• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tahun 1928 R.E.Holtum berhasil menumbuhkan biji

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Tahun 1928 R.E.Holtum berhasil menumbuhkan biji"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

T

ahun 1928 R.E.Holtum berhasil menumbuhkan biji anggrek melalui kultur in vitro dengan menggunakan formula Knudson. Hasil persilangan Holtum yang pertama kali berbunga adalah hibrida Spathoglottis. Sejak tahun 1970-an, spesies yang tumbuh di Malaysia seperti Spathoglottis affinis, S. aurea, S. graculis, S. hardingiana, S. microchilina, dan S. plicata mulai banyak dibudidayakan di Singapura (Gunadi 1986).

Spathoglottis dikenal dengan nama anggrek tanah atau anggrek terestrial. Jenis yang sering dijumpai adalah Spatho-glottis plicata dengan bunga berwarna ungu (Gambar 1). Sekitar 40 spesies terdapat di Asia Tenggara dan Papua Nugini, 7 spesies di antaranya asli Filipina (Holtum dan Enoch 1972).

Nama genetik Spathoglottis berasal dari bahasa Yunani;

spathe berarti belati dan glossa atau glotta berarti lidah, mengacu pada karakteristik labellum dari genus (Davis dan Steiner 1982). Nama spesifik plicata diperoleh dari pe-nampilan atau lekukan daun yang plicated, suatu karakter botanik yang digambarkan sebagai plicate.

Spathoglottis merupakan tanaman taman dan tanaman pot. Anggrek ini pernah dimanfaatkan sebagai bunga potong andalan Singapura pada era 1930-1940-an (Parker 1994 dalam

Kartikaningrum et al. 2004). Pada taman, Spathoglotis

biasanya ditanam secara massal di dalam bedengan sebagai tanaman pembatas atau tanaman tepi.

Di Indonesia, Spathoglottis dapat tumbuh di dataran rendah maupun dataran tinggi, bergantung pada spesiesnya.

S. plicata banyak dijumpai di dataran rendah dan sedang, sedangkan S. aurea dan S. afnis tumbuh baik di dataran tinggi (Kartikaningrum et al. 2004). Lingkungan tumbuhnya adalah tempat yang terbuka dengan sinar matahari penuh, tetapi perlu sedikit naungan pada sore hari.

Spathoglottis menghendaki media tumbuh yang me-miliki drainase baik, karena anggrek ini tidak tahan genangan (Holtum dan Enoch 1972). Media tanam yang cocok adalah lapisan bawah berupa pecahan bata/genteng/arang dan lapisan atasnya humus daun-daunan. Di Malaysia, sebagai media tanam digunakan tanah lumpur yang dibakar dan dicampur dengan humus daun-daunan (Parker 1994 dalam

Kartikaningrum et al. 2004).

Warna bunga Spathoglottis bervariasi yaitu ungu tua, ungu muda, merah keunguan, pink, oranye, kuning, coklat, putih, dan campuran. Beberapa jenis memiliki panjang tangkai melebihi tinggi tanaman, sedangkan yang lain bunga tersembunyi di bawah kanopi tanaman karena tangkai bunganya pendek. Bunga mekar tidak serempak dalam satu rangkaian bunga; setelah 2-3 hari bunga layu dan diganti dengan bunga yang lain secara berurutan. Jumlah bunga mekar pada saat yang sama bervariasi, dan jumlah bunga tiap tangkai bervariasi antara 6-30 bunga (Hawkes 1970).

Spathoglottis berkembang biak melalui anakan atau

pseudobulb. Menanam pseudobulb tidak boleh seluruhnya terbenam di dalam tanah, separuhnya diusahakan berada di atas permukaan tanah (Holtum dan Enoch 1972). Pe-ngembangbiakan melalui biji juga dapat dilakukan tetapi memerlukan waktu yang lebih lama, sehingga hanya cocok untuk menanam biji hasil persilangan. Percobaan ini bertuju-an untuk mendapatkbertuju-an populasi F1 bertuju-anggrek Spathoglottis

yang bervariasi dengan sifat-sifat baik yang diturunkan dari induknya.

TEKNIK HIBRIDISASI ANGGREK TANAH SONGKOK (

Spathoglottis plicata

)

Laily Qodriyah

1

1Teknisi Litkayasa Pelaksana Pemula pada Balai Penelitian Tanaman

Hias, Jalan Raya Ciherang, Segunung, Pacet, Cianjur 43253, Kotak Pos 8 Sindanglaya, Telp. (0263) 512607, Faks. (0263) 514138, E-mail: [email protected]

(2)

BAHAN DAN METODE

Percobaan dilaksanakan pada bulan Januari 2003 hingga Desember 2004 di Kebun Percobaan Tanaman Hias Pasarminggu, Jakarta dan Kebun Percobaan Balai Penelitian Tanaman Hias, Segunung. Bahan induk yang disilangkan memiliki sifat warna dan bentuk bunga menarik, tegar, tahan hama dan penyakit serta rajin berbunga. Bahan induk yang digunakan adalah:

1. Spathoglottis plicata berbunga putih, ungu tua, ungu sedang, ungu muda, dan pink; S. aurea warna bunga kuning oranye dan kuning muda; S. unguiculata warna ungu tua; S. augustorum warna putih; S. vanoverbergii

warna kuning; dan Spathoglottis sp. dengan warna bunga kuning keunguan.

2. Spathoglottis hibrida bertangkai bunga pendek (30-40 cm) dengan warna bunga putih, ungu kemerahan, kuning, dan ungu kemerahan berbercak kuning.

3. Spathoglottis hibrida bertangkai panjang, jumlah bunga/ tangkai banyak dengan warna bunga kuning berbercak ungu, krem, ungu kemerahan berbercak kuning, dan ungu tua berbercak kuning.

4. Anggrek tanah dari genus lain seperti Calanthe triplicata dengan bunga putih dan pink serta Bletila striata yang berwarna ungu.

Alat yang digunakan adalah pinset kecil dan tusuk gigi atau batang korek api . Untuk penanaman buah secara aseptik diperlukan laminar, botol kultur, cawan petri, lampu bunsen, pinset, scalpel, korek api, spidol untuk pelabelan, dan lampu neon 40 W untuk penerangan.

Persilangan dilakukan secara searah maupun dua arah (resiprok) antara bunga dengan jumlah kuntum banyak dan tangkai bunga sedang-panjang dengan tanaman bertangkai bunga pendek. Sebelum persilangan dilakukan pemilihan atau seleksi tetua jantan maupun betina, baik untuk tanaman pot, taman atau bunga potong. Tetua yang digunakan berasal dari koleksi plasma nutfah anggrek Spathoglottis. Penyer-bukan dilakukan pada pagi hari pada bunga yang telah mekar 1-2 hari. Ada penyilang anggrek yang beranggapan bahwa kuntum bunga nomor ganjil (dihitung dari pangkal tangkai) paling baik untuk dijadikan induk betina, karena buahnya berbiji banyak dan fertil (Gambar 2). Induk jantan dapat diambil dari kuntum sembarang.

Kuntum induk jantan anggrek Spathoglottis diambil tepung sarinya dengan menggunakan tusuk gigi yang bersih. Tepung sari yang terbungkus kotak sari terletak di pusat bunga, berwarna kuning. Kotak sari dicungkil pelan sampai tepung sarinya menempel pada alat yang dipakai, kemudian

tepung sari dibawa ke induk betina, yaitu menuju lekukan berlendir yang letaknya persis di bawah kotak sari. Tepung sari induk jantan dilekatkan secara sempurna pada putik induk betina, sementara itu tepung sari induk betina dibuang agar persilangannya murni. Sampai langkah ini perkawinan sudah berlangsung. Selanjutnya tanaman diberi label tetua betina x tetua jantan, tanggal penyilangan, dan kode penyilang. Bila dalam jangka waktu 3-4 hari tangkai kuntum induk betina masih segar berwarna kehijauan maka persilangan berhasil. Beberapa hari kemudian kelopak dan mahkota bunga mulai layu sampai akhirnya kering dan rontok. Selanjutnya muncul bakal buah berbentuk bulat telur berwarna hijau sampai hijau kecoklatan (Trubus 1993). Buah dipanen 25-65 hari setelah penyerbukan. Selanjutnya biji disemaikan secara aseptik pada media Vacin & Went ditambah air kelapa di dalam botol kultur pada laminar dengan bantuan pinset, scalpel dan cawan petri yang disteril dengan lampu spiritus. Semaian diberi label serta dipelihara dalam ruangan dengan suhu 24oC

di bawah lampu neon 40 W dengan jarak 60 cm. Protokorm yang sudah tumbuh disubkultur pada media Vacin dan Went ditambah pisang ambon. Planlet yang telah tumbuh cukup besar ditanam secara kompotan pada campuran media sekam bakar dan kompos daun bambu dan dilekatkan di rumah sere dengan naungan lebih kurang 65%. Selanjutnya bibit ditanam secara individu dalam pot pada media yang sama, namun ditambah dengan pupuk kandang dan dipelihara di dalam rumah sere.

Pemeliharaan tanaman dilakukan dengan penyiraman sekali sehari. Tanaman kompotan dan tanaman muda dipupuk menggunakan pupuk organik cair yaitu super top soil dengan interval pemberian satu kali seminggu dengan dosis 1 cc/liter air. Tanaman induk dan tanaman F1 dewasa dipupuk dengan pupuk yang sama dengan interval satu kali seminggu, namun

Gambar 2. Kuntum bunga nomor ganjil dihitung dari pangkal tangkai

Bunga ke-1 sudah gugur (ganjil) Bunga ke-3

sudah gugur (ganjil) Bunga ke-4 (genap) Bunga ke-6 (genap) Bunga ke-5 (ganjil) Bunga ke-2 sudah gugur (genap) Pangkal tangkai

(3)

dengan dosis yang lebih tinggi yaitu 2 cc /liter air. Penyiang-an dilakukPenyiang-an sesuai kondisi gulma. Hama dPenyiang-an penyakit dikendalikan menggunakan pestisida dengan dosis sesuai anjuran.

Hibridisasi dinyatakan berhasil apabila dalam satu populasi persilangan muncul variasi seperti warna bunga, tinggi tanaman, atau bentuk tanaman dan semua itu dapat diketahui melalui karakterisasi hasil persilangan. Parameter yang diukur dalam karakterisasi adalah variasi warna bunga, panjang daun, lebar daun, pertambahan jumlah anakan, panjang bunga, panjang tangkai bunga, lebar bunga, panjang bibir, lebar bibir, dan jumlah kuntum tiap tangkai (Kartika-ningrum et al. 2004).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Persilangan yang dilakukan pada tahun 2004 merupakan lanjutan persilangan tahun-tahun sebelumnya. Status hasil persilangan sampai tahun 2003 disajikan pada Tabel l. Hasil persilangan tahun sebelumnya (2003) yaitu antara S. aurea

dengan S. plicata (ungu muda) terjadi segregasi bentuk dan corak bunga. Corak bunga terbagi dalam tiga tipe (Gambar 3). Persilangan antara S. aurea dengan S. plicata (ungu tua) menghasilkan keturunan yang relatif seragam. Hal ini menunjukkan bahwa S. plicata ungu muda (Spathoglottis

yang umum dijumpai) sudah merupakan hasil persilangan (kemungkinan hasil persilangan dengan warna putih),

sedangkan S. plicata ungu tua bukan merupakan hasil persilangan, sehingga persilangan dengan spesies lain menghasilkan keturunan yang seragam, baik warna, bentuk maupun corak. Perbedaan hanya terletak pada intensitas warna pada setiap keturunannya (Gambar 4).

Tabel 1. Status persilangan anggrek Spathoglottis yang dilakukan tahun 2003 di Kebun Percobaan Tanaman Hias Pasarminggu Jakarta dan Kebun Percobaan Balai Penelitian Tanaman Hias, Segunung

Sumber tetua Tanggal silang Tanggal panen K e t e r a n g a n B e t i n a J a n t a n

S 0 1 9 S 0 2 3 1 0 - 1 - 2 0 0 3 7 - 3 - 2 0 0 3 Jumlah klon yang tumbuh 14 S 0 1 9 S005S 2 0 - 1 - 2 0 0 3 2 4 - 2 - 2 0 0 3 Sudah berbunga

S 0 0 6 S 0 1 9 2 5 - 1 - 2 0 0 3 7 - 3 - 2 0 0 3 Biji tidak tumbuh S 0 0 1 S 0 2 3 1 0 - 2 - 2 0 0 3 2 4 - 3 - 2 0 0 3 Sudah berbunga

S 0 0 1 S 0 1 9 1 3 - 2 - 2 0 0 3 2 4 - 3 - 2 0 0 3 Planlet mati dalam botol 5 0 0 1 Calanthe sp 1 7 - 2 - 2 0 0 3 2 4 - 3 - 2 0 0 3 Planlet tumbuh tidak normal K S P 7 . 3 S 0 2 3 1 7 - 2 - 2 0 0 3 2 6 - 3 - 2 0 0 3 Buah pecah

S 0 0 1 S 0 1 9 1 3 - 2 - 2 0 0 3 2 6 - 3 - 2 0 0 3 Buah pecah

S 0 0 5 Calanthe sp. 1 7 - 2 - 2 0 0 3 1 - 4 - 2 0 0 3 Buah tidak berkecambah Calanthe sp Calanthe sp 1 9 - 2 - 2 0 0 3 3 - 4 - 2 0 0 3 Bunga gugur

S 0 1 9 S006S 2 6 - 2 - 2 0 0 3 2 2 - 4 - 2 0 0 3 Sebagian sudah berbunga S 0 1 9 S 0 2 3 1 3 - 3 - 2 0 0 3 2 6 - 6 - 2 0 0 3 Sulit diaklimatisasi S021J C a l a n t h e 8 - 4 - 2 0 0 3 1 9 - 5 - 2 0 0 3 Buah gugur S021J S 0 0 5 1 - 4 - 2 0 0 3 1 9 - 5 - 2 0 0 3

-S 0 1 9 5 0 2 3 2 2 - 8 - 2 0 0 3 1 3 - 1 0 - 2 0 0 3 Sulit diaklimatisasi Spa. Plicata 5 0 1 9 1 9 - 8 - 2 0 0 3 1 3 - 1 0 - 2 0 0 3 Bunga gugur

Spa. Plicata”putih” S 0 2 3 2 8 - 8 - 2 0 0 3 1 3 - 1 0 - 2 0 0 3 Sgn100 sudah aklimatisasi Spa. vanoverb. S 8 5 - 4 1 7 - 1 1 - 2 0 0 3 2 4 - 1 2 - 2 0 0 3 Sulit aklimatisasi Sumber: Kartikaningrum et al. (2004)

Gambar 3. Hasil persilangan antara Sphatoglottis aurea dengan S. plicata ( ungu muda)

Gambar 4. Hasil persilangan antara Spathoglottis aurea dengan S. plicata ( ungu tua)

(4)

Persilangan antara S001 dengan S. unguiculata meng-hasilkan keturunan F1 yang seragam. Hal ini juga menan-dakan kedua tetua tersebut masih murni spesies. Hasil persilangan memiliki karakter yang merupakan kombinasi dari kedua tetuanya, namun warna bunga dominan dari tetua S. unguiculata dan tanaman pendek sehingga dapat dijadikan sebagai tanaman pot. Namun karakter nonresupinasi (yang menyebabkan bunga menghadap ke atas) yang berasal dari

S. unguiculata masih dominan, sehingga perlu dilakukan silang balik agar bunganya menghadap ke depan.

Persilangan yang dilakukan tahun 2004 (Tabel 2) banyak menggunakan tetua betina S023 dan S025 yang keduanya merupakan sumber tetua untuk tangkai bunga pendek. S023 merupakan spesies anggrek S. unguiculata yang memiliki sifat cepat membentuk anakan, namun memiliki kelemahan yaitu bunganya menggerombol di atas dan menghadap ke atas. S025 adalah spesies anggrek S. vanoverbergii yang berwarna kuning, keping sisi ungu sampai merah, dan ukuran bunga kecil, namun tangkai bunganya kurang kokoh.

Hasil persilangan pada tahun-tahun sebelumnya me-nunjukkan bahwa bila kondisi tanaman atau lingkungan kering, persilangan sering tidak berhasil. Kondisi yang lembap akan meningkatkan peluang keberhasilan persilang-an. Persilangan dengan menggunakan genus lain sudah dicoba yaitu dengan Bletila striata, namun biji belum

Tabel 2 . Persilangan yang dilakukan tahun 2004 di Kebun Percobaan Tanaman Hias Pasarminggu Jakarta dan Kebun Percobaan Balai Penelitian Tanaman Hias, Segunung

Sumber tetua

Tanggal silang Tanggal panen K e t e r a n g a n B e t i n a J a n t a n

S 0 2 5 S 0 1 9 8 - 1 - 2 0 0 4 2 6 - 2 - 2 0 0 4 Masih dalam botol kultur S 0 1 9 S 0 2 3 2 - 3 - 2 0 0 4 - Tanaman sudah diaklimatisasi K S P 1 9 0 5 - 2 7 9 S 0 2 5 9 - 8 - 2 0 0 4 2 1 - 9 - 2 0 0 4 Masih dalam botol kultur K S P 1 9 0 5 - 2 7 9 S 0 2 3 9 - 8 - 2 0 0 4 2 1 - 9 - 2 0 0 4 Masih dalam botol kultur K S P 1 9 0 5 - 2 5 2 S 0 2 5 9 - 8 - 2 0 0 4 2 1 - 9 - 2 0 0 4 Masih dalam botol kultur S 0 2 5 S 0 8 5 - 0 0 1 1 0 - 9 - 2 0 0 4 1 0 - 1 0 - 2 0 0 4 Masih dalam botol kultur S 0 8 5 - 0 0 1 S 0 2 5 1 0 - 9 - 2 0 0 4 2 1 - 1 0 - 2 0 0 4 Masih dalam botol kultur L Q 0 0 2 - 1 S 0 2 5 1 0 - 9 - 2 0 0 4 5 - 1 0 - 2 0 0 4 Masih dalam botol kultur S 0 2 5 L Q 0 0 2 - 1 1 0 - 9 - 2 0 0 4 1 0 - 1 0 - 2 0 0 4 Masih dalam botol kultur S 0 0 3 S 0 2 3 1 0 - 9 - 2 0 0 4 2 2 - 1 0 - 2 0 0 4 Masih dalam botol kultur S 0 0 6 S 0 2 5 2 6 - 8 - 2 0 0 4 7 - 1 0 - 2 0 0 4 Masih dalam botol kultur S 0 2 4 S 0 2 3 8 - 1 0 - 2 0 0 4 1 1 - 1 0 - 2 0 0 4 Masih dalam botol kultur S 0 2 4 S 0 2 5 8 - 1 0 - 2 0 0 4 1 1 - 1 0 - 2 0 0 4 Masih dalam botol kultur S 0 0 6 S 0 2 3 2 6 - 8 - 2 0 0 4 7 - 1 0 - 2 0 0 4 Masih dalam botol kultur S 0 2 4 S 0 2 3 8 - 1 0 - 2 0 0 4 1 1 - 1 0 - 2 0 0 4 Masih dalam botol kultur S 0 2 4 S 0 2 5 8 - 1 0 - 2 0 0 4 1 1 - 1 0 - 2 0 0 4 Masih dalam botol kultur S 0 2 5 S 0 2 4 1 8 - 1 0 - 2 0 0 4 2 0 - 1 2 - 2 0 0 4 Masih dalam botol kultur S 0 2 5 S96 2 3 - 1 1 - 2 0 0 4 2 8 - 0 1 - 2 0 0 5 Masih dalam botol kultur S96 S 0 2 5 2 3 - 1 1 - 2 0 0 4 4 - 0 1 - 2 0 0 5 Masih dalam botol kultur S 0 2 1 S 0 2 2 8 - 2 - 2 0 0 5 2 9 - 3 - 2 0 0 5 Biji belum tumbuh Sumber: Kartikaningrum et al. (2004)

tumbuh. Persilangan Spathoglottis dengan Calanthe juga telah dilakukan, namun perkembangan tanaman selanjutnya tidak bagus.

Persilangan S. aurea dengan S. unguiculata sulit mem-peroleh tanaman dalam jumlah besar sehingga persilangan terus dilakukan. Kedua tetua ini mempunyai indikasi me-nurunkan warna-warna yang dominan. Menurut Lacandula (2004) yang mengutip pernyataan Aurique, warna kuning biasanya bersifat dominan pada setiap persilangan. Namun, persilangan S. plicata dengan S. unguiculata menghasilkan keturunan yang bunganya memiliki warna dominan dari S. unguiculata. Semua keturunan memiliki warna yang sama yaitu ungu tua. Diharapkan persilangan antara S. unguiculata

dengan S. aurea akan memberikan warna campuran keduanya.

KESIMPULAN

Persilangan anggrek Spathoglottis yang dilakukan tahun 2004 menghasilkan populasi Fl hasil persilangan (20 seri persilangan) dengan umur buah berkisar antara 25-65 hari setelah penyerbukan. Keragaman karakter Spathoglottis

terletak pada tangkai bunga, bunga dan bagian-bagian bunga, sedangkan karakter pada daun tidak menunjukkan keragaman.

(5)

Persilangan Spathoglottis yang memiliki warna berbeda akan menghasilkan keturunan dengan kombinasi warna kedua tetuanya. Karakter yang dimiliki S. unguiculata sangat mendominasi keturunannya. Dengan adanya hibridisasi anggrek Spathoglottis diharapkan dapat diperoleh hibrida-hibrida dengan kombinasi warna yang bervariasi sehingga dapat mendorong minat masyarakat akan anggrek Spatho-glottis.

DAFTAR PUSTAKA

Davis, R.S and M.L. Steiner. 1982. Philippines Orchids. Entrient Press, Atlagmalolos, Bulacan. 270 pp.

Gunadi, T. 1986. Anggrek dari Benua ke Benua. Angkasa, Jakarta. 129 hlm.

Hawkes, A. D. 1970. Encyclopedia of Cultivated Orchids. Faber and Faber Limited, London. p. 602.

Holtum, R.E. and 1. Enoch. 1972. Flora of Malaya. Orchid. Gov Printing Office, Singapura 1: 759.

Kartikaningrum, S., Yoyo Sulyo, Nur. Q. Hayati, dan Suryanah. 2004. Hibridisasi anggrek Spathoglottis secara konvensional. Laporan Akhir Tahun Balai Penelitian Tanaman Hias, Segunung, Cianjur. hlm. 74-82.

Lacandula, J.M.M. 2004. The amazing garden sentries (http:// www.manilatimes.net/national/2004/may/04/yehey/life/ 20040504.html).

Trubus. 1993. Menyilang Anggrek. Penebar Swadaya, Jakarta. hlm. 27-40.

Gambar

Gambar 1.  Spathoglottis plicata
Gambar 2. Kuntum bunga nomor ganjil dihitung dari pangkal tangkai
Gambar 4. Hasil persilangan antara Spathoglottis aurea dengan S.
Tabel 2 . Persilangan yang dilakukan tahun 2004 di Kebun Percobaan Tanaman Hias Pasarminggu Jakarta dan Kebun Percobaan  Balai Penelitian Tanaman Hias, Segunung

Referensi

Dokumen terkait

bersih/hujan (PAH), pembuatan sumur bor, pengoptimalisasi PDAM Selatpanjang, koordinasi antar dinas, menjalin kerjasama dengan pihak swasta dalam penyediaan air

Pola tersebut menunjukkan betina bunting aktif bergerak pada pagi dan petang hari, ketika turun dari pohon tidur dan beranjak naik menuju pohon tidur serta rendah di tengah

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa interaksi antara pemberian zat pengatur tumbuh (Rootone F) dengan kombinasi media pada perbanyakan tanaman lada secara stek

Alhamdulillah, rasa syukur penulis kepada Allah SWT, karena rahmat dan karunia Nya penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Analisis pemeliharaan peralatan dan

Dibandingkan dengan tembaga murni dan kuningan perunggu merupakan paduan yang mudah dicor dan mempunyai kekuatan yang lebih tinggi, demikian juga ketahanan ausnya

Dalam kaitan dengan interaksi antara bank sentral dengan perbankan dan pelaku ekonomi dalam proses perputaran uang, mekanisme saluran suku bunga ada beberapa tahap, (1)

Klasifikasi sumber-sumber data : 1) data primer yang diperoleh langsung dari uji ahli, uji kelayakan dari pengguna dan uji efektivitas. Uji Ahli terdiri atas tiga

Bahan baku yang digunakan oleh auditee dan pemasok bukan merupakan kayu bekas atau hasil bongkaran, dengan demikian verifier tersebut tidak diterapkan-. Dokumen