• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAHULUAN. Kata kunci: Distorsi Harga, Pendapatan Petani

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENDAHULUAN. Kata kunci: Distorsi Harga, Pendapatan Petani"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

THE PRICE DISTORTION OF OIL PALM STEM FRESH FRUIT (TBS) AND ITS INFLUENCE TOWARD FARMER INCOME IN THE RURAL AREA

Oleh: Almasdi Syahza

Pusat Pengkajian Koperasi dan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Universitas Riau

(Diterima: 13 Maret 2004, disetujui: 27 Maret 2004) ABSTRAK

Kelapa sawit merupakan tanaman primadona sebagian besar masyarakat Riau, karena terbukti memberikan penghasilan yang lebih baik dari tanaman perkebunan lainnya. Sampai tahun 2003 luas perkebunan kelapa sawit telah mencapai 1.312.661 ha dengan tingkat pertumbuhan per tahun sebesar 15,39%. Namun pada tingkat petani terdapat distorsi harga antara petani swadaya dengan petani peserta plasma. Distorsi ini menyebabkan kesenjangan pendapatan antara petani kelapa sawit di pedesaan. Kesenjangan ini disebabkan, antara lain: 1) distorsi harga antara petani plasma dengan petani swadaya; 2) kemampuan petani swadaya terhadap pengelolaan kebun masih rendah; 3) pendapatan petani swadaya sangat dipengaruhi oleh harga TBS yang mereka terima; dan 4) pasar TBS lebih cenderung monopsonistik.

Kata kunci: Distorsi Harga, Pendapatan Petani ABSTRACT

Most of people in Riau province have supposed that oil palm as an excellent plant, as this kind of plant has given the better result compared with other kinds of plantation available. Until the year of 2003, the oil palm plantation area has reached 1,312,661 ha with the growth level for one year is 15.39%. But at farmer level has occurred the price distortion between self-support farmer and plasma members. It caused by some factors, namely: 1) the distortion price between self-support farmer and plasma members; 2) the lack of capability of self-support farmer in processing the plantation; 3) self-support farmer income is influenced significantly by TBS price received; and 4) TBS market is inclined monopsonistic.

terutama bagi petani perkebunan.

PENDAHULUAN

Hal ini cukup beralasan karena Kelapa sawit merupakan salah

daerah Riau memang cocok dan satu komoditas yang penting dan

potensial untuk pembangunan strategis di daerah Riau karena

pertanian perkebunan. Tahun 2003 peranannya yang cukup besar dalam

luas perkebunan kelapa sawit telah mendorong perekonomian rakyat,

(2)

kebun kelapa sawit terluas di dualistik antara ekonomi kerakyatan Indonesia (Syahza, 2003c). Untuk dengan ekonomi konglomerasi yang masa-masa akan datang, luas areal masing-masing memiliki kapasitas k e l a p a s a w i t a k a n t e r u s dan aksesibilitas yang berbeda. berkembang karena tingginya animo Akibatnya, muncul pasar persaingan masyarakat terhadap perkebunan tak sempurna seperti monopoli atau kelapa sawit. Perkembangan luas m o n o p s o n i . S e l a i n d a r i i t u , areal perkebun-an tersebut tentu hubungan antara supply dengan akan diikuti oleh pening-katan demand tidak berimbang sehingga produksi tandan buah segar (TBS). harganya berfluktuasi. Selanjutnya D a r i s i s i l a i n u n t u k Basri (1997) juga menyatakan pengolahan TBS harus didukung bahwa ketidak-seimbangan antara oleh pabrik kelapa sawit (PKS). penawaran sumberdaya produktif Namun kenyataannya pabrik kelapa d e n g a n p e r m i n t a a n ( i n d u s t r i sawit yang ada tidak cukup pengolah) akan menyebabkan menampung TBS dari kebun petani rendahnya daya saing sehingga baik plasma mau-pun petani kondisi ini akan menimbulkan s w a d a y a . I n i m e n g a k i b a t k a n distorsi harga.

meningkatnya suplai TBS terutama Akibat terjadinya distorsi sekali dari perkebunan rakyat h a r g a p a d a t i n g k a t p e t a n i , ( s w a d a y a ) . P e n y e b a b l a i n menyebabkan harga TBS turun meningkatnya suplai TBS adalah y a n g a k i b a t n y a m e n u r u n n y a sebagian besar produktivitas pendapatan petani. Pada kondisi ini p e r k e b u n a n m u l a i m e n i n g k a t petani tidak dapat berbuat banyak, (kondisi optimum) (Syahza, 2003a). karena harga ditentukan oleh pihak A k i b a t d a r i k e t i d a k - pembeli (perusahaan inti atau kaki seimbangan suplai TBS dengan tangan dari perusahaan). Pada ketersediaan PKS di daerah Riau, posisi ini petani menghadapi menyebabkan terjadinya distorsi k e k u a t - a n p a s a r T B S y a n g harga pada tingkat petani kelapa monopsonistis/ oligopsonistis, sawit. Distorsi harga ini sangat sehinga petani selalu dirugikan. dirasakan oleh petani swadaya, Guna memperbaiki struktur pasar karena mereka tidak mempunyai tersebut, maka perlu pengembangan PKS sebagai penampung TBS PKS di daerah yang berpotensi mereka. Berbeda dengan TBS yang m e n g h a s i l k a n T B S ( S y a h z a , dihasilkan oleh petani plasma, yang 2003b).

sudah ada jaminan pengolahan dari Isu pokok pada penelitian ini perusahaan inti atau perusahaan adalah: 1) ketidak-seimbangan bapak angkat. TBS yang dihasilkan oleh petani Sa’id dan Harizt (2001) d e n g a n p a b r i k k e l a p a s a w i t m e n y a t a k a n b a h w a s i s t e m menyebabkan terjadinya distorsi pemasaran di Indonesia didasarkan harga pada tingkat petani kelapa kepada sistem perekonomian sawit; 2) PKS tidak bertambah

(3)

Rumusan masalah pada tulisan rencana tata ruang wilayah (RTRW) ini adalah: Mengapa terjadi distorsi propinsi Riau, daerah tersebut harga antara petani kelapa sawit merupakan bagian dari pusat peserta plasma dengan petani p e n g e m b a n g a n p e r k e b u n a n kelapa sawit swadaya ? khususnya kelapa sawit (Disbun

Berdasarkan gambaran dan Propinsi Riau, 1994); 2) umur per-masalahan di atas maka tujuan kelapa sawit pada kedua daerah p e n e l i t i a n i n i a d a l a h u n t u k tersebut pada usia produksi mengetahui distorsi harga pada optimum yaitu umur 10 sampai 16 tingkat petani kelapa sawit, dan tahun (baik produksi TBS, minyak penyebab terjadinya distorsi harga sawit, dan inti sawit); 3) pada tersebut. Dengan demikian hipotesis d a e r a h K a b u p a t e n K a m p a r yang akan diuji adalah: Terdapat dikembangkan perkebunan plasma perbedaan pendapatan petani kelapa sawit dengan perusahaan plasma dengan petani swadaya BUMN sebagai inti, di daerah sebagai akibat adanya distorsi harga Kabupaten Pelalawan dikembangkan tandan buah segar (TBS) pada perkebunan kelapa sawit dengan tingkat petani. perusahaan swasta sebagai inti; 4) Hasil penelitian ini diharapkan kedua daerah dapat mewakili dapat merumuskan kegiatan- wilayah pengembangan perkebunan kegiatan atau strategi apa yang yaitu Kabupaten Kampar mewakili mesti ditempuh oleh pemerintah R i a u B a r a t d a n K a b u p a t e n d a e r a h u n t u k p e n g e m b a n g a n Pelalawan mewakili Riau Timur; 5) perkebunan kelapa sawit ke depan d i s e k i t a r p e n g e m b a n g a n dan strategi untuk pembangunan perkebunan kelapa sawit kedua ekonomi pedesaan. k a b u p a t e n t e r s e b u t b a n y a k

masyarakat tempatan melalukan usahatani kelapa sawit secara

METODE PENELITIAN swadaya; dan 6) dari kedua

P e n e l i t i a n i n i d i l a k u k a n kabupaten tersebut mempunyai melalui survei dengan metode produktivitas kebun yang berbeda perkembangan (Developmental (untuk TBS Kabupaten Kampar Research). Tujuan penelitian 3,00 ton per hektar dan Kabupaten p e r k e m b a n g a n a d a l a h u n t u k Pelalawan 2,68 ton per hektar, menyelidiki pola dan perurutan untuk mi-nyak sawit di Kabupaten p e r t u m b u h a n a t a u p e r u b a h a n Kampar 21,87% dan Kabupaten sebagai fungsi waktu. Penentuan Pelalawan 21,25%).

lokasi secara Multistage cluster Ukuran Sampel sampling di wilayah pengembangan

S a m p e l d i a m b i l d a r i perkebunan kelapa sawit. Daerah

masyarakat di daerah penelitian terpilih adalah Kabupaten Kampar

yang terpilih, yaitu Kabupaten dan Kabupaten Pelalawan. Alasan

Kampar dan Kabupaten Pelalawan. p e m i l i h a n k e d u a k a b u p a t e n

Rumus untuk ukuran sampel adalah tersebut, antara lain: 1) dalam

(4)

yaitu n adalah ukuran sampel; P (sampel secara acak sistematis), merupa-kan proporsi dari masing- dengan kriteria tertentu, antara lain: masing kelompok sampel (plasma 1) masyarakat peserta plasma, dan swadaya) pada kelas yang responden yang dipilih adalah petani terpilih; sedangkan Q = 1 - P; N yang telah melakukan konversi adalah ukuran populasi; Z adalah lahan kebun kelapa sawit; 2) dari nilai deviasi normal terhadap masyarakat non-plasma ditarik p r o b a b i l i t a s k e y a k i n a n y a n g responden yang melakukan kegiatan diinginkan, dan d = standar error. usahatani kelapa sawit yang telah Penelitian ini menggunakan batas menghasilkan TBS; 3) kedua probabilitas keyakinan sebesar kelompok sampel yang diambil

95%. adalah petani yang umur tanaman

Pengambilan sampel dilakukan kelapa sawitnya pada usia produksi secara Stratified Cluster Sampling optimum yaitu umur 10 sampai 16 sehingga masing-masing daerah tahun.

terpilih terdapat sampel yang Pada masing-masing daerah mewakili. Metode ini digunakan terpilih sebagai sampel, ditentukan dengan pertimbangan bahwa letak proporsi (P) dari masing-masing lokasi penelitian yang berpencaran, kelompok sampel yaitu petani karakteristik masyarakat sebagai plasma dan petani swadaya. objek penelitian yang beragam. Hasil perhitungan tersebut disajikan

pada Tabel 1.

Pada masing-masing cluster

yang terpilih, diambil dua macam T i n g k a t k e y a k i n a n p a d a responden, yaitu responden dari penelitian ini adalah 95% (a=5%), peserta plasma kelapa sawit d a n d i a s u m s i k a n d a t a n y a (BUMN atau perusahaan swasta) berdistribusi normal, sehingga d a n r e s p o n d e n d a r i d a e r a h diperoleh nilai z sebesar 1,96. sekitarnya yang melakukan kegiatan D e n g a n m e n g g u n a k a n r u m u s usahatani kelapa sawit (swadaya Cochran (1991), maka diperoleh murni). Dari kedua lokasi setiap ukuran sampelnya sebesar 284 cluster ditarik sampel secara responden. Untuk lebih jelasnya s y s t e m a t i c r a n d o m s a m p l i n g ukuran sampel pada masing-masing Tabel 1. Jumlah Petani Kelapa Sawit pada Daerah Sampel Tahun 2003

(5)

p e n y i m p a n g a n ( b i a s ) y a n g Jenis dan Sumber Data

disebabkan oleh unsur subjektif D a l a m p e n e l i t i a n i n i

peneliti maka setiap kali selesai menggunakan jenis data primer.

m e l a k u k a n i n t e r v i e w d e n g a n Data primer yang diperlukan

responden dilakukan analisis m e n c a k u p i d e n t i t a s s a m p e l ,

p e n d a h u l u a n . K a l a u d i t e m u i pemilikan dan penguasaan lahan,

k e k e l i r u a n d a t a d a r i y a n g luas kebun kelapa sawit dan

diharapkan karena disebabkan oleh produksi, pendapatan rumah tangga,

adanya informasi yang keliru atau diversifikasi usaha, peluang usaha,

salah interpretasi maka dilakukan d a n p e n i n g k a t a n l a p a n g a n

k o n f i r m a s i t e r h a d a p s u m b e r pekerjaan. Untuk melengkapi

informasi atau dicari informasi informasi yang diinginkan, dilakukan

tambahan sehingga didapatkan w a w a n c a r a d e n g a n t o k o h

informasi yang lebih lengkap. masyarakat yang terdapat di daerah

Analisis Data dan Pengujian Hipotesis lokasi penelitian. Sedangkan data

sekunder yang diperoleh dari Data yang telah dikumpulkan instansi terkait mencakup jumlah dilanjutkan dengan pentabulasian dan kapasitas pabrik kelapa sawit, yang disesuaikan dengan kebutuhan luas lahan perkebunan (baik penelitian. Setelah data disajikan perkebunan besar swasta/BUMN dalam tabel, dilanjutkan dengan maupun rakyat), dan produksi penganalisisan. Anilisis kuantitatif

kelapa sawit. digunakan untuk membuktikan

hipotesis yang diajukan. Teknik Pengumpulan Data

Untuk menganalisis apakah Pengumpulan data primer

terdapat perbedaan pendapatan dilakukan dengan menggunakan

antara petani plasma dengan petani daftar pertanyaan yang telah

swadaya murni dilakukan uji t dua disusun berdasarkan kebutuhan

kelompok. Apabila kedua kelompok penelitian. Kuesioner berperan

sampel relatif homogen, maka diuji sebagai pedoman umum untuk

dengan rumus t, tetapi jika ternyata mengingatkan peneliti agar tidak

kedua kelompok sampel tersebut menyimpang dari tujuan penelitian.

heterogen maka dilakukan dengan U n t u k m e n g u r a n g i

uji t’ (Walpole, 1997). Tabel 2. Ukuran Sampel pada Masing-masing Daerah Terpilih

Sumber: Data olahan.

(6)

Untuk menganalisis distorsi harga dilakukan analisis secara mikro dengan memperhatikan tingkat penawaran dan permintaan TBS, perkembangan harga TBS, dan struktur pasar melalui derajat monopsonistik. Dari hasil analisis di mana X adalah pendapatan rata-1 distorsi pasar ini akan ditemukan

solusi untuk mengatasinya. rata petani plasma kelapa sawit; X 2

adalah pendapatan rata-rata petani

HASIL DAN PEMBAHASAN k e l a p a s a w i t s w a d a y a ; n 1

Pembangunan perkebunan merupakan ukuran sampel pe-tani

k e l a p a s a w i t y a n g p e r t a m a plasma; n merupakan ukuran 2

dilaksanakan oleh perusahaan sampel petani swadaya murni; S i

n e g a r a ( B U M N ) y a n g merupakan standar deviasi

masing-pelasanaannya dilakukan oleh PT masing kelompok sampel; dan S

P e r k e b u n a n d e n g a n p o l a adalah standar deviasi gabungan

perkebunan inti rakyat (PIR) yang kedua kelompok sampel.

berorientasi agribisnis. Program Guna mengetahui apakah

PIR tersebut bertujuan untuk k e d u a k e l o m p o k s a m p e l i t u

meningkatkan pendapatan dan homogen atau tidak, dilakukan uji

kesejahteraan masyarakat petani kesamaan, dengan menggunakan uji

khususnya peserta transmigrasi. Di F (Ritonga, 1997), yaitu:

s a m p i n g i t u j u g a u n t u k meningkatkan produksi kelapa sawit sebagai bahan baku industri. Namun Di mana S ² adalah varian a

akhirnya pembangunan perkebunan terbesar dan S ² adalah varian b

kelapa sawit juga dikembangkan terkecil pada kelompok sampel.

oleh perusahaan swasta (BUMS), Apabila Fhitung lebih besar dari Ftabel

baik dengan pembangunan kebun maka kedua kelompok itu heterogen i n t i m a u p u n m e l a l u i p o l a maka digunakan rumus t’, dan jika perkebunan inti rakyat perkebunan Fhitung lebih kecil dari Ftabel maka (PIR-BUN). Dari kegiatan yang kedua kelompok itu relatif homogen, dilakukan oleh BUMN dan BUMS digunakan rumus t. tersebut memperlihatkan tingkat Hasil perhitungan nilai t keuntungan baik dari pihak investor dibanding-kan dengan nilai t-tabel. maupun bagi petani sendiri sebagai Jika thitung lebih besar dari nilai ttabel peserta pogram PIR.

pada tingkat keyakinan 95%, maka Penerimaan petani kelapa secara statistik kedua kelompok itu sawit sangat tergantung kepada menunjukkan pendapatan yang umur tanaman. Semangkin tinggi

berbeda. umur tanaman (umur optimum)

di mana

dan

S ²a S ²b F = ——

(7)

sawit dan inti sawit semangkin perkem-bangan harga selama tinggi, yaitu 21,87% untuk minyak periode 2001-2002 per semester sawit dan 5,10% untuk inti sawit. disajikan pada Tabel 3. Harga TBS Tingginya kandungan minyak sawit yang disajikan tersebut berdasarkan yang dihasilkan oleh petani akan harga yang ditetapkan oleh Tim berpengaruh kepada harga tandan Pengkajian dan Penetapan Harga buah segar (TBS) yang diterima Pembelian TBS (PPHP-TBS) oleh petani. Harga yang ditetapkan Produksi Petani Propinsi Riau. Dari oleh perusahaan inti atau oleh tabel tersebut memperlihatkan p a b r i k k e l a p a s a w i t ( P K S ) tingkat harga yang diterima oleh berpedoman kepada harga CPO di petani berdasarkan umur tanaman pasar internasional. Untuk daerah kelapa sawit. Karena itu, penentuan Riau, khususnya bagi empat harga yang ditetapkan oleh tim perusahaan besar (PT Perkebunan berpengaruh langsung kepada Nusantara V, PT Sinar Mas, PT penerimaan petani kelapa sawit Astra, dan PT Asian Agri) harga khususnya petani peserta plasma T B S d i d a s a r k a n k e p a d a dari empat perusahaan besar k e s e p a k a t a n b e r s a m a y a n g perkebunan.

ditentukan oleh Tim Pengkajian dan Kalau dibandingkan dengan Penetapan Harga Pembelian TBS petani swadaya harga yang diterima (PPHP-TBS) Produksi Petani pada tingkat petani jauh lebih Propinsi Riau. Tim ini terdiri atas rendah dari harga pada petani w a k i l d a r i m a s i n g - m a s i n g plasma. Harga yang diterima oleh perusahaan, wakil dari petani, dan petani swadaya bukan didasarkan wakil dari pihak pemerintah yaitu kepada harga oleh tim PPHP-TBS, dinas perkebunan. melainkan harga yang ditetapkan S e b a g a i g a m b a r a n p a d a oleh pedagang pengumpul (toke).

Sumber: Dinas Perkebunan Propinsi Riau, tahun 2003.

(8)

Harga TBS di tingkat petani pada Tabel 5. Hasil uji F dari kedua swadaya cenderung ditentukan kelompok memperlihatkan Fhitung sepihak, hal ini disebabkan antara besar dari F , maka digunakan uji

tabel petani dengan PKS tidak ada

t’. Hasil perhitungan uji beda harga keterikatan kontrak. Ini sangat

TBS antara petani plasma dan berbeda dengan petani plasma,

swadaya menghasilkan nilai Zhitung mereka terikat kontrak dengan

lebih besar dari nilai Ztabel. Secara perusahaan inti. Hasil perhitungan

statistik kedua harga yang diterima menunjukkan adanya distrorsi harga

itu sangat berbeda pada taraf a = sebesar 1,27. Artinya setiap harga

yang diterima oleh petani swadaya 5%.

sebesar Rp 1,00 maka petani Rendahnya harga TBS yang plasma menerima harga Rp 1,27. diterima oleh petani swadaya Sebagai bahan perbandingan harga disebabkan oleh beberapa hal, TBS pada kedua kelompok tersebut antara lain: Pertama, petani disajikan pada Tabel 4. swadaya tidak ada ikatan dengan

pihak PKS atau perusahaan inti. Harga TBS yang diterima oleh

Hasil panen petani swadaya tidak petani plasma Rp 663,62 per kg

ada kepastian oleh pembeli TBS TBS, sedangkan oleh petani

pada saat panen tiba. Kondisi ini swadaya hanya sebesar Rp 520,60

menyebabkan kadang-kadang TBS per kg TBS (umur optimum).

sampai berhari-hari di kebun. Sedangkan harga rata-rata dari

Untuk menghindari ini petani kedua kelompok tersebut sebesar

terpaksa menjualnya berdasarkan Rp 628,37 per kg TBS. Perbedaan

harga yang telah ditentukan oleh harga TBS antara petani plasma

t o k e ; K e d u a , k u r a n g n y a dengan petani swadaya diuji secara

p e n g e t a h u a n p e t a n i s w a d a y a statistik dengan uji beda (uji t)

terhadap kualitas TBS mereka. yang hasil pengolahannya disajikan

A k i b a t n y a p i h a k

Tabel 4. Perbandingan Usahatani Kelapa Sawit antara Petani Plasma dengan Petani Swadaya pada Umur Optimum

(9)

toke juga dapat menekan harga kepada beberapa toke hal ini akan dengan menentukan kualitas TBS m e m a k a n w a k t u , s e h i n g g a (penentuan sepihak); Ketiga, untuk menimbulkan risiko terhadap menghindari risiko (pembusukan kualitas TBS.

b u a h , p e n c u r i a n ) d i t e m p a t Hasil analisis penerimaan penampungan sementara (TPS), usahatani kelapa sawit antara petani maka petani menjual harga TBS p l a s m a d a n p e t a n i s w a d a y a pada saat setelah panen; dan disajikan pada Tabel 6. Hasil k e e m p a t , p e t a n i i n g i n c e p a t perhitungan memperlihatkan bahwa menerima uang hasil kebun mereka. p e n d a p a t a n p e t a n i p l a s m a Kalau ditunggu atau ditawarkan bersumber dari kelapa sawit Tabel 5. Hasil Uji Beda Harga TBS Usahatani Kelapa Sawit

Sumber: Data olahan.

Tabel 6. Perbandingan Pendapatan Usahatani Kelapa Sawit Petani Plasma dengan Swadaya pada Umur Optimum (dalam Rp)

Keterangan: Angka dalam kurung merupakan persentase sumber pendapatan Sumber: Data olahan.

(10)

Sehingga total pendapatan petani sebagai akibat adanya distorsi harga plasma per bulan sebesar Rp tandan buah segar pada tingkat 2 . 1 1 7 . 3 0 2 a t a u s e b e s a r R p p e t a n i ” t e r b u k t i . P e r b e d a a n 25.407.624,00 per tahun. Jika tersebut menyebabkan pendapatan diasumsikan nilai tukar rupiah petani plasma lebih besar dari terhadap dollar sebesar US $ 1 = pendapatan petani swadaya.

Rp 8.500, maka pendapatan petani Faktor penyebab tingginya plasma sebesar US $ 2.989,00 per tingkat pendapatan petani plasma tahun. Sementara pendapatan petani adalah, antara lain: Pertama, petani s w a d a y a h a n y a s e b e s a r R p plasma sangat menggantungkan 1.807.679 per bulan atau Rp kehidupannya kepada hasil kebun 21.692.154 ini setara dengan US $ mereka, ini terbukti kontribusi 2.552,02 per tahun. pendapatan kelapa sawit terhadap Hasil uji statistik terhadap pendapatan keluarga sebasar perbeda-an pendapatan antara 90,30%. Karena itu kegiatan petani plasma dengan petani usahatani kelapa sawit sangat swadaya disajikan pada Tabel 7. serius dilakukan; Kedua, petani

Guna menentukan rumus uji t plasma merupakan mitra kerja yang dipakai pada analisis uji beda, perusahaan inti, karena itu petani terlebih dahulu dilakukan uji plasma selalu mendapat binaan dari homogenitas dari kedua kelompok. perusahaan inti menyangkut dengan Hasilnya diperoleh nilai Fhitung besar pengelolaan kebun. Ini dibuktikan dari nilai Ftabel, sehingga untuk uji tingginya produktivitas kebun petani yaitu 1,78 ton per hektar per bulan beda digunakan rumus

t’

. Hasil uji

atau 21,35 ton per tahun per hektar. statistik menunjukkan bahwa Zhitung S e d a n g k a n p e t a n i s w a d a y a besar dari Zt a b e l, yang berarti produktivitas kebunnya sebesar hipotesis pertama “terdapat 1,12 ton per hektar per bulan atau perbedaan pendapatan petani sebesar 13,44 ton per tahun per plasma dengan petani swadaya

Tabel 7. Hasil Uji Beda Pendapatan Usahatani Kelapa Sawit antara Petani Plasma dengan Swadaya

(11)

p e t a n i p l a s m a c u k u p t i n g g i pabrik, kedai kebutuhan harian di dibandingkan dengan harga di rumah. Rata-rata hasil tambahan tingkat petani swadaya. Harga yang ini di luar kebun kelapa sawit berlaku berpedoman kepada harga sebesar Rp 205.309 per bulan atau kesepakatan Tim PPHP-TBS; dan sebesar 9,7% dari total pendapatan kelima, biaya yang dikeluarkan oleh keluarga.

petani plasma per bulan relatif kecil P e r b e d a a n l a i n y a n g yaitu penyusutan alat pertanian m e n y e b a b k a n r e n d a h n y a berupa angkong, dodos, engrek, pendapatan petani swadaya ter-tojok, sprayer, parang, dan cangkul hadap petani plasma, antara lain: rata-rata sebesar Rp 27.786. Pertama, kemampuan mereka Sarana produksi pertanian berupa terhadap pengelolaan kebun masih pupuk, pestisida, dan lain-lain rendah dibandingkan dengan petani rata-rata sebesar Rp 267.024. p l a s m a . D a r i p e n g a m a t a n d i Sedangkan biaya transportasi TBS lapangan terlihat kebun petani ke PKS ditanggung oleh pihak swadaya kurang terawat, dan peru-sahaan inti, petani hanya menyebabkan produk-tivitas kebun mengeluarkan sebatas perbaikan hanya 1,12 ton per hektar per bulan jalan di sekitar kebun mereka rata- atau 13,44 ton per tahun per rata sebesar Rp 103.128. Total hektar; Kedua, tingginya harga biaya yang dikeluarkan oleh petani sarana produksi berupa pupuk, sebesar 27,98%, sedangkan petani pestisida dan lain sebagainya swadaya sebesar 37,47%. menyebabkan petani swadaya Pengamatan di lapangan kekurangan modal untuk itu. Akibat m e n u n j u k - k a n b a h w a p a d a pupuk yang diberikan terhadap umumnya petani plasma tidak kelapa sawit tidak kontinyu. banyak terlibat dalam kegiatan Sedangkan dari sisi petani plasma usahatani kelapa sawit. Mereka dapat membeli pupuk secara kredit lebih cenderung mengupahkan melalaui kelompok tani atau semua kegiatan yang berhubungan koperasi petani yang ada di wilayah dengan pengelolaan kebun dan mereka; dan ketiga, pendapatan panen. Kegiatan tersebut berupa petani swadaya sangat dipengaruhi pembersihan kebun, pemupukan, oleh harga TBS yang mereka pemberantasan hama penyakit, terima. Harga TBS di tingkat petani panen, timbang dan muat TBS. swadaya relatif rendah. Mereka W a k t u - w a k t u m e r e k a h a n y a tidak mempunyai kekuatan tawar-dihabiskan kumpul dengan keluarga menawar dengan si pembeli. Pasar atau berkumpul di warung kopi. T B S l e b i h c e n - d e r u n g Hanya sebagian kecil dari petani monopsonistik. Harga ditentukan yang ada kegiatan tambahan di luar sepihak oleh pedagang pengumpul berupa usahatani palawija di sekitar (toke). Alasan lain penekanan harga p e k a r a n g a n r u m a h m e r e k a , adalah jarak antara kebun dengan berdagang, tukang ojek, buruh PKS. Masalah ini PKS penampung

(12)

sentra-sentra produksi TBS, harga sarana produksi berupa terutama pada lokasi perkebunan p u p u k d a n p e s t i s i d a kelapa sawit swadaya. Hal ini menyebabkan kurang terawatnya s e j a l a n d e n g a n a p a y a n g kebun petani swadaya, sehingga diungkapkan oleh Saragih (2001), produktivitas kebun rendah.

bahwa dalam upaya penguatan 2. K e t i d a k s e i m b a n g a n a n t a r a ekonomi rakyat, industrialisasi produksi kebun (TBS dari p e r t a n i a n m e r u p a k a n s y a r a t petani) dengan pabrik kelapa keharusan (necessary condition), sawit (PKS) menyebabkan yang menjamin iklim makro yang terjadinya distorsi harga pada k o n d u s i f b a g i p e n g e m b a n g a n tingkat petani, karena kelapa ekonomi rakyat yang sebagian sawit menghadapi pasar yang b e s a r b e r a d a p a d a k e g i a t a n monopsonistik.

ekonomi berbasis pertanian. Untuk Saran

penguatan ekonomi rakyat secara 1. Untuk mengatasi distorsi harga riil, diperlukan syarat kecukupan a n t a r a p e t a n i p l a s m a d a n (sufficient condition) berupa swadaya perlu penambahan PKS, pengembangan organisasi bisnis terutama di wilayah perkebunan petani yang dapat merebut nilai swadaya murni. Petani pada tambah yang tercipta pada setiap posisi yang lemah, sebab harga m a t a r a n t a i e k o n o m i d a l a m ditentukan sepihak oleh pembeli industrialisasi pertanian. Organisasi TBS (pasar monopsonistik). bisnis di pedesaan ini berfungsi Pembangunan PKS ini harus sebagai lembaga pemasaran produk d i r a n c a n g d a l a m b e n t u k pertanian. agroesteit kelapa sawit. Konsep

a g r o e s t e i t k e l a p a s a w i t merupakan bentuk kerjasama KESIMPULAN DAN SARAN

antara perusahaan inti dengan

Kesimpulan petani peserta dalam bentuk

1. Terdapat perbedaan pendapatan kepemilikan kebun dan PKS. antara petani kelapa sawit Rancangan model agroesteit plasma dengan petani swadaya. k e l a p a s a w i t d i p e d e s a a n Perbedaan ini disebab-kan, b e r t u j u a n u n t u k m e n j a m i n antara lain 1) distorsi harga kepastian pengolahan TBS yang antara petani plasma dengan dihasilkan oleh petani peserta. petani swadaya; 2) kemampuan Dengan sistem paket agroesteit p e t a n i s w a d a y a t e r h a d a p a k a n m e n g h i n d a r k a n pengelolaan kebun masih rendah; penumpukan TBS di kebun 3) pendapatan petani swadaya petani dan menjamin kepastian sangat dipengaruhi oleh harga harga TBS pada tingkat petani. TBS yang mereka terima, 4) 2. Untuk merangsang investor pasar TBS lebih cen-derung m e l a k u k a n i n v e s t a s i y a n g monopsonistik; dan 5) tingginya berbasis pedesaan, maka harus

(13)

3. M e n g i n g a t k o m p l e k s i t a s Sa’id, G.E. dan Harizt I.A. 2001. Manajemen Agribinis. Penerbit p e r m a s a l a h a n e k o n o m i

Ghalia Indonesia, Jakarta. masyarakat pedesaan, teruta-ma

Saragih, B. 2001. Agribisnis: m e n y a n g k u t p e n g e m b a n g a n

Paradigma Baru Pembangunan industri berbasis pedesaan, maka Ekonomi Berbasis Pertanian. seyogyanya dilakukan penelitian Yayasan USESE, Bogor.

lanjutan untuk pemberdayaan

S u h a r t i n i n g s i h , W . 2 0 0 3 . ekonomi pedesaan, sehingga M e m b a n g u n A g r o i n d u s t r i ekonomi masyarakat pedesaan B e r b a s i s K e l a p a S a w i t .

Usahawan Indonesia, 02(32). b e r k e m b a n g s e i r i n g

p e r k e m b a n g a n e k o n o m i S y a h z a , A . 2 0 0 2 . P o t e n s i Pembangunan Industri Hilir perkotaan.

Kelapa Sawit di Daerah Riau. Usahawan Indonesia, 04(31). __________. 2003a. Paradigma Baru

Pemasaran Produk Pertanian Basri, F. 1997. Perekonomian

Berbasis Agribisnis di Daerah Indonesia Menjelang Abad XXI.

Riau. Jurnal Ekonomi, 01(08). FE-UI, Jakarta.

__________. 2003b. Rancangan Cochran, W.G. 1991. Teknik

Model Pemberdayaan Ekonomi Penarikan Sampel. UI-Press,

Masyarakat Pedesaan Berbasis Jakarta.

Agribisnis di Daerah Riau. Dinas Perkebunan Propinsi Riau. Jurnal Pembangunan Pedesaan,

1994. Laporan Tahunan. Dinas 03(02). Perkebunan Propinsi Riau.

__________. 2003c. Rancangan __________. 2003. Laporan Tahunan. Model Pemberdayaan Ekonomi Dinas Perkebunan Propinsi Pedesaan Melalui Pembangunan

Riau. Agroestat Kelapa Sawit di

Daerah Riau. Jurnal Ekonomi, Ritonga, R.A. 1997. Statiska untuk

02(08). P e n e l i t i a n P s i k o l o g i d a n

Pendidikan. Lembaga Penerbit Walpole, R.E. 1997. Pengantar FE Universitas Indonesia, S t a t i s t i k a . T e r j e m a h a n :

Jakarta. Bambang Sumantri, Gramedia,

Gambar

Tabel 2. Ukuran Sampel pada Masing-masing Daerah Terpilih
Tabel 3. Rataan Perkembangan Harga TBS Per Semester (Rp/kg)
Tabel 4. Perbandingan Usahatani Kelapa Sawit antara Petani Plasma dengan Petani Swadaya              pada Umur Optimum
Tabel 6. Perbandingan Pendapatan Usahatani Kelapa Sawit Petani Plasma dengan Swadaya              pada Umur Optimum (dalam Rp)
+2

Referensi

Dokumen terkait

yang akan mendidik peserta didik. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 35 Tahun 2010, guru didefenisikan sebagai pendidik profesional dengan tugas

Sedangkan pasal 148, bila putusan denda yang diatur dalam Undang-Undang ini tidak dibayarkan oleh pelaku tindak pidana Narkotika maka pelaku dijatuhi penjara paling lama 20

Organ tersebut berperan penting pada proses absorpsi cairan yang berasal dari  tubulus seminiferus testis, pematangan, penyimpanan dan penyaluran spermatozoa ke  ductus

Dalam usaha untuk menemukan marka molekuler atau segmen DNA yang berkaitan dengan fenotipe tertentu, penelitian untuk mengkaji asosiasi polimorfisme lokus

Penelitian ini bertujuan mengaplikasikan suatu teknologi pasteurisasi non konvensional yaitu teknologi pasteurisasi non termal dengan medan pulsa listrik tegangan tinggi (High

Definisi 2.9 (Kusumadewi, 2002) Proses defuzzifikasi merupakan suatu bentuk inferensi sistem fuzzy dengan inputnya adalah suatu himpunan fuzzy yang diperoleh dari komposisi

Pada penelitian ini dugunakan sistem pemompaan untuk pengaliran ke daerah Sam-sam atau Kandis Pasar Minggu yang melewati daerah Telaga Sam-sam, dikarenakan kondisi

Maka diperlukan sebuah kolimator neutron untuk menghasilkan berkas neutron dengan karakteristik yang tepat agar dapat digunakan sebagai sumber neutron untuk terapi BNCT.. Pada