• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN LITERATUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN LITERATUR"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN LITERATUR

2.1 Dokumen

Proses terjadinya atau terciptanya dokumen bermula dari adanya komunikasi manusia dengan manusia lainnya. Komunikasi berlangsung karena ada informasi yang disampaikan tertutup, baik informasi yang telah terjadi atau sedang terjadi, bahkan yang ada dalam pikiran manusia. Komunikasi bukan saja terjadi dalam hubungan pribadi dan dilakukan secara lisan yang jumlahnya terbatas. Komunikasi juga terjadi dengan jumlah yang tak terbatas apabila dilihat dari jumlah informasi yang disampaikan ataupun jumlah penerimanya. Karena itu penyebaran informasi menjadi pembentuk komunikasi, baik secara langsung maupun secara tidak langsung.

Komunikasi langsung dapat dilakukan secara lisan antar manusia yang bergantung pada waktu dan ruang. Komunikasi akan awet bilamana komunikasi meninggalkan bekas, yaitu berupa rekaman dalam bentuk buku,cerita, foto atau rekaman suara. Wahana tersebut dikenal dengan nama dokumen (Sulistyo, 1992).

(2)

Komunikasi tidak langsung dapat dilakukan dengan merekam apa yang ada dalam pikiran seseorang dan menyampaikannnya kepada orang lain, baik dalam bentuk tulisan, rekaman suara atau bentuk visual lainnya, yang mcnghasilkan sebuah benda. Benda yang berisi informasi disebut dokumen.

Dokumen merupakan hasil rekaman pikiran manusia yang digunakan baik untuk diri sendiri maupun untuk dikomunikasikan kepada sesama. Komunikasi ilmiah dikenal dalam dunia ilmu pengetahuan. Istilah komunikasi ilmiah diartikan sebagai komunikasi di antara ilmuwan atau penyebaran informasi khusus ilmuwan ke ilmuwan lainnya. Menurut SchWeppe dalam Igif (2001), komunikasi ilmiah adalah penyampaian informasi ilmiah dari satu orang ke orang lain melalui berbagai media. Komunikasi ilmiah secara garis besar terbagi dua, yaitu komunikasi formal dan komunikasi informal. Komunikasi formal dilakukan melalui saluran formal seperti buku, majalah, monograf, sari karangan, prosiding, dan pertukaran informasi di pertemuan profesional. Adapun komunikasi informal tidak dilakukan melalui saluran yang formal, akan tetapi dilakukan secara lisan dan pribadi, termasuk kunjungan pribadi, pertemuan tatap muka, pembicaraan melalui telepon, dan korepondensi atau surat menyurat. Dengan demikian komunikasi ilmiah merupakan suatu proses yang dimulai dari pencetus informasi ke pengguna informasi baik secara langsung maupun secara tidak langsung kepada pengguna informasi. Saluran komunikasi ilmiah terjadi karena adanya suatu kebutuhan pengguna. Berangkat dari kebutuhan pengguna tersebut, pengguna akan melakukan pencarian informasi yang dibutuhkan. Pencarian informasi ini dapat dilakukan melalui penelusuran dengan berbagai titik akses seperti tajuk subjek, pengarang, judul dan kata kunci.

2.2 Pengetahuan Ilmiah dan Pemetaan 2.2.1. Pengetahuan Ilmiah

Pengetahuan yang diproses menurut metode ilmiah merupakan pengetahuan yang memenuhi syarat-syarat keilmuan, dengan demikian dapat disebut pengetahuan ilmiah atau ilmu. Ilmu diperoleh melalui suatu proses yang panjang, penelitian demi penelitian dilakukan untu menguji suatu hipotesis. Sebuah hipotesis yang telah teruji secara formal diakui sebagi pernyatan pengetahuan ilmiah yang baru dan memperkaya khasanah ilmu yang telah ada.

(3)

Jika pengetahuan yang baru ini ternyata salah disebabkan kelengahan dalam salah satu langkah dalam proses penemuannya, cepat atau lambat kesalahan ini akan diketahui dan kebenaran dari pengetahuan ini akan terbantahkan dan dibuang dari khasanah keilmuan. Karena metode ilmiah mempunyai mekanisme umpan balik yang bersifat krektif, maka penelitian selanjutnya merupakan penyempurnaan atau verifikasi untuk memperkuat kebenaran dan mengurangi kesalahan.

Batas penelitian menciptakan pengetahuan baru, sistem komunikasi formal, evaluasinya dan penyebarannya melebihi batas wilayah penelitian yang dihasilkan. Secara kontinyu penyusunan dan pengembangan batas penelitian membuat seseorang sulit mengikuti penemuan lapangan penelitian baru melaui artikel yang disebabkan dalam sistem komunikasi formal. Studi dalam bidang ilmu informasi dan komunikasi ilmiah memperlihatkan ketika ilmuwan dalam penelitiannya sulit menemukan informasi melalui saluran komunikasi formal, karena konteks pengetahuan dimana informasi utama tidak familiar dan sering tidak punya alasan. Pengetahuan ilmiah diproses lewat serangkaian langkah-langkah tertentu yang dilakukan dengan penuh kedisiplinan, dan dari karakteristik inilah maka ilmu sering dikonotasikan sebagai disiplin. Disiplin ini memungkinkan ilmu berkembang relatif lebih cepat bila dibandingkan dengan pengetahuan pengetahuan lainnya. Ilmu dapat diibaratkan sebagai piramida terbalik dengan perkembangan pengetahuannya yang bersifat kumulatif di mana penemuan pengetahuan ilmiah yang satu memungkinkan penemuan pengetahuan-pengetahuan ilmiah lainnya. (Suriasumantri, 1996:141)

2.2.2. Pemetaan

Peta ilmu menggambarkan hubungan ruang antara batas penelitian dalam bidang kegiatan yang signifikan, juga di mana bidang bidang penelitian itu didistribusikan serta dapat memberikan makna dari hubungan tersebut (Chen, 2003:33). Dalam kamus bahasa Indonesia pemetaan atau visualisasi adalah pengungkapan suatu gagasan atau perasaan dengan menggunakan gambar, tulisan, peta, grafik. Sementara itu Spasser (1997) mengatakan bahwa peta adalah alat relasi (relational tools) yang menyediakan informasi antarhubungan entitas yang dipetakan. Peta ilmu pengetahuan tidak hanya merupakan alat yang praktis untuk menyampaikan informasi mengenai aktivitas ilmiah, tetapi juga sebagai dasar untuk mengkaji atau memahami aktivitas ilmiah dengan

(4)

menggambarkannya secara tersusun dan terstruktur. Visualisasi ilmu pengetahuan dapat diwujudkan dalam bentuk peta, sehingga muncullah bidang pemetaan pengetahuan atau (knowledge mapping). Pemetaan ilmu pengetahuan dapat dilakukan berdasarkan beberapa cara yang terkait erat dengan subjek dokumen.

Pemetaan pengetahuan dapat dilakukan dengan bentuk pemetaan kronologis, pemetaan berbasis co-words, pemetaan kognitif dan pemetaan konseptual(Sulistyo-Basuki,2001:1). Untuk melakukan pemetaan tersebut dapat digunakan teknik analisis bibliometrik.

Hal yang sama dikemukakan Hasibuan dan Mustangimah (2002) bahwa pemetaan ilmu pengetahuan yang dikembangkan dalam bidang bibliometrika, antara lain peta jurnal inter sitiran (journal intercitation), journal co-citation,

documen co-citation, author co-citation, co-word (deskriptor). dan co classification. Pemetaan berdasarkan co-words dilakukan melalui analisis

kemunculan istilah yang dipakai bersama oleh pasangan dokumen, yaitu dengan melihat kata kunci yang dipakai secara bersama oleh suatu dokumen.

2.3 Pemetaan Berdasarkan Pasangan Kata (Co Words)

Pemetaan co words dilakukan melalui analisis kemunculan istilah yang dipakai secara bersama oleh suatu pasangan dokumen dengan melihat kata-kata yang dipakai secara bersama oleh suatu dokumen. Kopesa (1998) dalam penelitiannya menyajikan pemetaan co words berdasarkan kata kunci yang dimiliki oeh artikel yang ditelitinya. Dia menggunakan kata kunci dari suatu artikel yang dipasangkan dengan artikel lainnya untuk menentukan co words. Hasilnya adalah pemetaan co words yang oleh Kopesa dinamakan technology

map.

2.4 Analisis Data Multivariat (MDA)

Multivariate Data Analysis (MDA) adalah bentuk analisis statistik yang dirancang khusus untuk menganalisa data inferensial atau deskriptif dari data kuantitatif dalam jumlah banyak. Analisis data multivariate kaya dengan tampilan grafisnya yang memperlihatkan hubungan antar variabel yang sedang diselidiki. Selain itu analisis secara deskritif dapat memfasilitasi dan mengobservasi struktur

(5)

data multidimensional yang komplek tanpa memerlukan pemilihan awal variabel atau nilai variable.

2.5 Analisis Kelompok atau Gugus

Analisis kelompok atau juga disebut gugus merupakan teknik statistik yang digunakan untuk mengidentifikasi kelompok atau gugus dari objek yang mirip dalam ruang multidimensi (Shaw dan Willett, 1993). Dengan kata lain analisis gugus adalah suam teknik yang secara otomatis menilai objek ke dalam kelompok yang belum diketahui berdasarkan penghitungan tingkat similarity diantara objek.

Metode gugus sebagai prosedur statistik multivariat, dimulai dengan suatu kumpulan data yang berisi informasi tentang sampel dari suatu entitas dan kemudian menyusun ulang entitas tersebut ke dalam kelompok yang relatif homogen (Qin He 2001). Kelompok yang dibentuk tersebut seharusnya memiliki tingkat asosiasi yang tinggi diantara anggotanya dari pada anggota kelompok lain. Biasanya analisis gugus digunakan untuk menemukan struktur yang belum diketahui dari suatu kumpulan objek.

Dalam analisis gugus, kelompok tidak perlu diidentifikasi terlebih dahulu pada waktu pengolahan (Hasibuan, 1995). Hal ini dikarenakan maksud dari analisis gugus adalah untuk menemukan struktur yang tersembunyi (hidden structure) darisuatu kumpulan objek. Ada dua kemungkinan yang akan terjadi dalam penggugusan. pertama, data tidak memiliki gugus. Hal ini terjadi bila pemilihan variabel sangat independen.

Kedua, data hanya berada dalam satu gugus. Hal ini terjadi karena variabel yang dipilih juga sangat independen atau co-linear. Qin He (2001), mengutip pendapat Aldenderfer dan Blanhfield yang mengemukakan bahwa tujuan dilaksanakannya analisis gugus adalah digunakan untuk:

(1) mengembangkan suatu tipologi atau klasifikasi,

(2) menyelidiki skema konseptual untuk mengelompokan entitas, (3)membangun hipotetis melalui eksplorasi data,

(6)

2.6 Teknis Kelompok Gugus

Dalam menganalisis kelompok dokumen diperlukan teknik tertentu Teknik gugus merupakan alat yang dapat digunakan untuk mengelompokan dokumen. Teknik pengelompokan dapat disusun secara hirarkis atau tak hirarkis. Teknis gugus tak hirarkis hanya membagi suatu kumpulan objek atau dokumen ke dalam beberapa gugus tanpa memperlihatkan hubungan hirarkis antar gugus. Pengelompokan atau teknik gugus hirarkis dilakukan secara bebas tanpa menentukan jumlah kelompok yang dibentuk sendiri berdasarkan data dan informasi yang tersedia. Artinya sistem dapat menentukan sendiri kelompok objek atau dokumen berdasarkan kemiripan. Kemiripan antara dokumen dapat dilihat dari subjek, bentuk, sumber, jenis dan lainnya. Pengelompokan hirarkis diperoleh dari matrik similarity dengan cara membandingkan antara satu dokumen dengan dokumen yang lainnya. Dengan menggunakan rumus tertentu akan dihasilkan suatu dendrogram atau diagram sesuai dengan yang dibutuhkan. Hasibuan (1995) mengatakan bahwa beberapa teknis gugus hirarkis yang telah secara luas digunakan adalah single-link,complete link median, average-link dan word methode. Metode single-link digunakan untuk mengukur similarity dan jarak antar objek. Artinya setiap objek akan dikelompokan menurut jarak antara dokumen yang mirip atau dekat dengan yang sejenis atau mirip yang dimulai dengan jarak yang terdekat. Metode complete-link atau juga disebut furthers

neighbour merupakan metode yang berlawanan dengan metode yang sebelumnya

atau nearest neighbour, yaitu bahwa jarak antara kelompok diartikan sebagai jarak antara pasangan individu yang terjauh. Metade median merupakan metode yang menjelaskan bahwa apabila ada kelompok kelompok yang memiliki ukuran sama, maka posisi kemunculan yang baru akan selalu berada diantara kedua kelompok yang berukuran sama tersebut. Metode average-link atau group average mengartikan jarak antara kelompok jarak rata-rata antara semua pasangan objek atau dokumen pada setiap individu dalam dua kelompok. Sedangkan Word's

methode menjelaskan bahwa kehilangan informasi yang berasal dari

pengelompokan individu individu ke dalam gugus dapat diukur berdasarkan jumlah total dari simpangan kwadrat atau squared deviation (Qin He, 2001).

(7)

2.7 Similarity (Kesamaan)

Hubungan kedekatan antara dokumen yang satu dengan dokumen lainnya dalam suatu komunitas dokumen tidaklah sama. Untuk mengetahui tingkat kedekatan atau kejauhan hubungan tersebut dapat dilakukan dengan mengukur

similarity antar dokumen. Untuk mengelompokkan dokumen dalam suatu koleksi,

diperlukan menghitung tingkat hubungan antardokumen tersebut. Untuk mengukur hubungan tersebut dapat menggunakan distance measure atau mengukur similarity antar dokumen. Pada prinsipnya meminimalkan distance akan memaksimalkan similarity. (Boyce, Meadow, Kraft, 19985). Prinsipnya bila dua teks memiliki subjek yang berhubungan maka akan memiliki klasifikasi yang mirip juga. Perhitungan similarity diukur menurut distribusi kata, misalnya dua dokumen dikatakan mirip (similar) jika menggunakan kata yang sama.

Boyce, Meadow, Kraf (1994, 88) mengatakan bahwa apapun ukuran similarity yang digunakan sangat tergantung dari tujuan penelitian. Dengan kata lain, tidak ada suatu ukuran yang lebih baik dibandingkan ukuran yang lainnya.

Berikut ini akan dipaparkan teknik pengukuran yang digunakan mengukur similarity ; Simple matcing : │X ∩ Y │ Dice’s Coefficient : 2 │X ∩ Y │ --- │X │+ │Y │ Jaccard’s Coefificient : │X ∩ Y │ --- │X Ụ Y │ Cosine Coefficient : │X ∩ Y │ --- │X │ ½ X │ Y │ ½ Overlap Coefficient : │ X ∩ Y │ --- Min (X, Y)

Variabel X dan Y dalam figur tersebut merepresentasikan istilah indeks yang muncul dalam dua dokumen. Dalam penelitian ini digunakan pengukuran similarity simple mathing. Menurut van rijsbergen (1979) dalam Hasibuan

(8)

(1995,67) kelemahan rumus ini adalah ketidaknormalan variabel dalam rumus ini. Koefisien dari hasil rumus ini adalah berdasarkan jumlah kata (istilah indeks) yang dimiliki bersama. Bila dokumen Di memiliki 10 kata kunci, dan dokumen Dj memiliki 1 kata kunci maka similarity antara dokumen Di dan Dj sama dengan 1. 2.8 Skala Multidimensi (MDS)

Skala Multidimentional merupakan suatu tcknik statistik yang

menggambarkan struktur serta menempatkannya dalam bentuk gambar grafik kelompok data atau objek yang satu dengan yang lainnya. Pengelompokan ini didasarkan pada kemiripan objek-objek atau data tersebut. Tujuan skala multidimensional adalah untuk memudahkan memahami objek dalam bentuk grafts, serta dapat menginterprestasikan hubungan yang ada pada setiap objek. Dengan menggunakan multidimentional scale suatu objek dapat diberi pendapat dan argumen untuk menetapkan hubungan yang terjadi antara dokumen yang satu dengan dokumen yang lainnya. sekelompok data atau objek yang satu dengan yang lainnya. Pengelompokan ini didasarkan pada kemiripan objek-objek atau data tersebut. Tujuan skala multidimensional adalah untuk memudahkan memahami objek dalam bentuk grafts, serta dapat menginterprestasikan hubungan yang ada pada setiap objek. Dengan menggunakan skala multidimentional suatu objek dapat diberi pendapat dan argumen untuk menetapkan hubungan yang terjadi antara dokumen yang satu dengan dokumen yang lainnya.

Jurnal penelitian adalah salah satu dokumen sebagai media penyimpanan informasi dan ilmu. Dengan demikian dokumen tersebut memiliki peranan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Perkembangan ilmu pengetahuan ditandai dengan bertambahnya jumlah dokumen hasil penelitian. Dengan pertambahan dokumen yang semakin meningkat memungkinkan dihasilkannya dokumen yang mirip atau dokumen yang sama. Akibatnya tidak tertutup kemungkinan terjadinya duplikasi hasil penelitian. Karena itu dokumen perlu diorganisasikan dan dipublikasikan serta dilakukan pengkajian yang memungkinkan orang lain atau pengguna informasi dapat melihat perkembangan dari suatu disiplin ilmu tertentu, sehingga dapat dihindari terjadinya duplikasi penelitian. Bibliometrika merupakan ilmu yang dapat digunakan untuk mengkaji

(9)

struktur ilmu pengetahuan dengan menerapkan metode matematika dan statistik. Analisa hubungan antar dokumen didasarkan pada analisa terhadap deskriptor yang mengungkapkan isi suatu dokumen dengan kata. Artinya bahwa dokumen dapat diwakilkan oleh deskriptor dari dokumen tersebut. Untuk keperluan penganalisaan terhadap hubungan kedekatan dokumen dalam penelitian dilakukan dengan dua cara.

Pertama dengan memberikan notasi klasifikasi terhadap subjek sesuai dengan peraturan pengklasifikasian bahan pustaka. Apabila sebuah dokumen memiliki subjek lebih dari satu, maka dari satu dokumen saja yang diambil notasi klasifikasi untuk mewakili dokumen tersebut. Kedua dengan memunculkan deskriptor dokumen. Setiap dokumen dapat dikeluarkan beberapa deskriptor.

Hubungan antara satu dokumen dengan yang lainnya, hanya terjadi apabila pasangan dokumen memiliki subjek atau mirip dan deskriptor yang sama. Kemiripan antara satu dokumen dengan dokumen yang lainnya, terlihat dari jarak pada peta yang dimunculkan oleh kedekatan atau kejauhan notasi klasifikasi dan kesamaan deskriptor dokumen. Untuk menggambarkan hubungan kedekatan antar dokumen, dipergunakan alat bantu multivariate Data Analysis (MDA) atau analisis data multivariat. Analisis data multivariat merupakan alat analisa yang dapat memberi gambar atau grafik. Untuk keperluan pemetaan analisis data multivariat dilakukan dengan metode Hierarchical Cluster Analysis (HCA) dan

Multidimentional Scaling (MDS). Hierarchical Cluster Analysis (HCA) adalah

teknik statistik untuk mengidentifikasi dokumen dalam kelompok atau gugus berdasarkan kesamaan atau kemiripan dalam ruang multidimensi.

Skala Multidimensional adalah suatu teknik statistik untuk membuat grafik atau

peta (map) yang menggambarkan objek atau dokumen yang satu dengan objek atau dokumen lainnya.

Referensi

Dokumen terkait

Apabila sifat yang pertama menunjukkan pada isim tunggal kemudian setelahnya adalah Mutsanna (yang menunjukkan bentuk dua) atau Jamak, maka sifat yang pertama

Selain itu mulai tumbuh kesadaran baru mengenai hubungan antara potensi dan daya psikis tersebut dengan sikap dan pola tingkah laku manusia (Jalalludin, 1995:

Rumah Sakit Umum Daerah sebagai Unit Pelaksana Teknis Daerah Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul perlu dioptimalkan fungsinya dengan menetapkan RSUD sebagai Unit

Sedangkan sektor yang mengalami persentase peningkatan penduduk yang bekerja tertinggi adalah Sektor Listrik, Gas dan Air Minum yang naik sebesar 34,60 persen atau bertambah 0,5

Sehingga berdasarkan data dari hasil yang telah dilakukan peneliti pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa kemahiran menulis poster siswa kelas VIII Sekolah Menengah

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

Sebaliknya individu yang memiliki tingkat pe- ngetahuan tentang agama yang rendah akan melakukan perilaku seks bebas tanpa berpikir panjang terlebih dahulu sehingga

Kecerdasan ini harus dikembangkan agar anak didik dapat tumbuh dan besar menjadi manusia yang cerdas dan siap menghadapi segala tantangan dimasa depa, yaitu kecerdasan