1 Oryza Jurnal Pendidikan Biologi Volume 2 Nomor 1 April 2013
Pengaruh Penggunaan Nematisida Untuk Membasmi Parasit Nematoda Pada Tanaman
Kacang Tanah (Arachis hypogae L) di Desa Kalodu Kecamatan
Langgudu Kabupaten Bima Bakhtiar
Abstrak; Nematisida atau pembasmi hama adalah bahan yang digunakan untuk mengendalikan, menolak, memikat, atau membasmi organisme pengganggu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Penggunaan Nematisida untuk Membasmi Parasit Nematoda pada Tanaman Kacang tanah (Arachis hypogae L) di Desa Kalodu Kecamatan Langgudu. Sampel dalam penelitian adalah tanaman kacang tanah (Arachis hypogae L) varietas Kacang Brul berumur pendek yaitu sekitar 3-4 bulan sebanyak 100 biji yang terdiri dari 4 bedengan pada tanah sawah di Desa Kalodu Kecamatan Langgudu. Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini yaitu observasi. Hasil analisis data diperoleh lebih besar dari Ftabel = 1,56 pada taraf signifikansi 5 %, dengan demikian ditolak dan diterima. Ini
berarti ada pengaruh yang signifikan penggunaan nematisida dalam membasmi parasit nematoda pada tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogae L) di Desa Kalodu Kecamatan Langgudu.
Kata Kunci: Nematisida,Nematoda, Kacang tanah (Arachis hypogae L)
Kacang tanah merupakan jenis tanaman tropika. Ia tumbuh secara perdu setinggi 30 hingga 50 cm (1 hingga 1 kaki)
dan mengeluarkan daun-daun kecil (Scribd. 2008. Kacang Tanah). Tanaman ini berasal dari Amerika Selatan tepatnya adalah Brazillia, namun saat ini telah menyebar ke seluruh dunia yang beriklim tropis atau subtropics. Masuknya kacang tanah ke Indonesia pada abad ke-17 diperkirakan karena dibawa oleh pedagang-pedagang Spanyol, Cina,atau Portugis sewaktu melakukan pelayarannya dari Meksiko ke Maluku setelah tahun 1597 Pada tahun 1863 Holle memasukkan Kacang Tanah dari Inggris dan pada tahun 1864 Scheffer
memasukkan pula Kacang Tanah dari Mesir Republik Rakyat Cina dan India kini merupakan penghasil kacang tanah terbesar dunia. Kacang tanah bermula terpusat di India, China, Nigeria, Amerika Serikat dan Gombai, kemudian meluas ke negara lain. Kacang tanah terpusat di Pulau Jawa, Sumatera Utara, Sulawesi dan kini telah ditanam di seluruh Indonesia (Warintek. 2010).
Kini tanaman kacang tanah telah banyak ditanami di daerah Bima Propinsi Nusa Tenggara Barat, termasuk pula di daerah di Desa Kalodu Kecamatan Langgudu Kabupaten Bima. Lahan-lahan pegunungan di Desa Kalodu Kecamatan Langgudu Kabupaten Bima pasca musim
2 Oryza Jurnal Pendidikan Biologi Volume 2 Nomor 1 April 2013 tanam padi biasanya ditanami dengan
tanaman kacang tanah.
Mengingat kebutuhan akan kacang tanah sangat tinggi, petani di Desa Kalodu Kecamatan Langgudu Kabupaten Bima di tahun 2013 ini termotivasi untuk menanam tanaman ini. Namun ada satu kendala yang biasa dihadapi oleh petani, mereka merasa kesulitan untuk menanggulangi hama parasit yang kerap mengganggu stabilitas dan mengurangi produktivitas hasil kacang tanah milik mereka (Dropkin, V. H. 1992).
Beberapa dari keseluruhan petani kacang tanah di Desa Kalodu Kecamatan Langgudu Kabupaten Bima telah banyak yang mengenal nematisida sebagai sarana pemberantas hama parasit pada tanaman kacang tanah. Nematisida atau pembasmi hama adalah bahan yang digunakan untuk mengendalikan, menolak, memikat, atau membasmi organisme pengganggu. Nama ini berasal dari pest (hama) yang diberi akhiran -cide (pembasmi). Sasarannya bermacam-macam, seperti serangga, tikus, gulma, burung, mamalia, ikan, atau mikrobia yang dianggap mengganggu. Nematisida biasanya, tapi tak selalu, beracun. dalam bahasa sehari-hari, nematisida seringkali disebut sebagai racun. Sedangkan menurut The United States Federal Environmental Pesticide Control Act, nematisida adalah
semua zat atau campuran zat yang khusus untuk memberantas atau Membasmi gangguan serangga, binatang pengerat, nematoda, cendawan, gulma, virus, bakteri, jasad renik yang dianggap hama kecuali virus, bakteria atau jasad renik yang terdapat pada manusia dan binatang lainnya. Atau semua zat atau campuran zat yang digunakan sebagai pengatur pertumbuhan tanaman atau pengering tanaman. Nematisida tidak hanya berperan dalam mengendalikan jasad-jasad pengganggu dalam bidang pertanian saja, namun juga diperlukan dalam bidang kehutanan terutama untuk pengawetan kayu dan hasil hutan yang lainnya, dalam bidang kesehatan dan rumah tangga untuk mengendalikan vektor (penular) penyakit manusia dan binatang pengganggu kenyamanan lingkungan, dalam bidang perumahan terutama untuk pengendalian rayap atau gangguan serangga yang lain (Evans K, Trudgill DL, Webster JM. 1993).
Pada umumnya nematisida yang digunakan untuk pengendalian jasad pengganggu tersebut adalah racun yang berbahaya, tentu saja dapat mengancam kesehatan manusia. Untuk itu penggunaan nematisida yang tidak bijaksana jelas akan menimbulkan efek samping bagi kesehatan manusia, sumber daya hayati dan lingkungan
3 Oryza Jurnal Pendidikan Biologi Volume 2 Nomor 1 April 2013 pada umumnya. Dalam bidang pertanian
nematisida merupakan sarana untuk membunuh hama-hama tanaman. Dalam konsep Pengendalian Terpadu Hama, nematisida berperan sebagai salah satu komponen pengendalian.
Meski nematisida ini sangat berguna bagi penanggulangan hama penyakit pada tumbuhan khususnya dalam penelitian ini tanaman kacang tanah, jika penggunaannya tidak dilakukan berdasarkan prosedur pemakaian seringkali kenyataan yang tejadi di lapangan bahwa penggunaan nematisida ternyata tidak memberikan dampak apa-apa pada hama tanaman. Hal ini bias terjadi karena cara pengaplikasian dari petani yang tidak benar.
KAJIAN PUSTAKA Kacang Tanah
Kacang tanah, kacang una, suuk, kacang jebrol, kacang bandung, kacang tuban, kacang kole, kacang banggala (bahasa Yunani: Arachis hypogaea L., bahasa Inggris: peanut, groundnut) merupakan tanaman polong-polongan atau legum dari famili Fabaceae, kedua terpenting setelah kedelai di Indonesia (Scribd. 2008). Kacang tanah merupakan sejenis tanaman tropika. Ia tumbuh secara perdu setinggi 30 hingga 50 cm (1 hingga 1½ kaki) dan mengeluarkan
daun-daun
kecilhttp://id.wikipedia.org/wiki/Kacang_tan ah - cite_note-d-1 (Scribd. 2008)
Tanaman ini berasal dari Amerika Selatan tepatnya adalah Brazillia, namun saat ini telah menyebar ke seluruh dunia yang beriklim tropis atau subtropis Masuknya kacang tanah ke Indonesia pada abad ke-17 diperkirakan karena dibawa oleh pedagang-pedagang Spanyol, Cina, atau Portugis sewaktu melakukan pelayarannya dari Meksiko ke Maluku setelah tahun 1597 Pada tahun 1863 Holle memasukkan Kacang Tanah dari Inggris dan pada tahun 1864 Scheffer memasukkan pula Kacang Tanah dari Mesir Republik Rakyat Cina dan India kini merupakan penghasil kacang tanah terbesar dunia. Kacang tanah bermula terpusat di India, China, Nigeria, Amerika Serikat dan Gombai, kemudian meluas ke negara lain. Kacang tanah terpusat di Pulau Jawa, Sumatera Utara, Sulawesi dan kini telah ditanam di seluruh Indonesia
Tanaman Kacang tanah bisa dimanfaatkan untuk makanan ternak, sedang bijinya dimanfaatkan sebagai sumber protein
nabati, minyak dan
lain-lainhttp://id.wikipedia.org/wiki/Kacang_tana h - cite_note-a-2 (Warintek. 2010). Sebagai tanaman budidaya, kacang tanah terutama dipanen bijinya yang kaya protein dan lemak
4 Oryza Jurnal Pendidikan Biologi Volume 2 Nomor 1 April 2013 (Vyan RH. 2009). Biji ini dapat dimakan
mentah, direbus (di dalam polongnya), digoreng, atau disangrai (Vyan RH. 2009). Di Amerika Serikat, biji kacang tanah diproses menjadi semacam selai dan merupakan industri pangan yang menguntungkan (Vyan RH. 2009). Produksi minyak kacang tanah mencapai sekitar 10% pasaran minyak masak dunia pada tahun 2003 menurut FAO (Scribd. 2008). Selain dipanen biji atau polongnya, kacang tanah juga dipanen hijauannya (daun dan batang) untuk makanan ternak atau merupakan pupuk hijau (Vyan RH. 2009).
Varietas unggul kacang tanah (Warintek. 2010) ditandai dengan karakteristik sebagai berikut :
a. Daya hasil tinggi.
b. Umur pendek (genjah) antara 85-90 hari. c. Hasilnya stabil.
d. Tahan terhadap penyakit utama (karat dan bercak daun).
e. Toleran terhadap kekeringan atau tanah becek.
Varietas kacang tanah di Indonesia yang terkenal, yaitu :
a. Kacang Brul, berumur pendek (3-4 bulan).
b. Kacang Cina, berumur panjang (6-8 bulan).
c. Kacang Holle, merupakan tipe campuran hasil persilangan antara varietas-varietas yang ada. Kacang Holle tidak bisa disamakan dengan kacang lain karena memang berbeda varietas.
Nematoda
Nematoda merupakan salah satu jenis organisme pengganggu tumbuhan (OPT) penting yang menyerang berbagai jenis tanaman utama di Indonesia dan negara-negara tropis lainnya. Menurut Dropkin (1991) nematoda (nama tersebut berasal dari kata Yunani, yang artinya benang) berbentuk memanjang, seperti tabung, kadang- kadang seperti kumparan, yang dapat bergerak seperti ular. Mereka hidup di dalam air, baik air laut maupun air tawar, di dalam film air, di dalam tanah, di dalam jaringan jasad hidup berair. Filum nematoda merupakan kelompok besar kedua setelah serangga apabila didasarkan atas keaneka-ragaman jenisnya.
Pracaya (2008) nematoda berbentuk seperti cacing kecil. Panjangnya sekitar 200-1.000 mikron ( 200-1.000 mikron = 1 mm). Namun, ada beberapa yang panjangnya sekitar 1 cm. nematoda biasa hidup di dalam atau di atas tanah. Umumnya nematoda yang hidup di atas tanah sering terdapat di dalam tanah terdapat di dalam jaringan tanaman
5 Oryza Jurnal Pendidikan Biologi Volume 2 Nomor 1 April 2013 atau di antara daun-daun yang melipat, di
tunas daun, di dalam buah, di batang, atau di bagian tanaman lainnya. Nematoda juga ada yang hidup di dalam tanaman (endoparasit) dan ada juga yang di luar tanaman (ektoparasit).
Jenis nematoda yang saprofit sangat menguntungkan Karena mempercepat proses tanaman yang telah mati menjadi tanah. Ada juga nematoda yang menjadi parasit, khususnya parasit pada tanaman (Bridge et al.,1995). Nematoda parasit tanaman dapat menyebabkan kerusakan tanaman, sehingga mengakibatkan penurunan produksi, yang akhirnya merugikan petani.
Nematisida
Nematisida adalah substansi kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang digunakan untuk mengendalikan berbagai hama. Yang dimaksud hama di sini adalah sangat luas, yaitu serangga, tungau, tumbuhan pengganggu, penyakit tanaman yang disebabkan oleh fungi (jamur), bakteria dan virus, kemudian nematoda (bentuknya seperti cacing dengan ukuran mikroskopis), siput, tikus, burung dan hewan lain yang dianggap merugikan.
Nematisida juga diartikan sebagai substansi kimia dan bahan lain yang mengatur dan atau menstimulir pertumbuhan
tanaman atau bagian-bagian tanaman. Sesuai konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT), penggunaan nematisida ditujukan bukan untuk memberantas atau membunuh hama, namun lebih dititiberatkan untuk mengendalikan hama sedemikian rupa hingga berada dibawah batas ambang ekonomi atau ambang kendali.
Pada umumnya nematisida yang digunakan untuk pengendalian jasad pengganggu tersebut adalah racun yang berbahaya, tentu saja dapat mengancam kesehatan manusia. Untuk itu penggunaan pestisida yang tidak bijaksana jelas akan menimbulkan efek samping bagi kesehatan manusia, sumber daya hayati dan lingkungan pada umumnya. Dalam bidang pertanian nematisida merupakan sarana untuk membunuh/membasmi hama-hama tanaman. Dalam konsep Pengendalian Terpadu Hama, pestisida berperan sebagai salah satu komponen pengendalian.
Idealnya teknologi pertanian maju tidak memakai pestisida. Tetapi sampai saat ini belum ada teknologi yang demikian. nematisida masih diperlukan, bahkan penggunaannya semakin meningkat. Pengalaman di Indonesia dalam menggunakan pestisida untuk program intensifikasi, ternyata pestisida dapat membantu mengatasi masalah hama padi.
6 Oryza Jurnal Pendidikan Biologi Volume 2 Nomor 1 April 2013 Nematisida dengan cepat menurunkan
populasi hama, hingga meluasnya serangan dapat dicegah, dan kehilangan hasil karena hama dapat ditekan.
Pengalaman di Amerika Latin menunjukkan bahwa dengan menggunakan pestisida dapat meningkatkan hasil 40 persen pada tanaman coklat. Di Pakistan dengan menggunakan pestisida dapat menaikkan hasil 33 persen pada tanaman tebu, dan berdasarkan catatan dari FAO penggunaan nematisida dapat menyelamatkan hasil 50 persen pada tanaman kapas.
Dengan melihat besarnya kehilangan hasil yang dapat diselamatkan berkat penggunaan nematisida, maka dapat dikatakan bahwa peranan nematisida sangat besar dan merupakan sarana penting yang sangat diperlukan dalam bidang pertanian. Usaha intensifikasi pertanian yang dilakukan dengan menerapkan berbagai teknologi maju seperti penggunaan pupuk, varietas unggul, perbaikan pengairan dan pola tanam akan menyebabkan perubahan ekosistem yang sering diikuti oleh meningkatnya problema serangan jasad pengganggu.
Nematisida dapat digolongkan menjadi bermacam-macam dengan berdasarkan fungsi dan asal katanya. Penggolongan tersebut disajikan sebagai berikut.:
a. Akarisida, berasal dari kata akari yang dalam bahasa Yunani berarti tungau atau kutu. Akarisida sering juga disebut sebagai mitesida. Fungsinya untuk membunuh tungau atau kutu.
b. Algisida, berasal dari kata alga yang dalam bahasa latinnya berarti ganggang laut. Berfungsi untuk melawan alge. c. Avisida, berasal dari kata avis yang
dalam bahasa latinnya berarti burung. Berfungsi sebagai pembunuh atau zat penolak burung serta pengontrol populasi burung.
d. Bakterisida, berasal dari kata latin bacterium atau kata Yunani bacron. Berfungsi untuk melawan bakteri.
e. Fungisida, berasal dari kata latin fungus atau kata Yunani spongos yang berarti jamur. Berfungsi untuk membunuh jamur atau cendawan.
f. Herbisida, berasal dari kata latin herba yang berarti tanaman setahun. Berfungsi membunuh gulma (tumbuhan pengganggu).
g. Insektisida, berasal dari kata latin insectum yang berarti potongan, keratan atau segmen tubuh. Berfungsi untuk membunuh serangga.
h. Larvisida, berasal dari kata Yunani lar. Berfungsi untuk membunuh ulat atau larva.
7 Oryza Jurnal Pendidikan Biologi Volume 2 Nomor 1 April 2013 i. Molluksisida, berasal dari kata Yunani
molluscus yang berarti berselubung tipis lembek. Berfungsi untuk membunuh siput.
j. Nematisida, berasal dari kata latin nematoda atau bahasa Yunani nema yang berarti benang. Berfungsi untuk membunuh nematoda (semacam cacing yang hidup di akar).
k. Ovisida, berasal dari kata latin ovum yang berarti telur. Berfungsi untuk membunuh telur.
l. Pedukulisida, berasal dari kata latin pedis berarti kutu, tuma. Berfungsi untuk membunuh kutu atau tuma.
m. Piscisida, berasal dari kata Yunani piscis yang berarti ikan. Berfungsi untuk membunuh ikan.
n. Rodentisida, berasal dari kata Yunani rodera yang berarti pengerat. Berfungsi untuk membunuh binatang pengerat, seperti tikus.
o. Predisida, berasal dari kata Yunani praeda yang berarti pemangsa. Berfungsi untuk membunuh pemangsa (predator). p. Silvisida, berasal dari kata latin silva
yang berarti hutan. Berfungsi untuk membunuh pohon.
q. Termisida, berasal dari kata Yunani termes yang berarti serangga pelubang daun. Berfungsi untuk membunuh rayap.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini bersifat eksperimen. Rancangan penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 4 (empat) kali perlakuan dan 4 kali pengulangan sehingga diperoleh percobaaan 16 (enam belas) kali. Keempat perlakuan tersebut terdiri dari :
Tabel 1. Tata Letak Media Penelitian P1 5 P3 5 P2 5 P4 5 P2 5 P2 5 P1 5 P3 5 P3 5 P1 5 P4 5 P2 5 P1 5 P3 5 P2 5 P4 5 Keterangan :
: Tanaman Kacang tanah (Arachis hypogae L) yang diberikan dosis nematisida sidamethrin 0 ml/liter air : Tanaman Kacang tanah (Arachis
hypogae L) yang diberikan dosis nematisida sidamethrin 10 ml/liter air : Tanaman Kacang tanah (Arachis hypogae L) yang diberikan dosis nematisida sidamethrin 20 ml /liter air
: Tanaman Kacang tanah (Arachis hypogae L) yang diberikan dosis nematisida sidamethrin 30 ml /liter air.
8 Oryza Jurnal Pendidikan Biologi Volume 2 Nomor 1 April 2013 Penelitian ini dilaksanakan pada
bulan Juni sampai Agustus 2013di Desa Kalodu Kecamatan Langgudu. Sampel dalam penelitian ini yaitu tanaman kacang tanah (Arachis hypogae L) varietas Kacang
Brul berumur pendek yaitu sekitar 3-4 bulan yang berjumlah 80 pohon. Pengumpulan data dengan Observasi. Analisis data menggunakan Uji Anova satu jalur.
Tabel 1. Tabulasi Hasil Pengambilan Perlakuan Penggunaan Nematisida pada Tanaman Kacang tanah (Arachis hypogae L) di Desa Kalodu Kecamatan Langgudu
Kelompok Pengulangan Perlakuan TOTAL P1 P12 P2 P22 P3 P32 P4 P42 1 0 0 2 4 3 9 5 25 10 2 1 1 4 16 6 36 8 64 19 3 1 1 4 16 5 25 7 49 17 4 0 0 5 25 7 49 9 81 21 STATISTIK TOTAL N 4 4 4 4 16 ΣX1-6 2 15 21 29 67 ΣX2 1-4 2 61 119 219 401 Rata-rata 0.5 3.8 5.3 7.3 2.79
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Berdasarkan data hasil penelitian di atas, maka didapat nilai Fhitung = 48,94 dan nilai Ftabel =
1,56. Hal ini berarti bahwa Ada pengaruh yang
signifikan penggunaan nematisida dalam
membasmi parasit nematoda pada tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogae L) di Desa Kalodu Kecamatan Langgudu.
Tabel 2. Hasil Perhitungan Analisis Varian Sumber Varians (SV) JK db KR Fhit Ftab Antar Group (A) 3 Dalam Group (D) 12 - - Total 16 - - - Pembahasan
Nematisida masih diperlukan, bahkan penggunaannya semakin meningkat umumnya dalam bidang pertanian, karena nematisida merupakan sarana untuk membunuh/membasmi hama-hama tanaman. Dalam konsep Pengendalian Terpadu Hama, pestisida berperan sebagai salah satu komponen pengendalian. Pengalaman di Indonesia dalam menggunakan pestisida untuk program intensifikasi, ternyata pestisida dapat membantu mengatasi masalah hama padi. Pestisida dengan cepat menurunkan populasi hama, hingga meluasnya serangan dapat dicegah, dan kehilangan hasil karena hama dapat ditekan.
2 Oryza Jurnal Pendidikan Biologi Volume 2 Nomor 1 April 2013 Dari hasil analisis data diperoleh
maka untuk taraf signifikansi 5 %, dengan demikian ditolak dan diterima. Ini berarti ada pengaruh yang signifikan penggunaan nematisida dalam membasmi parasit nematoda pada tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogae L).
KESIMPULAN
Dari serangkaian uraian analisis data dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini adalah Ada pengaruh yang signifikan penggunaan nematisida dalam membasmi parasit nematoda pada tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogae L) di Desa Kalodu Kecamatan Langgudu.
DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, Suharsimi, 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik . Jakarta : PT. Rineka Cipta
Arikunto, Suharsimi, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
Badan Karantina Pertanian. 2004. Bahan Materi Temu Teknis OPTK. Temu Koordinasi Karantina Tumbuhan. Yogyakarta 7-10 September 2004.
Dropkin, V. H. 1992. Pengantar Nematologi
Tumbuhan. Gadjah Mada
University.Yogyakarta.
Dickson, D.W., Oostendorp and D.J. Mitchel, 1992. Development of Pasteuria penetrans on Meloidogyne arenaria race-I in the field. In : Gommers, F.J. and P.W. Th. Maas (Eds.). Nematology from molecule to ecosystem. European Soc. Of Nematologist. Inc. Invergrowie, Dundee, Scotland. Pp. 213-218.
Dirjen Tanaman Pangan dan Hortikultura, 1996. Kebijaksanaan Pengelolaan Nematoda Pada Tanaman Pangan dan Hortikultura. Makalah pada Seminar Perhimpunan Nematologi Indonesia. Jember, 23 –24 Juli 1996. 12 hlm.
Dropkin, V. H. 1992. Pengantar Nematologi Tumbuhan. Gadjah Mada University.Yogyakarta.
Duryatmo, S. 2003. Di Bawah Lindungan Tomat Liar. Trubus 405 Agustus 2003/XXXIV. Hlm. 68-69.
Evans K, Trudgill DL, Webster JM. 1993. Extraction, Identification, and Control pf Plant Parasitic Nematodes dalam Plant Parasitic Nematodesin Temperate Agriculture. CAB International. Evans, K. 1982. Water Use, Calcium Uptake
And Tolerance Of Cyst Nematode Attack In Potatoes. Potato Research 25 : 71-88.
Grainge, M. and S. Achmed, 1988. Hand book of Plant With Pest Control Properties. John Willey & Sons, N.Y. 470 hlm.
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi MIG Corp. Kacang tanah.
Kasno A, 2004. Pencegahan Infeksi Aspergillus Flavus Dan Kontaminasi
3 Oryza Jurnal Pendidikan Biologi Volume 2 Nomor 1 April 2013 Alfatoksin Pada Kacang tanah. J
Litbang Pertanian 23(3):75
Munif, A. 2003. Prinsip-prinsip Pengelolaa Nematoda Parasit Tumbuhan Di Lapangan. Makalah pada ”Pelatihan Identifikasi dan Pengelolaan Nematoda Parasit Utama Tumbuhan”. Pusat Kajian Pengendalian Hama Terpadu (PKPHT)-HPT, Institut Pertanian Bogor, 26-29 Agustus 2009.10 h. Mustika, I, R.S. Djiwanti, dan R. Harni.
2000. Pengaruh Agensia Hayati, Bahan Organik Dan Nematisida Nabati Terhadap Nematode Tanaman Nilam. Laporan Penyelesaian DIP Bagian Proyek Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Tahun 1999/2000. Hlm 85-92. Oostenbrink, M. 1972. Evaluation and
Integration Of Nematode Control Methods. Dalam: Economic Nematology. p. 497-514. Academic Press. London.
Puskara. 1994. Upaya peningkatan peran serta Karantina Pertanian dalam PJPT-II. Pusat Karantina Pertanian. Departemen Pertanian. Makalah dalam Rapat Teknis Nasional Karantina Pertanian, Jakarta, 17-19 Januari, 1994.
Puskara, 2000. Daftar Organisme Pengganggu Tumbuhan Potensial yang Dilaporkan Telah Terdapat di Dalam Wilayah Republik Indonesia. 328 Hlm.
Rodriguez- Kabana, R. 1992. Cropping Systems For The Management Of Phytonematodes. Nematology From Molecule to Eco-system. In Gommers F.J. and Maas PW Th. (Eds). Proceed. Second International Nematology Congress, 11-17 August 1990, Veldhoven, The Netherlands. p. 219-233.
Sayre, R.M. 1980a. Promising Organism For Biological Control Of Nematodes. Plant Disease 64 : 527-532.
Sayre, R.M. 1980b. Biocontrol : Bacillus Penetrans Related Parasites Of Nematodes. J. Nematol.12:260-270. Sastrahidayat. I.R. 1990. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Usaha Nasional. Surabaya.
Schots, A. 1988. A Serological Approach To The Identification Of Potato Cyst Nematodes. Thesis at Wageningen Agricultural University. The Netherlands. 118 pp.
Schmuterrer, 1995. The Neem Tree Azadirachta indica A. Juss. And Other Meliaceous Plants. VCH Verlagsgesllschaft mbH, D- 69451 Weinheim (Budesrepublik Deutschland). 696 pp.
Sugiyono, 2006. Metode Penelitian Administrasi. ALFABETA, Bandung.
Sugiyono, 2010. Metode penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Penerbit Alfabeta
Vyan RH., 2009. Kacang tanah, Manfaat dan Dampaknya
Wallace, H.R. 1987. Effects Of Nematode Parasites On Photosynthesis. Vistas on Nematology. A commemoration of the Twenty-fifth Anniversary. Soc. of Nematology. P. 253-259. Warintek, 2010. Budidaya Kacang tanah