• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prototip. Informasi Iklim dan Cuaca untuk Tambak Garam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Prototip. Informasi Iklim dan Cuaca untuk Tambak Garam"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

Prototip

Informasi Iklim

dan Cuaca untuk

Tambak Garam

(2)

Salah satu hal yang cukup mendasar dalam pembuatan garam adalah kondisi iklim yang cukup bervariasi di Indonesia. Hingga saat ini, petambak garam yang terbesar di seluruh Indonesia masih bertumpu pada sinar matahari dan teknologi yang sederhana dalam memproduksi garam. Menyadari hal tersebut, Badan Riset Kelautan dan Perikanan (BRKP) bekerjasama dengan Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) melakukan studi pengembangan informasi iklim dan cuaca yang mendukung produksi garam. Sehingga besar harapan kami agar laporan yang dilakukan oleh para peneliti BRKP dan BMG dapat bermanfaat langsung bagi para petambak garam. Langkah awal dari kegiatan ini adalah mengumpulkan dan memetakan lokasi keberadaan sentra-sentra garam di Indonesia dan kondisi iklimnya. Berdasarkan peta dengan basis SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG) ini dapat diperoleh gambaran kapan para produsen garam yang sebagian besar adalah petambak garam baik perorangan maupun asosiasi mulai melakukan produksi, pengeringan, pemanenan sampai penyimpanan garam. Manfaat lain dari peta yang dihasilkan adalah identifikasi wilayah potensial penghasil garam. Sehingga diharapkan dapat membantu pemerintah daerah dalam penataan wilayah dan pemanfaatannya, sekaligus upaya untuk meningkatkan penyediaan garam nasional.

Dokumen ini merupakan naskah awal dari informasi iklim dan cuaca untuk produksi garam yang akan dikembangkan dan disebarluaskan dimasa mendatang. Untuk itu masukan-masukan dari berbagai pihak akan sangat bermanfaat dan membantu untuk menyempurnakan informasi ini.

Jakarta, 2005 Kepala Pusat Riset Wilayah Laut dan Sumberdaya Non Hayati Badan Riset Kelautan dan Perikanan, Depertemen Kelautan dan Perikanan

(3)

Salah satu tugas dan wewenang Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) adalah memberikan informasi cuaca dan iklim. Berbagai kegiatan pada beberapa sektor sangat dipengaruhi oleh kondisi cuaca dan iklim, khususnya sektor pertanian, perkebunan, kelautan, perikanan, dan industri, termasuk kegiatan petambak garam. Informasi cuaca dan iklim yang erat kaitannya dengan kegiatan petambak garam diantaranya adalah Prakiraan Musim. Kaitannya dengan hal tersebut, BMG menyiapkan informasi Prakiraan Musim Kemarau 2005 pada beberapa wilayah sentra garam di Indonesia. Informasi tersebut meliputi prakiraan awal musim kemarau dan sifat hujannya untuk satu periode musim pada setiap daerah sentra garam. Selain itu, juga disiapkan informasi rata-rata musim kemarau yang meliputi periode musim kemarau, panjang musim, serta normal curah hujan selama satu periode musim kemarau.

Prakiraan Musim Kemarau 2005 pada setiap daerah sentra garam disajikan dalam bentuk peta serta tabel untuk lebih memudahkan para pengguna (user), khususnya petambak garam dalam memahami informasi tersebut serta mengaplikasikannya pada kegiatan mereka.

Penghargaan dan terima kasih disampaikan kepada semua pihak yang telah berperan aktif dalam penyusunan Informasi Iklim untuk Tambak Garam ini. Semoga informasi ini bermanfaat serta dapat meningkatkan penyediaan garam nasional, baik kuantitas maupun kualitasnya.

Jakarta, 2005 Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Badan Meteorologi dan Geofisika

Dr. Mezak A. Ratag

Sambutan

(4)

Kata pengantar Sambutan Daftar isi Bab 1. Pengertian 1.1 Pengertian Waktu 1.2 Pengertian Istilah

Bab 2. Kondisi Produksi Garam di Indonesia 2.1 Gambaran Umum Garam di Indonesia 2.2 Sentra Produksi Garam di Indonesia Bab 3. Prediksi Iklim Untuk Tambak Garam

3.1 Parameter Iklim yang Berpengaruh untuk Tambak Garam 3.2 Kondisi Umum Musim Kemarau 2005

3.3 Prakiraan Musim Kemarau 2005 di Wilayah Sentra Produksi Garam Bab 4. Kesimpulan

Bab 5. bahan Rujukan Lampiran

(5)

Bab 1

Pengertian

1.1 Pengertian Waktu:

Dasarian : sepuluh Harian

1. Dasarian 1 : Tanggal 1 s.d 10 2. Dasarian II : Tanggal 11 s.d 20

3. Dasarian III : Tanggal 20 s.d akhir bulan

1.2 Pengertian Istilah

1. Curah Hujan Bulanan : Jumlah curah hujan selama 1 (satu) bulan diukur dalam satuan millimeter.

2. Tinggi Gelombang Laut : Jarak antara puncak dan lembah dalam satu gelombang, diukur dalam meter.

1.1 – 2.0 m = Berbahaya bagi perahu nelayan .

2.1 – 3.0 m = Berbahaya bagi perahu nelayan, tongkang dan ferry.

> 3.1 m = Berbahaya bagi semua jenis kapal.

3. Arah Angin : Arah dari mana angin bertiup, dibaca dari 8 (delapan) penjuru Mata Angin.

4. Kecepatan Angin : Nilai kecepatan angin diukur dalam satuan knot.

5. Pasang Surut : Fluktuasi naik turunnya permukaan air laut diukur dalam satuan meter.

Pagi : Jam 05.00-10.00, siang : Jam 10.00-15.00

Sore/Petang : Jam 15.00-19.00, Malam : Jam 19.00-00.00 Dini hari : Jam 00.00-05.00

(6)

2. 1 Gambaran Umum Garam di Indonesia

Berawal dari pertanian di ladang-ladang garam secara tradisional, Industri Garam Indonesia terus berkembang, hingga saat ini menjadi salah satu bidang industri yang memberi penghidupan bagi banyak masyarakat di seluruh Indonesia. Hal ini disebab-kan oleh tingkat kebutuhan dan rangkaian kegiatan yang menyertai keberadaan garam.

Dari material awal, yaitu garam kasar (krosok), industri garam di Indonesia mempro-duksi berbagai jenis garam untuk memenuhi berbagai keperluan. Baik untuk kebu-tuhan rumah tangga, maupun kebukebu-tuhan industri, peternakan, dan pertanian.

Namun demikian, industri garam di Indonesia bukan berarti berjalan mulus tanpa hambatan dan kendala. Kualitas garam yang belum maksimal, ketidakstabilan harga garam, proses produksi yang masih bersifat tradisional, dan persaingan dengan komoditi garam dari luar negeri merupakan sedikit dari sekian banyak masalah garam di Indonesia. Hal inilah yang harus terus dibenahi dan disempurnakan hingga Industri Garam Indonesia mampu menjadi Pilihan Utama bagi seluruh lapisan masyarakat. Industri garam nasional yang sebenarnya berasal dari garam rakyat tradisional (mutu rendah) yang kemudian diproses lebih lanjut menjadi garam briket (untuk bahan pengawet dan keperluan industri), garam halus (garam meja) dan sangat halus (bahan baku hujan buatan) serta makin bersih dan baik kualitasnya (tinggi NaCl-nya dan rendah kadar airnya) tersebut; dihasilkan terutama di sentra-sentra garam yang terletak di :

!

! Tengah : Pati, Rembang, Gresik dan Pulau Madura

! Timur : NTB (Bima), NTT dan Sulawesi Selatan (Jeneponto), yang pada saat ini hanya menghasilkan produksi rata-rata 1 juta ton / tahun.

Produksi garam rakyat ini hanya dapat diharapkan selama musim kering saja, yang berjalan secara efektif selama kurang-lebih 3-4 bulan saja selain 1,5 bulan sebelum-nya untuk masa persiapan produksi; untuk keperluan sisa waktu dalam satu tahun, diperlukan adanya stok garam yang cukup banyak.

Barat : Cirebon, Indramayu

(7)

Adanya bencana alam La-Nina pada tahun 1998/99, telah menyebabkan produksi garam nasional mengalami penurunan yang luar biasa dan menyebabkan kelang-kaan garam sampai dengan tahun 2001. Selama itu, industri yang tadinya juga meng-gunakan bahan baku yang sebagian berasal dari garam rakyat telah terbiasa dengan garam import yang tinggi mutunya, sehingga saat supply pulih kembali masih enggan untuk menggunakan bahan baku yang berasal dari garam rakyat yang rendah mutu-nya (meskipun murah).

Upaya untuk meningkatkan mutu dan jumlah garam rakyat yang diproduksi juga mengalami banyak kendala, antara lain :

1. makin buruknya mutu air laut sebagai bahan baku pembuatan garam,

2. makin sempit dan kecilnya petak-petak ladang garam karena kepemilikan per orang/penguasaan lahan yang terbatas,

3. bersaing dengan penggunaan lahan yang lebih produktif,

4. lamanya musim hujan dan tingginya curah hujan pada waktu tertentu, 5. makin tingginya biaya produksi di saat harga garam rakyat jatuh, dan

lain-lain.

2.2 Sentra Produksi Garam di Indonesia

Luas lahan garam mencapai 33.625 ha dan baru sekitar 17.625 ha (52.4%) dimanfaatkan untuk memproduksi garam. Lahan garam tersebut tersebar di 9 pro-pinsi yaitu Nanggroe Aceh Darusalam(-), Jawa Barat ( 2.787 ha, dimanfaatkan 1.746 ha), Jawa Tengah (3.249 ha, dimanfaatkan 3.248 ha) dan Jawa Timur (13.047 ha, di-manfaatkan 9.713 ha), Bali (didi-manfaatkan 20 ha), Nusa Tenggara Timur ( 9.704 ha, dimanfaatkan 304 ha), Nusa Tenggara Barat (1.574 ha, dimanfaatkan 1.052 ha), Sulawesi Selatan (1.264 ha, dimanfaatkan 1.260 ha) dan Sulawesi Tenggara (2.000 ha, dimanfaatkan 300 ha). Peta sentra garam rakyat dapat di lihat pada Gambar 1. Tingkat produksi garam rakyat berkisar antara 40-60 ton per ha per musim dan pro-duksi garam rakyat pada tahun 2002 mencapai 1.091.200 ton yang terdiri dari garam kualitas 1 (10% - 25% dari total produksi nasional) dan sisanya adalah garam kualitas 2 dan 3.

Produsen garam dalam negeri tersebar di 9 (sembilan) propinsi potensial dengan pro-duksi total mencapai sekitar 1.091.200 ton pada tahun 2002. Propinsi tersebut ada-lah Nanggroe Aceh Darussalam sebesar 10.000 ton (0,9 %), Jawa Barat sebesar 130.000 ton (11,9 %), Jawa Timur sebesar 570.000 ton (52,2 %) diproduksi oleh PT. Garam sebesar 238.000 ton (21,8 %) dan pembudidaya garam sebesar 332.000 ton (30,4 %), Jawa Tengah sebesar 220.000 (20,2 %), Bali sebesar 2.200 ton (0,2 %), NTB

(8)

Gambar 1 Peta sentra garam rakyat.

Nangr

o Aceh Daruslam

- Luas Lahan Normatif

3.004 Ha - Luas lahan Pr oduktif 277 Ha - Petani Pemilik 1.203 Orang - Petani Penyewa 1.601 Orang

- Petani Bagi hasil

1.175 Orang - Pr oduksi Pertahun 11.816,89 T on - Pr oduktivitas Pertahun 43 T on/Ha Jawa T engah

- Luas Lahan Normatif

3.249 Ha - Luas lahan Pr oduktif 3.248Ha - Petani Pemilik 4.599 Orang - Petani Penyewa 6.130 Orang

- Petani Bagi hasil

4.579 Orang - Pr oduksi Pertahun 210.325 T on - Pr oduktivitas Pertahun 65 T on/Ha

Jawa Barat - Luas Lahan Normatif

1.746 Ha - Luas lahan Pr oduktif 1.716 Ha - Petani Pemilik 2.245 Orang - Petani Penyewa 2.989 Orang

- Petani Bagi hasil

2.172 Orang - Pr oduksi Pertahun 102.760 T on - Pr oduktivitas Pertahun 60 T on/Ha

Jawa Timur - Luas Lahan Normatif

13.074 Ha - Luas lahan Pr oduktif 9.713 Ha - Petani Pemilik 4.618 Orang - Petani Penyewa 471 Orang

- Petani Bagi hasil

1.992 Orang - Pr oduksi Pertahun 636.422,03 T on - Pr oduktivitas Pertahun 66 T on/Ha Nusa T enggara Barat

- Luas Lahan Normatif

1.574 Ha - Luas lahan Pr oduktif 1.052 Ha - Petani Pemilik 1.525 Orang - Petani Penyewa 2.032 Orang

- Petani Bagi hasil

2.037 Orang - Pr oduksi Pertahun 60.815 T on - Pr oduktivitas Pertahun 58 T on/Ha Nusa T enggara Timur

- Luas Lahan Normatif

9.704 Ha - Luas lahan Pr oduktif 304 Ha - Petani Pemilik 928 Orang - Petani Penyewa 1.009 Orang

- Petani Bagi hasil

298 Orang - Pr oduksi Pertahun 7.160 T on - Pr oduktivitas Pertahun 24 T on/Ha

Sulawesi Selatan - Luas Lahan Normatif

1.264 Ha - Luas lahan Pr oduktif 1.260 Ha - Petani Pemilik 1.944 Orang - Petani Penyewa 901 Orang

- Petani Bagi hasil

3.208 Orang - Pr oduksi Pertahun 58.851,95 T on - Pr oduktivitas Pertahun 47 T on/Ha Sulawesi T engah

- Luas Lahan Normatif

20 Ha - Luas lahan Pr oduktif 20 Ha - Petani Pemilik 180 Orang - Petani Penyewa 240 Orang

- Petani Bagi hasil

180 Orang - Pr oduksi Pertahun 1.200 T on - Pr oduktivitas Pertahun 60 T on/Ha Sumber: DEPERINDAG 1999 Buku Pember dayaan Garam Rakyat, Dir ektorat Jendral PK2P Departemen Kelautan dan Perikanan

(9)

sebesar 61.000 ton (5,6 %), NTT sebesar 10.000 ton (0,9 %), Sulawesi Tengah se-besar 18.000 ton (1,6 %) dan Sulawesi Selatan sese-besar 70.000 ton (6,4 %).

Wilayah potensial penghasil garam harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1. memiliki ketersediaan bahan baku garam (air laut) yang sangat cukup,

bersih, tidak tercemar dan bebas dari air tawar

2. memiliki iklim kemarau yang cukup panjang (tidak mengalami gangguan hujan berturut-turut selama 4 – 5 bulan)

3. memiliki dataran rendah yang cukup luas dengan permeabilitas (kebocoran) tanah yang rendah

4. memiliki jumlah penduduk yang cukup sebagai sumber tenaga kerja

Dari kondisi tersebut secara teoritis beberapa wilayah Indonesia dapat disebut se-bagai wilayah potensial penghasil garam, namun untuk dapat mengevaluasi secara detail perlu dilakukan pengamatan secara langsung ke lapangan. Dengan menggu-nakan data Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG), maka daerah dengan iklim de-ngan iklim kemarau yang relatif panjang secara berturut-turut adalah Jawa Barat (Serang, Tangerang, Bekasi, Kerawang, Subang, Indramayu), DKI Jakarta, Jawa Tengah (Pati, Rembang, Gunung Kidul, Wonogiri), Jawa Timur (Pacitan, Ponorogo, Blitar, Tulung Agung, Trenggalek, Probolinggo, Situbondo, Bondowoso, Banyuwangi, Pasuruan, Pantai Utara Sampang, Pamekasan, Sumenep), Bali (Bagian Utara Buleleng, Karang Asem, Jembrana Bagian Barat; Pantai Selatan Jembrana, Bagian Selatan Tabanan, Badung, Gianyar, Klungkung, Karang Asem Bagian Timur) Nusa Tenggara (Lombok Barat, Lombok Tengah, Lombok Timur, Pantai Barat Sumbawa, Sumbawa Timur, Pantai Barat Flores, Sumbawa Barat, Flores Timur, Timor, Kepulauan Solor dan Alor).

Beberapa sentra garam yang ada di Indonesia, diantaranya adalah:

1. ACEH Pidi/Blang Paseh

2. JABAR Indramayu/Santing

Cirebon: Astana Jaypura, Babakan

3. JATENG Pati: Batangan, Wedarijaksa

Rembang : Kaliori, Kragan Purwodadi

Kuwu

4. JATIM Sumenep

Pamekasan: Galis, Tlanakan Sampang

Pasurusn

(10)

6. NTB Loti /Keruak

Sumbawa/L. Bontong Bima : Woha, Rasanae

7. NTT Kupang: Oebelo Merdeka

8. SULTENG Banggai

9. SULSEL Jeneponto: Bangkala, Tamalatea, Pangkep

Takalar/Bantomanai Palu /Palu Timor

(11)

3.1 Parameter Iklim yang Berpengaruh untuk Tambak Garam

Mengingat kondisi tambak garam yang dilakukan di sentra-sentra garam yang masih bersifat tradisional, maka berbagai parameter iklim berikut ini sangat menentukan keberhasilan produksi garam. Secara garis besar kondisi iklim yang menjadi persya-ratan agar suatu wilayah dapat menjadi tambak garam adalah:

1. Curah hujan tahunan yang kecil, curah hujan tahunan daerah garam antara 1000 1300 mm/tahun.

2. Mempunyai sifat kemarau panjang yang kering yaitu selama musim kemarau tidak pernah terjadi hujan. Lama kemarau kering ini minimal 4 bulan (120 hari).

3. Mempunyai suhu atau penyinaran matahari yang cukup. Makin panas suatu daerah, penguapan air laut akan semakin cepat.

4. Mempunyai kelembaban rendah/kering. Makin kering udara di daerah tersebut, peguapan akan makin cepat.

Tabel 2 di bawah menerangkan parameter iklim dan pengaruhnya terhadap tambak garam

Tabel 2. Parameter Iklim dan Pengaruhnya terhadap Tambak Garam

Bab 3

Prediksi Iklim untuk Tambak Garam

Parameter Iklim Pengaruh

Hujan

menghambat penguapan air laut serta mengencerkan larutan pekat air laut yang sudah siap dikristalkan menjadi garam

Angin kecepatan angin mempunyai pengaruh positif terhadap besarnya penguapan

Kelembaban udara

makin rendah kelembaban, penguapan semakin tinggi, pada umumnya kelembaban udara di daerah tropis cukup tinggi.Bahkan di musim kemarau kelembaban masih di atas (>) 60 %.

Penguapan kecepatan dan jumlah penguapan tergantung dari suhu, kelembaban, kecepatan angin dan

(12)

Secara umum kondisi musim di Indonesia dipengaruhi oleh keadaan iklim regional dan fenomena global serta ditentukan pula oleh kondisi dinamika atmosfer dan perkembangan suhu muka laut di sekitar wilayah Indonesia.

Hingga akhir Februari 2005, sirkulasi monsun Asia masih mendominasi wilayah Indonesia. Keadaan ini ditengarai dengan adanya daerah konvergensi yang membentang di daerah Laut Jawa hingga ke timur yang membentuk gugusan awan-awan hujan. Kondisi demikian akan segera berubah seiring dengan pergeseran posisi matahari yang menuju ekuator. Anomali suhu muka laut di Pasifik Equator bagian tengah masih bernilai positif 1º C atau masih dalam kondisi hangat. Sementara itu, anomali suhu muka laut di sebagian besar wilayah perairan Indonesia relatif masih cukup panas berkisar 0.5º C hingga 1º C, yang menyebabkan sebagian besar wilayah Indonesia hingga bulan Maret 2005 masih akan cukup menerima suplai uap air atau hujan.

Berbagai institusi nasional dan internasional memprakirakan bahwa hingga akhir tahun 2005 masih terjadi El-Nino dengan intensitas lemah dan berdampak kurangnya curah hujan di wilayah Indonesia bagian tengah dan timur. Sementara itu, distribusi suhu muka laut samudera Hindia sebelah barat Sumatera yang lebih panas dari rata-ratanya dan cenderung berpola dipole mode negatif yang berakibat curah hujan di wilayah Indonesia bagian barat secara umum akan cukup banyak sehingga berpotensi untuk memicu terbentuknya awan hujan di wilayah Indonesia bagian barat.

Berdasar hasil pembahasan dengan Kelompok Kerja Prakiraan Musim Nasional (KKPMN) yang terdiri dari BMG, Lembaga Lembaga penelitian, Perguruan Tinggi, dan Institusi terkait lainnya disimpulkan bahwa :

- Umumnya anomali suhu muka laut di Indonesia selama musim kemarau 2005 diprakirakan bahwa wilayah perairan Indonesia bagian barat lebih panas dari rata-ratanya dengan anomali sekitar 10C, sedangkan Wilayah perairan Indonesia bagian tengah dan timur normal hingga lebih panas sekitar 0.50C.

- Hingga akhir tahun 2005 diprakirakan masih terjadi El-Nino dengan intensitas lemah dan berdampak kurangnya curah hujan di wilayah Indonesia bagian tengah dan timur. Sementara itu, distribusi suhu muka laut samudera Hindia sebelah barat Sumatera yang lebih panas dari rata-ratanya dan cenderung berpola dipole mode negative, berpotensi untuk memicu

(13)

Berdasar hasil analisis serta pertimbangan kondisi fisis dan dinamika atmosfer sebagaimana di atas, Prakiraan Musim Kemarau 2005 pada 220 Daerah Prakiraan Musim (DMP) di Indonesia adalah sebagai berikut :

Prakiraan Permulaan Musim Kemarau 2005

- Maret 2005: 9 DPM ( 4,09% dari 220 DPM ) - April 2005: 52 DPM ( 23,64% dari 220 DPM ) - Mei 2005: 70 DPM ( 31,82% dari 220 DPM ) - Juni 2005: 60 DPM ( 27,27% dari 220 DPM ) - Juli 2005: 28 DPM ( 12,73% dari 220 DPM ) - Agustus 2005: 1 DPM ( 0,45% dari 220 DPM )

Perbandingan Prakiraan Permulaan Musim Kemarau 2005 Terhadap Rata-Ratanya

- Lebih Awal (Maju): 56 DPM ( 25,46% dari 220 DPM )

- Sama: 137 DPM ( 62,27% dari 220 DPM )

- Lebih Lambat (Mundur): 27 DPM ( 12,27% dari 220 DPM )

Prakiraan Sifat Hujan Musim Kemarau 2005

-Diatas Normal (A): 35 DPM ( 15,91% dari 220 DPM )

-Normal (N): 83 DPM ( 37,73% dari 220 DPM )

-Dibawah Normal (B): 102 DPM ( 46,36% dari 220 DPM )

Prakiraan Musim Kemarau 2005 dapat disimpulkan sebagai berikut:

- Permulaan Musim Kemarau 2005 di sebagian besar daerah diprakirakan akan terjadi pada bulan Mei dan Juni 2005.

- Jika dibandingkan terhadap rata-ratanya selama 30 tahun (1971 2000), Permulaan Musim Kemarau 2005 umumnya sama dengan rata-ratanya. - Sifat Hujan selama Musim Kemarau 2005 di sebagian besar daerah

diprakirakan antara Dibawah Normal (B) dan Normal (N).

3.3 Prakiraan Musim Kemarau 2005 di wilayah sentra produksi garam

Badan Meterologi dan Geofisika (BMG) telah membuat prakiraan musim kemarau di Indonesia untuk tahun 2005. Sehingga, prakiraan musim kemarau di wilayah sentra produksi garam dapat dipaparkan pada Tabel 3 pada halaman berikut.

(14)

Musim Kemarau 2005 Rata-Rata Musim Kemarau Daerah Kisaran Awal Musim Sifat Hujan Periode Musim Panjang Musim (Dasarian) Normal Curah Hujan (mm) ACEH Pidie :

Blangpaseh Mei II - Jun I N Mei III - Okt II 15 349 - 472

JAWA BARAT

Indramayu :

Santing Apr II Mei I BN Apr III Nov I 20 404 546 Cirebon :

Astana Jayapura

Babakan

Apr III - Mei II Apr II - Mei

N BN

Apr III - Nov II Apr III - Okt I

21 17 393 - 531 337 - 457 JAWA TENGAH Pati : Batangan Wedarijaksa

Apr III - Mei II Apr I - Apr III

BN

BN

Mei I - Okt III Mei I - Nov I 18 19 253 – 343 371 - 501 Rembang : Kaliori Kragan

Jun I - Jun III Jun I - Jun III

BN BN Apr I - Nov I Apr I - Nov I 22 22 428 - 578 428 - 578 Purwodadi :

Kuwu Apr III - Mei I BN Mei I - Okt III 18 410 - 554

JAWA TIMUR Pamekasan : Galis Tianakan Sumenep Pasuruan Sampang Apr II - Mei II Mar III - Apr II Apr II - Mei I Mei I - Mei III ar III Apr II BN BN BN N BN Mei II - Nov I Mar III - Nov II Apr III - Nov II Mei II - Okt II Mar III Nov II

18 24 21 16 24 358 - 484 328 - 444 266 - 360 297 - 401 328 444 Sidoarjo :

Sedati Apr III - Mei II BN Mei I - Nov III 21 303 - 411

BALI

Klungkung : Pasinggahan Kusumba

Mar III - Apr II Mar III - Apr II

BN BN

Mar II - Nov III Mar III - Nov I

26 23 358 - 484 612 - 828 NTB Sumbawa : L. Bontong Bima : Woha Rasanae

Apr I - Apr III

Mar III - Apr II Mar III - Apr II

BN BN BN

Apr II - Nov II Apr I - Nov III Apr I - Nov III

22 24 24 249 - 337 302 - 408 302 - 408 TT Kupang : Oebelo Merdeka

Mar III - Apr II Mar III - Apr II

BN BN

Mar II - Des II Mar III - Nov III

28 25 439 - 593 225 - 305 SULAWESI SELATAN Takalar : Bontomanai Jeneponto : Bangkala Tamalatea Palu : Palu Timor Pangkep

Apr III - Mei II Apr III - Mei II Mei I - Mei III

BN BN BN

Apr III - Nov I Apr III - Nov I Mei II - Okt III

20 20 17 179 - 243 179 - 243 289 - 391

Keterangan (Sifat hujan): AN = Diatas Normal N = Normal

(15)

Hingga akhir tahun 2005 diprakirakan masih terjadi El-Nino dengan intensitas lemah dan berdampak kurangnya curah hujan di wilayah Indonesia bagian tengah dan timur. Sementara itu, distribusi suhu muka laut samudera Hindia sebelah barat Sumatera yang lebih panas dari rataratanya dan cenderung berpola dipole mode negative, berpotensi untuk memicu terbentuknya awan hujan di wilayah Indonesia bagian barat.

Awal musim kemarau 2005 di daerah sentra produksi garam, diprakirakan umumnya mulai bulan April dan Mei, kecuali Sampang, Sumenep, Lombok Timur, Klungkung, Bima dan Kupang, pada akhir Maret 2005. Sedangkan Rembang pada bulan Juni 2005.

Sifat hujan musim kemarau 2005 di daerah sentra produksi garam, diprakirakan umumnya Dibawah Normal, kecuali Pidie dan Pasuruan sifat hujannya Normal.

Bab 4

Kesimpulan

(16)

! Catatan lapangan Asdep Menko Perekonomian, Garam dan Industri Garam Indonesia, Business News, 10 Juli 2004

! www.infogaram.com

! Dirjen PK2P, Pemberdayaan Garam Rakyat, Departemen Kelautan dan Perikanan, 2003

! Badan Meteorologi dan Geofisika, Prakiraan Musim Kemarau 2005 di Indonesia, 2005

! Stasium Klimatologi Kelas 1 Semarang, Evaluasi dan Prakiraan Hujan Agustus 2005 wilayah Pesisir Jawa Tengah,2005

(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)

Pusat Riset Wilayah Laut dan Sumberdaya NonHayati Badan Riset Kelautan dan Perikanan

Gambar

Gambar 1 Peta sentra garam rakyat. Nangro Aceh Daruslam - Luas Lahan Normatif3.004 Ha - Luas lahan Produktif277 Ha - Petani Pemilik1.203 Orang - Petani Penyewa1.601 Orang - Petani Bagi hasil1.175 Orang - Produksi Pertahun11.816,89 Ton - Produktivitas Perta

Referensi

Dokumen terkait

Angket penelitian aspek bakat memiliki dua indikator, indikator pertama adalah pemahaman siswa terhadap pembelajaran fisika, berdasarkan data yang telah didapatkan

[vierrädriger Pferdewagen] fremd, sonderbar, seltsam, merkwürdig, exzentrisch halten für ..., ansehen als ...; einladen, nötigen schätzen, berechnen, veranschlagen

Puji dan syukur saya sampaikan kehadirat Allah, Tuhan Yang Maha Pengasih, yang telah membimbing dan memberikan petunjuk dalam penulisan tugas akhir dengan judul

Respons molting kepiting bakau yang berbeda pada berbagai formulasi pakan buatan yang diperkaya dengan ekstrak bayam terjadi karena perbedaan komposisi bahan baku

Setelah pengukuran awal, aset keuangan tersedia untuk dijual selanjutnya diukur dengan nilai wajar dengan keuntungan atau kerugian yang belum terealisasi diakui sebagai

Tujuan Penelitian Tindakan Kelas ini adalah untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa melalui penggunaan metode pembelajaran inkuiri pada mata pelajaran IPA

Data dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) yang telah teruji akurat, menilik dari kasus pada tahun 2016 di Dusun Dadapan ketika di dalam Penanggalan

Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif kausal yang ingin mengetahui penerapan model pembelajaran inkuiri dan kemampuan berpikir kritis pengaruhnya terhadap hasil