0
LAPORAN PROGRAM PENGABDIAN PADA MASYARAKAT DANA DIPA UNDIKSHA
Pelatihan Penelitian Tindakan Sekolah Melalui Implementasi ‘Reflective
Model’ Pada Pengawas Mata Pelajaran Bahasa Inggris di Kabupaten
Manggarai Barat Flores Nusa Tenggara Timur
Oleh
Prof. Dr. Putu Kerti Nitiasih, M.A. NIP 196206261987032002 Prof.Dr. I Nyoman Adi Jaya Putra. MA. NIP 196203191987031001
Putu Eka Dambayana S, S.Pd., M.Pd. NIP 197811142008121002
Dibiayai dari dana DIPA dengan Surat Perjanjian Kerja Pengabdian Pada Masyarakat 26/UN48.16/PM/2016
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2
KATA PENGANTAR
Om Suastiastu,
Puji syukur penulis haturkan atas cinta kasih yang diberikan oleh Hyang Widhi /Tuhan Yang Maha Sempurna sehingga Pelatihan Penelitian Tindakan Sekolah melalui Implementasi „Reflective Model‟ Pada Pengawas Mata Pelajaran Bahasa Inggris di Kabupaten Manggarai Barat Flores Nusa Tenggara Timur yang merupakan program Pengabdian kepada masyarakat ini dapat diselesaikan baik kegiatannya maupun laporan dan kelengkapannya
Sebagai agent of change bagi kemajuan sekolahnya, seorang pengawas harus memiliki kemampuan metodologi untuk melakukan penelitian, sekaligus mengupayakan tindakan untuk memperbaiki permasalahan yang ada di sekolah dibawah binaannya
Untuk dapat memberikan informasi yang benar sehingga dapat memotivasi guru untuk mampu melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas sebagai kegiatan pengembangan profesi guru, seorang kepala sekolah dan pengawas harus diberikan pelatihan tentang Penelitian Tindakan Sekolah dimana mereka berlatih untuk : (1) menentukan permasalahan- permasalahan sekolah, (2) menemukan cara memperbaiki (treatment) terhadap masalah-masalah yang dihadapi sekolah,(3) menyusun usulan Penelitian Tindakan Sekolah. Untuk itulah Pelatihan ini diberikan sehingga dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Usaha yang besar dan serius tentu tidak akan berbuah sia sia. Semoga pelatihan yang diberikan berguna untuk meningkakan profesionalisme guru, kepala sekolah dan pengawas di Kabupaten Manggarai Barat Flores Nusa Tenggara Timur. Astungkara. Om Shatih, Shantih, Shantih, Om
Singaraja, 2 November 2016
3
Pelatihan Penelitian Tindakan Sekolah Melalui Implementasi ‘Reflective
Model’ Pada Pengawas Mata Pelajaran Bahasa Inggris di Kabupaten
Manggarai Barat Flores Nusa Tenggara Timur
AbstrakPutu Kerti Nitiasih, I Nyoman Adi Jaya Putra, Putu Eka Dambayana Suputra, Pengabdian Kepada Masyarakat ini bertujuan untuk memberikan pelatihan kepada Pengawas di Kabupaten Manggarai Barat Flores Nusa Tenggara Timur tentang Penelitian Tindakan Kelas dengan menggunakan model pelatihan Reflektif. Hasil pelatihan ini dapat meningkatkan kemampuan Pengawas dan Kepala Sekolah dalam : (1) menentukan permasalahan- permasalahan sekolah, (2) menemukan cara memperbaiki (treatment) terhadap masalah-masalah yang dihadapi sekolah,(3) menyusun usulan Penelitian Tindakan Sekolah dan melaksanakannya sebagai kegiatan pengembangan profesinya sebagai pengawas dan kepala sekolah. Hasil pengabdian ini dapat Meningkatkan kemampuan Pengawas dan Kepala Sekolah dalam memberikan informasi yang benar dan memotivasi guru untuk mampu melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas sebagai kegiatan pengembangan profesi guru
Abstract
This community Services aimed at giving training to school principals and supervisor of elementary school in West Manggarai, Flores about Action Research by implementing reflective model. The result of the training could improve the ability of supervisors and school principles in : (1) determining the school problem under their supervision, (2) determining the treatment for the identified problems,(3) designing an action research proposal and implementing the proposal as a part of their proffesionalism as school principals and school supervisors. The result of this cummunity services could also increase the ability of school principals and school supervisors to give appropriate information about action research that finally could motivate them to do a classroom action research for their teaching as a part of their teaching proffesionalism.
4 DAFTAR ISI Halaman pengesahan 1 Kata Pengantar 2 Bab I Pendahuluan Latar belakang 5 Analisis Situasi 6 Tinjauan Pustaka 8
Penelitian Tindakan Sekolah 9
Model pelatihan Reflektif (Reflective Model) 10
Identifikasi dan Perumusan Masalah 10
Tujuan Kegiatan 11
Manfaat Kegiatan 12
Metode Pelaksanaan Kegitan 13
Kerangka pemecahan Masalah 13
Khalayak Sasaran Strategis 14
Keterkaitan 15
Metode Kegiatan 16
Raancangan Evaluasi 17
Hasil Kegiatan dan Pembahasan 18
Hasil Kegiatan 18
5
BAB I PENDAHULUAN
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 Tahun 2007 tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah menegaskan bahwa seorang pengawas harus memiliki 6 (enam) kompetensi minimal, yaitu kompetensi kepribadian, supervisi manajerial, supervisi akademik, evaluasi pendidikan, penelitian dan pengembangan serta kompetensi sosial. Kondisi di lapangan saat ini menunjukkan masih banyak pengawas sekolah/ madrasah yang belum menguasai keenam dimensi kompetensi tersebut dengan baik. Survei yang dilakukan oleh Direktorat Tenaga Kependidikan pada Tahun 2008 terhadap para pengawas di suatu kabupaten (Direktorat Tenaga Kependidikan, 2008: 6) menunjukkan bahwa para pengawas memiliki kelemahan dalam kompetensi supervisi akademik, evaluasi pendidikan, dan penelitian dan pengembangan.
Hasil evaluasi yang dilakukan oleh Direktorat juga menunjukkan bahwa sosialisasi dan pelatihan yang selama ini biasa dilaksanakan belum mampu meningkatkan kemampuan para pengawas dan kepala sekolah dalam penelitian dan pengembangan. Berbagai strategi pelatihan sudah dilaksanakan seperti memanfaatkan forum Kelompok Kerja Pengawas Sekolah (KKPS) dan Musyawarah Kerja Pengawas Sekolah (MKPS) d i m a n a p a r a pengawas d a n k e p a l a s e k o l a h dapat saling berbagi pengetahuan dan pengalaman guna bersama-sama meningkatkan kompetensi dan kinerja mereka. Namun strategi tersebut ternyata tidak membuat adanya perubahan terutama tidak meningkatkan kemampuan mereka dalam melaksanakan penelitian. Padahal mereka dituntut untuk melaksanakan penelitian untuk profesionalisme mereka. Terutama sekali sebagai seorang Pengawas atau Kepala sekolah adalah merupakan hal yang wajib mengetahui Penelitian terutama Penelitian Tindakan Sekolah karena mereka harus mampu memberikan bimbingan kepada para guru yang merupakan bawahan dan orang yang disupervisi.
Reflective model adalah model pelatihan Penelitian Tindakan kelas yang merupakan hasil penelitian Strategis Nasional (Nitiasih, 2009). Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa model ini sangat membantu Guru-Guru dalam menganalisis permasalahan permasalahan pembelajaran yang dapat diangkat sebagai masalah dalam PTK serta meningkatkan
6
kemampuan Guru-Guru dalam membuat proposal penelitian dan melaksanakan PTK dalam pembelajaran. Mengingat permasalahan utama dari Pengawas adalah rendahnya kemampuan mereka dalam menemukan masalah yang dapat dipergunakan sebagai topik penelitian terutama Penelitian Tindakan Sekolah, perlu dilakukan Pelatihan Penelitian Tindakan Sekolah yang mengimplementasikan „Model Reflective‟ yang sudah terbukti mampu meningkatkan kemampuan Guru dalam PTK.
1.1. Analisis Situasi
Sebagaimana diketahui, bahwa salah satu peran yang diharapkan dari seorang pengawas adalah sebagai agent of change bagi kemajuan sekolah. Untuk melaksanakan peran tersebut tentu saja pengawas harus memiliki kemampuan metodologi untuk melakukan penelitian, sekaligus mengupayakan tindakan untuk memperbaiki keadaan.
Disamping sebagai agent of change, tuntutan sertifikasi menuntut pengawas melakukan Penelitian Tindakan Sekolah. Hasil wawancara dengan peserta pelatihan Kepala Sekolah Madrasah menyatakan bahwa hampir 95 % Kepala Sekolah tidak bisa membuat Penelitian yang cocok untuk seorang Kepala Sekolah serta menulis karya ilmiah. Hasil wawancara ini juga diperkuat oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Nitiasih (2009) bahwa 85% guru dan 90% kepala sekolah tidak mampu menemukan masalah yang dapat dijadikan penelitian tindakan kelas untuk guru-guru dan penelitian tindakan sekolah untuk Kepala Sekolah dan Pengawas.
Kenyataan tersebut disupport oleh hasil dari FGD (Focused group discussion) yang dilakukan oleh Rinjin dkk (2008) dengan para guru, yang mana diperoleh informasi bahwa Guru sesungguhnya sering dikirim oleh pihak sekolah untuk mengikuti pelatihan-pelatihan atau seminar tentang PTK atau topik-topik yang lain demikian juga dengan kepala sekolah sering mengikuti pelatihan PTK, tetapi para guru mengakui bahwa model pelatihan lebih banyak memfokuskan pada kajian teoritis dan kurang penyajian contoh-contoh kongkret sehingga ketika selesai mengikuti pelatihan mereka tidak memahami dengan baik konsep yang telah diajarkan dan ketika kembali ke sekolah mereka kembali tidak mampu melakukan penelitian.
Sejalan dengan hal tersebut, hasil dari tracer study (Padmadewi, Artini dan Heri Santosa, 2010) juga menyebutkan bahwa para guru memerlukan pelatihan-pelatihan yang menyangkut
7
hal-hal yang lebih inovatif yang bisa dipakai guru di kelas. Dalam diskusi dengan responden saat itu, juga didapat informasi bahwa model pelatihan yang sering diberikan kepada mereka lebih banyak teoretis dan kurang penyajian contoh kongkret yang aplikatif.
Berdasarkan hasil penelitain di atas, kepala sekolah dan pengawas sebagai orang yang HARUS tau penelitian terutama PTK dan PTS perlu diberikan pelatihan tentang PTS dengan cara yang lebih praktis sehingga mereka mampu menganalisis dan menemukan masalah-masalah yang cocok dipergunakan sebagai masalah-masalah penelitian di Sekolah.
Dengan melihat hasil penelitian Nitiasih (2010) bahwa model pelatihan „Reflective‟ mampu meningkatkan kemampuan peserta pelatihan dalam membuat proposal PTK maka merupakan suatu keharusan bila para pengawas dan kepala sekolah SD di kecamatan Buleleng diberikan pelatihan Penelitian Tindakan Sekolah dengan cara yang lebih kongkrit yaitu dengan „reflective model‟ sehingga profesionalisme pengawas dan kepala sekolah tidak TETAP rendah.
Hasil Pengabdian Kepada Masyarakat yang dilakukan oleh Universitas Udayana dengan menggunakan Prof. Dr. Nyoman Padmadewi,MA sebagai narasumber ditemukan bahwa saudara-saudara kita di daerah timur adalah sosok guru yang sangat haus dengan ilmu pengetahuan. Minat guru dan kepala sekolah untuk belajar sangat tinggi namun mereka sangat miskin dengan ahli di bidang PTK dan PTS. Hal ini disupport dengan surat permohonan dari Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan St.Paulus Flores, NTT (terlampir)
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Ada beberapa konsep teritis yang dipergunakan sebagai acuan dalam pengabdian masyarakat ini. Konsep teoretis tersebut adalah sebagai berikut :
2.1. . Penelitian Tindakan Sekolah
Penelitian Tindakan Sekolah memiliki konsep yang hampir sama dengan konsep Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan berdasarkan paradigma pemikiran RAI : research-action-improvement, yang bersifat bottom-up, realistik-pragmatik yang diawali dengan diagnosis masalah secara nyata yang diakhiri dengan sebuah perbaikan (improvement). Upaya perbaikan kualitas pembelajaran demikian menuntut adanya inisiatif dan keinginan dari dalam diri untuk mau melakukan perbaikan (Tantra, 2005).
Prosedur diagnosis masalah bisa dilakukan dengan menganalisis situasi kini yang sedang terjadi (present situation analysis) yang selanjutnya dipergunakan sebagai dasar untuk mencari dan menentukan pemecahan masalahnya (Rindjin, Sarna, Padmadewi, 2006). Penelitian seperti ini disebut dengan Penelitian Tindakan yang ditandai adanya penerapan tindakan pada suatu proses kegiatan tertentu. Tindakan yang diterapkan tersebut, merupakan tindakan yang “baru” yang diyakini lebih baik dalam meningkatkan mutu proses maupun hasil kerja dari tindakan “lama” yang telah biasa dilakukan. Sambil menerapkan (melakukan eksperimen) terhadap tindakan “barunya”, peneliti mengamati proses tindakan itu (yang dilakukan dengan secara teliti dengan mendiskripsikan proses kegiatan yang terjadi). Dengan demikian, ada pula yang menyatakan penelitian tindakan sebagai tindak lanjut dari penelitian eksperimen maupun penelitian deskriptif.
Ada pula yang menyatakan bahwa penelitian tindakan merupakan penelitian eksperimen dengan ciri yang khusus. Jika dalam penelitian eksperimen peneliti ingin mengetahui akibat dari suatu perlakuan (treatment, tindakan, atau “sesuatu” yang dilakukan), maka pada penelitian tindakan, peneliti mencermati kajiannya pada proses dan akibat dari tindakan yang dibuatnya. Berdasar hasil pencermatan itulah, kemudian dilakukan tindakan lanjutan yang merupakan perbaikan dari
9
tindakan pertama (disebut sebagai siklus), untuk dapat memperoleh informasi yang mantap tentang dampak tindakan yang dibuatnya.
Saat ini, penelitian tindakan banyak dilakukan baik oleh guru maupun pengawas. Bila dilakukan guru umum disebut sebagai Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Sedangkan bila dilakukan oleh pengawas sekolah, disebut sebagai Penelitian Tindakan Sekolah atau disingkat dengan sebutan PTS.
Tujuan utama Penelitian Tindakan Sekolah adalah untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di dalam sekolah-sekolah yang berada dalam binaan pengawas sekolah. Kegiatan penelitian ini tidak saja bertujuan untuk memecahkan masalah, tetapi sekaligus mencari jawaban ilmiah mengapa hal tersebut dapat dipecahkan dengan tindakan yang dilakukan.
Secara lebih rinci, tujuan Penelitian Tindakan Sekolah antara lain : (1) meningkatkan mutu isi, masukan, proses, dan hasil pendidikan, manajemen dan pembelajaran, termasuk mutu guru, kepala sekolah, khususnya yang berkaitan dengan tugas profesional kepengawasan, di sekolah-sekolah yang menjadi binaannya; (2) meningkatkan kemampuan dan sikap profesional sebagai pengawas sekolah; (3) menumbuhkembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah sehingga tercipta sikap proaktif di dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan.
Ciri khusus dari Penelitian Tindakan Sekolah adalah adanya tindakan (action) yang nyata. Tindakan itu dilakukan pada situasi alami (pada keadaan yang sebenarnya) dan ditujukan untuk memecahkan permasalahan-permasalahan praktis dalam peningkatan mutu proses dan hasil kepengawasan.
2.2. Model pelatihan Reflektif (Reflective Model)
Dari beberapa model pelatihan yang ada, Model Pelatihan Penelitian Tindakan Kelas Reflectif ini adalah model yang paling lengkap, karena dalam model pelatihan ini ada proses pemberian received knowledge sehingga guru memiliki pengetahuan yang lengkap tentang Penelitian Tindakan Kelas.Di samping proses tersebut ada juga proses pemberian previous experiential knowledge dimana guru secara langsung diberi kesempatan untuk
10
merefleksi kualitas proses belajar mengajar yang dilakukan sehari-hari. Dengan menggabungkan kedua pengetahuan tersebut guru mampu mendeteksi masalah pembelajarannya, mendeteksi factor-faktor yang menjadi penyebab masalah tersebut dan selanjutnya guru mampu memilih metode yang tepat untuk menanggulangi permasalahan pembelajaran yang ditemukan Pada akhirnya setelah mengikuti pelatihan dengan model ini, guru mampu membuat proposal Penelitian Tindakan Kelas sendiri tanpa mencontoh yang sudah ada.
Dengan kata lain, dengan menggunakan model ini peserta akan mampu mengembangkan dua pengetahuan sekaligus yaitu yang diterima oleh peserta dari instruktur dan pengetahuan praktis yang sudah dimiliki oleh peserta yang berhubungan dengan pekerjaan mereka sendiri. Berdasarkan kedua pengetahuan tersebut, peserta dapat melakukan refleksi dengan baik tentang permasalahan-permasalahan yang dihadapi pada pembelajarannya, mencari faktor-faktor yang menjadi penyebab masalah tersebut melalui refleksi tentang dan mencari solusi dari permasalahan. Model pelatihan ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 1. Model Pelatihan Reflektif (Reflective Model)
‘Reflective cycle’
2.3. Identifikasi dan Perumusan Masalah
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan ditemukan beberapa permasalahan seperti yang sudah disampaikan dalam analisis situasi. Selain itu hasil observasi yang dilakukan di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Kamis 23 Agustus) ditemukan bahwa dari 84 Kepala Sekolah
Received knowledge
Previous experiential
knowledge
Practice Reflection Professional competence
11
dan 23 Pengawas SD hanya 12 % yang melakukan PTK dengan benar. Sebanyak 52 % membuat PTS sebagai persyaratan kenaikan pangkat dari menyuruhkan dan 36 % menyatakan tidak pernah mengerti apa itu PTS. Berdasarka kenyataan tersebut maslah-masalah yang dihadapi pengawas dapat diidentifikasi sbg berikut :
1. Rendahnya kemampuan Pengawas dalam menemukan dan menentukan permasalahan- permasalahn sekolah yang dapat dipergunakan sebagai masalah PTS
2. Rendahnya kemampuan Pengawas dalam menemukan cara memperbaiki (treatment) terhadap masalah-masalah yang dihadapi sekolah
3. Rendahnya kemampuan Pengawas dalam menyusun usulan Penelitian Tindakan Sekolah dan melaksanakannya sebagai kegiatan pengembangan profesinya sebagai pengawas dan kepala sekolah
Berdasarkan permasalahan di atas Rumusan Masalah Pengabdian Masyarakat ini adalah : Apakah Kemampuan Pengawas dalam menyusun usulan Penelitian Tindakan Sekolah dapat ditingkatkan melalui Pelatihan PTS dengan ‘Reflective Model’?
2.4. Tujuan Kegiatan
Berdasarkan permasalahan yang dihadadapi oleh Pengawas seperti yang disampaikan di atas, maka tujuan kegiatan ini adalah Memberikan Pelatihan Penelitian Tindakan Sekolah yang dapat :
a) Meningkatkan kemampuan Pengawas dalam menemukan dan menentukan permasalahan- permasalahan sekolah yang dapat dipergunakan sebagai masalah PTS
b) Meningkatkan kemampuan Pengawas dalam menemukan cara memperbaiki (treatment) terhadap masalah-masalah yang dihadapi sekolah
c) Meningkatkan kemampuan Pengawas dalam menyusun usulan Penelitian Tindakan Sekolah dan melaksanakannya sebagai kegiatan pengembangan profesinya sebagai pengawas
12
d) Meningkatkan kemampuan Pengawas dalam melaksanakan dan melaporkan hasil penelitiannya.
e) Meningkatkan kemampuan Pengawas dalam memberikan informasi yang benar dan memotivasi guru untuk mampu melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas sebagai kegiatan pengembangan profesi guru.
2.5. Manfaat Kegiatan
Hasil Kegiatan pengabdian pada masyarakat ini akan memberikan kontribusi positif dalam meningkatkan profesionalisme Pengawas sekolah di Kabupaten Manggarai Barat Flores Nusa Tenggara Timur. Secara lebih eksplisit manfaat kegiatan ini adalah sebagai berikut:
a) Pengawas yang terlibat dalam kegiatan pelatihan ini memperoleh wawasan tentang : (1) bagaimana menemukan dan menentukan masalah-masalah sekolah yang dapat dipergunakan sebagai masalah PTS; (2) bagaimana menemukan cara memperbaiki (treatment) terhadap masalah-masalah yang dihadapi sekolah; (3)
bagaimana menyusun usulan Penelitian Tindakan Sekolah dan
melaksanakannya sebagai kegiatan pengembangan profesinya sebagai pengawas
b) Dinas Pendidikan dan Kebudayaan di Kabupaten Manggarai Barat Flores Nusa Tenggara Timur memperoleh peluang untuk memiliki SDM (pengawas dan Kepala sekolah) yang berkualitas dan profesional
c) Staf Dosen Universitas Pendidikan Ganesha dapat mengimplementasikan hasil penelitian yang dilakukan. Secara umum Staf Dosen Universitas Pendidikan Ganesha dapat melaksanakan salah satu darma dari tri dharma Perguruan Tinggi yaitu Pengabdian Pada Masyarakat
13
BAB III
METODE KEGIATAN
3.1 Kerangka Pemecahan Masalah
Berangkat dari permasalah yang dihadapi oleh pengawas di Kabupaten Manggarai Barat Flores Nusa Tenggara Timur, maka pemecahan masalah yang dilaksanakan dalam P2M ini dapat dilihat dalam diagram alur berikut :
Gambar 2. Bagan alur Kerangka Pemecahan Masalah P2M
Permasalahan 1. Kemampuan Pengawas dan Kepala
Sekolah dalam menemukan dan menentukan permasalahan sekolah sebagai masalah PTS masih rendah 2. Kemampuan Pengawas dan Kepala
Sekolah dalam menemukan cara memperbaiki (treatment) masalah yang dihadapi sekolah masih rendah
3. Kemampuan Pengawas dan Kepala Sekolah dalam menyusun usulan Penelitian Tindakan Sekolah dan melaksanakannya sebagai kegiatan pengembangan profesinya sebagai pengawas dan kepala sekolah masih rendah
Pemecahan Masalah
1. Meningkatkan Kemampuan Pengawas dan Kepala Sekolah dalam
menemukan dan menentukan
permasalahan sekolah sebagai masalah PTS.
2. Meningkatkan kemampuan
Pengawas dan Kepala Sekolah dalam menemukan cara memperbaiki (treatment) masalah yang dihadapi sekolah .
3. Meningkatkan kemampuan Pengawas dan Kepala Sekolah dalam menyusun usulan Penelitian Tindakan Sekolah dan melaksanakannya sebagai kegiatan pengembangan profesinya sebagai pengawas dan kepala sekolah
Alternatif Pemecahan Masalah Memberikan Pelatihan Penelitian Tindakan Sekolah dengan model Pelatihan ‘Reflective’
Metode Kegiatan 1. Refleksi Permasalahan yang
ditemukan di lapangan
2. Cermah dan diskusi tentang PTS 3. Praktik membuat usulan PTS
14
3.2. Khalayak sasaran Strategis
Secara umum, tujuan pengabdian pada masyarakat (P2M) ini adalah untuk meningkatkan profesionalisme Pengawas dalam merancang dan melaksanakan Penelitian Tindakan Sekolah. Sehubungan dengan hal tersebut, khalayak sasaran strategis dan tepat dilibatkan adalah seluruh pengawas mata pelajaran bahasa Inggris di Kabupaten Manggarai Barat Flores Nusa Tenggara Timur. Pemilihan Kabupaten Maggarai sebagai sasaran mengingat Pengawas di Kabupaten ini sama sekali tidak tau dan belum pernah mengikuti Penelitian Tindakan Sekolah
Rendahnya kemampuan Pengawas dalam menemukan dan menentukan masalah-masalah Penelitian Tindakan Sekolah menyebabkan mereka kurang mampu menyusun proposal dan melaksanakan PTS di sekolah padahal sebagai pengawas yang ada di daerah perkotaan sudah selayaknya mengetahui hal ini dan mampu menjadi contoh bagi pengawas dan kepala sekolah di kecamatan lainnya.
3.3. Keterkaitan
Kegiatan P2M ini melibatkan institusi Undiksha dan Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan St.Paulus di Kabupaten Manggarai Barat Flores Nusa Tenggara Timur. Kedua instansi yang terlibat ini memperoleh keuntungan secara bersama-sama sebagai berikut :
1. Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan St.Paulus sebagai sekolah tinggi yang memroduksi Guru Guru bahasa Inggris di Manggarai dapat menjadi contoh dan sumber yang benar tentang PTS.
2. Universitas Pendidikan Ganesha melalui Lembaga Pengabdian pada Masyarakat berperan menyediakan dana, sehingga mendukung pelaksanaan dharma ketiga dari Tri Dharma Perguruan Tinggi.
3. Meningkatkan kerjasama dengan Perguruan Tinggi Lain di bidang Pengabdian pada masyarakat
15
3.4. Metode Kegiatan
Bentuk aktivitas menggunakan strategi pelatihan (training). Tahapan-tahapan aktivitas secara umum yaitu: penyemaian informasi (encoding), pengintegrasian informasi menjadi suatu pemahaman (decoding), perekaman informasi (storing), dan pembelajaran informasi (learning). Seluruh aktivitas tersebut dirancang bersama-sama dan dilakukan dalam situasi informal dengan melakukan pelatihan dan pendampingan terhadap pengawas mata pelajaran bahasa Inggris di Kabupaten Manggarai Barat. Secara lebih spesifik sintaks pelatihan dengan model reflektif ini dapat dilihat dalam bagain berikut:
Fase Aktivitas Trainer Trainee 1. Receive knowledge (pemberian informasi)
1. Menyampaikan materi dengan gabungan metode ceramah, dan jig
saw
2. Ada beberapa materi yang diberikan dengan jig-saw yang mengharuskan pembentukan kelompok
3. Pemberian model PTS
1. Mendengarkan dan
memperhatikan materi yang disampaikan
2. Membentuk kelompok dan mengerjakan pelatihan sesuai dengan instruksi untuk pelaksanaan jig-saw
2. Previous
experiencial knowledge
(refleksi)
1. Meminta peserta untuk merefleksi pembelajarannya terutama pada aspek-aspek : permasalahan, sumber masalah dan cara pemecahan masalah 2. Meminta peserta pelatihan
menuliskannya dalam pendahuluan
1. Melakukan refleksi terhadap masalah pembelajaran yang dihadapi di kelasnya, penyebab masalah tersebut dan cara pemecahan masalahnya
2. Menuliskan dalam pendahuluan dari proposal masing-masing
3. Practice a. Praktik penyusunan proposal b.Presentasi proposal c. Presentasi cara pemecahan masalah
1. Melatih menyusun bagian perbagian dari sebuah proposal 2. Meminta peserta untuk
mempresentasikan hanya bagian penting dari proposal: masalah, latar belakang masalah dan cara pemecahan masalah.
3. Meminta peserta untuk melakukan simulasi tentang metode, strategi pembelajaran atau cara evaluasi yang dipergunakan sebagai cara pemecahan masalah
1. Melatih menyusun bagian perbagian dari sebuah proposal 2. Mempresentasikan hanya bagian
penting dari proposal: masalah, latar belakang masalah dan cara pemecahan masalah.
3. Melakukan simulasi tentang metode, strategi pembelajaran atau cara evaluasi yang dipergunakan sebagai cara pemecahan masalah
4. Reflect (refleksi) 1. Meminta peserta melakukan
refleksi terhadap proposal yang sudah dibuat
2. Meminta peserta melakukan refleksi terhadap kemungkinan dampak dari cara pemecahan masalah yang disimulasikan
1. Melakukan refleksi terhadap proposal yang sudah dibuat 2. Melakukan refleksi terhadap
kemungkinan dampak dari cara pemecahan masalah yang disimulasikan
16 Fase Aktivitas Trainer Trainee 5. Proffesional Competence Perbaikan proposal yg menunjukkan kompetensi profesional guru
Menilai proposal yang sudah dihasilkan oleh guru
Mencermati hasil penilaian,
merefleksi dan melakukan perbaikan
Gambar 3. Sintaks pelaksanaan pelatihan dengan model „Reflective‟ 4. Rancangan Evaluasi
a) Prosedur dan Alat Evaluasi
Prosedur dan alat evaluasi untuk menilai keberhasilan kegiatan P2M ini dilakukan seperti diagram alur di bawah ini
Awal Kegiatan Pelaksanaan Kegiatan Akhir Kegiatan
PRE-TEST OBSERVASI POST-TEST
PRODUK Gambar 4. Prosedur evaluasi
1. Pre- tes dan Post- tes
Pre-tes dilakukan di awal kegiatan untuk mengetahui pemahaman pengawas mata pelajaran bahasa Inggris di Kabupaten Maggarai tentang penelitian Tindakan Sekolah sebelum diberikan pelatihan. Post-test dilaksanakan pada akhir pelatihan untuk mengetahui perubahan pemahaman pengawas mata pelajaran bahasa Inggris di Kabupaten Maggarai tentang PTS setelah
mengikuti pelatihan. Data pre-tes dan post-tes dikumpulkan melalui tes yang akan mengungkap pemahaman pengawas tentang Penelitian Tindakan Sekolah.
17
2. Observasi
Observasi terhadap pelaksanaan kegiatan pelatihan mencakup ketekunan dan keseriusan pengawas dan kepala sekolah dalam mengikuti kegiatan pelatihan. Instrumen yang dipergunakan adalah lembar observasi. Penilaian dilakukan terhadap aspek-aspek sikap dan aktivitas pengawas yang mencirikan perilaku dan kemampuan pengawas. Teknik pemberian skor pada masing-masing indikator menggunakan skala lickert dengan rentang 1-5.
3. Produk / Proposal Penelitian Tindakan Sekolah
Produk dari kegiatan ini, yaitu Proposal Penelitian Tindakan Sekolah yang dihasilkan selama pelatihan digunakan untuk mengevaluasi kemampuan peserta pelatihan dalam menyusun proposal PTS dengan menggunakan rentangan skor dari 0 sampai 100
b) Teknik Analisis data dan Kriteria Keberhasilan Program
Data dari hasil pre-test dan post-tes tentang pemahaman pengawas sehubungan dengan Penelitian Tindakan Sekolah dan data kemampuan peserta dalam merancang proposal PTS dianalisis dengan teknik statistik deskriptif
18
BAB IV
HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN
3.1. HASIL KEGIATAN
Kegiatan P2M ini dilaksanakan dalam bentuk pelatihan kepada Pengawas dan Kepala Sekolah di Kabupaten Manggarai Barat Flores Nusa Tenggara Timur tentang Penelitian Tindakan Sekolah dengan menggunakan model pelatihan Reflektif.. Pelatihan dilaksanakan di ruang aula Sekolah Tinggi St. Paulus Manggarai Barat Flores Nusa Tenggara Timur Manggarai Barat Flores Nusa Tenggara Timur. Pelatihan dilaksanakan pada tanggal 9-14 Juni 2016. Kegiatan diawali dengan memberikan Pre-test. Pre-tes dilakukan di awal kegiatan untuk mengetahui pemahaman pengawas dan Kepala Sekolah di Kabupaten Manggarai Barat Flores Nusa Tenggara Timur tentang Penelitian Tindakan Sekolah sebelum diberikan pelatihan. Pre test dilaksanakan secara verbal dgn menanyakan kepada mereka pertanyaan berikut :
1. Apakah anda pernah melakukan penelitian?
2. Bila Ya, Apa jenis penelitian yang anda dilakukan? 3. Bila ya, Apa tujuan anda melakukan penelitian tersebut? 4. Apakah anda pernah mendengar penelitian tindakan sekolah? 5. Apakah anda pernah melakukan penelitian tindakan sekolah? Hasil pretest menunjukkan :
No
Pernyataan Hasil
1. Apakah anda pernah melakukan penelitian? 55 % peserta mengatakan pernah , 45 %
mengatakan belum 2 Apa jenis penelitian yang anda dilakukan? 97 % dari 55% yang
mengatakan pernah melakukan penelitian menyatakan tidak tau jenis penelitian yang
19
dilakukan.
No
Pernyataan Hasil
3 Apa tujuan anda melakukan penelitian tersebut? 100 % peserta yang pernah melakukan penelitian menyatakan penelitian yang dilakukan untuk persyaratan kenaikan pangkat
4 Apakah anda pernah mendengar penelitian tindakan sekolah?
20 % peserta mengatakan pernah mendengar
tentang penelitian tindakan sekolah dan 80% mengatakan tidak pernah mendengar ttg PTS
5 Apakah anda pernah melakukan penelitian tindakan sekolah?
100% mengatakan belum pernah melakukan PTS
Kegiatan selanjutnya adalah Pelaksanaan Pelatihan yang dilaksanakan dengan model reflektif dengan menggunakan tahapan sebagai berikut:
Fase Aktivitas Trainer Trainee 1. Receive knowledge (pemberian informasi) 4. Menyampaikan materi dengan gabungan metode ceramah, dan
jig saw
5. Ada beberapa materi yang diberikan dengan jig-saw yang mengharuskan pembentukan kelompok 6. Pemberian model
PTS
3. Mendengarkan dan memperhatikan materi yang disampaikan
4. Membentuk kelompok dan
mengerjakan pelatihan sesuai dengan instruksi untuk pelaksanaan jig-saw
2. Previous experiencial knowledge (refleksi) 3. Meminta peserta untuk merefleksi permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam melaksanakan tugasnya sebagai kepala sekolah
3. Melakukan refleksi terhadap masalah pembelajaran yang dihadapi di kelasnya, penyebab masalah tersebut dan cara pemecahan masalahnya 4. Menuliskan dalam pendahuluan dari
20
4. Meminta peserta mengidentifikasi permasalahan dan memilih maslaah yang paling urgen untuk diselesaikan melalui penelitian,
5. Meminta peserta mencari sumber masalah dan cara pemecahan masalah 6. Meminta peserta pelatihan menuliskannya dalam pendahuluan 2. Previous experiencial knowledge (refleksi) 7. Meminta peserta untuk merefleksi permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam melaksanakan tugasnya sebagai kepala sekolah 8. Meminta peserta mengidentifikasi permasalahan dan memilih maslaah yang paling urgen untuk diselesaikan melalui penelitian,
9. Meminta peserta mencari sumber masalah dan cara pemecahan masalah 10. Meminta
peserta pelatihan menuliskannya dalam pendahuluan
5. Melakukan refleksi terhadap masalah pembelajaran yang dihadapi di kelasnya, penyebab masalah tersebut dan cara pemecahan masalahnya 6. Menuliskan dalam pendahuluan dari
proposal masing-masing 3. Practice a. Praktik penyusunan proposal b.Presentasi proposal c. Presentasi cara pemecahan masalah 4. Melatih menyusun bagian perbagian dari sebuah proposal 5. Meminta peserta untuk mempresentasikan hanya bagian penting dari proposal: masalah, latar belakang masalah dan cara pemecahan masalah. 6. Meminta peserta untuk melakukan simulasi tentang metode, strategi pembelajaran atau cara evaluasi yang dipergunakan sebagai cara
4. Melatih menyusun bagian perbagian dari sebuah proposal
5. Mempresentasikan hanya bagian penting dari proposal: masalah, latar belakang masalah dan cara
pemecahan masalah.
6. Melakukan simulasi tentang metode, strategi pembelajaran atau cara evaluasi yang dipergunakan sebagai cara pemecahan masalah
21
pemecahan masalah
4. Reflect (refleksi) 3. Meminta peserta
melakukan refleksi terhadap proposal yang sudah dibuat 4. Meminta peserta
melakukan refleksi terhadap
kemungkinan dampak dari cara pemecahan masalah yang disimulasikan
3. Melakukan refleksi terhadap proposal yang sudah dibuat 4. Melakukan refleksi terhadap
kemungkinan dampak dari cara pemecahan masalah yang disimulasikan 5. Proffesional Competence Perbaikan proposal yg menunjukkan kompetensi profesional guru
Menilai proposal yang sudah dihasilkan oleh guru
Mencermati hasil penilaian, merefleksi dan melakukan perbaikan
Dalam melaksanakan kegiatan, dilakukan pula observasi. Observasi terhadap pelaksanaan kegiatan pelatihan mencakup ketekunan dan keseriusan pengawas dan kepala sekolah dalam mengikuti kegiatan pelatihan. Instrumen yang dipergunakan adalah lembar observasi. Penilaian dilakukan terhadap aspek-aspek sikap dan aktivitas pengawas yang mencirikan perilaku dan kemampuan pengawas dan kepala sekolah. Teknik pemberian skor pada masing-masing indikator menggunakan skala lickert dengan rentang 1-5.
Hasil penilaian terhadap ketekunan dapat dilihat dari hasil di bawah ini :
No Aspek yang diobservasi Rerata Hasil penilaian
1. Ketekunan mendengarkan
ceramah yang disampaikan
5 (sangat serius) 2 Keseriusan dalam melakukan jig
saw yang diminta untuk
5 (sangat serius)
3 Keseriusan dalam melakukan
refleksi terhadap permasalahan yang dialami di sekolah
4 (serius)
4 Kejujuran dalam mengemukakan
permasalahan yang dialami di sekolah masing-masing
3 (cukup serius)
5 Kemampuan memilih masalah
yang urgen untuk dilaksanakan
4 (serius)
6 Tanggung jawab dalam
melakukan diskusi untuk
22
memilih metode yang sesuai untuk memecahkan masalah yang dialami
7 Tanggungjawab untuk
menyelesaikan proposal penelitian
4 (serius)
8 Keseriusan dalam menulis
proposal penelitian
5(sangat serius)
Produk dari kegiatan ini, yaitu Proposal Penelitian Tindakan Sekolah yang dihasilkan selama pelatihan digunakan untuk mengevaluasi kemampuan peserta pelatihan dalam menyusun proposal PTS dengan menggunakan rentangan skor dari 0 sampai 100
Hasil dari penilaian produk adalah sebagai berikut :
No Aspek dari proposal Rerata nilai
1 Identifikasi Masalah 87
2 Penentuan masalah penelitian 92
3 Penentuan sumber masalah penelitian 90
4 Penentuan bukti pendukung masalah
penelitian
65
5 Penentuan cara pemecahan masalah 80
6 Penentuan teori-teori yang relevan dengan permasalahan dan cara pemecahan masalah
60
7 Pembuatan metode peneltian (termasuk penentuan setting penelitian, subyek penelitian, prosedur penelitian)
90
a. PEMBAHASAN
Hasil evaluasi yang dilakukan oleh Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah menunjukkan bahwa sosialisasi dan pelatihan yang selama ini biasa dilaksanakan belum mampu meningkatkan kemampuan para pengawas dan kepala sekolah dalam
23
penelitian dan pengembangan. Berbagai strategi pelatihan sudah dilaksanakan seperti memanfaatkan forum Kelompok Kerja Pengawas Sekolah (KKPS) dan Musyawarah Kerja Pengawas Sekolah (MKPS) d i m a n a p a r a pengawas d a n k e p a l a s e k o l a h dapat saling berbagi pengetahuan dan pengalaman guna bersama-sama meningkatkan kompetensi dan kinerja mereka. Namun strategi tersebut ternyata tidak membuat adanya perubahan terutama tidak meningkatkan kemampuan mereka dalam melaksanakan penelitian. Padahal mereka dituntut untuk melaksanakan penelitian untuk profesionalisme mereka. Terutama sekali sebagai seorang Pengawas atau Kepala sekolah adalah merupakan hal yang wajib mengetahui Penelitian terutama Penelitian Tindakan Sekolah karena mereka harus mampu memberikan bimbingan kepada para guru yang merupakan bawahan dan orang yang disupervisi.
Hal tersebut di atas ternyata benar karena dari hasil pre test yang dilaksanakan pada kegiatan P2M ini menunjukkan 55 % peserta mengatakan pernah melakukan penelitian namun 97 dari 55% tersebut mengatakan tidak tau jenis penelitian apa yang dilakukan, dan 100 % peserta yang pernah melakukan penelitian menyatakan penelitian yang dilakukan hanya untuk persyaratan kenaikan pangkat, 20 % peserta mengatakan pernah mendengar tentang penelitian tindakan sekolah dan 80% mengatakan tidak pernah mendengar ttg PTS, 100% mengatakan belum pernah melakukan PTS.
Dari permasalahan tersebut selanjutnya dilaksanakan Pelatihan Penelitian Tindakan Sekolah dengan menggunakan model Reflective. Reflective model adalah model pelatihan Penelitian Tindakan kelas yang merupakan hasil penelitian Strategis Nasional (Nitiasih, 2009). Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa model ini sangat membantu Guru-Guru dalam menganalisis permasalahan permasalahan pembelajaran yang dapat diangkat sebagai masalah dalam PTK serta meningkatkan kemampuan Guru-Guru dalam membuat proposal
24
penelitian dan melaksanakan PTK dalam pembelajaran. Mengingat permasalahan utama dari Pengawas dan Kepala Sekolah adalah rendahnya kemampuan mereka dalam menemukan masalah yang dapat dipergunakan sebagai topik penelitian terutama Penelitian Tindakan Sekolah, perlu dilakukan Pelatihan Penelitian Tindakan Sekolah yang mengimplementasikan „Model Reflective‟ yang sudah terbukti mampu meningkatkan kemampuan Guru dalam PTK.
Dalam pelaksanaan pelatihan dilaksanakan observasi yang menunjukkan bahwa ketekunan mendengarkan ceramah dari peserta atas materi yang disampaikan ada pada kategori 5 (sangat serius), Dalam melaksanakan kegiatan dilakukan pula beberapa teknik pelatihan yaitu jig saw. Keseriusan dalam melakukan jig saw yang diminta dilakukan oleh peserta juga menunjukkan angka 5 yaitu sangat serius. Keseriusan dalam melakukan refleksi terhadap permasalahan yang dialami di sekolah menunjukkan angka 4 (serius). Hal ini ditunjukkan dgn banyaknya jumlah permasalahan yang dapat diidentifikasi dalam diskusi yang dilakukan. Selanjutnya kejujuran dalam mengemukakan permasalahan yang dialami di sekolah masing-masing ada dalam kategori 3 yaitu cukup serius. Hal ini ditunjukkan berdasarkan permasalahan yang dibuat yang lebih banyak menunjukan permasalahan yang disebabkan oleh guru dan bukan permasalahan peserta sebagai pengawas dan kepala sekolah. Kegiatan memilih masalah yang urgen untuk dilaksanakan menunjukkan angka 4 yaitu ada pada kategori serius. Dalam hal ini peserta sudah mampu mengidentifikasi mana masalah yang urgen dan bisa dipergunakan sebagai penelitian tindakan sekolah dan mana yang tidak bisa dipergunakan untuk PTS. Tanggung jawab dalam melakukan diskusi untuk memilih metode yang sesuai untuk memecahkan masalah yang dialami oleh kepala sekolah dan pengawas menunjukan angka 5 yang ada pada kategori sangat serius. Hasil observasi dalam tahapan ini dilihat dari keseriusan peserta dalam mencari cara pemecahan masalah terhadap
25
masalah yang diidentifikasi. Tanggungjawab untuk menyelesaikan proposal penelitian menunjukan angka 4 (serius) dan keseriusan dalam menulis proposal penelitian ada pada kategori sangat serius. Hasil diatas disebabkan karena para guru merasa sangat perlu dengan pengetahuan tentang PTS. Mereka diberikan pengertian bahwa tujuan utama Penelitian Tindakan Sekolah adalah untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di dalam sekolah-sekolah yang berada dalam binaan pengawas sekolah. Kegiatan penelitian ini tidak saja bertujuan untuk memecahkan masalah, tetapi sekaligus mencari jawaban ilmiah mengapa hal tersebut dapat dipecahkan dengan tindakan yang dilakukan.
Secara lebih rinci, tujuan Penelitian Tindakan Sekolah antara lain : (1) meningkatkan mutu isi, masukan, proses, dan hasil pendidikan, manajemen dan
pembelajaran, termasuk mutu guru, kepala sekolah, khususnya yang berkaitan dengan
tugas profesional kepengawasan, di sekolah-sekolah yang menjadi binaannya; (2) meningkatkan kemampuan dan sikap profesional sebagai pengawas sekolah; (3) menumbuhkembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah sehingga tercipta
sikap proaktif di dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan.
Keseriusan tersebut juga disebabkan oleh pengertian yang diperoleh bahwa Penelitian Tindakan Sekolah memerlukan adanya tindakan (action) yang nyata. Tindakan itu dilakukan pada situasi alami (pada keadaan yang sebenarnya) dan ditujukan untuk memecahkan permasalahan-permasalahan praktis dalam peningkatan mutu proses dan hasil kepengawasan.
Hasil dari kesriusan mereka dapat dilihat dari penilaian atas produk pelatihan berupa proposal Penelitian Tindakan Sekolah sebagai berikut : 1) dalam mengidentifikasi kemampuan rata rata peserta adalah 87, 2) dalam menentukan masalah penelitian rerata
26
kemampuan peserta adalah 92. Hal ini merupakan kemajuan luar biasa karena peserta mengetahui mana masalah – masalah yang bisa dipergunakan untuk penelitian. Kemampuan yang lebih baik juga ditunjukkan oleh peserta dalam menentukan sumber masalah yang ada, kebanyakan dari mereka lebih banyak menyalahkan guru dibandingkan menilai diri sendiri. Kemampuan yang paling rendah dari peserta adalah dalam menentukan bukti pendukung untuk masalah penelitian. Penentuan cara pemecahan masalah menunjukkan kemampuan yang baik yaitu 80. Karena kurangnya informasi terhadap teori-teori pembelajaran dan management, kemampuan peserta menulis teori-teori yang relevan juga tidak terlalu baik. Namun pembuatan metode peneltian (termasuk penentuan setting penelitian, subyek penelitian, prosedur penelitian) menunjukkan kemampuan yang sangat baik yaitu 90.Kemampuan dalam metodologi ini jelas sangat mendukung pelaksanaan penelitian nantinya.
27
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN
a. SIMPULAN
Berdasarkan hasil kegiatan dapat sisimpulkan bahwa :
1. Pelatihan Penelitian Tindakan Sekolah dengan menggunakan „Reflective Model‟ dapat meningkatkan kemampuan Pengawas dalam menemukan dan menentukan permasalahan- permasalahan sekolah yang dapat dipergunakan sebagai masalah PTS
2. Pelatihan Penelitian Tindakan Sekolah dengan menggunakan „Reflective Model‟ dapat meningkatkan kemampuan Pengawas dalam menemukan cara memperbaiki (treatment) terhadap masalah-masalah yang dihadapi sekolah 3. Pelatihan Penelitian Tindakan Sekolah dengan menggunakan „Reflective
Model‟ dapat meningkatkan kemampuan Pengawas dalam menyusun usulan Penelitian Tindakan Sekolah dan melaksanakannya sebagai kegiatan pengembangan profesinya sebagai pengawas.
4. Pelatihan Penelitian Tindakan Sekolah dengan menggunakan „Reflective Model‟ dapat meningkatkan kemampuan Pengawas dalam melaksanakan dan melaporkan hasil penelitiannya.
5. Pelatihan Penelitian Tindakan Sekolah dengan menggunakan „Reflective Model‟ dapat meningkatkan kemampuan Pengawas dalam memberikan informasi yang benar dan memotivasi guru untuk mampu melaksanakan Penelitian Tindakan Sekolah sebagai kegiatan pengembangan profesi guru.
28
b. SARAN
Dari pelaksanaan pelatihan ada beberapa saran yang diusulkan dalam P2M selanjutnya yaitu:
1. Kelemahan peserta pada saat pelatihan adalah mencari teori-teori yang relevan dan menentukan bukti pendukung terhadap permasalahan. Untuk dapat meningkatkan kemampuan ini pelaksanaan P2M selanjutnya perlu menyiapkan buku buku yang relevan yang dapat dipergunakan sebagai sumber atas teori teori yang dipergunakan dalam penelitian.
2. Manfaat pengabdian ini sangat dirasakan oleh pengawas, namun belum semua pengawas memperoleh kesempatan. Untuk itu perlu diberikan pelatihan untuk pengawas yang lain di kecamatan lainnya oleh LPM Undiksha
29
5. Daftar Pustaka
Killen, Roy. 1998. Effective Teaching Strategies. Katoomba NSW: Social Science Press Nitiasih, Putu Kerti, 2010. Model Pelatihan Penelitian Tindakan Kelas Reflektif Berbasis Kompetensi (PTK-RBK) Untuk Meningkatkan Profesionalisme Guru di Provinsi Bali. Hasil Penelitian yang tidak dipublikasikan.
Padmadewi, Ni Nyoman; Artini, Luh Putu; Heri santosa, Made.2008. Studi Penelusuran Alumni tentang Relevansi Kurikulum dengan Kebutuhan Pekerjaan Guru di Sekolah. Hasil penelitian yang tidak dipublikasikan.
Rindjin, Sarna, Padmadewi. 2006. Diagnosis Masalah Pembelajaran (Makalah
disampaikan dalam Focused Group Discussion antar Guru-Guru SD, SMP se Kabupaten Buleleng tanggal 21 Oktober 2006.
Rinjin, Nitiasih, Permasalahan-permasalahan dalam pembelajaran (Makalah
disampaikan dalam Focused Group Discussion antar Guru-Guru SD, SMP se-Kabupaten Buleleng tahun 2006.
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung, Alfabetha Bandung
Tantra, Dewa Komang. 2005. Penelitian Tindakan Kelas (Makalah disampaikan dalam Workshop Menumbuhkan Komitmen Guru dan Pegawai SMA Negeri 4 Denpasar tanggal 3 Januari 2005).
Tantra, D.K. 2005. Peningkatan Profesionalisme Guru dengan Paradigma Baru ( makalah disampaikan dalam workshop menumbuhkan komitmen guru dan pegawai SMA Negeri 3 Denpasar, pada tanggal 3 Januari 2005).
33
34
35
36
4.1 Riwayat hidup tim peneliti Biodata Ketua Pelaksana
IDENTITAS DIRI
1.1. Nama Lengkap ( dengan gelar) Prof. Dr. Putu Kerti Nitiasih, M.A 1.2. Jabatan Fungsional Dosen
1.3. NIP/NIK/NIM 196206261986032002 1.4. Tempat dan Tanggal Lahir Singaraja, 26 juni 1962 1.5. Alamat Rumah Jalan Jalak No 4. Singaraja 1.6. Nomor Telepon/Fax 0362-21677/0362-27315
1.7. Nomor HP 081338644393
1.8. Alamat Kantor Jln. Ahmad Yani No.67 Singaraja Bali 1.9. Nomor Telepon/Fax 0362-21541/0362-23575
1.10. Alamat e-mail [email protected]
II. RIWAYAT PENDIDIKAN
2.1. Program: S1 S2 S3
2.2. Nama PT Univ. Udayana Sydney University Univ. Udayana 2.3. Bidang Ilmu Pen. Bhs. Inggris Applied Linguistics Linguistics
2.4. Tahun Masuk 1980 1992 2001 2.5. Tahun Lulus 1984 1994 2006 2.6. Judul Skripsi/ Tesis/Disertasi Teacher‟s verbal Interruption During Oral Reading Activity
By course work Bahasa dan
Kekuasaan : Analisis Wacana Tuan Guru Hamzanwadi sebagai penguasa di Lombok Timur 2.7. Nama Pembim- bing/Promotor Prof. Dr. I Ketut Seken, MA Prof. Dr. Abdul Wahab
37
III. PENGALAMAN PENELITIAN ( bukan skripsi, tesis, maupun disertasi)
No. Tahun Judul Penelitian
Pendanaan
Sumber Jml (Juta Rp) 1 2004 Meningkatkan Kemampuan Berbicara
Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris Melalui Self Directed Learning.
Proyek DUE-like
Rp. 30
2 2005/2006 Studi Pengembangan Model Kaji Tindak Kelas Terintegrasi Berbasis Komptensi untuk Guru SD/MI dan SMP/MTs
Puslikjaknov Balitbang Jakarta
Rp 75
3 2006 Pengembangan Model Pendidikan Lintas Kultur untuk Pendidikan Dasar (sebagai anggota peneliti)
Puslikjaknov Balitbang Jakarta
Rp 900
4 2007 Peran Disdik Kota/Kabupaten dalam Peningkatan Mutu Pendidikan dalam Konteks Decentralisasi Pendidikan (sebagai anggota peneliti)
Puslikjaknov Balitbang Jakarta
Rp.600
5 2008 Pengembangan Materi Pembelajaran Mandiri Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Mahasiswa Jurusan Bahasa Inggris FPBS
UNDIKSHA.
Proyek IMHERE
Rp 30
6 2008 Persepsi Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris terhadap
Pembelajaran dengan TIK
DIPA Rp 5.
7 2009 Pengembangan Model Pelatihan Penelitian Tindakan Kelas Reflektif Berbasis Kompetensi Untuk
Meningkatkan Profesionalisme Guru di Provinsi Bali
Stranas Rp 100
IV. PENGALAMAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (bukan skripsi, tesis, maupun disertasi)
No. Tahun Judul Pengabdian Kepada Masyarakat
Pendanaan
38 1. 2004 Pelatihan tentang Test of English for
International Communication dan strategi untuk menyiapkan siswa menghadapi TOEIC test
DIPA Rp 3
2. 2006 Peningkatan kemampuan merancang pembelajaran inovatif bagi guru SD
DIPA Rp.3
3. 2007 Pelatihan Bahasa Inggris Kehumasan bagi staf humas Pemkab Banjar
DIPA Rp.5
4. 2007 Meningkatkan Kemampuan berpikir kritis siswa SD melalui Membaca
DIPA Rp 5
5. 2007 Meningkatkan Kualitas Pembelajaran di Sekolah Dasar Kecamatan Banjar Melalui Pelatihan Strategi Pembelajaran dan Penelitian Tindakan Kelas
DIPA Rp5
6. 2009 Pelatihan Pembuatan Media Pembelajaran Bahasa Inggris Guru-Guru Sekolah dasar di Kecamatan Banjar
DIPA Rp5
7 2010 Pelatihan Guide Spiritual Mahasiswa Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan “Agama Hindu” Singaraja
DIPA Rp5
V. PENGALAMAN PENULISAN ARTIKEL ILMIAH DALAM JURNAL
No. Tahun Judul Artikel Ilmiah
Volume/ Nomor
Nama Jurnal
1 2004 Direktif Dalam Dakwah: Representasi Kekuasaan Dalam Wacana TGK. HAMZANWADI Vol 14 No.17 ISSN 0854-9163 Linguistika. Wahana Pengembang Cakrawala Linguistik 2 2008 Makna Warna Dalam Dewata Nawa Sanga Vol 13. N 5.
Januari 2008
Widya Sastra
3 2008 Referensi Sebagai Representasi Kekuasaan Pada Wacana Dakwah
Vol 4 No 6. Juli 2008
Widya Sastra
4 2008 Penggunaan Model Pembelajaran Self Directed Learning Dalam Program Intensive Course Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Verbal Mahasiswa Jurusan
Vol.41. No.3 Juli 2008
Jurnal Pendidikan Dan Pengajar
39
Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja
VI. PENGALAMAN PENULISAN BUKU
No. Tahun Judul Buku
Jumlah Halaman
Nama Jurnal 1 2003 Penelitian Tindakan Kelas (buku ditulis
bersama Tim Ditjen Dikti)
70 halaman
2 2004 Teaching English as A Foreign Language (modul untuk perkuliahan)
100 halaman 3 2004 Penelitian Untuk Peningkatan Kualitas
Pembelajaran (buku ditulis bersama Tim Ditjen Dikti).
120 halaman
4 2006 Classroom Management (modul untuk materi perkuliahan)
100 halaman 5 2007 Penelitian Tindakan Kelas untuk Jaringan
Kerjasama Penelitian Kebijakan dan Pengembangan Pendidikan Pusat Penelitian Kebijakan dan Inovasi Pendidikan Badan Penelitian dan Pengembangan (booklet)
20 halaman
6 2008 Penelitian Pengembangan untuk Jaringan Kerjasama Penelitian Kebijakan dan Pengembangan Pendidikan Pusat Penelitian Kebijakan dan Inovasi Pendidikan Badan Penelitian dan Pengembangan (booklet)
20 halaman
7 2009 Pedoman Penulisan Buku Ajar 57 halaman 8 2010 Pedoman Pelatihan Tindakan Kelas
„Reflektif‟ (booklet)
28 halaman
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggung jawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima resikonya.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi persyaratan dalam pengajuan proposal pengabdian pada masyarakat 2013.
40
Bersama ini pula saya menyatakan kesiapan untuk mengerjakan pengabdian pada masyarakat ini hingga selesai, apabila usulan ini layak untuk dibiayai.
Singaraja, 4 September 2013 Ketua
Prof. Dr. Putu Kerti Nitiasih, M.A. NIP 196206261986032002
41
Biodata Anggota Pelaksana 2 1. Identitas diri
1 Nama lengkap (dengan gelar) Putu Eka Dambayana Suputra, S.Pd, M.Pd
2 Jenis kelamin Laki-laki
3 Jabatan fungsional Asisten Ahli
4 NIP 197811142008121002
5 Tempat dan tanggal lahir Banjar, 14 Nopember 1978
6 Alamat rumah Mess SD No.5 Kampung Baru,
Singaraja
7 Nomor telepon/fax -
8 Nomor Hp 081338621484
9 Alamat kantor Kampus bawah Undiksha, FBS,
Pendidikan Bahasa Inggris Jl. A. Yani No 67 Singaraja, Bali
10 Nomor telepon 0362-21541
11 Alamat email [email protected]
2. Riwayat Pendidikan
Program S1 S2 S3
Nama PT IKIP Negeri Singaraja (sekarang dikenal sebagai Undiksha)
Undiksha
Bidang ilmu Pendidikan Bahasa Inggris
Pendidikan Bahasa
Tahun masuk 1998 2008
Tahun lulus 2002 2010
Judul skripsi/ tesis/ disertasi
A Study about Problems in Writing a Unified and Coherent Paragraph Encountered by the Fourth Semester Students of the English Department of IKIP Negeri Singaraja in the Academic Year 2001/2002.
Developing English Writing Materials for the Seventh Year Students of SMP Negeri 2 Singaraja, Bali in the Academic Year 2009/2010: A Descriptive Qualitative Research and Development. Nama pembimbing/ promoter Prof. Drs. I Wayan Suarnajaya, M.A., Ph.D. Dr. Ni Made Ratminingsih, M.A.
Prof. Dr. Putu Kerti Nitiasih, M.A. Prof. Dr. Ni Nyoman Padmadewi, M.A.
42
3. Pengalaman penelitian
No Tahun Judul Penelitian Pendanaan
Sumber Jumlah 1 2010 Penggunaan Strategi
Komunikasi Mahasiswa Semester II Jurusan Bahasa Inggris DIII Dalam Mata Kuliah Speaking II
DIPA Rp. 6.000.000
b. Pengalaman penulisan artikel ilmiah dalam jurnal/seminar
No Tahun Judul Volume/No Nama
Jurnal/Seminar
- - - - -
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima resikonya.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi persyaratan dalam pengajuan proposal pengabdian pada masyarakat 2013.
Singaraja, 4 September 2013 Anggota 2,
Putu Eka Dambayana S, S.Pd, M.Pd NIP. 197811142008121002
43
Peta lokasi daerah sasaran
44