• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENDIDIKAN DAN FILSAFAT EKSISTENSIALISME JEAN PAUL SASTRE. Mardiana Lasandang Guru SMP Cokroaminoto Luwuk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PENDIDIKAN DAN FILSAFAT EKSISTENSIALISME JEAN PAUL SASTRE. Mardiana Lasandang Guru SMP Cokroaminoto Luwuk"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Mardiana Lasandang Guru SMP Cokroaminoto Luwuk

Menurut Jean Paul Sastre hakikat filsafat eksistensialisme, dimana kita akan menjadi atheis, sorang kristen, Yahudi, Islam merupakan eksistensi, bukanlah suatu teka-teki berdasarkan permainan kata-kata. Hal ini dibuktikan oleh Kierkegaard telah menjadi seorang Kristen. Karena Ia melihat Tuhan sebagai subjektivitas memaksa yang infinitif.; dan jika Tuhan akan mencampuri dalam dunia, maka itu haruslah melalui individu. Seperti Jean Paul Sastre, orang yang eksistensialis mungkin berkata :”Saya sedang mencoba untuk menjadi seorang Kristen”, atau “Saya menghidupi kehidupan saya seolah-olah ada satu Tuhan,atau “Saya sedang menjadi seorang Kristen”. Ini adalah suatu kontras yang dramatis terhadap mengatakan: “Saya adalah seorang Kristen. Saya diselamatkan. Dan jika Anda tidak merobah cara-cara Anda, Anda akan ke neraka”. Juga Jean Paul Sastre melihat Tuhan sebagai suatu “Makhluk” yang subjektif, tidak objektif. Jean Paul Sastre menghampiri lebih dekat ke Tuhan dalam memahami dirinya sendiri, dalam kontras yang menyolok dengan “mengetahui Tuhan dengan kepercayaan”’ sebagai semboyan dari Kekristenan hari modern. Dan pada mulanya individu, bukan Tuhan. Secara imamen (dalam medium fantastis dari abstraksi), Tuhan tidak bereksistensi, ia hanya ada.. Tuhan hanya bereksistensi bagi seseorang yang bereksistensi, artinya, ia hanya dapat bereksistensi dalam kepercayaan. Tuhan, tobat dan sebagainya hanya ada untuk seseorang yang bereksistensi. Jika semua hal telah diselesaikan, maka Tuhan terletak dalam penyempurnaan, jika semua hal telah diselesaikan, tobat jadinya terletak dalam keseimbangan, tetapi tuhan dan tobat itu tidaklah bereksistensi. Oleh karena itu, kepercayaan adalah anitisipasi dari yang abadi yang menjaga kesatuan faktor-faktornya agar tetap bersama, perpecahaan-perpecahan dari eksistensi. Jika seorang individu yang bereksistensi tidak mempunyai kepercayaan, maka Tuhan tidak ada, begitu pula Tuhan tidak bereksistensi, kendatipun dimengerti dari suatu titik pandangan abadi, Tuhan itu abadi.

Analisis eksistensialis Jean Paul Sastre tentang dilema pendidikan modern pedih dan konkrit walaupun mereka tidak mudah menjadikan solusi yang praktis. Sebagaimana yang telah ditunjukkan eksistensialisme bukanlah berguna dengan segera sebagai sumberjawaban terhadap masalah-masalah pendidikan praktis maksudnya adalah untuk memberi saran apa yang harus kita cari dan kearah mana aktivitas kita diarahkan. Hal ini bertujuan untuk merumput kebun yang telah babinya moralitas yang menghambat pertumbuhan tumbuhan-tumbuhan yang lain. Hal ini merupakan suatu usaha untuk menghadapi isu-isu pendidikan dan moral yakni dilema eksistensi manusia. Bagi pendidik modern, esksitensialis merupakan pernyataan untuk menangkis tuntutan-tuntutan dan tekanan masyarakat dan mencari pendidikan dan membuang yang baru dalam mencari pendidik dan untuk individu. Siswa-siswa Profesor Jean Paul Sastre bertanya tentang seseorang yang sebenarnya dapat membuat nilai dengan melakukan pilihan bebas, namun mereka

(2)

berkesimpulan, “kita tidak boleh selalu menekankan kebutuhan setiap individu menyatakan atau menolak nilai-nilai yang baru ada dan sudah siap dibuat. Perang terhadap kehipokritan moral yang dipelopori oleh Kierkegaard dan yang diteruskan Sastre harus menjadi perang pribadi setiap pendidik untuk membangun percaya diri dan hormat diri anak muda pada awal kedewasaannya.”

Demikian juga gelisah dalam nilai setiap doktrin yang secara drastis “membatasi” konsep-konsep tentang tradisi dan masyarakat khususnya berkenaan dengan perbedaan antara eksistensialis dan pendidik modern dalam hal pemenuhan kebutuhan individu versus sosial. Dia menunjukkan batasan-batasannya dengan mengacu kepada Jean Paul Sastre. “Ketidakmampuan eksistensialis untuk memperluas dan menggeneralisasikan” merupakan akibat logis dari doktrin yang begitu muda dan bebas. Mungkin perluasan dan generalisasi akan mengarahkan kepada struktur filosofis yang cocok yang tidak diinginkan kaum eksistensialisme. Sementara itu, istilah “eksistensialisme” muncul tidak lebih dari signifikansi nominal. Contohnya apa yang telah dilakukan ide Jean Paul Sastre tentang rasa takut (Angst) terhadap konsep misteri Jean Paul Sastre’s ?. Apa hubungannya antara ide Heidegger tentang Sein zumTode melahirkan panggilan Sastre untuk melakukan komitmen (keterlibatan) ?. Dimana kita tempatkan Jaspers yang ketika menyusun fondasi baru tentang filofofis eksistensi menyatakan kembali peran sains dan agama ?. Filosofis dan penulis lain yang telah ditempatkan dalam golongan eksistensialis adalah Nietsche, Carlyle, Rousselot, Husserl, Kafka, banyak yang lain belum disebut, walaupun banyakan pandangan mereka yang bertentangan. Bahkan Leguier dipercayai oleh Sastre dengan menyatakan “Faire, et en faisant, se faire” (untuk dilakukan, dan dalam proses melakukan, untuk menjadi).

Pertentangan yang paling kritis dalam membedakan perbedaan-perbedaan mengitari nilai dan maknanya. Kenyataannya jelas bukan gaya filosofis eksitensialis membuat Kierkegaard mengikuti jalannya yang baru memuji Tuhan dan keselamatan. Jaspers terhadap pernyataan tentang filosofis yang dikomunikasi secara murni. Marcel tentang jenis baru faham katolik serta Heidegger dan Sastre terhadap apa yang nampaknya harus kepada kebanyakan orang Amerika berbahaya, jika tidak suka menentang penolakan terhadap semua nilai sosial dan agama—fakta ini hampir memaksa kita untuk mengambil keputusan pribadi seperti siapa yang benar dan siapa yang salah. Kesimpulan yang aman adalah perkembangan terakhir di sekolah filosofis ini belum dibuat dan semua jalan yang dicari oleh orang ini akan diteliti lebih jauh dan dalam beberapa hal kemungkinan dipecahkan. Dalam hasil hanya orang seperti Karl Barth dan Martin Buber, penomologi radikal Sastre dan Heidegger mungkin diselesaikan dengan sikap Marcel dan Jasper’s yang lebih religius.

Karena diberi dasar keyakinan tentang eksitensi, kemungkinan pendekatan yang paling baik terhadap setiap jenis generalisasi ada dalam pemikiran Heidegger dan Sastre, walaupun kesimpulan-kesimpulannya berbahaya dan “radikal”. Yakinlah tidak ada orang yang dapat menolak keberanian kedua pemikir ini yang dalam analisisnya tentang eskistensi manusia telah menelanjangi ketegori warisan nilai dan makna tentang semua hal yang menutupinya. Keinginan untuk menghadapi dengan tidak merasa malu, sebenarnya jika anda ingin masalah dan makna eksistensi manusia sebagai eksistensi individu merupakan tekanan dan panggilan yang mempunyai karekteristik falsafah eksistensialis. Tidak ada alasan

(3)

untuk meragukan kemungkinan bahwa jenis analisis yang radikal ini dan proposisi tentang alam yang lebih signifikan dan optimistik daripada harus selip eksistensialisme. Jika ditujukan untuk penyelesaian dan menjadi falsafah bermakna dan dapat diadaptasikan terhadap manusia modern, akan menjadi lebih utama sebagai hasil dari jenis analisis dengan teliti yang digunakan oleh kedua pemikir ini.

Tetapi jika perkembangan terakhir dalam faham sksitensialis belum muncul pengaruh doktrin tidak ditolak . Critikal disini merupakan karya dua kaum kontemporer seperti Erich Fromm dan David Riesman. Yang terdahulu merupakan seorang psikoanalis dan pengkritik budaya, yang kedua seorang psikologis sosial. Dengan menggunakan metode dan ruang lingkup pengetahuan sosial kontemporer, keduanya berbicara dengan istilah dannilai yang dapat diterima dan dapat diterjemahkan ke dalam logika eksistensialis, sehingga Erich Fromm menyatakan dalam analisisnya tentang dasar kebebasan: “kebebasan positif terdiri dari aktivitas spontan tentang kepribadian yang terintegrasi total”. Dia menggambarkan bagaimana “penguasa-penguasa yang tidak dikenal” tentang media massa dan control dalam pemerintahan dan industri dengan tidak bisa dihindarkan menghasilkan kedua conformis dan kepribadian-kepribadian independen. Perbedaan penjelasan Riesman antara penyesuaian otonomi, dan anomi dalam karakter sosial dengan hati-hati melukiskan nilai kepribadian otonomi dalam jenis karekter, yang digambarkan sebagai “diarahkan di dalam dan diarahkan ke yang lain”. Yang pertama, dalam model eksistensialis, menggunakan sistem nilai sendiri, suara hati dan mengarahkan untuk membimbing kehidupan dan aktivitas-aktivitasnya. Mereka merupakan “self piloting” sesuai dengan apa yang suara-suara dalamnya menyuruh mereka untuk berbuat. Orang yang diarahkan ke yang lain “berkaitan dengan yang lainnya Heidegger. Mereka sensitif terhadap apa yang dipikirkan orang lain tentang mereka; mereka nampaknya rindu untuk disetujui dan sedih ketika ditolak. Kebebasan untuk menentukan terhadap kasus aksi yang akan menjadi miliknya membawa mereka untuk mejadi takut sekali jika tidak sampai panik. Di dalam Fromm dan Riesman, seperti dalam ilmuwan sosial lainnya, kami menekankan pada nilai-nilai pribadi dan otonomi tentang kebebasan dan memahami penelitian ilmiahnya dengan mana nilai-nilai ini. Tujuan kami disini adalah tidak akan terlalu banyak mendemonstrasikan pengaruh eksistensialis terhadap pengetahuan sosial kontemporer akan tetapi menyarankan akibat-akibat yang mungkin pada hal-hal tentang penelitian ilmiah sosial yang modern dan proses filosofis kaum eksistensialis.

Karena banyak guru sendiri diarahkan yang lain, wajarlah mereka menjawab secara tidak kritis dan secara simpatik kepada siswa-siswa yang bertahan terhadap yang diinformasikan khususnya mengenai apa yang mereka harpkan. Mereka meminta dan menerima dari guru tugas-tugas yang jelas diterima menunjukkan persetujuan dan memberikan status. Sebaliknya karya Fromm, Riesman dan yang lain bercampur dengan doktrin eksistensialis untuk mendesak bahwa guru-guru belajar bagaimana mengatasi siswa yang diarahkan ke dalam yang ingin menjadi tokoh-berangkat dengan dirinya sendiri, bebas dari konvensi dan bentuk yang kaku dari organisasi kelas. “Ketidakdapat disiplinan” William Jame’s mungkin cocok menjadi “produk yang paling dibanggakan” di sekolah ada waktu-waktunya yang bila guru perlu meninggalkan siswanya sendiri

(4)

dan sebenarnya untuk melindunginya dari gangguan; Dia perlu menggali seni memahami idiosinkrasi bila di bawah kontrol pikiran dan tidak dalam fakta subversif. Ini berarti bahwa dalam pendidikan formal tentang guru bayaran yang besar perlu ditempatkan pada kepribadian “inner –directed” yang ada pada sekarang dan kebebasan yang besar diberikan untuk spontanitas pikiran dan tindakan. Bagaimanapun juga belajar merupakan masalah pribadi, suatu sintesa pribadi dan kreatif dan interpretasi tentang pengalamannya sendiri. Hampir tidak dapat diharapkan bahwa siswa akan mendapatkan keuntungan secara eksistensialis dari guru yang mereka sendiri tidak didik dalam semangat dan maksud eksistensialis.

Khususnya dalam sistem pendidikan Jean Paul Sastre berorientasi secara sosial dan dimana proses kelompok diberikan banyak permainan, guru menyetujui secara tidak kritis sebelum terori umum yang mayoritas harus benar atau harus memiliki pengetahuan yang lebih besar dari individu yang mayoritas atau kelompok tersebut dibangun. Sementara teori yang demikian secara umum benar faktanya dilupakan sehingga individu kadang-kadang bisa lebih benar dari kelompok itu. Akan tetapi kebanarannya mungkin dihancurkan oleh keputusan pikiran yang sedikit. Eksistensialis mengingatkan guru bahwa kelompok terdiri dari individu-individu; sehingga kelompok bisa takut, ditakuti, cerdas, bodoh, sebagai anggota individunya, Sesungguhnya kelompok dapat lebih jelek dari individu yang memisahkan diri. William Sarayon pernah mengamati di suatu daerah bahwa banyak sekali individu-individu terkesan hanya dalam aritmetika seperti satu juta lebih dari satu misalnya. Kelompok tidak mencat gambar, atau melahirkan anak atau membuat lagu. Mungkin ada sekolah-sekolah pikiran atau sekolah aktivitas, tetapi leluhurnya biasa sendiri-sendiri. Idenya adalah menyalurkan ciptaan individu; Einstein dalam matemetika, Hemingway dalam sastra, Picasso dalam seni, Gandhi dalam reformasi sosial, Fermi dalam sain, Pasteur dalam kedokteran. Semua individu ini bekerja melawan arus yang merupakan opini mayoritas. Sekolah seni, musikal, satra, filsafat dibuat oleh individu-individu. Sekolah atau kelompok tersebut menjadi cermin, penilai, penyetor tentang kreativitas individu.

Eksistensialis bukan sistem filosofis sebagai suatu bentuk baru dalam berfilsafat. Kita biasanya berpikir tentang filosof sebagai seseorang pengamat yang tanpa motif praktis, belajar dan berkonstemplasi tentang pertanyaan yang bersifat abadi tentang kebaikan dan keburukan, esensi dan eksistensi. Profesor Allen menyatakan “eksistensialisme merupakan usaha berfilsafat dari sudut pandang aktor daripada, yang sudah biasa; dari sudut pandang penonton”. Akhirnya, jatuhnya nilai eksistensialisme tentang manusia dan tengan keberadaan kita yang berorientasi sosial berhembus seperti angin segar melalui kontroversi individu dalam hubungannya dengan masyarakat. Hal itu bukanlah jawaban terhadap masalah tersebut. Namun, usahanya untuk mengembangkan moralitas yang baru sejajar dengan pernyataan lengkap dari kebebasan individu, membawa kita ke suatu pengenalan yang banyak dibutuhkan sehingga kemungkinan kita lelah terlalu jauh menekankan terhadap masyarakat dan mungkin sekolah-sekolah negeri kita akan berakhir dengan melakukan kekerasan terhadap individu jika mereka terus mempertahankan pengabdiannya yang sekarang kurang kritis terhadap keanoniman dengan pemikiran masyarakat.

(5)

DAFTAR PUSTA

Referensi

Dokumen terkait

Perencanaan desain yang dilakukan oleh redaksional lebih dititik beratkan kepada materi pemberitaan dengan nilai berita serta nilai jual yang baik, walaupun ada

Sementara itu, berkenaan dengan cara pemecahan kendala-kendala di atas, sebagian responden menyatakan bahwa (1) kualifikasi guru yang belum memadai alternatif pemecahan masalahnya

Hotel X sebagai perusahaan yang menyediakan jasa pelayanan, juga harus memperhatikan faktor – faktor yang menentukan kualitas jasa atau pelayanan yaitu ,

Dari tabel 5 dan gambar 7 diatas , terlihat bahwa semakin kecil laju alir umpan ,maka kadar sulfur yang terambil pada batubara akan semakin besar hal ini

Berikut penelitian sejenis yang digunakan pada penelitian ini, antara lain Soni, dkk,(2014) yang mengatakan Aspek penting dari pit lake antara lain hidrologi,

Secara umum dari parameter evaluasi ketelitian tahap simulasi, pemodelan hidrologi hujan-aliran IFAS yang menggunakan data hujan curah satelit lebih baik dengan

Telah dikemukakan sebelumnya bahwa kata kerukunan hanya digunakan atau berlaku hanya dalam kehidupan pergaulan kerukunan antar umat beragama bukan berarti

ةيميت نبا دنع باتكلا لهأ )ةيليلتح ةيفصو ةسارد( :همدق كلمـلا دبع بسح :ليجستلا مقر 34.2.1.11661 مسق نايدلأا ةنراقم ةيلك نيدلا لوصأ ةيملاسلإا