• Tidak ada hasil yang ditemukan

POLA PERMUKIMAN KAMPUNG KAUMAN KOTA MALANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "POLA PERMUKIMAN KAMPUNG KAUMAN KOTA MALANG"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

POLA PERMUKIMAN KAMPUNG KAUMAN KOTA MALANG

Ekahayu Rakhmawati, Antariksa, Fadly Usman

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jl. Mayjen Haryono 167 Malang 65145

Telp. 62-341-567886; Fax. 62-341-551430 Email: ekahayu_planology@yahoo.co.id

ABSTRAK

Sejarah Islam di Indonesia telah menyisakan peninggalan/karya budaya yang berharga. Permukiman sebagai salah satu hasil budaya pada masa (kerajaan) Islam telah membentuk identitas lingkungan (district) yang turut memperkaya wajah kota secara keseluruhan. Kauman sebagai permukiman lslam merupakan suatu usaha untuk menggambarkan pola spasial Kauman sebagai permukiman islami (Islamic Village) berdasarkan peninggalan sejarah Islam di Jawa (kerajaaan Islam Mataram). Keseluruhan studi ini dapat dibagi menjadi tiga bagian besar yang meliputi penggambaran karakteristik pola permukiman Kampung Kauman Kota Malang, pola spasial permukiman dan pengaruh pembentukannya, serta membuat rekomendasi arahan penataan Kampung Kauman Kota Malang. Hasil studi berupa komponen yang menunjang terbentuknya permukiman, komponen-komponen yang tidak menunjang dan komponen-komponen koreksi atau pengayaan terhadap komponen yang telah dibuat secara konseptual (studi sebelumnya). Pembangunan lingkungan permukiman Kauman pada masa mendatang diharapkan dapat memperkuat identitas Kauman sebagai kampung islami (dengan memperhatikan komponen yang menujang keislaman), tanpa merusak nilai sejarah dan citra lingkungan sebagai salah satu komponen kawasan peninggalan pusat kota kerajaan/kadipaten. Untuk mencapai permukiman islami yang optimal, maka sangat penting untuk mempertimbangkan unsur budaya lokal dan karakteristik masyarakat dalam perumusan komponen perumahan islami.

Kata kunci: pola perumahan, Kampung Kauman, pelestarian.

ABSTRACT

Indonesian Islamic history was leaving priceless heritage. Housing as the one of heritage asset at the age of Islamic empire was formalize enviroment identity, that also enrich face of the city roundly. Kauman as Islamic village is an effort to describe Kauman spatial pattern as Islamic village, based on Islamic heritage on Java (Mataram Islamic empire). Over all this study can be divided into three major parts, that cover characteristic presentment of malang city’s ‘Kampung Kauman’ housing pattern, the spatial housing pattern and it’s establishment, and also recommend the guidance of Malang city’s ‘Kampung Kauman’ arrangement. Final results of the study are the elements that support village establishment, non support elements, and correction elements or enrichment of the element that have been made conceptually (the previous study). In the future, development of Kauman housing enviroment expected to strenghten Kauman identity as Islamic village, without ruin the history values and enviroment image as the one of empire city central area element. To achieve the best Islamic housing, it’s very important to consider local culture element and people characteristic under the fomularization of Islamic housing element.

Key words: housing pattern, Kampung Kauman, perpetuation.

Pendahuluan

Kauman adalah nama sebuah perkampungan yang terletak di sekitar Masjid Agung (Kodiran 1995:8). Masyarakat Islam pada mulanya terbentuk dengan berdirinya masjid, demikian juga halnya dengan masyarakat Islam Kauman (Darban 1980:24). Ciri khas perkampungan masyarakat muslim di Jawa dikenal dengan nama Kampung Kauman yang dahulu merupakan kompleks tempat tinggal para kaum ulama dan kerabatnya.

arsitektur e-Journal, Volume 2 Nomor 3, November 2009

160

(2)

Aktivitas sosial budaya masyarakat Kampung Kauman sarat dengan nilai-nilai kebudayaan Islam.

Kota Malang termasuk kategori kota pedalaman yang bercirikan pusat pemerintahan berada di pusat kota dengan simbol alun-alun sebagai pusat kebudayaan yang dikelilingi oleh bangunan-bangunan dengan fungsi penunjang kegiatan pemerintahan dan kegiatan sosial budaya masyarakat. Salah satu komponen alun-alun ialah Masjid Jami sebagai pusat kegiatan keagamaan dan kebudayaan Islam. Keberadaan Masjid Jami diikuti dengan tumbuhnya perkampungan di belakangnya yang selanjutnya disebut Kampung Kauman. Seperti halnya Kampung Kauman di kota-kota di Indonesia, Kampung Kauman di Kota Malang juga sarat akan aktivitas keagamaan Islam.

Sejarah Islam di Indonesia telah menyisakan peninggalan/karya budaya yang berharga. Permukiman sebagai salah satu hasil budaya pada masa (kerajaan) Islam telah membentuk identitas lingkungan (district) yang turut memperkaya wajah kota secara keseluruhan. Keberadaan Kampung Kauman Kota Malang menandai pola pembentukan kawasan hunian yang berada di tengah kota beserta kawasan permukiman lainnya seperti Kampung Cina, Kampung Arab, Kampung Melayu, dan sebagainya. Sebagai citra permukiman islami, tentunya kauman memiliki keunikan-keunikan/kekhasan yang bisa jadi tidak ditemui di perkampungan-perkampungan lain. Gambaran karakteristik Kampung Kauman dalam kajian ini ditujukan untuk memahami karakter tempat tinggal bagi komunitas Kauman yang merupakan bagian dari subkultur etnis Jawa serta mengidentifikasi pola spasial dan orientasi permukiman Kampung Kauman.

Seiring berjalannya waktu, identitas Kampung Kauman sebagai citra permukiman islami semakin lama semakin memudar. Hal ini disebabkan semakin bertambahnya aktivitas masyarakat, serta banyaknya pendatang yang bermukim di Kampung Kauman. Tidak ada fenomena kemasyarakatan yang mutlak statis dan tidak ada yang mutlak dinamis, berubahnya masyarakat melalui beberapa proses yang didukung oleh berbagai sebab : pertama, innovation (pembaharuan); kedua, invention (penemuan baru); ketiga,

adaptation (penyesuaian); dan keempat, adoption (penggunaan penemuan baru) (Darban

2000:72-73). Masyarakat Kauman pun tidak luput dari perubahan sosial di dalamnya. Sebagai suatu masyarakat, Kauman mengalami perubahan sosial, yang telah mengubah antara lain, norma kehidupan beragama, pendidikan, ekonomi, kebudayaan, kepemimpinan, kehidupan wanita dan mobilitas sosial. Faktor utama yang menyebabkan adanya perubahan sosial dalam masyarakat Kauman ialah pembaharuan di bidang pandangan dan amalan kehidupan beragama. Pembaharuan bidang keagamaan itu mempengaruhi bidang-bidang lainnya.

Identifikasi permasalahan dalam studi terkait pola permukiman Kampung Kauman Kota Malang sebagai citra permukiman Islami, antara lain:

ƒ Karakter tempat-tempat bermukim pada masyarakat muslim di Indonesia memiliki ekspresi yang majemuk sekaligus menampilkan identitas yang unik dari berbagai kelompok budaya khususnya di Pulau Jawa. Ciri khas perkampungan masyarakat muslim di Jawa dikenal dengan nama Kampung Kauman. Gambaran karakteristik Kampung Kauman salah satunya ditujukan untuk memahami karakter tempat tinggal dan pola permukiman bagi komunitas Kauman yang merupakan bagian dari subkultur etnis Jawa. Hal ini perlu dipertimbangkan, karena merupakan satuan budaya Jawa yang memiliki kesamaan dan mempunyai nilai-nilai historis dalam perkembangan agama Islam.

ƒ Makin banyaknya pendatang yang tinggal di Kampung Kauman, bertambahnya aktivitas masyarakat, faktor ekonomi, percampuran budaya, hubungan perkawinan, perubahan pola pikir masyarakat Kampung Kauman, serta perkembangan kota sedikit banyak akan berpengaruh pada karakter masyarakatnya dan pola rumah dalam permukiman tradisional/berciri khusus Islam-Jawa yang merupakan salah satu kekhasan pola pembentukan kawasan hunian yang berada di tengah kota.

Maka dapat dirumuskan tujuan dari studi ini, yaitu 1) Mengidentifikasi dan menganalisis karakteristik pola permukiman Kampung Kauman Kota Malang dan 2)

(3)

Mengidentifikasi dan menganalisis pola spasial permukiman dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Terbentuknya sebuah permukiman dipengaruhi oleh beberapa faktor yang secara keseluruhan dapat dilihat unsur-unsur ekistiknya. Adapun unsur-unsur ekistik pada sebuah permukiman sebagai berikut (Doxiadis 1968):

(1) Natural (Fisik Alami); (2) Man (Manusia); (3) Society; (4) Shell; dan (5) Network. Elemen pola spasial dalam suatu lingkungan binaan terdiri dari faktor internal yang berupa kondisi fisik serta faktor eksternal yang merupakan kondisi non fisik yang melatarbelakangi terbentuknya kondisi fisik dari suatu pola spasial. Menurut Ronald (2005 :136) menyatakan bahwa aspek-aspek spasial pada hunian terdiri dari : arah (orientation), tata letak (blocking), tingkatan (hierarchy), keterbukaan (transparancy) dan besaran ruang

(size).

Menurut Widayati (2002) rumah merupakan bagian dari suatu permukiman. Rumah saling berkelompok membentuk permukiman dengan pola tertentu. Pengelompokan permukiman dapat didasari atas dasar:

- Kesamaan golongan dalam masyarakat, misalnya terjadi dalam kelompok sosial tertentu antara lain komplek kraton, komplek perumahan pegawai.

- Kesamaan profesi tertentu, antara lain desa pengrajin, perumahan dosen, perumahan bank.

- Kesamaan atas dasar suku bangsa tertentu, antara lain kampung Bali, kampung Makasar.

Permukiman tradisional merupakan manifestasi dari nilai sosial budaya masyarakat yang erat kaitannya dengan nilai sosial budaya penghuninya, yang dalam proses penyusunannya menggunakan dasar norma-norma tradisi (Rapoport dalam Fauzia 2006: 32) .

Metode Penelitian

Studi pola permukiman Kampung Kauman Kota Malang merupakan studi kasus (case study) dan studi lapangan (field study), yaitu dengan pendekatan deskriptif yang dilakukan secara intensif, terperinci dan mendalam terhadap suatu organisme (individu), lembaga atau gejala tertentu dengan daerah atau subjek yang sempit. Dimaksudkan untuk mempelajari secara intensif tentang latar belakang masalah keadaan dan posisi suatu peristiwa yang sedang berlangsung saat ini, serta interaksi lingkungan unit sosial tertentu yang bersifat apa adanya (given), merupakan studi mendalam mengenai unit sosial tertentu dan hasil studi memberikan gambaran luas serta mendalam mengenai unit sosial tertentu. Subjek yang distudi relatif terbatas, namun variabel-variabel dan fokus yang distudi sangat luas dimensinya (Danim 2002 dalam Gardner 2008).

Metode analisis yang digunakan adalah metode deskriptif evaluatif.

1. Analisis deskriptif-eksploratif digunakan untuk menggambarkan karakteristik pola permukiman Kampung Kauman Kota Malang telah diklasifikasikan dengan variabel yang akan dibahas meliputi shell, man, network dan society; dan

2. Analisis evaluatif yang digunakan dalam studi ini meliputi:

- Analisis pola spasial permukiman, yaitu sejarah mengenai hubungan Kampung Kauman dengan Masjid Jami dan pola spasial permukiman Kampung Kauman ditinjau dari elemen ekistik permukiman;

- Analisis pengaruh dalam pembentukan spasial permukiman dengan mengkaji faktor sosial-budaya dan faktor sosial-ekonomi; dan

- Analisis spasial permukiman di Kampung Kauman dengan mengkaji arah

(orientation), tata letak (blocking), tingkatan (hierarchy), keterbukaan (transparancy) dan besaran ruang (size) Ronald (2005).

arsitektur e-Journal, Volume 2 Nomor 3, November 2009

162

(4)

Hasil dan Pembahasan

Cikal bakal Kampung Kauman terkait dengan proses perkembangan agama Islam di Kota Malang. Menurut buku Malang Tempoe Doeloe, Masjid Jami Kota Malang telah ada sejak tahun 1875. Dapat diperkirakan bahwa sebelum tahun 1875, telah terdapat komunitas yang tinggal di wilayah Kauman dan sekitarnya. Perkiraan ini diperkuat dengan adanya Prasasti Ukir Neraga pada abad ke-12 yang menyebutkan bahwa telah terdapat desa yang bernama Talun di sebelah timur Gunung Kawi. Jadi dapat diperkirakan bahwa setidaknya sejak abad ke-12 komunitas di sekitar talun telah terbentuk, dan Kampung Kauman merupakan perluasan dari Kampung Talun. Islam masuk ke Kota Malang pada abad ke-17. Pada abad ke-17 inilah penduduk Kota Malang mulai mengenal dan memeluk agama Islam. Kampung Kauman tidak lepas dari keberadaan Masjid Jami. Seiring berjalannya waktu, serta dipicu oleh pembangunan alun-alun pada tahun 1882 sebagai simbol pusat kota pada jaman kolonial, komunitas yang tinggal di sekitar masjid semakin bertambah, sehingga membentuk suatu kampung yang kemudian dinamakan Kampung Kauman. Terbentuknya Kampung Kauman Malang sedikit berbeda dengan terbentuknya Kampung Kauman di Jawa Tengah. Kampung Kauman di Jawa Tengah merupakan kampung yang termasuk dalam rangkaian kompleks keraton yang disediakan bagi para pemuka agama dan abdi dalem keraton, antara lain penghulu, ketib, anom, merbot, modin, dan abdi dalem keraton.

Perkembangan permukiman di Kampung Kauman tidak dapat ditelusuri secara pasti, namun, ada beberapa literatur dan temuan-temuan di lapangan yang dapat dijadikan referensi dalam memperkirakan perkembangan permukiman di Kampung Kauman sejak jaman kolonial Belanda hingga saat ini. Metode memperkirakan perkembangan permukiman adalah dengan cara membuat time series perkembangan kampung dalam kurun waktu tertentu. Time series ditentukan pada periode sebelum tahun 1930, tahun 1930-1945, tahun 1946-1960, tahun 1961-1975, tahun 1976-1990 dan tahun 1990-sekarang. Dasar pertimbangan penentuan periode perkembangan kampung, yaitu antara lain:

– Usia bangunan-bangunan di sekitar alun-alun;

– Perkembangan Kota Malang sejak jaman kolonial Belanda;

– Keterangan penduduk asli yang berumur 90 tahun mengenai perkembangan permukiman di Kampung Kauman yang didukung dengan survey primer pada setiap pemilik rumah mengenai awal pembangunan rumah dan atau lama tinggal di Kampung Kauman;

– Keterangan ahli sejarah Kota Malang mengenai perkembangan Kota Malang; dan – Penentuan time series dalam kurun waktu 15 tahun didasarkan pada variasi usia

bangunan, sehingga perkembangan permukiman di Kampung Kauman akan terlihat. a. Periode sebelum tahun 1930

Bangunan-bangunan yang telah ada sejak sebelum tahun 1930 yaitu Masjid Jami dibangun pada tahun 1875, Gereja Immanuel dibangun pada tahun 1912, bangunan yang saat ini menjadi Bank Mandiri, dahulu merupakan sekolah putri untuk anak-anak orang Belanda yang diperkirakan telah ada sebelum tahun 1930an, sedangkan bangunan yang saat ini adalah Kantor Asuransi Jiwasraya awalnya merupakan permukiman penduduk, tepatnya rumah orang arab yang telah ada sebelum tahun 1930-an (Gambar 1, Gambar 2, Gambar 3, dan Gambar 4)

(5)

Gambar 1. Masjid Jami tahun 1910.

Gambar 2. Sekolah putri Belanda sebelum tahun 1930.

Gambar 3. Gereja Immanuel sebelum tahun 1910.

arsitektur e-Journal, Volume 2 Nomor 3, November 2009

164

(6)

Gambar 4. Peta figure ground periode sebelum tahun 1930.

b. Periode tahun 1930-1945 (Gambar 5)

– Bangunan-bangunan yang telah ada sejak periode 1930-1945, yaitu permukiman di belakang Masjid Jami, bangunan di sepanjang Jalan Kauman, dan bangunan di sepanjang Jalan AR.Hakim;

– Orang pribumi kebanyakan menempati daerah kampung sebelah Selatan alun-alun, yaitu daerah kampung Kebalen, Temanggung, Jodipan, Talun dan sekitarnya dan Klojenlor. Permukiman di belakang Masjid Jami, yaitu sebagian besar RT 3 dan RT 4 terbentuk terlebih dahulu daripada permukiman di RT 1 dan RT 2, hal ini ditunjukkan dari usia bangunan pada permukiman di RT 3 dan RT 4 sebagian besar berusia 1930-1945 tahun, pada saat itu RT 1 dan RT 2 diperkirakan masih berupa semak belukar;

– Awal terbentuknya permukiman di belakang Masjid Jami dipengaruhi oleh keberadaan Masjid Jami itu sendiri dan keberadaan alun-alun, dimana penduduk pada kala itu diperkirakan memilih bermukim dekat dengan masjid, karena akan lebih memudahkan mereka untuk beribadah di Masjid Jami;

– Alun-alun yang sejak jaman kolonial Belanda dahulu adalah simbol pusat Kota Malang yang salah satu fungsinya sebagai ruang terbuka hijau yang dapat menampung segala aktivitas sosial penduduk Kota Malang juga menjadi alasan bagi penduduk untuk bermukim dekat dengan alun-alun;

– Sepanjang Jalan Kauman, dan sepanjang Jalan AR.Hakim awalnya merupakan permukiman orang Eropa dan Belanda yang sebagian besar dibangun padat tahun 1930-an; dan

– Permukiman untuk orang Eropa dan Belanda biasanya ditempatkan di ruas-ruas jalan besar kota, antara lain Jalan Kauman dan Jalan AR. Hakim, sedangkan penduduk pribumi tinggal di kampung-kampung kota.

(7)

Gambar 5. Peta figure ground periode tahun 1930-1945.

c. Periode tahun 1946-1960 (Gambar 6, Gambar 7, dan Gambar 8)

– Seiring berjalannya waktu dan perubahan jaman, yaitu dari jaman kolonial Belanda ke jaman kemerdekaan terjadi pula perkembangan di Kampung Kauman. Penduduk yang tinggal di Kampung Kauman semakin bertambah;

– Pada periode tahun 1946-1960 telah banyak bermunculan perumahan di sebagian RT 4 dan RT 3 serta sebagian besar RT 1 dan RT 2;

– Massa bangunan di dalam kampung lebih mendominasi daripada ruang terbuka, jalan-jalan kampung yang terbentuk juga sangat sempit; dan

– Bangunan-bangunan bekas permukiman orang Eropa dan Belanda pada jaman kolonial Belanda di sepanjang Jalan Kauman dan Jalan AR. Hakim, pada periode tahun 1946-1960 beralih fungsi menjadi perdagangan dan jasa milik orang-orang Cina.

Gambar 6. Bank Mandiri tahun 1950-an.

arsitektur e-Journal, Volume 2 Nomor 3, November 2009

166

(8)

Gambar 7. Gereja Immanuel.

Gambar 8. Peta figure ground periode tahun 1946-1960.

d. Periode tahun 1961-1975 (Gambar 9)

– Pada periode tahun 1961-1975 kondisi kampung semakin padat. Permukiman di sebelah barat Jalan AR. Hakim Gang 1 sampai Jalan Kauman Gang 2, yaitu pada wilayah RT 1 dan RT 2 serta bangunan-bangunan di sepanjang Jalan KH. Hasyim Asyari juga telah terbangun; dan

(9)

– Massa bangunan di Kampung Kauman terlihat sangat padat, ruang-ruang terbuka hanya berupa jalan-jalan kampung, baik jalan utama kampung maupun jalan-jalan lingkungan kampung, serta jalan-jalan buntu.

Gambar 9. Peta figure ground periode tahun 1961-1975. e. Periode tahun 1976-1990 (Gambar 10)

– Bangunan yang dibangun pada periode tahun 1976-1990 ialah beberapa bangunan yang berada di Jalan AR. Hakim, yang saat ini berfungsi perdagangan dan jasa; dan – Sebelum tahun 1976, lahan kosong tersebut dinamakan latar ombo. Pada periode

tahun 1976-1990, barulah dibangun bangunan dengan fungsi perdagangan dan jasa.

Gambar 10. Peta figure ground periode tahun 1976-1990.

arsitektur e-Journal, Volume 2 Nomor 3, November 2009

168

(10)

f. Periode tahun 1990-sekarang (Gambar 11, Gambar 12, dan Gambar 13)

– Setelah tahun 1990, tidak ada lagi pembangunan fisik. Hal ini disebabkan kondisi kampung yang memang telah padat dan tidak ada lagi lahan kosong yang tersisa, baik di dalam kampung, maupun di sepanjang Jalan AR. Hakim, Jalan Merdeka Barat, Jalan Kauman dan Jalan KH. Hasyim Asyari;

– Saat ini, kondisi Kampung Kauman sangat padat dan berjejal, tidak ada ruang terbuka yang tersisa di dalam kampung. Seluruh wilayah kampung merupakan wilayah terbangun dengan fungsi permukiman penduduk; dan

– Bangunan asli yang masih ada di dalam kampung sebanyak 20 rumah dengan kondisi baik dan terawat. Secara umum, bangunan asli tersebut tidak mengalami perubahan bentuk bangunan, hanya sebatas renovasi-renovasi kecil yang tujuannya untuk merawat bangunan, yaitu lantai bangunan diganti dengan lantai keramik, dinding bangunan yang dicat dengan warna-warna masa kini yang terkesan lebih berani, namun beberapa rumah mengalami penambahan ruangan, yaitu menambah kamar dan menambah kamar mandi.

Gambar 11. Bank Mandiri tahun 1990-an.

Gambar 12. Kantor Asuransi Jiwasraya.

(11)

Gambar 13. Gereja Immanuel tahun 2000-an.

Karakteristik sistem religius dan sosial kemasyarakatan di Kampung Kauman, antara lain:

1. Sistem religius

Masyarakat Kampung Kauman menganut pola kehidupan berdasarkan syariat Islam. Hal ini bisa dilihat dari kegiatan religius dan sosial kemasyarakatan mereka. Kedekatan kampung dengan Masjid Jami Kota Malang sangat berpengaruh pada kehidupan religius mereka. Meninjau sejarah terbentuknya kampung ini, masyarakat Kampung Kauman memiliki keterikatan psikologis dengan Masjid Jami. Secara psikologis, mereka menganggap bahwa diri mereka adalah penjaga masjid. Dapat disimpulkan bahwa kehidupan religius mereka sangat kental mempengaruhi kehidupan mereka.

Adapun kegiatan keagamaan kampung antara lain:

a. Tahlil

Jamaah tahlil beranggotakan 120 orang. Tahlilan dilakukan setiap malam jumat, tempatnya bergiliran di rumah-rumah penduduk. Selain sebagai sarana beribadah kepada Allah SWT, kegiatan tahlilan juga berfungsi sebagai sarana pergaulan sosial masyarakat Kampung Kauman.

b. Khataman

Khataman merupakan kegiatan mengaji hingga juz 30 (khatam). Kegiatan ini diselenggarakan oleh ibu-ibu Muslimat NU. Khataman biasanya diadakan ketika menjelang hari besar agama Islam, antara lain menjelang Maulid Nabi, pada bulan ramadhan dan setiap malam jumat legi. Kegiatan ini dilaksanakan mulai pagi hingga maghrib di langgar-langgar kampung.

c. Terbangan

Jamaah terbang beranggotakan anak-anak Kampung Kauman yang berusia 5 tahun hingga 15 tahun. Anggota terbangan sebanyak 30 orang. Terbangan dilakukan setiap 2 minggu sekali setiap hari Minggu. Selain dilakukan secara rutin setiap 2 minggu sekali, terbangan juga sering dimainkan pada acara hajatan pernikahan serta hari-hari besar agama Islam seperti Maulid Nabi dan Idul Fitri serta acara 17 Agustus. Terbangan merupakan kesenian musik Islam yang dimainkan dengan menggunakan alat musik rebana (semacam gendang namun terbuka di satu sisinya). Terbangan dimainkan dengan musik bernuansa Arab dan bertujuan untuk melantunkan puji-puji kepada Allah SWT. Tempat bermain terbang secara rutin bergiliran di rumah anggotanya (Gambar 14).

arsitektur e-Journal, Volume 2 Nomor 3, November 2009

170

(12)

Gambar 14. Kesenian Islam terbang.

d. Tur Wali Songo dan pesantren-pesantren di Jawa Timur

Tur Wali Songo dan pesantren-pesantren di Jawa Timur diselenggarakan oleh ibu-ibu

Muslimat NU. Tur dilaksanakan tiga tahun sekali yang diikuti oleh anggota Muslimat NU. 2. Tradisi lebaran

Masyarakat Kampung Kauman memiliki tradisi lebaran yang unik. Dua hari setelah Hari Raya Idul Fitri, semua warga RW 3 (Kampung Kauman) berkumpul bersama dan melakukan halal bi halal (silaturrahmi), berjajar memanjang dan bersalam-salaman di sepanjang jalan utama kampung selebar 2,5 meter, yaitu Jalan Kauman Gg. 1 tepat di belakang Masjid Jami sampai Jalan AR. Hakim Gg. 5, juga di gang-gang kecil dalam kampung. Adapun gambar pola spasial tradisi lebaran (Gambar 15 dan Gambar 16).

Gambar 15. Suasana halal bi halal pada saat idul fitri di jalan kampung.

(13)

Gambar 16. Peta penggunaan ruang perayaan hari raya Idul Fitri.

3. Kegiatan sosial kampung

a. Peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus

Seperti kampung-kampung kota pada umumnya, di Kampung Kauman juga diselenggarakan serangkaian kegiatan untuk memperingati hari kemerdekaan Indonesia 17 Agustus. Mulai dari berbagai lomba menjelang H, sampai kegiatan pada saat hari-H. Yang menarik adalah kegiatan pada saat hari-hari-H. Pada saat hari-H, yaitu pada tanggal 17 Agustus, diadakan syukuran yang menggunakan gang-gang kampung sebagai lokasi kegiatan, yaitu Jalan Kauman Gg. 1 tepat di belakang Masjid Jami sampai Jalan AR. Hakim Gg. 5 dan Jalan Kauman Gg. 2 sampai Jalan AR. Hakim Gg. 1. Sama dengan pada saat Halal bi Halal Idul Fitri, semua warga berkumpul menurut RT masing-masing pada gang masing-masing RT (Gambar 17 dan gambar 18).

Gambar 17. Syukuran peringatan hari kemerdekaan RI.

arsitektur e-Journal, Volume 2 Nomor 3, November 2009

172

(14)

Gambar 18. Peta penggunaan ruang peringatan hari kemerdekaan RI.

b. Kerja bakti

Di Kampung Kauman juga rutin diadakan kerja bakti membersihkan lingkungan kampung yaitu setiap 3 bulan sekali pada minggu ke empat, agenda kerja bakti antara lain membersihkan Sungai Slayer (Gambar 19).

Gambar 19. Kerja bakti membersihkan Sungai Slayer.

4. Keadaan lingkungan sosial

Layaknya kehidupan sosial di kampung-kampung pada umumnya, masyarakat di Kampung Kauman juga terkenal sangat rukun dan guyub. Hal ini tercermin dalam penggunaan ruang ruang publik dalam kampung. Akibat dari tingkat kepadatan yang tinggi ini jugalah, jalan-jalan atau gang-gang di Kampung Kauman tidak hanya berfungsi

(15)

sebagai aksesibilitas namun juga sebagai sarana untuk memenuhi kebutuhan akan sosialisasi / interaksi sosial. Adapun fungsi jalan kampung sebagai tempat interaksi sosial antara lain sebagai tempat bermain anak-anak, tempat berjualan, tempat masyarakat bertegur sapa dan berhenti sejenak untuk bercakap-cakap. Hal ini menimbulkan kesan suasana kampung yang hangat dan akrab (Gambar 20).

Gambar 20. Suasana lingkungan kampung sebagai ruang bermain anak.

Berdasarkan pada hasil temuan mengenai karakteristik permukiman yang ditemukan di Kampung Kauman, dapat diklasifikasikan 2 macam jenis pola permukiman yang ada, yaitu pola permukiman linier mengikuti jalan dan pola permukiman berkumpul dan menggerombol (Gambar 21)

Gambar 21. Peta kasus bangunan.

arsitektur e-Journal, Volume 2 Nomor 3, November 2009

174

(16)

1. Pola permukiman linier mengikuti jalan. Pola permukiman pada rumah-rumah sepanjang gang-gang utama dalam kampung berpola linier mengikuti jalan. Rumah akan cenderung berpola linier mengikuti jalan karena kemudahan akses terhadap jalan identik dengan kemudahan aksesibilitas. (Gambar 22)

2. Pola permukiman berkumpul dan menggerombol. Layaknya kampung pada umumnya, Kampung Kauman juga merupakan kawasan padat penduduk dengan jumlah rumah yang berjejal. Kondisi demikian mengesankan suasana lingkungan kampung yang penuh sesak, sehingga membentuk pola permukiman berkumpul dan menggerombol.

Gambar 22. Peta Pola permukiman Kampung Kauman Kota Malang.

Pola spasial permukiman Kampung Kauman berdasarkan elemen pola spasial: - Hierarki pada sebuah permukiman pada umumnya terbagi berdasarkan tingkat

sakralitas bangunannya. Adapun pembagian pola tingkatannya yaitu, Masjid Jami dan langgar-langgar kampung ditempatkan pada tingkatan (hierarchy) tertinggi yaitu hierarki sakral. Bangunan rumah ditempatkan pada tingkatan hierarki medium, dan bangunan penunjang antara lain fasilitas kampung dan jalan-jalan kampung ditempatkan pada tingkatan hierarki profan;

- Keterbukaan ruang tercermin melalui batas antar bangunan di Kampung Kauman. Batas spasial fisik antar bangunan disebabkan tidak adanya jarak antar satu bangunan dan bangunan lainnya pada sebagian bangunan rumah di kampung tersebut. Batas spasial non fisik tersebut dimanfaatkan sebagai jalan kampung (jalan setapak) (Gambar 23 dan Gambar 24);

(17)

Gambar 23. Batas spasial non fisik.

Gambar 24. Batas spasial fisik.

- Pola besaran ruang di Kampung Kauman terkesan sempit dan melorong. Selain itu, kesan sempit dan melorong diperkuat dengan lebar jalan-jalan kampung yang relatif sempit yaitu hanya selebar 1 meter sampai 2,5 meter (Gambar 25); dan

Gambar 25. Besaran ruang Kampung Kauman sempit dan melorong.

arsitektur e-Journal, Volume 2 Nomor 3, November 2009

176

(18)

- Orientasi permukiman Kampung Kauman Kota Malang tidak memiliki acuan tertentu. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya pola spasial permukiman Kampung Kauman KotaMalang antara lain:

- Pembangunan Masjid Jami pada tahun 1875 dan pembangunan Alun-alun Kota Malang pada tahun 1882;

- Pengelompokan permukiman penduduk berdasarkan etnis pada jaman Belanda; - Sosial-budaya

Menurut hasil wawancara dengan masyarakat, salah satu hal yang membuat mereka enggan untuk pindah dari Kampung Kauman adalah kentalnya kehidupan religi dan rasa kekeluargaan masyarakatnya. Mereka menyimpulkan bahwa Kampung Kauman merupakan permukiman di tengah kota dengan corak kehidupan sosial seperti di pedesaan;

- Sosial-ekonomi

Kampung Kauman sebagian besar juga dihuni oleh masyarakat dengan pendapatan rendah. Secara fisik, dapat terlihat dari kondisi rumah mereka. Kondisi kampung yang padat dan berjejal mengingat kebiasaan penduduk kampung ini yang enggan berpindah dan pendatang menetap yang kian banyak menimbulkan kesan kumuh dalam kampung; dan

- Daya tarik pusat kota

Kedekatan jarak dengan pusat kota (lokasi kampung tepat di sebelah barat alun-alun Kota Malang) merupakan salah satu faktor pendorong bagi penduduk enggan berpindah serta banyaknya pendatang yang menetap. Penduduk kampung yang sebagian besar merupakan masyarakat dari golongan menengah ke bawah dapat dengan mudah menjangkau pusat kota.

Kesimpulan

1. Berdasarkan pada hasil temuan mengenai karakteristik permukiman yang ditemukan di Kampung Kauman, dapat diklasifikasikan 2 macam jenis pola permukiman yang ada, yaitu pola permukiman linier mengikuti jalan dan pola permukiman berkumpul dan memusat.

2. Pola spasial permukiman Kampung Kauman berdasarkan elemen pola spasial ditinjau melalui variabel Hierarki pada sebuah permukiman pada umumnya terbagi berdasarkan tingkat sakralitas bangunannya, keterbukaan ruang tercermin melalui batas antar bangunan di Kampung Kauman, pola besaran ruang di Kampung Kauman terkesan sempit dan melorong, orientasi permukiman Kampung Kauman Kota Malang tidak memiliki acuan tertentu.

3. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya pola spasial permukiman Kampung Kauman Kota Malang yaitu perkembangan kota, faktor sosial-budaya, faktor sosial-ekonomi dan daya tarik pusat kota.

Dapat diidentifikasi 20 rumah asli yang berumur lebih dari 50 tahun, sehingga disimpulkan bahwa di Kampung Kauman masih terdapat bangunan-bangunan lama yang dapat dilestarikan. Saran untuk studi lanjutan, dapat dilanjutkan dengan pembahasan pelestarian bangunan lama dan asli yang berumur lebih dari 50 tahun, yang terdapat di dalam kampung serta di bagian tepi jalan besar.

Daftar Pustaka

Darban, A. 1984. Kampung Kauman: Sebuah Tipologi Kampung Santri di Perkotaan Jawa

(Studi Perbandingan Sejarah Pertumbuhan Kampung Kauman Kudus dan Yogyakarta). Laporan Penelitian. Yogyakarta:UGM

Darban, A. 2000. Sejarah Kauman Menguak Identitas Kampung Muhamadiyah 992. Yogyakarta:Tarawang

(19)

Doxiadis, C. A. 1968. Ekistic, An Introduction to the Science of Human Settlements. London: Hutchinson of London.

Fauzia, L. 2006. Karakteristik Permukiman Taneyan Lanjhang Di Kecamatan Labang

Madura (Studi Kasus Desa Jukong dan Desa Labang). Malang: Universitas

Brawijaya.

Gardner, B. 2008. Metode Studi Kasus (Case Study) dalam Penelitian.

http://islamkuno.com/2008/01/27/metode-studi-kasus-case-study-dalam-penelitian/, Diakses tanggal 9 Februari 2008.

Kodiran. 1995. Sistem Pwrkawinan Masyarakat Kauman di Kotamadia Yogyakarta. Laporan Penelitian. Yogyakarta:UGM

Ronald, A. 2005. Nilai-Nilai Arsitektur Rumah Tradisional Jawa. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Copyright 2010 © by Antariksa

arsitektur e-Journal, Volume 2 Nomor 3, November 2009

178

Gambar

Gambar 3. Gereja Immanuel sebelum tahun 1910.
Gambar 4. Peta figure ground periode sebelum tahun 1930.
Gambar 6. Bank Mandiri tahun 1950-an.
Gambar 8. Peta figure ground periode tahun 1946-1960.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan simpulan yang diperoleh dan adanya keterbatasan dalam penelitian ini, maka penulis memberikan saran-saran sebagai berikut: Bagi pemerintah kabupaten

Kegiatan untuk memperoleh pengetahuan dan pemahaman baru melalui pembahasan masalah tadi dikenal VHEDJDL 3UREOHP ILUVW OHDUQLQJ· 6287+(51 ,OOLQRLV 8QLYHUVLW\ School of

Terdapat hubungan yang kuat antara skor higiene sanitasi pedagang dengan jumlah koloni bakteri yang tumbuh pada sosis bakar di Car Free Day (CFD) Kota Malang.. Diperlukan

Adanya uraian di atas dapat peneliti simpulkan bahwa pengembangan karirternayta berpengaruh dalam mengatur tinggi atau rendahnya kinerja pegawai, karena dengan

SP. Ibadah Hari Minggu Pelkat PA dan Pelkat PT tetap dilaksanakan. Jadwal Ibadah Keluarga dan Ibadah Pelkat tahun 2017 agar diserahkan ke Kantor Majelis Jemaat GPIB Jemaat

Integrasi Sistem Informasi Rumah Sakit & Accounting merupakan applikasi yang dikembangkan untuk kebutuhan management Rumah Sakit bak swata maupun negeri, dimana

Kegiatan pengabdian ini diikuti dengan semangat yang tinggi dari ibu-ibu rumah tangga untuk dapat menambah pengetahuan di dalam pengelolaan keuangan rumah tangga

Setelah dilakukan wawancara terhadap beberapa anak ternyata salah satu faktor penyebab hasil belajar mereka rendah salah satunya dikarenakan pola asuh orang tua