• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS. lebih digambarkan dengan gerakan serangan dan belaan kaki dan tangan secara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS. lebih digambarkan dengan gerakan serangan dan belaan kaki dan tangan secara"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS 2.1Kajian Teoretis

2.1.1 Karate

Karate merupakan salah satu seni bela diri timur pada umumnya, karate lebih digambarkan dengan gerakan serangan dan belaan kaki dan tangan secara menyeluruh konsep yang diamalkan adalah berdasarkan kepada kepahaman umum adalah serangan-serangan lurus dan mendatar.

Karate adalah berasal dari negara Jepang yaitu di bawa masuk ke Jepang lewat Okinawa dan pertama kali disebut dengan Tote yang berarti seperti Tangan China. Okinawa mengadakan hubungan dagang dengan pulau-pulau tetangga salah satunya yaitu Cina. Okinawa mendapatkan pengaruh yang kuat akan budaya banyak orang-orang Cina dengan latar belakang yang bermacam-macam datang ke Okinawa mengajarkan bela dirinya pada orang-orang setempat. (Feri Kurniawan 2012:162), nasionalisme Jepang pada saat itu sedang tinggi-tingginya, sehingga Sensei Gichin Funakoshi mengubah kanji Okinawa (Tote: Tangan China) dalam kanji Jepang menjadi Karate (Tangan Kosong) agar lebih mudah diterima oleh masyarakat Jepang. Pada tahun 1972, 25 perguruan karate di Indonesia, baik yang berasal dari Jepang maupun yang di Indonesia itu sendiri (independen), setuju untuk bergabung dengan FORKI (Federasi Olahraga Karate-Do Indonesia), yang sekarang menjadi perwakilan WKF (World Karate Federation) untuk Indonesia.

(2)

Menurut Simanjuntak dalam Marsa, (2004:105) Karate adalah seni beladiri yang berasal dari Jepang, seni beladiri ini dibawa masuk ke Jepang melalui Okinawa. Karate pertmna kali disebut "Ibte" yang berarti Tangan China Saat karate masuk ke Jepang, Nasionalisme Jepang sedang tinggi-tingginya sehingga Tixe (fangan China) oleh Sensei Gchin Funakoshi diubah dalam kata Jepang menjadi "Karate" (Tangan Kosong) agar mudah diterima oleh masyarakat Jepang. Karate terdiri dari dua kata yaitu 'Kara" dan 'Te". Kara artinya kosong dan Te artinya tangan, sehingga dapat diartikan tangan Kosong.

Menurut T. Chandra dalam Kamus Bahasa Jepang Indonesia (Emergreen Japanese Course, Jakarta 2003) arti kata Karate-do adalah sebagai berikut : KARA (kosong/hampa/tidak berisi), T (tangan secara utuh/keseluruhan), DO (jala n/jal-ur yang menuju suatu tujuan/pedoman), kemudian diindikasikan sebagai tata tertib dan filosofi dari Karate yang dikorelasikan dengan spiritualitas moral.

Karate meskipun terdiri dari banyak aliran, namun bahasa pengantar dan subtansi pokok yang digunakannya adalah seragam sehingga mempermudah standardisasi pemahamannya dibagian dunia manapun karena dapat dikaji secara ilmiah dari berbagai sudut pandang berbagai cabang ilmu pengetahuan. Lazimnya perkembangan sebuah kemajuan pada masa kini, maka tidaklah mengherankan apabila Eropa dan Amerika sudah lebih dulu mencapainnya dibandingkan kita yang notabene sesama pewaris budaya Timur.

Sebagai salah satu metode untuk menjaga kebugaran dan kesehatan, Karate juga mengembangkan keseimbangan, koordinasi, aerobik, power dan fleksibilitas. Selain itu, karate tidak hanya mengembangkan dalam aspek fisik

(3)

saja, tetapi juga tantangan otak, membutuhkan kestabilan dan kewaspadaan mental, maka harus dibutuhkan kelincahan yang cepat dan terarah.

Teknik karate dibagi menjadi tiga bagian antara lain : Kihon (teknik dasar) Kata (jurus), Komite (pertandingan)

Kihon adalah teknik dasar atau pondasi, di dalam olahraga karate seorang karateka harus mengusai kihon sebelum mempelajari kata dan komite, latihan kihon dimulai dari mempelajari pukulan dan tendangan, dan bantingan.

Kata adalah pola atau teknik, bentuk dan keserasian gerakan-gerakan dasar untuk melatih keserasian kombinasi gerakan teknik karate, kata di dalam olahraga karate bukan hanya merupakan latihan fisik atau aerobik biasa. Tetapi juga mengandung pembelajaran prinsip bertarung. Setiap kata memiliki ritme gerakan pernapasan yang berbeda. Setiap kata memiliki embusan (pola dan arah) yang berbeda-beda tergantung dari kata yang akan dilaksanakan.

Komite adalah pertarungan antara dua orang yang saling berhadapan kemudian menampilkan teknik menyerang, menipu lawan, dan lain sebaginya.

Didalam beladiri karate ada beberapa teknik khusus yang harus dikuasai diantaranya teknik menyerang, teknik menendang, teknik bertahan, teknik menjatuhkan lawan dan sebagainya. Selain itu perlu juga seorang karateka menguasai teknik dasar. Tanpa menguasai teknik dasar sulit untuk bisa memiliki kemampuan khusus.

Menurut Sukadiyanto dikutif (2005:8) sasaran latihan secara umum adalah untuk meningkatkan kemampuan dan kesiapan olahraga dalam mencapai puncak prestasi. Lebih lanjut Sukadiyanto (2005:9) menjelaskan sasaran latihan dan

(4)

tujuan latihan dalam garis besar antara lain: 1) meningkatkan kualitas dasar dan umum secara menyeluruh, 2) mengembangkan dan meningkatkan potensi fisik khusus, 3) menambah dan menyempurnakan teknik, 4) menambah dan menyempurnakan strategi, teknik, taktik, dan pola bermain, dan 5) meningkatkan kualitas dan kemampuan psikis olahragawan dalam bertanding.

2.1.2 Power Tungkai

Power adalah hasil kali kekuatan dan kecepatan, oleh karena itu untuk melatih power harus dimulai dari latihan kekuatan dan kecepatan. Artinya bahwa latihan kekuatan dan latihan kecepatan sudah dilatih terlebih dahulu, walaupun dalam setiap latihan kekuatan dan kecepatan sudah ada pada unsur power.

Daya ledak power dengan kecepatan, sehingga memerlukan kebugaran fisik yang baik, dengan mengembangkan energi pre dominan sistem anaerobik. Komponen biomotorik yang terpenting adalah daya ledak. Dalam penelitian ini di coba mengembangkan komponen biomotorik daya ledak dengan latihan periode persiapan.

Power menurut Harsono dalam Domi Putra (2013:4) adalah kemampuan otot untuk mengarahkan kekuatan yang maksimal dalam waktu yang sangat cepat sementara itu menurut Sajoto dalam Domi Putra (2013:4) Power adalah kemampuan melakukan gerakan secara ekplosiv. Selain itu banyak para ahli berpendapat mengenai explosive power menurut Annario dalam Domi Putra (2013:4) daya power adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan kekuatan dan kecepatan kontraksi otot dinamik dan exsplosiv dan melibatkan pengeluaran kekuatan otot maksimum dalam durasi yang pendek.

(5)

Daya ledak atau ekxplosive power adalah kemampuan otot sekelompok otot seseorang untuk mempergunakan kekuatan maksimum yang dikerahkan dalam waktu yang sependek-pendeknya atau sesingkat-singkatnya. Radcliffe dan Farentinos dalam Domi Putra (2013:4) menyatakan bahwa daya ledak adalah faktor utama dalam pelaksanaan segala macam keterampilan gerak dalam berbagai cabang olahraga. Berdasar pada definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa dua unsur penting yang menentukkan kualitas daya ledak adalah kekuatan dan kecepatan. Upaya dalam meningkatkan unsur daya ledak dapat dilakukan dengan cara : a) meningkatkan kekuatan tanpa mengabaikan kecepatan atau menitik beratkan pada kekuatan; b) meningkatkan kecepatan tanpa mengabaikan kekuatan atau menitik beratkan pada kecepatan; c) meningkatkan kedua-duanya sekaligus, kekuatan dan kecepatan dilatih secara simultan.

Hajarati (2010:23) mengemukakan bahwa daya ledak otot adalah kemampuan seseorang untuk melakukan kekuatan maksimum dengan usaha/kerja yang dikerahkan dalam waktu sependek-pendeknya.

Secara umum latihan pliometrik memiliki aplikasi yang sangat luas dalam kegiatan olahraga, dan secara khusus latihan pliometrik sangat bermanfaat untuk meningkatkan power. Split jump merupakan latihan pliometrik yang dilakukan secara cepat dan eksplosif untuk meningkatkan power tungkai bawah dengan gerakan meloncat-loncat (dengan dua kaki bertumpu).

Menurut Chu dalam Suriah Hanafi (2010:6) latihan pliometrik adalah latihan yang memungkinkan otot untuk mencapai kekuatan maksimal dalam waktu sesingkat-singkatnya. Menurut Kraner dalam Suriah Hanafi (2010:6)

(6)

bahwa latihan pliometrik menekankan pembakaran otot pada gerakan ekstensik (memanjang) dalam upaya meningkatkan prestasi gerakan konsentrik (memendek) yang selanjutnya.

A. Jaringan Otot

Gambar 1: Otot Tungkai (http://digilib.unnes.ac.id/gsdl)

(7)

B. Proses Peningkatan Otot Tungkai

Power adalah kekuatan otot x kecepatan otot berkontraksi, dan daya tahan otot adalah kemampuan seseorang untuk melakukan kontraksi otot secara berturut-turut dalam waktu yang relatif lama.

Latihan untuk meningkatkan kekuatan otot atau power otot sering melakukan gerakan split jump untuk meningkatkan loncatan yang tinggi. Dengan memiliki power yang kuat dalam latihan split jump maka akan menghasilkan loncatan pada saat loncat tegak. Dalam permainan karate seorang atlit harus memiliki kekuatan otot tungkai, salah satu yang sering dilakukan adalah split jump, yang dikatakan Sarjan (2010:18)

Tujuan dari latihan split jump adalah meningkatkan daya ledak otot tungkai, Sehingga akan dapat melakukan tendangan yang sangat cepat. Oleh karena itu latihan split jump sangat dianjurkan untuk diterapkan dalam latihan karena terbukti memberikan pengaruh positif, dimana pengaruhnya berupa penambahan kecepatan tendangan depan. Dengan memberikan latihan split jump maka akan ada peningkatan otot tungkai latihan ini berpengaruh pada otot-otot quadriceps (paha depan), hamstrings (paha belakang), gluteus maximus (pinggul), anterior tibialis (betis muka), dan calves (betis belakang). Split Jump sangat baik untuk mengembangkan power langkah untuk lari dan ski cross country, latihan ini juga secara husus untuk mengembangkan bagian bentuk dan hentakan “Split” seperti yang telah dikemukakan, bahwa salah satu bentuk latihan yang dapat meningkatkan daya ledak otot tungkai adalah bentuk latihan split jump.

(8)

C. Tes Power Tungkai

Gambar 2: Sikap Awal pada Tes Loncat Tegak Sumber : Nurhasan (2001;146)

Gambar 3: Sikap Awal pada Tes Loncat Tegak Sumber : Nurhasan (2001;146)

(9)

Gambar 4: Sikap Loncatan pada Tes Loncat Tegak Sumber : Nurhasan (2001;147)

Dari gambar diatas, maka dapat dijelaskan proses pelaksanaan loncat tegak menurut Nurhasan (2001;145) bahwa untuk mengukur daya ledak (power) otot tungkai sebagai berikut :

a. Testee berdiri tegak dekat dinding atau tembok, bertumpu pada kedua kaki, dan papan dinding/kertas karton berada di samping tangan kiri atau kanannya, kemudian tangan yang dekat dinding angkat keatas, telapak tangan ditempelkan pada papan berskala, sehingga meninggalkan bekas raihannya.

b. Sebelum meloncat testee memasukkan jari ke dalam serbuk-serbuk kapur untuk memperjelas bekas raihannya.

c. Kemudian testee mengambil sikap awalan dengan membengkokkan kedua lutut dan kemudian testee meloncat setinggi mungkin sambil

(10)

menepuk papan/kerta berskala dengan tangan yang terdekat dengan dinding, sehingga meninggalkan bekas raihan loncatan testee tersebut. d. Hasil loncat tegak diperoleh dengan cara hasil loncatan dikurangi tinggi

raihan tanpa loncatan.

e. Masing-masing siswa diberi kesempatan untuk melompat melakukan gerakan vertical jump sebanyak tiga kali kesempatan dan diberikan istirahat selama 30 detik hingga 1 menit diantara loncatan untuk memberikan sistem otot pulih kembali

f.Setelah siswa melompat kemudian lari kebelakang lagi untuk menunggu giliran berikutnya untuk melompat

g. Ambil nilai yang terbaik dari tiga loncatan tersebut 2.1.3 Split Jump

Dalam olahraga karate memerlukan gerakan kecepatan tendangan kearah sasaran lawan. Kecepatan tendangan ditentukan oleh kekuatan daya ledak otot tungkai yang baik, Sehingga akan dapat melakukan tendangan yang sangat baik. Dengan demikian daya ledak otot tungkai, merupakan salah satu komponen gerak yang sangat penting dalam olahraga beladiri khusunya olahraga karate.

Tujuan dari latihan split jump adalah meningkatkan daya ledak otot tungkai,

Sehingga akan dapat melakukan tendangan yang sangat cepat. Oleh karena itu latihan

split jump sangat dianjurkan untuk diterapkan dalam latihan karena terbukti

memberikan pengaruh positif, dimana pengaruhnya berupa penambahan kecepatan

(11)

Harsono dalam Sugiono (2010:10) menyatakan, power (daya ledak) adalah kemampuan otot untuk mengerahkan kekuatan maksimal dalam waktu yang cepat. Selanjutnya Mutalip dalam Sugiono (2010:10) mengemukakan, power otot (tenaga otot) adalah kemampuan otot untuk mengeluarkan tenaga ototnya secara eksplosif, unsur yang mempengaruhi daya ledak otot di samping kekuatan otot juga kecepatan rangsangan saraf, dan kecepatan kontraksi otot. Dengan kata lain power berbanding lurus dengan kekuatan dan berbanding terbalik dengan waktu.

Untuk dapat memiliki daya ledak otot tungkai yang baik diperlukan latihan, salah satu bentuk latihan yang dapat dilakukan adalah latihan Spilt Jump. Latihan Split Jump merupakan salah satu bentuk latihan plyometrik yang bertujuan untuk meningkatkan daya eksplosif power. Hazildine dalam Sugiono (2010:11) mengemukakan “latihan plyometrik adalah model latihan untuk meningkatkan kemampuan atlet dengan latihan yang mutlak, kekuatan yang diperlukan untuk mengahasilkan gerak eksplosif”. Sedangkan Radcliffe dan Forentinos dalam Sugiono (2010:11) mengemukakan, “latihan plyometrik dapat meningkatkan daya eksplosif anggota bagian bawah atau otot tungkai yang bentuk latihannya mengarah pada bentuk latihan bound, jump, dan hop.

Gerakan Pliometrik menurut M. Furqon dan Muchsin Doewes dalam Cayoto (2007:30) dirancang untuk menggerakkan otot pinggul dan tungkai, dan gerakan otot khusus yang dipengaruhi oleh Bounding, Hopping, Jumping, Leapping, Skipping, Ricochet. Banyaknya ulangan atau repetisi latihan pliometrik berkisar antara 8 sampai 10 kali dengan semakin sedikit ulangan untuk rangkaian yang lebih berat dan lebih banyak ulangan untuk latihan-latihan yang lebih ringan.

(12)

Berbagai kajian di Jerman Timur, Gambella yang dikutip Cayoto (2007:30) mengisyaratkan 6 sampai 10 set untuk sebagian besar latihan, sedangkan kepustakaan Rusia, Veroshinski yang dikutip Cayoto (2007:30) menyarankan 3 sampai 6 set, terutama untuk latihan-latihan lompat yang lebih berat. Banyaknya ulangan tidak hanya ditentukan oleh intensitas latihan, tetapi juga oleh kondisi atlet, pelaksanaan tiap ulangan, dan nilai hasil. Mengingat latihan tersebut untuk meningkatkan reaksi syaraf, otot, keekplosifan, kecepatan dan kemampuan untuk membangkitkan gaya (tenaga) ke arah tertentu.

Periode istirahat 1 – 2 menit disela-sela set biasanya sudah memadai untuk sistem neuromoskuler yang mendapat tekanan karena latihan pliometrik untuk pulih kembali. Periode istirahat yang cukup juga penting untuk pulih kembali. Periode yang cukup juga penting untuk pemulihan yang semestinya untuk otot, ligamen, dan tendon. Latihan pliometrik 2 – 3 hari perminggu tampaknya dapat memberikan hasil optimal.

Berdasarkan pendapat diatas maka dapat disimpulkan, latihan plyometrik adalah bentuk latihan yang dapat meningkatkan kemampuan daya eksplosif otot anggota gerak bawah, khususnya otot-otot tungkai, dengan bentuk latihan seperti bound, jump, dan hop. Pada dasarnya jenis latihan ini dilakukan untuk menghasilk an dan meningkatkan daya otot tungkai, sehingga dapat memberikan sumbangan yang berarti pada cabang olahraga yang ditekuni.

(13)

Gambar 3 : Teknik Melakukan Split Jump http:///power-tungkai

Latihan split jump dapat mempengaruh pada otot-otot quadriceps (paha depan), hamstrings (paha belakang), gluteus maximus (pinggul), anterior tibialis (betis muka), dan calves (betis belakang). Split Jump sangat baik untuk mengembangkan power langkah untuk lari dan ski crosscountry, latihan ini juga secara husus untuk mengembangkan bagian bentuk dan hentakan “Split” seperti yang telah dikemukakan, bahwa salah satu bentuk latihan yang dapat meningkatkan daya ledak otot tungkai adalah bentuk latihan split jump.

1.Cobalah berdiri tegak lurus salah satu kaki dimajukan kedepan dan kaki yang didepan ditekuk pada sudut 90o sehingga pangkal paha sejajar dengan lutut.

2.Selanjutnya coba melompat ke atas setinggi mungkin dibantu oleh ayunan kedua lengan dan pada saat mendarat posisi kaki berubah yang tadinya didepan sekarang dibelakang.

(14)

3.Setelah mendarat jagalah posisi kaki terbuka lebar tekuklah lutut tungkai depan untuk mengatasi goyangan setelah memperoleh keseimbangan. Ulangi gerakan ini sampai beberapa kali.

2.2 Kerangka Berfikir

Latihan Split Jump adalah salah satu faktor tercapainya kemampuan atau prestasi dalam bidang olahraga khususnya dalam olahraga karate. Dengan latihan yang baik akan mudah menguasai teknik dasar dalam olahraga karate. Pada saat latihan sangat dibutuhkan kondisi fisik yang baik guna untuk menunjang penguasaan teknik dasar, khususnya untuk kekuatan otot tungkai yang masi lemah pada saat menendang. Apabila seseorang siswa atau atlit memiliki kebiasaan yang baik didalam melakukan latihan plyometrik khususnya split jump maka akan memberikan pengaruh yang baik terhadap kemampuan loncat dan jika seorang pelatih menerapkan suatu metode latihan yang baik, apabila seseorang sering melakukan latihan split jump, maka akan mendapatkan pengaruh terhadap kekuatan otot tungkai pada saat menendang, hal ini dapat berkembang apabila ditunjang dengan program latihan yang baik dan benar. hal ini dapat dikembangkan pula secara maksimal apabila ditunjang dengan latihan yang teratur berkesinambungan

2.3 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan dugaan sementara yang diajukan peneliti yang berupa pernyataan-pernyataan yang masi harus diuji kebenarannya, seperti yang dijelaskan Ali Maksum (2009:28) bahwa hipotesis merupakan kebenaran yang dianggap sementara yang ditentukan oleh peneliti. Berdasarkan uraian para ahli di

(15)

atas, maka hipotesis dalam penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut: “Pelatihan split jump dapat berpengaruh terhadap power tungkai pada siswa karateka SMP Negeri 3 Gorontalo”.

Gambar

Gambar 1: Otot Tungkai  (http://digilib.unnes.ac.id/gsdl)
Gambar 2: Sikap Awal pada Tes Loncat Tegak  Sumber : Nurhasan (2001;146)
Gambar 4: Sikap Loncatan pada Tes Loncat Tegak  Sumber : Nurhasan (2001;147)
Gambar 3 : Teknik Melakukan Split Jump  http:///power-tungkai

Referensi

Dokumen terkait

Bab kedua, merupakan tinjauan umum terkait dengan strategi pengusaha tahu untuk menghadapi persaingan antar pengusaha, meliputi: pengertian strategi, persaingan,

Berdasarkan hal di atas, maka perlu dirancang sebuah media atau trainer AC Window , yang mampu menjelaskan kepada para mahasiswa mengenai komponen utama, sirkulasi

Deskripsi Implementasi Sistem Pengendalian Intern pada Balai Diklat Keagamaan Denpasar menggunakan COSO Internal Control – Integrated Framework 2013………...

pendatang baru yang harus memperluas pangsa pasar dikarenakan banyak masyarakat lebih mengetahui florist yang telah lebih lama berdiri, sehingga untuk mendapatkan pelanggan

Penyuluhan dan peragaan cara budidaya dengan metode bioflok yang dilakukan di salah kolam milik Paguyuban Pembudidaya Ikan Lele Tambak Wedi.. Pemilihan lokasi ini dengan

Pengamatan terhadap hasil belajar peserta didik dalam mengikuti pelajaran, merupakan langkah untuk mengetahui sejauh mana hasil belajar peserta didik dalam mengikuti

Oleh itu, jika anda telah mengenalpasti trade signal yang betul, mempunyai setups yang betul, mempunyai trading plan yang betul serta berjaya trade the plan, tetapi masih terkena

Sisa hasil usaha koperasi (SHU) akan dihitung per 31 Desember dimana jumlah keuntungan dari unit simpan pinjam, unit toko, dan unit jasa akan dikurangi dengan biaya