• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Kabupaten Bandung Tahun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Kabupaten Bandung Tahun"

Copied!
142
0
0

Teks penuh

(1)

3 - 1

3.1

Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya dan Arahan Penataan

Ruang

Dalam rangka mewujudkan kawasan permukiman yang layak huni dan berkelanjutan, konsep perencanaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya disusun dengan berlandaskan pada berbagai peraturan perundangan dan amanat perencanaan pembangunan. Untuk mewujudkan keterpaduan pembangunan permukiman, Pemerintah Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota perlu memahami arahan kebijakan tersebut, sebagai dasar perencanaan, pemrograman, dan pembiayaan pembangunan Bidang Cipta Karya.

3.1.1

Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya

Dalam pelaksanaannya, pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya dihadapkan pada beberapa isu strategis, antara lain bencana alam, perubahan iklim, kemiskinan, reformasi birokrasi, kepadatan penduduk perkotaan, pengarusutamaan gender, serta

green economy. Disamping isu umum, terdapat juga permasalahan dan potensi pada masing-masing daerah, sehingga dukungan seluruh stakeholders pada penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya sangat diperlukan.

A.

RPJP NASIONAL 2005

2025 (UU NO. 17 TAHUN 2007)

RPJPN 2005-2025 yang ditetapkan melalui UU No. 17 Tahun 2007, merupakan dokumen perencanaan pembangunan jangka panjang sebagai arah dan prioritas pembangunan secara menyeluruh yang akan dilakukan secara bertahap dalam jangka waktu 2005-2025. Dalam dokumen tersebut, ditetapkan bahwa Visi Indonesia pada tahun 2025 adalah

Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur”

Bab 3

Arahan Kebijakan Dan

Rencana Strategis

Infrastruktur Bidang Cipta Karya

(2)

3 - 2

Dalam penjabarannya RPJPN mengamanatkan beberapa hal sebagai berikut dalam

pembangunan bidang Cipta Karya, yaitu:

a. Dalam mewujudkan Indonesia yang berdaya saing maka pembangunan dan penyediaan air minum dan sanitasi diarahkan untuk mewujudkan terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat serta kebutuhan sektor-sektor terkait lainnya, seperti industri, perdagangan, transportasi, pariwisata, dan jasa sebagai upaya mendorong pertumbuhan ekonomi. Pemenuhan kebutuhan tersebut dilakukan melalui pendekatan tanggap kebutuhan (demand responsive approach) dan pendekatan terpadu dengan sektor sumber daya alam dan lingkungan hidup, sumber daya air, serta kesehatan.

b. Dalam mewujudkan pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan maka Pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat yang berupa air minum dan sanitasi diarahkan pada (1) peningkatan kualitas pengelolaan aset (asset management) dalam penyediaan air minum dan sanitasi, (2) pemenuhan kebutuhan minimal air minum dan sanitasi dasar bagi masyarakat, (3) penyelenggaraan pelayanan air minum dan sanitasi yang kredibel dan profesional, dan (4) penyediaan sumber-sumber pembiayaan murah dalam pelayanan air minum dan sanitasi bagi masyarakat miskin.

c. Salah satu sasaran dalam mewujudkan pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan adalah terpenuhinya kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukungnya bagi seluruh masyarakat untuk mewujudkan kota tanpa permukiman kumuh. Peran pemerintah akan lebih difokuskan pada perumusankebijakan pembangunan sarana dan prasarana, sementara peran swasta dalam penyediaan sarana dan prasarana akan makin ditingkatkan terutama untuk proyek-proyek yang bersifat komersial.

d. Upaya perwujudan kota tanpa permukiman kumuh dilakukan pada setiap tahapan RPJMN, yaitu :

• RPJMN ke 2 (2010-2014): Daya saing perekonomian ditingkatkan melalui percepatan pembangunan infrastruktur dengan lebih meningkatkan kerjasama antara pemerintah dan dunia usaha dalam pengembangan perumahan dan permukiman.

• RPJMN ke 3 (2015-2019): Pemenuhan kebutuhan hunian bagi seluruh masyarakat terus meningkat karena didukung oleh sistem pembiayaan perumahan jangka panjang dan berkelanjutan, efisien, dan akuntabel. Kondisi itu semakin mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh.

• RPJMN ke 4 (2020-2024): terpenuhinya kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung sehingga terwujud kota tanpa permukiman kumuh.

(3)

3 - 3

B.

ARAHAN, TAHAPAN DAN PRIORITAS PEMBANGUNAN JANGKA

PANJANG TAHUN 2005-2015

Tujuan pembangunan jangka panjang tahun 2005–2025 adalah mewujudkan bangsa yang maju, mandiri, dan adil sebagai landasan bagi tahap pembangunan berikutnya menuju masyarakat adil dan makmur dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun1945.

1. Mewujudkan masyarakat yang berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab

Terciptanya kondisi masyarakat yang berakhlak mulia, bermoral, dan beretika sangat penting bagi terciptanya suasana kehidupan masyarakat yang penuh toleransi, tenggang rasa, dan harmonis.

Di samping itu, kesadaran akan budaya memberikan arah bagi perwujudan identitas nasional yang sesuai dengan nilai-nilai luhur budaya bangsa dan menciptakan iklim kondusif dan harmonis sehingga nilai-nilai kearifan lokal akan mampu merespon modernisasi secara positif dan produktif sejalan dengan nilai-nilai kebangsaan. 2. Mewujudkan bangsa yang berdaya-saing

Kemampuan bangsa untuk berdaya saing tinggi adalah kunci bagi tercapainya kemajuan dan kemakmuran bangsa. Daya saing yang tinggi, akan menjadikan Indonesia siap menghadapi tantangan-tantangan globalisasi dan mampu memanfaatkan peluang yang ada. Untuk memperkuat daya saing bangsa, pembangunan nasional dalam jangka panjang diarahkan untuk:

a. Mengedepankan pembangunan sumber daya manusia berkualitas dan berdaya saing.

b. Memperkuat perekonomian domestik berbasis keunggulan di setiap wilayah menuju keunggulan kompetitif dengan membangun keterkaitan sistem produksi, distribusi, dan pelayanan di dalam negeri

c. Meningkatkan penguasaan, pemanfaatan, dan penciptaan pengetahuan; dan d. Membangun infrastruktur yang maju; serta

e. Melakukan reformasi di bidang hukum dan aparatur negara. 3. Mewujudkan Indonesia yang demokratis berlandaskan hukum

Demokratis yang berlandaskan hukum merupakan landasan penting untuk mewujudkan pembangunan Indonesia yang maju, mandiri dan adil. Demokrasi dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dalam berbagai kegiatan pembangunan,

(4)

3 - 4

dan memaksimalkan potensi masyarakat, serta meningkatkan akuntabilitas dan

transparansi dalam penyelenggaraan negara. Hukum pada dasarnya bertujuan untuk memastikan munculnya aspek-aspek positif dan menghambat aspek negatif kemanusiaan serta memastikan terlaksananya keadilan untuk semua warga negara tanpa memandang dan membedakan kelas sosial, ras, etnis, agama, maupun gender. Hukum yang ditaati dan diikuti akan menciptakan ketertiban dan keterjaminan hak-hak dasar masyarakat secara maksimal.

4. Mewujudkan Indonesia yang aman, damai dan bersatu

Dengan potensi ancaman yang tidak ringan serta kondisi sosial, ekonomi, dan budaya yang beragam, bangsa dan negara Indonesia memerlukan kemampuan pertahanan negara yang kuat untuk menjamin tetap tegaknya kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Adanya gangguan keamanan dalam berbagai bentuk kejahatan dan potensi konflik horisontal akan meresahkan dan berakibat pada pudarnya rasa aman masyarakat. Terjaminnya keamanan dan adanya rasa aman bagi masyarakat merupakan syarat penting bagi terlaksananya pembangunan di berbagai bidang.

5. Mewujudkan pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan

Pembangunan yang merata dan dapat dinikmati oleh seluruh komponen bangsa di berbagai wilayah Indonesia akan meningkatkan partisipasi aktif masyarakat dalam pembangunan, mengurangi gangguan keamanan, serta menghapuskan potensi konflik sosial untuk tercapainya Indonesia yang maju, mandiri dan adil.

6. Mewujudkan Indonesia yang asri dan lestari

Sumber daya alam dan lingkungan hidup merupakan modal pembangunan nasional dan, sekaligus sebagai penopang sistem kehidupan. Sumber daya alam yang lestari akan menjamin tersedianya sumber daya yang berkelanjutan bagi pembangunan. Lingkungan hidup yang asri akan meningkatkan kualitas hidup manusia. Oleh karena itu, untuk mewujudkan Indonesia yang maju, mandiri, dan adil, sumber daya alam dan lingkungan hidup harus dikelola secara seimbang untuk menjamin keberlanjutan pembangunan nasional. Penerapan prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan di seluruh sektor dan wilayah menjadi prasyarat utama dalam pelaksanaan berbagai kegiatan pembangunan.

7. Mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat dan berbasiskan kepentingan nasional

Pembangunan kelautan pada masa yang akan datang diarahkan pada pola pembangunan berkelanjutan berdasarkan pengelolaan sumber daya laut berbasiskan ekosistem, yang meliputi aspek-aspek sumber daya manusia dan kelembagaan, politik, ekonomi, lingkungan hidup, sosial budaya, pertahanan keamanan, dan teknologi.

(5)

3 - 5

8. Mewujudkan Indonesia yang berperan aktif dalam pergaulan internasional

Melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial merupakan amanat konstitusi yang harus diperjuangkan secara konsisten. Sebagai negara yang besar secara geografis dan jumlah penduduk, Indonesia sesungguhnya memiliki peluang dan potensi untuk mempengaruhi dan membentuk opini internasional dalam rangka memperjuangkan kepentingan nasional. Dalam rangka mewujudkan Indonesia maju, mandiri, adil dan makmur, Indonesia sangat penting untuk berperan aktif dalam politik luar negeri dan kerja sama lainnya baik di tingkat regional maupun internasional, mengingat konstelasi politik dan hubungan internasional lainnya yang terus mengalami perubahan-perubahan yang sangat cepat.

C.

RPJM NASIONAL 2010

2014 (PERPRES NO. 05 TAHUN 2010)

Upaya mewujudkan tujuan negara dilaksanakan melalui proses yang bertahap, terencana, terpadu dan berkesinambungan.UU No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional tahun 2005-2025 menetapkan bahwa visi pembangunan nasional adalah untuk mewujudkan INDONESIA YANG MANDIRI, MAJU, ADIL DAN MAKMUR, dengan penjelasan sebagai berikut:

1. Mandiri : berarti mampu mewujudkan kehidupan sejajar dan sederajat dengan bangsa lain dengan mengandalkan pada kemampuan dan kekuatan sendiri.

2. Maju : dengan tingkat kemakmuran yang juga tinggi disertai dengan sistem dan kelembagaan politik dan hukum yang mantap.

3. Adil : berarti tidak ada pembatasan/diskriminasi dalam bentuk apapun, baik antarindividu, gender, maupun wilayah.

4. Makmur : berarti seluruh kebutuhan hidup masyarakat Indonesia telah terpenuhi sehingga dapat memberikan makna dan arti penting bagi bangsa-bangsa lain.

Dalam mewujudkan visi tersebut dilaksanakan 8 (delapan) misi yaitu:

1. Mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila dengan memperkuat jati diri dan karakter bangsa melalui pendidikan yang bertujuan membentuk manusia yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, mematuhi aturan hukum, memelihara kerukunan internal dan antarumat beragama, melaksanakan interaksi antarbudaya, mengembangkan modal sosial, menerapkan nilai-nilailuhur budaya bangsa, dan memiliki kebanggaan sebagai bangsa Indonesia sebagai landasan spiritual, moral, dan etika pembangunan bangsa.

2. Mewujudkan bangsa yang berdaya-saing dengan membangun sumber daya manusia berkualitas dan berdaya saing; meningkatkan penguasaan dan pemanfaatan iptek melalui penelitian, pengembangan, dan penerapan menuju

(6)

3 - 6

inovasi secara berkelanjutan; pembangunan infrastruktur yang maju serta reformasi

di bidang hukum dan aparatur negara; dan memperkuat perekonomian domestik berbasis keunggulan setiap wilayah menuju keunggulan kompetitif dengan membangun keterkaitan sistem produksi, distribusi, dan pelayanan termasuk pelayanan jasa dalam negeri.

3. Mewujudkan masyarakat demokratis berlandaskan hukum dengan memantapkan kelembagaan demokrasi yang lebih kokoh; memperkuat peran masyarakat sipil; memperkuat kualitas desentralisasi dan otonomi daerah; menjamin pengembangan media dan kebebasan media dalam mengkomunikasikan kepentingan masyarakat; dan membenahi struktur hukum dan meningkatkan budaya hukum dan menegakkan hukum secara adil, konsekuen, tidak diskriminatif, dan memihak pada rakyat kecil.

4. Mewujudkan Indonesia aman, damai, dan bersatu dengan membangun kekuatan TNI hingga melampui kekuatan esensial minimum serta disegani di kawasan regional dan internasional; memantapkan kemampuan dan meningkatkan profesionalisme Polri untuk melindungi dan mengayomi masyarakat; mencegah tindak kejahatan, dan menuntaskan tindak kriminalitas; membangun kapabilitas lembaga intelijen dan kontra-intelijen negara dalam penciptaan keamanan nasional; serta meningkatkan kesiapan komponen cadangan, komponen pendukung pertahanan dan kontribusi industri pertahanan nasional dalam sistem pertahanan semesta.

5. Mewujudkan pemerataan pembangunan dan berkeadilan dengan meningkatkan pembangunan daerah; mengurangi kesenjangan sosial secara menyeluruh, keberpihakan kepada masyarakat, kelompok dan wilayah/daerah yang masih lemah; menanggulangi kemiskinan dan pengangguran secara drastis; menyediakan akses yang sama bagi masyarakat terhadap berbagai pelayanan sosial serta sarana dan prasarana ekonomi; serta menghilangkan diskriminasi dalam berbagai aspek termasuk gender.

6. Mewujudkan Indonesia asri dan lestari dengan memperbaiki pengelolaan pembangunan untuk menjaga keseimbangan antara pemanfaatan, keberlanjutan, keberadaan, dan kegunaan sumber daya alam dan lingkungan hidup dengan tetap menjaga fungsi, daya dukung, dan kenyamanan dalam kehidupan pada masa kini dan masa depan, melalui pemanfaatan ruang yang serasi antara penggunaan untuk permukiman, kegiatan sosial ekonomi, dan upaya konservasi; meningkatkan pemanfaatan ekonomi sumber daya alam dan lingkungan yang berkesinambungan; memperbaiki pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup untuk mendukung kualitas kehidupan, memberikan keindahan dan kenyamanan; serta meningkatkan pemeliharaan dan pemanfaatan keanekaragaman hayati sebagai modal pembangunan.

7. Mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional dengan menumbuhkan wawasan bahari bagi

(7)

3 - 7

masyarakat dan pemerintah; meningkatkan kapasitas sumber daya manusia yang

berwawasan kelautan; mengelola wilayah laut nasional untuk mempertahankan kedaulatan dan kemakmuran; dan membangun ekonomi kelautan secara terpadu dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumber kekayaan laut secara berkelanjutan. 8. Mewujudkan Indonesia berperan penting dalam pergaulan dunia internasional

dengan memantapkan diplomasi Indonesia dalam rangka memperjuangkan kepentingan nasional; melanjutkan komitmen Indonesia terhadap pembentukan identitas dan pemantapan integrasi internasional dan regional; dan mendorong kerja sama internasional, regional dan bilateral antarmasyarakat, antarkelompok, serta antarlembaga di berbagai bidang.

Gambar 3.1

Pentahapan pembangunan RPJPN 2005 – 2025

Dari tahapan tersebut di atas, maka pembangunan dalam RPJMN ke-3 (2015-2019) diarahkan untuk lebih memantapkan pembangunan secara menyeluruh di berbagai bidang dengan menekankan pencapaian daya saing kompetitif perekonomian berlandaskan keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia berkualitas serta kemampuan IPTEK yang terus meningkat.

D.

VISI MISI PEMBANGUNAN

Dengan mempertimbangkan masalah pokok bangsa, tantangan pembangunan yang dihadapi dan capaian pembangunan selama ini, maka visi pembangunan nasional untuk tahun 2015-2019 adalah:

(8)

3 - 8

“TERWUJUDNYA INDONESIA YANG BERDAULAT, MANDIRI, DAN BERKEPRIBADIAN

BERLANDASKAN GOTONG-ROYONG”

Upaya untuk mewujudkan visi ini adalah melalui 7 Misi Pembangunan yaitu:

1. Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah, menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim, dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan.

2. Mewujudkan masyarakat maju, berkeseimbangan, dan demokratis berlandaskan negara hukum.

3. Mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif dan memperkuat jati diri sebagai negara maritim.

4. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju, dan sejahtera. 5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing.

6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional.

7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.

Untuk menunjukkan prioritas dalam jalan perubahan menuju Indonesia yang berdaulat secara politik, mandiri dalam bidang ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan, dirumuskan sembilan agenda prioritas dalam pemerintahan ke depan. Kesembilan agenda prioritas itu disebut NAWA CITA.

1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman kepada seluruh warga negara.

2. Membuat Pemerintah selalu hadir dengan membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya.

3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan.

4. Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya.

(9)

3 - 9

6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional sehingga

bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya. 7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis

ekonomi domestik.

8. Melakukan revolusi karakter bangsa.

9. Memperteguh kebhineka-an dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.

Sesuai dengan visi pembangunan “Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”, maka pembangunan nasional 2015 -2019 akan diarahkan untuk mencapai sasaran utama terutama dalam Infrastruktur Bidang Cipta Karya adalah untuk Aksess Air Minum Layak baseline 2014 adalah 70% dan sasaran 2019 100% dan untuk Sanitasi Layak baseline 2014 adalah 60,5% dan sasaran 2019 100%

E.

MP3EI (MASTERPLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN

PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA)

Dalam rangka transformasi ekonomi menuju negara maju dengan pertumbuhan ekonomi 7-9 persen per tahun, Pemerintah menyusun MP3EI yang ditetapkan melalui Perpres No. 32 Tahun 2011. Dalam dokumen tersebut pembangunan setiap koridor ekonomi dilakukan sesuai tema pembangunan masing-masing dengan prioritas pada kawasan perhatian investasi (KPI MP3EI). Ditjen Cipta Karya diharapkan dapat mendukung penyediaan infrastruktur permukiman pada KPI Prioritas untuk menunjang kegiatan ekonomi di kawasan tersebut. Kawasan Perhatian Investasi atau KPI dalam MP3EI adalah adalah satu atau lebih kegiatan ekonomi atau sentra produksi yang terikat atau terhubung dengan satu atau lebih faktor konektivitas dan SDM IPTEK. Pendekatan KPI dilakukan untuk mempermudah identifikasi, pemantauan, dan evaluasi

(10)

3 - 10

atas kegiatan ekonomi atau sentra produksi yang terikat dengan faktor konektivitas dan

SDM IPTEK yang sama.

F.

MP3KI (MASTERPLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN

PENGENTASAN KEMISKINAN INDONESIA)

Sesuai dengan agenda RPJMN 2010-2014, pertumbuhan ekonomi perlu diimbangi dengan upaya pembangunan yang inklusif dan berkeadilan. Untuk itu, telah ditetapkan MP3KI dimana semua upaya penanggulangan kemiskinan diarahkan untuk mempercepat laju penurunan angka kemiskinan dan memperluas jangkauan penurunan tingkat kemiskinan di semua daerah dan di semua kelompok masyarakat. Dalam mencapai misi penanggulangan kemiskinan pada tahun 2025, MP3KI bertumpu pada sinergi dari tiga strategi utama, yaitu:

a. Mewujudkan sistem perlindungan sosial nasional yang menyeluruh, terintegrasi,dan mampu melindungi masyarakat dari kerentanan dan goncangan,

b. Meningkatkan pelayanan dasar bagi penduduk miskin dan rentan sehingga dapat terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan dasar dan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia di masa mendatang,

c. Mengembangkan penghidupan berkelanjutan (sustainable livelihood) masyarakat miskin dan rentan melalui berbagai kebijakan dan dukungan di tingkat lokal dan regional dengan memperhatikan aspek.

Kementerian Pekerjaan Umum, khususnya Ditjen Cipta Karya, berperan penting dalam pelaksanaan MP3KI, terutama terkait dengan pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat (PNPMPerkotaan/ P2KP, PPIP, Pamsimas, Sanimas dsb) serta Program Pro Rakyat.

Tahapan pelaksanaan MP3KI menjadi 3 (tiga) tahapan yaitu: • TAHAP 1 (Periode 2013-2014)

1. Percepatan pengurangan kemiskinan untuk mencapai target 8% -10% pada tahun 2014;

2. Tidak ada program baru kemiskinan. Perbaikan pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan yang berjalan selama ini, melalui cara “KEROYOKAN” DI KANTONG-KANTONG KEMISKINAN, SINERGI LOKASI DAN WAKTU, SERTA PERBAIKAN SASARAN (seperti : Program Gerbang Kampung di Menko Kesra);

3. Sustainable livelihood sebagai penguatan kegiatan usaha masyarakat miskin, termasuk membangun keterkaitan dengan MP3EI;

(11)

3 - 11

• TAHAP 2 (Periode 2015 –2019)

1. Transformasi program-program pengurangan kemiskinan;

2. Peningkatan cakupan, terutama untuk Sistem Jaminan Sosial menuju universal coverage;

3. Terbentuknya BPJS Tenaga Kerja; 4. Penguatan sustainable livelihood.

• TAHAP 3 (Periode 2020-2025)

1. Pemantapan system penanggulangan kemiskinan secara terpadu; 2. Sistem jaminan sosial mencapai universal coverage.

G.

KEK (UU NO. 39 TAHUN 2009)

UU No. 39 Tahun 2009 menjelaskan bahwa Kawasan Ekonomi Khusus adalah kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hukum NegaraKesatuan Republik Indonesia yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian dan memperoleh fasilitas tertentu. KEK dikembangkan melalui penyiapan kawasan yang memiliki keunggulan geoekonomi dan geostrategi dan berfungsi untuk menampung kegiatan industri,

(12)

3 - 12

ekspor, impor, dan kegiatan ekonomi lain yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan daya

saing internasional. Di samping zona ekonomi, KEK juga dilengkapi zona fasilitas pendukung dan perumahan bagi pekerja. Ditjen Cipta Karya dalam hal ini diharapkan dapat mendukung infrastruktur permukiman pada kawasan tersebut sehingga menunjang kegiatan ekonomi di KEK. Sasaran pengembangan KEK adalah:

1. Terwujudnya kawasan sebagai pusat kegiatan industri bernilai tambah tinggi. 2. Meningkatnya jumlah KEK dari 8 kawasan, menjadi 11 kawasan pada tahun 2019 3. Terwujudnya ketersediaan sarana dan prasarana penunjang kegiatan kawasan

maupun distribusi barang ke luar kawasan

4. Terjalinnya koordinasi yang baik untuk meningkatkan kualitas kegiatan perencanaan pembangunan

5. Tersedianya tenaga kerja yang berkualitas dan memiliki hubungan kelembagaan yang harmonis dengan perusahaan

6. Tersedianya lahan untuk pengembangan kawasan industri pengoalahan, jasa, dan pariwisata yang siap untuk dikelola

7. Terjaminnya kesejahteraan tenaga kerja di kawasan, dan 8. Meningkatnya nilai investasi di dalam kawasan.

Arah kebijakan pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus adalah :

1. Mengembangkan pengolahan potensi daerah dibidang industri, jasa dan pariwisata 2. Mempercepat pembangunan infrastruktur ekonomi penunjang kegiatan industri 3. Meningkatkan kemampuan koordinasi, fasilitasi, dan mediasi dewan kawasan dan

badan pengelola kek

4. Meningkatkan daya saing dan kualitas tenaga kerja bidang industri pengolahan, jasa, dan pariwisata

5. Menyediakan perencanaan matang melalui dokumen perencanaan yang baik 6. Membenahi sistem ketenagakerjaan dan

(13)

3 - 13

Untuk mempercepat pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus strategi yang

diperlukan adalah:

1. Penetapan pusat-pusat kegiatan industri yang berfokus pada potensi daerah 2. Percepatan pembangunan infrastruktur transportasi dan distribusi yang terintegrasi

dengan kek

3. Percepatan penyediaan sarana dan prasarana energi dan air bersih penunjang kawasan

4. Peningkatan koordinasi badan pengelola kek, pemerintah pusat, dan pemerintah daerah

5. Penyediaan sarana pendidikan kejuruan dan tenaga pendidik terampil bidang industri pengolahan, jasa, dan pariwisata

6. Penyediaan tenaga kerja profesional dari luar kek; (vii) penyiapan detail rtr kek 7. Pelimpahan kewenangan perijinan kepada administrator

8. Penyelesaian tumpang tindih antar peraturan yang terkait hubungan industrial antara serikat pekerja, buruh, dan pengusaha

9. Penyiapan regulasi terkait pelayanan terpadu satu pintu dan penggunaan sistem pelayanan informasi dan perijinan investasi secara elektronik (spipise); dan penyediaan lahan untuk pengembangan kawasan industri baru.

H.

PENGEMBANGAN WILAYAH JAWA-BALI

Pembangunan Wilayah Pulau Jawa-Bali sebagai "lumbung pangan nasional dan pendorong sektor industri dan jasa nasional dengan pengembangan industri makanan-minuman, tekstil, otomotif, alutsista, telematika, kimia, alumina dan besi baja; salah satu pintu gerbang destinasi wisata terbaik dunia dengan pengembangan ekonomi kreatif; serta percepatan pembangunan ekonomi berbasis maritim (kelautan) melalui pengembangan industri perkapalan dan pariwisata bahari. Adapun sasaran pengembangan Wilayah Jawa-Bali pada tahun 2015-2019 adalah sebagai berikut : 1. Dalam rangka percepatan dan perluasan pengembangan ekonomi Wilayah

Jawa-Bali, akan dikembangkan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi di koridor ekonomi dengan memanfaatkan potensi dan keunggulan daerah, termasuk diantaranya adalah pengembangan 1 Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)

(14)

3 - 14

2. Sementara itu, untuk menghindari terjadinya kesenjangan antar wilayah di Pulau

Jawa-Bali, maka akan dilakukan pembangunan daerah tertinggal dengan sasaran sebanyak 6 Kabupaten tertinggal dapat terentaskan dengan sasaran outcome: (a) meningkatkan rata-rata pertumbuhan ekonomi di daerah tertinggal menjadi 6,2 persen; (b) menurunnya persentase penduduk miskin di daerah tertinggal menjadi 8,9 persen; dan (c) meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di daerah tertinggal menjadi 73,7.

3. Untuk mendukung pemerataan pembangunan kawasan perkotaan di Jawa - Bali, maka akan dipercepat peningkatan efisiensi pengelolaan 5 Kawasan Perkotaan Metropolitan yang sudah ada saat ini.

4. Sesuai dengan amanat UU 6/2014 tentang Desa, makaakan dilakukan pembangunan perdesaan dengan sasaran tertinggal sedikitnya 1.670 desa atau meningkatnya jumlah desa mandiri sedikitnya 670 desa.

5. Khusus untuk meningkatkan keterkaitan pembangunan kota-desa, diharapkan dapat diwujudkan 4 pusat pertumbuhan baru perkotaan sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL) atau Pusat Kegiatan Wilayah (PKW).

6. Sasaran bidang otonomi daerah untuk Wilayah Jawa-Bali adalah:

a. Meningkatnya proporsi penerimaan pajak dan retribusi daerah sebesar 35% untuk propinsi dan 25% untuk kabupaten/kota,

b. Meningkatnya proporsi belanja modal dalam APBD propinsi sebesar 30% dan untuk Kabupaten/Kota sebesar 25% pada tahun 2019 serta sumber pembiayaan lainnya dalam APBD,

c. Meningkatnya jumlah daerah yang mendapatkan opini wajar tanpa pengecualian (WTP) sebanyak 7 provinsi dan 60 kabupaten/kota di wilayah Jawa-Bali

d. Terlaksananya e-budgeting di wilayah Jawa-Bali (dengan proyek awal Provinsi Jawa Barat)

e. Terlaksananya penggunaan blockgrant (inpres) yang efektif dengan proyek awal Provinsi Jawa Tengah dan Bali

f. Meningkatnya kualitas dan proporsi tingkat pendidikan aparatur daerah untuk jenjang S1 sebesar 70% dan S2-S3 sebesar 10%

g. Terlaksananya diklat kepemimpinan daerah serta diklat manajemen pembangunan, kependudukan, dan keuangan daerah di seluruh wilayah Jawa-Bali sebesar 100 angkatan (dengan proyek awal Provinsi DI Yogyakarta dan Jawa Tengah)

h. Terlaksananya pengaturan kewenangan secara bertahap di wilayah Jawa-Bali (dengan proyek awal Provinsi Banten dan Jawa Barat)

i. Meningkatnya implementasi pelaksanaan SPM di daerah, khususnya pada pendidikan, kesehatan dan infrastruktur

j. Meningkatnya persentase jumlah PTSP sebesar 100%

k. Meningkatnya persentase jumlah perizinan terkait investasi yang dilimpahkan oleh kepala daerah ke PTSP sebesar 75%

(15)

3 - 15

l. Terlaksananya pelayanan administrasi kependudukan di wilayah Jawa-Bali

(dengan proyek awal Provinsi Banten)

m. Terlaksananya koordinasi pusat dan daerah melalui peningkatan peran gubernur sebagai wakil pemerintah,

n. Terlaksananya sistem monitoring dan evaluasi dana transfer secara on-line di wilayah Jawa-Bali (dengan proyek awal Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Timur. 7. Sasaran Pengurangan Risiko Bencana di Wilayah Jawa-Bali adalah pusat-pusat

pertumbuhan berisiko tinggi yaitu: 5 (lima) PKN Kawasan Perkotaan (Jabodetabek, Bandung

Sehubungan dengan sasaran tersebut, diharapkan pada akhir tahun 2019, pembangunan Wilayah Jawa-Bali semakin meningkat, dan juga semakin meratanya pembangunan antarwilayah. Hal ini dicerminkan dengan makin menurunnya kontribusi PDRB Wilayah Jawa-Bali terhadap PDB Nasional, yaitu dari sekitar 58,4 persen (2014) menjadi 55,3 persen (2019). Dengan demikian, kondisi tersebut diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Pulau Jawa-Bali

I.

DIREKTIF PRESIDEN (INPRES NO. 3 TAHUN 2010)

Dalam Inpres No. 3 Tahun 2010, Presiden RI mengarahkan seluruh Kementerian, Gubernur, Walikota/Bupati, untuk menjalankan program pembangunan berkeadilan yang meliputi Program pro rakyat, Keadilan untuk semua, dan Program Pencapaian MDGs. Ditjen Cipta Karya memiliki peranan penting dalam pelaksanaan Program Pro Rakyat terutama program air bersih untuk rakyat dan program peningkatan kehidupan masyarakat perkotaan. Sedangkan dalam pencapaian MDGs, Ditjen Cipta Karya berperan dalam peningkatan akses pelayanan air minum dan sanitasi yang layak serta pengurangan permukiman kumuh.

J.

PERATURAN PERUNDANGAN PEMBANGUNAN BIDANG PU/CK

1. UU No. 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Permukiman

Perumahan berasal dari kata rumah, yaitu bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal yang layak huni, sarana pembinaan keluarga, cerminan harkat dan martabat penghuninya serta aset bagi pemiliknya. Terdapat beberapa macam jenis rumah yang meliputi rumah komersial, rumah swadaya, rumah umum, rumah khusus dan rumah Negara.

Adapun pengertian perumahan menurut UU No 1 Tahun 2011 adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman, baik perkotaan maupun perdesaan yang dilengkapi dengan sarana, prasarana dan utilitas umum sebagai hasil upaya pemenenuhan rumah yang layak huni. Kawasan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.

(16)

3 - 16

Adapun maksud dari lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian adalah bagian

dari kawasan permukiman yang terdiri atas lebih dari satu satuan permukiman. Permukiman itu sendiri adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasaranan, sarana, utilitas umum serta mempuyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau kawasan perdesaan.

Perumahan dan kawasan permukiman adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas pembinaan, penyelenggaraan perumahan, penyelenggaraan kawasan permukiman, pemeliharaan dan perbaikan, pencegahan dan peningkatan kulaitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh, penyediaan tanah, pendanaan dan sistem pembiayaan serta peran masyarakat.

Adapun Undang – Undang No 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Permukiman mengatur mengenai :

1. Ketentuan Umum;

2. Asas, Tujuan, dan Ruang Lingkup; 3. Pembinaan;

4. Tugas dan Wewenang; 5. Penyelenggaraan Perumahan;

6. Penyelenggaraan Kawasan Permukiman; 7. Pemeliharaan dan Perbaikan;

8. Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh dan 9. Permukiman Kumuh;

10. Penyediaan Tanah;

11. Pendanaan dan Sistem Pembiayaan; 12. Hak dan Kewajiban;

13. Peran Masyarakat; 14. Larangan;

15. Penyelesaian Sengketa; 16. Sanksi Administratif; 17. Ketentuan Pidana;

(17)

3 - 17

18. Ketentuan Peralihan;

19. Ketentuan Penutup.

2. UU No. 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung

UU No 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung merupakan undang – undang yang dibuat oleh Pemerintah Republik Indonesia dalam mengatur semua pekerjaan yang berkaitan dengan pembangunan terutama Gedung, sehingga dapat dikontrol dan diuji kualitasnya. Undang – undang ini menjadi dasar pedoman pelaksanaan semua proses pembangunan geduang di Indonesia.

Dalam Undang – Undang No 28 Tahun 2002 dijelaskan bahawa bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan khusus.

3. UU No.7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air

Air merupakan salah satu sumber kehidupan mutlak untuk mahkluk hidup. Ketersediaan dan kebutuhan harus seimbang untuk menjamin keberlanjutan sumber daya air. Kelebihan air terutama di musim hujan di suatu tempat bisa menjadi masalah seperti banjir atau longsor. Namun kekurangan air terutama pada musim kemarau juga menimbulkan masalah, yaitu timbulnya bencana kekeringan. Keberadaaan, ketersediaan, kebutuhan dan penggunaan sumber daya air tergantung dari banyak aspek yang saling mempengaruhi saling memberikan dampak baik yang positif maupun negatif. Sejarah terbitnya Undang-Undang Sumber Daya Air ini merupakan suatu proses yang cukup panjang. Ada yang pro maupun ada yang kontra untuk diterbitkan. Isu-isu timbul selama proses penerbitannya, antara lain privatisasi, ekspor air, peningkatan fungsi ekonomi dan berkurangnya fungsi sosial yang akan menimbulkan kerugian bagi masyarakat. Hal ini sekaligus membuktikan bahwa air merupakan kepentingan semua pihak (water is everyone's business).

Kebutuhan masyarakat terhadap air yang semakin meningkat mendorong lebih menguatnya nilai ekonomi air dibanding nilai dan fungsi sosialnya. Kondisi tersebutberpotensi menimbulkan konflik kepentingan antarsektor, antarwilayah dan berbagai pihak yang terkait dengan sumber daya air. Di sisi lain, pengelolaan sumber daya air yang lebih bersandar pada nilai ekonomi akan cenderung lebih memihak kepada pemilik modal serta dapat mengabaikan fungsi sosial sumber daya air. Berdasarkan pertimbangan tersebut undang-undang ini lebih memberikan perlindungan terhadap kepentingan kelompok masyarakat ekonomi lemah dengan menerapkan prinsip pengelolaan sumber daya air yang mampu menyelaraskan fungsi sosial, lingkungan hidup, dan ekonomi.

(18)

3 - 18

Hak guna pakai air untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari bagi perseorangan

dan pertanian rakyat yang berada di dalam sistem irigasi dijamin oleh Pemerintah atau pemerintah daerah. Hak guna pakai air untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari bagi perseorangan dan pertanian rakyat tersebut termasuk hak untuk mengalirkan air dari atau ke tanahnya melalui tanah orang lain yang berbatasan dengan tanahnya. Pemerintah atau pemerintah daerah menjamin alokasi air untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari bagi perseorangan dan pertanian rakyat tersebut dengan tetap memperhatikan kondisi ketersediaan air yang ada dalam wilayah sungai yang bersangkutan dengan tetap menjaga terpeliharanya ketertiban dan ketentraman. Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber daya Air harus sesuai dengan prinsip hukum pengelolaan sumber daya alam yang menyebutkan bahwa pengelolaan sumber daya alam harus dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinsip:

1. Good governance principle, 2. Subsidiary principle,

3. Equity principle, 4. Priority use principle,

5. Prior appropriation principle, 6. Sustainable development principle,

7. Good sustainable development governance, 8. Principle of participatory development.

Pengaturan kewenangan dan tanggung jawab pengelolaan sumber daya air oleh Pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota didasarkan pada keberadaan wilayah sungai yang bersangkutan, yaitu:

a. Wilayah sungai lintas provinsi, wilayah sungai lintas negara, dan/atau wilayah sungai strategis nasional menjadi kewenangan Pemerintah.

b. Wilayah sungai lintas kabupaten/kota menjadi kewenangan pemerintah provinsi; c. Wilayah sungai yang secara utuh berada pada satu wilayah kabupaten/kota menjadi

kewenangan pemerintah kabupaten/kota;

Di samping itu, undang-undang ini juga memberikan kewenangan pengelolaan sumber daya air kepada pemerintah desa atau yang disebut dengan nama lain sepanjang kewenangan yang ada belum dilaksanakan oleh masyarakat dan/atau oleh pemerintah di atasnya. Kewenangan dan tanggung jawab pengelolaan sumber daya air tersebut termasuk mengatur, menetapkan, dan memberi izin atas peruntukan, penyediaan,

(19)

3 - 19

penggunaan, dan pengusahaan sumber daya air pada wilayah sungai dengan tetap

dalam kerangka konservasi dan pengendalian daya rusak air.

Pengusahaan sumber daya air diselenggarakan dengan tetap memperhatikan fungsi sosial sumber daya air dan kelestarian lingkungan hidup. Pengusahaan sumber daya air yang meliputi satu wilayah sungai hanya dapat dilakukan oleh badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah di bidang pengelolaan sumber daya air atau kerja sama antara keduanya, dengan tujuan untuk tetap mengedepankan prinsip pengelolaan yang selaras antara fungsi sosial, fungsi lingkungan hidup, dan fungsi ekonomi sumber daya air.

4. UU No. 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Persampahan

Definisi sampah, sebagaimana yang tertulis dalam Undang-Undang No. 18 Tahun 2008, adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Yang termasuk jenis sampah adalah sampah rumah tangga (tidak termasuk tinja), sampah sejenis sampah rumah tangga yang berasal dari kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum dan fasilitas lainnya serta sampah spesifik. Yang terakhir ini adalah sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun dan limbah bahan berbahaya dan beracun, sampah yang timbul akibat bencana, puing bongkaran bangunan, sampah yang secara teknologi belum dapat diolah; dan sampah yang timbul secara tidak periodik.

Pengelolaan sampah merupakan kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah yang ditujukan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber daya. Pengurangan sampah dapat dilakukan melalui pembatasan timbulan sampah (reduce), pemanfaatan kembali sampah (reuse) dan pendauran ulang sampah (recycle). Kegiatan penanganan sampah meliputi : 1) pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan jenis, jumlah dan sifat sampah, 2) pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari sumber sampah ke tempat penampungan sementara atau tempat pengolahan sampah terpadu, 3) pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber atau dari tempat penampungan sampah sementara atau dari tempat pengolahan sampah terpadu menuju ke tempat pemrosesan akhir, 4) pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah sampah, 5) pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah atau residu hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman. Sementara untuk pengelolaan sampah spesifik menjadi tanggung jawab Pemerintah yang diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Dalam undang-undang pengelolaan sampah ini juga disebutkan larangan bagi setiap orang untuk memasukkan sampah ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, mengimpor sampah, mencampur sampah dengan limbah berbahaya dan beracun, mengelola sampah yang menyebabkan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan, membuang sampah tidak pada tempat yang telah ditentukan dan

(20)

3 - 20

disediakan, melakukan penanganan sampah dengan pembuangan terbuka di tempat

pemrosesan akhir serta membakar sampah yang tidak sesuai dengan persyaratan teknis pengelolaan sampah.

K.

AMANAT INTERNASIONAL

1. Agenda Habitat

Tujuan dari Agenda Habitat yang sepenuhnya sesuai dengan tujuan dan prinsip-prinsip Piagam PBB dan hukum internasional. Sedangkan pentingnya kekhasan nasional dan regional serta berbagai sejarah, budaya dan latar belakang agama harus diingat, itu adalah tugas dari semua negara untuk mempromosikan dan melindungi semua hak asasi manusia dan kebebasan dasar, termasuk hak untuk pembangunan.

Pelaksanaan Agenda Habitat, termasuk implementasi melalui hukum nasional dan prioritas pembangunan, program dan kebijakan, adalah hak kedaulatan dan tanggung jawab masing-masing Negara sesuai dengan hak asasi manusia dan kebebasan dasar, termasuk hak atas pembangunan, dan mempertimbangkan pentingnya nilai-nilai agama dan etika, latar belakang budaya, dan keyakinan filosofis individu dan masyarakat, memberikan kontribusi untuk menikmati hak asasi manusia untuk mencapai tujuan tempat tinggal yang memadai untuk semua dan pembangunan pemukiman yang berkelanjutan.

Pemberantasan kemiskinan sangat penting untuk permukiman manusia yang berkelanjutan. Prinsip pemberantasan didasarkan pada kerangka kerja yang diadopsi oleh KTT Dunia untuk Pembangunan Sosial dan hasil yang relevan dari konferensi utama PBB lainnya, termasuk tujuan pemenuhan kebutuhan dasar dari semua orang, terutama mereka yang hidup dalam kemiskinan dan kelompok yang kurang beruntung dan rentan. Khususnya di negara-negara berkembang di mana kemiskinan akut, yang memungkinkan semua perempuan dan laki-laki untuk mendapat mata pencaharian yang aman dan berkelanjutan dapat dipilih secara bebas untuk lapangan kerja yang produktif dan pekerjaan.

Pembangunan berkelanjutan. Sangat penting bagi pembangunan pemukiman manusia, dan memberikan pertimbangan penuh untuk kebutuhan dan kebutuhan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi, pembangunan sosial dan perlindungan lingkungan. Pertimbangan khusus harus diberikan untuk negara-negara berkembang dengan transisi ekonomi. Pemukiman manusia harus direncanakan, dikembangkan dan ditingkatkan dengan cara yang memperhitungkan penuh prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan dan semua komponennya, sebagaimana tercantum dalam Agenda 21 dan terkait hasil dari Konferensi PBB tentang Lingkungan dan Pembangunan. Pembangunan Pemukiman manusia berkelanjutan menjamin pembangunan ekonomi, kesempatan kerja dan kemajuan sosial, selaras dengan lingkungan. Ini mencakup prinsip-prinsip Deklarasi Rio tentang Lingkungan Hidup dan Pembangunan, yang merupakan hasil dari Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Lingkungan dan Pembangunan, prinsip-prinsip pendekatan kehati-hatian, pencegahan polusi, perhatian

(21)

3 - 21

terhadap daya dukung ekosistem, dan pelestarian peluang untuk masa depan generasi.

Produksi, konsumsi dan transportasi harus dikelola dengan cara yang dapat melindungi dan melestarikan stok sumber daya. Ilmu pengetahuan dan teknologi memiliki peran penting dalam membentuk pemukiman manusia yang berkelanjutan dan mempertahankan ekosistem mereka. Keberlanjutan pemukiman manusia memerlukan distribusi geografis yang seimbang atau distribusi lainnya yang sesuai dengan kondisi nasional, mendorong pembangunan ekonomi dan sosial, kesehatan manusia dan pendidikan, dan konservasi keanekaragaman hayati dan pemanfaatan secara berkelanjutan komponen-komponennya, dan pemeliharaan keanekaragaman budaya serta udara, air, hutan, vegetasi dan kualitas tanah pada standar cukup untuk menopang kehidupan manusia dan kesejahteraan bagi generasi mendatang.

Kualitas hidup semua orang tergantung, antara lain ekonomi, sosial, lingkungan dan budaya faktor, pada kondisi fisik dan karakteristik spasial desa dan kota. Tata letak kota dan estetika, pola penggunaan lahan, populasi dan kepadatan bangunan, transportasi dan kemudahan akses untuk semua untuk kebutuhan dasar, pelayanan dan fasilitas publik memiliki pengaruh penting pada kualitas hidup dari pemukiman. Hal ini sangat penting bagi orang-orang yang rentan dan kurang beruntung, banyak dari mereka menghadapi hambatan dalam akses ke tempat penampungan dan berpartisipasi dalam membentuk masa depan permukiman mereka. Kebutuhan bagi masyarakat dan aspirasi mereka untuk lingkungan yang mereka tinggali dan permukiman harus terpadu dengan proses desain, manajemen dan pemeliharaan pemukiman manusia. Tujuan upaya ini termasuk melindungi kesehatan masyarakat, menyediakan keselamatan dan keamanan, pendidikan dan integrasi sosial, mempromosikan kesetaraan dan menghormati keragaman budaya dan identitas, peningkatan aksesibilitas bagi penyandang cacat, dan pelestarian bersejarah, bangunan spiritual, agama dan budaya yang signifikan dan kabupaten, menghormati lanskap lokal dan memperlakukan lingkungan lokal dengan hormat dan perawatan. Itu pelestarian warisan alam dan sejarah pemukiman manusia, termasuk situs, monumen dan bangunan, terutama yang dilindungi di bawah Konvensi UNESCO di Situs Warisan Dunia, harus dibantu, termasuk melalui kerja sama internasional. Hal ini juga sangat penting bahwa spasial diversifikasi dan campuran penggunaan perumahan dan jasa akan dipromosikan di tingkat lokal dalam rangka memenuhi keragaman kebutuhan dan harapan.

Semua orang memiliki hak dan juga harus menerima tanggung jawab mereka untuk menghormati dan melindungi hak-hak orang lain termasuk generasi mendatang dan untuk berkontribusi secara aktif untuk kebaikan bersama. Manusia dengan pemukiman berkelanjutan adalah mereka yang, antara lain, menghasilkan rasa kewarganegaraan dan identitas, kerjasama dan dialog untuk kebaikan bersama, dan semangat voluntarisme dan keterlibatan masyarakat, di mana semua orang didorong dan memiliki kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan dan pengembangan. Pemerintah di semua tingkatan, termasuk otoritas lokal, memiliki tanggung jawab untuk menjamin akses untuk pendidikan dan untuk melindungi kesehatan penduduk mereka, keselamatan dan kesejahteraan umum. Hal ini memerlukan, penetapan kebijakan, hukum dan peraturan untuk kegiatan publik dan swasta, mendorong kegiatan swasta yang bertanggung jawab di segala bidang,

(22)

3 - 22

memfasilitasi partisipasi kelompok masyarakat, mengadopsi prosedur yang transparan,

mendorong semangat kepemimpinan dan kemitraan dengan pihak swasta, dan membantu orang untuk memahami dan melaksanakan hak dan tanggung jawab mereka melalui proses partisipatif yang efektif, pendidikan universal dan penyebaran informasi.

Kemitraan antara negara-negara dan swasta, sukarela dan organisasi berbasis masyarakat, sektor koperasi, lembaga swadaya masyarakat dan individu sangat penting untuk tercapainya pembangunan pemukiman manusia yang berkelanjutan dan penyediaan tempat tinggal yang memadai untuk semua dan layanan dasar. Kemitraan dapat mengintegrasikan dan saling mendukung tujuan partisipasi kebutuhan dasar,

antara lain, membentuk aliansi, mengumpulkan sumber daya, berbagi pengetahuan, keterampilan dan kontribusi memanfaatkan keunggulan komparatif dari tindakan kolektif. Itu proses dapat dibuat lebih efektif dengan memperkuat organisasi masyarakat sipil di semua tingkatan. Setiap upaya harus dilakukan untuk mendorong kolaborasi dan kemitraan dari semua sektor masyarakat dan di antara semua aktor dalam proses pengambilan keputusan, yang sesuai.

Solidaritas dengan mereka yang termasuk kelompok yang kurang beruntung dan rentan, termasuk orang-orang yang tinggal dalam kemiskinan, serta toleransi, non-diskriminasi dan kerja sama di antara semua orang, keluarga dan masyarakat adalah dasar bagi kohesi sosial. Solidaritas, kerjasama dan bantuan harus ditingkatkan oleh masyarakat internasional serta oleh Negara dan semua faktor yang relevan lainnya dalam menanggapi tantangan pembangunan pemukiman. Masyarakat internasional dan Pemerintah di semua tingkat yang berkaitan untuk mempromosikan kebijakan dan instrumen suara dan efektif, sehingga memperkuat kerjasama antar pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat, serta memobilisasi sumberdaya tambahan untuk memenuhi tantangan ini.

Untuk melindungi kepentingan generasi sekarang dan mendatang pada pemukiman manusia merupakan salah satu tujuan fundamental dari masyarakat internasional. Perumusan dan pelaksanaan strategi untuk pengembangan pemukiman manusia adalah tanggung jawab masing-masing negara baik nasional dan lokal terutama tingkat dalam kerangka hukum masing-masing negara, antara lain , dengan menciptakan lingkungan yang kondusif untuk pembangunan pemukiman manusia, dan harus memperhitungkan ekonomi, sosial dan lingkungan keragaman kondisi di masing-masing negara. Tambahan sumber daya keuangan dari berbagai sumber yang diperlukan untuk mencapai tujuan tempat tinggal yang memadai untuk semua dan pembangunan berkelanjutan untuk pemukiman manusia di dunia. Sumber daya yang tersedia untuk negara-negara berkembang - masyarakat, swasta, multilateral, bilateral, domestik dan eksternal - perlu ditingkatkan melalui mekanisme yang tepat dan fleksibel dan instrumen ekonomi untuk mendukung tempat tinggal yang memadai untuk semua dan pembangunan pemukiman manusia yang berkelanjutan. Ini harus disertai dengan langkah-langkah konkret untuk teknis internasional kerjasama dan pertukaran informasi.

(23)

3 - 23

Kesehatan manusia dan kualitas hidup berada di tengah upaya untuk mengembangkan

emukiman manusia yang berkelanjutan. Oleh karena itu harus dilakukan sosialisasi untuk mencapai tujuan universal dan sama akses ke pendidikan berkualitas, standar tertinggi kesehatan fisik, mental dan lingkungan, dan akses yang sama dari semua untuk perawatan kesehatan primer, membuat upaya khusus untuk memperbaiki ketidaksetaraan yang berkaitan kondisi sosial dan ekonomi, termasuk perumahan, tanpa membedakan ras, asal negara, jenis kelamin, usia, atau cacat, menghormati dan mempromosikan budaya umum dan khusus.

2. Rio+20

KTT Rio+20, yang merupakan konferensi PBB terbesar yang pernah diselenggarakan dengan jumlah peserta sebanyak 29.373 orang yang terdiri dari para pemimpin Pemerintah, bisnis dan organisasi kemasyarakatan, pejabat PBB, akademisi, wartawan dan masyarakat umum (Delegasi sekitar 12.000 orang, LSM dan Kelompok Utama 10.047 orang dan Media 3.989 orang).

KTT Rio+20 menyepakati Dokumen The Future We Want yang menjadi arahan bagi pelaksanaan pembangunan berkelanjutan di tingkat global, regional, dan nasional. Dokumen memuat kesepahaman pandangan terhadap masa depan yang diharapkan oleh dunia (common vision) dan penguatan komitmen untuk menuju pembangunan berkelanjutan (renewing political commitment). Dokumen ini memperkuat penerapan Rio Declaration 1992 dan Johannesburg Plan of Implementation 2002.

Dalam dokumen The Future We Want, terdapat 3 (tiga) isu utama bagi pelaksanaan pembangunan berkelanjutan, yaitu:

1. Green Economy in the context of sustainable development and poverty eradication, 2. pengembangan kerangka kelembagaan pembangunan berkelanjutan tingkat

global (Institutional Framework for Sustainable Development), serta

3. kerangka aksi dan instrumen pelaksanaan pembangunan berkelanjutan (Framework for Action and Means of Implementation).

Bagi Indonesia, dokumen ini akan menjadi rujukan dalam pelaksanaan rencana pembangunan nasional secara konkrit, termasuk dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2014-2019, dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (2005-2025). Untuk itu, Kementerian Lingkungan Hidup, instansi Pemerintah terkait dan seluruh pemangku kepentingan akan menyusun langkah tindak lanjut yang lebih konkrit untuk pelaksanaan kebijakan di lingkup masing-masing.

Kebijakan Pemerintah Indonesia “pro-growth, pro-poor, pro-job, pro-environment” pada dasarnya telah selaras dengan dokumen The Future We Want. Dalam sesi debat umum, Presiden RI menekankan bahwa untuk mewujudkan tujuan utama pembangunan berkelanjutan yaitu pengentasan kemiskinan, diperlukan tidak hanya sekedar

(24)

3 - 24

pertumbuhan ekonomi, namun pertumbuhan yang berkelanjutan dengan pemerataan

atau “Sustainable Growth with Equity”.

Rio+20 ini menghasilkan lebih dari US$ 513 Milyar yang dialokasikan dalam komitmen untuk pembangunan berkelanjutan, termasuk di bidang energi, transportasi, ekonomi hijau, pengurangan bencana, kekeringan, air, hutan dan pertanian. Selain itu terbangun sebanyak 719 komitmen sukarela untuk pembangunan berkelanjutan oleh pemerintah, dunia usaha, kelompok masyarakat sipil, universitas dan lain-lain.

3.1.2

Arahan Penataan Ruang

Rencana Tata Ruang Wilayah memuat arahan struktur ruang dan pola ruang. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hirarkis memiliki hubungan fungsional, sedangkan pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budidaya.

Pembangunan bidang Cipta Karya harus memperhatikan arahan struktur dan pola ruang yang tertuang dalam RTRW, selain untuk mewujudkan permukiman yang layak huni dan berkelanjutan juga dapat mewujudkan tujuan dari penyelenggaraan penataan ruang yaitu keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan, keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia, serta pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang.

A.

RTRW NASIONAL

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) adalah arahan kebijakan dan strategi pemanfaatan ruang wilayah negara. Penataan ruang wilayah nasional bertujuan untuk mewujudkan:

1. Ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan 2. Keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan

3. Keterpaduan perencanaan tata ruang wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten/kota

4. Keterpaduan pemanfaatan ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi dalam kerangka negara kesatuan republik indonesia

5. Keterpaduan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten/kota dalam rangka pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negative terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang

(25)

3 - 25

6. Pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan bagi peningkatan

kesejahteraan masyarakat

7. Keseimbangan dan keserasian perkembangan antarwilayah 8. Keseimbangan dan keserasian kegiatan antarsektor; dan

9. Pertahanan dan keamanan negara yang dinamis serta integrasi nasional RTRWN menjadi pedoman untuk :

1. Penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional 2. Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional

3. Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah nasional 4. Pewujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan

antarwilayah provinsi, serta keserasian antarsektor 5. Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi 6. Penataan ruang kawasan strategis nasional; dan 7. Penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota.

Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah nasional meliputi kebijakan dan strategi pengembangan struktur ruang dan pola ruang. Kebijakan pengembangan struktur ruang meliputi:

a. Peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah yang merata dan berhierarki; dan

b. Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana transportasi, telekomunikasi, energi, dan sumber daya air yang terpadu dan merata di seluruh wilayah nasional.

Strategi untuk peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah meliputi:

a. Menjaga keterkaitan antarkawasan perkotaan, antara kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan, serta antara kawasan perkotaan dan wilayah di sekitarnya b. Mengembangkan pusat pertumbuhan baru di kawasan yang belum terlayani oleh

pusat pertumbuhan

(26)

3 - 26

d. Mendorong kawasan perkotaan dan pusat pertumbuhan agar lebih kompetitif dan

lebih efektif dalam pengembangan wilayah di sekitarnya.

Strategi untuk peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana meliputi:

a. Meningkatkan kualitas jaringan prasarana dan mewujudkan keterpaduan pelayanan transportasi darat, laut, dan udara

b. Mendorong pengembangan prasarana telekomunikasi terutama di kawasan terisolasi

c. Meningkatkan jaringan energi untuk memanfaatkan energy terbarukan dan tak terbarukan secara optimal serta mewujudkan keterpaduan sistem penyediaan tenaga listrik

d. Meningkatkan kualitas jaringan prasarana serta mewujudkan keterpaduan sistem jaringan sumber daya air; dan

e. Meningkatkan jaringan transmisi dan distribusi minyak dan gas bumi, serta mewujudkan sistem jaringan pipa minyak dan gas bumi nasional yang optimal. Kebijakan dan strategi pengembangan pola ruang meliputi:

a. kebijakan dan strategi pengembangan kawasan lindung

b. kebijakan dan strategi pengembangan kawasan budi daya; dan c. kebijakan dan strategi pengembangan kawasan strategis nasional. Rencana struktur ruang wilayah nasional meliputi:

1. Sistem perkotaan nasional

2. Sistem jaringan transportasi nasional 3. Sistem jaringan energi nasional

4. Sistem jaringan telekomunikasi nasional; dan 5. Sistem jaringan sumber daya air.

(27)

3 - 27

1. Sistem Perkotaan Nasional

Sistem perkotaan nasional terdiri atas PKN, PKW, dan PKL. PKN dan PKW tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini. PKL ditetapkan dengan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi berdasarkan usulan pemerintah kabupaten/kota, setelah dikonsultasikan dengan Menteri. PKN, PKW, dan PKL dapat berupa:

a. Kawasan megapolitan; b. Kawasan metropolitan; c. Kawasan perkotaan besar; d. Kawasan perkotaan sedang; atau e. Kawasan perkotaan kecil.

Tabel 3.1

Sistem Perkotaan Nasional Provinsi Jawa Barat

Provinsi PKN PKW PKL

Daerah Khusus Ibukota Jakarta - Jawa Barat - Banten

Kawasan Perkotaan Jabodetabek

- -

Jawa Barat Kawasan Perkotaan

Bandung Raya Sukabumi - Cirebon Cikampek - Cikopo Palabuhan ratu Indramayu Kadipaten Tasikmalaya Pangandaran

Sumber : PP No 26 Tahun 2008 Tentang RTRW Nasional

2. Sistem Jaringan Transportasi Nasional

Sistem jaringan transportasi nasional terdiri atas: a. Sistem jaringan transportasi darat

b. Sistem jaringan transportasi laut; dan c. Sistem jaringan transportasi udara. 3. Sistem Jaringan Energi Nasional

Sistem jaringan energi nasional terdiri atas: a. Jaringan pipa minyak dan gas bumi;

(28)

3 - 28

b. Pembangkit tenaga listrik; dan

c. Jaringan transmisi tenaga listrik. 4. Sistem Jaringan Sumber Daya Air

Sistem jaringan sumber daya air sebagaimana dimaksud merupakan sistem sumber daya air pada setiap wilayah sungai dan cekungan air tanah.

Rencana pola ruang wilayah nasional terdiri atas: 1. Kawasan lindung nasional; dan

2. Kawasan budi daya yang memiliki nilai strategis nasional 1. Kawasan Lindung

Kawasan lindung nasional terdiri atas:

a. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan\ bawahannya; b. Kawasan perlindungan setempat;

c. Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya d. Kawasan rawan bencana alam

e. Kawasan lindung geologi; dan f. Kawasan lindung lainnya.

Tabel 3.2

Kawasan Lindung Nasional Provinsi Jawa Barat

Provinsi Kawasan Lindung Nasional Lokasi

Jawa Barat Suaka Margasatwa Cikepuh Kabupaten Sukabumi

Suaka Margasatwa Gunung Sawal Kabupaten Ciamis Cagar Alam Gunung Tangkuban

Perahu

Kabupaten Bandung Barat

Cagar Alam Leuweung Sancang Kabupaten Garut

Cagar Alam Gunung Tilu Kabupaten Bandung

Cagar Alam Gunung Papandayan Kabupaten Garut

Cagar Alam Gunung Burangrang Kabupaten Subang dan

Purwakarta

(29)

3 - 29

Provinsi Kawasan Lindung Nasional Lokasi

Cagar Alam Gunung Simpang Kabupaten Bandung dan

Kabupaten Cianjur Taman Nasional Gunung Gede –

Pangrango

Kabupaten Ciajur, Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Bogor Taman Nasional Halimun – Salak Kabupaten Bogor dan Kabupaten

Sukabumi

Taman Nasional Gunung Ciremai Kabupaten Kuningan

Taman Wisata Alam Gunung Tampomas

Kabupaten Sumedang Taman Wisata Alam Laut Cijulang Kabupaten Pangandaran Taman Buru Gunung Masigit

Kareumbi

Kabupaten Bandung, Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Garut Sumber : PP No 26 Tahun 2008 Tentang RTRW Nasional

2. Kawasan Budidaya Yang Memiliki Nilai Strategis Kawasan budi daya terdiri atas:

a. Kawasan peruntukan hutan produksi

Kawasan peruntukan hutan produksi terdiri atas: 1. Kawasan peruntukan hutan produksi terbatas; 2. Kawasan peruntukan hutan produksi tetap; dan

3. Kawasan peruntukan hutan produksi yang dapat dikonversi. b. Kawasan peruntukan hutan rakyat

Kawasan peruntukan hutan rakyat ditetapkan dengan criteria kawasan yang dapat diusahakan sebagai hutan oleh orang pada tanah yang dibebani hak milik.

c. Kawasan peruntukan pertanian

Kawasan peruntukan pertanian ditetapkan dengan kriteria:

1. Memiliki kesesuaian lahan untuk dikembangkan sebagai kawasan pertanian 2. Ditetapkan sebagai lahan pertanian pangan abadi

3. Mendukung ketahanan pangan nasional; dan/atau

4. Dapat dikembangkan sesuai dengan tingkat ketersediaan air 5. Kawasan peruntukan perikanan

(30)

3 - 30

d. Kawasan peruntukan perikanan ditetapkan dengan kriteria:

1. Wilayah yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan penangkapan, budi daya, dan industri pengolahan hasil perikanan; dan/atau

2. Tidak mengganggu kelestarian lingkungan hidup.

e. Kawasan peruntukan pertambangan

Kawasan peruntukan pertambangan yang memiliki nilai strategis nasional terdiri atas pertambangan mineral dan batubara, pertambangan minyak dan gas bumi, pertambangan panas bumi, serta air tanah.

f. Kawasan peruntukan industri;

Kawasan peruntukan industri ditetapkan dengan kriteria:

1. Berupa wilayah yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan industri; 2. Tidak mengganggu kelestarian fungsi lingkungan hidup; dan/atau 3. Tidak mengubah lahan produktif.

g. Kawasan peruntukan pariwisata;

Kawasan peruntukan pariwisata ditetapkan dengan kriteria: 1. Memiliki objek dengan daya tarik wisata; dan/atau

2. Mendukung upaya pelestarian budaya, keindahan alam, dan lingkungan.

h. Kawasan peruntukan permukiman; dan/atau

Kawasan peruntukan permukiman ditetapkan dengan kriteria:

1. Berada di luar kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan rawan bencana; 2. Memiliki akses menuju pusat kegiatan masyarakat di luar kawasan; dan/atau 3. Memiliki kelengkapan prasarana, sarana, dan utilitas pendukung.

(31)

3 - 31

i. Kawasan peruntukan lainnya

Kawasan budi daya yang memiliki nilai strategis nasional ditetapkan sebagai kawasan andalan. Nilai strategis nasional meliputi kemampuan kawasan untuk memacu pertumbuhan ekonomi kawasan dan wilayah di sekitarnya serta mendorong pemerataan perkembangan wilayah.

Tabel 3.3

Kawasan Andalan Provinsi Jawa Barat

Provinsi Kawasan Andalan Sektor Unggulan Jawa Barat Kawasan

Bogor-Puncak-Cianjur

(Bopunjur dan Sekitarnya)

pertanian, pariwisata, industri dan perikanan

Kawasan Sukabumi dan Sekitarnya

perikanan, pertanian, pariwisata dan perkebunan Kawasan Purwakarta, Subang,

Karawang (Purwasuka)

pertanian, industri, pariwisata dan perikanan

Kawasan Cekungan Bandung industri, pertanian, pariwisata dan perkebunan

Kawasan Cirebon-Indramayu- Majalengka-Kuningan

(Ciayumaja

Kuning) dan Sekitarnya

pertanian, industri, perikanan dan pertambangan

Kawasan Priangan Timur-Pangandaran

pertanian, industri,

perkebunan, pariwisata dan perikanan

Sumber : PP No 26 Tahun 2008 Tentang RTRW Nasional

Penetapan kawasan strategis nasional dilakukan berdasarkan kepentingan: 1. Pertahanan dan keamanan

2. Pertumbuhan ekonomi 3. Sosial dan budaya

4. Pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi; dan/atau 5. Fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.

Tabel 3.4

Kawasan Strategis Nasional Provinsi Jawa Barat

Provinsi Kawasan Strategis Nasional Lokasi Jawa Barat Kawasan Perkotaan Cekungan

Bandung

Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kota Cimahi dan Kabupaten

(32)

3 - 32

Provinsi Kawasan Strategis Nasional Lokasi

Kawasan Fasilitas Uji Terbang Roket Pamengpeuk

Kabupaten Garut Kawasan Stasiun Pengamat

Dirgantara Pamengpeuk

Kabupaten Garut Kawasan Stasiun Pengamat

Dirgantara Tanjung Sari

Kabupaten Sumedang Kawasan Stasiun Telecomand Provinsi Jawa Barat Kawasan Stasiun Bumi Penerima

Satelit Mikro

Provinsi Jawa Barat Sumber : PP No 26 Tahun 2008 Tentang RTRW Nasional

B.

RTRW KAWASAN STRATEGIS NASIONAL

Beberapa arahan yang harus diperhatikan dari RTRW KSN dalam penyusunan RPIJM Cipta Karya Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut:

a. Cakupan delineasi wilayah yang ditetapkan dalam KSN. b. Arahan kepentingan penetapan KSN, yang dapat berupa:

1. Ekonomi

2. Lingkungan Hidup 3. Sosial Budaya

4. Pendayagunaan Sumberdaya alam dan Teknologi Tinggi 5. Pertahanan dan Keamanan

c. Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang yang mencakup: 1. Arahan pengembangan pola ruang:

a. Arahan pengembangan kawasan lindung dan budidaya

b. Arahan pengembangan pola ruang terkait bidang Cipta Karya seperti pengembangan RTH.

2. Arahan pengembangan struktur ruang terkait keciptakaryaan seperti pengembangan prasarana sarana air minum, air limbah, persampahan, dan drainase

3. Indikasi program sebagai operasionalisasi rencana pola ruang dan struktur ruang khususnya untuk bidang Cipta Karya. Adapun RTRW KSN yang telah ditetapkan sampai saat ini adalah sebagai berikut :

(33)

3 - 33

a. Perpres No. 54 Tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan Jakarta,

Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, Cianjur;

b. Perpres No. 45 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan;

c. Perpres No. 55 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Makassar, Maros, Sungguminasa, Takalar;

d. Perpres No. 62 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Medan, Binjai, Deli Serdang, dan Karo;

e. Perpres No. 86 Tahun 2011 tentang Pengembangan Kawasan Strategis dan Infrastruktur Selat Sunda;

f. Perpres No. 87 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Batam, Bintan, dan Karimun.

C.

RTRW PULAU

Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau merupakan rencana rinci dan operasionalisasi dari RTRWN. Adapun arahan yang harus diperhatikan dari RTR Pulau untuk penyusunan RPI2-JM Kabupaten/Kota adalah:

a. Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang antara lain mencakup arahan pengembangan kawasan lindung dan budidaya, serta arahan pengembangan pola ruang terkait bidang Cipta Karya seperti pengembangan RTH.

b. Arahan pengendalian pemanfaatan ruang yang memberikan arahan batasan wilayah mana yang dapat dikembangkan dan yang harus dikendalikan.

c. Strategi operasionalisasi rencana pola ruang dan struktur ruang khususnya untuk bidang Cipta Karya seperti pengembangan prasarana sarana air minum, air limbah, persampahan, drainase, RTH, rusunawa, agropolitan, dll.

Hingga saat ini RTRW Pulau yang telah ditetapkan adalah:

a. Perpres No. 88 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Pulau Sulawesi; b. Perpres No. 3 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Pulau Kalimantan; c. Perpres No. 13 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Pulau Sumatera; d. Perpres No. 28 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Pulau Jawa-Bali.

(34)

3 - 34

D.

RTRW PROVINSI

RTRWP merupakan matra spasial dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) yang berfungsi sebagai penyelaras kebijakan penataan ruang nasional, Daerah, dan Kabupaten/Kota serta sebagai acuan bagi instansi Pemerintah, Pemerintah Daerah dan masyarakat untuk mengarahkan lokasi dan menyusun program pembangunan yang berkaitan dengan pemanfaatan ruang di Daerah.

Kedudukan RTRWP adalah sebagai pedoman dalam :

a. Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan rencana sektoral lainnya;

b. Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang;

c. Perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antarwilayah Kabupaten/Kota, serta keserasian antarsektor;

d. Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi; e. Penataan ruang KSP; dan

f. Penataan ruang wilayah Kabupaten/Kota A. Kebijakan Dan Strategi Penataan Ruang

Kebijakan dan strategi penataan ruang, meliputi : a. Kebijakan dan strategi perencanaan tata ruang; b. Kebijakan dan strategi pemanfaatan ruang; dan

c. Kebijakan dan strategi pengendalian pemanfaatan ruang 1. Kebijakan dan Strategi Perencanaan Tata Ruang

Kebijakan perencanaan tata ruang meliputi :

a. Penyusunan dan peninjauan kembali rencana tata ruang yang dilakukan melalui pendekatan partisipatif;

b. Tindaklanjut rtrwp ke dalam rencana yang lebih terperinci; c. Penyelarasan rtrw kabupaten/kota dengan substansi rtrwp. Strategi perencanaan tata ruang meliputi :

a. Peningkatan peran kelembagaan dan peranserta masyarakat dalam perencanaan tata ruang;

Referensi

Dokumen terkait

Untuk merangsang dan mengembangkan kecerdasan spiritual anak melalui kemampuan mengenal dan mencintai Tuhan, anak dapat dirangsang disentuh secara bertahap melalui

KONSEP CARA PRODUKSI PANGAN YANG BAIK (CPPB) PADA PEMBUATAN KACANG OVEN DI INDUSTRI RUMAH TANGGA.. “ SAMUDRA ”

Metode dalam penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan (R&D) dengan model pengembangan Brog and Gall yang telah di modifikasi oleh Sugiyono. Ada 7

Jumlah pasangan yang diperlukan tergantung pada peluang karakteristik p, jumlah bit subkey yang dihitung serentak,k, jumlah rata-rata per pasangan yang

sebesar paling tinggi 100% (seratus per seratus) dari PBB-P2 yang terutang dalam bal objek pajak terkena bencana alam atau sebab lain yang luar biasa sebagaimana dimaksud dalam

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA DINAS PENDAPATAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN BANTUL TENTANG PEMBERIAN PENGURANGAN PAJAK PARKIR YANG TERUTANG. KESATU :

Bahan penelitian adalah data rekam medis pasien kanker kolorektal di Rumah Sakit Immanuel Bandung yang memuat data mengenai jenis kelamin, umur, pekerjaan, predileksi tertinggi

tidak ada pekerjaa-pekerjaan pengangkatan di sekitarnya (lifting) di sekitar lokasi pemasangan perancah. 4) Petugas keselamatan kerja / safety bekerja sama dengan