• Tidak ada hasil yang ditemukan

Askep Emboli Air Cairan Ketuban (2)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Askep Emboli Air Cairan Ketuban (2)"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

ASKEP EMBOLI AIR CAIRAN KETUBAN

I. Pengertian

 Emboli cairan ketuban adalah gangguan dimana sejumlah besar cairan ketuban tiba – tiba memasuki aliran darah. Cairan ketuban berisi sampah yang dapat menghambat pembuluh darah dan mencairkan darah yang mempengaruhikoagulasi.

 Emboli cairan ketuban menurut dr. Irsjad Bustaman, SPOG adalah masuknya cairan ketuban serta komponennya ke dalam sirkulasi darah ibu. Yang termasuk komponen dalam air ketuban adalah lapisan kulit janin yang terlepas, rambut janin, lapiasan lemak janin.Dua tempat utama masuknya cairan ketuban kedalam sirkulasi darah maternal adalalah vena endocervical ( yang dapat terobek sekalipun pada persalinan normal )dan daerah utero plasenta. Ruputra uteri meningkat kemungkinan masuknya cairan ketuban . Abruption plasenta merupakan peristiwa yang sering di jumpai.

II. Etiologi

Menurut (Mitayani.2009), etiologi dari emboli air ketuban adalah :  Multiparitas dan Usia lebih dari 30 tahun

Shock yang dalam yang terjadi secara tiba – tiba tanpa diduga pada wanita yang proses persalinanya sulit atau baru saja menyelesaikan persalinan yang sulit . Khususnya kalau wanita itu multipara berusia lanjut dengan janin yang amat besar , mungkin sudah meningal dengan meconium dalam cairan ketuban, harus menimbulkan kecurigaan, pada kemungkinan ini ( emboli cairan ketuban ) .

 Janin besar intrauteri

Menyebabkan rupture uteri saat persalinan, sehingga cairan ketubanpun dapat masuk melalui pembuluh darah.

 Kematian janin intrauteri

Juga akan menyebabkan perdarahan didalam, sehingga kemungkinan besar akan ketuban pecah dan memasuki pembuluh darah ibu, dan akan menyubat aliran darah ibu, sehingga lama kelamaan ibu akan mengalami gangguan pernapasan karena cairan ketuban menyubat aliran ke paru, yang lama kelamaan akan menyumbat aliran darah ke jantung, dengan ini bila tidak tangani dengan segera dapat menyebabkan iskemik bahkan kematian mendadak.

 Meconium dalam cairan ketuban

Terjadinya mekonium di dalam kandungan mengakibatkan air ketuban menjadi hijau keruh bahkan hingga berwarna hitam dan akan mengakibatkan gangguan kesehatan pada bayi apabila tidak segera ditangani.

(2)

 Kontraksi uterus yang kuat

Kontraksi uterus yang sangat kuat dapat memungkinkan terjadinya laserasi atau rupture uteri, hal ini juga menggambarkan pembukaan vena, dengan pembukaan vena, maka cairan ketuban dengan mudah masuk ke pembuluh darah ibu, yang nantinya akan menyumbat aliran darah, yang mengakibatkan hipoksia, dispue dan akan terjadi gangguan pola pernapasan pada ibu.

 Insidensi yang tinggi kelahiran dengan operasi

Dengan prosedur operasi tidak jauh dari adanya pembukaan pembuluh darah, dan hal ini dapat terjadi ketuban pecah dan masuk ke pembuluh darah ibu.

III. Patofisiologi

Perjalanan cairan amnion memasuki sirkulasi ibu tidak jelas, mungkin melalui laserasi pada vena endoservikalis selama diatasi serviks, sinus vena subplasenta, dan laserasi pada segmen uterus bagian bawah. Kemungkinan saat persalinan, selaput ketuban pecah dan pembuluh darah ibu (terutama vena) terbuka. Akibat tekanan yang tinggi, antara lain karena rasa mulas yang luar biasa, air ketuban beserta komponennya berkemungkinan masuk ke dalam sirkulasi darah. Walaupun cairan amnion dapat masuk sirkulasi darah tanpa mengakibatkan masalah tapi pada beberapa ibu dapat terjadi respon inflamasi yang mengakibatkan kolaps cepat yang sama dengan syok anafilaksi atau syok sepsis.

Selain itu, jika air ketuban tadi dapat menyumbat pembuluh darah di paru-paru ibu dan sumbatan di paru-paru meluas, lama kelamaan bisa menyumbat aliran darah ke jantung. Akibatnya, timbul dua gangguan sekaligus, yaitu pada jantung dan paru-paru.

Pada fase I, akibat dari menumpuknya air ketuban di paru-paru terjadi vasospasme arteri koroner dan arteri pulmonalis. Sehingga menyebabkan aliran darah ke jantung kiri berkurang dan curah jantung menurun akibat iskemia myocardium. Mengakibatkan gagal jantung kiri dan gangguan pernafasan.

Perempuan yang selamat dari peristiwa ini mungkin memasuki fase II. Ini adalah fase perdarahan yang ditandai dengan pendarahan besar dengan rahim atony dan Coagulation Intaravakuler Diseminata ( DIC ). Masalah koagulasi sekunder mempengaruhi sekitar 40% ibu yang bertahan hidup dalam kejadian awal. Dalam hal ini masih belum jelas cara cairan amnion mencetuskan pembekuan. Kemungkinan terjadi akibat dari embolisme air ketuban atau kontaminasi dengan mekonium atau sel-sel gepeng menginduksi koagulasi intravaskuler.

(3)
(4)

V. Manifestasi Klinis

Tanda-tanda dan gejala yang menunjukkan kemungkinan emboli cairan ketuban:

1. Tekanan darah turun secara signifikan dengan hilangnya diastolik pada saat pengukuran ( Hipotensi )

2. Dyspnea 3. Batuk

4. Sianosis perifer dan perubahan pada membran mukosa akibat dari hipoksia.

5. Janin Bradycardia sebagai respon terhadap hipoksia, denyut jantung janin dapat turun hingga kurang dari 110 denyut per menit (dpm). Jika penurunan ini berlangsung selama 10 menit atau lebih, itu adalah Bradycardia. Sebuah tingkat 60 bpm atau kurang lebih 3-5 menit mungkin menunjukkan Bradycardia terminal.

6. Pulmonary edema. 7. Cardiac arrest.

8. Rahim atony: atony uterus biasanya mengakibatkan pendarahan yang berlebihan setelah melahirkan.Kegagalan rahim untuk menjadi perusahaan dengan pijat bimanual diagnostik.

9. Koagulopati atau pendarahan parah karena tidak adanya penjelasan lain (DIC terjadi di 83% pasien.)

VI. Pemeriksaan Diagnostik

1. Gas darah arteri : pO2 biasanya menurun.

2. Tekanan vena sentralis dapat meningkat, normal, atau subnormal tergantung pada kuantitas hilangnya darah. Darah vena sentralis dapat mengandung debris selular cairan amninon.

3. Gambaran koagulasi ( fibrinogen, hitung jumlah trombosit, massa protrombin, produk pecahan fibrin. Dan massa trombo[lastin parsial ) biasanya abnormal , menunjukkan DIC.

4. EKG dapat memperlihatkan regangan jantung kanan akut.

(5)

6. Foto toraks biasanya tidak diagnostic tapi dapat menunjukkan infiltrate. Scan paru dapat memperlihatkan defek perfusi yang sesuai dengan proses emboli paru.

VII. Penatalaksanaan

1. Terapi krusnal , meliputi : resusitasi , ventilasi , bantuan sirkulasi , koreksi defek yang khusus ( atonia uteri , defek koagulasi ).

2. Penggatian cairan intravena & darah diperlukan untuk mengkoreksi hipovolemia & perdarahan .

3. Oksitosin yang di tambahkan ke infus intravena membantu penanganan atonia uteri.

4. Morfin ( 10 mg ) dapat membantu mengurangi dispnea dan ancietas .

5. Heparin membantu dalam mencegah defibrinasi intravaskular dengan menghambat proses perbekuan.

6. Amniofilin ( 250 – 500 mg ) melalui IV mungkin berguna bila ada bronkospasme ..

7. Isoproternol menyebabkan vasodilatasi perifer, relaksi otot polos bronkus, dan peningkatan frekuensi dan kekuatan jantung. Obat ini di berikan perlahan – lahan melalui Iv untuk menyokong tekanan darah sistolik kira – kira 100 mmHg.

8. Kortikosteroid secara IV mungkin bermanfaat .

9. Heparin membantu dalam mencegah defibrinasi intravaskuler dengan menghambat proses pembekuan.

10. Oksigen diberikan dengan tekanan untuk meningkatkan.

11. Untuk memperbaiki defek koagulasi dapat digunakan plasma beku segar dan sedian trombosit.

12. Defek koagulasi harus dikoreksi dengan menggunakan heparin / fibrinogen. 13. Darah segar diberikan untuk memerangi kekurangan darah; perlu diperhatikan

agar tidak menimbulkan pembebanan berlebihan dalam sirkulasi darah. 14. Digitalis berhasiat kalau terdapat kegagalan jantung.

(6)

1. Edema paru yang luas dan akhirnya mengakibatkan kegagalan dan payah jantung kanan.

2. Ganguan pembekuan darah.

IX. Prognosis

Sekalipun nortalitas tinggi, emboli cairan tidak selalu membawa kematian pada tiap kasus. 75% wanita meninggal sebagai akibat langsung emboli. Sisanya meninggal akibat perdarahan yang tidak terkendali. Mortalitas feral tinggi dan 50% kematian terjadi inutera.

ASUHAN KEPERAWATAN A. Pengkajian

Pengkajian tehadap kesehatan pasien sangat diperlukan dalam menindaklanjuti suatu intervensi keperawatan kepada pasien. Dengan adanya pengkajian yang menyeluruh maka intervensi keperawatan kepada pasien akan semakin optimal, hal ini di awali dengan Menetapkan kapan gejala mulai timbul, Menetapkan kapan gejala timbul, apa yang menjadi pencetusnya, apa yang dapat menghilangkan atau meringankan gejala tersebut dan apa yang memperburuk gejala adalah bagian dari pengkajian, juga mengidentifikasi setiap riwayat alergi atau adanya penyakit yang timbul bersamaan.

Anamnesa,meliputi: 1. Identitas pasien

Biasanya hal ini terjadi pada ibu yang hamil berusia 30 tahun 2. Riwayat Sakit dan Kesehatan

Adanya pulmory edema, cardiac arrest, rahim atony, 3. Pemeriksaan Fisik

Review Of System (ROS)

 B1 (BREATH) : Dyspnea, batuk

 B2 (BLOOD) : Sianosis perifer dan perubahan pada membran mukosa akibat dari hipoksia, Tekanan darah turun secara signifikan dengan hilangnya diastolik pada saat pengukuran ( Hipotensi )

(7)

 B3 (BRAIN) : kesadaran menurun  B4 (BLADDER): oliguri,

 B5 (BOWEL) : - B6 (BONE) :

-B. Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan Vasospasme arteri pulmonalis

2. Ketidakefektifan pola pernapasan yang berhubungan dengan penurunan oksigen dalam udara inspirasi

3. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan kadar oksigen dalam sirkulasi menurun 4. Defisit volume cairan behubungan dengan pendarahan

5. Intolensi aktivitas berhubungan dengan berkurangnya oksigen dalam ginjal

C. Intervensi

1.) Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan Vasospasme arteri pulmonalis

Tindakan/intervensi Rasional

1. Pantau frekuensi kedalaman

pernapasan. Catat penggunaan otot aksesori, nafas bibir, tidakmampuan bicara/ berbincang

Berguna dalam evaluasi derajat distress pernapasan dan/atau kronisnya proses penyakit.

2. Tinggikan kepala tempat tidur, bantu

pasien untuk memilih posisi yang mudah untuk bernapas. Dorong nafas perlahan atau nafas bibir sesuai kebutuhan atau toleransi individu.

Memudahkan pengiriman O2 dan latihan nafas untuk menurunkan kolaps jalan nafas, dispnea dan kerja nafas.

3. Awasi secara rutin kulit dan warna

membrane mukosa.

diagnosis sentral mengindikasikan beratnya hipoksemia.

4. Auskultasi bunyi nafas, catat area

penurunan aliran udara dan/atau bunyi tambahan.

Mengetahui adanya mengi ,mengindikasikan secret. Krekel basah menyebar menunjukkan cairan pada intertisial/dekompensasi jantung.

5. Berikan oksigen tambahan yang sesuai

dengan indikasi hasil GDA dan toleransi pasien.

Dapat memperbaiki/ mencegah memburuknya hypoxia.

6. Bantu instubasi, berikan/ pertahankan

ventilasi mekanik,dan pindahkan UPI

Terjadinya suatu kegagalan nafas yang akan datang memerlukan penyelamatan hidup.

(8)

2.) Ketidakefektifan pola pernafasan berhubungan dengan penurunan dalam udara inspirasi

Tindakan/intervensi Rasional

1. Berikan posisi fowler atau semi fowler Memaksimalkan ekspansi paru, menurunkan kerja pernapasan, dan menurunkan resiko aspirasi

2. Ajarkan teknik napas dalam dan atau

pernapasan bibir atau pernapasan diafragmatik abdomen bila diindikasikan

Membantu meningkatkan difusi gas dan ekspansi jalan napas kecil, memberika pasien beberapa kontrol terhadap pernapasan, membantu menurunkan ansietas.

3. Obserfasi TTV (RR atau frekuensi permenit) Mengetahui keadekuatan frekuensi pernapasan dan keefektifan jalan napas

3.) Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan kadar oksigen dalam sirkulasi menurun

Tindakan/intervensi Rasional

1. Kaji dan selidiki nyeri dada,dispnea Mengetahui penurunan CO2 dalam aliran

darah dan menghindari resiko dispnea

2. Observasi ekstremitas terhadap edema meningkatkan resiko pembentukan trombosis

vena

3. Observasi hematuri. Menandakan emboli ginjal

4. Perhatikan nyeri abdomen kiri atas. Menandakan emboli splenik

4.) Defisit volume cairan behubungan dengan pendarahan

Tindakan/intervensi Rasional

1. Tranfusi darah Menggantikan darah yang berkurang atau

(9)

tidak terjadi hipovolemia

5.) Intolensi aktivitas berhubungan dengan berkurangnya oksigen dalam ginjal

Tindakan/intervensi Rasional

1. Pertahankan pasien tirah baring

selama sakit akut dan pertahankan pemberian bantuan oksigen yang adekuat

Membantu memenuhi pasokan oksigen ke dalam tubuh

2. Kaji kemampuan pasien untuk

melakukan aktivitas sehari-hari dan berikan lingkungan yang tenang batasi pengunjung

Mempengaruhi intervensi atau bantuan dan meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhn oksigen tubuh dan menurunkan regangan jantung dan paru-paru

Referensi

Dokumen terkait