• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIFITAS KRIM EKSTRAK BIJI MIMBA 10% PADA PENDERITA SKABIES THE EFFECTIVENESS OF 10% NEEM SEED EXTRACT CREAM FOR SCABIES

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EFEKTIFITAS KRIM EKSTRAK BIJI MIMBA 10% PADA PENDERITA SKABIES THE EFFECTIVENESS OF 10% NEEM SEED EXTRACT CREAM FOR SCABIES"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIFITAS KRIM EKSTRAK BIJI MIMBA 10% PADA PENDERITA

SKABIES

THE EFFECTIVENESS OF 10% NEEM SEED EXTRACT CREAM FOR

SCABIES

Nasriyani Zainal, Farida Tabri, Sri Vitayani Muchtar, Khairuddin Djawad

Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, Fakultas Kedokteran, Universitas

Hasanuddin

Alamat Korespondensi :

dr. Nasriyani Zainal

Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin

Fakultas Kedokteran

Universitas Hasanuddin, Makassar

Hp.081355433067

(2)

Abstrak

Skabies adalah penyakit kulit menular yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi tungau Sarcoptes scabiei dan produknya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektifitas pemberian krim ekstrak biji mimba 10% pada penderita skabies. Penelitian dilakukan di Poliklinik Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar, RS jejaring, pesantren dan panti asuhan di Makassar dengan metode penelitian yang digunakan adalah uji klinis before-after single blind randomized clinical trial. Sampel penelitian sebanyak 40 penderita skabies, terbagi atas 20 orang kelompok 1 adalah penderita skabies yang mendapat terapi krim ekstrak biji mimba 10% dan 20 orang kelompok 2 adalah penderita skabies yang mendapat terapi krim permetrin 5%. Dilakukan pemeriksaan dermoskopis untuk melihat jumlah tungau dengan menggunakan alat handyscope, serta menilai keadaan klinis pasien dan diberikan perlakuan selama satu kali seminggu sebanyak dua kali pemberian yang dioleskan pada seluruh tubuh. Kemudian evaluasi dilakukan pada hari ke-0, hari ke-7 dan hari ke-14. Hasil penelitian menunjukkan dari segi kesembuhan klinis krim permetrin 5% lebih efektif dibandingkan krim ekstrak biji mimba 10% (p<0,05), dan dari segi hasil dermoskopis antara krim permetrin dan mimba tidak menunjukkan perbedaan bermakna (p>0,05). Jadi disimpulkan bahwa krim ekstrak biji mimba 10% tidak lebih efektif jika dibandingkan krim permetrin 5%.

Kata kunci : skabies, permetrin, mimba

Abstract

Scabies is highly contangious disease of the skin caused by infestation and sensitation of Sarcoptes scabiei var. hominis and his products.The aim of this study to determine the effectiveness of 10% neem seed extract cream in scabies patients. The study was conducted at the Dermatology Clinic of the Dermatology and Venereology Department Wahidin Sudirohusodo hospital Makassar, hospital networks, schools and orphanages in Makassar by using the before-after method of single-blind randomized clinical trial. The research sample were 40 patients with scabies who were grouped into two treatment groups: 20 patients group 1 provided with 10% neem seed extract cream and 20 patients group 2 using 5% permethrin cream. Dermoskopis examination to see the number of mites by using handyscope tool, and assess the patient's clinical condition and then treatment given once a week for two times of administration applied to the entire body. Then the evaluation performed at day 0, day 7 and day 14. The results showed in terms of clinical cure 5% permethrin cream is more effective than 10% neem seed extract cream (p <0.05), and in terms of dermoskopis results between 5% permethrin cream and 10% neem seed extract cream showed no significant differences (p> 0.05). We concluded that 10% neem seed extract not effective if compare with 5% permethrin cream.

(3)

PENDAHULUAN

Skabies adalah penyakit kulit menular yang disebabkan oleh infestasi dan

sensitisasi tungau Sarcoptes scabiei dan produknya. Sinonim atau nama lain skabies

adalah kudis, the itch, gudig, budukan dan gatal agogo. Skabies terjadi baik pada laki-laki

maupun perempuan, pada semua kelompok usia, ras dan kelas sosial. Namun menjadi

masalah utama pada daerah yang padat dengan gangguan sosial, sanitasi yang buruk, dan

negara dengan keadaan perekonomian yang kurang. Skabies ditularkan melalui kontak

fisik langsung dengan penderita (skin-to-skin) maupun tidak langsung (pakaian, handuk

dan tempat tidur yang dipakai bersama).(Binic et al., 2010, Stone et al., 2008)

Penatalaksanaan terhadap penderita skabies adalah secara menyeluruh yaitu

seluruh anggota keluarga harus diobati dan memenuhi syarat pengobatan seperti efektif

membunuh pada semua stadium tungau skabies, tidak menimbulkan iritasi atau toksisitas,

tidak berbau atau merusak pakaian dan mudah diperoleh serta murah harganya. Jenis obat

yang digunakan seperti sulfur presipitatum, benzyl benzoate, permethrin, krotamiton dan

sebagainya. (Khartikeyan, 2005)

Akhir-akhir ini telah dikembangkan berbagai terapi sistemik maupun topikal

untuk penanganan skabies. Terapi sistemik pada skabies hanya diindikasikan untuk

skabies berat. Oleh karena itu, penggunaan terapi topikal merupakan terapi utama pada

skabies.

Tanaman mimba (Azadirachta indica A. Juss) merupakan tanaman yang cukup

dikenal oleh masyarakat Indonesia. Tanaman mimba merupakan tanaman yang serba

guna. Selain produk kayunya, tanaman mimba sangat potensial sebagai penghasil obat

(biofarm

aka).

Sudah lebih dari 4000 tahun minyak mimba (MM) digunakan secara

tradisional sebagai obat . (Pankaj et al., 2011). Kegunaan mimba diantaranya sebagai anti

bakteri, insektisida, anti fungal, anti malaria, anti inflamasi, anti piretik, anti histamin,

anti protozoa, untuk ulkus, dan masih banyak lagi kegunaan yang lain.(Bhowmik, dkk.,

2010)

Minyak mimba telah digunakan di berbagai negara untuk pengobatan anti parasit,

anti skabies. Charles V. dan Charles SX., 1992 melakukan penelitian menggunakan pasta

campuran minyak mimba dan kunyit pada penderita skabies, dan hasilnya 97%

memberikan perbaikan pada 814 pasien setelah terapi selama 3 – 15 hari. (Charles, dkk.,

(4)

1992). Studi yang dilakukan oleh Tabassam et al., 2008 menunjukkan efektifitas ointment

methanol dengan ekstrak biji mimba 20% terhadap infestasi Sarcoptes scabiei pada

domba.(Tabassam et al., 2008)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas krim ekstrak biji mimba 10%

pada penderita skabies.

METODE PENELITIAN

Lokasi dan rancangan penelitian

Penelitian dilakukan di Poliklinik Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Dr. Wahidin

Sudirohusodo Makassar, RS jejaring, pesantren dan panti asuhan di Makassar, yang

dilaksanakan pada bulan Januari- Februari 2013. Jenis penelitian yang dilakukan

penelitian uji klinis before-after single blind control trial untuk mengetahui apakah krim

ekstrak biji mimba 10% efektif untuk penderita skabies.

Populasi dan sampel

Sampel penelitian sebanyak 40 penderita skabies, terbagi atas 20 orang kelompok

1(kasus) adalah penderita skabies yang mendapat terapi krim ekstrak biji mimba 10% dan

20 orang kelompok 2 (pembanding) adalah penderita skabies yang mendapat terapi krim

permetrin 5%. Sampel penelitian ini adalah semua penderita skabies yang telah

didiagnosis secara klinis yang memenuhi kriteria penerimaan sampel penelitian. Kriteria

inklusi kelompok kasus : Penderita skabies laki-laki atau perempuan, usia >2 tahun,

dengan gejala klinis yang khas dan hasil pemeriksaan penunjang dengan dermoskopis,

ditemukan adanya tungau Sarcoptes scabiei, pasien tidak menggunakan prefarat topikal

lainnya, bersedia ikut dalam penelitian dan menandatangani formulir informed concent.

Kriteria eksklusi : penderita yang menderita penyakit inflamasi kulit lain yang

ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisis, penderita yang sementara

dalam perlakuan mengalami efek samping obat, tidak setuju untuk ikut dalam penelitian.

Metode

Seluruh subjek yang telah memenuhi kriteria penelitian diminta mengisi kuesioner

mengenai data pribadi dan riwayat penyakit, dilakukan pemeriksaan mikroskopis

(5)

kamera digital dan pemeriksaan dermoskopis dilakukan dengan menggunakan alat

handyscope yang disambungkan dengan iphone.

Analisis statistik

Data diolah menggunakan Statistical Package for Social Science (SPSS) versi 12.

Metode statistik yang digunakan adalah perhitungan nilai rerata, simpang baku, sebaran

frekuensi dan uji statistik. Uji statistik yang digunakan adalah Wilcoxon Signed Rank

Test dan Mann Whitney test dengan tingkat kemaknaan p<0,05.

HASIL

Selama periode penelitian, diperoleh 40 jumlah sampel yang terbagi dalam 2

kelompok yaitu kelompok kasus (penderita skabies yang diterapi dengan krim ekstrak biji

mimba 10%) dan kelompok pembanding (penderita skabies yang diterapi dengan krim

permetrin 5% ) terdiri dari 37 orang (92,5%) laki-laki dan 3orang (7,5%) perempuan

yang memenuhi kriteria penelitian dengan rata-rata usia 11-15 tahun. Untuk kelompok

kasus terdiri dari 19 orang (95%) laki-laki dan 1 orang (5%) perempuan, dengan usia

6-10 tahun (5%), 11-15 tahun (90%) dan >15 tahun (5%). Sedangkan kelompok

pembanding terdiri dari 18 orang (90%) laki-laki dan 2 orang (10%) perempuan, dengan

usia 6-10 tahun (5%), 11-15 tahun (70%), dan >15 tahun (25%).

Data dari penelitian ini tidak terdistribusi normal, dengan jumlah sampel < 50 dan

p< 0,05 dari uji Shapiro-Wilk, sehingga untuk menguji efektifitas krim sebelum dan

sesudah pemberian pada kelompok kasus digunakan uji Wilcoxon Signed Rank Test. Dan

untuk menguji perbandingan efektifitas antara kelompok kasus dan kelompok

pembanding digunakan uji Mann Whitney test.

Berdasarkan tabel 1, dari segi hasil pemeriksaan dermoskopis terdapat perbedaan

yang signifikan p< 0,05 sebelum dan sesudah diberi krim ekstrak biji mimba 10%. Pada

tabel 2 untuk hasil perbaikan klinis pada kelompok kasus sebelum dan sesudah

pemberian krim ekstrak biji mimba 10%, terdapat perbedaan yang signifikan p<0,05.

Begitu pula halnya pada tabel 3 yang menunjukkan hasil perbaikan klinis pada kelompok

pembanding sebelum dan sesudah pemberian krim permetrin 5%, terdapat perbedaan

yang signifikan p<0,05. Pada tabel 4 didapatkan bahwa perbaikan klinis sesudah

pemberian krim ekstrak biji mimba 10% bila dibandingkan dengan pemberian krim

(6)

permetrin 5% secara statistik terdapat perbedaan yang signifikan dengan p<0,05.

Sehingga untuk perbaikan klinis pada penderita skabies yang diberi terapi krim permetrin

5% masih lebih efektif bila dibandingkan dengan pemberian krim ekstrak biji mimba

10%. Sementara pada tabel 5 menunjukkan perbandingan hasil dermoskopis sesudah

pemberian antara krim ekstrak biji mimba 10% dengan krim permetrin 5% tidak terdapat

perbedaan yang bermakna (p>0,05).

PEMBAHASAN

Pada penelitian ini dilaporkan efektifitas krim ekstrak biji mimba 10% pada

penderita skabies. Dengan menilai perbaikan klinis dengan memperhatikan keluhan dan

gejala klinis pasien serta melakukan pemeriksaan dermoskopis dengan menggunakan alat

handyscope sebelum dan sesudah terapi pemberian krim ekstrak biji mimba 10% dan

krim permetrin 5%. Penelitian dilakukan selama 14 hari dengan memberikan perlakuan

terapi yang berbeda antara kelompok kasus dengan krim ekstrak biji mimba 10% dan

kelompok pembanding dengan krim permetrin 5%.

Skabies dapat menyerang semua orang dan banyak ditemukan pada usia anak

serta remaja. Penularan terjadi akibat kontak langsung dengan kulit pasien atau kontak

tidak langsung dengan benda yang terkontaminasi tungau sehingga skabies dapat

mewabah pada daerah padat penduduk seperti daerah kumuh, penjara, panti asuhan, panti

jompo dan sekolah asrama (pesantren). Akhir-akhir ini telah dikembangkan berbagai

terapi sistemik maupun topikal untuk penanganan skabies. Terapi sistemik pada skabies

hanya diindikasikan untuk skabies berat. Oleh karena itu, penggunaan terapi topikal

merupakan terapi utama pada skabies. (Mumcuoglu, dkk., 2009, Khartikeyan, 2005)

Pada penelitian ini digunakan terapi topikal dari tanaman herbal yaitu ekstrak biji

mimba yang dibandingkan dengan terapi topikal yang selama ini banyak digunakan untuk

penderita skabies yaitu krim permetrin. Pada tabel 1 selama pengamatan sebelum dan

setelah pemberian krim ekstrak biji mimba 10% menunjukkan perbedaan yang signifikan

dari segi hasil dermoskopisnya, ini berarti bahwa pemberian krim ekstrak biji mimba

10% mampu mengurangi banyaknya tungau setelah pemberian terapi. Namun pada

kelompok yang diterapi dengan permetrin 5% memberikan hasil pengurangan jumlah

tungau yang jauh lebih besar bila dibandingkan dengan pemberian ekstrak biji mimba

(7)

10%. Sementara pada tabel 5 yang menunjukkan perbandingan hasil dermoskopis antara

kelompok sebelum dan setelah pemberian krim ekstrak biji mimba 10% dengan

permetrin 5% tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan (p>0,05). Perbedaan hasil

ini dapat disebabkan karena masih rendahnya kadar ekstrak biji mimba yang digunakan

dalam penelitian ini (10%) sehingga dalam hal efektifitas dan potensi sebagai anti skabies

yang dikandungnya tidak setara dengan kadar anti skabies dalam permetrin 5%. Hal ini

sesuai dengan studi yang dilakukan oleh Tabassam et al., 2008 yang menunjukkan

efektifitas ointment methanol dengan ekstrak biji mimba 20% terhadap infestasi

Sarcoptes scabiei pada domba.(Tabassam et al., 2008).

Sedangkan untuk perbaikan klinis pada tabel 2, 3 dan 4 diperoleh data bahwa

perbaikan klinis dengan krim permetrin 5% sudah terlihat maksimal sejak penggunaan

minggu 1 yang dapat dilihat pada hasil klinis hari ke-7. Sementara dengan krim ekstrak

biji mimba 10% hasil pada hari ke-7 tidak menunjukkan perbaikan klinis yang cukup

berbeda dengan sebelum pengobatan. Perbaikan klinis yang setara dengan krim

permetrin 5% hari ke-7 untuk penggunaan ekstrak biji mimba 10% diperoleh setelah

penggunaan minggu ke-2 yakni pada hari ke-14. Dari hasil ini dapat terlihat bahwa

perbaikan klinis secara optimal telah dicapai pada hari ke-7 untuk penggunaan permetrin

5% sementara perbaikan klinis secara optimal untuk penggunaan krim ekstrak biji mimba

10% baru dapat tercapai setelah hari ke-14. Hal ini tentu saja sangat tergantung pada

konsentrasi komponen aktif obat yang digunakan, oleh karena optimalisasi dan potensi

efektifitas terapi topikal sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya konsentrasi zat aktif

yang terkandung dalam obat-obatan topikal. Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang

menyebutkan bahwa beberapa faktor yang dapat mempengaruhi suatu formulasi, aplikasi

dan subjek terhadap penyerapan obat adalah konsentrasi obat, dosis total, ketebalan

aplikasi, pH formulasi, lipopilisitas obat, lipopilisitas vehikulum, temperatur, hidrasi atau

oklusi dan faktor pasien seperti umur, jenis kelamin, lokasi aplikasi. (Shah VP et al.,

1992)

Efektifitas dari minyak mimba untuk terapi skabies pernah diteliti oleh Charles V.

dan Charles SX., 1992 dengan menggunakan pasta campuran minyak mimba dan kunyit

pada penderita skabies, dan hasilnya 97% memberikan perbaikan pada 814 pasien setelah

terapi selama 3 – 15 hari. (Charles, dkk., 1992). Selain itu penggunaan mimba untuk

(8)

terapi head lice juga pernah diteliti oleh Abdel-Gaffhar dan Semmler, 2007, dengan

menggunakan sampo mimba untuk 66 anak (4-15 tahun) dan memberikan efektifitas 86%

- 97% setelah sekali aplikasi. Tidak ada efek samping yang ditimbulkan. (Abdel-Ghaffar

dan Semmler, 2007)

Studi yang dilakukan oleh Bachewar et al., 2009, membandingkan efektifitas

antara benzyl benzoate, permetrin dan ivermectin menunjukkan invermectin memberikan

angka kesembuhan ±100% setelah dua minggu terapi. Sementara permetrin menurunkan

pruritus 76% di akhir minggu pertama. (Bachewar et al., 2009). Sementara penelitian

yang dilakukan oleh Saqib et al., yang membandingkan efikasi antara permetrin topikal

dan ivermectin oral menunjukkan hasil pada kedua grup 66,7% memberikan kesembuhan

dan hasilnya tidak ada perbedaan yang signifikan antara permetrin dan ivermectin. (Saqib

et al.,2012)

Selama terapi secara keseluruhan, krim ekstrak biji mimba 10% dan krim

permetrin 5% dapat ditoleransi dengan baik, dimana selama terapi tidak ada dilaporkan

atau ditemukannya keluhan efek samping (iritasi, rasa terbakar, maserasi) atau reaksi

alergi dari pengobatan pada seluruh penderita dari kedua kelompok.

Ada beberapa keterbatasan dari penelitian ini, yaitu kepatuhan penderita dengan

pengobatan tidak dapat dievaluasi, sehingga tidak dapat diketahui apakah penderita

menggunakan, mengaplikasikan obatnya secara tepat seperti yang telah dijelaskan

sebelum terapi. Selain itu tidak ada penelitian yang sama sebagai pembanding dari hasil

penelitian ini untuk memperkuat hasil penelitian ini. Keterbatasan lain kemungkinan

disebabkan karena konsentrasi dari krim ekstrak biji mimba yang diberikan 10%,

sementara penelitian sebelumnya yang pernah dicobakan pada konsentrasi 20%, hal ini

dikarenakan keterbatasan dalam pembuatan krim dengan konsentrasi yang lebih tinggi.

Kemungkinan dengan peningkatan konsentrasi krim akan membuat efek krim ekstrak biji

mimba terhadap penderita skabies menjadi lebih baik.

Keterbatasan pemeriksaan dermoskopik non kontak adalah pemeriksaan tidak

dapat mendeteksi telur atau feses tungau yang juga dapat menunjang diagnosis pasti

skabies. Pemeriksaan dermoskopik non kontak juga memerlukan pengamatan lesi dari

jarak yang dekat sehingga pemeriksaan di daerah genitalia dapat menimbulkan kondisi

(9)

yang kurang nyaman bagi pasien dan pemeriksa. Selain itu pemeriksaan dermoskopis

harus dilakukan dengan penuh ketelitian, keakuratan dari pemeriksa.

KESIMPULAN DAN SARAN

Efekfifitas krim ekstrak biji mimba 10% secara kesembuhan klinis untuk terapi

skabies berbeda bermakna dibandingkan dengan krim permetrin 5%. Namun secara

dermoskopis efektifitas krim ekstrak biji mimba 10% untuk terapi skabies tidak berbeda

dibandingkan dengan krim permetrin 5%. Sehingga untuk lebih mengetahui efektifitas

krim ekstrak biji mimba ini sebaiknya dapat dicobakan dalam konsentrasi yang lebih

tinggi dan perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih besar

dan waktu pengamatan yang lebih lama sehingga hasil penelitian yang diperoleh lebih

akurat untuk memperkuat hasil penelitian ini. Dan untuk pemeriksaan dermoskopis perlu

dilakukan penelitian lebih lanjut guna menentukan keandalan dermoskopis pada populasi

dengan karakteristik sosiodermografi yang lebih heterogen serta penelitan selanjutnya

mengenai keandalan dermoskopis pada berbagai derajat keparahan skabies.

DAFTAR PUSTAKA

Abdel-Ghaffar F., Semmler M. 2007. Efficacy of neem seed extract shampoo on head

lice of naturally infected humans in Egypt. Parasitol Res. 100(2): 329-32.

Bachewar N.P., Thawani V.R, Mali S.N., Gharpure K.J., Shingade V.P., Dekhale G.N.

2009. Comparison of safety, efficacy, and cost effectiveness of benzyl benzoate,

permetrhin, and ivermectin in patients of scabies. Indian J of Pharma. 41(1): 9-14

Bhowmik, D., Chiranjib, Yadav J., Tripathi K.K & Kumat K.P.S. 2010. Herbal Remedies

of Azadirachta indica and its medicinal application. J.Chem. Pharm. Res. 2(1):

62-72.

Binic, I., Jankovic, A., Jovanovic, D. & Ljubenovic, M. 2010 Crusted (Norwegian)

Skabies Following Systemic and Topical corticosteroid therapy. J Korean Med

Sci. 52: 188-191.

Charles, V. & Charles, S. 1992 The use and efficacy of Azadirachta indica ADR ('Neem')

and Curcuma longa ('Turmeric') in skabies. A pilot study. Trop Geogr. Med. 44:

178-81.

Khartikeyan, K. 2005 Treatment of skabies : newer perspectives. Postgrad. Med. J. 81:

7-11.

Mumcuoglu, K.Y., Gilead, L. & Ingber, A. 2009. New insight in pediculosis and scabies.

(10)

Pankaj, S., Lokeshwar, T., Mukesh, B. & Vishnu, B. 2011 Review of Neem (Azadirachta

indica): Thousand problems one solution. Int. Research J. Pharmacy. 2(12):

97-102.

Saqib M., Malik L.M., Jahangir M., 2012. A Comparison of efficacy of single topical

permetrhin and single oral ivermectin in the treatment of scabies. J Pakistan Ass.

Dermatol. 22: 45-9.

Shah V.P., Behl C.R., Flynn G.L., Higuchi W.I., Schaefer H. 1992. Principles and criteria

in the development and optimization of topical therapeutic products. Int. J

Pharma. 82 : 21-8.

Stone, S. P., Goldfarb, J. N. & Bacelieri, R. E. 2008 Skabies, other mites and pediculosis.

dalam Wolff, K., A.Goldsmith, L., I.Katz, S., A.Gilchrest, B., S.Paller, A. &

J.Leffell, D. (Eds.) Fitzpatrick's Dermatology In General Medic. 7

th

ed. USA,

McGrawHill.

Tabassam, S., Iqbal, Z., Jabbar, A., Sindhu, Z. & Chattha, A. 2008 Efficacy of crude

neem seed kernel against infestation of Sarcoptes scabiei var.ovis. J.

(11)

Tabel 1 Perubahan hasil dermoskopis selama pengasmatan pada kelompok kasus

(krim ekstrak biji mimba 10%)

n

Hasil dermoskopis

Min Max median Mean ± SD p*

Hari 0 20 10 44 21,50 23,15 ± 9,184 p=0,000

Hari 7 20 5 32 13,50 15,15 ± 6,368

Hari 14 20 2 20 8,50 9,00 ± 4,413 p=0,000

Uji Wilcoxon : Hari 0-7 (p=0,000); hari 0-14 (p=0,000)

Tabel 2 Perubahan hasil perbaikan klinis selama pengamatan pada kelompok kasus

(krim ekstrak biji mimba 10%) (Uji Wilcoxon)

n

Perbaikan klinis

Min Max median Mean ± SD p*

Hari 0 20 2 3 3,00 2,85 ± 0,366 0,000

Hari 7 20 2 3 2,00 2,15 ± 0,366

Hari 14 20 1 2 2,00 1,75 ± 0,444 0,000

Uji wilcoxon : Hari 0-7 (p=0,000); hari 0-14 (p=0,000)

Tabel 3 Perubahan hasil perbaikan klinis selama pengamatan pada kelompok

pembanding (krim permetrin 5%)

n

Perbaikan klinis

p*

Min Max Median Mean ± SD

Hari 0 20 2 3 3,00 2,75 ± 0,444 0,000

Hari 7 20 1 2 2,00 1,85 ± 0,366

Hari 14 20 1 2 1,00 1,40 ± 0,503 0,000

(12)

Tabel 4 Perbandingan hasil perbaikan klinis sesudah pemberian krim permetrin

5% dengan krim ekstrak biji mimba 10%

Kelompok n

Perbaikan klinis

Min Max median p*

Hari 7 Mimba Permetrin 20 20 2 1 3 2 2,00 2,00 Hari 14 Mimba Permetrin 20 20 1 1 2 2 2,00 1,00

Tabel 5 Perbandingan hasil dermoskopis sesudah pemberian krim permetrin 5%

dengan krim ekstrak biji mimba 10%

Kelompok n

Hasil dermoskopis

Min Max median p*

Hari 7 Mimba 20 5 32 13,50 Permetrin Hari 14 20 2 25 14,00 Mimba Permetrin 20 20 2 2 20 18 8,50 5,00

0,489 0,150 0,016 0,027

Gambar

Tabel 2 Perubahan hasil perbaikan klinis selama pengamatan pada kelompok kasus  (krim ekstrak biji mimba 10%) (Uji Wilcoxon)
Tabel  4  Perbandingan  hasil  perbaikan  klinis  sesudah  pemberian  krim  permetrin  5% dengan krim ekstrak biji mimba 10%

Referensi

Dokumen terkait

Nanopartikel logam memiliki elektron bebas sehingga dapat memberikan pita serapan Resonansi Permukaan Plasma (SPR) dikarenakan terdapat getaran gabungan elektron

Adapun isi Putusan Bawaslu Kota Ternate pada angka Satu dan angka Dua yang menyebutkan “ (1) menyatakan Terlapor I terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan

Dapat disimpulkan dengan peningkatan ketuntasan belajar klasikal yang terjadi dari siklus I sampai dengan siklus II menunjukan penerapan model pembelajaran picture

Imbalan yang diberikan oleh penguasa da- erah kepada sebagian guru yang bersedia ter- libat dalam program politiknya adalah diang- katnya sebelas pejabat birokrasi

Pada tahap I nilai rata-rata yang diperoleh siswa dari indikator keterampilan kreatif hanya sebesar 53% atau berada pada kriteria cukup kreatif dan belum

Perlakuan pembuatan telur asin pada penelitian ini menunjukan bahwa konsumen lebih menyukai kemasiran kuning telur yang berasal dari telur dengan umur tiga

(2) Terdapat hubunganan kuat yang signifikan antara prestasi mata diklat SK KD melakukan perbaikan sistem bahan bakar sepeda motor dengan peningkatan keterampilan praktik

Pada penelitian ini terlihat semakin lama waktu pengukusan, semakin tinggi kandungan BK, sehingga kandungan lemak yang diperoleh juga tinggi, di samping itu lemak