruf awal dari judul referensi yang didahului oleh
kata sandang al-, baik ketika ia ditulis dalam teks maupun dalam catatan rujukan (CK
xvi ABSTRAK Nama Peneliti : Nining Mirsanti
NIM : 50200114104
Judul Skripsi : Strategi Orangtua dalam Mengatasi Pergaulan Bebas Remaja di Desa Paraili Kecamatan Topoyo Kabupaten Mamuju Tengah
Pokok masalah penelitian ini adalah bagaimana strategi orangtua dalam mengatasi pergaulan bebas remaja di Desa Paraili Kecamatan Topoyo Kabupaten Mamuju Tengah. Pokok masalah tersebut dirumuskan ke dalam beberapa sub masalah, yaitu: 1) Faktor apa yang menyebabkan terjadinya pergaulan bebas remaja di Desa Paraili Kecamatan Topoyo Kabupaten Mamuju Tengah? 2) Bagaimana upaya orangtua dalam mengatasi pergaulan bebas remaja di Desa Paraili Kecamatan Topoyo Kabupaten Mamuju Tengah?
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dan berlokasi di Desa Paraili Kecamatan Topoyo Kabupaten Mamuju Tengah. Pendekatan penelitian yang dilakukan adalah pendekatan bimbingan dan pendekatan psikologi. Adapaun sumber data penelitian ini adalah Guru SD, orangtua dan remaja yang terjerumus dalam pergaulan bebas. Peneliti terlebih dahulu mengobservasi, melakukan wawancara mendalam kepada informan dan mengambil dokumentasi. Kemudian peneliti menganalisis data atau informasi yang dibutuhkan melalui reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor penyebab terjadinya pergaulan bebas terdiri dari dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal ialah faktor yang bersumber dari individu itu sendiri seperti kurangnya pemahaman agama dan remaja yang memiliki mental yang lemah. Adapun faktor eksternal ialah faktor yang bersumber dari luar yaitu lingkungan yang tidak kondusif seperti kurangnya perhatian orangtua, keadaan keluarga yang kurang harmonis (broken home), pengaruh lingkungan setempat, dan pengaruh media sosial. Upaya orangtua dalam mengatasi pergaulan bebas remaja di Desa Paraili Kecamatan Topoyo Kabupaten Mamuju Tengah adalah memberikan bimbingan individu dan bimbingan kelompok. Bimbingan individu yang diberikan seperti memberikan perhatian dan kasih sayang, memberikan contoh yang baik dan menanamkan kedisiplinan pada remaja. Adapun bimbingan kelompok yang diberikan seperti memberikan pendidikan agama dan mendorong remaja untuk mengisi waktu kosong dengan kegiatan yang bernilai positif seperti mengikuti pengajian rutin.
1
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Islam merupakan agama yang sarat dengan masalah tata krama, budi
pekerti dan peradaban yang tinggi. Islam menyeru kepada jalan yang ideal dalam
masalah tingkah laku dan pergaulan sesama orang lain dalam kehidupan
bermasyarakat.1
Perjalanan hidup setiap manusia oleh para ahli psikologi dibagi dalam
beberapa tahapan kehidupan yaitu masa pra kelahiran, masa bayi, masa
kanak-kanak, masa remaja, dan masa dewasa. Masa remaja merupakan masa yang sangat
penting, sangat kritis dan sangat rentan, karena bila masa remaja itu diisi dengan
penuh kesuksesan, kegiatan yang sangat produktif dan berhasil guna dalam rangka
menyiapkan diri untuk memasuki tahapan kehidupan selanjutnya, kemungkinan
manusia itu akan mendapatkan kesuksesan dalam perjalanan hidupnya. Dengan
demikian, masa remaja menjadi kunci sukses dalam memasuki tahapan kehidupan
selanjutnya.2
Pada masa remaja ada kebanggaan, karena sebagai remaja, status sosial
mereka berubah dari anak-anak menjadi remaja. Tetapi, ada juga kebingungan,
kegelisahan, karena remaja belum siap untuk terjun langsung ke tengah-tengah
1
Lihat Khaulah binti Abdul Kadir Darwis, Bagaimana Muslimah Bergaul (Cet. III; Jakarta: Pustaka Al-Khautsar, 1993), h. 140.
2
2
masayarakat.3
Pergaulan para remaja belum sepenuhnya bisa menganalisa dengan baik,
apakah itu benar atau tidak dalam pergaulan. Para remaja ini mengalami berbagai
masalah dalam pergaulan. Seperti remaja yang terjerumus dalam pergaulan bebas.
Allah swt. sudah menjelaskan tentang tugas dan tanggung jawab orang tua
terhadap anak dalam QS At-Tahrim/66: 6.
Terjemahnya:Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.4
Ayat di atas mengajarkan untuk menjaga diri serta keluarga dari siksa api
neraka. Tugas dan tanggung jawab orangtua agar selalu menjaga diri sendiri dan
keluarga dari segala hal yang buruk. Keharmonisan dan keselamatan keluarga ada
pada tanggung jawab semua anggota keluarga.
Orangtua memiliki berbagai peranan dalam perkembangan anaknya,
menurut Sabri Alisuf bahwa:
Orangtua berperan dalam menentukan hari depan anaknya. Secara fisik supaya anaknya bertumbuh sehat dan berpostur tubuh yang lebih baik, maka anak remaja harus diberi makanan yang bergizi dan seimbang. Secara mental anak remaja tumbuh cerdas dan cemerlang, maka selain kelengkapan gizi perlu juga diberi motivasi belajar disertai sarana dan prasarana yang memadai. Sedangkan secara sosial supaya remaja dapat mengembangkan
3
Lihat Sabri, Alisuf, Konseling Keluarga (Jawa Barat: Alfabeta, 1995), h. 24.
4
3
jiwa sosial dan budi pekerti yang baik mereka harus diberi peluang untuk bergaul mengaktualisasikan diri, memupuk kepercayaan diri seluas-luasnya. Bila belum juga terpenuhi biasanya karena soal teknis seperti hambatan ekonomi atau kondisi sosial orang tua.5
Menurut Abu Ahmadi bahwa ada beberapa hal yang perlu diberikan oleh
orang tua terhadap anaknya, yaitu:
Respek dan kebebasan pribadi, jadikan rumah tangga nyaman dan menarik, hargai kemandiriannya, diskusikan tentang berbagai masalah, berikan rasa aman, kasih sayang, dan perhatian, remaja dan anak-anak yang lain perlu dimengerti dan beri contoh perkawinan yang bahagia.6
Uraian di atas dapat dipahami bahwa banyak hal yang mesti dilakukan
oleh orangtua dalam melakukan tugas serta peran mereka, yaitu orangtua sebagai
pembina dan sebagai pembimbing bagi anaknya. Di antaranya orangtua selalu
tanggap terhadap perilaku yang ditampilkan oleh anaknya, serta memberikan
kesempatan pada anaknya dalam mengembangkan kepribadian, bakat serta
menggali potensi yang ada pada dirinya, tetapi orangtua tetap mengontrolnya.
Masalah pokok yang sangat menonjol dewasa ini adalah nilai-nilai moral
di mata generasi muda (remaja). Mereka dihadapkan dengan berbagai kontradiksi
dan aneka ragam pengalaman moral, yang menyebabkan mereka bingung untuk
memilih yang baik untuk mereka. Hal ini tampak jelas pada mereka yang sedang
berada pada usia remaja, yang mencoba mengembangkan diri ke arah kehidupan
yang disangka maju dan modern, dimana berkecamuk aneka agama kebudayaan
asing yang masuk tanpa saringan.7
5
Sabri Alisuf, Konseling Keluarga, h. 24.
6
Abu Ahmadi, Sosiologi Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), h. 44.
7
4
Masyarakat yang menggunakan sistem etika, pada suatu waktu tertentu
akan membenarkan pelaksanaan suatu nilai tata cara hidup tertentu yang pada
waktu dan tempat yang lain tidak dibenarkan. Umpamanya di dunia Barat
(permissive society) dipandang sebagai suatu hal yang wajar dan bahkan
merupakan hak asasi masing-masing orang untuk hidup bersama secara bebas
antara pria dan wanita meski belum diikat dengan pernikahan.8
Saat ini sudah mulai banyak remaja yang terjerumus dalam pergaulan
bebas, salah satu faktornya yaitu karena semakin canggihnya teknologi. Kemajuan
teknologi saat ini tidak bisa dipisahkan dari kehidupan masyarakat. Berbagai
informasi yang terjadi di berbagai belahan dunia kini telah dapat langsung
diketahui berkat kemajuan teknologi (globalisasi). Kalau dahulu mengenai kata
pepatah dunia tak selebar daun kelor, sekarang pepatah itu selayaknya berganti;
dunia saat ini selebar daun kelor, karena cepatnya akses informasi di berbagai
belahan dunia membuat dunia ini seolah semakin sempit dikarenakan dapat
melihat apa yang terjadi di Amerika misalnya, meskipun berada di Indonesia.
Tentu kemajuan teknologi ini menyebabkan perubahan yang begitu besar
pada kehidupan umat manusia dengan segala peradaban dan kebudayaannya.
Perubahan ini juga memberikan dampak yang begitu besar terhadap transformasi
nilai-nilai yang ada di masyarakat. Khususnya masyarakat dengan budaya dan
adat ketimuran seperti Indonesia. Saat ini, di Indonesia dapat disaksikan begitu
besar pengaruh kemajuan teknologi terhadap nilai-nilai kebudayaan yang dianut
masyarakat, baik masyarakat perkotaan maupun pedesaan. Kemajuan teknologi
8
5
seperti telepon genggam (HP), bahkan internet bukan hanya melanda masyarakat
kota, namun juga telah dapat dinikmati oleh masyarakat di pelosok-pelosok desa
seperti yang ada di Desa Paraili Kecamatan Topoyo Kabupaten Mamuju Tengah.
Akibatnya segala informasi baik bernilai positif maupun negatif, dapat dengan
mudah diakses oleh masyarakat. Dan diakui atau tidak, perlahan-lahan mulai
mengubah pola hidup dan pola pemikiran masyarakat khususnya masyarakat
pedesaan dengan segala image yang menjadi ciri khas mereka.
Selain HP kemajuan teknologi di Desa Paraili juga ditandai dengan
masuknya akses internet. Internet saat ini telah menjadi bagian yang tak
terpisahkan dari kehidupan remaja. Lewat internet, mereka bisa mengakses segala
informasi dari seluruh dunia. Tentu tak semua informasi yang disajikan adalah
informasi yang layak diakses oleh remaja. Islam mengajarkan perlunya menyaring
semua informasi agar kita tidak langsung menerimanya, sebagaimana firman
Allah swt. dalam QS Al-Hujurat/49: 6
Terjemahnya:Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah (kebenarannya) dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.9
Besar kemungkinan lewat internet mereka dapat dengan bebas
menyaksikan segala hal yang berbau pornografi dan pornoaksi yang memang
9
6
dapat diakses dengan mudah di dunia maya (internet). Hal ini tentu menimbulkan
efek yang kurang baik bagi perkembangan kepribadian remaja. Dari yang semula
mereka merasa tabu tentang seks, sampai akhirnya mereka melihat seksualitas
yang diobral di internet tanpa pengarahan serta bimbingan yang tepat dan mereka
merasa penasaran bahkan mencobanya.
Televisi juga merupakan produk modernisasi yang memberikan dampak
yang besar terhadap kehidupan dan perubahan nilai-nilai di masyarakat,
khususnya masyarakat di Desa Paraili. Banyak orang meniru gaya hidup dan
perilaku yang mereka saksikan lewat televisi. Model baju selebritis terbaru, model
potongan rambut terbaru, bahkan gaya pacaran para artis yang mereka saksikan
lewat televisi.
Ada juga faktor lain yang menyebabkan remaja di Desa Paraili terjerumus
dalam pergaulan bebas yaitu faktor lingkungan dan kurangnya perhatian atau
tanggung jawab orang tua. Sehingga budaya santun dan lugu yang juga menjadi
ciri khas masyarakat di Desa Paraili perlahan mulai pudar dan berganti dengan
budaya urakan yang dengan bangga mereka sebut dengan istilah gaul. Oleh karena
itu, dalam rencana laporan penelitian ini, penulis akan berusaha mengungkap
tentang upaya orangtua dalam mengatasi pergaulan bebas pada remaja di Desa
Paraili agar remaja tidak salah dalam bergaul sesuai dengan tuntunan agama dan
nilai-nilai moral yang ada dalam masyarakat, karena sebagai anak wajib
menghargai dan menaati perintah orangtua selama perintah itu tidak bertentangan
7
Permasalahan dan fenomena yang telah diuraikan di atas penulis merasa
tertarik untuk mengkaji hal ini lebih dalam lagi tentang bagaimana upaya
orangtua dalam mengatasi pergaulan bebas pada remaja, penulis tertarik
mewujudkannya dalam bentuk skripsi dengan judul: Strategi Orangtua dalam Mengatasi Pergaulan Bebas Remaja di Desa Paraili Kecamatan Topoyo Kabupaten Mamuju Tengah.
B.Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus
1. Fokus Penelitian
Fokus penelitian ini merupakan batasan penulis agar jelas ruang lingkup
yang akan diteliti. Penelitian ini berjudul “Strategi Orangtua dalam Mengatasi Pergaulan Bebas Remaja di Desa Paraili Kecamatan Topoyo Kabupaten Mamuju
Tengah”, maka penelitian ini akan difokuskan pada faktor penyebab terjadinya
pergaulan bebas remaja di Desa Paraili Kecamatan Topoyo Kabupaten Mamuju
Tengah dan upaya yang dilakukan orangtua dalam mengatasi pergaulan bebas
remaja di Desa Paraili Kecamatan Topoyo Kabupaten Mamuju Tengah.
2. Deskripsi Fokus
Penelitian ini berjudul Strategi Orangtua dalam Mengatasi Pergaulan
Bebas Remaja di Desa Paraili Kecamatan Topoyo Kabupaten Mamuju Tengah.
Berdasarkan judul tersebut maka deskripsi fokus penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Faktor yang menyebabkan terjadinya pergaulan bebas remaja di Desa Paraili
Kecamatan Topoyo Kabupaten Mamuju Tengah adalah kurangnya pemahaman
8
orangtua, keadaan keluarga yang kurang harmonis (broken home), pengaruh lingkungan setempat, dan pengaruh media sosial.
b. Upaya orangtua dalam mengatasi pergaulan bebas remaja di Desa Paraili
Kecamatan Topoyo Kabupaten Mamuju Tengah adalah memberikan perhatian
dan kasih sayang, memberikan contoh yang baik dan menanamkan kedisiplinan
pada remaja memberikan pendidikan agama dan mendorong remaja untuk
mengisi waktu kosong dengan kegiatan yang bernilai positif.
C.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan uraian di atas, maka berikut ini penulis
dapat mengajukan pokok permasalahan bagaimana strategi orangtua dalam
mengatasi pergaulan bebas remaja di Desa Paraili Kecamatan Topoyo Kabupaten
Mamuju Tengah dapat dirumuskan sub masalah sebagai berikut:
1. Faktor apa yang menyebabkan terjadinya pergaulan bebas remaja di Desa
Paraili Kecamatan Topoyo Kabupaten Mamuju Tengah?
2. Bagaimana upaya orangtua dalam mengatasi pergaulan bebas remaja di
Desa Paraili Kecamatan Topoyo Kabupaten Mamuju Tengah?
D.Kajian Pustaka
Judul yang penulis akan teliti, belum pernah diteliti oleh orang lain
sebelumnya. Karya ini merupakan karya ilmiah yang pertama dilakukan di Desa
Paraili Kecamatan Topoyo Kabupaten Mamuju Tengah mengenai upaya orang tua
dalam mengatasi pergaulan bebas pada remaja. Ada beberapa buku yang dianggap
9
1. Buku karya Chaeruddin, B. dengan judul Pendidikan Agama Islam dalam
Rumah Tangga, yang diterbitkan di Makassar. Buku ini menjelaskan bahwa
orang tua memiliki banyak tugas dan tanggung jawab dalam pendidikan
agama Islam, salah satunya yaitu membahagiakan anak baik dunia maupun
akhirat sesuai dengan pandangan dan tujuan hidup muslim.10
2. Buku karya Muhammad Nur Abduh dengan judul Anak Saleh, yang
diterbitkan di Makassar. Buku ini membahas tentang pokok-pokok dasar
ajaran sunnah Rasul yang harus diperhatikan oleh orang tua dalam mendidik
anak, antara lain; akidah dan agama, ketaatan, kejujuran, amanah, sifat
qana’ah dan ridha.11
3. Buku karya Musdalifa dengan judul Kestabilan Keluarga, yang diterbitkan
di Makassar. Buku ini membahas tentang peran dan fungsi keluarga seperti
fungsi keagamaan, cinta kasih, perlindungan, sosialisasi dan pendidikan,
ekonomi, dan pembinaan lingkungan.12
Ada beberapa penelitian sebelumnya yang dianggap relevan dengan
penelitian ini antara lain:
1. Penelitian yang dilakukan oleh: Nurul Arifiyani jurusan Pendidikan Agama
Islam pada tahun 2015 dengan judul Penanggulangan Kenakalan Remaja
Menurut Konsep Kartini Kartono ditinjau dari Perspektif Pendidikan Islam.
10
Lihat Chaeruddin B, Pendidikan Agama Islam dalam Rumah Tangga (Cet. I; Makassar: Alauddin University Press, 2011), h. 87.
11
Lihat Muhammad Nur Abduh, Anak Shaleh, Merencanakan, Membentuk, dan Memberdayakan (Cet. I; Makassar: Alauddin University Press, 2011), h. 88-94
12
10
Dari hasil penelitian yang dilakukan Nurul Arifiyani dijelaskan, faktor yang
menyebabkan terjadinya kenakalan remaja seperti penyakit mental dan
lingkungan sekitar. Adapun cara menanggulanginya antara lain pengawasan
dan bimbingan.s13
2. Tesis karya Ika Untari Wibawati jurusan Pendidikan Islam pada tahun 2015
dengan judul Bimbingan Konseling dalam Menangani Masalah Pergaulan
Bebas. Tesis ini menggunakan pendekatan Pendidikan Islam. Tesis ini
menjelaskan pergaulan bebas dan remaja merupakan persoalan yang sangat
kompleks dan disebabkan oleh bermacam-macam faktor. Maka dalam
penanggulangannya diperlukan bermacam-macam usaha, antara lain yang
terpenting adalah usaha preventif, agar pergaulan itu dapat dibendung dan
tidak menular pada anak yang masih baik. Tentu saja usaha represif dan
rehabilitasi pun perlu diperhatikan agar anak yang terjerumus dalam
pergaulan bebas dapat diperbaiki dan kembali hidup dalam anggota
masyarakat.14
3. Skripsi karya Ramadhan dengan judul Strategi Bimbingan Penyuluhan
Islam (BPI) dalam Menangani Masalah Sosial di Desa Doridungga
Kecamatan Donggo Kabupaten Bima. Skripsi ini menjelaskan tentang upaya
Bimbingan Penyuluhan Islam dalam menangani masalah sosial dalam
13
Lihat Nurul Arifiyani, “Penanggulangan Kenakalan Remaja Menurut Konsep Kartini Kartono Ditinjau dari Perspektif Pendidikan Islam”, Skripsi, (Oktober 2015), http://eprints.walisongo.ac.id/5009/.pdf.(Diakses 9 Desember 2016).
14
11
masyarakat dengan menggunakan metode ceramah, tanya jawab, debat,
pendidikan/pengajaran agama dan silaturrahmi.15
E.Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini dimaksudkan:
a. Untuk mengetahui faktor yang menyebabkan terjadinya pergaulan bebas
remaja di Desa Paraili Kecamatan Topoyo Kabupaten Mamuju Tengah.
b. Untuk mengetahui upaya orangtua dalam mengatasi pergaulan bebas remaja di
Desa Paraili Kecamatan Topoyo Kabupaten Mamuju Tengah.
2. Kegunaan Penelitian
Kegunaan yang diharapkan dapat diperoleh dalam penulisan skripsi ini
mencakup dua hal, yaitu:
a. Kegunaan Ilmiah
1) Sebagai langkah awal penulis bagi penerapan dan pengembangan khazanah
keilmuan, khususnya dalam upaya mengatasi pergaulan bebas masih sangat
memerlukan bimbingan dan pembinaan.
2) Untuk menambah wawasan dan pengetahuan, khususnya pada bidang ilmu
keislaman dalam rangka mewujudkan insan akademis yang cerdas dan
berpengetahuan luas.
15
12
b. Kegunaan Praktis
1) Penelitian ini diharapkan dapat berfungsi sebagai upaya investigasi
(penyidikan dan pengungkapan fakta) dan antisipasi (bersikap tanggap terhadap sesuatu yang akan atau sedang terjadi) terhadap berbagai fenomena
sosial yang berpotensi dapat merusak akhlak dan pemahaman keberagamaan
kelak.
2) Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan sumbangsi yang bernilai
edukatif dan praktik guna pengembangan ilmu pengetahuan khususnya bagi
para orang tua, pendidik maupun bagi masyarakat luas pada umumnya
dalam upaya pemeliharaan dan penanganan pada usia perkembangan anak
yang masih sangat memerlukan bimbingan dan pembinaan dalam
menanggapi berbagai potret tatanan kehidupan sosial yang cenderung
13 BAB II
TINJAUAN TEORETIS
A.Pergaulan Bebas Remaja
1. Pergaulan Bebas
a. Pengertian Pergaulan Bebas
Pergaulan bebas merupakan suatu proses interaksi mahluk dengan mahluk
lainnya, hubungan seseorang dengan yang lainnya. Dalam proses ini seseorang
akan memainkan peran sesuai dengan jenis kelaminnya. Dalam proses ini pulalah
seseorang mulai tertarik dengan lawan jenisnya. Sisi negatif yang muncul dari
adanya hubungan heteroseksual antara lain adalah munculnya perilaku eksesif,
yaitu suatu bentuk perilaku yang sangat berlebihan dalam satu hal.1
Arti lain dari pergaulan bebas adalah salah satu bentuk perilaku
menyimpang yang melewati batas dari kewajiban, tuntutan, aturan, syarat, dan
perasaan malu. Atau pergaulan bebas dapat diartikan sebagai perilaku
menyimpang yang melanggar norma agama maupun norma kesusilaan. Pengertian
pergaulan bebas diambil karena arti dari pergaulan dan bebas. Pergaulan
merupakan proses interaksi antar individu atau individu dengan kelompok.
Sedangkan bebas adalah terlepas dari kewajiban, aturan, tuntutan, norma agama
dan norma kesusilaan. Pergaulan berpengaruh terhadap pembentukan kepribadian
seorang individu baik pergaulan positif atau negatif.2 Pergaulan positif berupa
kerja sama antara individu atau kelompok yang bermanfaat. Sedangkan pergaulan
1Lihat Ika Untari Wibawati, “Bimbingan Konseling dalam Menangani Masalah Pergaulan
Bebas di SMA X",Tesis, h. 18.
2
14
negatif mengarah pada pergaulan bebas yang harus dihindari oleh setiap
masyarakat khususnya bagi remaja yang masih labil atau masih mencari jati
dirinya dan di usia remaja lebih mudah terpengaruh serta belum dapat mengetahui
baik atau tidaknya perbuatan tersebut. Pengertian pergaulan bebas menurut agama
adalah proses bergaul dengan orang lain terlepas dari ikatan yang mengatur
pergaulan. Pergaulan bebas tertuang dalam QS An-Nur/24: 30-31
,
Terjemahnya:
15
pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.3
Ayat di atas Allah memerintahkan pada Rasul-Nya dan orang-orang yang
beriman, agar mereka memelihara dan menahan pandangannya dari hal-hal yang
diharamkan kepada mereka untuk diharamkan, kecuali terhadap hal-hal tertentu
yang boleh dilihatnya. Bila secara kebetulan dan tidak disengaja pandangan
mereka terarah kepada sesuatu yang diharamkan, maka segera dialihkan
pandangan tersebut guna menghindari melihat hal-hal yang diharamkan. Allah
juga memerintahkan pada Rasul-Nya agar mengingatkan perempuan-perempuan
yang beriman supaya mereka tidak memandang hal-hal yang tidak halal bagi
mereka untuk dilihat, seperti aurat laki-laki ataupun perempuan, terutama antara
pusar dan lutut bagi laki-laki dan seluruh tubuh bagi perempuan. Begitu pula
mereka diperintahkan untuk memelihara kemaluannya (farji) agar tidak terjatuh ke lembah perzinaan atau terlihat oleh orang lain.
Ada beberapa bentuk-bentuk pergaulan bebas antara lain seperti merokok,
pergaulan tanpa batas antara laki-laki dan perempuan, meminum minuman keras,
geng motor, perkelahian antar remaja, mengonsumsi narkoba, dan lain-lain.
b. Faktor Penyebab terjadinya Pergaulan Bebas
Hal yang terjadi dalam pergaulan bebas banyak bertolak belakang dengan
norma-norma dan etika pergaulan, hal ini didasari atau disebabkan dari banyak
faktor penyebab pergaulan bebas antara lain sebagai berikut:
3
16
1) Rendahnya Taraf Pendidikan Keluarga
Rendahnya taraf pendidikan keluarga yang berpengaruh besar sebagai
penyebab terjadinya pergaulan bebas. Contohnya, keluarga mengizinkan sang
anak untuk berpacaran dan ditambah dengan lemahnya pengawasan yang
menyebabkan anak terjerumus dalam pergaulan bebas.
2) Keadaan Keluarga yang Tidak Stabil (Broken Home)
Keadaan keluaga sangat berpengaruh pada tingkah laku atau
perkembangan psikis remaja yang disebabkan oleh keadaan orangtua yang kurang
harmonis yang membuat perkembangan psikis anak terganggu dan anak
cenderung mencari kesenangan di luar.
3) Kurangnya Perhatian Orangtua
Kurangnya perhatian orangtua terhadap remaja sangat berdampak buruk.
Ketika seorang remaja merasa diabaikan, maka ia merasa lebih senang mencari
perhatian di luar dari lingkungan keluarga seperti bergaul dengan teman
sebayanya tanpa adanya pengawasan dari orangtua hingga terjerumus dalam
pergaulan bebas.
4) Pengaruh Lingkungan Setempat
Lingkungan sekitar merupakan faktor pembentuk kepribadian seseorang,
jika di lingkungan tersebut merupakan lingkungan yang kurang kondusif maka
sang anak akan terjerumus ke dalam pergaulan bebas.4
4
17
5) Kurang Berhati-Hati dalam Bergaul
Teman dapat menuntun seseorang ke arah yang positif dan negatif, dimana
sebagian besar pergaulan bebas terjadi karena remaja kurang berhati-hati dalam
bergaul.
6) Rendahnya Ekonomi Keluarga
Keluarga yang memiliki tingkat ekonomi rendah cenderung timbul
berbagai masalah yang berkaitan dengan pembiayaan hidup seperti putus sekolah.
Sehingga banyaknya kesempatan yang diperoleh remaja untuk melakukan hal-hal
negatif hingga terjerumus dalam pergaulan bebas.
7) Kurangnya Kesadaran Remaja
Kurangnya kesadaran remaja terjadi merupakan implikasi dari kurangnya
pengetahuan remaja tersebut akan dampak pergaulan bebas.
8) Adanya Teknologi Informasi (Internet)
Adanya internet memudahkan untuk mengakses berbagai informasi yang
tidak sesuai dengan norma ketimuran.
c. Akibat/Dampak Pergaulan Bebas
Pergaulan bebas memberikan pengaruh besar baik bagi diri sendiri, orang
tua, masyarakat maupun negara, pengaruh-pengaruh tersebut berasal dari dampak
yang ditimbulkan dari pergaulan bebas antara lain sebagai berikut:
1) Seks Bebas
Seks bebas adalah dua orang yang berhubungan suami istri tanpa ikatan
pernikahan. Adapun dampak negatif yang dapat terjadi akibat seks bebas yaitu
18
merasa bersalah, seseorang menjadi pecandu, resiko terjangkit PMS, aborsi dan
dosa besar.5
2) Meningkatkan Kriminalitas
Bahaya pergaulan bebas yang satu ini dapat terjadi karena jika pencadu
narkoba tidak lagi memiliki uang untuk membeli maka jalan keluar yang cepat
adalah dengan melakukan tindakan kriminalitas.
3) Meregangkan Hubungan Keluarga
Pergaulan bebas dapat meregangkan hubungan antara keluarga karena
beberapa penyebab yang biasanya karena emosi meledak-ledak dan bahkan
sampai rasa hormat kepada orang tua akan dapat hilang.
4) Menurunnya Prestasi
Seseorang dengan pergaulan bebas lebih cenderung bersenang-senang dan
dapat menghilangkan konsentrasi belajar akibat dari minuman keras dan narkoba.
5) Berdosa
Pergaulan bebas sudah tentu akan mendapat dosa, saat kematian
menjemput yang dihantarkan kepada balasan yaitu ke neraka.6
2. Remaja
a. Pengertian Remaja
Secara etimologi remaja berasal dari bahasa Latin yaitu adolescence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolescence, seperti yang dipergunakan saat ini, mempunyai arti yang lebih luas, mencakup kematangan
5
Lihat Syamsidar, Pendidikan Seks Anak dalam Perspektif Pendidikan (Cet. I; Makassar: Alauddin University Press, 2012). h. 193-195.
6
19
mental, emosional, sosial, dan fisik.7 Kata remaja dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia berarti mulai dewasa, sudah sampai umur untuk kawin.8
Istilah asing yang sering dipakai untuk menunjukkan masa remaja antara
lain, puberteit atau remaja. Dalam berbagai macam kepustakaan istilah-istilah tersebut tidak selalu sama uraiannya. Apabila melihat asal kata istilah-istilah tadi,
maka akan diperoleh: Puberty (Inggris) atau puberteit (Belanda) berasal dari bahasa Latin: pubertas, pubertas berarti kelaki-lakian.9
Para pakar bahasa berpendapat bahwa masa remaja dimulai dari sebelum
baligh dan berakhir pada usia baligh. Seperti yang dikemukakan oleh Calon,
bahwa masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan, karena
remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak.
Masa remaja menunjukkan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.
Batasan umur tidak dirinci dengan jelas, namun secara kasar berkisar antara umur
12 sampai akhir belasan tahun.10 Masa remaja adalah masa yang dianggap paling
penting yang dilalui setiap manusia dalam kehidupannya.11
Pemakaian istilah di beberapa negara dapat disimpulkan bahwa tujuan
penyorotan juga tidak selalu sama, walaupun batas-batas umur yang diberikan
dalam penelaah mungkin sama. Dari kepustakaan didapatkan bahwa puberteit
adalah masa antara 12 dan 16 tahun. Pengertian puberteit meliputi
7
Lihat Elisabet B Hurlock, Psikologi Perkembangan (Jakarta: Erlangga, 1992), h. 206.
8
Lihat Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 944.
9
Lihat F.J. Monks, Psikologi Perkembangan (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2009).
10
Lihat Rita L Atkinson, dkk., Pengantar Psikologi (Jakarta: Erlangga, 1999), h. 135.
11
20
perubahan fisik dan psikis, seperti halnya pelepasan diri dari ikatan emosional
dengan orangtua dan pembentukan rencana hidup dan sistem nilai sendiri.
Perubahan pada masa ini menjadi obyek penyorotan terutama perubahan dalam
lingkungan dekat, yakni dalam hubungan keluarga.
Adolescentia adalah masa sesudah pubertas, yakni masa antara 17 dan 22
tahun. Pada masa ini lebih diutamakan perubahan dalam hubungan dengan
lingkungan hidup yang lebih luas, yakni masyarakat tempat ia hidup. Tinjauan
psikologis dilakukan terhadap usia remaja dalam mencari dan memperoleh tempat
dalam masyarakat.12
Secara terminologi, para ahli merumuskan masa remaja dalam pandangan
dan tekanan yang berbeda, salah satunya Sarlito Wirawan Sarwono, masa remaja
merupakan masa transisi yaitu masa peralihan dari kanak-kanak kepada dewasa.
Pada masa ini sering terjadi konflik, sering bertingkah laku aneh, sudah mulai
mencari identitasnya sendiri, sering membantah karena ingin mengikuti
pendapatnya sendiri di samping itu perkembangan seksualnya mulai nampak oleh
karena itu dalam ajaran Islam pada fase ini dianjurkan agar anak dilatih
membiasakan diri mengerjakan perbuatan yang baik utamanya dalam pelaksanaan
ibadah.13
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO (World Health
Organization) remaja adalah suatu masa dimana:
a. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda
seksual sekundernya sampai saat ia mencapai tingkat kematangan seksual.
12
Lihat Gunarsa, Psikologi Remaja, h. 15
13
21
b. Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari
kanak-kanak menjadi dewasa.
c. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada
keadaan yang relatif lebih mandiri.14
Anak adalah amanah yang perlu diperhatikan oleh orangtua dengan
seksama. Jika tidak diperhatikan, amanah tersebut bisa menjadi cobaan yang akan
menjadi tanggung jawab orangtua di akhirat, sebagaimana dinyatakan dalam QS
Al-Anfal/8: 28.
Terjemahnya:
Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.15
Maksud dari ayat di atas yaitu ujian dan cobaan dari Allah kepada kalian,
saat Dia memberikan harta dan anak itu kepada kalian, supaya Dia mengetahui
adakah kalian mensyukuri-Nya atas pemberian ini, menaati-Nya dalam urusannya,
ataukah kalian disibukkan olehnya (harta dan anak-anak) dari Allah swt. dan
menjadikan keduanya sebagai pengganti Allah. Dan pahala Allah, pemberian-Nya,
dan surga-Nya lebih baik bagi kalian daripada harta dan anak-anak, sebab
kadang-kadang diantara mereka menjadi musuh dan kebanyakan diantara mereka tidak
memberikan apa-apa bagimu, sedang Allah-lah yang mengatur, yang memiliki
14
Lihat Sarlito W. Sarwono, Psikologi Remaja (Jakarta: Rajawali Press, 2010), h. 12.
15
22
dunia dan akhirat, Dia memiliki pahala yang berlimpah di hari Kiamat.16
b. Ciri-Ciri Remaja
Dilihat dari sudut kepribadiannya maka para remaja mempunyai berbagai
ciri tertentu, baik yang bersifat spiritual maupun badaniah. Ciri-ciri itu adalah
sebagai berikut:
1) Perkembangan fisik yang pesat, sehingga ciri-ciri fisik sebagai laki-laki atau
perempuan tampak semakin tegas, hal mana secara efektif ditonjolkan oleh
para remaja, sehingga perhatian terhadap jenis kelamin lain semakin
meningkat. Oleh remaja perkembangan fisik yang baik dianggap sebagai
salah satu kebanggaan.
2) Keinginan yang kuat untuk mengadakan interaksi sosial dengan kalangan
yang lebih dewasa atau yang dianggap lebih matang pribadinya.
Kadang-kadang diharapkan bahwa interaksi sosial itu mengakibatkan masyarakat
menganggap remaja sudah dewasa.
3) Keinginan yang kuat untuk mendapatkan kepercayaan dari kalangan
dewasa, walaupun mengenai masalah tanggung jawab secara relatif belum
matang .
4) Mulai memikirkan kehidupan secara mandiri, baik secara sosial, ekonomis,
maupun politis, dengan mengutamakan kebebasan dari pengawasan yang
terlalu ketat oleh orangtua atau sekolah.
16“Tafsir Ibnu Katsir Surah Al-Anfaal Ayat 27-28”.
23
5) Adanya perkembangan taraf intelektualitas (dalam arti netral) untuk
mendapatkan identitas diri.17
B.Orangtua
1. Pengertian Orangtua
Menurut Arifin, yang dimaksud dengan orangtua adalah orang yang
menjadi pendidik dan membina yang berada di lingkungan keluarga.18 Menurut
Zakiah Dradjat, orangtua harus dapat memperhatikan pendidikan anak-anaknya,
justru pendidikan yang diterima dari orangtua yang akan menjadi dasar dari
pembinaan kepribadiaan anak. Dengan kata lain orangtua jangan sampai
membiarkan pertumbuhan si anak berjalan tanpa bimbingan, atau diserahkan
kepada guru-guru di sekolah saja. Ini kekeliruan yang banyak terjadi di
masyarakat kita. Partisipasi orangtua dalam pedidikan anak sangatlah penting,
karena pendidikan anak tidak hanya dilakukan di sekolah, tetapi juga dilakukan di
pusat-pusat pendidikan yang salah satunya di lakukan di lingkungan rumah
tangga.19 Lebih jauh Firman Abdullah menegaskan bahwa orangtua berkewajiban
mendidik anak sebagai salah satu bentuk dari pertanggungjawaban orangtua
kepada Allah yang telah memberikan amanah kepadanya.20
Orangtua adalah komponen keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu, dan merupakan hasil dari sebuah ikatan pernikahan yang sah yang dapat membentuk
17
Lihat Soerjono Soekanto, Sosiologi Keluarga tentang Ikhwal Keluarga, Remaja dan Anak (Cet. III; Jakarta: PT Rineka Cipta, 2009), h. 51-52.
18
Lihat Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di Lingkungan Sekolah dan Keluarga, [t.t.] [t.th.], h. 14.
19
Lihat Abdurrahman An-Nahlawi, Prinsip-Prinsip Pendidikan Islam (Bandung: CV. Diponegoro, [t.th.]), h. 193.
20
24
sebuah keluarga. Selain telah melahirkan kita ke dunia ini, orangtua juga yang mengasuh dan yang telah membimbing anaknya dengan cara memberikan contoh yang baik dalam menjalani kehidupan sehari-hari, selain itu orangtua juga telah memperkenalkan anaknya kedalam hal-hal yang terdapat di dunia ini dan menjawab secara jelas tentang sesuatu yang tidak dimengerti oleh anak.
Orangtua merupakan pembina pertama bagi perkembangan dan
pembentukan pribadi anak. Keluarga merupakan tempat penanaman utama
dasar-dasar moral bagi anak, yang biasanya tercermin dalam sikap dan perilaku orang
tua sebagai teladan yang dapat dicontoh oleh anaknya.21
Ada beberapa tahap perkembangan manusia, salah satunya yaitu masa tua.
Masa tua semua aktifitas dan kreatifitas hidup mulai berkurang utamanya
kemampuan di bidang fisik, semangat mulai menurun, kemunduran mental,
kemunduran fungsi-fungsi otak dan sebagainya.22
Orangtua memiliki berbagai peranan dalam perkembangan anaknya,
menurut Sabri Alisuf bahwa:
Orangtua berperan dalam menentukan hari depan anaknya. Secara fisik supaya anaknya bertumbuh sehat dan berpostur tubuh yang lebih baik, maka anak remaja harus diberi makanan yang bergizi dan seimbang. Secara mental anak remaja tumbuh cerdas dan cemerlang, maka selain kelengkapan gizi perlu juga diberi motivasi belajar disertai sarana dan prasarana yang memadai. Sedangkan secara sosial supaya remaja dapat mengembangkan jiwa sosial dan budi pekerti yang baik mereka harus diberi peluang untuk bergaul mengaktualisasikan diri, memupuk kepercayaan diri seluas-luasnya. Bila belum juga terpenuhi biasanya karena soal teknis seperti hambatan ekonomi atau kondisi sosial orangtua.23
21
Lihat Musdalifa, Kestabilan Keluarga (Cet. I; Makassar: Alauddin University Press, 2013), h. 50.
22
Lihat Musdalifa, Kestabilan Keluarga, h. 65.
23
25
Pendapat di atas dapat dipahami orangtua semestinya mampu menjalankan
perannya sebagai pembina dan pembimbing bagi anaknya dalam keluarga.
Orangtua berperan dalam pembentukan hari ke depan anaknya, maksudnya adalah
masa depan remaja itu sangat bergantung pada binaan dan bimbingan yang
diberikan oleh orangtuanya pada masa remaja.
Menurut Abu Ahmadi bahwa ada beberapa hal yang perlu diberikan oleh
orangtua terhadap anaknya, yaitu:
Respek dan kebebasan pribadi, jadikan rumah tangga nyaman dan menarik, hargai kemandiriannya, diskusikan tentang berbagai masalah, berikan rasa aman, kasih sayang, dan perhatian, remaja dan anak-anak yang lain perlu dimengerti dan beri contoh perkawinan yang bahagia.24
Jadi, orangtua adalah pusat kehidupan rohani si anak dan sebagai penyebab berkenalnya dengan alam luar, maka setiap reaksi emosi anak dan pemikirannya dikemudian hari terpengaruh oleh sikapnya.
2. Tugas Orangtua
Ada beberapa tugas orangtua terhadap anak di dalam keluarga antara lain:
a. Motivator
Orangtua harus senantiasa memberikan dorongan terhadap anaknya untuk
berbuat kebajikan termasuk menuntut ilmu pengetahuan dan meninggalkan
larangan Allah swt.
b. Fasilitator
Mengetahui perkembangan anak dan orangtua harus memberikan fasilitas,
pemenuhan kebutuhan anak berupa sandang, pangan dan papan.
c. Mediator
24
26
Peran orangtua dituntut menjadi sebagai mediator. Anak-anak dan remaja
pada masa sekarang perlulah mendapatkan perhatian dan bimbingan yang penuh
kasih sayang dari kedua orangtuannya dan orang dewasa lainnya dalam rumah
tangga (keluarga), agar mereka dapat mengalami pertimbangan dan
perkembangan yang terarah kepada kebahagiaannya, salah satu diantaranya yaitu
dalam bergaul.25
Adapun tugas orangtua dalam pendidikan rumah tangga (informal), meliputi:
a. Membantu anak-anak memahami posisi dan peranannya masing-masing sesuai
dengan jenis kelaminnya, agar mampu saling menghormati dan saling tolong
menolong dalam melaksanakan perbuatan baik dan diridhoi Allah swt.
b. Membantu anak-anak mengenal dan memahami nilai-nilai atau norma-norma
yang mengatur kehidupan berkeluarga, bertetangga dan bermasyarakat dan
mampu melaksanakannya untuk memperoleh ridho Allah swt.
c. Mendorong anak-anak untuk mencari ilmu dunia dan ilmu agama, agar mampu
merealisasikan dirinya (self realization) sebagai suatu individu dan sebagai anggota masyarakat.
d. Membantu anak-anak memasuki kehidupan masyarakat dengan setahap demi
setahap melepaskan diri dari ketergantungan pada orangtua dan orang dewasa
lainnya, serta mampu bertanggungjawab sendiri atas sikap dan perilakunya
terutama kepada Allah swt.
25
27
e. Membantu dan memberi kesempatan serta mendorong anak-anak mengerjakan
sendiri dan berpartisipasi dalam melaksanankan kegiatan keagamaan, di dalam
keluarga dan di masyarakat, untuk memperoleh pengalaman sendiri secara
langsung upaya peningkatan iman dan penyebarluasan syiar Islam.26
Mendidik anak yang dimulai sejak lahir, orangtua harus memperhatikan
pokok-pokok dasar ajaran sunnah Rasul. Yang sangat penting ditanamkan dalam
memdidik anak ada tiga hal, yakni:
a. Akidah dan Agama
Cara yang perlu ditempuh guna menumbuh suburkan akidah yang ada
dalam diri seorang anak adalah melalui tiga tahapan, antara lain:
1) Memberikan pemahaman dengan membangkitkan pemikiran serta pendapat
yang dapat diterima oleh sang anak, menjelaskan tentang seseorang yang
memiliki akidah dan dampak negative bila seseorang tidak betakidah.
2) Memberikan himbauan dengan jalan membangkitkan perasaannya tertuju
pada akidah.
3) Melatih untuk membiasakan diri membangkitkan rasa keberagamaan pada
diri sang anak.27
b. Ketaatan
Sikap taat merupakan bibit pertama yang harus dipupuk dalam jiwa anak
dengan cara lembut dan perlahan-lahan.28
26
Lihat Chaeruddin B, Pendidikan Agama Islam dalam Rumah Tangga, h. 84-85.
27
Lihat Muhammad Nur Abduh, Anak Saleh, Merencanakan, Membentuk, dan Memberdayakan, h. 88-89.
28
28
c. Kejujuran
Sifat jujur, tidak dapat diperoleh melainkan hanya dengan cara keteladanan
dan pembinaan yang terus-menerus.29
3. Fungsi Orangtua
Anggota keluarga yang ada di dalam sebuah keluarga memiliki tugas
masing-masing. Suatu pekerjaan yang harus dilakukan dalam kehidupan keluarga
inilah yang disebut dengan fungsi. Jadi, fungsi orangtua adalah suatu pekerjaan
dan tugas yang harus dilakukan di dalam atau di luar keluarga. Diantara fungsi
tersebut ada tiga pokok fungsi orangtua, yaitu:
a. Fungsi Biologis
Orangtua merupakan tempat lahirnya anak-anak. Fungsi ini merupakan
dasar kelangsungan hidup masyarakat. Namun fungsi pun juga mengalami
perubahan, karena keluarga sekarang cenderung pada jumlah anak yang sedikit.
Kecenderungan kepada jumlah anak yang lebih sedikit ini dipengaruhi oleh
faktor-faktor:
1) Perubahan tempat tinggal keluarga dari desa ke kota.
2) Makin sulitnya fasilitas perubahan.
3) Banyaknya anak sebagai hambatan untuk mencapai sukses material
keluarga.
4) Banyaknya anak sebagai hambatan untuk mencapai kemesraan keluarga.
5) Meningkatnya taraf pendidikan wanita berakibat kekurangannya
fertilitasnya.
29
29
6) Berubahnya dorongan dari agama agar keluarga mempunyai banyak anak.
7) Makin banyak ibu-ibu yang bekerja di luar rumah.
8) Makin meluasnya pengetahuan dan penggunaan alat-alat kontrasepsi.
b. Fungsi Afeksi
Sebuah keluarga terjadi hubungan sosial yang penuh dengan kemesraan
dan afeksi. Hubungan afeksi tumbuh sebagai akibat hubungan cinta kasih yang
menjadi dasar pernikahan. Berdasarkan hubungan cinta kasih ini lahirnya
hubungan persaudaraan, persahabatan, kebiasaan, identifikasi persamaan
pandangan mengenai nilai-nilai. Dasar cinta kasih dan hubungan afeksi ini
merupakan faktor penting bagi perkembangan pribadi anak dan masyarakat makin
inpersonal, sekuler dan asing, pribadi sangat membutuhkan hubungan afeksi
seperti yang terdapat dalam keluarga, suasana afeksi itu tidak terdapat dalam
institusi sosial yang lain.
c. Fungsi Sosialisasi
Fungsi sosialisasi ini menunjukkan peranan keluarga dalam membentuk
kepribadian anak. Melalui interaksi sosial dalam keluarga itu anak mempelajari
pola-pola tingkah laku, sikap, keyakinan, cita-cita, dan nilai-nilai masyarakat
dalam rangka perkembangan kepribadiannya. Sedangkan Mac Iver and Page
mengatakan “The primary function” dari keluarga modern adalah sebagai berikut: 1) Prokreasi dan memperhatikan serta membesarkan anak.
30
3) Bagian dari rumah tangga, dengan gabungan materialnya, kebudayaannya,
dan kasih sayang.30
Menurut pandangan Islam, ketika Rasulullah saw. bersabda, “rumahku
adalah surgaku”, beliau telah mengisyaratkan betapa penting dan strategisnya
keluarga dalam kehidupan masyarakat manusia. Keluarga, dalam pandangan Islam
adalah labinatul-ulaa (batu pertama) dalam bangunan masyarakat muslim, dan merupakan surga kecil yang mendatangkan kasih sayang, ketenangan, kedamaian,
dan keharmonisan. Inilah surga kecil yang diharapakan semua orang dan yang
dijanjikan oleh Allah. Sebuah keluarga akan menjadi surga kecil apabila
memenuhi empat fungsi berikut ini:
a. Fungsi Fisiologis <