• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Kasus Posisi Putusan No.61/Pdt.G/2012/PN.Kdr. dan Ricky Fardinand, SH sebagai Hakim Anggota.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Kasus Posisi Putusan No.61/Pdt.G/2012/PN.Kdr. dan Ricky Fardinand, SH sebagai Hakim Anggota."

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Kasus Posisi Putusan No.61/Pdt.G/2012/PN.Kdr

Majelis Hakim yang mengadili pembatalan risalah lelang atau memutuskan risalah lelang tidak mempunyai kekuatan hukum adalah Kurnia Yani Darmono, SH, MHum sebagai ketua Majelis Hakim, Joko Saptono SH dan Ricky Fardinand, SH sebagai Hakim Anggota.

1. Para Pihak Berperkara

a. Penggugat adalah Chandra Soegianto dan Juwita Chandra bertempat tinggal di Jl. Ronggowarsito 15 RT.05 RW.01 Kelurahan Pocanan Kecamatan Kota, Kota Kediri

b. Tergugat, yaitu :

1) PT. Bank Rakyat Indonesia (PERSERO) Tbk. Kantor Cabang Kediri, alamat Jl Komisaris Jendral Polisi Slamet A nomor 37 Kota Kediri

2) Efendi Hidayat (Pemimpin PT.BRI (PERSERO) Tbk. Kantor Cabang Batang, Jawa Tengah

3) Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Kediri alamat Jl. Veteran 11 Kota Kediri.

4) Kepala Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Malang, alamat di Jl. Slamet Supriadi Nomor 157 Malang.

(2)

2. Posita

Penggugat telah malakukan perjanjian kredit Tertanggal 15 Mei 2007 no 101 dengan tergugat dengan sistem :

a. KREDIT MODAL KERJA I, sebesar Rp 600.000.000 fasilitas rekening Koran dengan maximum Co tetap

b. KREDIT MODAL KERJA II, sebesar Rp 1.250.000.000 fasilitas rekening Koran dengan maximum Co menurun dengan jaminan : 1) Sebidang tanah Hak milik nomor : 1290/desa sukorejo, seluas

2695 m2 atas nama JULLY CHANNI yang terletak di Desa Sukorejo, Kecematan Gampengrejo, Kabupaten Kediri, Propinsi Jawa Timur

2) Sebidang tanah Hak milik nomor : 34/Desa Jagalan, seluas 197 m2 atas nama Chandra Soegianto yang terletak di Desa Jagalan, Kecamatan Kota Kediri, Kotamadya Kediri, Propinsi Jawa Timur 3) Sebidang tanah Hak Guna Bangunan : 2850/Kelurahan Kalisari

seluas 150 m2 atas nama Chandra terletak di Kelurahan Kalisari, Kecamatan Mulyorejo, kotamadya Surabaya Provinsi Jawa Timur. Selanjutnya ada perubahan akta pada tanggal 23 April 2008 Nomor : 177 KREDIT MODAL KERJA I sebesar Rp 600.000.000 (enam ratus juta rupiah) telah dilunasi dan KREDIT MODAL KERJA II sebesar Rp. 1.225.000.000 (sati milyar dua ratus dua puluh lima rupiah) dan bank memberikan tambahan/ suplesi kredit dari bank sebesar Rp 325.000.000 (tiga ratus dua puluh lima juta rupiah) sehingga dengan demikian jumlah

(3)

kredit maximum menjadi Rp 1.550.000.000 (satu milyar lima ratus lima puluh juta rupiah) dengan jaminan :

1) Sebidang tanah Hak milik nomor 1290/desa sukorejo, seluas 2695 m2 atas nama JULLY CHANNI dan

2) Sebidang tanah Hak milik nomor : 34/Desa Jagalan, seluas 197 m2 atas nama Chandra Soegianto

Selanjutnya ada persetujuan perpanjangan kredit yang diperpanjang gdalam jangka 12 bulan terhitung sejak tangan 23 (dua puluh tiga) bulan April tahun 2009 dan wajib dilunasi pada tanggal 23 pril tahun 2010, lalu penggugat telah membayar agunan Sebidang tanah Hak milik nomor 34/Desa jagalan, seluas 197 m2 atas nama Chandra Soegianto sebesar Rp 1.200.000.000 (satu milyar dua ratus juta rupiah) sedangkan sisa kredit ada sebesar Rp 350.000.000 (tiga ratus lima puluh juta rupiah) dam masih menyosakan agunan Sebidang tanah Hak milik nomor : 1290/desa Sukorejo, seluas 2695 m2 atas nama Jully Channi selanjutnya disebut sebagai Obyek Sengketa.

Bahwa obyek sengketa tersebut oleh tergugat 1 telah di lelang dikantor tergugat IV pada tanggal 20 Oktober 2011. Proses permohonan pelelangan yang dilakukan oleh Tergugat I dan dilaksanakan oleh Tergugat IV tidak memenuhi standar aturan yang ada dan cenderung menabrak nilai-nilai etika proses pelelangan. Terbukti pemberitahuan lelang oleh Tergugat IV diberitahukan kepada Para Penggugat hanya sehari sebelum pelelangan dan lebih aneh lagi Pemenang Lelang adalah Tergugat II ( saat itu sebagai

(4)

Pemimpin PT. BRI Cabang Kediri ), demikian juga harga limit lelang yang hanya sejumlah Rp.375.000.000;- ( tiga ratus tujuh puluh lima juta rupiah ) terpaut jauh dari harga pasaran Obyek Sengketa yang dilelang.

Bahwa berdasarkan alasan di atas sangat beralasan lelang yang dilakukan Tergugat IV pada tanggal 20 Oktober 2011 dinyatakan Tidak Mempunyai Kekuatan Hukum yang Sah / Batal Demi Hukum, demikian juga Pemenang Lelang dalam hal ini Tergugat II juga tidak Mempunyai Kapasitas sebagai Pemenang Lelang karena Boleh dikatakan secara Fakta Hukum Lelang yang diadakan tersebut diatas belum ada peserta lelangnya.

Tabel 1 Alat Bukti Penggugat

No.   Kode   Nama/Jenis  Surat  

1.   P-1   Foto copy Akta Perjanjian Kredit, tanggal 15 Mei 2007, Nomor

: 101;

2.   P-2   Foto copy Akta Perubahan, tanggal 23 April 2008, Nomor :

177;

3.   P-­‐3   Foto copy Akta Persetujuan Perpanjangan Kredit, tanggal 23

April 2009, Nomor : 153;

4.   P-­‐4   Foto copy Buku Tanah Hak Milik No. 1290, tanggal 03

Nopember 199;

5.   P-­‐5   5 Foto copy Salinan Peraturan Menteri Keuangan Nomor :

93/PMK.06/2010 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang, tanggal 23 April 2010.

(5)

Bagan 1 Kasus Posisi Penggugat Tergugat Perjanjian Utang Piutang/ Kredit Penggugat

Perjanjian Kredit Tanggal 15 Mei 2007 no 101, dengan sistem Kredit Modal Kerja I

dan Kredit Modal Kerja II

Perubahan akta pada tanggal 23 April 2008 dan telah melunasi

Kredit Modal Kerja I

Perpanjangan kredit jangka 12 bulan terhitung sejak 23 April 2009 dan wajib dilunasi tanggal

23 April 2010

Penggugat tidak bisa melunasi pada tanggal jatuh tempo dan obyek sengketa dilelang pada

tanggal 20 Oktober 2011 Proses permohonan lelang yang

dilakukan tergugat IV tidak memenuhi standar aturan yang

ada PN Kediri

(6)

3. Jawaban Para Tergugat

Para Penggugat merupakan nasabah dari Tergugat I yang pertama kali mendapatkan fasilitas kredit berdasarkan Akta Perjanjian Membuka Kredit No. 101 tanggal 15 Mei 2007 yang dibuat oleh Notaris Paulus Bingadiputra, SH sampai dengan Perjanjian Addendum Restrukturisasi Kredit No. 164 tanggal 21-05-2010 dan untuk menjamin pelunasan kredit dimaksud, Para Penggugat telah menjaminkan agunan yaitu:

a) SHM No. 1290/ Desa Sukorejo An. Jully Channi yang telah dipasang Hak Tanggungan Tingkat I / SHT I No. 686/2007

b) SHM No. 34/ Desa Jagalan An. Chandra Soegianto yang telah dipasang Hak Tanggungan Tingkat I / SHT I No. 458/2007

c) SHGB No. 2850/Kelurahan Kalisari an. Chandra yang telah dipasang Hak Tanggungan Tingkat I / SHT I No. 8120/2007

ternyata dalam perjalanannya, fasilitas kredit diatas yang dinikmati oleh Para Penggugat tersebut, Para Penggugat melanggar isi/ ketentuan dari perjanjian Kredit tersebut, termasuk melanggar isi dari addendum perjanjian Restrukturisasi kredit yang telah disepakati Para Penggugat dan Tergugat I (Para Penggugat WANPRESTASI). Oleh Karena itu, Tergugat I telah memberikan Surat Peringatan sebanyak 3 kali yang antara lain :

a. Surat Peringatan I No. B.1460-KC-XVI/ADK/04/2011 b. Surat Peringatan II No. B.1597-KC-XVI/ADK/04/2011 c. Surat Peringatan III No. B.1966-KC-XVI/ADK 04/2011

(7)

Terhadap Surat-Surat Peringatan tersebut, ternyata tidak ada tanggapan yang diberikan sehingga dengan mendasarkan pada ketentuan hukum yang berlaku penyelesaian kredit macet atas nama Para Penggugat dilakukan melalui parate eksekusi.

Selanjutnya penggugat dalam gugatannya yang menyatakan pemberitahuan lelang yang disampaikan oleh Tergugat IV hanya sehari sebelum pelaksanaan lelang tidak dapat dijadikan alasan lelang yang telah dilaksanakan melalui KPKNL atau Tergugat IV dapat dibatalkan karena Para Penggugat telah diberitahu / diberikan jangka waktu melalui surat peringatan sebanyak tiga kali dalam rentang waktu tanggal 13 April 2011, 27 April 2011 dan 31 Mei 2011 bahkan Tergugat I telah mengumumkan berita lelang melalui media massa / Koran Surya dalam kurun waktu 7 Hari sebelum pelaksanaan lelang dan Tergugat I melalui Tergugat IV telah melaksanakan lelang sebanyak 3 kali yaitu tanggal 18 Agustus 2011, 15 September 2011 dan baru laku terjual pada tanggal 20 Oktober 2012, jadi jelas sangat tidak beralasan apabila pemberitahuan sehari sebelum pelaksanaan lelang tanggal 20 Oktober 2011 dijadikan dasar untuk menyatakan proses lelang bertentangan dengan peraturan hukum yang berlaku.

Dan berkaitan dengan dalil gugatan Pelawan pada angka 5 bahwa harga lelang atau nilai jual objek sengketa adalah sebesar Rp.375.000.000, adalah benar karena harga lelang tersebut merupakan harga yang telah

(8)

diappraisal atau dinilai secara benar, nyata, transparan dan sesuai dengan cara dan peraturan penilaian agunan yang berlaku di Indonesia dan disesuaikan dengan harga pasaran yang berlaku dan data pasar / data-data dari kepala desa setempat yang diolah sehingga ditentukan harga yang cocok/sesuai dengan harga pasar wajar pada umumnya. Bahwa Harga / nilai pasar wajar objek sengketa sebelumnya telah disetujui dan diketahui bahkan ditanda tangani oleh Para pelawan yang dituangkan dalam lembar penilaian jaminan (Pj - 07) yang akan Tergugat I jadikan bukti dipersidangan pada tahap pembuktian nantinya.

Tabel 2 Alat Bukti Para Tergugat

No.   Kode   Nama/Jenis  Surat  

1.   T. I – 1   Foto copy Salinan Akta Perjanjian Kredit tanggal 15 Mei 2007,

Nomor 101;

2.   T.I-2   Foto copy Salinan Akta Persetujuan Perpanjangan Dan

Restrukturisasi Kredit, tanggal 21 Mei 2010, Nomor 164;

3.   T.I - 3   Foto copy Salinan Buku Tanah Hak Tanggungan Nomor : 686 /

2007, tanggal 18 Juni 2007;

4.   T.I - 4   Foto copy Surat Peringatan ke-I (satu), tanggal 13 April 2011,

No. B.1460-KC- XVI/ADK/04/2011;

5.   T.I – 5   Foto copy Surat Peringatan ke-II (dua), tanggal 27 April 2011,

No. B.1527-KC- XVI/ADK/04/2011;

6.   T.I - 6   Foto copy Surat Peringatan ke-III (tiga), tanggal 31 Mei 2011,

No. B.1966-KC- XVI/ADK/05/2011;

7.   T.I- 7   Foto copy Laporan Penilaian Jaminan (Untuk Tanah Yang

Tidak Ada Bangunannya) atas nama CHANDRA

SOEGIANTO, tanggal 08 Pebruari 2010;

8.   T.I – 8   Foto copy Kutipan Risalah Lelang Nomor : 1042 / 2011,

(9)

Januari 2005;

2.   T.II - 2   Foto copy Surat Edaran Nomor : S.26-DIR/ADK/08/2007

Tentang Kualitas Aktiva Produktif Dan Kualitas Agunan Yang Diambil Alih (AYDA), tanggal 20 Agustus 2007;

3.   T.II - 3   Foto copy Surat Permohonan Lelang Ulang Nomor :

B.7233-KC/XVI/ADK/09/2011, tanggal 12 September 2011;

4.   T.II - 4   Foto copy Surat Keputusan NOKEP : 179-DIR/SDM/03/2010

Tentang Pemindahan Unit Kerja Direksi PT. Bank Rakyat Indonesia (PERSERO) Tbk. tanggal 19 Maret 2010.

No.   Kode   Nama/Jenis  Surat  

1.   T.IV - 1   Foto copy Surat Nomor : B.4233-KC/ADK/09/2011 tanggal

12 September 2011, perihal permohonan lelang;

2.   T.IV - 2   Foto copy Surat Kepala Kantor Pelayanan Kekayaan Negara

dan Lelang Malang Nomor : S.2019/WKN.10/KNL.03/2011 TANGGAL 11 Oktober 2011

3.   T.IV - 3   Foto copy Surat Peringatan ke- I (satu), tanggal 13 April

2011, No. B.1460-KC- XVI/ADK/04/2011;

4.   T.IV - 4   Foto copy Surat Peringatan ke- II (dua), tanggal 27 April

2011, No. B.1527-KC- XVI/ADK/04/2011;

5.   T.IV - 5   Foto copy Surat Peringatan ke- III (tiga), tanggal 31 Mei

2011, No. B.1966-KC- XVI/ADK/05/2011;

6.   T.IV - 6   Foto copy Surat Keterangan Pendaftaran Tanah Nomor :

45/2011, tanggal 03 Agustus 2011;

7.   T.IV - 7   Foto copy Surat Nomor : B.465-KC-XVI/ADK/10/2011

tanggal 11 Oktober 2011 perihal pemberitajuan pelaksanaan lelang ulang;

8.   T.IV - 8   Foto copy Pengumuman Lelang Ulang Eksekusi Hak

Tanggungan melalui Harian Surya, tanggal 13 Oktober 2011;

9.   T.IV-9   Foto copy Risalah Lelang Nomor : 1042/2011 tanggal 20

(10)

Bagan 2 Gambaran kasus posisi Tergugat Para Penggugat Perjanjian Kredit dengan agunan SHM dan SHGB Tergugat I Para Penggugat

melanggar isi perjanjian Kredit tersebut termasuk melanggar isi dari addendum Perjanjian Restrukturisasi kredit yang telah disepakati (para Penggugat WANPRESTASI)

Tergugat I memberikan Surat peringatan sebanyak 3 kali tetapi tidak ada tanggapan dari para penggugat sehingga penyelesaian kredit macet para penggugat dilakukan melalui parate eksekusi

Para penggugat telah diberi tahu melalui surat peringatan sebanyak 3 kali dan tergugat 1 juga mengumumkan berita lelang melalui media massa jadi jelas tidak beralasan apabila para penggugat mendalilkan bahwa pemberitahuan Objek sengketa yang dipermasalahkan

oleh Penggugat yang dibeli oleh Tergugat I atas nama Tergugat II sebagai pejabat yang secara sah dalam hal ini bertindak dalam jabatannya tersebut mewakili Direksi untuk dan atas nama PT.Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk berkedudukan di Jakarta Jalan Jenderal Sudirman No.44-46 Jakarta Pusat untuk jangka waktu tertentu yang kemudian akan dijual kepada Pihak pembeli yang kemudian uang dari hasil jual-beli tersebut akan digunakan untuk membayar kewajiban Penggugat adalah BUKAN perbuatan melanggar hukum atau menabrak nilai-nilai etika proses pelelangan yang Pengugat mendalilkan bahwa harga lelang atau nilai objek sengketa adalah sebesar Rp. 375.000.000 adalah tidak benar karena harga lelang tesebut merupakan harga yang telah di appraisial atau dinilai secara benar sesuai dengan cara dan peraturan penilaian agunan yang berlaku di Indonesia sesuai dengan bukti Pj-07

(11)

4. Pertimbangan hakim

a. Bahwa Kantor Pelayanan Kekayaan Negara Dan Lelang (KPKNL) Malang tidak memenuhi standar aturan yang ada dan cenderung menabrak nilai-nilai etika proses pelelangan;

b. Bahwa pemenang lelang merupakan Pimpinan dari PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk. Kantor Cabang Kediri selaku kreditur, oleh karenanya akan dipertimbangakan oleh Majelis Hakim apakah boleh pemenang lelang (tergugat II) menjadi pemenang lelang terhadap obyek jaminan debitur;

c. Harga limit obyek lelang yang ditentukan oleh pemohon terlalu rendah, sehingga tidak sesuai dengan harga obyek di pasaran;

d. Bahwa kreditur telah melanggar asas-asas dalam lelang yakni asas keadilan;

e. Bahwa kreditur telah melanggar prosedur lelang sebagaimana ketentuan dalam Pasal 36 ayat (5) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 93/PMK.06/2010;

f. Bahwa tergugat I, tergugat II, dan tergugat IV telah memenuhi salah 1 (satu) unsur perbuatan melawan hukum, dimana unsur perbuatan melawan hukum berlaku secara alternatif. Adapun yang termasuk unsur perbuatan melawan hukum yaitu bertentangan dengan kewajiban hukum si pelaku, melanggar hak subjektif orang lain, melanggar kaidah tata susila, dan bertentangan dengan asas kepatutan, ketelitian, serta sikap hati-hati.

(12)

5. Amar Putusan

1) Mengabulkan gugatan Para Penggugat untuk sebagian.

2) Menyatakan Tergugat I dan Tergugat IV telah melakukan perbuatan melawan hukum yang merugikan Para Penggugat.

3) Menyatakan lelang terhadap obyek sengketa yang dilaksanakan oleh Tergugat IV pada tanggal 20 Oktober 2011 sebagaimana tercantum dalam Risalah Lelang Nomor : 1042/2011, tanggal 20 Oktober 2011, tidak mempunyai kekuatan hukum.

4) Memerintahkan kepada Tergugat III untuk tidak memindah-tangankan (balik nama) terhadap obyek sengketa sebelum putusan ini mempunyai kekuatan hukum yang tetap.

5) Menghukum kepada Tergugat I dan Tergugat IV untuk membayar biaya perkara sejumlah Rp.1.746.000,00 (satu juta tujuh ratus empat puluh enam ribu Rupiah).

6) Menolak gugatan Para Penggugat untuk selain dan selebihnya.

B. Pertimbangan hakim dalam putusan Pengadilan Negeri Kediri No.

61/Pdt.G/2012/PN.Kdr tentang pembatalan Risalah Lelang Eksekusi Hak Tanggungan dalam perspektif hukum

1. Bahwa Kantor Pelayanan Kekayaan Negara Dan Lelang (KPKNL) Malang tidak memenuhi standar aturan yang ada dan cenderung menabrak nilai-nilai etika proses pelelangan. Pelaksanaan lelang eksekusi hak tanggungan merupakan penerapan Pasal 6 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996, dimana apabila debitur cidera janji, kreditur memiliki hak untuk menjual obyek hak tanggungan atas kekuasaan sendiri melalui

(13)

pelelangan umum. Melalui cara ini diharapkan dapat diperoleh harga yang paling tinggi untuk obyek hak tanggungan.48 Pelaksanaan lelang eksekusi hak tanggungan dilaksanakan oleh Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) sebagai instansi yang memiliki kewenangan untuk itu. Pelaksanaan lelang yang dilakukan oleh KPKNL tentu berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Sehingga dasar pertimbangan hakim yang menyatakan bahwa lelang yang dilaksanakan tidak memenuhi standar aturan yang ada dan cenderung menabrak nilai-nilai etika proses pelelangan dimana yang disampaikan penggungat bahwa proses pelelangan yang dilakukan oleh tergugat IV tersebut hanya diberitahu sehari sebelum pelelangan adalah tidak sesuai dengan bukti yang diberi tanda T.1-4, T.1-5, T.1-6, T.IV-3, T.IV-4, dan T.IV-5 dalam bukti-bukti tersebut berisi tentang surat peringatan yang diberikan oleh Tergugat 1 kepada para penggugat. Pelaksanaan lelang oleh KPKNL Malang juga telah sesuai prosedur dalam Vendu Reglement, serta peraturan teknis pelaksanaan lelang. Hal ini dapat dilihat dari adanya pelaksanaan lelang itu sendiri. KPKNL akan melaksanakan lelang apabila pemohon lelang/penjual telah melengkapi dokumen-dokumen persyaratan lelang sesuai dengan apa yang telah ditentukan dalam perundang-undangan yang berlaku. Apabila terdapat kekurangan dalam dokumen-dokumen syarat lelang, maka KPKNL tidak akan melaksanakan lelang tersebut.

48 Adrian Sutedi. Op.cit Hlm. 128.

(14)

2. Pemenang lelang merupakan Pimpinan dari PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk. Kantor Cabang Kediri selaku kreditur, oleh karenanya akan dipertimbangakan oleh Majelis Hakim apakah boleh pemenang lelang (tergugat II) menjadi pemenang lelang terhadap obyek jaminan debitur. Pemenang lelang (tergugat II) dalam hal ini bertindak mewakili Kanca BRI Kediri sebagai pembeli asset yang menjadi jaminan di BRI atau yang disebut AYDA (Agunan Yang Diambil Alih) dan tergugat II bertindak bukan dalam kapasitas pribadi melainkan untuk dan atas nama PT. Bank Rakyat Indonesia (PERSERO) Tbk. Sehingga ia berhak untuk mengikuti lelang eksekusi hak tanggungan serta menjadi pemenang lelang sepanjang lelang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Dalam ketentuan pasal 70 ayat 1 PMK Nomor 93/PMK.06/2010 dalam hal Tergugat II bertindak sebagai Pimpinan dari PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk. Kantor Cabang Kediri selaku kreditur dan mengikuti lelang eksekusi hak tanggungan yang kemudian menjadi pemenang lelang, hal ini merupakan suatu perbuatan hukum yang sah sepanjang sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku. Sepanjang lelang yang dilaksanakan tersebut tidak menyimpang dari ketentuan yang berlaku, pemenang lelang yang merupakan Pimpinan dari PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk. Kantor Cabang Kediri selaku kreditur berhak mendapatkan perlindungan hukum sebagai pemenang lelang atas penguasaan obyek lelang. Namun apabila terdapat kecurangan dan/atau

(15)

itikad tidak baik oleh pemenang lelang (bertindak sebagai Pimpinan dari PT. Bank Rakyat Indonesi Tbk. Kantor Cabang Kediri selaku kreditur) dalam proses lelang yang dilaksanakan terkait dengan penentuan nilai limit obyek, ataupun hal-hal lain yang merugikan debitur, maka pemenang lelang yang seperti itu tidak layak untuk mendapatkan perlindungan hukum.

3. Bahwa harga limit obyek lelang yang ditentukan oleh pemohon terlalu rendah, sehingga tidak sesuai dengan harga obyek di pasaran. Terkait nilai limit, hakim juga menyatakan bahwa kreditur telah melanggar prosedur lelang sebagaimana ketentuan dalam Pasal 36 ayat (5) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 93/PMK.06/2010. Ketentuan Pasal 36 ayat (5) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 93/PMK.06/2010 menyatakan bahwa dalam hal bank kreditur akan ikut menjadi peserta pada lelang eksekusi berdasarkan Pasal 6 UUHT, nilai limit harus ditetapkan oleh penjual berdasarkan hasil penilaian dari penilai.

Nilai limit adalah harga minimal barang yang akan dilelang dan ditetapkan oleh penjual/pemilik barang. Dalam pelaksanaan lelang eksekusi hak tanggungan, ketentuan nilai limit obyek telah diatur dalam Pasal 36 ayat (6) PMK Nomor 106/PMK.06/2013. Ketentuan ini menyatakan bahwa dalam lelang eksekusi berdasarkan Pasal 6 Undang-Undang Hak Tanggungan dengan nilai limit paling sedikit Rp. 300.000.000 (tiga ratus juta rupiah), nilai limit harus ditetapkan oleh penjual berdasarkan hasil penilaian dari penilai. Dalam kasus ini, nilai

(16)

limit yang telah ditentukan oleh penjual/kreditur merupakan hasil penilaian dari tim penilai karena nilai obyek yang lebih dari Rp. 300.000.000 (tiga ratus juta rupiah). Tim penilai merupakan pihak yang melakukan penilaian secara independen berdasarkan kompetensi yang dimilikinya. Hasil penilaian tersebut adalah valid karena tim penilai bersifat independen, bukan dari pihak penjual/kreditur. Terbukti dengan adanya bukti T.1-7 yaitu laporan penilaian Jaminan.

Kantor Pelayanan Kekayaan Negara Dan Lelang (KPKNL) dalam melaksanakan lelang mensyaratkan berbagai dokumen permohonan lelang yang salah satunya adalah terkait dengan penilaian obyek dari penilai independen jika nilai obyek lebih dari Rp. 300.000.000 (tiga ratus juta rupiah). Apabila persyaratan ini tidak dilengkapi oleh pemohon lelang/kreditur, maka kantor lelang tidak akan melanjutkan proses lelang. KPKNL akan memberikan surat pemberitahuan kekurangan berkas disertai pengembalian berkas permohonan lelang yang belum lengkap kepada pemohon lelang/kreditur. Sehingga dasar pertimbangan hakim tidak sesuai dengan peraturan teknis yang ada.

4. Bahwa kreditur telah melanggar asas-asas dalam lelang yakni asas keadilan. Asas keadilan yaitu dalam proses pelaksanaan lelang harus dapat memenuhi rasa keadilan secara proposional bagi setiap pihak yang berkepentingan yang mengacu pada teori Asas Keadilan Menurut FX Ngadijarno .49 meninjau dari teori tersebut maka penulis berpendapat

49

(17)

Pelaksanaan lelang eksekusi hak tanggungan berdasarkan Pasal 6 Undang-Undang Nomor 4 tahun 1996 merupakan suatu proses penyelesaian kredit bermasalah dengan hak jaminan hak tanggungan yang dapat memenuhi asas keadilan. Mengapa demikian, karena lelang akan memecahkan permasalahan utang piutang antara debitur dan kreditur. Hasil dari proses lelang dapat melunasi kewajiban debitur, dan kreditur memperoleh pelunasan utang. Baik debitur maupun kreditur memperoleh pemecahan masalah yang adil dengan adanya lelang eksekusi hak tanggungan.

5. Bahwa tergugat I, tergugat II, dan tergugat IV telah memenuhi salah satu unsur perbuatan melawan Hukum (PMH). Dalam putusan tersebut, hakim berpendapat bahwa unsur perbuatan melawan hukum berlaku secara alternative, sehingga apabila salah satu unsur PMH terpenuhi maka seseorang dapat dinyatakan telah melakukan perbuatan melawan hukum. Pertimbangan ini tidak sesuai dengan kaidah hukum yang ada. Rumusan unsur perbuatan melawan hukum dalam Pasal 1365 Bulgerlijk Wetboek (BW) adalah adanya perbuatan, kerugian, kesalahan, dan hubungan kausal antara perbuatan dengan kerugia. Sehingga seseorang atau badan hukum/ badan usaha dapat dinyatakan melakukan perbuatan melawan hukum apabila telah memenuhi keempat unsur perbuatan melawan hukum dalam Pasal 1365 BW.

Dalam proses pelaksanaan lelang, bank merupakan pihak memiliki hak preferen atas perjanjian kredit yang dibebani oleh hak tanggungan.

(18)

Sehingga lelang eksekusi hak tanggungan yang dilakukan oleh bank adalah sah dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Hasil dari lelang tersebut juga sebagai pemenuhan atas prestasi debitur yang cidera janji. Tergugat II adalah pemenang lelang, yaotu pembeli dalam lelang eksekusi hak tanggungan yang telah dinyatakan sah sebagai pemenang lelang oleh pejabat lelang. Pemenang lelang memiliki hak atas penguasaan obyek lelang dan peralihan obyek lelang apabila pemenang lelang telah malaksanakan kewajibannya sesuai dengan yang ditentukan oleh peraturan perundang-undangan.

Tergugat III adalah Kantor Pertanhaan Kebupaten Kediri, dan tergugata IV adalah KPKNL Malang. Dan instansi tersebut merupakan instansi yang melaksanakan kewenangannya sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku. Sehingga perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan kewenangan yang dimiliki instansi tersebut merupakan perbuatan hukum yang sah.

Obyek lelang merupakan obyek yang dibebani hak tanggungan berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan adalah :

“hak jaminan yang dibebankan pada ha katas tanah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 19960 tentang Peraturan dasar Pokok-Pokok Agraria, berikut atau tidak berikut benda-benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah itu, untuk pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur-kreditur lain”.

Fungsi hak tanggungan adalah untuk menjamin utang yang besarnya doperjanjikan dalam perjanjian kredit atau perjanjian utang.

(19)

Sifat hak tanggungan adalah obyek yang telah diikat dengan hak tanggungan tidak dapat dialihkan kepada siapapun dan hak kreditur sebagai pemegang hak tanggungan tetap mengikuti obyek tersebut dimanapun berada.50

Kreditur pemegang hak tanggunagn memiliki hak preferen, yaitu kedudukan yang diutamakan pelunasannya dari hasill penjualan obyek yang telah dibebani hak tanggungan. Kreditur pemegang hak tanggungan atas kekuasaan sendiri melalui pelelangan umum tanpa fiat pengadilan. Adanya pembatalan lelang eksekusi hak tanggungan oleh putusan pengadilan, mengakibatkan pemenuhan hak preferen yang diberikan oleh undang-undang kepada kreditur pemegang hak tanggungan melalui lelang eksekusi menjadi tidak memiliki kepastian hukum dalam Pasal 20 ayat (1) Undang-Undang Hak Tanggungan menyatakan secara tegas bahwa : 1. Apabila debitur cidera janji, maka berdasarkan :

a) Hak pemegang hak tanggungan pertama untuk menjual obyek hak tanggungan sebagaimana dimaksud dalam pasal 6, atau b) Titel eksekutorial yang terdapat dalam sertifikat hak tanggungan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2), obyek hak tanggungan dijual melalui pelelangan umum menurut tata cara yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan untuk pelunasan piutang pemegang hak tanggungan dengan hak mendahului daripada kreditur-kreditur lainnya

50 HS. Salim, Loc.cit

(20)

Hak preferen yang diberikan oleh undang-undang kepada kreditur pemegang hak tanggungan seoalah menjadi hal yang sia-sia apabila penjualan obyek hak tanggungan melalui lelang pada akhirnya dibatalkan berdasarkan putusan pengadilan. Pembatalan lelang berdasarkan putusan pengadilan dapat mengakibatkan ketidakpastian hukum. Dengan putusan Pengadilan Negeri yang menyatakan lelang tidak sah atau yang membatalkan lelang, maka perikatan yang timbul dari perjanjian jual beli lelang menjadi hapus. Lelang yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, mempunyai kekuatan hukum dan sah.

Penulis berpendapat hakim dalam putusannya tidak mempertimbangkan kepentingan pemenang lelang hanya berdasarkan prosedur lelang yang dianggap tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Implikasi terhadap pemenang lelang merupakan suatu perlindungan hukum bagi pemenang lelang eksekusi hak tanggungan, sehingga tidak mengakibatkan adanya perubahan atas hak-hak pemenang lelang atas obyek yang dibelinya melalui jual beli lelang. Sehingga pada akhirnya pemenang lelang eksekusi hak tanggungan memperoleh kepastian hukum. Penjualan lelang adalah perolehan hak yang sempurna. Karena obyek lelang yang telah dijual melalui prosedur hukum mulai dari pengikatan kredit hingga pembebanan hak tanggungan. Hal ini seharusnya menjadi dasar yuridis hakim untuk tidak membatalkan lelang terkait gugatan pembatalan lelang.

(21)

lelang, putusan Pengadilan Negri yang menyatakan bahwa tergugat telah melakukan perbuatan melawan hukum juga memberikan implikasi yuridis. Akibat dari perbuatan melawan hukum adalah kerugian dalam arti luas, tidak hanya mengenai kekayaan harta benda seseorang, melainkan juga mengenai kepentingan lain dari seorang manusia yaitub tubuh, jiwa dan kehormatan. Perbuatan melawan hukum menimbulkan perikatan antara si tergugat dengan penggugt, sehingga menimbulkan hak-hak dan kewajiban sebagai akibat hukumnya. Putusan Pengadilan Negri yang membatalkan lelang eksekusi hak tanggungan menunjukkan bahwa perlindungan hukum atas hak pemenang lelang eksekusi hak tanggungan dalam jual beli melalui leang tidak mempunyai kekuatan hukum yang pasti. Adanya putusan ini mengindikasikan bahwa lelang merupakan suatu bentuk jual beli yang memungkinkan terhadap adanya gugatan.

Menurut penulis bank sebagai penerima jaminan juga harus ikut bertanggung jawab atas kerugian yang dialami oleh pemenang lelang atas pembatalan lelang, serta akibat hukum yang timbul berkaitan dengan obyek jaminan. Hal ini dikarenakan bank sebagai pemegang hak tanggungan, memiliki kewajiban untuk memeriksa kebenaran formil maupun kebenaran materiil obyek jaminan ketika melakukan pengikatan kredit. Selain itu dalam pelaksanaan lelang eksekusi hak tanggungan, bank merupakan penerima hasil dari penjualan obyek jaminan.

C. Perlindungan hukum bagi pemenang lelang eksekusi hak tanggungan

(22)

Penelitian ini menunjukkan bahwa perlindungan terhadap pembeli/pememang lelang yang beritikad baik belum mendapat perlindungan sesuai dengan apa yang diisyaratkan oleh undang-undang. Impikasi dari putusan pengadilan yang menyatakan lelang tidak sah dan batal demi hukum serta risalah lelang tidak mempunyai kekuatan mengikat yang arinya bahwa pembeli lelang atas objek lelang akan menjadi berakhir. Hal ini membawa dampak yang sangat besar terhadap pihak-pihak dirugikan yaitu kreditor dan pembeli lelang. Adaya keberatan debitor/pihak ketiga terhadap hasil lelang dengan mengajukan gugatan kepengadilan untuk membatalkan hasil lelang sehingga apabila pengadilan telah memberikan putusan yang telah mempuyai kekuatan hukum tetap yang menyatakan lelang yang diadakan tersebut tidak sah dan batal demi hukum serta risalah lelang tidak mempunyai kekuatan mengikat. Implikasi dari putusan lelang dinyatakan tidak sah dan batal demi hukum artinya bahwa hak pembeli lelang atas objek lelang akan menjadi berakhir. Masalah-masalah yang timbul dari penjualan secara lelang ini menyebabkan timbulnya ketidakpastian secara hukum dimana pihak pembeli lelang yang beritikad baik mempercayakan mekanisme pembelian barang melalui sarana lelang yang dianggap aman. Selanjutnya penulis akan membahas lebih lanjut tentang Perlindungan hukum terhadap pemenang lelang :

a. Perlindungan Hukum Dalam Vendu Reglement

Berdasarkan Pasal 1 angka 22 PMK Nomor 106/PMK.06/2013, pemenang lelang adalah pembeli baik orang atau badan hukum/ badan

(23)

usaha yang mengajukan penawaran tertinggi dan disahkan sebagai pemenang lelang oleh pejabat lelang. Perlindungan bagi pemenang lelang eksekusi hak tanggungan merupakan suatu bentuk perlindungan yang diberikan kepada pemanang lelang sebelum terjadinya suatu sengketa terkait obyek lelang.

Lelang eksekusi hak tanggungan merupakan pelaksanaan dari parete executie hak tanggungan. Parate Executie adalah pelaksanaan eksekusi tanpa melalui bantuan pengadilan.51 Hak untuk menjual atas kekuasaan sendiri obyek hak tanggungan ini merupakan suatu kewenangan yang bersyarat, yaitu hak tersebut baru ada jika debitur wanprestasi.52

Ketika debitur telah cidera janji, kreditur memiliki hak untuk menjual obyek hak tanggungan atas kekuasaan sendiri melalui pelelangan umum. Melalui cara ini diharapkan dapat diperoleh harga yang paling tinggu untuk obyek hak tanggungan.53 Adapun pihak yang sangat berperan dalam tujuan ini adalah pemenang lelang. Kedudukan pemenang adalah penting, karena melalui pemenang lelang inilah tujuan lelang eksekusi hak tanggungan dapat tercapai. Pemenang lelang yang telah mengikuti proses lelang dan disahkan oleh pejabat lelang, sebenarnya telah membantu dalam alternative penyelesaian masalah utang piutang antara kreditur dengan debitur. Melalui jual beli

51 Adrian Sutedi, op.cit hlm 128.

52 J. Satrio, 1997. Hukum Jaminan, Hak Jaminan Kebendaan, Hak Tanggungan-Buku 1. PT. Citra Aditya Bakti. Hlm. 231.

(24)

lelang, hasil penjualan obyek lelang dapat memberikan pelunasan atas utang debitur, dan kreditur pun juga memperoleh manfaat atas pengembalian kredit tersebut.

Faktanya, pemenang lelang seringkali berada dalam posisi yang sulit karena harus mengalami gugatan terkait pembatalan lelang. Gugatan pembatalan lelang ini jelas berakibat fatal bagi pemenang lelang, karena hal ini berarti menyangkut pembatalan jual beli yang telah dilakukan melalui proses lelang. Jual beli dalam eksekusi hak tanggungan merupakan suatu perbuatan hukum yang sah dan pemenang lelang merupakan pembeli yang sah secara hukum. Sehingga tidak adil apabila pemenang lelang tidak diberikan perlindungan hukum berupa kepastian hak memperoleh obyek yang telah dibelinya.

Hukum positif yang berlaku atas lelang sampai pada saat ini adalah Vendu Reglement sebagai peraturan pokok lelang. Peraturan Menteri Keuangan sebagai peraturan pelaksana. Ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya yang terkait dengan lelang. Klausul risalah lelang sebagai hukum yg mengatur terhadap jual beli melalui lelang Vendu Reglement mulai berlaku pada tanggal 1 April 1908, merupakan peraturan yang mengatir prinsip-prinsip pokok tentang lelang. Vendu Reglement terdiri dari 49 pasal, di dalamnya memuat ketentuan umum terkait lelang. Juru lelang, waktu pelaksanaan lelang, persiapan lelang, tempat pelaksanaan lelang, syarat-syarat penjualan,

(25)

kewajiban pembeli, serta ketentuan dalam pembuatan berita acara atau yang saat ini disebut sebagai risalah leang.

Sebuah aturan hukum seharusnya memberikan kepastian hukum, demikian pula dengan hukum posiif yang mengatur tentang lelang.54 Lelang eksekusi dilaksanakan dalam rangka pelunasan hutang yang dijamiin dengan hak tanggungan. Pejabat lelang harus memenuhi setiap permintaan lelang yang diajukan di kantor lelang dalam daerahnya, tidak terkecuali untuk permintaan lelang atas dasar parate executie sebagaimana ketentuan dalam Pasal 6 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan. Hal ini sesuai dengan pasal 7 Vendu Reglemen yang menyatakan bahwa: juru lelang tidak berwenang menolak permintaan akan perantaraannya untuk mengadakan penjualan umum di daerahnya. Ketentuan ini memberikan kepastian hukum kepada pemohon lelang/kreditur terkait pelaksanaan lelang.

Selain itu Vendu Reglement juga mengatur tanggung jawab pejabat lelang dalam pelaksanaan lelang. Dalam pasal 40 Vendu Reglement menyatakan bahwa “Juru lelang bertanggungjawab atas semua kerugian yang timbul akibat tidak ditaatinya ketentuan-ketentuan pasa1 37, 38 dan 39”

Ketentuan dalam pasal 37, 38 dan 39 adalah mengatur tentang susunaan berita acara lelang dan ketentuan dalam pembutan berita

54 Sumaryono, 2002, Etika dan Hukum Relevensi Teori Hukum, Kanisius, Yogyakarta. Hlm 78.

(26)

acara lelang. Artinya pejabat lelang bertanggung jawab atas kebenaran isi dari berita acara lelang serta kerugian yang dapat ditimbulkan atas berita acara tersebut. Namun jika dianalisis berdasarkan pasal 7, pasal 35 dan pasal 40 Vendu Reglement tidak mengatur tanggung jawab pejabat lelang atas kebenaran obyek lelang yang dijual dan juga penyerahan obyek lelang. Sehingga ketentuan ini tidak mencerminkan adanya asas kepastian hukum bagi pemilik obyek maupun bagi pembeli/pemenang lelang.

Terkait tanggung jawab penjual dalam lelang. Vendu Reglement tidak mengatur mengenai kewajiban dan tanggung jawab penjual. Peraturan ini hanya mengatur hak penjual dalam menentukan syarat-syarat penjualan. Dengan adanya ketentuian ini, artinya memberikan kepastian hukum terhadap pemilik obyek atau penjual. Syarat-syarat penjualan ditentukan oleh pemilik obyek atau penjual agar terjamin haknya dalam memperoleh kepastian pembayaran. Disini asas kepastian hukum lebih ditunjukkan untuk melindungi pemilik obyek atau penjual daripada pemenang lelang.

Perlindungan hukum bagi pemenang lelang eksekusi hak tanggungan diberikan oleh Vendu Reglement dalam hal terkait peralihan obyek lelang. Dalam pasal 42 Vendu Reglement menyatakan bahwa pemenang lelang berhak memperoleh salinan atau kutipan berita acara yang diotentikkan, atau yang saat ini disebut sebagai risalah lelang. Kutipan risalah lelang ini nantinya akan dipergunakan

(27)

sebagai akta jual beli dalam hal peralihan obyek lelang sebagaimana juga telah diatur dalam Pasal 86 ayat (2) bagian a PMK Nomor 93/PMK.06/2010 yang menyatakan bahwa Pembeli memperoleh Kutipan Risalah Lelang sebagai akta jual beli untuk kepentingan balik nama atau Grosse Risalah Lelang sesuai kebutuhan.

Adanya ketentuan ini memberikan asas kepastian hukum atas peralihan hak obyek lelang dari penjual kepada pemenang lelang. Secara umum Vendu Reglement hanya mengatur tentang penyelenggaraan lelang, juru lelang atau saat ini disebut sebagai pejabat lelang, bagian-bagian serta isi dari risalah lelang. Namun Vendu Reglement ternyata tidak mengatur ketentuan yang mencerminkan asas kepastian hukum bagi pemenang lelang.

b. Perlindungan Hukum Dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 106/PMK.06/2013 dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 93/PMK.06/2010

Selain Vendu Reglement sebagai peraturan pokok lelang. Peraturan teknis tentang pelaksanaan lelang eksekusi hak tanggungan yang saat ini berlaku adalah Peraturan Menteri Keuangan Nomor 106/PMK.06/2013 Tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 93/PMK.06/2010 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 93/PMK.06/2010 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 93/PMK.06.2010 mulai berlaku pada tanggal 23 juni 2010, dan kemudian mengalami perubahan dengan diundangkannya Peraturan

(28)

Menteri Keuangan Nomor 106/PMK.06/2013 yang berlaku sejak tanggal 6 Oktober 2013. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 93/PMK.06.2010 tetap berlaku, karena tidak semua Pasal yang ada di dalamnya mengalami perubahan. Dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 106/PMK.06/2013 hanya memuat pasal-pasal hasil perubahan dari peraturan sebelumnya. Sehingga pasal-pasal yang tidak diubah dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 93/PMK.06.2010 tetap berlaku.

Peraturan teknis pelaksanaan lelang ini mengacu kepada Vendu Reglement sebagai peraturan pokok lelang. Tetapi tidak semua pasal dalam Vendu Reglement diimplementasikan dalam peraturan teknis ini. Peraturan teknis ini telah menyesuaikan dengan perkembangan hukum yang ada pada saat ini PMK Nomor 93/PMK.06/2010 terdiri dari 92 pasal yang dibagi dalam 8 bab, masing-masing bab memuat ketentuan umum terkait lelang, pejabat lelang, persiapan lelang, pelaksanaan lelang, risalah lelang, administrasi dan pelaporan, ketentuan peralihan, serta ketentuan penutup.

Perlindunga hukum yang diberikan kepada pemenang lelang dalam peraturan teknis pelaksanaan lelang dapat dilihat dalam pasal 3 PMK Nomor 93/PMK.06/2010 yang menyatakan bahwa Lelang yang telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku tidak dapat dibatalkan. Dari rumusan ini telah mencerminkan adanya asas kepastian hukum terhadap pemenang lelang eksekusi hak tanggungan.

(29)

Peraturan ini bersifat teknis, sehingga hanya mengikat para pihak di dalamnya. Berdasarkan studi kasus yang diteliti saat ini masih terdapat putusan pembatalan lelang atas lelang eksekusi hak tanggungan.

Menurut Satjipto Rahardjo, perlindungan hukum adalah memberikan pengayoman terhadap hak asasi manusia yang dirugikan orang lain dan perlindungan itu diberikan kepada masyarakat agar dapat menimati semua hak-hak yang diberikan oleh hukum.55 Pemenang lelang eksekusi hak tanggungan sebagai pembeli yang sah secara hukum, seharusnya mendapatkan perlindungan atas hak-haknya sebagai pembeli dan pemilik obyek yang baru ketika pemenang lelang telak melaksanakan kewajibannya. Sebagai peraturan teknis, adanya perlindungan hukum terhadap pemenang lelang eksekusi hak tanggungan dalam peraturan ini merupakan suatu upaya perlindungan hukum yang diberikan pemerintah yang bertujuan untuk mencegah terjadinya sengketa. Namun sayangnya perlindungan hukum atas hak milik pemenang lelang eksekusi hak tanggungan dalam jual beli melalui lelang tidak memiliki kekuatan hukum final sehingga masih memungkinkan adanya keberatan ataupun gugatan.

Selain terkait pembatalan lelang, peraturan teknis tentang petunjuk pelaksanaan lelang juga memberikan perlindungan kepada pemenang lelang eksekusi hak tanggungan terkait dokumen kelengkapan dalam proses lelang, keabsahan obyek lelang serta memberikan perlindungan

55 IDTesis, 2014, “Pengertian Perlindungan hukum Menurut Para ahli”, http://tesishukum.com, Diakses Tanggal 8 Oktober Pukul 22.10

(30)

hukum kepada pemohon lelang (kreditur). Dalam Pasal 42 PMK Nomor 93/PMK.06/2010 menyatakan bahwa Kepada KPKNL/Pejabat Lelang Kelas II tidak boleh menolak permohonan lelang yang diajukan kepadanya sepanjang dokumen persyaratan lelang sudah lengkap dan telah memenuhi legalitas formal subyek dan obyek lelang.

Legaliatas formal subyek dan obyek lelang adalah suatu kondisi dimana dokumen persyaratan lelang telah dipenuhi oleh pemohon lelang/penjual sesuai jenis lelangnya dan tidak ada perbedaan data, menunjukkan hubungan hukum antara pemohon lelang/penjual (subyek lelang) dengan barang yang akan dilelang (obyek lelang). Sehingga meyakinkan pejabat lelang bahwa subyek lelang berhak melelang obyek lelang, dan obyek lelang dapat dilelang.

Dari ketentuan pasal 12 tersebut secara tidak langsung telah memberikan asas kepastian hukum terhadap pembeli/pemenang lelang. Sebelum melakukan lelang, pejabat lelang telah melakukan analisis yuridis terhadap dokumen persyaratan lelang, sehingga lelang dapat dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Terkait keabsahan obyek lelang, diatur dalam pasal 16 ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) PMK Nomor 93/PMK.06/2010.

Pasal ini mencerminkan adanya asas kepastian hukum terhadap pembeli/pemenang lelang, karena penjual/pemilik obyek yang bertanggung jawab atas keabsahan obyek dan dokumen persyaratan lelang, bahkan membebankan ganti rugi terhadap kerugian yang timbul

(31)

dari ketidakabsahan obyek dan dokumen persyaratan lelang terhadap penjual/pemilik obyek.

Terkait penguasaan obyek, peraturan teknis ini juga memberikan perlindungan kepada pemilik obyek. Berdasarkan Pasal 67 PMK Nomor 93/PMK.06/2010 bahwa pembeli dilarang mengambil/menguasai barang yang dibelinya sebelum memenuhi kewajiban pembayaran lelang dan pajak/pungutan sah lainnya sesuai peraturan perundang-undangan. Dalam ketentuan ini menegaskan pemenang lelang untuk melaksanakan kewajibannya agar dapat menguasai obyek. Pasal ini telah mencerminkan adanya kepastian hukum bagi pemilik obyek dan penjual (kreditur) atas pelunasan jual beli dalam lelang oleh pemenang lelang.

Dalam bab V pasal 77 sampai dengan Pasal 88 PMK Nomor 93/PMK.06/2010 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang. Telah mengatur tentang tata cara pembuatan risalah lelang. Kantor palayanan Kekayaan Negara dan lelang (KPKNL) sebagai instansi yang memiliki kewenagan untuk melaksanakan lelang eksekusi hak tanggungan bertanggung jawab atas kerugian karena tidak ditaatinya ketentuan dalam pembuatan risalah lelang sesuai dengan ketentuan Vendu Reglement. Namun dalam peraturan teknis ini tidak mengatur tanggung jawab Kantor Lelang terkait kebenaran obyek yang dijual melalui lelang maupun penyerahan obyek yang dijual.

(32)

Selain Vendu Reglement dan Peraturan Menteri Keuangan tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang, perlindungan hukum bagi pemenang lelang seharusnya juga terdapat dalam risalah lelang. Risalah lelang adalah berita acara pelaksanaan lelang yang dibuat oleh Pejabat Lelang yang merupakan akta otentik dan mempunyai kekuatan pembuktian sempurna. Risalah lelang berisi jual beli yang didasari kesepakatan dua pihak, dan pejabat lelang sebagai pejabat umum, hanya menyatakan, menyaksikan dan mengesahkan.

Risalah lelang memiliki fungsi terkait dengan keabsahan suatu tindakan hukum berupa kesepakatan penjual dan pembeli lelang dalam bentuk tertulis. Risalah lelang merupakan perjanjian formil, dalam pasal 37-39 Vendu Reglement mengatur bahwa perjuampaan kehendak antara penjual dan pembeli lelang harus dituangkan ke dalam bentuk tertentu atau dikaitkan dengan formalitas tertentu. Jika tidak memenuhi syarat menuangkan perjanjian formil ke dalam bentuk yang di tetapkan undang-undang, maka akibat hukumnya adalah kebatalan.

Risalah Lelang merupakan perjanjian baku yang bentuknya ditentukan oleh Undang-Undang, bentuk tertentu ditujukan untuk menjamin dan menciptakan kepastian hukum. Risalah lelang memiliki 3 unsur akta otentik yaitu :

a) Bentuk risalah lelang ditentukan Pasal 37, 38, dan 39 Vendu Reglement

(33)

umum sesuai dengan Pasal 1a Vendu Reglement

c) Risalah lelang harus dibuat oleh pejabat lelang yang berwenang di wilayahnya sesuai pasal 7 Vendu Reglement

Risalah lelang dibuat untuk mencatatkan kesepakatan penjual dan pembeli lelang pada tahap perjanjian obligator. Untuk itu pejabat lelang bertanggungjawab atas keotantikan risalah lelang sehubungan dengan :56

1) Risalah lelang yang mempunyai kekuatan pembuktian lahiriah. Risalah lelang yang memenuhi unsur-unsur akta otentik diatur dalam Pasal 1868 dan 1870 KUHPerdata. Risalah lelang memiliki tiga unsur akta otentik yang disyaratkan dalam Pasal 1868 KUHPerdata, yaitu :

a. Bentuk risalah lelang ditentukan Pasal 37, 38, dan 39 Vendu Reglement

b. Risalah lelang dibuat di hadapan pejabat lelang selaku pejabat umum sesuai dengan Pasal 1a Vendu Reglement

c. Risalah lelang harus dibuat oleh pejabat lelang yang berwenang di wilayahnya sesuai pasal 7 Vendu Reglement

2) Risalah lelang yang mempunyai kekuatan pembuktian

Pejabat lelang bertanggung jawab membuat risalah lelang yang menjamin kebenaran/kepastian tanggal lelang, tanda tangan para

56 Purnama T. Sianturi, 2008. Perlindungan Hukum Terhadap Pembeli Barang Jaminan Tidak Bergerak Melalui Lelang, Mandar Maju, Bandung. Hlm. 126.

(34)

pihak dalam risalah lelang, identitas dari orang-orang yang hadir dalam pelaksanaan lelang yaitu penjual, peserta lelang, dan pembeli lelang, demikian juga tempat diadakan penjualan lelang. Penjual menerangkan apa yang tercantum di dalam dokumen persyaratan lelang, sedangkan kebenaran dari keterangan-keterangan itu sendiri hanya pasti pada penjual. Pembeli juga menerangkan kapasitas dari dirinya, sebagai diri sendiri atau bertindak sebagai kuasa, sedangkan kebenaran dari keterangan tersebut hanya pasti pada pembeli sendiri.

3) Risalah yang mempunyai kekuatan pembuktian material

Secara materil keterangan yang dimuat dalam Risalah lelang berlaku sebagai yang benar, sehingga bila dipergunakan sebagai bukti di muka pengadilan dianggap cukup dan hakim tidak diperkenankan untuk meminta tanda bukti lainnya. Sehingga ketika terjadi gugatan kepemilikan ha katas apa yang telah tertuang dalam risalah lelang, maka kebenaran dalam risalah lelang tersebut tidak perlu dibuktikan kembali.

Namun risalah lelang ternyata tidak memberikan perlindungan hukum bagi pembeli/pemenang lelang eksekusi hak tanggungan, begitu juga dengan pejabat lelang sebagai pembuat risalah lelang ternyata tidak bertanggung jawab atas kebenaran keterangan-keterangan dalam proses lelang eksekusi hak tanggungan yang terdapat dalam risalah lelang. Hal ini terlihat dalam klausul risalah lelang yang

(35)

menyatakan bahwa :

“Pejabat lelang/KPKNL tidak menanggung atas kebenaran keterangan- keterangan-keterangan yang diberikan secara lisan pada waktu penjualan tentang keadaan sesungguhnya dan keadaan hukum atas barang yang dilelang tersebut, seperti luasnya, batas-batasnya, perjanjian sewa menyewa dan menjadi resiko pembeli ---Penawar/pembeli dianggap sungguh-sungguh telah mengetahui apa yang telah ditawar olehnya. Apabila terdapat kekurangan/kerusakan baik yang terlihat ataupun yang tidak terlihat, maka penawar/pembeli tidak berhak untuk menolak atau menarik diri kembali setelah pembelian disahkan dan melepaskan segala hak untuk meminta kerugian atas sesuatu apapun juga.”

Dalam klausul ini terlihat bahwa pemenang lelang sebagai pembeli yang sah memiliki posisi yang lemah terkait obyek lelang. Klausul ini dapat merugikan pemenang lelang, terutama bagi calon pembeli yang tidak melakukan pemeriksaan obyek sebelum membeli terhadap penjualan melalui lelang. Pembeli/pememenang lelang tidak mendapatkan perlindungan hukum yang pasti terkait obyek lelang yang dibelinya apabila pembeli/pemenang lelang mengalami gugatan terkait obyek lelang. Dalam klausul ini lebih memberikan asas kepastian hukum terhadap pemilik obyek, dengan menekankan bahwa segala resiko pembeli atas obyek lelang tidak membatalkan pembeli/pemenang lelang.

Risalah lelang merupakan jenis perjanjian baku yang ditetapkan oleh pemerintah tentang perbuatan tertentu yaitu perbuatan lelang. Blanko perjanjian jual beli lelang disediakan oleh Kantor Pelayanan Kekayaan Nagara dan Lelang (KPKNL), diserahkan kepada pembeli lelang dan penjual untuk disetujui dan tanpa memberikan

(36)

kebebasannya sama sekali untuk pembeli mempertimbangkan klausul-klausul dalam risalah lelang sebagai syarat-syarat berlaku.

Untuk mengurangi resiko yang timbul dalam jual beli melalui lelang, maka pejabat lelang harus berhati-hati dalam melaksanakan lelang baik untuk kepentingan penjual maupun untuk kepentingan pembeli. Pejabat lelang juga harus memberikan informasi yang sejelas-jelasnya termasuk tentang obyek kepada pembeli Kantor lelang/Pejabat lelang sebagai perantara antara penjual dan pembeli dalam lelang eksekusi hak tanggungan bertanggung jawab terhadap pelaksanaan lelang dan ketertiban pelaksanaan lelang, serta bertanggung jawab terhadap penyetoran hasil lelang. Dan sebagai pejabat umum yang membuat risalah lelang, pejabat Lelang bertanggung jawab atas otentiknya risalah lelang tetapi tidak bertanggung jawab atas kebenaran obyek.

d. Perlindungan Hukum Dalam HIR

Eksekusi adalah pelaksanaan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. Yang dapat dieksekusi adalah salinan putusan dan grosse akta (salinan pertama dari akata otentik). Grosse akta dapat dieksekusi karena memuat titel eksekutorial, sehingga grosse akta disamakan dengan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, yang memuat titel eksekutorial juga dengan demikian dapat dieksekusi.57 Eksekusi dapat dibedakan

57 Soedikno Mertokusumo, 1996, Eksekusi Obyek Hak Tanggungan Permasalahan dan Hambatan, UGM Press, Yogyakarta. Hlm. 6

(37)

menjadi 4 jenis, diantaranya :58

1) Eksekusi putusan yang menghukum pihak yang dikalahkan untuk membayar sejumlah uang, eksekusi ini diatur dalam Pasal 196 HIR;

2) Eksekusi putusan yang menghukum orang untuk melakukan suatu perbuatan, diatur dalam Pasal 225 HIR;

3) Eksekusi riil yaitu merupakan pelaksanaan prestasi yang dibebankan kepada debitur oleh putusan hakim secara langsung. Dalam HIR hanya diatur eksekusi riil dalam penjualan lelang yang terdapat dalam Pasal 200 ayat (1) HIR, dan

4) Eksekusi parat (parate executie), yaitu pelaksanaan perjanjian tanpa melalui gugatan atau tanpa melalui pengadilan. Parate executie ini terjadi apabila seorang kreditur menjual barang tertentu milik debitur tanpa mempunyai titel eksekutorial, diatur dalam Pasal 1155 dan Pasal 1175 ayat (2) KUHPerdata.

Setelah penyitaan undang-undang memerintahkan penjualan barang sitaan dengan perantaraan Kantor Lelang. Lelang bukan perjanjian accessoir, karena lelang merupakan eksekusi dari perjanjian pokok. Berdasarkan pasal 20 ayat (1) huruf a dan b Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan, eksekusi atas benda jaminan tersebut dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu :59

1) Parate eksekusi; 58 H. Salim H.S .Op.cit, Hlm 189. 59 H.Salim H.S, op.cit. hlm 190

(38)

2) Titel eksekutorial; dan 3) Penjualan dibawah tangan

Ciri pokok dari parate eksekusi berdasarkan janji untuk menjual atas kekuasaan sendiri adalah eksekusi dilakukan tanpa fiat ketua pengadilan. Ketentuan dalam pasal 6 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan adalah memberikan hak bagi pemegang Hak tanggungan untuk melakukan parate eksekusi. Pemegang hak tanggungan tiadak perlu memperoleh persetujuan dari pemberi hak tanggungan, tetapi juga tidak perlu meminta penetapan dari pengadilan setempat apabila akan melakukan parate eksekusi. Pemegang hak tanggungan dapat langsung dating dan meminta kepada Kepala Kantor lelang untuk melakukan pelelangan atas obyek hak tanggungan yang bersangkutan.

Dalam HIR, perlindungan hukum terhadap pemenang lelang eksekusi hak tanggungan adalah terkait dengan pengosongan obyek. Apabila pemenang lelang eksekusi hak tanggungan tidak dapat menguasai obyek yang dibeli melalui prioes lelang yang sah demi hukum, maka pemenang lelang dapat meminta bantuan kepada Pengadilan Negeri untuk pengosongan obyek tersebut. Hal ini terdapat dalam ketentuan Pasal 200 ayat (11) HIR yang berbunyi :

“Jika seseorang enggan meninggalkan barang tetapnya yang dijual, maka ketua pengadilan negeri akan membuat surat perintah kepada orang yang berwenang, untuk menjalankan surat juru sita dengan bantuan panitera pengadilan negeri atau seorang pegawai bangsa Eropa yang ditunjuk oleh ketua, dan jika perlu dengan bantuan polisi, supaya barang tetap itu ditinggalkan dan dikosongkan oleh orang yang dijual

(39)

barangnya serta oleh sanak saudaranya.

Perlindungan hukum ini merupakan suatu bentuk perlindungan bagi pemenang lelang eksekusi hak tanggungan atas penguasaan obyek lelang. Dimana dalam ketentuan ini memberikan asas kepastian hukum bagi pemenang lelang untuk dapat menguasai obyek lelang apabila pemenang lelang tidak dapat menguasai obyek lelang yang telah dibelinya. Dari ketentuan tersebut menunjukkan bahwa HIR telah memberikan perlindungan hukum terhadap pemenang lelang eksekusi hak tanggungan.

D. Akibat hukum terhadap putusan hakim yang membatalkan risalah lelang

pada putusan Pengadilan Negeri Kediri No. 61/Pdt.G/2012/PN.Kdr

Dalam lelang eksekusi, kebanyakan barang yang dilelang tanpa kesukarelaan dari pemilik barang dan seringkali banyak pihak yang berkepentingan terhadap barang tersebut tidak menginginkan lelang. Apabila yang dilelang itu adalah tanah/tanah dan rumah yang sedang ditempati/dikuasai oleh tersita/lelang, maka dengan menunjuk kepada ketentuan yang terdapat dalam Pasal 200 ayat (10) dan ayat (11) HIR atau Pasal 218 Rbg, apabila terlelang tidak bersedia untuk menyerahkan tanah/tanah dan rumah itu secara kosong, maka terlelang, beserta keluarganya, akan dikeluarkan dengan paksa, apabila perlu, dengan bantuan yang berwajib, dari tanah/tanah dan rumah tersebut berdasarkan permohonan yang diajukan oleh pemenang lelang. Bila lelang dinyatakan tidak sah dan batal demi hukum yang dinyatakan dalam putusan pengadilan yang terlah berkekuatan hukum tetap, maka hak pembeli lelang menjadi berakhir dan upaya yang dapat

(40)

dilakukan oleh pembeli/pemenang lelang adalah menuntut ganti rugi tehadap penjual.

Dalam isi gugatan Penggugat biasanya menuntut bahwa Tergugat atau Pihak Penjual telah melakukan perbuatan melanggar hukum. Perbuatan Melanggar Hukum menimbulkan perikatan antara si pembuat kesalahan selaku Tergugat dengan si pihak yang dirugikan selaku Penggugat, sehingga menimbulkan hak-hak dan kewajiban sebagai akibat hukumnya, sebagai dampak dari putusan pengadilan menyatakan lelang tidak sah dan batal demi hukum. Adapun akibat hukum yang ditimbulkan dari hasil putusan pengadilan yang membatalkan lelang tersebut adalah sebagai berikut:

1. Akibat hukum terhadap kepemilikan barang yang telah dibeli melalui lelang.

Barang kembali kepada keadaan semula, yaitu dalam kepemilikan si Penggugat yaitu debitur pemilik barang atau pihak ketiga pemilik barang atau Termohon Eksekusi pemilik barang, Jika Penggugat adalah debitur, dengan putusan yang menyatakan lelang batal dan tidak sah, maka barang kembali tetap pada kepemilikan debitur, namun tetap dalam status barang jaminan sebagaimana sebelum lelang dilaksanakan. Jika Penggugat adalah pihak ketiga seperti istri, ahli waris atau pihak ketiga lainnya yang terbukti pemilik objek lelang, dengan putusan yang menyatakan lelang batal demi dan tidak sah, maka barang kembali pada kepemilikan pihak ketiga tersebut, sedangkan status pengikatan atas barang jaminan menjadi tidak sah. Jika penggugat adalah termohon eksekusi, maka barang kembali

(41)

kepada kepemilikan Termohon Eksekusi.

2. Akibat hukum terhadap hak pembeli lelang atas barang dan hasil lelang. Akibat hukum terhadap pembeli lelang dapat dilihat dari segi barang objek lelang dan dari segi hasil lelang yang telah disetorkannya. Jika putusan menyatakan lelang batal dan tidak sah, maka hak pembeli lelang atas objek lelang akan menjadi berakhir, apakah jual beli lelang baru pada tahap perjanjian obligatoir, setelah penunjukan pembeli lelang, maupun setelah barang objek lelang telah dilakukan penyerahan, baik penyerahan secara fisik/nyata melalui pengosongan, maupun penyerahan yuridis melalui balik nama di Kantor Pertanahan. Kemudian dari segi hasil lelang, seharusnya dikembalikan oleh pihak yang menjadi kuasa undang- undang mewakili pemilik barang sebagai penjual, diantaranya bank kreditur atau termohon eksekusi atau pemegang hak tanggungan. Hukum dalam hal ini peraturan perundang-undangan tidak mengatur hasil lelang yang dibayar sebagai akibat pembatalan lelang apakah menyangkut pokok, bunga dan biaya. Demikian juga hukum tidak mengatur jangka waktu pengembalian. KUHPerdata hanya mengatur akibat hukum pembatalan perjanjian menerbitkan kewajiban ganti kerugian jika pembatalan perjanjian karena perbuatan melawan hukum.

3. Akibat Hukum terhadap hak penjual/pihak yang diwakilinya selaku kuasa undang-undang terhadap barang dan hasil lelang.

Akibat hukum terhadap penjual lelang dapat dilihat dari segi barang objek lelang dan dari segi hasil lelang. Jika putusan menyatakan

(42)

lelang batal dan tidak sah, maka penjual tidak berhak atas pemenuhan perjanjian kredit atau kewajiban-kewajiban tereksekusi lelang atas barang objek lelang, akibatnya penjual lelang harus mengembalikan hasil lelang kepada pembeli lelang. Dari segi barang jika gugatan berasal dari debitur, maka barang kembali ke dalam status barang semula. Dalam lelang berdasarkan perjanjian kredit, maka pembatalan lelang berakibat objek lelang kembali ke status barang jaminan.

Sedangkan jika lelang berdasarkan hubungan Pemohon Eksekusi dengan Termohon Eksekusi, maka pembatalan lelang berakibat objek lelang kembali ke status barang jaminan umum berdasarkan Pasal 1131 KUHPerdata. Dengan demikian putusan yang menyatakan lelang batal dan tidak sah, tidak menghilangkan hak-hak Penjual atau pihak yang diwakilinya selaku kuasa undang-undang untuk memperoleh pelunasan hutang-hutang debitur, hanya penundaan untuk memperoleh pemenuhan perjanjian kredit dari pihak debitur atau memenuhi perjnajian dari pihak termohon eksekusi. Jika gugatan berasal dari pihak ketiga, maka putusan yang menyatakan lelang batal dan tidak sah, tentunya akan didahului dengan amar putusan yang membatalkan pengikatan/pemberian jaminan, sehingga berakibat berakhirnya hak-hak pihak yang diwakili penjual atas barang jaminan, tetapi hutang dari debitur tetap ada.

4. Akibat Hukum Terhadap kewajiban debitur/Termohon Eksekusi yang menjadi dasar untuk pelaksanaan lelang.

(43)

sebagai dasar pelaksanaan lelang. Jika putusan menyatakan lelang batal dan tidak sah, maka barang kembali pada keadaan semula, berarti pelaksanaan lelang dan hasil lelang diangggap tidak pernah ada, hutang debitur kembali kepada posisi semula. Jika gugatan berasal dari debitur, putusan menyatakan lelang batal dan tidak sah mengembalikan barang objek lelang pada kepemilikan debitur semula dan pengikatan jaminan semula dan hutang pada posisi semula. Jika gugatan berasal dari pihak ketiga, putusan menyatakan lelang batal dan tidak sah mengakibatkan kepemilikan barang objek lelang kembali pada pihak ketiga, hutang tetap pada posisi semula menjadi kewajiban debitur. Jika gugatan berasal dari Termohon Eksekusi dalam perkara yang menjadi dasar lelang, putusan menyatakan lelang batal dan tidak sah mengakibatkan kepemilikan objek lelang kembali kepada Termohon Eksekusi, kewajiban Termohon Eksekusi tetap pada posisi semula.

Akibat Hukum dari pelaksanaan putusan pengadilan yang membatalkan pelaksanaan lelang eksekusi tersebut yaitu :

a. Objek sengketa akan kembali ke posisinya semula sebelum dilaksanakan lelang tersebut yaitu menjadi jaminan dari debitor terhadap kreditor, demikian hak dari pemenang lelang atas objek sengketa pun berakhir meskipun objek sengketa telah dilakukan penyerahan, baik penyerahan secara fisik/nyata melalui pengosongan, maupun penyerahan yuridis melalui balik nama di Kantor Pertanahan;

(44)

b. Bank kreditor tidak berhak atas pemenuhan perjanjian kredit atau kewajiban-kewajiban tereksekusi lelang atas barang objek lelang, barang kembali ke dalam status barang jaminan juga terjadi penundaan untuk memperoleh pemenuhan perjanjian kredit dari pihak debitor;

c. Terhadap pembeli lelang, implikasinya berupa hak pembeli lelang tidak dilindungi oleh hukum yaitu berupa hak-hak yang melekat atas objek lelang yang dibelinya tidak dapat dinikmati.

Penulis berpendapat berdasarkan hasil penelitian sebaiknya perlu dilakukan upaya hukum untuk melindungi para pemenang lelang yang berikhtiad baik karena sampai saat ini belum ada yang mengatur secara khusus mengenai perlindungan terhadap pemenang lelang. Perlindungan hukum bagi pemenang lelang eksekusi Hak Tanggungan di Indonesia yang diberikan oleh Vendu Reglement yang menjadi dasar hukum utama lelang di Indonesia, HIR, dan PMK Nomor 106/PMK/06/2013 yang merupakan perubahan dari PMK Nomor 93/PMK.06/2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang, risalah lelang tidak memberikan perlindungan hukum bagi pemenang lelang eksekusi Hak Tanggungan atas penguasaan objek lelang, dan dalam kedua kasus di atas dapat di lihat bahwa para pemenang lelang kehilangan hak nya atas objek lelang yang telah dimenangkannya.

Gambar

Tabel 1 Alat Bukti Penggugat  No.	
   Kode	
   Nama/Jenis	
  Surat	
  
Tabel 2 Alat Bukti Para Tergugat  No.	
   Kode	
   Nama/Jenis	
  Surat	
  

Referensi

Dokumen terkait

Ismi Prihandari, M.Hum.. Ismi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, dengan ini menyetujui untuk memberikan ijin kepada pihak Program Studi Sistem Informasi Fakultas Teknik Universitas Muria Kudus

Kejaksaan Negeri Deli Serdang dengan Perantaraan Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Medan akan melaksanakan Lelang Eksekusi Barang Temuan untuk perkara Pelanggaran

Skripsi berjudul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Masalah pada Mata Pelajaran Ekonomi Kelas XI IPS Semester Gasal Pokok Bahasan Ketenagakerjaan dan

Prosedur analisis tahan gempa berbasis gaya (FBD) menggunakan asumsi dasar bahwa kekakuan struktur tidak berkaitan dengan kekuatannya (independen satu sama lain).. Jadi bilamana

Konsumsi ransum (g/ekor/minggu) yaitu rataan konsumsi ransum setiap ekor, setiap minggu, diukur berdasarkan selisih antara ransum yang diberikan dengan sisa ransum

Dalam hal ini, penulis menemukan skripsi karya Fatonah yang berjudul Praktik Jual Beli di Kantin Kejujuran di Pondok Pesantren Ath-Thohiriyyah Karangsalam Kidul Kecamatan

Penelitian terkait e-Procurement (e-Proc) di Indonesia belum banyak dilakukan, sehingga penelitian yang akan dilakukan menjadi sangat signifikan untuk menemukan factor apa