• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN BENCANA ALAM BERVISI SETS TERINTEGRASI DALAM IPA DENGAN MEDIA ANIMASI DAN LEMBAR PERTANYAAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN BENCANA ALAM BERVISI SETS TERINTEGRASI DALAM IPA DENGAN MEDIA ANIMASI DAN LEMBAR PERTANYAAN"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN BENCANA ALAM BERVISI

SETS TERINTEGRASI DALAM IPA DENGAN MEDIA ANIMASI

DAN LEMBAR PERTANYAAN

F. Ferawati*, A. Rusilowati, Supriyadi

Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Diterima: 19 Maret 2012. Disetujui: 2 Mei 2012. Dipublikasikan: Juli 2012 ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan keefektifan pembelajaran bencana alam banjir bervisi SETS ter-integrasi dalam materi IPA pokok bahasan Perubahan Lingkungan Fisik dengan media animasi dan lembar pertanyaan sebagai solusi alternatif mengatasi rendahnya pemahaman masyarakat terhadap bencana alam banjir melalui pembelajaran formal sejak dini. Desain penelitian ini adalah penelitian eksperimen Pretest-Posttest Control Group Design dengan objek siswa kelas IV SD Tahun Ajaran 2010/2011. Hasil belajar siswa pada materi IPA, bencana alam banjir dan ketuntasan belajar dianalisis dengan uji signifikansi gain. Hasil analisis data menunjukkan siswa yang dikenai pembelajaran bencana alam banjir bervisi SETS terintegrasi dalam materi IPA dengan media animasi dan lembar pertanyaan lebih baik daripada siswa yang dikenai pembelajaran bencana alam banjir bervisi SETS terintegrasi dalam materi IPA dengan media LKS dan pertanyaan mandiri. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran bencana alam banjir bervisi SETS yang terintegrasi dalam materi IPA pokok bahasan Perubahan Lingkungan Fisik dengan media ani-masi dan lembar pertanyaan lebih efektif dalam meningkatkan pemahaman konsep bencana alam dan IPA.

ABSTRACT

This study aims to determine the effectiveness of flood natural disasters learning based on SETS vision inte -grated to Science subject: Physical Environment Changes applying animation media and the question sheet as an alternative solution to overcome the lack of earlier understanding of society to flood natural disasters. Experimental research design: Control Group Pretest-posttest was used with fourth grade students of el-ementary school of Bandarharjo 02 academic year 2010/2011 used as the research object. Students’ learn-ing outcomes of science: flood natural disasters topic and students’ achievement were analysed through the use of significance gain test. The results of the analysis of experimental data showed the experiment class achieved better outcomes and achievement than the controlled one. It can be concluded that flood natural disasters learning based on SETS vision integrated to Science subject: Physical Environment Changes ap-plying animation media and the question sheet is effective.

© 2012 Jurusan Fisika FMIPA UNNES Semarang Keywords: SETS; natural disasters floods; media animation

PENDAHULUAN

Badan Nasional Penanggulangan Ben-cana (BNPB) mengungkapkan benBen-cana alam di Indonesia masih di dominasi oleh banjir. Fakta ini ditunjukkan pada Tabel. 1.

Mengatasi tingginya angka kejadian

banjir diperlukan partisipasi masyarakat. Oleh karena itu, perlu adanya penanganan khusus agar masyarakat paham terhadap bencana alam, mengetahui cara menyikapinya, dan dapat melakukan tindakan pencegahan dan penyelamatan. Pemberdayaan masyarakat terhadap bencana, salah satunya dapat dila-kukan melalui pembelajaran di sekolah, de-ngan mengintegrasikannya ke dalam beberapa mata pelajaran (Rusilowati dkk., 2010)

Sesuai dengan tujuan pengajaran IPA *Alamat Korespondensi:

Gdg. D7 Lt. 2 Kampus Sekaran Gunungpati, Semarang, 50229 E-mail: contact@missfenny.com

(2)

dalam lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006, pembelajaran bencana alam banjir dapat diintegrasikan de- ngan mata pelajaran IPA. Mata pelajaran IPA sudah dapat diberikan pada anak tingkat kolah dasar. Ini mendorong pembelajaran se-jak dini. Spence (2008) menyatakan bahwa mempelajari bencana di sekolah dasar dan menengah membantu siswa memainkan peran penting dalam menjaga hidup dan melindun-gi orang-orang disekitarnya saat bencana. Di satu sisi, anak merupakan salah satu kelompok paling rentan sehingga perlu pengetahuan dan informasi. Anak juga dapat menjadi perantara paling efektif untuk penyebaran pengetahuan melalui teman dan keluarganya.

Pendekatan SETS memiliki pemikiran yang mendalam tentang keberadaan satu bumi untuk semua atau one earth for all (Binadja, 1999). Pemikiran ini sejalan dengan pembela-jaran bencana alam banjir yang memerlukan pemahaman menyeluruh tentang bagaimana banjir dapat mempengaruhi lingkungan dan masyarakat serta tentang penggunaan tekno-logi yang membantu masyarakat dalam men-cegah dan menanggulangi banjir.

Hasil belajar sebagai tujuan pembelaja-ran sangat bergantung pada proses pembe-lajaran yaitu bagaimana memunculkan berba-gai potensi yang dimiliki anak didik. Mulyasa (2009) menjelaskan bahwa dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, proses pembelaja-ran IPA menekankan pada pemberian penga-laman langsung untuk mengembangkan

kom-petensi agar menjelajah dan memahami alam sekitar secara alami. Mengingat saat terjadinya bencana alam banjir sangat beresiko untuk di-pelajari secara langsung maka diperlukan me-dia yang dapat memberikan pengalaman nyata tanpa membahayakan siswa itu sendiri. Media animasi dapat digunakan untuk mendekatkan siswa dengan apa yang sedang dipelajari tan-pa harus mengalami langsung. Hal ini sejalan dengan ciri fiksatif media yang memungkinkan suatu rekaman kejadian atau objek yang terjadi pada satu waktu dapat ditransportasikan tanpa mengenal waktu (Arsyad, 2007).

Dalam proses pembelajaran siswa per-lu didorong untuk tidak sekedar melihat dan mendengar saja, namun juga melakukan se-suatu agar benar -benar memahami konsep dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu perlu alat bantu yang mendukung penggunaan media animasi yaitu lembar kerja siswa (LKS) berupa lembar pertanyaan. Lembar pertanyaan dapat mendo-rong siswa untuk melakukan kegiatan pembe-lajaran, sebagaimana diungkapkan oleh Leas-lie (2000) Selain itu, lembar pertanyaan dapat dirancang sedemikian rupa untuk membantu siswa menghubungkaitkan sains dengan ling-kungan, teknologi dan masyarakat. Adapun tujuan dari penelitian ini andalah: menentukan perbedaan antara peningkatan pemahaman materi IPA dan kebencanaan yang mendapat-kan pembelajaran bencana alam banjir bervisi SETS dengan ekspositori, serta ketuntasan belajar siswa baik secara individu ataupun kla-Tabel 1. Rekapitulasi Bencana di Indonesia Tahun 2010

Kejadian Bencana Jumlah Kejadian Korban Meninggal dan Hilang

Banjir 247 408

Angin Topan 154 38

Tanah Longsor 146 199

Kebakaran 98 16

Banjir dan Tanah Longsor 31 38

Kecelakaan Transportasi 16 167

Gempa Bumi 14 19

Gelombang Pasang/Abrasi 7 0

Kebakaran Hutan dan Lahan 4 0

Konflik/Kerusuhan Sosial 4 5

Letusan Gunung Api 3 394

Kekeringan 3 2

Kecelakaan Industri 1 0

Gempa Bumi dan Tsunami 1 503

(3)

sikal.

METODE

Subyek penelitian adalah kelas IV se-mester 2 kelas IV A dan IV B SD Negeri Ban-darharjo 2 yang sedang mempelajari pokok bahasan Perubahan Lingkungan Fisik. Desain penelitian yang digunakan adalah Pretest-Posttest Control Group Design dengan prose-dur penelitian sebagai berikut:

Perlakuan yang diberikan kepada siswa kelas eksperimen pada penelitian ini terdiri dari beberapa tahap yaitu :

1. Tahap pendahuluan. Tahap pendahuluan terdiri atas pemberian pretest materi IPA pokok bahasan Perubahan Lingkungan Fisik yang sudah disisipi materi bencana alam banjir. Hal ini bertujuan untuk men-getahui seberapa jauh pemahaman siswa mengenai materi IPA pokok bahasan Pe-rubahan Lingkungan Fisik yang diintegra-sikan dengan materi bencana alam banjir. 2. Tahap inti. Pada tahap inti, peneliti

mem-berikan perlakuan pada kelompok eksperi-men berupa penerapan pendekatan SETS selama proses pembelajaran. Pembela-jaran dimulai dengan memberikan pem-belajaran sains yang telah diintegrasikan dengan materi bencana alam banjir me-lalui media animasi. Setelah siswa meli-hat tayangan animasi, siswa diajak untuk menghubungkaitkan antar unsur SETS

(Science, Environment, Technology and Society) dengan bantuan lembar pertanya-an. Hal ini sejalan dengan ciri pendekatan SETS sebagaimana telah dijabarkan sebe-lumnya.

3. Tahap akhir. Peneliti memberikan postest

materi IPA pokok bahasan Perubahan Lingkungan Fisik terintegrasi dengan ma-teri bencana alam banjir dengan tujuan un-tuk mengetahui peningkatan pemahaman terhadap materi IPA dan bencana alam banjir tersebut.

Kelas kontrol diajar dengan pendekatan ekspositori dan bahan ajarnya tidak menggu-nakan media animasi. Kepada siswa disampai-kan materi pelajaran secara langsung, diskusi tanya-jawab, diakhiri dengan kesimpulan. Ke-las kontrol diberi pretest dan postest sebagai-mana kelas eksperimen. Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi IPA pokok bahasan Perubahan Lingkun-gan Fisik dan bencana alam banjir.

Pengumpulan data dilakukan dengan

menggunakan pretest dan posttest yang instru-men soalnya sudah diujicobakan dan dianalisis dengan uji validitas isi; reabilitas; daya beda; dan tingkat kesukarannya (Sugiyono, 2010: 182; Arikunto, 2006a: 208). Instrumen peneli-tian lainnya yang meliputi media animasi dan lembar pertanyaan juga sudah diuji sebelum-nya. Uji kelayakan media animasi dilakukan dengan bantuan ahli berdasarkan angket, sedangkan lembar pertanyaan diuji dengan validitas isi menggunakan kisi-kisi instrumen yang terdapat variabel aspek SETS (Science, Environment, Technology and Society) yang diteliti, indikator sebagai tolak ukur dan nomor butir (item) pertanyaan atau yang telah dijabar-kan dari indikator. Analisis peningkatan pema-haman dengan uji gain ternormalisasi (Hake, 1998).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini menekankan analisis data pada aspek kognitif siswa sebelum dan se-sudah perlakuan pembelajaran diberikan. Se-belum data yang diperoleh dianalisis, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas. Hasil analisis data dengan chi menunjukkan data berdistribu-si normal.

Peningkatan pemahaman siswa terha-dap materi IPA dan bencana alam banjir dilihat berdasarkan hasil belajar kognitif siswa de-ngan membandingkan hasil pretest dan postest

kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Hasil

pretest dan posttest siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 2.

Pretest diberikan kepada kelas eksperi-men dan kelas kontrol diawal penelitian untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap ma-teri IPA pokok bahasan Perubahan Lingkungan Fisik dan bencana alam banjir. Hasil penelitian menujukkan nilai rata-rata kelas eksperimen sebesar 53,37 dan nilai rata-rata kelas kontrol sebesar 54,40. Dengan demikian pemahaman awal siswa pada kelas eksperimen dan kontrol tidak mempunyai perbedaan yang signifikan.

Hasil posttest setelah pemberian pem-belajaran menunjukkan pemahaman siswa ke-las eksperimen berbeda dengan keke-las kontrol. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata kelas eksperimen sebesar 81,41 dan nilai rata-rata kelas kontrol sebesar 67,16. Hasil uji gain ter-normalisasi menunjukkan bahwa harga gain kelas eksperimen sebesar 0,60 (sedang) dan kelas kontrol sebesar 0,28 (rendah). Dari hasil uji gain ternormalisasi, peningkatan pemaha-man kelas eksperimen lebih tinggi

(4)

dibanding-Pendekatan SETS menekankan pembe-rian sains terlebih dahulu, setelah itu anak dia-jak untuk mengaitkannya dengan lingkungan, teknologi dan masyarakat. Dengan demikian siswa dapat memahami hal yang sama namun dengan perspektif yang lebih luas. Hasil pene-litian ini sejalan dengan hasil penepene-litian Yoruk (2010: 1422) yang mengungkapkan bahwa ha-sil belajar siswa mengalami peningkatan me-lalui pembelajaran bervisi SETS. Siswa pada kelas eksperimen mengalami pembelajaran yang lebih bermakna dibanding siswa pada kelas kontrol karena pendekatan SETS dapat memfasilitasi penjelasan yang abstrak menja-di lebih nyata dengan fenomena dan kejamenja-dian di lingkungan sekitar siswa. Dengan demikian, pendekatan SETS yang menjadi satu kesatuan dalam media animasi dan lembar pertanyaan juga berhasil meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi bencana alam banjir dan ma-teri pokok bahasan perubahan lingkungan fisik. Keefektifan pembelajaran bencana alam banjir bervisi SETS menggunakan media ani-masi dan lembar pertanyaan yang diintegra-sikan dengan pokok bahasan perubahan ling-kungan fisik tidak hanya dilihat dari hasil belajar kognitif siswa. Ketuntasan belajar siswa secara individu dan klasikal juga menentukan keefekti-fan pembelajaran. Pengujian ketuntasan bela-jar secara individu menggunakan uji satu pihak kanan. Ho ditolak jika thitung < ttabel dengan dk dari kriteria penolakan Ho adalah n-1. Hasil pengu-jian dapat dilihat pada Tabel 3.

Dengan menggunakan uji ketuntasan belajar yang menetapkan nilai 67 sebagai ni-lai batas tuntas rata-rata hasil belajar kognitif siswa terlihat bahwa kelas eksperimen menca-pai batas tuntas sedangkan kelas kontrol tidak kan kelas kontrol (0,60 > 0,28).

Peningkatan pemahaman materi baik materi bencana alam banjir maupun materi IPA juga dapat diketahui melalui uji gain ternorma-lisasi hasil pretest dan posttest masing-masing materi tersebut. Dari 25 soal pretest-postest

terdapat 8 soal materi bencana alam banjir dan 17 soal materi IPA pokok bahasan perubahan lingkungan fisik. Setelah dianalisis menggu -nakan uji gain ternormalisasi, diperoleh pening-katan pemahaman materi bencana alam banjir sebesar 0,66 (sedang) untuk kelas eksperimen dan 0,21 (rendah) untuk kelas kontrol. Oleh ka-rena itu, peningkatan pemahaman materi ben-cana alam banjir kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol.

Peningkatan pemahaman kelas ekperi-men yang lebih tinggi dibanding kelas kontrol membuktikan bahwa media animasi dan lem-bar pertanyaan dapat meningkatkan pemaha-man siswa SD terhadap materi bencana alam banjir dan materi IPA pokok bahasan peruba-han lingkungan fisik. Dengan media animasi siswa lebih mudah memahami konsep dengan pemberian pengalaman langsung dan konkret. Selain itu, media animasi juga meningkatkan kemampuan siswa dalam mengingat materi yang disampaikan dalam jangka waktu yang lebih lama sebagaimana yang diungkapkan oleh Furman (2007). Adanya pengalaman langsung dan konkret serta memanfaatkan in-gatan tentang materi dapat memudahkan sis-wa menghubungkaitkan materi IPA (sains) de- ngan teknologi, lingkungan dan masyarakat. Hal ini sesuai dengan pendapat Mulyasa (2009) bahwa dengan pemberian pengalaman secara langsung dan konkret dapat meningkat-kan kompetensi alami siswa.

Tabel 2. Hasil Belajar Kognitif Siswa 1

No Hasil Tes PretestKelas EksperimenPosttest PretestKelas KontrolPosttest Materi IPA pokok bahasan Perubahan Lingkungan Fisik

1 Nilai Terendah 28 44 20 32

2 Nilai Tertinggi 80 96 80 92

3 Nilai Rata-Rata 53,37 81,41 54,40 67,16

4 Peningkatan (Uji Gain) 0,60 (sedang) 0,28 (rendah) Materi Bencana Alam Banjir

1 Nilai Terendah 12,5 37,50 00,00 00,00

2 Nilai Tertinggi 75 100 87,5 100

3 Nilai Rata-Rata 45,00 81,08 44,74 56,25

(5)

mencapai batas tuntas.

Sebagai batas tuntas dalam penelitian ini ditetapkan berdasarkan kriteria ketuntasan belajar perorangan dengan mempertimbang-kan kompleksitas, esensial, intake siswa serta sarana dan prasarana yang tersedia di lokasi sekolah penelitian. Mulyasa (2009: 254) me- ngemukakan bahwa seorang siswa dikatakan telah tuntas belajar jika siswa tersebut telah mencapai nilai minimal 65. Dengan memper-timbangkan kondisi sekolah dan siswa yang digunakan dalam penelitian ini maka peneliti menetapkan nilai 67 sebagai batas ketuntasan belajar minimal siswa.

Ketuntasan belajar siswa secara klasikal diketahui dengan uji Estimasi Proporsi Ketun-tasan Belajar . Pengujian ini digunakan untuk mengetahui 100% interval kepercayaan hasil belajar siswa jika diberikan pada sampel lain dalam populasi yang homogen dengan popu-lasi yang digunakan dalam penelitian ini. Tabel 4 menunjukkan hasil uji estimasi proporsi ke-tuntasan belajar pada kelas eksperimen dan kontrol.

Berdasarkan Tabel 4 terlihat bahwa ke-tika pembelajaran pada kelas eksperimen di-berikan pada kelas lain dalam populasi yang homogen dengan populasi yang digunakan dalam penelitian ini, maka estimasi proporsi ketuntasan belajar diperoleh antara 0,75% dan 0,97% sedangkan pada kelas kontrol diperoleh prediksi rata – rata hasil belajar diperoleh anta-ra 0,34% dan 0,66%.

Ketuntasan belajar secara klasikal dika-takan tercapai jika terdapat minimal 85% siswa yang mencapai batas tuntas minimal 67. Ha-sil estimasi proporsi ketuntasan belajar kelas eksperimen yang memperlihatkan bahwa kelas akan mencapai ketuntasan dalan interval 75% - 97%. Hal ini berarti kelas eksperimen pada penelitian ini dapat dikatakan tuntas secara

klasikal karena terdapat kemungkinan kelas mencapai ketuntasan belajar klasikal minimal 85% ( Mulyasa, 2009: 254).

Berdasarkan uraian diketahui bahwa pe-ningkatan pemahaman siswa terhadap materi bencana alam banjir dan materi IPA pokok ba-hasan perubahan lingkungan fisik serta penca -paian ketuntasan belajar secara perseorangan maupun klasikal kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pembelajaran bencana alam banjir bervisi SETS dengan media animasi dan lembar pertanyaan efektif.

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian dan pem-bahasan yang dilakukan oleh peneliti, maka dapat disimpulkan bahwa:

Hasil uji gain ternormalisasi membukti-kan bahwa besarnya peningkatan pemahaman bencana alam banjir sebesar 0,66 (sedang) un-tuk siswa kelas eksperimen dan 0,21 (rendah) untuk siswa kelas kontrol. Jadi, peningkatan pemahaman kebencanaan siswa yang diajar menggunakan pendekatan SETS dengan me-dia animasi dan lembar pertanyaan lebih tinggi dari siswa yang diajar menggunakan pendeka-tan ekspositori (0,66 > 0,21).

Hasil uji gain ternormalisasi membukti-kan bahwa besarnya peningkatan pemahaman materi IPA pokok bahasan perubahan lingku- ngan fisik sebesar 0,60 untuk siswa kelas eks -perimen dan 0,28 (rendah) untuk siswa kelas kontrol. Jadi, peningkatan pemahaman materi IPA pokok bahasan perubahan lingkungan fi -sik siswa yang diajar menggunakan pendeka-tan SETS dengan media animasi dan lembar pertanyaan lebih tinggi dari siswa yang diajar menggunakan pendekatan ekspositori (0,60 > 0,28).

Tabel 3. Hasil Uji Ketuntasan Belajar

Kelas Jumlah Dk thitung ttabel Keterangan Eksperimen 37 36 6,57 1,694 Tuntas Belajar Kontrol 38 37 0,069 1,686 Tidak Tuntas Belajar

Tabel 4. Hasil Estimasi Proporsi Ketuntasan Belajar pada Kelas Eksperimen dan Kontrol

Kelas n χ P q Z0,475v Estimasi Proporsi

Eksperimen 37 32 0,86 0,14 2,028 0,75 < π < 0,97

(6)

Rekapitulasi Bencana Tahun 2010.

Binadja, A. 1999. Pendidikan SETS Penerapan-nya pada Pengajaran. Makalah ini disajikan dalam Seminar Lokakarya Nasional Pendidi-kan SETS untuk bidang sains dan non sains, kerjasama antara SEAMEO RESCAM dan UNNES, Semarang, 14-15 Desember 1999. Furman, O. 2007. They Saw a Movie: Long-Term

Memory For An Extended Audiovisual Nar-rative. Cold Spring Harbor Laboratory Press 14: 457-467.

Hake, R. 1998. Interactive-Engagement vs Tradi-tional Methods: A six-Thousand-Students Survey of Mechanics Test Data for

Introduc-tory Physics Courses, American Journal of

Physics 66(1): 64-74. Tersedia di http://www. physics.indiana.edu/~sdi/ajpv3i.pdf [diakses pada tanggal 02 Maret 2011]

Leaslie, D. 2000. Interactive Worksheets in Large

Introductory Physics Courses, The Physics

Teacher 38: 164-167.

Mulyasa. 2009. Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidi-kan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Rusilowati dkk. 2010. Pembelajaran Kebencanaan

Alam Bervisi SETS Terintegrasi dalam Mata Pelajaran IPA. Seminar Nasional Pendidikan IPA Tahun 2010. Membangun Profesional-isme Guru IPA melalui Penyelenggaraan Pendidikan Profesi Guru (PPG): 34-35.

Spence, B. & Virginia C. 2008. DISASTER

AWARE-NESS GAME: Technique for Evaluating, Pro-moting and Comparing Levels of Disaster Awareness Among Children. Jepang: Depart-ment of Civil Engineering Gunma University

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan.

Bandung: Alfabeta

Yoruk, N., I. Morgil, N. Secken. 2010. The Effects Of Science, Technology, Society, Environment (Stse) Interactions On Teaching Chemistry.

Natural Science 2(12): 1417-1424. Hasil pengujian ketuntasan belajar siswa

membuktikan bahwa kelas eksperimen dapat mencapai ketuntasan belajar secara perseo-rangan dan klasikal sedangkan kelas kontrol tidak mencapai ketuntasan belajar baik secara perseorangan maupun klasikal. Jadi ketunta-san belajar kelas eksperimen lebih baik daripa-da kelas kontrol.

Berdasarkan hasil pembahasan dan sim-pulan, saran yang dapat dikemukakan adalah: 1) Sebaiknya penayangan animasi diberikan dalam satu waktu dengan diskusi dan pem-bahasan materi dengan lembar pertanyaan sehingga pembelajaran dapat berlangsung secara efektif. Dengan demikian saat diskusi dan pembahasan, animasi dapat ditayangkan kembali jika diperlukan sehingga siswa lebih memahami materi yang disampaikan. 2) Pene-litian selanjutnya diharapkan meneliti penga-ruh pembelajaran bencana alam banjir bervisi SETS yang terintegrasi dalam pokok bahasan

perubahan lingkungan fisik dengan me -dia animasi dan lembar pertanyaan pada as-pek afektif dan psikomotorik siswa. 3) Pem-belajaran bencana alam banjir bervisi SETS dengan media animasi dan lembar pertanyaan perlu diterapkan oleh guru-guru di Indonesia, sehingga siswa dapat berperan aktif dalam mencegah terjadinya bencana alam banjir.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2006. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (edisi revisi). Jakarta: Rineka Cipta.

Arsyad, A. 2007. Media Pembelajaran. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada

Gambar

Tabel 2. Hasil Belajar Kognitif Siswa 1
Tabel 4. Hasil Estimasi Proporsi Ketuntasan Belajar  pada Kelas Eksperimen dan Kontrol

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa individu yang memiliki self monitoring tinggi menunjukkan ciri-ciri tanggap terhadap tuntutan lingkungan di

ANALISIS KUALITAS SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER GENAP PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK KENDARAAN RINGAN.. DI SMK NEGERI

Hasil daripada temu bual dan analisis dokumen yang telah dijalankan untuk mendapatkan maklum balas daripada murid setelah menggunakan Kaedah Tahfiz Akhyar, murid menyatakan

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis peran hubungan masyarakat era marketing 4.0 dalam meningkatkan keterserapan lulusan program

Untuk penelitian lebih lanjut, faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi sikap siswa terhadap lingkungan dan kemampuan kognitif biologi lingkungan perlu diteliti

Senior managers, middle managers, operational managers, and employees have different types of decisions and information requirements..

penyelenggaraan diklat berbasis kompetensi bagi guru perlu di evaluasi secara komprehensif agar dapat mengetahui faktor-faktor apa yang menjadi penyebab manajemen

09 Surat Dukungan Keuangan dari Bank (Dukungan Bank) asli harus diserahkan 10 Kontrak &amp; LKP Paket Pekerjaan yang sedang dilaksanakan serahkan LKP progres terakhir D Dokumen yang