• Tidak ada hasil yang ditemukan

pangan menyebabkan rendahnya produktivitas yang berakibat pada rendahnya pendapatan (Andersen, 1982 diacu dari Haddad, Lawrence, Frankenberger,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "pangan menyebabkan rendahnya produktivitas yang berakibat pada rendahnya pendapatan (Andersen, 1982 diacu dari Haddad, Lawrence, Frankenberger,"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAHULUAN

Latar belakang

Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VII tahun 2000 bidang pertanian dan ketahanan pangan merekomendasikan perlunya reorientasi kebijakan ketahanan pangan dengan mernpertirnbangkan ernpat dimensi utama yaitu: ketersediaan, aksesibilitas, resiko pangan (vulnerability) dan berkelanjutan (sustainability). Pengentasan kemiskinan dipandang sebagai bagian penting rnewujudkan ketahanan pangan untuk meningkatkan aksesibilitas terhadap pangan dan keberlanjutannya. Hal ini sejalan dengan definisi kemiskinan oleh BPS (2003) yaitu kondisi dimana individu tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar minirnalnya secara layak (termasuk kebutuhan konsumsi pangan). Adapun jumlah jumlah penduduk miskin di lndonesia tahun 2003 sekitar 37,3 juta jiwa (17,4%).

Kerniskinan dapat dipandang sebagai salah satu faktor penting yang menyebabkan rendahhya ketahanan pangan rumah tangga. Situasi rendahnya ketahanan pangan rurnah tangga di lndonesia ditunjukkan oleh data (1) jurnlah penduduk rawan pangan yang mengkonsumsi kurang 90% dari konsumsi yang direkomendasikan sebesar 2000kkaVkap/hari masih cukup besar yaitu 52,33 juta jiwa pada tanun 2002. Sebanyak 15,48 juta jiwa diantaranya merupakan penduduk sangat rawan yaitu rnengkonsurnsi kurang dari 70% dari konsurnsi yang direkornendasikan: (2) rnasih besamya jumlah balia kurang gizi yaitu 5,02 juta pada tahun 2002 dan 5,12 juta pada tahun 2003 (Dewan Ketahanan Pangan, 2006).

Propinsi Riau, merupakan salah satu propinsi yang rnemiliki jumlah penduduk rniskin cukup besar yaitu sekitar 13,5296 (BPS, 2003). Selanjutnya data dari Badan Ketahanan Pangan propinsi Riau (2004) diperoleh informasi bahwa sebanyak 1.315.359 jiwa (24,7%) penduduk Riau rnerupakan sangat rawan pangan, dan 2.612.233 jiwa (49,21%) merupakan penduduk berpotensi rawan pangan.

Kerniskinan dapat rnenyebabkan terjadinya ketidaktahanan pangan, sebaliknya, tidak tahan pangan juga dapat memicu terjadinya kerniskinan. Fenomena ini membentuk sebuah lingkaran setan kerniskinan. Kemiskinan menyebabkan tidak tahan pangan karena adanya akses yang sangat terbatas terhadap pangan yang layak untuk dikonsurnsi. Dernikian juga tidak tahan

(2)

pangan menyebabkan rendahnya produktivitas yang berakibat pada rendahnya pendapatan (Andersen, 1982 diacu dari Haddad, Lawrence, Frankenberger, 2003).

Seriusnya dampak kemiskinan telah menyebabkan persoalan kemiskinan ini menjadi perhatian dunia seiring adanya komitmen untuk mengatasi persoalan tersebut pada World Summit for Social Development di Kopenhagen tahun 1995. Komitmen ini selanjutnya menjadi awal dari deklarasi PBB sebagai Millenium Development Goals (MDGs) pada tahun 1999 yang berisi 8 program tujuan dan dirinci ke dalam 18 target (Saragih, 2005). Persoalan dalam mengurangi kemiskinan dan kelaparan menjadi perhatian yang sangat penting terbukti dengan ditetapkan sebagai tujuan pertama dalam MDGs. Adapun target yang diharapkan dapat dicapai dalam ha1 ini adalah (1) menurunkan proporsi penduduk yang pendapatannya kurang dari 1 Dollar AS per hari tahun 1990 menjadi setengahnya pada tahun 2015; (2) menurunkan proporsi penduduk yang menderita kelaparan tahun 1990 menjadi setengahnya pada tahun 2015.

Menindaklanjuti ha1 itu, Indonesia telah melakukan langkah besar dalam upaya mewujudkan tujuan MDGs terutama dalam upaya mengatasi kemiskinan dengan membentuk Komite Penanggulangan Kemiskinan pada 7 Desember 2001 melalui Keputusan Presiden No.124 tahun 2001 yang diikuti dengan Keputusan Presiden No.8 tahun 2002. Kerja keras komite ini telah menghasilkan Strategi Nasional Penanggulangan Kemiskinan (SNPK) pada tahun 2004. SNPK menurut Komite Penanggulangan Kemiskinan (2004) merupakan cara-cara dan tahapan sistematis yang harus ditempuh dan dijalankan oleh pemerintah, swasta, masyarakat, dan berbagai pihak dalam upaya mendorong gerakan nasional penanggulangan kemiskinan.

Secara mendasar, penanggulangan kemiskinan dilakukan dengan mengedepankan pendekatan berbasis hak (right based approach). Pendekatan ini mengatur kewajiban negara, yakni pemerintah, DPR, DPD, TNllPOLRl dan lembaga tinggi negara lainnya untuk menghormati, melindungi, dan memenuhi hak-hak dasar masyarakat miskin secara bertahap dan progresif. Salah satu hak dasar masyarakat yang hams dipenuhi dalarn upaya menanggulangi kemiskinan adalah hak dasar terhadap pangan yang mencukupi dan memenuhi persyaratan gizi. Menghadapi persoalan ini maka pemerintah telah membuat kebijakan yang akan ditempuh dalam jangka panjang sebagaimana tertuang

(3)

dalam SNPK yang dipertegas dalam Kebijakan Umum Ketahanan Pangan (KUKP) 2006-2009.

Upaya pemenuhan hak dasar pangan sebagaimana tertuang dalam SNPK pada hakekatnya bertujuan memenuhi kecukupan pangan yang bermutu dan terjangkau serta meningkatkan status gizi masyarakat miskin terutama ibu, bayi dan anak balita. Adapun kebijakan yang dilakukan untuk menghormati, melindungi dan memenuhi hak atas pangan berdasarkan SNPK adalah:

1. Meningkatkan produksi dan distribusi pangan secara merata. 2. Meningkatkan ketahanan pangan lokal.

3. Meningkatkan pendapatan petani lokal.

4. Meningkatkan pengetahuan masyarakat miskin tentang diversivikasi pangan yang berrnutu tanpa diskriminasi gender.

5. Meningkatkan sistem kewaspadaan dini pangan dan gizi.

Kebijakan lain yang lebih mempertegas upaya untuk mewujudkan ketahanan pangan tertuang dalam KUKP 2006-2009 yang mencakup kebijakan pada aspek ketersediaan, konsumsi dan distribusi, yaitu (Dewan Ketahanan Pangan, 2006):

a Ketersediaan

1 Meningkatkan kualitas sumberdaya alam dan lingkungan

2 Meningkatkan produksi pangan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri 3 Mengembangkan infrastruktur pertanian dan pedesaan

4 Mengembangkan kemarnpuan pengelolaan cadangan pemerintah dan masyarakat

b Distribusi

1 Meningkatkan sarana dan prasarana untuk efisiensi distribusi dan perdagangan pangan

2 Mengurangi danlatau menghilangkan perda yang menghambat distribusi pangan

3 Mengembangkan kelembagaan dan sarana fisik pengolahan dan pemasaran di pedesaan

4 Menyusun kebijakan harga pangan

c

Konsumsi

1 Meningkatkan kemampuan akses pangan rumah tangga sesuai kebutuhan jumlah, mutu, keamanan, dan gizi seimbang

(4)

2 Mendorong, mengembangkan dan memfasilitasi peran serta masyarakat dalam memenuhi hak atas pangan khususnya bagi kelompok kurang mampu

3 Meningkatkan efisiensi dan efektifitas inte~ensi bantuan pangan dan pangan bersubsidi kepada golongan masyarakat rawan pangan

4 Mempercepat proses divesifikasi pangan ke arah konsumsi yang beragam dan bergizi seimbang

Dalam pemenuhan hak dasar rakyat, pemerintah dapat melakukan kerjasama dengan berbagai pihak baik swasta (pelaku usaha), pemerintah negara lain dan lembaga internasional. Kerjasama ini dilakukan berkaitan dengan keterbatasan kemampuan dan sumberdaya negara. Namun demikian, berbagai pihak tersebut harus dipastikan untuk melaksanakan kewajiban yang melengkapi kewajiban negara dengan berupaya untuk menghonati, melindungi, dan memenuhi hak dasar masyarakat miskin atas dasar prinsip tanpa diskriminasi (Komite Penanggulangan Kemiskinan, 2004).

Kerjasama dan koordinasi dalam upaya mengatasi persoalan pangan untuk mewujudkan ketahanan pangan dapat dilakukan oleh pemerintah bersama dengan perusahaan selaku Non Govement Organizations [NGOs]). Sebagaimana diketahui, perusahaan merupakan instiusi non pemerintah yang menjalankan aktivitas bisnis di tengah masyarakat dengan memanfaatkan sumberdaya yang ada di tengah masyarakat tersebut. Berdasarkan konsep sustainable dalam 'The Convention on Biological Divemity (CBD), sebagai salah satu kesepakatan utama yang dihasilkan dari '1992 Rio Summit', ditekankan tiga dimensi sustainable yaitu sustainable business, sustainable finance, sustainable development. Berdasarkan konsep tersebut, setiap perusahaan harus memiliki performa lingkungan dan sosial yang baik. Performa ini dapat diwujudkan melalui Corporate Social Responsibility (CSR) (Abbot et al., 2002). Hal ini semakin ditekankan melalui World Summit on Sustuinable Development (WSSD) di Johannesburg, Afrika Selatan, 2002 yang menghasilkan kesepakatan pentingnya CSR dalam upaya menghadapi 3 isu penting yaitu pengentasan kemiskinan, lingkungan hidup, dan peningkatan perekonomian. Lebih jauh ditekankan dalam pertemuan tersebut bahwa diperlukan sebuah aktivitas tri- sector partnership untuk mengatasi persoalan kemiskinan, lingkungan hidup, dan peningkatan perekonomian yaitu kemitraan antara pemerintah, perusahaan, masyarakat/komunitas dan LSM (Supriatno, 2005).

(5)

Program-program CSR dimasyarakat dapat diwujudkan dalam bentuk program Community Development atau yang dikenal sebagai program pemberdayaan rnasyarakat. Terkait dengan petwujudan ketahanan pangan sebagai pernenuhan hak dasar atas pangan maka sudah selayaknya perusahaan atau pelaku usaha berberan selaku bagian dari masyarakat. Peran dalam ha1 ini, dapat dapat diawali dan dibuktikan dengan mengintegrasikan kebijakan pemenuhan hak dasar atas pangan yang serta kebijakan umum ketahanan pangan ke dalam program pemberdayaan masyarakatnya. Dengan demikian diharapkan dukungan dan kejasama antara pemerintah, perusahaan (pelaku usaha), elemen masyarakat lainnya, serta lembaga luar negeri dapat mengurangi kerniskinan dan kelaparan tepat pada waktunya.

Salah satu perusahaan yang diketahui memberikan perhatian secara serius terhadap kegiatan pemberdayaan masyarakat adalah PT Riau Andalan Pulp and Paper. Hal ini diketahui dari berbagai program yang ditujukan kepada masyarakat sekitar perusahaan. Keseriusan PT Riau Andalan Pulp and Paper ini mendapat pengakuan dari berbagai kalangan terbukti dengan terpilihnya ia sebagai finalis dalam anugrah CSR Award 2005 dan mendapatkan penghargaan Bidang Sosial.

Keseriusan PT Riau Andalan Pulp and Paper untuk turut membangun masyarakat sekitarnya dilatarbelakangi oleh sebuah kesadaran bahwa perusahaan ini merupakan salah satu perusahaan manufacturing (pabrik). tepatnya pabrik yang menghasilkan pulp dan kertas dengan skala cukup besar yaitu masing-masing dengan kapasitas produksi 2.000.000 tonhahun dan 350.000 tonltahun (Riaupulp, 2006). Perusahaan dengan jenis usaha seperti ini sangat berpotensi mempengaruhi masyarakat sekitarnya karena adanya pemanfaatan sumberdaya alam dan dampak dari adanya aktiftas pabrik.

Aktifitas PT Riau Andalan Pulp and Paper melibatkan 311 desa yang terkait langsung dengan kegiatan perusahaan dan berada di ring satu operasi perusahaan, tersebar di 44 kecamatan dalam 4 kabupaten dan 1 kotamadya. Dampak yang dihasilkan antara lain penurunan daya dukung lingkungan, pencemaran, terganggunya aktiftas perekonomian masyarakat sekitar. Hal inilah yang menjadi tantangan bagi PT Riau Andalan Pulp and Paper dalam mewujudkan performa lingkungan yang baik (Program Pemberdayaan Masyarakat Riau [PPMR] Riaupulp. 2005). Terlebih lagi, PT Riau Andalan Pulp and Paper beroperasi di propinsi Riau yang terkenal kaya sumberdaya alam

(6)

narnun pada kenyataannya memiliki penduduk miskin cukup besar yaitu 13,52% (BPS, 2003). Sebagaimana tertuang dalam Strategi Nasional Penanggulangan Kemiskinan tahun 2004 ditekankan pentingnya peran perusahaan dalam upaya pellanggulangan kemiskinan, sehingga fakta perusahaan ini dan hubungannya dengan persoalan daerah dirasakan sangat penting untuk dikaji.

Perurnusan Masalah

Pewujudan CSR melalui program pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk menciptakan dampak positif bagi masyarakat ketika perusahaan mencapai kesuksesan dalam bisnis. Pelaksanaan pemberdayaan masyarakat menuntut adanya kolaborasi kepentingan bersama antara perusahaan dengan masyarakat sekitarnya berdasarkan prinsip partisipatif, produktivitas dan keberlanjutan.

Kemiskinan dan kerawanan pangan di masyarakat diyakini merupakan salah satu persoalan besar saat ini. Gejala penting yang menunjukkan persoalan kemiskinan dan rawan pangan ini adalah banyaknya rumah tangga yang tidak mampu memenuhi kebutuhan pangan dan kejadian gizi buruk terutama dikalangan anak-anak. Tentu saja, masyarakat yang menghadapi persoalan ini memerlukan bantuan berusahaan yang melakukan aktivitas bisnis di dekat mereka melalui berbagai bentuk program pemberdayaan masyarakat.

Keterlibatan perusahaan dalam menanggulangi kemiskinan dan rawan pangan sudah saatnya menjadi perhatian khusus terutama bagi perusahaan itu sendiri. Sebagaimana diketahui, pemerintah memiliki harapan tertentu terhadap perusahaan dalam penanggulangan kemiskinan sebagaimana tertuang dalam SNPK. Oleh karena itu penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan penjelasan tentang :

1 Bagaimana karakteristik kebijakan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan perusahaan dalam kaitannya dengan upaya peningkatan ketahanan pangan rumah tangga?

2 Bagaimana kondisi aktual pelaksanaan dan peran program pemberdayaan masyarakat yang dilakukan perusahaan dalam kaitannya dengan upaya peningkatan ketahanan pangan rumah tangga sasaran?

3 Bagaimana aspirasi (kebutuhan) masyarakat sasaran dalam kaitannya dengan program pemberdayaan masyarakat untuk peningkatan ketahanan pangan rumah tangga?

(7)

Tujuan Penelitian Tujuan Umum

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk menganalisis program pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh perusahaan dalam kaitannya dengan upaya peningkatan ketahanan pangan ~ m a h tangga.

Tujuan Khusus

Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:

1 Mempelajari karakteristik kebijakan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan perusahaan dalam kaitannya dengan upaya peningkatan ketahanan pangan rumah tangga sasaran.

2 Menganalisis pelaksanaan dan peran program pemberdayaan masyarakat yang dilakukan perusahaan dalam kaitannya dengan upaya peningkatan ketahanan pangan rumah tangga sasaran.

3 Mengetahui aspirasi atau kebutuhan masyarakat sasaran dalam kaitannya dengan program pemberdayaan masyarakat untuk peningkatan ketahanan pangan rumah tangga sasaran.

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan berkontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan terutama tentang ketahanan pangan rumah tangga dan pengukurannya, serta praktek pemberdayaan masyarakat yang banyak dikembangkan dan dipraktekkan oleh berbagai pihak baik oleh perguruan tinggi, pemerintah, lembaga swadaya masyarakat maupun oleh perusahaan. Berbagai temuan dalam penelitian ini diharapkan dapat memperkaya praktek atau bentuk- bentuk program pemberdayaan masyarakat dan menjadi pertimbangan dalam pengembangan program pemberdayaan masyarakat, khususnya program pemberdayaan masyarakat yang dapat memberikan dampak positif terhadap peningkatan ketahanan pangan rumah tangga. Hasil penelitian ini juga diharapkan menjadi motivasi bagi peneliti lain untuk menelli lebih jauh tentang berbagai program pemberdayaan masyarakat yang berperan dalam peningkatan ketahanan pangan rumah tangga.

Referensi

Dokumen terkait

Kerataan warna dalam proses pencelupan bahan sutra menggunakan ekstrak kelopak bunga rosella dengan mordan tawas pada perbandingan larutan celup (Vlot) 1:10 dengan skor

Berbeda dengan hewan yang lebih besar,dibutuhkan 16 hari untuk tumbuh menjadi seekor domba (baik dibeli atau lahir).Sementara dia masih muda, Anda tidak dapat mencukur wol domba

1) Kegagalan atau penurunan salah satu komponen proses di atas akan menyebabkan kegagalan proses penyerbukan setidak tidaknya pada tingkat individu tanaman. Sebagai

Dalam perkembangan dunia usaha pada saat sekarang ini, yang ditandai dengan tumbuhnya perusahaan yang bergerak dalam berbagai jenis usaha dengan kemajuan perekonomian dan

fuzzy masukan e dan de dan dengan menggunakan jaringan FNN empat lapisan, dimana pada model jaringan ini tidak digunakan lapisan ‘ouput_fuzzy’ dan dari fuzzy rule yang digunakan

Karena nilai signifikan ini lebih kecil dari taraf signifikan α = 0,05, maka pengujian bersifat signifikan sehingga diputuskan menolak H0, yang berarti terdapat

Tujuan umum yang dilakukan adalah untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dan meningkatkan semangat kebangsaan yang dimiliki dalam diri siswa dengan menggunakan Model

Nilai p value 0,000 < α = 0,05 menunjukkan ada perbedaa rerata skala nyeri pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada