• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINDAK PIDANA PENCABULAN TERHADAP ANAK DI BAWAH UMUR DI TINJAU DARI UNDANG-UNDANG NO 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINDAK PIDANA PENCABULAN TERHADAP ANAK DI BAWAH UMUR DI TINJAU DARI UNDANG-UNDANG NO 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

TINDAK PIDANA PENCABULAN TERHADAP ANAK DI BAWAH UMUR DI TINJAU DARI UNDANG-UNDANG NO 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK

Oleh :RYAN JUNIANTO PURNOMO 11100033

ABSTRAK

Korban tindak pidana merupakan pihak yang menderita dalam suatu peristiwa pidana.Begitu juga dengan korban pencabulan yang menderita akibat tindak pidana yang dialaminya.Oleh sebab itu perlu kiranya diketahui sejauh mana korban telah memperoleh perlindungan hukum sebagaimana yang diharapkan. Perlindungan korban tindak pidana dapat diartikan sebagai perlindungan untuk memperoleh jaminan hukum atas penderitaan atau kerugian pihak yang telah menjadi korban tindak pidana. Segala sesuatu yang dapat meringankan penderitaan yang dialami seseorang akibat menjadi korban itulah yang dimaksud dengan perlindungan korban. pembuktian dan penerapan dari kedua putusan ini berdasarkan fakta-fakta yang terungkap dipengadilan sudah mencerminkan perlindungan anak karena pada kedua putusan tersebut terdakwa dijatuhi sanksi 4 tahun dan 3 tahun oleh hakim. Kesesuaian tersebut terlihat dari syarat-syarat penjatuhan pidana yang membuat jera terdakwa dalam putusan di Pengadilan, yaitu syarat penjatuhan tindak pidana pencabulan melihat dari segi hukum : dakwaan, keterangan saksi, keterangan terdakwa, barang bukti, pasal yang dilanggar dan segi non hukum : latar belakang terdakwa, akibat perbuatan terdakwa , unsur meringankan dan memberatkan terdakwa, serta mempertimbangkan aspek sosiologis dan psikologis korban tindak pidana pencabulan sehingga terciptanya rasa keadilan terhadap korban.

Kata kunci :pencabulan merupakan proses, cara, tindakan, perbuatan cabul atau mencabuli dimana perbuatan tersebut melanggar norma kesusilaan, kesopanan.

A. Latar Belakang Masalah

Dalam rangka kehidupan bermasyarakat setiap orang tidak dapat melepaskan diri dari berbagai hubungan timbal balik dan kepentingan yang saling terkait antara yang satu dengan yang lainya yang dapat di tinjau dari berbagai segi, misalya segi agama, etika, sosial budaya, politik, dan termasuk pula segi hukum. Ditinjau dari kemajemukan kepentingan seringkali menimbulkan konflik kepentingan, yang pada akhirya melahirkan apa yang di namakan tindak pidana. Untuk melindugi

(2)

kepentingan-kepentingan yang ada tersebut, maka di buat suatu aturan dan atau norma hukum yang wajib di taati. Terhadap orang yang melenggar aturan hukum dan menimbulkan kerugian kepada orang lain akan di ambil tindakan berupa ganti kerugian atau denda, sedang bagi seorang yang telah melakukan tindak pidana akan di jatuhi sanksi pidana berupa hukuman badan baik penjara, kurungan dan atau denda.

Pembagunan di bidang hukum merupakan masalah mendesak yang perlu di tidak lanjuti, mengingat itu kompleksya permasalahan-permasalahan hukum termasuk maraknya kejahatan/kriminalitas yang terus terjadi seiring dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi, pemerintah indonesia melalui badan dan atau instansi-instansi beserta aparatur penegak hukum ( kepolisian, kejaksaan dan pengadilan serta lembaga permasyarakatan ) di harapkan mampu melaksanakan upaya penegakan hukum. yang nyata dan dapat di pertanggungjawabkan sesui dengan peraturan hukum yang berlaku agar tatanan kehidupan bermasyarakat dan berbangsa yang aman dan tertib dapat di capai semaksimal mungkin. Upaya bukanlah suatu proses sederhana dan cepat sepertiyang di bayangkan, karena di dalamnya terkait begitu banyak faktor yang mempengaruhinya

Salah satu aspek dalam kehidupan hukum adalah kepastian, artinya hukum berkehendak untuk menciptakan kepastian dalam hubungan antar orang dalam masyarakat(Sajipto Raharjo, 1991 : 81). Korban tindak pidana merupakan pihak yang menderita dalam suatu peristiwa pidana.Begitu juga dengan korban pencabulan yang menderita akibat tindak pidana yang dialaminya (Kansil C.S.T, 1986:265).Oleh sebab itu perlu kiranya diketahui sejauh mana korban telah memperoleh perlindungan hukum sebagaimana yang diharapkan. Perlindungan korban tindak pidana dapat diartikan sebagai perlindungan untuk memperoleh jaminan hukum atas penderitaan atau kerugian pihak yang telah menjadi korban tindak pidana. Segala sesuatu yang

(3)

dapat meringankan penderitaan yang dialami seseorang akibat menjadi korban itulah yang dimaksud dengan perlindungan terhadap korban. Bila melihat definisi pencabulan adalah Kontak atau interaksi antara anak dan orang dewasa dimana anak tersebut dipergunakan untuk stimulasi seksual oleh pelaku atau orang lain yang berada dalam posisi memiliki kekuatan atau kendali atas korban (Abintoro Prakoso, 2013 : 13). Termasuk kontak fisik yang tidak pantas, membuat anak melihat tindakan seksual atau pornografi, menggunakan seorang anak untuk membuat pornografi atau memperlihatkan alat genital orang dewasa kepada anak yang dilakukan di luar perkawinan yang diancam pidana. pencabulan merupakan semua perbuatan yang dilakukan untuk mendapatkan kenikmatan seksual sekaligus mengganggu kehormatan kesusilaan. Tindak pidana pencabulan diancam dalam pasal 293 KUHP yang berbunyi “Barang siapa dengan memberi atau menjanjikan uang atau barang, menyalahgunakan pembawa yang timbul dari hubungan keadaan, atau dengan penyesatan sengaja menggerakkan seorang belum dewasa dan baik tingkahlakunya untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul dengan dia, padahal tentang belum kedewasaannya, diketahui atau selayaknya harus diduganya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun.”(Irfan Iqbal Mutahhari, 2011:123)

Sebagai mana di ketahui bahwa tindak pidana itu adalah perbuatan orang, pada dasarnya yang dapat melakukan tindak pidana itu manusia.Perbutan orang tersebut adalah titik penghubung dan dasar untuk pemberian pidana. Dipidananya seorang tidaklah cukup apabila orang tersebut telah melakukan perbuatan yang bertentangan dengan hukum atau bersifat melawan hukum, namun untuk adanya pemidanaan diperlukan syarat bahwa orang yang melakukan perbuatan itu mempunyai kesalahan atau bersalah, Unsur- unsur tindak pidana yang harus di penuhi antara lain adalah suatu perbuatan memenuhi rumusan undang-undang dan bersifat melawan hukum

(4)

dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang yang di anggap mampu bertanggung jawab.

B. Perumusan Masalah

Apakah putusan pengadilan pada tindak pidana pencabulan terhadap anak di bawah umur, sudah mencerminkan perlindungan anak.?

C. Metode Penelitian a. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan yaitu pendekatan secara yuridis normatif. Penelitian yuridis normatif adalah yaitu penelitian dengan menerangkan ketentuan-ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku, dihubungkan dengan kenyataan yang ada di lapangan kemudian dianalisis dengan membandingkan antara tuntutan nilai-nilai ideal yang ada di dalam peraturan perundang-undangan dengan kenyataan yang ada di lapangan

b. Sifat Penelitian

Sifat penelitian menggunakan penelitian yang bersifat deskriptif, dimana penelitian bertujuan memberikan gambaran, melukiskan serta memaparkan data yang diperoleh dari penelitian. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksud untuk memberikan data awal yang diteliti tentang manusia, keadaan atau gejala-gejala lain. Dalam hal ini penulis mencoba menggambarkan tentang putusan hakim yang telah dilakukan terhadap pelaku tindak pidana pencabulan.

c. Sumber Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan data sekunder. Sumber Data Sekunder terdiri dari:

(5)

1. Bahan Hukum Primer

Yaitu bahan-bahan hukum yang terdiri aturan perundang-undngan antara lain : 1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana KUHP

2) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan . Anak

3) Putusan pidana nomor: 19/pid.sus/2014PN.Ska dan nomor: . 160/pid.sus/2013PN.Bi.

2. Bahan Hukum Sekunder ,terdiri dari

Bahan Hukum Sekunder meliputi bahan-bahan hukum yang member penjelasan lebih lanjut terhadap fokus kaji yang ditemukan dalam antara lain:

1. Buku-Buku Tentang Hukum Pidana

2. Bahan-bahan hokum tulis lain yang relevan

3 Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier meliputi bahan hukum yang memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder ,yaitu :

1. Kamus Umum

2. Kamus Besar Bahasa Indonesia 3. Enslikopedia Umum.

(6)

D. Analisis Data

Dalam penelitian ini penulis menggunaakan tehnik analisis kualitatif yaitu suatu penelitian yang dihasilkan data deskriptif analisa yang dinyatakan responden secara lisan dan juga perilaku yang nyata, yang diteliti dan dipelajari secara utuh. Dalam metode analisa kualitatif ini, penulis menggunakan cara analisa data metode interaktif, yaitu model analisis dalam penilitian kualitatif yang terdiri dari tiga komponen yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

E. Penelitian dan Pembahasan

Putusan tindak pidana pencabulan yang penulis paparkan adalah putusan nomor 160/pid.sus/2013PN.Bi. dan nomor : 19/pid.sus/2014PN.Ska.

1. Tindak Pidana Pencabulan khasus nomor : 160/pid.sus/2013PN.Bi.

Pengadilan Negeri Boyolali yang mengadili perkara Pidana dengan acara pemeriksaan biasa pada tingkat pertama, telah menjatuhkan putusan sebagai berikut terhadap perkara terdakwa :

Nama :ISWANTO Als QUSEN Bin SUYONO Tempat lahir :Boyolali

Umur atau tgl lahir:19 tahun/18 juli 1993 Jenis kelamin :Laki-laki

Kebangsaan :indonesia

Tempat tinggal :Dk. Selo tengah RT 03 RW 01 Desa Selo , Kecamatan Selo , Kabupaten Boyolali.

Agama :Islam

Pekerjaan :Tani Pendidikan :SMA Hal-hal yang memberatkan :

- Bahwa terdakwa berbelit-belit dalam memberikan keterangan di persidangan

(7)

- Terdakwa belum pernah dihukum

- Terdakwa masih sangat muda sehingga diharapkan dapat memperbaiki perilakunya dimasa depan

- Terdakwa mempunyai tanggung jawab memenuhi kebutuhan keluarga.

Hakim Memutuskan :

1. Terdakwa telah terbukti secara sah dan menyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “Melakukan kekerasan Memaksa Anak Melakukan Perbuatan Cabul”

2. Menjatuhkan Pidana terhadap Terdakwa dengan pidana penjara selama 3 (tiga) Tahun

3. Menghukum pula terdakwa untuk membayar denda sebesar Rp.60.000.000,- (enam puluh juta rupiah) dengan ketentuan apabila terdakwa tidak sanggup membayar denda tersebut maka diganti dengan pidana kurungan selama 2 (dua) bulan

4. Menetapkan masa penahanan yang telah dijalani oleh terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana yang telah dijatuhkan

5. Memerintah barang bukti berupa :

- 1 (satu) buah jaket warna ungu yang bertuliskan “GIRLS LEAGUE AUSTRALIAN T-SHIRT “

- 1 (satu) buah baju warna hitam motif titik-titik bertuliskan “ 1 (gambar hati) PARIS “.

- 1 (satu) buah jeans warna biru

6. Membebankan kepada terdakwa untuk membayar biaya perkara sebesar Rp.2.000,- (dua ribu rupiah)

2. Tindak Pidana Pencabulan kasus Nomor :19/pid.sus/2014PN.Ska Tindak Pidana Pencabulan khasus nomor : 19/pid.sus/2014PN.Ska

Pengadilan Negeri Surakarta yang mengadili perkara Pidana dengan acara pemeriksaan biasa pada tingkat pertama, telah menjatuhkan putusan sebagai berikut terhadap perkara terdakwa :

Nama :SUDIYO, Bsc. Bin THOYIB SASTROWARDOYO (Alm) Tempat lahir :Pekalongan

Umur atau tgl lahir:60 tahun/20 juli 1953 Jenis kelamin :Laki-laki

Kebangsaan :indonesia

(8)

Banjarsari, Kota Surakarta

Agama :Islam

Pekerjaan :Swasta Hal-hal yang memberatkan :

- Perbuatan terdakwa melanggar norma agama dan kesusilaan yang ada didalam masyarakat

- Perbuatan terdakwa mengakibatkan nama korban dan keluarga tercemar Hal-hal yang meringankan :

- Terdakwa belum pernah dihukum

- Terdakwa berusia lanjut dan menyesali perbuatannya serta berjanji tidak akan mengulangi lagi

- ter

- Terdakwa mempunyai tanggung jawab sebagai pencari nafkah bagi keluarga

Hakim Memutuskan :

1. Menyatakan terdakwa telah terbukti secara sah dan menyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “Membujuk orang yang belum dewasa untuk membiarkan dilakukannya perbuatan cabul”

2. Menjatuhkan pidana kepada terdakwa oleh karena itu dengan pidana penjara selama : 4 (empat) tahun

3. Menetapkan masa penahanan yang telah dijalani terdakwa dikurangkan seluruh dari pidana yang dijatuhkan

4. Memerintah agar terdakwa tetap di tahan 5. Memerintahkan barang bukti berupa :

1) 1 (satu) lembar surat pernyataan tertanggal 2 desember 2011 dan isinya berjanji tidak akan mengulangi perbuatan yang tidak senonoh terhadap seorang anak perempuan bernama Rara di SDN Madyotaman

2) 1 (satu) lembar pernyataan tertanggal 25 desember 2013 pengakuan telah melakukan perbuatan pelecehan terhadap seorang anak perempuan bernama meylisawati di SDN Yosodipuro

6. Membebani terdakwa untuk membayar biaya perkara ini sebesar Rp.1.000,- (seribu rupiah).

(9)

F. Analisis

1. Penerapan sanksi pidana terhadap tindak pidana pencabulan Pada umumnya. Penjatuhan sanksi pidana terhadap pelanggar hukum sering kali dianggap sebagai tujuan dari hukum pidana.Oleh sebabitu, apabila pelanggar telah diajukan kemuka sidang kemudian dijatuhi sanksi pidana, maka perkara pelanggaran hukum dianggap telah berakhir.

Penjatuhan hukuman seperti yang diancamkan terhadap setiap pelanggar dalam peraturan daerah itu secara mutlak harus dilakukan oleh pengadilan. Dalam melakukan penahanan, pemeriksaan dan penyitaan pemerintah daerah. Dalam memutuskan tindak pidana pencabulan hakim memiliki dasar pertimbangan bagi hakim diantaranya :

1) Faktor usia

Faktor usia juga menjadi pertimbangan bagi hakim dalam mengadili dan memutus suatu perkara. Jika usia Terdakwa masih di bawah umur, maka sanksi pidananya pasti berbeda dengan orang dewasa. Bila Terdakwa merupakan anak sebagaimana dimaksud dalam ketentuan pasal 2 butir (1) Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 Tentang Pengadilan Anak yaitu anak adalah orang yang dalam perkara Anak Nakal telah mencapai umur 12 (dua belas) tahun tetapi belum mencapai umur 18 (delapan belas) tahun dan belum pernah kawin

.

2)

Terpenuhinya unsur-unsur tindak pidana

Melalui unsur-unsur tersebut hakim mempertimbangkan apakah Terdakwa telah memenuhi seluruh atau sebagian unsur dari tindak pidana pencabulan yang dilakukan oleh orang

(10)

dewasa . Unsur-unsur tindak pidana pencabulan yang dimksud adalah unsur-unsur yang terdapatdalam Pasal 82 Udang-Undang No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, yang unsur-unsurnya sebagai berikut:

a. Setiap orang; b. Dengan sengaja

c. Melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan, memaksa,melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan, atau membujuk anak.

d. Melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul.Kemudian dari situ hakim bisa memutuskan sanksi pidana apa yang akan dikenakan bagi Terdakwa yang melakukan tindak pidana pencabulan.

3) Keyakinan hakim

Keyakinan Hakim menjadi dasar pertimbangan dalam menjatuhkan sanksi pidana bagi Terdakwa. Keyakinan ini dibangun dari fakta-fakta yang terjadi dalam persidangan. Jika hakim tidak yakin atau ada keragu-raguan dari suatu tindak pidana pencabulan yang dilakukan oleh anak maka hakim dapat menjatuhkan putusan bebas.(Lamintang P.A.F, 1997:37)

4) Melihat dari hal-hal yang memberatkan dan meringankan bagi terdakwa

Hakim juga memberikan pertimbangan terhadap hal-hal yang membertakan dan meringankan Terdakwa. Pertimbangan ini

(11)

dibentuk hakim untuk mewujudkan suatu keadilan bagi Terdakwa, korban, dan masyarakat. Hal-hal yang memberatkan dan meringankan tersebut melihat dari perbuatan Terdakwa meresahkan masyarakat, perbuatan Terdakwa menimbulkan trauma mendalam dan rasa takut yang dirasakan korban, terdakwa menunjukkan sikap yang baik selama di persidangan, Terdakwa belum pernah dihukum sebelumnya.

Adapula kendala-kendala bagi hakim dalam memutuskan perkara tindak pidana pencabulan ,diantaranya :

1. Kesaksian Terdakwa saat dipersidangan:

Kesaksian Terdakwa yang kurang meyakinkan dan tidak mengakuiperbuatannya akan menghambat proses persidangan. Perasaan takut yang kemudian membuat Terdakwa tidak leluasa mengatakan kejadian sebenarnya dan khawatir hakim akan mengadili dan memutus dengan sanksi pidana penjara

2. Keyakinan hakim terhadap alas an terdakwa melakukan tindak pidana pencabulan adalah sebagai berikut :

A) Faktor internal

a. Kesengajaan sebagai tujuan atau maksud

Terdakwa melakukan pencabulan bisa dikarenakan mempunyai tujuan maksud, dimana seseorang ingin memenuhi kebutuhan nafsunya yang termasuk seksualitas. Jadi Terdakwa melakukan aktivitas seksual untuk memenuhi nafsu birahinya

(12)

b. Kepribadian yang tidak baik yaitu Terdakwa dengan sengaja melakukan tindak pidana pencabulan untuk memenuhi nafsu birahinya :

Bahwa sengaja dalam arti harfiah dapat disebut sebagai menghendaki dan mengetahui sesuatu perbuatan (dengan sengaja), harus menghendaki perbuatan itu serta harus mengetahui atau menyadari serta mengerti akan akibatdari perbuatan itu. Dalam hal kasus pencabulan yang dilakukan oleh orang dewasa, kesengajaan tersebut meliputi kesengajaan untuk melakukan ancaman kekerasan maupun memaksa anak untuk dilakukan perbuatan cabul.

c. Ketidaktahuan Terdakwa bahwa perbuatan yang dilakukan melanggar hukum :

Terdakwa yang adalah anak yaitu menurut ketentuan Pasal 2 Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 Tentang Pengadilan Anak, anak adalah orang yang dalam perkara Anak Nakal telah mencapai umur 12 (dua belas) tahun tetapi belum mencapai umur 18 (delapan belas) tahun dan belum pernah kawin, terkadang tidak mengetahui perbuatan yang dilakukannya adalah perbuatan yang melanggar hukum. B) Faktoreksternal :

a) Melihat video-video porno:

Video porno yang diakses oleh seseorang semakin mudahdenganberkembangannyateknologisaatini. Saat

(13)

seseorangmenonton video tersebut, akan cenderung untuk meniru/ imitasi dari perbuatan yang ada di dalam video. b) Faktor lingkungan

Lingkungan yang buruk bisa mendorong orang tersebut untuk melakukan pencabulan, karena merasa bahwa pencabulan adalah suatu hal lumrah terjadi.

3.

Sumber Daya Manusia

Dalam ketentuan Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 Tentang Pengadilan Anak menyatakan bahwa syarat-syarat untuk dapat ditetapkan sebagai Hakim adalah telah berpengalaman sebagai hakim di pengadilan dalam lingkungan Peradilan Umum dan mempunyai minat, perhatian, dedikasi, dan memahami masalah anak. Jumlah Sumber Daya Manusia di Pengadilan Negeri Surakarta yang terbatas, mengakibatkan dalam menangani dan memutus perkara menjadi lebih susah.

G. Kesimpulan

Pembuktian dan penerapan dari kedua putusan di atas berdasarkan fakta-fakta yang terungkap dipengadilan sudah mencerminkan perlindungan anak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang dijatuhkan terhadap terdakwa selama 3 tahun pada putusan nomor : 160/Pid.Sus/2013PN.Bi dan 4 tahun pada putusan nomor : 19/Pid.sus /2014PNSka , di dalam putusan terdakwa terbukti bersalah melanggar pasal 82 UU No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan anak. Penerapan hukum pidana tindak pidana pencabulan dalam putusan berawal dari tuntutan jaksa penuntut umum yang sesuai dengan hasil pemeriksaan

(14)

penyidikan untuk kemudian diajukan dalam persidangan.Pengaturan mengenai tindak pidana pencabulan terhadap anak di bawah umur menurutpasal 82 Undang-Undang No 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak,di dalam keduaputusantersebuttelah menerapkan perlindungan anak dan rasa keadilan terhadap korban maupun pelaku tindak pidana pencabulan karena penjatuhan pidana terhadap pelaku tindak pidana pencabulan sudah sesuai dengan ketentuan pidana pencabulan. Kesesuaian tersebut terlihat dari syarat-syarat penjatuhan pidana yang membuat jera terdakwa dalam putusan di Pengadilan, yaitu syarat penjatuhan tindak pidana pencabulan terdapat dalam pasal 82 Undang-undang No 23 tahun 2002 .Hakim dalam penjatuhan tindak pidana pencabulan melihat dari segi hukum : dakwaan, keterangan saksi, keterangan terdakwa, barang bukti, pasal yang dilanggar dan segi non hukum : latar belakang terdakwa, akibat perbuatan terdakwa , unsur meringankan dan memberatkan terdakwa, serta mempertimbangkan aspek sosiologis dan psikologis korban tindak pidana pencabulan sehingga terciptanya rasa keadilan terhadap korban.

H. Saran

Agar penanggulangan tindak pidana pencabulan lebih efektif, diperlukan kerjasama antara penegak hukum dengan masyarakat untuk memberantasnya serta meningkatkan mentalitas, moralitas, serta keimananan dan ketaqwaan pada diri sendiri yang bertujuan untuk pengendalian diri yang kuat sehingga tidak mudah tergoda untuk melakukan sesuatu yang tidak baik, dan juga untuk mencegah agar dapat menghindari pikiran dan niat yang kurang baik di dalam hati serta

(15)

pikirannya.Pemerintah sekiranya dapat memberantas film-film atau bacaan yang mengandung unsur pornografi karena dari sinilah perkosaan terhadap anak di bawah umur ini berakar, apabila hal tersebut dilakukan setidaknya dapat mencegah ataupun mengurangi peningkatan tindak pidana perkosaan terhadap anak di bawah umur ini.

(16)

DAFTAR PUSTAKA Buku-Buku

Abintoro Prakoso. 2013. Peradilan Pidana Anak. Yogyakarta: Laksbang Grafika Irfan Iqbal Muthaharri.2011.KUHP&KUHAP.Jakarta:Prestasi Pustakarya

Kansil, C.S.T. 1986. Pengantar Ilmu Hukum Indonesia dan Tata Hukum Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka

Lamintang.P.A.F. 1997. Hukum Pidana Indonesia. Bandung: Citra Aditya Bakti Sajipto Raharjo. 1991. Ilmu Hukum. Bandung: Citra Aditya Bakti

Undang-Undang

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

Internet

Referensi

Dokumen terkait

Dengan melihat kondisi angin yang seperti ini bisa dikatakan pada tanggal 9 November 2017 hujan berpotensi turun dalam waktu yang cukup lama sebab pergerakan angin seperti mendapat

Unfiled Notes Page 10... Unfiled Notes

(1) NJOP bangunan menara telekomunikasi ketinggian 101 sampai 110m ditetapkan dengan cara mengisi blangko perhitungan biaya pembangunan menara telekomunikasi

Softcopy proposal lengkap dalam format PDF ( 1 proposal lengkap dengan maksimum besar file 5 MB ) diunggah oleh pengusul secara mandiri. Dalam proposal lengkap tersebut juga telah

Adrianto, E.E., 2011, Efek Hepatoptotektif Ekstrak Metanol : Air Daun Macaranga tanarius (L.) Pada Tikus Jantan Terinduksi Parasetamol, Efek Hepatoptotektif. Infusa Daun

From the phenomenon above the writer is interested in conducting a research entitled, “Descriptive Study on English Speaking Teaching-Learning Process at the First Year of Junior

Berkenaan dengan hal tersebut penulis merumuskan masalah sebagai berikut : (1) Bagaimanakah proses pembelajaran vokal pada paduan suara Adiyuswo di Gereja Kristen Jawa

Berdasarkan uraian di atas yang menyebutkan bahwa kelopak bunga rosela mempunyai khasiat sebagai antibakteri maka dilakukan penelitian aktivitas antibakteri ekstrak etanol