STUDI
SIFAT-SIFAT
MUTAN
PADI
GOGO
Ita Dwimahyani*
ABSTRAK
STUDI SIFAT-SIFAT PADI GOGO. Telah dilakukan penelitian untuk mempelajari sifat 7 galur mutan hasil dari iradiasi varietas Seratus Malam yaitu galur mutan MG-31-K, SM-128/19-K, MG-4/4-K, MG-4/2-K, MG-2-K, BL-ll/1-K dan BI.-II/2-K, dengan disertakan varietas induk Seratus Malam dan varietas nasional Sentani. Sifal-sifat yang dipelajari adalah ketahanan terhadap ke keringan, ketahanan terhadap penyakit blast, sifat agronomi, kandungan amilosa dan protein. Ternyata dari hasil penelitian ketujuh galur mutan menunjukkan sifat lebih tahan kering dan lebih tahan terhadap penyakit blast dari pada induknya. Dari hasil evaillasi sifat agronomi ketujuh galur mutan sangat nyata lebih pendek dari induknya. pada umumnya mempunyai butir gabah lebih besar, umllr lebih lama dan produksi sedikit lebih tinggi dari induknya. Kandungan amilos umumnya rendah kecllali gallir mutan MG-31-K, SM-128/19-K dan MG-2-K, dengan kandungan protein yang hampir sama dengan induknya. Adapun dari ketujuh galur mutan, tiga nomor galur yaitu MG-31-K,MG-4/2-K dan BL-Il/2-K mempunyai sifat yang lebih ungglll daripada galur mutan yang lain juga dari varietas induk Seratus Malam sehingga berpotensi lintuk dilepas.
ABSTRACT
STUDIES ON THE CUARACTERS or UPLAND RICE MUTANTS. The characters of 7 mutant lines derived from irradiation of Seratus Malam upland rice variety: MG-31-K, SM-128/19-K, MG-4/4-K, MG-4/2-K, MG-2-K, BL-ll/I-K and BL-ll/2-K with the original variety Seratus Malam and national standard upland rice variety Sentani, have been investigated. The observed characters were drought reaction, blast reaction, some agronomic traits, amylose content and protein content. All the mutants lines showed more tolerance to drought and blast compared to the original variety. However, they were significantly shorter in plant height but bigger in seed size. They matured later but yielding relatively higher than the original variety. Except mutant lines : MG-31-K, SM-128/19-K and MG-2-K, their amylose content was as low as Seratus Malam. The protein content of the mutant lines still maintained the protein content of Seratus Malam. Among those mutant lines, three mutant lines viz. MG-31-K, MG-4/2-K and BL-II/2-K were selected as the promising lines because they were more superior than the others.
Percobaan di lakukan rumah kaca. Untuk padi pada kondisi PENDAHULUAN
Pemuliaan tanaman merupakar. ilmu pengetahuan terapan untuk memperbaiki sifat tanaman baik secara kuantitatif
~~~p~n
"Ymliu~uifl
Penemuan mengenai dapat di imbaskannya mutasi pada tanaman membuka lembaran baru dalam ilmu pemuliaan tanaman, sebab mutasi imbas dapat dimanfaatkan untuk memperbanyak keragaman genetik dari bahan tanaman sehingga memungkinkan dilakukartnya seleksi (1,2). Dalam menilai keragaman genetik sifat kuanti tat if seperti tinggi tanaman, panjang malai, jumlah anakan selalu menjadi perhatian yang utama dalam pemuliaan tanaman.
Keragaman suatu varietas tanaman .disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor lingkungan dan faktor genetik. Keragaman sebagai akibat faktor lingkungan dan faktor genetik umumnya saling berinteraksi dalam mempengaruhi penampilan fenotip tanaman (3).
Teknik mutasi imbas pada pemuliaan tanaman padi telah banyak berhasil memperbaiki sifat tanaman seperti produksi, umur, tinggi tanaman dan ketahanannya terhadap hama dan penyakit (4,5).
Usaha perbaikan varietas padi gogo ditujukan untuk memperpendek umur, meningkatkan potensi hasil, ketahanannya terhadap penyakit blast
(pyricularia
oryzae),
kekeringan dan adaptasinya terhadaplahan bermasalah.
Pemuliaan mutasi pada tanaman padi yang dilakukan di PAIR telah menghasilkan beberapa galur mutan padi gogo yang tahan terhadap hama wereng coklat biotipe-2. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari sifat-sifat galur mutan padi gogo tersebut.
BAHAN DAN METODA
Dalam penelitian ini digunakan tujuh nomor galur mutan hasil dari radiasi varietas Seratus Malam yaitu galur mutan MG-31-K,
SM-128/19-K, MG-4/4-K, MG-4/2-K, MG-2-K, BL-11/1-K dan BL-11/2-K. Percobaan di lakukan dalam beberapa tahap yai tu penguj ian terhadap ketahanan kekeringan, pengujian terhadap penyakit blast, pengamatan sifat agronomi, analisa ami lose dan protein.
Pengujian
Ketahanan
Terhadap Kekeringan.
pada bak berisi tanah latosol Pasar Jumat di setiap nomor galur mutan di tanam 25 benihkelembaban tanah normal. Setelah tanaman berumur 2 minggu, tanaman digenangi selama 12 jam lalu dikeringkan sampai tekanan kekeringan
-1 Bar yang terbaea pada Tensiometer. Dilakukan peneatatan data skor kekeringan. Kemudian kondisi kering ini dibiarkan selama 2 minggu, setelah itu tanaman digenangi kembali dan dilakukan peneatatan skor kepulihan tanaman berdasarkan sistem evaluasi standar 1-9 dari IRRI (6). Disertakan varietas Salumpikit sebagai kontrol tahan dan varietas Pelita 1/1 sebagai kontrol peka.
Pengujian
Terhadap Penyakit
Blast.
Pereobaan dilakukan di lapangan dengan menggunakan isolat dari Sukabumi pada MH 89/90. Tanaman peka di tanam dulu di gulud an. Setelah berumur tiga minggu tanaman peka diinokulasi dengan penyakit blast. Dalam waktu satu minggu tanaman peka telah terserang blast dan digunakan sebagai sumber inokulum. Kemudian tujuh nomor galur mutan yang diuji ditanam diantara tanaman peka dengan disertakan varietas Tetep sebagai kontrol tahan dan Keneana sebagai kontrol peka. Setelah serangan pada tanaman kontrol peka meneapai skor 9 (tanaman mati), dilakukan penyekoran terhadap galur-galur yang diuj i. Penilaian tingkat ketahanan dilakukan berdasarkan persentase kerusakan dan skor mengikuti metoda penilaian dari SES yang dibuat IRRI (7).Peng8lllatan Terhadap Sifat
Agronollli.
Pereobaan dilakukan di lapangan Pasar Jumat pada MH 89/90. Ketujuh nomor galur mutan ditnam bersama dengan varietas induk Seratus Malam dan varietas nasional Sentani dengan luas plot 3 x 4 m dan jarak tanam 30 x 25 em dengan 2 ulangan. Pengamatan sifat agronomi yang dilakukan meliputi : tinggi tanaman, jumlah anakan produktip, panjang malai, jumlah gabah per malai, persentase gabah hampa, berat 1000 butir dan umur tanaman. Pengamatan dilakukan berdasarkan sampling pada lima tanaman dari setiap plot. Data produksi diambil dari hasil gabah kering bersih per plot. Dari hasil panen dilakukan penguj ian terhadap kandungan amilose dan protein.HASIL DAN PEMBAHASAN
Data skor kekeringan dan skor kepulihan pada pengujian terhadap kekeringan disajikan pada Tabel 1. Skor kekeringan menunjukkan kemampuan relatif tanaman untuk dapat menahan sekeeil mungkin
kerusakan
akibat
kekeringan,
sedang
skor
kepulihan
menunjukkan
kemampuan tanaman untuk dapat pulih
(tumbuh normal) dari kerusakan
akibat kekeringan setelah kondisi pengairan normal (8).
Ditinjau dari data skor kekeringan terlihat secara keseluruhan
bahwa
galur
mutan
yang diuji
menunjukkan
kemajuan
dibandingkan
dengan induknya dalam hal ketahanannya terhadap kekeringan. Varietas
induk Seratus Malam menunjukkan data skor yang sama dengan varietas
Pelita 1/1 sebagai kontrol peka. Galur mutan MG 31-K dan SM 128/19-K
menunjukkan
data
skor
kekeringan
yang
lebih
baik
daripada
galur
mutan yang lainnya.
Ditinjau
dari
data
skor
kepulihan,
galur
mutan
MG-31-K,
SM-128/19-K dan MG-2-K menunjukkan reaksi pemulihan yang lebih baik
daripada
galur
mutan
MG-4/2-K,MG-4/4-K,
BL-11/1-K
dan
BL-11/2-K.
Varietas
induk Seratus Malam
menunjukkan data
skor
kepulihan
yang
sama dengan varietas kontrol peka Pelita 1/1.
Dari
skor kekeringan
dan kepulihan
tersebut
ternyata
hanya
galur
mutan
MG-31-K
yang
memiliki
kemampuan
untuk
menahan
keru-sakan
akibat
kekeringan
mendekati
kemampuan
varietas
tahan
keke-ringan
Salumpikit.
Pengujian
ini
membuktikan
adanya
kemungkinan
perbaikan
sifat
tahan
terhadap
kekeringan
pada
varietas
Seratus
Malam.
Hasil pengujian terhadap penyakit blast disajikan pada Tabel 2.
Dari tabel tersebut tampak bahwa galur mutan
MG-31-K, SM-12B/19-K,
MG-4/4-K,
MG-2-K,
BL-l1/l-K dan
BL-11/2-K
menunjukkan
sifat
tahan
terhadap
penyakit
blast
yang
lebih
baik
daripada
varietas
induk
Seratus
Malam.
Sifat
tahan
penyakit
blast
pada
varietas
Seratus
Malam
menunjukkan
skor
yang
sama
dengan
varietas
kontrol
peka
Kencana.
Galur
mutan
MG-4/2-K
menunjukkan
sifat
yang
agak
peka
terhadap
penyakit
blast,
walaupun
tidak
sepeka
varietas
Seratus
Malam. Terbukti bahwa sifat tahan terhadap kekeringan tidak selalu
diikuti oleh sifat tahan terhadap penyakit blast. Akan
tetapi pada
galur
mutan
yang
diuji,
secara
Ikeseluruhan
menunjukkan
kemajuan
sifat
tahan
terhadap
penyakit
blast
yang
lebih
baik
daripada
induknya. Ketahanan ini hanya terb,ataspada isolat ras Sukabumi pada
pengujian di PAIR Pasar Jumat. Ra~ penyakit blast berkembang berbeda
menurut
tempat
dan
musim,
sehingga
Iperlu
penelitian
lebih
lanjut
Dari
hasil
pengamatan
sifat
agronomi
(Tabe!.3),
tampak
bahwa
pada
umumnya
mutan
tersebut
lebih
pendek
dibandingkan
dengan
varietas induk Seratus Malam.
Jumlah
anakan
produktif
mutan-mutan
Seratus· Malam
tidak
menunjukkan
perbedaan
yang
nyata
dengan
induknya.
Pada
pengamatan
panjang
malai
lima
galur
mutan
tidak
menunjukkan
perbedaan
dari
induknya,
kecuali
galur
mutan
MG-
31-K
dan
MG-4/4-K
nyata
lebih
pendek dari induknya.
Pada
pengamatan
jumlah
gabah
per
malai
pada
umumnya
tidak
menunjukkan
perbedaan
yang
nyata.
Hanya
pada
galur
mutan
MG-31-K
jumlah gabah per malai nyata berkurang dibandingkan jumlah gabah per
malai varietas induk Seratus Malam.
Persentase gabah hampa tidak menunjukkan beda yang nyata dengan
induknya. Keragaman yang terlihat lebih disebabkan oleh
lingkungan
saja. Pada pengamatan berat seribu butir, galur mutan 31-K,
MG-4/4-K,
MG-4/2-K,
BL-ll/l-K
dan
BL-ll/2-K
menunjukkan
perbedaan
sangat nyata terhadap varietas induk Seratus Malam.
Pada pengamatan umur tanaman semua galur mutan menunjukkan umur
yang nyata atau sangat nyata lebih panjang daripada induknya kecuali
galur mutan MG-4/2-K umurnya hampir sama seperti induknya.
Pada
pengamatan
produksi
gabah,
galur
mutan
MG-31-K,
MG-4/2-K dan
BL-ll/2-K menunjukkan peningkatan produksi yang nyata
dibandingkan
dengan
produksi varietas
induk Seratus
Malam.
Secara
keseluruhan
produksi
mutan-mutan
tersebut
cenderung
lebih
tinggi
daripada varietas induknya.
Galur
mutan
MG-4i4-K,
MG-4/2-K,
BL-ll /l-K
dan
BL-ll/2-K
cenderung
mempunyai
rasa nasi
yang
enak
dilihat
dari
kandungan
amilosenya
(Tabe1.3),sedangkan
galur
mutan
MG-31-K,
SM-128/19-K,
dan MG-2-K mempunyai kandungan amilosa yang tinggi
(>24
%)
sehingga
dikhawatirkan
rasa
nasinya
tidak
seenak
varietas
induk
Seratus
Malam.
Kandungan
protein
galur
mutan
tersebut
tidak
menunjukkan
perbedaan
dari
induk
Seratus
Malam,
kecuali
mutan
MG-31-K
menunjukkan sedikit peningkatan kandungan proteinnya di-
banding
varietas induk Seratus Malam.
Dari
hasil percobaan di
lapangan tampak bahwa
mutan
MG-4/2-K
mempunyai
sifat
yang
menarik.
Mutan
ini
umurnya
hampir
sarna
butir gabahnya juga sangat nyata lebih besar dari induknya. Dengan kemampuan produksi yang lebih tinggi dari induknya, maka mutan ini dapat diharapkan untuk dilepas. Data lain yang mendukung adalah tahan hama wereng coklat blotipe-~ dan rasa nasl yang enak.
MG-3I-K juga mempunyai potensi untuk dilepas karena produksinya tinggi, batangnya pendek, butir gabahnya sangat nyata lebih besar dari induknya dan proteinnya tinggi. Disamping itu mutan ini juga tahan wereng coklat boiotip 2, tahan kekeringan dan tahan penyakit bIas, hanya rasa nasinya cenderung kurang enak dan umur agak dalam.
Sama seperti kedua mutan diatas galur mutan BL-ll/-2-K produksinya juga tinggi, batangnya pendek, butir gabah nyata lebih besar, tahan wereng coklat biotip 2, tahan penyakit bIas, rasa nasi enak hanya umurnya agak dalam dibanding varietas induk Seratus Malam.
Pengaruh perlakuan dengan irradiasi. gamma telah menimbulkan perubahan sHat pada tanaman as~lnya. Pada Tabel 3, ter lihat bahwa semua galur mutan yang dipelajari mengalami perubahan lebih dari satu sHat. Hubungan sHat satu dengan lainnya pada galur mutan berserta induknya dipelajari dengan menghitung koefisien korelasi antar sHat tersebut. Ternyata korelasi yang nyata hanya terjadi antara sHat panjang malai dengan jumlah gabah per malai, berat 1000 butir dengan produksi gabah dan umur tanaman dengan kandungan amilosa (Tabel 4), sedangkan antar sifat lain hubungannya tidak nyata. Dengan asumsi bahwa galur mutan berserta induknya berlatar belakang genetis yang sama, dan penampilan suatu sHat dikontrol oleh gen atau gen-gen tertentu, maka tidak adanya hubungan antara dua sifat menunjukkan bahwa kedua sHat tersebut tidak dikontrol oleh gen yang sama.
Berdasar asumsi diatas dan data pada Tabel 3, tampaknya galur mutan yang dipelajari telah mengalami mutasi paling tidak pada dua gennya. Sebaliknya apabila antara dua sifat mempunyai korelasi yang nyata, kemungkinan kedua sifat tersebut dikontrol oleh satu gen. Dalam hal ini apablia terjadi mutasi pada gen yang mengontrol panjang malai akan terjadi juga perubahan jumlah gabah per malainya karena gen yang mengotrol panjang malai juga mengontrol jumlah gabah per malai. Begitu juga antara berat 1000 butir dengan produksi dan antara umur tanaman dengan kandungan amilosa.
KESIMPULAN
1. Ketahanan terhadap kekeringan tidak selalu terkai t dengan kemampuan pulih (recovery).
2. Ketujuh galur mutan yang diteliti lebih tahan terhadap kekeringan dan penyakit bIas daripada induknya.
3. Galur mutan yang di teli ti pada umumnya berbatang lebih pendek dengan gabah lebih besar dan umurnya lebih dalam dari
induknya. Galur mutan MG-3l-K, MG-4/2-K dan BL-11/2-K produk-sinya lebih tinggi dari induk dan galur mutan yang lain.
4. Sifat panjang malai dengan jumlah gabah per malai, berat 1000 butir dengan produksi gabah dan umur tanaman dengan kandung-an amilosa masing-masing nyata berkorelasi. Diduga sifat yang berkorelasi dikontrol oleh gen yang sarna. Ketujuh galur mutan yang diteli ti mengalami perubahan lebih dari satu sifat yang tidak saling berkorelasi. Diduga galur mutan tersebut telah mengalami mutasi pada dua gen pengendalinya.
5. Berdasarkan keunggulan sifat yang dimiliki, galur mutan MG-31-K, MG-4/2-K dan BL-11/2-K berpotensi untuk dilepas.
DAFrAR PUSTAKA
1. GAUL. H., "Studies on diplontic selection after x-radiation of barley seeds", Effect on Ionizing Radiation on Seeds.
(Proc. Symp. Karlsruhe, 1960j, IAEA, Vienna (1961) 117.
2. IAEA, Manual on Mutation Breeding (Tech. Rep. No. 119), IAEA Vienna (1977).
3. MAKMUR, A., Pokok-pokok Pengantar Pemuliaan Tanaman, Bina Ak-sara. Jakarta (1985).
4. MUGIONO, dan ISMACHIN, M., Pemuliaan mutasi untuk resistensi padi terhadap penyakit'bakteri busuk daun dan wereng coklat; Majalah BATAN XIV 1 (1981) 9.
5. MUGIONO, dan ISMACHIN, M., Early maturity rice mutant, Atom Indonesia VI 2 (1980) 15.
6. TOOLE, J.C.O., and MAGULING, M.A., Drought Screening Green House Operations Manual, Agronomy Depart. IRRI. Manila (1974).
'i.
IRRI,
Standard
Evaluation
System,
IRRI,
Los Banos ( 1971).
8.
IRRI,
Drought
Resistance
in
Crops
With
Emphasis
on
Rice,
Tabel 1. Nilai skor kekeringan dan nilai skor kepulihan galur mutan yang diuji
8kor kekeringan 8kor kepulihan No. No. Galur
I
II
IIII
II
III---1.
MG12 131-K22 2 2. 8M23322128/19-K 3 3. MG4353
34/4-K 3 4. MG3
4 53
34/2-K 3 5. MG13
23
22-K 36.
BL4344311/1-K 4 7. BL5444411/2-K 48.
8eratus44545 mal am 5 9. Peli ta45555 Ii1 (KP) 5 10. 8alumpikit111
11 (KT) 1---Tabel 2. Reaksi galur mutan terhadap isolat cendawan
Pyricularia oryzae
--- --- Ket.
%
Kerusakan No. No. GalurI
II
IIII
8korII
III ---1. MG0,50,531-K1
0,5 1 1 MR 2. 8M 128/19-K 0,5 0,50,511
1
MR 3. MG 4/4-K 0,5 0,50,51 1 1 MR 4. MG 4/2-K 10 151056
5 M8 5. MG 2-K 0,5 0,50,51 1 1 MR 6. BL 11/1-K 0,5 10,511
1 MR 7. BL 11/2-K1
1
0,511
1 MR 8. 8eratus Malam 75 50257 7 6 8 9. Tetep (KT)°
°°°
a
°
R 10. Kenc. Bali (KP) 75 50 757 7 7 8---w
0')
o
Tabel
"_".
Evaluasi
sifat
agronomi
mutan
padi
gogO.
---Tgg.tan.
i
JUI.ank. : Panj.lli.i
JUI.gab. : 6ab.halp : Bert. : Ulur: Kandungantan. Produksi: K..andungan No. :No. galurI (cilI
prod.(CI): 1000I: perI (harilbt:lalai:
m
: gbh. ton/haalilose : crrotein I II I (gral) : I I(l)
Im
I II , ____ 1 _____________ 1 __________ 1 __________ 1 ___________ 1. _________ 1 __________ 1 ______________________________________________________I I,,
I, I I. 1.i
I'IG-31-K : 127,8", 13,4 I 24,41174, bl19,5 I: 25,20":I 120U I 2,5925,9210,80I I I III!I I 2. : SI'I-128/19-1( : 125,211I 14,5 I 26,9 I 199,8 I 30,3 : 22,25 I 126111,2428,19II8,35I I II IIII I 3. : 1'16-4/4-K, : 131,6U 14,7 I 24,41182,9 ,I 33,8 : 25,00U:118* I 1,73 • 20,849,40I I I1,I! I 4. : 1'16-412-K1 : 125,3" 10,8 I 25,6 209,7,
26,52,2121,75i
,9,13: 25,28":1 115 I I III I 5. : 116-2-1( : 130,5" I 14,6 I 28,0 1 219,1 1 23,21231125,39I9,18: 22,84II 1,40 I· I11III I b. : Bl-I1I1-K : 127,9"1 12,1 , 25,0185,7,
I 14,61,8021,93;
9,111: 23,39U:1 119*, I I,
,
I , 7. : B(-I1/2-1(1 : 126,3U 13,7 I 24,9 1 198,9 1 24,52,5821,12,I9,20: 25,26":I 118. I,
IIII , B. : SERATUS,
11.: 153,0 12,6 I 26,S I 207,7 I 24,1 : 21,75 , 1121,3822,59ji
9,86I I,
II , 1 9. : SENTANI I 97,6,
12,2 I 23,S I 161,0 , 29,8108 : 21,32i 1 1,8719,57I 1 9,69,
,
II,
I,
I , BNT 51 , 8,31, 3,996, 1,953I 29,49, 11,037 , 1,799 : 4,31 I I I,I, 11,
12,095,8132,84142,91I,I , 16,058, 2,6li : 6,28 , ,IIII --- --- --- --- --- ------
--- --- ------Ii Berbeda nyata terhadip varietas Seratus "alai el) Berbeda sang at nyata terhadap varietas Seratus "alai
Tabel 4. Koefisien korelasi beberapa sifat agronomi dari galur mutan dan varietas as'll Tingg. Jumlah Tan. anakan Prodk. Fanj. Malai JU[IIah Gabah! Malai Berat 1000 butir Umur Tan. Proak. Kandgn Gabah Amils. Kandgn Protn. Tinggi tanaman Jmlh ank prodk F'anjang iliaIai JIIIh gbh/malai Brt. 1000 btr. . Umur tan aman
Produksi gabah Kandgn alllilosa Kandgn protein o~173 0,530 0,317 0,626 0~122 0,104 0,001 0;886* -0;276 0,401 0~244 0,637 0,557 0~052 0,243 -0,256 -O~307 -0,619 -0,339 O·
,
rQ*.), -0~631 0~225 0,430 -0,237 0,038 -0, i56 0;709* -0,324 0,051 -0,151 -0,450 -0,451 0,182 -0,403 0,495 -0,198DISKUSI
MINANTYORINI
Pada nilai skor uji kekeringan dan bIas tertampang satu nama varie-tas yaitu Kencana. Apakah itu varietas Kencana atau Kencana Bali?
ITA DWIMAHYANI
Varietas Kencana sebagai kontrol yang peka terhadap BIas kami pero-leh dari Balittan Bogor. Yang dimaksud adalah Kencana Bali.
SOETJIPTO
Kadar amilosa galur-galur mutan umumnya rendah. Apakah yang dimaksud rendah sama seperti pada padi Yaponica ? Bila kadar amilosa terlalu rendah mungkin petani kurang menyukainya. Mohon penjelasan.
ITA DWIMAHYANI
Yang dimaksud dengan kadar amilosa rendah pada galur-galur mutan ialah bila kandungan amilosa kurang dari 24 %. Kadar amilosa ini berkai tan dengan rasa nasinya. Diatas 24 % rasa nasinya pera, dan
kurl1ng dari 24 % rasa nasinya pulen (enak). Di bawah 8 % adalah ketan (pulut). Masalah suka bergantung kepada selera, karena ada sebagian orang yang suka rasa pera, ada sebagian yang suka nasi pulen. Tergantung juga pada daerah dan cara memasaknya.
BAMBANG K.
1. Saya kira perlu disebutkan bIas mana yang digunakan.
2. Sebaiknya diuj i juga di laboratorium sehingga dapat diketahui ketahanannya terhadap beberapa ras. Dengan demikian akan diketa-hui galur-galur tersebut cocok untuk daerah mana ?
3. Sebaikl1ya juga diuji neck bIas, karena ini merupakan kendala utama.
ITA DWIMAHYANI
2. Terima kasih atas sarannya, memang sedang diuji di laboratorium dengan beberapa ras.
3. Pengujian terhadap neck bIas juga sedang dilakukan sehingga belum dapat dilaporkan di sini.
SUTARTO
Tanaman yang lebih pendek dinyatakan lebih baik karena tanaman kokoh dan tahan roboh. Tanaman yang lebih tinggi dinyatakan lebih baik karena mampu berfotosintesa lebih baik dengan sinar matahari. Apakah Anda sependapat dengan kami bahwa tinggi tanaman merupakan parameter yang kurang mantap, dan yang baik dari pertumbuhan tanam-an adalah indeks luas daun.
ITA DWIMAHYANI
Kalau tujuan akhir adalah produksi beras, maka faktor tinggi dan indeks luas daun hanyalah sebagian komponen yang terkait dengan produksi. Oleh karena itu, untuk mendapatkan produksi yang maksimal, semua komponen produksi harus dalam proporsi yang tepat sesuai dengan lingkungan tumbuhnya.