• Tidak ada hasil yang ditemukan

ISSN: MASYARAKAT DAN BAHASA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ISSN: MASYARAKAT DAN BAHASA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

MASYARAKAT DAN BAHASA

Mashudi Abstrak:

Bahasa dan kenyataan sosial sesungguhnya merupakan suatu kesatuan yang tak bisa dipisahkan satu dengan yang lainnya. Karena perubahan suatu bahasa tidak pernah terlepas dari konteks sosial tempat tumbuh serta berkembangnya suatu bahasa. Perubahan sosial, di sisi lain, juga mempengaruhi perubahan dan perkembangan suatu bahasa. Dengan kata lain, bahasa dan masyarakat memiliki keterkaitan kuat satu dengan yang lainnya. Dengan demikian, wajar saja jika sebagian besar para pengkaji bahasa pun berkesimpulan bahwa tak seorang pun akan bisa memahami suatu bahasa dan perkembangannya dengan baik dan benar tanpa melakukan upaya serius dalam mengkaji hubungannya yang erat dengan sejarah masyarakat tempat sebuah bahasa tumbuh dan berkembang. Meskipun, memang mereka berselisih paham tentang kadar keterpengaruhan antara keduanya: apakah bahasa yang mempengaruhi masyarakat atau sebaliknya. Kata kunci: Bahasa, masyarakat

A. Pendahuluan

Berbeda dari linguistik umum (genera l linguistics/ theoretical linguistics) yang hanya memfokuskan kajian atas struktur internal bahasa seperti struktur fonologi, morfologi, dan sintak-sisnya yang tidak dikaitkan dengan persoalan-persoalan lain di luar bahasa; sebagai salah satu cabang dari linguistik terapan (applied linguistics), fokus kajian

(2)

Masyarakat dan Bahasa

sosiolinguistik justru dilakukan atas berbagai faktor yang ada di luar bahasa tetapi memiliki kaitan erat dengan penggunaan bahasa oleh para penuturnya dalam beragam kelompok sosial-kemasyarakatan.

Karena itu, jika kajian linguistik umum dengan cabang-cabangnya seperti morfologi dan semantik dilakukan hanya dengan memanfaatkan semua teori dan prosedur yang masih berada dalam bingkai linguistik; kajian sosiolinguistik, sebagaimana cabang-cabang lainnya dari linguistik terapan, dilakukan tidak saja dengan menggunakan beragam teori dan prosedur linguistik tetapi juga harus memanfaatkan teori dan prosedur dari disiplin sosiologi. Keniscayaan pemanfaatan displin lain di luar linguistik juga berlaku untuk psikolinguistik yang mengharuskan pemanfaatan disiplin psikologi atau antropolinguistik yang membutuhkan disiplin antropologi, misalnya (Abdul Chaer, 1995:1-2).

Pentingnya penggunaan beragam teori dan prosedur dalam disiplin sosiologi, di samping semua teori dan prosedur linguistik itu sendiri, akan tampak jelas dalam uraian seputar keterkaitan erat antara bahasa dan masyarkat--yang menjadi salah satu topik utama dalam sosiolinguistik.

Hanya saja, seperti ditegaskan oleh Ronald Wardhaugh, sebelum memulai pembahasan apa pun tentang keterkaitan erat antara bahasa dan masyarakat atau berbagai fungsi bahasa dalam nasyarakat, bagaimanapun sangat penting untuk terlebih dulu memberikan definisi atas kedua kata “bahasa” dan “masyarakat”.

Ada beragam definisi tentang bahasa dan masyarakat. Ronald Wardhaugh, misalnya, mendefinisikan masyarakat sebagai “sekelompok orang yang dipersatukan untuk mencapai tujuan (-tujuan) tertentu” (“any group of people who are drawn together for a certain purpose or purposes”). Sedangkan

(3)

Mashudi

bahasa didefinisikannya sebagai “apa yang diucapkan oleh para anggota masyarakat tertentu” (“what the members of particular society speak”) (Ronald Wardhaugh,1986:1).

Definisi lain tentang bahasa di antaranya:

“Kumpulan kata dan aturannya yang tetap di dalam menggabungkannya berupa kalimat. merupakan sistem bunyi yang melambangkan pengertian-pengertian tertentu, …Secara umum bahasa tak tergantung kepada susunan masyarakat. Perubahan struktur sosial dan ekonomi sedikit saja pengaruhnya kepada perkembangan bahasa.” (Hassan Shadily dkk.,1980:358; dikutip oleh Ariel Heryanto, 1989:7).

“Ungkapan pikiran dan perasaan manusia jang setjara teratur dinjatakan dengan memakai alat bunji. Perasaan dan pikiran merupakan isi-bahasa, sedangkan bunji jang teratur merupakan bentuk-bahasa.” (A.G. Pringgodigdo,1973:139). “A language maybe defined as a system of vocal conventional signs characteristic of the interaction of one or more communities of hu-man beings” (Bernard S. Rayne, 1978:718).

Sementara definisi seputar masyarakat (society) antara lain:

“Sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sa-ma”.(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001:721).

The aggregate of people living together in a more or less ordered community, … a particular community of people.” (Concise Ox-ford Dictionary,CD Room).

B. Dialektika Bahasa dan Masyarakat

Bahasa dan kenyataan sosial sesungguhnya merupa-kan suatu kesatuan yang tak bisa dipisahmerupa-kan satu dengan yang lainnya. Karena itu, perubahan bahasa pun tidak pernah terlepas dari konteks sosial tempat tumbuh serta berkem-bangnya suatu bahasa. Perubahan sosial, di sisi lain, juga

(4)

Masyarakat dan Bahasa

mempengaruhi perubahan dan perkembangan suatu bahasa. Dengan kata lain, bahasa dan masyarakat memiliki keterkai-tan kuat satu dengan yang lainnya ( Riga Adiwoso Suprapto, 1989:61).

Dengan demikian, wajar saja jika sebagian besar para pengkaji bahasa pun berkesimpulan bahwa tak seorang pun akan bisa memahami suatu bahasa dan perkembangannya dengan baik dan benar tanpa melakukan upaya serius dalam mengkaji hubungannya yang erat dengan sejarah masyarakat tempat sebuah bahasa tumbuh dan berkembang (Mahmud Ahmad Assayyid, 1995:55). Meskipun, memang, mereka berselisih paham tentang kadar kesaling terpengaruhan anta-ra keduanya : apakah bahasa yang mempengaruhi masyaanta-ra- masyara-kat atau sebaliknya.

Menurut Wardhaugh, ada beragam kemungkinan keterkaitan antara bahasa dan masyarakat. Dari beragam kemungkinan tersebut, ia menunjuk empat pendapat dalam melihat kemungkinan keterkaitan antarkeduanya: (Wardhaugh,tt:10-11).

Pertama, sebuah struktur sosial masyarakat bisa mempengaruhi sekaligus menentukan struktur dan perilaku berbahasa. Maka, dalam sebuah masyarakat yang mengang-gap perbedaan usia mengharuskan perilaku sosial yang ber-beda, misalnya, pada gilirannya juga akan menunjukkan perbedaan bahasa yang digunakan antara orang dewasa dengan anak-anak. Pun sebuah masyarakat dengan struktur sosial yang patriarkal atau sexist akan menggunakan bahasa yang juga patriarkal dan sexist.

Kedua, kebalikan dari yang pertama di atas, struktur dan perilaku berbahasa bisa mempengaruhi dan menentukan struktur masyarakat. Sebuah bahasa yang digunakan seseorang, menurut pendapat ini, akan mengontrol sekaligus membentuk pandangan-dunia (world-view)-nya. Perbedaan

(5)

Mashudi

bahasa yang digunakan, karena itu, akan melahirkan pan-dangan-dunia yang juga berbeda. Pendapat ini diwakili, misalnya, oleh Benjamin Lee Worf (dari mana istilah Whorfian Hypothesis berasal) yang bersandar pada sebuah penelitiannya atas bahasa-bahasa suku Indian Amerika.

Dalam penelitiannya, Worf antara lain membanding-kan struktur bahasa Hopi dengan beragam jenis struktur ba-hasa Inggris, Prancis, Jerman, serta baba-hasa-baba-hasa Eropa lain yang ia sebut sebagai Standard Average European (SAE). Hasil penelitiannya menunjukkan, bahwa bahasa Hopi dan SAE memiliki karakteristik struktur yang sangat berbeda dan me-nyebabkan pandangan-dunia yang juga bertolak belakang.

Jika struktur tata bahasa Hopi lebih cenderung pada sebuah proses, struktur tata bahasa SAE justru berorientasi pada kepastian dalam soal waktu dan tempat. Karena itu, pa-ra penutur SAE tidak saja memiliki kecenderungan untuk melakukan “objektivikasi” atas realitas; bahkan mereka pun membedakan antara hal-hal yang bisa dihitung atau tidak dapat dihitung. Jika bagi para penutur SAE peristiwa-peristiwa terjadi dalam waktu yang sangat tegas dan pasti (present, past tense, future, dll.); bagi penutur Hopi, yang ter-penting adalah apakah sesuatu bisa dijamin terjadi atau tidak.

Perbedaan-perbedaan struktur tata bahasa tersebut, menurut Worf, mendorong penutur Hopi dan SAE memiliki pandangan-dunia yang berbeda. Yang pertama memandang segala sesuatu sebagai rangkaian proses yang terus berlang-sung; sementara yang kedua melihat segala hal seolah-olah sebagai sesuatu yang sangat terukur dan jelas.

Ringkasnya, dalam hipotesis Whorfian ini, seperti disimpulkan Wardhaugh, “language provides a screen or filter to

reality; it determines how speakers perceive and organize the world around them, both the natural world and social world.” (Wardhaugh,Idem:215).

(6)

Masyarakat dan Bahasa

Ketiga, kemungkinan keterkaitan antara bahasa dan masyarakat bersifat timbal-balik atau dua arah (bi-directional). Artinya, struktur bahasa dan struktur masyarakat pada hakikatnya saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Pendapat yang khas Marxian ini menilai perilaku sosial dan berbahasa dalam suatu interaksi yang konstan serta menganggap kondisi-kondisi material sebagai faktor sangat penting dalam beragam bentuk hubungan di tengah masyarakat.

Keempat, berbeda tegas dari ketiga kemungkinan yang disebut sebelumnya, pendapat terakhir melihat tidak adanya hubungan sama sekali antara struktur bahasa dengan struktur masyarakat. Keduanya, menurut pendapat ini, sama-sama mandiri dan tidak saling mempengaruhi antara satu dengan yang lainnya.

Terlepas dari berbagai kemungkinan keterkaitan antara struktur bahasa dan struktur masyarakat seperti diungkapkan di atas, sebenarnya masih ada beberapa disiplin ilmu yang memiliki keterkaitan dengan sosiolinguistik. Apalagi, dalam kenyataannya, bukan hanya para ahli bahasa dan pakar sosiologi yang terlibat aktif dalam melakukan penelitian persoalan bahasa di tengah masyarakat. Para antropolog, psikolog, dan bahkan para pendidik, menurut Wardhaugh, adalah beberapa praktisi yang dalam melaksanakan profesi mereka sebenarnya juga terlibat aktif dalam beragam kajian atas bahasa di tengah-tengah masyarakat.

Sebagian para antropolog, misalnya, melakukan penelitian serius tentang pelbagai sistem kekerabatan yang pada hakikatnya juga berkaitan erat dengan sosiolinguistik. Hal serupa juga dilakukan oleh sebagian para psikolog dalam penelitian seputar kemungkinan adanya pengaruh-pengaruh struktur bahasa dalam perilaku psikologis dan perilaku sosial.

(7)

Mashudi

Begitu pula keharusan menentukan beragam keputusan berkaitan dengan persoalan-persoalan kebahasaan oleh para pendidik (khususnya guru-guru bahasa) seperti mengajarkan bahasa standar dan beragam kecakapan dalam keberaksaraan (literacy). (Mudjia Rahardjo, Naskah Pidato Pengukuhan Guru Besar Bidang Ilmu Linguistik, UIN Malang:19-20).

Di titik ini, sangat bisa dipahami ketika dinyatakan bahwa sosiolinguistik sebenarnya sebuah disiplin keilmuan yang bersifat interdisipliner. Dan, sejalan dengan dinamika sosial yang terus berlangsung, kawasan dan pendekatan kajian sosiolinguistik pun terus berkembang. (Mudjia Rahardjo, idem).

Akhirnya, di luar persoalan keterkaitan struktur bahasa dan struktur masyarakat, di satu sisi, dan dekatnya hubungan antara sosiolinguistik dengan beragam disiplin ilmu yang lain seperti disinggung sekilas di atas, di sisi lain; karena pokok bahasan sosiolinguistik adalah hubungan antara bahasa dengan penggunanya di tengah masyarakat, maka penting juga untuk melihat hubungan antara bentuk-bentuk bahasa tertentu yang disebut variasi atau ragam bahasa dan dialek yang digunakan untuk beragam fungsinya yang berlainan di tengah masyarakat. ( Abdul Chaer, Leonie Agustina, tt:50-51)

C. Penutup

Melihat kuatnya keterkaitan antara bahasa dengan masyarakat seperti dipaparkan di atas, bisa dipahami jika salah satu slogan yang terkenal di tengah masyarakat adalah “bahasa menunjukkan bangsa”: kualitas kebudayaan dan peradaban suatu masyarakat bisa dilihat dari bahasa yang digunakan.

Maka, semakin baik kondisi masyarakat, semakin baik pula bahasa yang digunakan. Demikian sebaliknya.

(8)

Masyarakat dan Bahasa

“Bahasa Indonesia Cermin Keadaan Masyarakat Indonesia”, begitu judul rubrik dialog dalam salah satu edisi Majalah Prisma. (Prisma,1989:37) “Bahasa adalah gambaran terpercaya tentang tingkat peradaban para penuturnya” (Hasan Dhodho, t.t.:73).

Namun, bagaimanapun, bahasa tentu saja tidak sekadar dibentuk dan ditentukan oleh struktur sosial masyarakat; tetapi, dalam waktu yang sama, juga membentuk dan menentukan sejarah sosial para penuturnya. Sejarah terbentuknya bahasa Indonesia, misalnya, sekaligus diikuti dengan sejarah terbentuknya bangsa Indonesia (Heryanto, tt:3-4).

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Chaer dan Leonie Agustina. 1995. Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta.

Abdul Majid Sayyid Ahmad Manshur. 1982. ‘Ilm Lughah al-Nafsy. Riyad: ‘Imadatu Syu’un al-Maktabaat Jamiah al-Malik Su’ud.

Bernard S. Rayne, Editor in Chief. 1978. The Encyclopedia Americana Vol. 16. New York: Americana Corporation.

Hasan Dhodho. t.t. Al-Lughah wa Al-Insan. Cairo: Darul Fikri al-‘Araby.

Mahmud Ahmad Assayyid. 1995. Fi Thara’iq Tadris Lughah al-‘Arabiyah. Cet. II.Damaskus: Mansyurat Jami’ah Dimasqo. Mudjia Rahardjo. “Bahasa, Pemikiran dan Peradaban: Telaah

Fil-safat Pengetahuan dan Sosiolinguistik.” Naskah Pidato Pen-gukuhan Guru Besar Bidang Ilmu Linguistik, UIN Malang

(9)

Mashudi

Riga Adiwoso Suprapto. 1989. “Perubahan Sosial dan

Perkem-bangan Bahasa,” Prisma, 1.

Ronald Wardhaugh. 1986. An Introduction to Linguistics. New York: Basil Blackwell.

(10)

Referensi

Dokumen terkait

umum seperti mesin las, mesin bor, mesin roll dan mesin gerinda. Stasiun kerja ini memiliki tugas untuk merakit setiap komponen bahan baku untuk dirangkai menjadi

Table 4 menunjukkan tepung putih telur hasil pengeringan vakum -freeze drying bertekanan 0,37 mbar lebih mudah larut dibandingkan tekanan 0,28 dan 0,2 mbar, meskipun ada

Karya tulis ilmiah dengan judul “PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA PASIEN PASKA OPERASI PEMASANGAN PLATE AND SCREW PADA FRAKTURE ANTEBRACHII 1/3 PROXIMAL” Telah

Hal-hal yang perlu dilakukan pada tahap ini adalah pemeriksaan plak dan kalkulus, gingiva, poket periodontal, penentuan aktivitas penyakit, jumlah gingiva cekat, alveolar

Beban-beban yang dipikul oleh trekstang yaitu beban-beban yang sejajar bidang atap, maka gaya yang bekerja adalah

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan antibakteri ekstrak daun beluntas (Pluchea indica L.) terhadap pertumbuhan Bakteri Streptococcus agalactiae

Kemudian Hasil audit badan pengawasan keuangan dan pembangunan (BPKP), Lamanya hasil audit dari badan pengawasan keuangan dan pembangunan (BPKP) menjadi penghalang bagi

Kerajaan yang bertindak atas sebab keselamatan telah menggunakan Internal Security Act (ISA) section 8(1) untuk menahan beberapa orang terdiri dari beberapa