GAMBARAN SENSASI BERKEMIH PASIEN POST OPERASI TRANSURETHRAL RESECTION OF THE PROSTATE (TURP) YANG DIBERI TINDAKAN
BLADDER TRAINING DI RSUD TUGUREJO SEMARANG
Dwi Febrianto*), Ismonah**), Shobirun***)
*)
Mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang **)
Dosen Program Studi Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang ***)
Dosen Program Studi Keperawatan Poltekkes Depkes KeMenkes Semarang
ABSTRAK
BPH merupakan perbesaran kelenjar prostat, memanjang ke atas kedalam kandung kemih dan menyumbat aliran urin dengan menutupi orifisium uretra akibatnya terjadi dilatasi ureter (hidroureter) dan ginjal (hidronefrosis) secara bertahap. Tindakan Tindakan yang sering dilakukan untuk mengatasi Benigna Prostate Hiperplasia (BPH) adalah, Transurethral Resection of the Prostate (TURP). Anastesi yang digunakan pada pembedahan TURP yaitu anastesi regional yang menyebabkan fungsi genitrourinaria terganggu. Metode penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif non eksperimental dengan menggunakan metode pendekatan deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran tentang suatu keadaan secara objektif. Metode penelitian deskriptif digunakan untuk memecah atau menjawab permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi sekarang. Banyaknya responden dalam penelitian ini sebanyak 11 responden. Penelitian ini menggunakan analisis univariat dan didapatkan hasil rata-rata sensasi berkemih pasien TURP yang diberikan tindakan bladder training adalah 47,91 menit, nilai median 50,00 menit, nilai min 31 menit dan nilai max 58 menit. Rekomendasi penelitian ini adalah sebagai salah satu alternatif untuk menangani masalah pasien yang terpasang kateter lainnya.
Kata Kunci: Pembedahan, sensasi berkemih, bladder training
ABSTRACT
Benigna Prostate Hiperplasia (BPH) is a swollen prostate gland which enlarges to the upper, into the bladder and blocks the flow of urine by blocking the orificium urethra due to the ureter dilatation (hydroureter) and kidney (hydronephrosis) gradually. The action to overcome BPH is Transurethral Resection of the Prostate (TURP). The anesthesia used in TURP surgery is regional anesthesia that causes the genitourinary function disturbed. This research method using this type of quantitative research of non-experimental descriptive approach method by using a method of research conducted with the primary goal to make a picture of a situation objectively. Descriptive research method used to break or answering the problems that are being faced in the present situation. There are 11 respondents in this study. This study is applying univariate analysis reveals that the average of urinating sensation ofTURP patients who are given bladder training is 47.91 minutes, the median value is 50.00 minutes,
minimum value is 31 minute, and maximum value is 58 minutes. The recommendation of this study is that it can be used as the alternative to overcome the problem of patients with catheter installed.
Key Words : Surgery, Urinating Sensation, Bladder Training
PENDAHULUAN
Benigna Prostate Hiperplasia (BPH) merupakan kondisi yang belum diketahui penyebabnya, ditandai oleh meningkatnya ukuran zona dalam (kelenjar periuretra) dari kelenjar prostat (Pierce & Neil, 2006, hlm.169). Menurut National Institutes of Health (NIH), BPH mempengaruhi lebih dari 50% dari pria di atas usia 60 tahun dan sebanyak 90% dari pria di atas usia 70 (Mazda, 2013, ¶4).
Di RS Mitra Keluarga Surabaya tahun 2013 melaporkan bahwa angka kejadian BPH yang simptomatik (bergejala) pada umur 40-49 tahun mencapai hampir 15%. Angka ini
meningkat dengan bertambahnya usia,
sehingga pada usia 50-59 tahun prevalensinya mencapai hampir 25%, pada usia 60 tahun 43%, dan hingga 90% pada pria diatas 80 tahun (RS. Mitra Keluarga Surabaya, 2013, ¶6). Di RSI PKU Muhammadiyah Pekajangan, menunjukkan adanya peningkatan dari tahun sebelumnya. Jumlah pasien dengan diagnosa Benigna Prostat Hiperplasia (BPH) pada tahun
2009 menyebutkan angka kejadiannya
mencapai 30 pasien. Sedangkan pada tahun 2010 mengalami peningkatan dengan angka kejadian menjadi 54 pasien (Sigit, 2012, ¶5).
Tindakan yang sering dilakukan untuk
mengatasi Benigna Prostate Hiperplasia
(BPH) adalah, Transurethral Resection of the Prostate (TURP). TURP merupakan tindakan operasi yang paling banyak dikerjakan diseluruh dunia (Nursalam & Fransisca, 2009, hlm.143). Menurut Komeini (2013) di Amerika Serikat TURP merupakan prosedur operasi kedua terbanyak dilakukan, dan sekitar 150.000 orang TURP dilakukan setiap tahun (Urology Care, 2013, ¶5).
Di Indonesia tindakan TURP yang dilakukan RSUD Gambiran pada tahun 2009, adalah dari 416 pasien urologi yang dilakukan tindakan TURP sebanyak 349 atau 75 % dan sampai bulan September 2011 dari 395 pasien yang
dilakukan TURP sebanyak 305 pasien atau 78% (Sodiq, 2012, ¶4).
Guna melaksanakan TURP pasien harus dilakukan anastesi. Anastesi yang digunakan pada pembedahan Transurethral Resection of the Prostate (TURP) yaitu anastesi regional (spinal anastesi) (OMNI, 2015, ¶2). Pada anastesi epidural/ spinal dapat menyebabkan pasien tidak dapat merasakan distensi atau penuhnya kandung kemih. Efek dari pemberian anastesi tersebut terjadi perubahan fisiologis antara lain; pernafasan, sirkulasi, pengontrolan suhu, fungsi neurologis dan rasa nyaman,
intregitas kulit dan luka, fungsi
gastrointestinal, fungsi genitourinaria, terutama pada fungsi genitrourinaria dalam waktu 6 – 8 jam setelah anastesi, pasien akan mendapatkan kontrol fungsi berkemih secara volunter, bergantung dari jenis pembedahan. Pemakaian kateter menetap selama empat sampai tujuh hari atau lebih mengakibatkan kandung kemih tidak akan terisi atau berkontraksi sehingga kandung kemih akan kehilangan tonusnya (atonia) (Perry & Potter, 2006, hlm.1685). Bladder Training adalah tindakan yang dilakukan untuk melatih kandung kemih dengan cara konservatif, sehingga secara fungsional kandung kemih kembali normal yang dilakukan setelah kateter urin terpasang dalam waktu lama. Hal ini bertujuan untuk mengembalikan pola normal berkemih dan menghambat atau menstimulasi pengeluaran air kemih. Selain itu latihan kandung kemih/ bladder training mempunyai pengaruh antara
lain memperpanjang waktu untuk
mengeluarkan urine, meningkatkan jumlah urine yang ditahan oleh kandung kemih,
meningkatkan kontrol pada dorongan/
rangsangan berkemih menurut jadwal dan
mengurangi/ menghilangkan inkontinensia
urine (Suharyanto, 2009, hlm.103).
Dari penelitian yang sudah ada menurut Kristinawati, Beti (2009) tentang efektifitas
bladder training secara dini pada pasien yang terpasang douwer chateter terhadap kejadian inkontinensia urine di ruang umar dan ruang khotijah RS Roemani Muhamadiyah Semarang dengan hasil penelitian menunjukan bahwa
sebanyak 11 orang (26,2%) responden
mengalami inkontinensia urine dan sebanyak 31 orang (73,8%) responden tidak mengalami inkontinensia urine. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Oktaryanti, Putu Wulan (2013) meneliti tentang pengaruh pemberian bladder training sebelum pelepasan dower kateter terhadap terjadinya inkontinensia urine pada pasien di Irna C. RSUP SANGLAH Denpasar dengan hasil nilai p (0,004) < (0,05), maka dapat disimpilkan ada pengaruh pemberian bladder training sebelum pelepasan dower kateter terhadap terjadinya inkontinensia urine. Hal serupa juga dilakukan oleh Oetami, Susilowati (2011) yang meneliti pengaruh bladder training terhadap fungsi berkemih pada pasien yang dipasang douwer catheter di RSUD Ambarawa dengan hasil penelitian tidak dapat pengaruh bladder training terhadap fungsi berkemih pada pasien yang terpasang kateter.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk Mengetahui sensasi berkemih pasien post operasi Transurethral Resection of the Prostate (TURP) yang diberikan bladder training di RSUD Tugurejo Semarang.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian
kuantitatif non eksperimental dengan
menggunakan metode pendekatan deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan
dengan tujuan utama untuk membuat
gambaran tentang suatu keadaan secara
objektif. Metode penelitian deskriptif
digunakan untuk memecah atau menjawab permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi sekarang (Notoatmodjo, 2012, hlm.29). Populasi pada penelitian ini adalah pasien post operasi Transurethral Resection of the Prostate (TURP) pada bulan Maret 2015 di RSUD Tugurejo Semarang dengan jumlah 11 pasien.
Teknik sampling dalam penelitian ini adalah accidental sampling. Teknik ini merupakan teknik pengambilan sampel yang dilakukan
dengan mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada atau tersedia di suatu tempat sesuai dengan konteks penelitian (Notoadmojo, 2012, hlm.125). Pada penelitian ini peneliti mencari responden yang sesuai dengan kriteria inklusi dan kebetulan ada diruangan sampai responden memenuhi kuota yang diinginkan peneliti.
Sampel dalam penelitian ini adalah pasien post operasi Transurethral Resection of the Prostate (TURP) sebanyak 11 responden dengan kriteria inklusi: Responden yang bersedia berpartisipasi dalam penelitian, kooperatif menjadi responden, pasien pasca pembedahan TURP hari ke 3 yang sudah tidak ada perdarahan, usia > 50 tahun.
Penelitian ini dilakukan di RSUD Tugurejo Semarang pada bulan Maret sampai April 2015. Alat pengumpul data yang digunakan yaitu lembar observasi yang berisi nama, umur, jenis kelamin, ruangan, tanggal dilakukan TURP.
Data yang diperoleh kemudian dilakukan analisis untuk mendapatkan gambaran sensasi berkemih pasien post operasi Transurethral Resection of the Prostate (TURP) yang diberi tindakan bladder training. Proses pengolahan data dilakukan dengan analisis univariat. Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Bentuk analisis univariat tergantung dari jenis datanya. Pada umumnya analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase dari tiap variabel
(Notoatmodjo, 2012, hlm. 182). Pada
penelitian ini dilakukan analisis univariat yaitu sensasi berkemih responden bladder training. Hasil analisis berupa data numerik. Data berdistribusi normal disajikan dalam bentuk pemusatan data (mean). Selain itu data kategorik disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi berupa jumlah (frekuensi) dan presentase (%) yang terdiri dari sensasi berkemih.
HASIL PENELITIAN
Gambaran Umum Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di RSUD Tugurejo Semarang yang terletak diwilayah Semarang
bagian barat. RSUD Tugurejo Semarang merupakan Rumah Sakit kelas B milik Pemerintah Provinsi jawa Tengah. RSUD Tugurejo Semarang memiliki pelayanan rawat jalan, pelayanan rawat inap, IGD, ICU, HND, ruang hemodialisa, perinatal. Terdapat juga pelayanan spesialis meliputi pelayanan KIA, Bedah, Penyakit Dalam, Mata, THT, Kulit Kelamin, Forensik, Anastesi, Radiologi, Saraf, Konservasi gigi, Patologi klinik. Selain itu juga
terdapat pelayanan penunjang seperti
pemeriksaan laboratorium dan Trauma Center. Hasil Penelitian
Responden dari penelitian ini adalah pasien dengan post operasi Transurethral Resection of the Prostate (TURP) yang memenuhi kriteria inklusi dari peneliti di RSUD Tugurejo Semarang di ruang Anggrek.
Penelitian ini hanya menggunakan analisis univariat. Pada bagian ini akan diuraikan gambaran karakteristik responden berdasar nilai mean, median, nilai mininimal, dan nilai maksimal untuk sensasi berkemih responden TURP yang diberi tindakan bladder training.
Tabel 5.1
Sensasi berkemih pasien post operasi TURP yang diberi tindakan bladder training di
RSUD Tugurejo Semarang
Berdasarkan tabel 5.1 menunjukan bahwa rata-rata sensasi berkemih pasien TURP yang diberikan tindakan bladder training adalah 47,91 menit, nilai median 50,00 menit, nilai min 31 menit dan nilai max 58 menit. Dan umur responden rata-rata 63.55 tahun, median 65.00 tahun, minimal 51 tahun, maksimal 75 tahun.
PEMBAHASAN
Interpretasi dan Diskusi Hasil Penelitian
Peneliti hanya menggunakan analisis univariat untuk menggambarkan pasien post operasi TURP yang diberi tindakan bladder training. Dari penelitian tentang pasien post operasi
TURP yang diberikan tindakan bladder
training didapatkan hasil rata-rata 47,91 menit, nilai median 50,00 menit, nilai min 31 menit dan nilai max 58 menit. Dan hasil analisis menurut umur responden didapatkan hasil rata-rata 63.55 tahun, median 65.00 tahun, minimal 51 tahun, maksimal 75 tahun.
Transurethral Resection of the Prostate (TURP) merupakan suatu tindakan yang
berguna untuk menghilangkan kelebihan
jaringan yang ada di prostat dan menggunakan anastesi spinal. Anastesi tersebut menyebabkan pasien tidak dapat merasakan penuhnya kandung kemih (RSMK, 2011, ¶6). Tindakan yang biasa digunakan untuk mengatasi
masalah kandung kemih yaitu bladder
training. Bladder training adalah salah satu upaya untuk mengembalikan fungsi kandung kemih yang mengalami gangguan ke keadaan normal atau ke fungsi optimal neurogenik (Potter & Perry, 2006, hlm.1691). Hal ini bertujuan untuk mengembalikan pola normal berkemih dan menghambat atau menstimulasi pengeluaran air kemih.
Latihan kandung kemih/ bladder training
mempunyai pengaruh antara lain
memperpanjang waktu untuk mengeluarkan urine, meningkatkan jumlah urine yang ditahan oleh kandung kemih, meningkatkan kontrol pada dorongan/ rangsangan berkemih menurut
jadwal dan mengurangi/ menghilangkan
inkontinensia urine (Suharyanto, 2009,
hlm.103).
Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Friska (2014) tentang pengaruh bladder trainning terhadap kemampuan berkemih pada pasien pria dengan retensi urin. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat nilai rata-rata setelah diberikan tindakan post intervensi yaitu mean=5,00. Selain itu penelitian serupa juga dilakukan Sensasi
Berkemih
Mean Median Minimal Maksi mal Post Bladder Training 47,91 50,00 31 58 Umur responden 63.55 65.00 51 75
oleh Wulandari (2012) tentang pengaruh latihan bladder training terhadap penurunan inkontinensia pada lanjut usia di panti wreda dharma bakti Surakarta. Hasil penelitian ini menunjukkan rata-rata frekuensi berkemih lanjut usia di panti Wredha Dharma Bhakti sesudah pemberian latihan bladder training pada kelompok perlakuan adalah 4,92 kali per 12 jam dan pada kelompok kontrol 8,25 kali per 12 jam.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Friska dan Wulandari didapatkan hasil yang sama dengan yang diteliti oleh peneliti yaitu bladder training efektif untuk merangsang sensasi berkemih. Hal ini dikarenakan bladder training akan menstimulasi kandung kemih yang
menyebabkan kandung kemih dapat
meningkatkan kontrol pada dorongan/
rangsangan berkemih. Hal ini sejalan yang dikemukakan oleh Hidayat (2008, hlm.63) bahwa mekanisme berkemih terjadi karena vesika urinaria berisi urine yang dapat menimbulkan rangsangan pada saraf-saraf di
dinding vesika urinaria. Kemudian
menimbulakan rangsangan tersebut diteruskan melalui medula spinalis ke pusat pengontrol berkemih yang terdapat di korteks serebral.
Selanjutnya, otak memberikan impuls/
rangsangan melalui medula spinalis ke neuromotoris di daerah sakral, kemudian terjadi koneksasi otot destrusor dan relaksasi otot spingter internal. Urine dilepaskan dari vesika urinaria, tetapi masih tertahan spingter
eksternal. Jika waktu dan tempat
memungkinkan, akan menyebabkan relaksasi spingter eksternal dan urine kemungkinan keluar.
Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti juga memiliki
keterbatasan dalam penelitian, adapun
keterbatasan penelitian peliti yaitu: Jumlah
responden yang terbatas dan tidak
menggunakan kelompok kontrol untuk
pembanding dan intervensi hanya dilakukan
sekali tidak dilakukan secara berkala, sehingga peneliti tidak mengetahui perbedaan sensasi berkemih antar waktu
SIMPULAN
Bladder training dapat menimbulkan sensasi berkemih pasien post operasi TURP di RSUD Tugurejo Semarang dengan hasil analisis rata-rata 47,91 menit.
SARAN
Berdasarkan dari hasil penelitian yang diperoleh ada beberapa saran yang perlu dijadikan pertimbangan bagi peneliti dalam penelitian antara lain:
1. Bagi Rumah Sakit
Hasil dari penelitian ini yaitu bahwa bladder training dapat menimbulkan sensasi berkemih pada pasien post operasi TURP. Sehingga tindakan tersebut bisa
digunakan untuk menangani masalah
berkemih pasien post operasi TURP. 2. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
dijadikan sebagai pengetahuan untuk
menambah wawasan bagi mahasiswa cara mengatasi masalah berkemih pasien post operasi TURP bisa menggunakan bladder training.
3. Bagi Penelitian Selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat dijadikan data
dasar untuk melakukan penelitian
selanjutnya. Bukan hanya kepada pasien post operasi TURP saja tetapi bisa diperluas untuk responden yang mengalami gangguan perkemihan khususnya yang menggunakan kateter.
DAFTAR PUSTAKA
Chandra, Budiman. (2008). Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta: EGC.
Dharma, Kusuma Kelana. (2011). Metodologi penelitian kesehatan: pedoman melaksanakan dan menerapkan hasil penelitian. Jakarta: Trans Info Media. Friska, Hinora. (2014). Pengaruh bladder
trainning terhadap kemampuan berkemih pada pasien pria dengan retensi urine. diperoleh tanggal 19 mei 2015.
Hidayat, A. Aziz Alimul. (2007). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika. . (2008). Keterampilan dasar
praktik klinik untuk kebidanan edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.
. (2009). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika.
Khomeini. (2013). Hubungan Penurunan
Kadar Natrium Terhadap Gangguan Pola Tidur Pasca TURP (Transurethral Resection of The Prostate).
http://download.portalgaruda.org/articl e.php?article=135105&val=5645 (diakses pada 10 november 2014 pukul 15.30)
Kristinawati, Beti. (2009). Efektifitas bladder training secara dini pada pasien yang terpasang douwer kateter terhadap kejadian inkontinensia urine di ruang umar dan ruang khotijah RS Roemani Muhamadiyah Semarang.
Mazda. (2013). Philosophy of Care - The patient's welfare is my first priority. I like to spend time with my patients and explain the treatment in detail. I strive to keep abreast of the latest advances in the field of urology. (diakses pada tgl 18 desember pukul 12.14).
Muttaqin, A. dan Kumala, Sari. (2011). Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika. Nasir Abd., Abdul Muhith, M. E. Ideputri.
(2011). Buku Ajar Metodologi
Penelitian Kesehatan: Konsep
Pembuatan Karya Tulis dan Thesis Untuk Mahasiswa Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Notoatmodjo, Soekidjo. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nursalam dan Fransisca. (2009). Asuhan keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika.
Oetami, soesilowati. (2011). Pengaruh bladder training terhadap fungsi berkemih pada pasien yang dipasang douer catheter di RSUD Ambarawa. http://digilib.unimus.ac.id/gdl.php?mo d=browse&op=read&id=jtptunimusgdl -soesilowat-6105 diperoleh tanggal 2 Desember 2014.
Oktariyanti, Putu Wulan. (2013). Pengaruh pemberian bladder training sebelum pelepasan dower kateter terhadap terjadinya inkontinensia urine pada pasien di Irna C RSUP SANGLAH Denpasar.
http://www.sanglahhospitalbali .com/v1/penelitian.php?ID=109 diperoleh tanggal 2 Desember 2014. OMNI, Hospital. (2015). Service: equipment.
http://www.omnihospitals .com/omni_ pulomas/equipment.php?pageNum_eq uip_load=2&totalRows_equip_load=2 5 diperoleh tanggal 10 juli 2015. Pierce A. Grace & Neil R. Borley. 2006. At a
Glance Ilmu bedah. Jakarta: Erlangga Potter & Perry. (2006). Buku Ajar
Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik. Edisi 4. Jakarta: EGC.
Purnomo, Basuki B. (2003). Dasar-dasar Urologi. Jakarta: Sagung Seto.
RS Mitra Keluarga Surabaya. (2013). Masalah Prostat dan Kesehatan Pria. http://www.mitrakeluarga.com/surabay a/masalah-prostat-dan-kesehatan-pria (diakses pada 3 des 2014, jam 12.30).
RS mitra kemayoran. (2011). Penyakit prostat – penanganan pembesaran prostat jinak.http://www.rumahsakitmitrakema yoran.com/pembesaran-prostat-jinak-langkah-penanganan-yang-tepat/ diperoleh tanggal 4 Juni 2015.
Setiawan, Ari dan Saryono. (2011). Metodologi penelitian Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Sigit, Ariyoso. (2012). Asuhan keperawatan post operasi bph pada tn.y di ruang matahari rsi pku muhammadiyah pekajangan pekalongan. (diakses pada tgl 18 desember pukul 11.44).
Sodiq, Mochammad. (2012). Meminimalkan
Perdarahan Dengan Pemasangan Traksi Kateter Pada Pasien Post Op
TURP.http://www.akuperawat.com/20
12/08/meminimalkan-perdarahan-dengan.html (diakses tgl 10 desember 2014 jam 13.19).
Sugiyono. (2013). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Suharyanto, Toto. (2009). Asuhan
Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta: Tim.
Tjay Tan Hoan dan Kirana Rahardja. (2007). Obat- Obat Penting: kasiat, penggunaan dan efek-efek samping. Jakarta: PT. Elek Media Komputindo.
Urology Care. (2013). Bph: surgical
management (benign prostatic hyperplasia/enlarged prostate). http://www.urologyhealth.org/urology/ index.cfm?article=31 (diakses pada tgl 18 desember pukul 12.20).
Wulandari, S. (2012). Pengaruh latihan bladder training terhadap penurunan inkontinensia pada lanjut usia Di panti wreda dharma bakti Surakarta. https://www.google.co.id/url?sa=t&rct =j&q=&esrc=s&source=web&cd=11& cad=rja&uact=8&ved=0CBoQFjAAO Ao&url=http%3A%2F%2Feprints.ums .ac.id%2F19599%2F20%2F12._NAS KAH_PUBLIKASI.pdf&ei=LyxcVbX 9LI6nuQS53YOQBw&usg=AFQjCN GoQhn9rOANUf_akHMK6Pyd-_rexA& sig 2=Vt7rt47-fhs-GYtQEDDcbQ&bvm=bv.93756505,d. c2E diperoleh tanggal 19 Mei 2015.