• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kapolres Jember Inisiasi Program Ramadan Sebulan Penuh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kapolres Jember Inisiasi Program Ramadan Sebulan Penuh"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

Kapolres Jember Inisiasi

Program Ramadan Sebulan Penuh

UNAIR NEWS – Alumnus S2 Kajian Ilmu Kepolisian UNAIR AKBP M. Sabilul Alif SH SIK MSi tak pernah miskin inovasi. Dalam Ramadan kali ini, misalnya. Kapolres Jember tersebut menginisiasi sejumlah program yang langsung menyentuh masyarakat. Selain kegiatan bagi-bagi takjil dan makan sahur gratis sebulan penuh di beberapa lokasi Kabupaten Jember, mantan Kasatlantas Polrestabes Surabaya ini mencetuskan gagasan menarik lain.

Secara umum, program Polres Jember yang dimaksud antara lain,

Jember Taat (Jember Tertib, Aman dan Terkendali), Hidangan Kurma (Himbauan dan peringatan di kala menjelang berbuka

puasa), Sajadah dan Tasbih (Selalu menjaga aset di saat ibadah dan tertib aturan saat berangkat ibadah), Opor Sahur (Operasi dan patroli polisi saat sahur) dan program Silaturahmi (Sinergitas dalam rangka cipta situasi rasa aman dan humanis menjelang idul fitri).

“Kami melaksanakan semua itu sebagai bentuk jaminan bahwa lapar dan dahaga tidak akan menyurutkan semangat untuk memberikan pelayanan terbaik pada masyarakat. Bahkan, kami justru makin bersemangat,” ujar dia saat diwawancara Selasa pagi (23/6).

Selama ini, Polres Jember memang berupaya memangkas jarak antara Polisi dan Masyarakat. Maka itu, program pelayanan yang diterapkan sifatnya aplikatif. Semua masyarakat diajak untuk berperan aktif memberi masukan dan menjadi mitra Polri. Di waktu yang sama, Polisi berusaha sekuat tenaga berbaur dengan warga.

Tatkala baru didapuk menjadi orang nomor satu di Polres Jember, Sabilul langsung melakukan terobosan yang dilandasi

(2)

spirit “Semanggi”. Yakni, Siap Semangat Siang Malam Sampai Pagi. Dia mencanangkan program bertajuk Jember Suwar-Suwir. Yang merupakan singkatan dari Suasana Warga Aman, Religius, Bersahabat, Berwawasan Intelektual, dan Kreatif.

Pelaksanaannya secara rinci dilakukan melalui Nawa Karyatama (9 Program Kerja Utama). Yakni melalui program Prol Tape (Polisi Patroli Tiap Pagi dan Sore), Pos Khidmat (Polisi Ceramah Kamtibmas Selesai Sholat Jumat), Pos Wedang Cor (Polisi Warga dan Candon (Cangkrukan) Dan Koordinasi), dan Pos Sagita (Polisi Setiap Saat Sinergi dan Kemitraan dengan Masyarakat).

Selain itu, Pos Papuma (Polisi Peduli Pemuda, Pelajar dan M a h a s i s w a , P o s J a g u n g ( P o l i s i P e d u l l P e k e r j a d a n Pengangguran), Pos Perwira (Polisi Peduli Pariwisata dan Dunia Kreatif), Pos Purna (Polisi Peduli Perempuan dan Anak), serta Jempol (Jember Police Online).

Dari nama-nama tersebut, sudah terkesan kedekatannya dengan Jember. Karena memang, Polres Jember selalu ingin mengangkat aspek kearifan lokal. “Polres Jember juga selalu bergandengan tangan dengan TNI, Pemda, Tokoh Masyarakat, dan eksponen lainnya,” ungkap mantan Kapolres Bondowoso ini. (*)

Penulis: Rio F. Rachman

Buka

Bersama

IKA-UA

(3)

Silaturahmi

UNAIR NEWS – Buka bersama keluarga besar Ikatan Alumni Universitas Airlangga (IKA-UA) sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, kali ini kembali dilaksanakan. Lokasinya juga masih sama, yaitu di kediaman Ketua I Pimpinan Pusat Ikatan Alumni (PP-IKA) UNAIR di Jl. Ketintang Baru Surabaya, pada Minggu 19 Juni 2016 kemarin.

Hadir pada acara yang penuh silaturahmi dan kekeluargaan ini antara lain Rektor UNAIR Prof. Dr. H. Moh Nasih, SE., MT., Ak., Wakil Rektor I Prof. Joko Santoso, dr., Sp.PD-KGH., PhD., FINASIM., Wakil Rektor II Dr. Muhammad Madyan, SE., M.Si., Wakil Rektor III Prof. Moch Amin Alamsyah, Ir., M.Si., Ph.D., beberapa Dekan, Direktur di UNAIR, dosen dan Guru Besar, alumni dari berbagai fakultas di Universitas Airlangga, bahkan perwakilan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM).

Dalam prakata sambutannya, Ketua I PP-IKA UNAIR Drs. Ec. Hariyanto Basyuni menyampaikan rasa haru dan terima kasihnya atas keperdulian dan kehadiran para alumni pada silaturahim ini. Dengan adanya kegiatan semacam ini, apalagi dilaksanakan pada Ramadhan, bulan yang penuh berkah, diharapkan akan menambah rasa kesatuan dan kekompakan diantara para alumni UNAIR.

Sementara itu alumni FEB UNAIR yang juga staf pengajar di FEB, Ustadz H. Suherman Rosyidi didaulat memberikan “kultum” menjelang dilangsungkannya buka bersama. Ia menyampaikan tausyiahnya mengenai hikmah ramadhan dan bagaimana sebagai muslim dalam menjalaninya.

Bahkan sambil menunggu waktu berbuka, ia juga membuka sesi tanya-jawab. Tentu saja kesempatan ini langsung disambar oleh Dr. Tjuk K. Sukiadi, dosen FEB untuk mengawali bertanya seputar kepemimpinan dalam Islam. Kemudian seorang alumni lainnya juga bertanya mengenai salat witir di bulan Ramadhan

(4)

ini seharusnya “ditempatkan” dimana; apakah selesai salat Tarawih atau jika seseorang selesai salat Tahajut.

”Yang pasti salat witir itu adalah salat untuk mengakhiri salat-salat malam. Tetapi tentang salat tarawih, baik yang rakaat delapan, rakaat sebelas, dan rakaat 20, itu semuanya benar,” kata Suherman Rosyidi.

Selesai kultum dilanjutkan menyantap taljil untuk membuka puasa dan dilanjutkan salat Magrib berjamaah. Selesai santap buka puasa bersama, juga dilanjutkan dengan salat tarawih. Pada jeda salat tarawih inilah Rektor UNAIR juga menyampaikan “kultum”.

Dalam kuliah tujuh menit tersebut Prof. Moh Nasih menyampaikan rasa terima kasih kepada pengurus IKA-UA yang terus meningkatkan kualitas kinerja silaturahminya. Diharapkan dengan adanya kegiatan demikian ini maka rasa kebersamaan diantara para alumni UNAIR akan terjalin semakin baik dan memberikan kontribusi positif terhadap almamater tercinta. (*) Penulis : Yitno Ramli

Editor : Bambang Bes

BEM FF Gandeng Alumni Untuk

Berbagi

UNAIR NEWS – Alumni memang aset penting bagi almamater, tidak jarang setelah sukses dalam dunia kerja, banyak alumni yang diminta kembali ke almamater untuk berbagi pengalaman dan pengetahun. Salah satunya adalah kegiatan “Alumni Berbagi” yang dilaksanakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Farmasi UNAIR.

(5)

Program dari kerja sama Dekanat dengan Departemen Dalam Negeri BEM FF UNAIR tersebut, mendatangkan Miky Nurhariadi, S.Farm., Apt., alumnus FF UNAIR tahun 2006. Dalam paparannya Miky menuturkan bahwa penting memiliki sikap peka terhadap masalah dalam dunia kerja. Hal ini diperlukan agar permasalahan yang ada dapat diperbaiki sesegera mungkin.

“Memang setiap orang memiliki kepekaan yang berbeda. Orang yang memiliki kepekaan yang tinggi terhadap lingkungan kerjanya, dia lah yang akan bertahan. Semakin peka terhadap masalah, semakin banyak yang dapat diperbaiki,” ungkap Miky dalam penyampaian materinya, Sabtu (28/5).

Pada acara tersebut Miki juga menjelaskan tiga elemen dari

Daily Management System (DMS). Ketiganya yakni Management

terstruktur, Kepemimpinan yang aktif, dan Management berdasarkan fakta. Selain itu, Miky juga memberikan dasar – dasar coaching yang baik saat menjadi atasan.

“Atasan yang baik adalah dapat menempatkan diri sesuai situasi. Selain itu, seorang atasan harus pemahami dengan betul setiap kata dalam UU Keteganakerjaan No. 13 Tahun 2003 dan peraturan perusahaan, supaya tidak terjadi adanya perbedaan persepsi. Ini merupakan salah satu poin penting yang perlu diperhatikan oleh seorang calon pemimpin,” jelas Miky. (*)

Penulis : Alwinda Priska Y. (Mahasiswa Fakultas Farmasi) Editor : Nuri Hermawan

(6)

Berkarir

Jadi

Model

Internasional

UNAIR NEWS – Berkarir setelah lulus kuliah kadang tak melihat latar belakang pendidikan yang ditempuh sebelumnya. Biasanya, hobi yang diminati dan ditekuni semasa kuliah menjadi jalan penentu karir selanjutnya. Dianna Suriani adalah salah satunya.

Nana, sapaan akrab Dianna, ialah alumni Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Airlangga, yang baru saja lulus pada tahun 2015 lalu. Namun, jauh sebelum dinyatakan sebagai alumni, ia sudah meniti karir sebagai seorang model. “Awal Dianna benar-benar berkarir di dunia modeling saat tahun 2010 sebagai salah satu model hair show dan saat itu kontrak dengan mengikuti roadshow di Indonesia,” tutur pemilik nama panggung Diana Lo.

Nana mulai mengepakkan sayap menjadi model profesional setelah memenangkan lomba pada ajang pencarian model berbakat di Jakarta. Pada ajang yang diadakan oleh majalah Femina, Nana dinobatkan sebagai pemenang penghargaan khusus Best Catwalk Wajah Femina (WF) tahun 2012.

“Menang gelar Best Catwalk di ajang Wajah Femina 2012 membuat orang tua akhirnya merestui saya jadi model. Sejak itu karier modeling saya makin menanjak. Dari show di kampung halaman, Surabaya, hingga di Jakarta Fashion Week (JFW). Tahun lalu, saya bahkan mencicipi dunia modeling di Singapura,” tutur Nana, sebagaimana dikutip dari suatu media.

Usai dinobatkan menjadi pemenang, karir modeling Nana kian bersinar. Nana yang kini telah bergabung dengan salah satu agensi model ternama di Indonesia, yakni Wynn Models Indonesia.

(7)

Di tahun 2014, ia bahkan dipilih oleh agensi model yang menaunginya itu untuk mewakili Indonesia dalam rangkaian

fashion show dan pemotretan untuk majalah lokal Singapura

bernama Art Republik. Perempuan yang menjadi ikon wajah JFW tahun 2014 itu tinggal di Singapura selama dua bulan bersama model-model lainnya dari Rusia, Tiongkok, Jerman, dan Brasil. Perempuan dengan tinggi 175 cm itu mengaku banyak mendapatkan pengalaman berkesan ketika harus berbaur dengan rekan sesama model profesional lainnya. Ia memetik banyak pelajaran berharga mengenai masalah profesionalisme.

“Pengalaman berkesan adalah saat modeling di Singapura selama dua bulan. Di sana, saya melihat banyak perbedaan dengan modeling di Jakarta. Betapa waktu sangat dihargai sekali di luar Indonesia. Pengetahuan saya seputar profesionalisme juga bertambah, seperti bagaimana menjaga tubuh dan penampilan. Dengan saya bertemu teman-teman model internasional, kita bisa saling bertukar pengalaman dan informasi,” tutur perempuan kelahiran 6 Desember itu.

Menjadi pengajar

Semasa Nana masih menjalani studi di tingkat sekolah menengah atas, ia berkeinginan menjadi seorang astrolog. Setelah ia diterima di Sastra Indonesia tahun angkatan 2009, ia ingin sekali menularkan ilmu berbahasa Indonesia kepada orang asing. “Sebenarnya Nana dulu waktu SMA ingin menjadi astrolog. Namun, ketika diterima di Sastra Indonesia, Nana dulu ingin sekali menjadi pengajar BIPA (Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing). Awalnya dulu ikut model adalah hobi, namun sekarang pekerjaan saya adalah model,” cerita Nana.

Di tengah waktunya yang terhimpit berbagai kesibukan, Nana masih menyempatkan waktu untuk membaca novel-novel sastra. Ia adalah penghobi bacaan karya Ayu Utami, Dewi ‘Dee’ Lestari, dan Paulo Coelho.

(8)

Menjalani kuliah di UNAIR adalah salah satu pengalaman terbaik dalam hidupnya. Ia mendapatkan teman-teman yang dekat dengan pribadinya, aktif berorganisasi dengan bergabung menjadi anggota Badan Eksekutif Mahasiswa FIB UNAIR. Ia lantas berpesan kepada adik-adik kelasnya untuk menikmati setiap momen selama di kampus.

“Pesannya, enjoy your class! Enjoy your moments in university,” tutur Nana.

Penulis : Defrina Sukma S Editor : Nuri Hermawan

Setiap Orang Bisa Jadi Humas

UNAIR NEWS – Everyone can be public relations (setiap orang bisa menjadi humas). Ungkapan itu disampaikan oleh Anang Sujoko, S.Sos., M.Si., D.Comm., selaku alumnus program studi S-1 dan S-2 Departemen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Airlangga. Kini, alumni UNAIR itu telah diberi amanah untuk mengemban tugas sebagai Kepala Unit Informasi dan Kehumasan di Universitas Brawijaya Malang. Ia sebelumnya tak pernah menduga bahwa ia akan didapuk menjadi kepala humas di universitas tersebut. Ia mengetahui jabatan baru tersebut pada prosesi pelantikan pejabat baru di institusinya. Terkait dengan jabatan kehumasan itu, ia mengatakan bahwa pada prinsipnya setiap orang adalah humas bagi dirinya sendiri.

“Bagi saya, kita semua bisa jadi PR, tetapi kita harus memastikan kita berdiri di maqam yang mana. Ketika orang sudah mengenali berbagai maqam tersebut, everyone can be PR, setidaknya untuk dirinya sendiri,” tutur Anang.

(9)

Semasa kuliah di prodi S-1 Ilmu Komunikasi FISIP UNAIR, Anang mengakui bahwa dirinya bukanlah sosok mahasiswa yang berada pada puncak prestasi bidang akademik. Ia lebih tertarik untuk bergabung dengan berbagai organisasi mahasiswa. Ia pernah tercatat sebagai Wakil Ketua Badan Perwakilan Mahasiswa FISIP UNAIR pada saat itu.

“Pada saat itu, saya mulai mengerti tentang pentingnya melakukan interaksi sosial dan jejaring komunikasi dengan sesama mahasiswa antarfakultas. Ketika sudah masuk ke BPM UNAIR, saya juga aktif dalam organisasi BPM lintas universitas. Waktu itu ada mahasiswa dari Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, IKIP Surabaya, dan UB. Pada waktu itu kita melakukan demonstrasi tentang pemberhentian sumbangan dana sosial berhadiah (SDSB),” ujar Anang yang meraih indeks prestasi kumulatif sebesar 3,06 pada lulus kuliah S-1.

Walaupun ia disebut sebagai orang yang pandai beretorika pada saat mahasiswa, ia merasa bahwa dirinya merupakan seorang yang pendiam pada saat studi di bangku sekolah menengah atas. Tak jarang, temannya sedikit banyak merasa heran dengan bidang yang ditekuni Anang.

Pada semasa kuliah, ia pernah bergabung sebagai reporter di WARTA UNAIR. Pada tahun 1994 – 1995 di masa ia bergabung, tabloid bulanan WARTA UNAIR berada di bawah Airlangga University Press (AUP).

“Pasti di awal-awal edisi itu ditemukan nama saya. Direkturnya waktu itu Pak Yan Yan Cahyana. Waktu itu dengan kakak kelas S-2 di Komunikasi Bu Lestari, dari Sastra Pak Susilo. Kita bertiga garap itu semua. Terbit setiap bulan sekali. Pokoknya kita lumayan menyesuaikan dengan ritme yang penuh deadline karena kami hanya bertiga pada waktu itu,” tutur Anang yang juga pernah menjabat sebagai Wakil Ketua Komisi Penyiaran Informasi Daerah Jawa Timur.

(10)

Sebagai reporter WARTA UNAIR, doktor lulusan salah satu universitas di Australia bersama rekannya memerankan fungsi kehumasan. Segala macam aktivitas, prestasi, dan pemikiran para sivitas akademika UNAIR tak luput olehnya.

Membangun reputasi

UNAIR tengah diberi target oleh Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristke-Dikti) untuk menembus peringkat 500 besar perguruan tinggi top dunia. Sebagai salah satu alumni UNAIR yang memiliki kiprah baik, Anang mengatakan bahwa UNAIR telah memiliki banyak potensi untuk menuju ke arah sana. Namun, hal yang perlu ditingkatkan dan dijaga adalah reputasi dan komitmen.

“Menguatkan kalangan internal itu penting. Kalau kita bicara soal perguruan tinggi kelas dunia, artinya kita berbicara reputasi dan komitmen. Untuk membangun reputasi, kita harus berbasis pada kebenaran,” tutur Anang.

Ia pun melanjutkan, ketika reputasi dan kondisi internal telah diperbaiki dan ditingkatkan, maka upaya UNAIR takkan berarti apabila publik tak mengetahui usaha tersebut.

“Ketika apa yang sudah dibangun secara bersama-sama dengan konsisten, tidak akan berarti apa-apa, kalau tidak disampaikan ke publik. Peran humas adalah perlu mendiseminasikan informasi agar publik mengetahui jungkir balik universitas dalam menjaga kualitas,” imbuh Anang. (*)

Penulis : Defrina Sukma S Editor : Nuri Hermawan

(11)

Panitia Pembangunan Masjid

Kampus C UNAIR Terima Bantuan

Rp 160 Juta

UNAIR NEWS – Panitia pembangunan masjid “Asma’ul Husna” Universitas Airlangga Surabaya menerima bantuan biaya pembangunan dari alumni UNAIR, Jumat (6/5). Kali ini yang memberikan sumbangan adalah Alumni Fakultas Ekonomi UNAIR (FEUA) tahun 1987 sebesar Rp 160 juta.

Bantuan tersebut secara simbolis disampaikan oleh koordinatornya Drs. Ec. Hari Purnomo dan diterima Rektor UNAIR Prof. Dr. Mohammad Nasih, SE, MT., Ak., MCA., seusai salat Jumat di masjid tersebut. Selanjutnya oleh Rektor bantuan diserahkan kepada panitia pembangunan masjid “Asmahul Husna” di kampus C UNAIR ini.

Tidak ada seremonial secara khusus. Jadi selesai semua melaksanakan salat Jumat di sebagian lantai masjid yang kini sedang dalam finishing itu, semua menuju ke halaman depan masjid seperlu untuk menyerahkan uang bantuan tersebut. Penyerahan tersebut disaksikan oleh beberapa anggota IKAFE ’87 serta pengurus IKA-UA.

”Dalam suasana yang baik dan spontan ini, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas keperduliannya, siapa tahu nanti juga masih akan berlanjut,” kata Prof Nasih disambut gerrrr para hadirin yang menyaksikan.

Menurut Drs. Ec. Hari Purnomo., pengurus IKAFE Jakarta ini, sumbangan Rp 160 juta tersebut dihimpun dari rekan-rekannya dan merupakan bantuan alumni FE’87 yang kedua. Bantuan yang pertama tahun lalu sudah diserahkan kepada panitia pembangunan masjid sebesar Rp 867 juta.

(12)

amanah dari panitia pembangunan masjid ini untuk membantu mengumpulkan donatur dari para alumni, terutama yang berada di Jakarta. Kemudian setelah terkumpul sekian itu sekarang kami serahkan agar segera bermanfaat,” kata Hari Purnomo kepada

UNAIR NEWS.

Ditambahkan oleh Budi Widayanto, anggota panitia pembangunan masjid Alumni UNAIR, bahwa estimasi anggaran pembangunan telah direvisi. Jumlahnya tidak lagi mencapai Rp 25 miliar, tetapi tinggal Rp 17 miliar. Hal itu karena adanya beberapa unsur efisiensi yang ketika dikalkulasi dua tahun lalu masih diperhitungkan, dan ternyata dalam pelaksanaannya terdapat banyak keringanan dan kemudahan.

SEUSAI salat Jumat (6/5) kemarin, Rektor UNAIR Prof. M Nasih (kanan) secara simbolis menerima bantuan dana dari Koordinator Alumni IKA FE 1987 UNAIR sebesar Rp 160 juta. Tampak juga disaksikan beberapa alumni FE. (Foto: Bambang Bes)

”Alhamdulillah dana yang masuk dari para donatur hingga saat ini mencapai Rp 13,077 miliar. Dengan demikian kekurangan biaya pembangunan masjid ini tinggal sebesar Rp Rp 3,922

(13)

miliar, sehingga sumbangan amal sodakoh dari para alumni dan donatur masih kami harapkan,” kata Budi, alumni FE UNAIR itu, seraya menambahkan bahwa total pengeluaran hingga akhir April 2016 lalu mencapai Rp 16,082 miliar.

Kata Budi, sodaqoh dan atau Infaq bisa ditransfer ke rekening atas nama Panitia Pembangunan Masjid UNAIR Kampus C pada Bank Mandiri Cabang Surabaya Rungkut Megah Raya dengan Nomor Rekening: 142.0031122012. Atau juga kepada atas nama Panitia Pembangunan Masjid Kampus C Unair ke No. Rekening: 7076288504 pada Bank Mandiri Syariah Cabang Kampus C UNAIR.

“In sha Allah peresmian masjid ini tidak akan lama lagi,” kata Budi Widayanto. (*)

Penulis : Bambang Bes

Cerita Nurmalasari, Alumni

Yang Abdikan Diri di Mentawai

UNAIR NEWS – Bermula dari banyaknya ide segar yang hanya tertuang dalam karya tulis ilmiah namun tanpa implementasi, Nurmalasari S. KM., tergugah untuk terjun mengabdikan diri, deretan teori dan ilmu yang dipelajarinya pun ia abdikan pada program Pencerah Nusantara. Mala, sapaan akrabnya, rela menunda mengikuti prosesi wisuda dan mengabdikan diri di Kecamatan Sikakap, Kepulauan Mentawai, selama satu tahun lamanya.

Dalam pengabdiannya alumni program bantuan pendidikan Bidikmisi angkatan 2010 tersebut mengabdikan diri bersama lima orang yang berbeda bidang kesehatan. Mereka terdiri dari dokter, perawat, bidan, ahli gizi. Dalam timnya, Mala

(14)

memberanikan diri mengajukan menjadi ketua tim, person yang akan memetakan alur kerja selama satu tahun pengabdian.

Pengabdian yang ia lakukan tidak bermula dengan mudah, di awal pengabdian, Mala belum juga menemukan kontribusi apa yang bisa ia lakukan. Mala memiliki kesulitan untuk mengaplikasikan keilmuannya. Namun sebulan berjalan, melalui berbagai pendekatan Mala kemudian mendapatkan celah dimana ia harus memulai pengabdiannya.

“Ada titik balik yang mana ada hal-hal yang tidak dikuasai mereka (non SKM, -red) namun dikuasai bidang kami. Epidemologi, statistika kesehatan, manajemen data dan info kesehatan, kesehatan lingkungan, pengambilan assesment. SKM lebih jeli akan hal itu,” ujar perempuan kelahiran Lumajang, 1 Mei 1992 ini.

Mala memiliki celah dimana ia bisa mengaplikasikan keilmuannya. Namun, sekitar dua bulan masa assesment dan interfensi yang ia jalani, Mala kembali mendapatkan kendala ketika harus berhadapan dengan para pemegang program kesehatan di puskesmas.

“Saya dianggap anak baru yang belum menguasai apa-apa. Kemudian sambil belajar, saya mengikuti seluruh program yang dijalankan mereka,” kata Mala.

Suatu ketika, ada permasalahan puskesmas yang tidak bisa mereka hadapi. Dengan tidak menunjukkan sikap menggurui, Mala datang dengan memberikan berbagai masukan kepada para petugas kesehatan di puskesmas. Ide-ide yang diusulkan Mala membawa dampak positif bagi kepercayaan tenaga kesehatan terhadap dirinya. Kemudian, Mala dipercaya untuk mengerjakan hal yang mulanya dianggap tidak bisa dikerjakan tersebut.

“Pada mulanya pemerintah setempat tidak percaya dengan saya. Saya dianggap anak baru yang belum bisa apa-apa. Namun setelah saya menunjukkan bukti-bukti kegiatan yang telah saya lakukan, mereka kemudian percaya. Akhirnya mereka percaya dengan apa

(15)

yang saya presentasikan, dan mereka mau memberi dana lebih untuk bidang kesehatan di wilayah Mentawai,” imbuhnya.

Setelah beberapa bulan pengabdian dilakukan, Mala perlahan-lahan melihat ada perubahan yang tampak pada masyarakat, utamanya mengenai kesadaran mereka tentang pentingnya menjaga kesehatan secara bersama-sama.

“Mereka kemudian menyadari bahwa kesehatan bukan hanya tanggungjawab pemerintah. Mereka bahu membahu mengusulkan permasalahan kesehatan yang ada di sana.

Toloh ukur yang digunakan untuk mengukur keberhasilan program yang telah Mala dan tim lakukan di sana ialah tingkat partisipasi masyarakat dalam program perumusan program kesehatan menjadi meningkat.

Perlahan, Mala mulai mendapati perubahan di daerah tempatnya melakukan pengabdian. Ada seorang anak Mentawai yang kemudian dinobatkan menjadi Duta Anak Nasional. Ialah yang kemudian didapuk Pencerah Nusantara untuk memicu anak-anak yang lain untuk semakin melakukan perubahan di segala bidang. Di Kepulauan Mentawai juga mulai rutin diadakan kegiatan oleh anak-anak dan remaja. Seperti prakarsa kampung bebas rokok, penanaman terumbu karang, serta pembentukan organisasi Sahabat Remaja Mentawai.

Usaha Mala dalam memupuk kepedulian masyarakat akan pentingnya menjaga kesehatan dan lingkungan yang mulai berhasil, membawa kepuasan tersendiri baginya. Dari program Pencerah Nusantara, ia mendapatkan pelajaran penting tentang eksistensi diri seorang SKM.

“Seorang SKM, harus sangat dekat dengan masyarakat. Jika ia ingin mengubah pola perilaku masyarakat, terlebih dahulu ia harus mampu mendekati dan “mengambil hati” masyarakat. Yang lebih penting, jangan menganggap kita paling pintar ketika berhadapan dengan masyarakat,” kata Mala.

(16)

Saat ini, Mala bekerja di Kantor Pencerah Nusantara Pusat yang ada di Jakarta, dan menjadi tim programming di sana. Sehari-hari, ia melakukan riset dan pengembangan, serta menganalisis hasil penemuan-penemuan yang telah dilakukan oleh tim lapangan Pencerah Nusantara.

Motto hidupnya ialah, ”Kesehatan itu bukan berbicara tentang aku atau kamu, tapi kita semua yang bertanggungjawab”. (*)

Penulis: Binti Q. Masruroh Editor: Nuri Hermawan

Alumnus FEB Penerima Beasiswa

LPDP Ini Siap Studi Lanjut ke

Amerika Serikat

UNAIR NEWS – Mimpi Zahrin Haznina Qalby untuk bisa kuliah di salah satu kampus terbaik dunia sudah di depan mata. Bulan ini, dia mendapat kabar resmi dari University of Illinois at Urbana-Champaign. Isinya, menerima alumnus Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UNAIR ini menjadi civitas. Perkuliahan sedianya dimulai Agustus mendatang. Namun, persiapan belia kelahiran Jombang 20 tahun silam ini terus dimantapkan.

“Saya berterimakasih pada semua pihak yang sudah mendukung. Mulai orang tua, hingga pihak kampus. Semoga saya tidak mengecewakan mereka,” papar perempuan yang berulang tahun tiap 26 Januari tersebut.

Dia menjelaskan, selama menjalani studi sarjana di FEB dengan konsentrasi riset di manajemen keuangan, para dosen begitu perhatian. Mereka juga memberi pendampingan bagi Zahrin ketika

(17)

mengirim aplikasi beasiswa.

“Saya berangkat dengan beasiswa LPDP (Lembaga Pengelola Dana Pendidikan, Red)” ungkap anak muda yang menyelesaikan program S1 selama 3,5 tahun ini.

Zahrin diwisuda pada Maret 2015 lalu. Perempuan yang aktif berorganisasi dan menjadi asisten dosen ini mendaftar beasiswa LPDP pada September 2015. Lantas, dinyatakan diterima pada Desember. Sejak Januari 2016, dia mulai mengirim sejumlah “lamaran” ke kampus-kampus luar negeri. Di antaranya, Massachusetts Institute of Technology (MIT) dan University of Illinois at Urbana-Champaign. Akhirnya, diterima di Illinois, kampus yang memiliki kurikulum ssangat baik dan sesuai dengan keinginannya.

Lulusan perguruan tinggi tersebut termasuk hebat. Misalnya, Sri Mulyani, perempuan yang pernah menjabat sebagai menteri keuangan. Sri Mulyani juga tercatat sebagai direktur bank dunia. Sistem beasiswa LPDP pun sejatinya dirintis sejak masa jabatan Sri Mulyani menjadi menteri.

Saat ditanya apa harapannya bagi adik-adik angkatan di FEB, Zahrin mengemukakan, semua anak muda tidak boleh berhenti bermimpi. Yang tak kalah penting, fokus untuk mengejar mimpi tersebut dengan serius. “Fight for it. Live your dream. Dan kemudian, banggakan Indonesia, almamater, keluarga, dan diri kita sendiri,” urainya. (*)

(18)

Eratkan

Kebersamaan,

S2

Medkom 2013 Gelar Gathering

UNAIR NEWS – Suasana lounge lantai 5 Hotel Swiss Belinn begitu meriah Sabtu (16/4) malam lalu. Area yang berhadapan langsung dengan kolam renang tersebut dibalut nuansa merah-hitam. Dekorasi yang dilengkapi balon-balon lucu membuat ruangan menjadi lebih hidup.

Tak kurang dari tiga puluh orang mahasiswa S2 Media & Komunikasi (Medkom) angkatan 2013 berkumpul. Memang, sebagian besar dari mereka sudah berstatus alumni. Namun, mereka tampak begitu bangga dengan almameternya: S2 Medkom Universitas Airlangga (UNAIR). Hadir di antara mereka Kaprodi S2 Medkom Dr Santi Isnaini S.Sos MM dan admin Pasca Sarjana FISIP Martino Arianto.

Gathering tersebut sengaja dibuat untuk mempererat silaturahmi

antar alumni. Baik mereka yang berasal dari kelas regular maupun beasiswa Kominfo. Masing-masing terlihat akrab mengobrol dan saling berbagi. Walaupun, sudah lama berpisah karena kelulusan. Terlebih, sebagian berasal dari luar kota, bahkan luar pulau.

Acara menjadi lebih semarak dengan games dan doorprize yang disiapkan. Tak ayal, canda tawa mewarnai malam tersebut. “Kami menjadi ingat memori dulu saat belajar bersama di kampus,” kata Azza Abidatin Bettaliyah, salah satu alumni yang gemar dengan kultur religi Arab Saudi.

Malam minggu kali ini, kata dia, bakal tak terlupakan. Sebab, kekariban yang dulu pernah terjalin, terpanggil lagi ke hadapan. Mereka jadi ingat saat-saat belajar dari para dosen, presentasi di depan kelas, melaksanakan acara bedah buku Ishadi SK, Konfrensi Roundtable, ujian tesis, wisuda dan lain sebagainya. Sesekali, mereka terbahak karena teringat kejadian

(19)

lucu di masa lalu.

Pertemuan tersebut juga sebagai bentuk syukuran atas terbitnya dua buku kumpulan artikel mereka awal tahun ini. Buku yang ditulis oleh tak kurang 59 akademisi, pengamat, dan pegiat media-komunikasi dari seluruh Indonesia tersebut berjudul

M e d i a d a n P o l i t i k s e r t a K o m u n i k a s i P r o f e s i o n a l .

“Alhamdulillah, buku tersebut diminati banyak kalangan. Kami sempat cetak ulang untuk memenuhi kebutuhan mereka,” papar Rizma Dewi, salah satu tim penyusun buku. (*)

Penulis: Rio F. Rachman

Ekoturisme Harus Kembangkan

Wisata Alam dan Berdayakan

Ekonomi Lokal

UNAIR NEWS – Pemberdayaan masyarakat adalah faktor penting dalam menerapkan konsep pariwisata berkelanjutan. Pernyataan itulah yang bisa disimpulkan dari pelaksanaan “Seminar

Ekoturisme: Conservation through Responsible Tourism”, yang

diselenggarakan oleh Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Mahasiswa Pecinta Alam (WANALA) Universitas Airlangga, di Aula Kahuripan, Kantor Manajemen UNAIR, Kampus C Mulyorejo Surabaya, Minggu (10/4).

Konsep ekoturisme banyak dikenal oleh masyarakat. Namun, tak banyak yang bisa mengartikan atau memahami konsep ekoturisme sendiri. Nurdin Razak, pengajar pada prodi D-III Pariwisata, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UNAIR, mengatakan ada tiga ciri ekoturisme, yaitu konservasi alam, memberdayakan masyarakat lokal melalui ekonomi, dan edukasi.

(20)

Sayangnya, wacana ekoturisme yang terlanjur beredar hanyalah mengacu pada wisata alam. Padahal, konsep ekoturisme yang terpenting adalah pemberdayaan masyarakat. Ia contohkan bagaimana melibatkan masyarakat setempat dalam pengelolaan pariwisata Taman Nasional Baluran, Jawa Timur.

“Saya ubah perspektif dia. Contohnya ada tukang ojek. Saya bilang ke dia, kalau ada sarang elang, beritahu ke saya lalu saya kasih uang Rp 150 ribu. Dengan begitu, dia akan menunda untuk memburu sarang elang itu. Begitu seterusnya, sampai saya berhasil mendatangkan pengunjung untuk melihat sarang burung tersebut,” tutur Nurdin.

Bagi Nurdin, warga juga perlu diberdayakan dengan kompetensi dan pengetahuan untuk memaksimalkan potensi kekayaan alam dan kekhasan lokal di tempat mereka tinggal. Bila warga sudah memiliki kompetensi yang dibutuhkan, warga akan memberikan pelayanan terbaik kepada para turis.

“Ketika warga sudah bisa berbahasa Inggris, misalnya, ia akan memandu turis mancanegara. Ia kenalkan lingkungan alam itu kepada turis. Ia bisa mengajak turis berkeliling untuk melihat aktivitas warga. Nantinya disitu turis akan mendapatkan pengalaman baru alias transfer knowledge. Apabila turis merasa senang, kemungkinan mereka akan berkunjung lagi ke tempat yang sama,” ujar Nurdin.

(21)

Nurdin Razak, pengajar D-III Pariwisata, FISIP UNAIR dalam seminar “Ekoturisme” yang diselenggarakan UKM WANALA, Minggu (10/4). (Foto: Bambang Bes)

Wisata bahari juga bisa dikelola dengan mengedepankan konsep ekoturisme. Ada banyak peluang yang bisa digarap dengan memanfaatkan kekayaan pesisir, bawah laut, dan budaya daerah pesisir. Ia mengambil contoh kapal kebanggaan suku Bugis, Pinisi. Kalau para turis bisa diajak untuk berpartisipasi atau sekadar melihat cara pembuatan kapal, itu bagus.

Namun sekali lagi ia tegaskan bahwa konsep ekoturisme tidak sekadar tentang wisata menikmati alam bebas, tetapi bagaimana melibatkan masyarakat untuk berpartisipasi melestarikan lingkungan dan menjaga kearifan lokal.

KONSERVASI GAJAH DAN EKONOMI LOKAL

Alumni Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) UNAIR, Drh. Erni Suyanti Musabine, yang dikenal secara luas sejak tahun 2007 menyelamatkan belasan harimau Sumatera yang terancam punah– juga memberikan presentasinya. Ia sepakat dengan konsep

(22)

ekoturisme tadi, alumni FKH UNAIR tahun 1994 ini menegaskan bahwa masyarakat sekitar adalah benteng terakhir dalam pelestarian alam. Jadi, salah satu strategi untuk menjaga kelestarian alam adalah menjalankan konsep ekoturisme.

Perempuan yang akrab disapa Yanti ini menunjuk contoh beberapa kegiatannya selama bertugas pada Wildlife Conservation

Veterinarian, Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA)

Bengkulu. Ia dan timnya pernah membuat program yang dinamai

Work Camp, yaitu program wisata yang melibatkan turis

mancanegara untuk mengikuti aktivitas mahout atau pawang gajah.

“Pada program ini, kami mengajak turis asing bekerja sebagai relawan untuk konservasi gajah Sumatera dengan mengikuti aktivitas mahout. Para turis ini kami ajak ikut memandikan gajah, memberikan susu kepada anak gajah, dan merawat gajah sebagaimana yang dilakukan oleh mahout,” kata perempuan kelahiran Nganjuk (Jawa Timur) ini.

Pada program work camp itulah ia melibatkan masyarakat sekitar sebagai pemandu, dan memasak makanan untuk turis. Yanti juga punya alasan sama dengan Nurdin, yaitu sasarannya memutar roda ekonomi masyarakat local sebagai nilai plus ekoturisme.

Selain dua pembicara, seminar ini juga menghadirkan perwakilan Greenpeace Indonesia sebagai salah satu Non Government

Organization (NGO) yang bergerak di bidang lingkungan hidup.

Dari Greenpeace diwakili oleh Annisa Rahmawati. Greenpeace juga memamerkan 14 buah foto yang bercerita tentang deforestasi dan masyarakat yang menolak kerusakan lingkungan. (*)

Penulis : Defrina Sukma Satiti Editor : Bambang Bes

Referensi

Dokumen terkait

Indonesia beruntung telah memiliki UU kesehatan jiwa sehingga dapat berfungsi sebagai payung program-program kesehatan jiwa, namun terdapat hal-hal yang perlu ditingkatkan dan

 Siswa dapat mengelmpokkan karakteristik dari bahan serat,  Siswa dapat menjelaskan keragaman karya kerajinan dari bahan serat ,  Siswa dapat menyebutkan

Salah satu asumsi yang harus dipenuhi agar model bersifat BLUE (Best Linear Unbiased Estimator) adalah harus terdapat variansi yang sama dari setiap error-nya

Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini dilakukan analisis data dengan teknik uji kesamaan dua rata-rata yaitu dengan uji-t sama dengan rumus yang digunakan

Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2Ol2 Nomor 155, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 533a); Peraturan Menteri

Untuk menjaga sekuriti sistem, konstrain yang digunakan dalam OPF akan membatasi kuadrat aliran daya pada transformator atau saluran transmisi. Inisialisasi

Hasil penelitian menunjukan bahwa penggantian sebagian tepung terigu dengan tepung jagung dalam pembuatan nugget sampai 30% tidak berpengaruh nyata

Keluaran yang diperoleh pada tahap desain dari penelitian ini adalah sebuah algoritma dengan pendekatan teknik shojinka sebagai metode untuk menyelesaikan permasalahan