• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KERANGKA ATAU DASAR PEMIKIRAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KERANGKA ATAU DASAR PEMIKIRAN"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

12 BAB II

KERANGKA ATAU DASAR PEMIKIRAN

2.1 Perspektif Teoritis

Menurut Llittle John and Foss mengatakan “ A Theory is a system of thought, a way of looking”. Jadi dapat disimpulkan teori merupakan konseptualisasi mengenai aspek dunia empirik tentang suatu fenomena, peristiwa atau gejala yang telah tersusun secara sistematis dengan penjelasan yang logis.1

Ada hubungan yang saling mempengaruhi antara perspektif dengan teori, karena sudut pandang seseorang akan mempengaruhi bagaimana dia akan mengumpulkan prinsip dan definisi dalam dunia empirik secara sistematis. Begitu juga teori akan mempengaruhi perspektif seorang atau sekelompok orang dalam memandang suatu fenomena.

2.1.1 Film Sebagai Media Komunikasi Massa

Komunikasi sebagai usaha penyampaian pesan anta rmanusia. Komunikasi adalah adanya suatu makna atau pengertian yang terkandung dalam setiap pesan (ide, gagasan, informasi dan lain-lain) yang perlu dipahami bersama oleh pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi.2

Sebagai makhluk sosial dan juga makhluk komunikasi, manusia dalam hidupnya diliputi oleh berbagai macam simbol, baik yang diciptakan oleh manusia

1

Littlejohn Stephen W and Karen A. Foss, Theories of Human Communication (eight edition), Thomson Wadsworth, Belmont, 2005, Hal : 4

2

(2)

itu sendiri maupun yang bersifat alami. Manusia dalam keberadaanya memang memiliki keistimewaan dibanding dengan makhluk lainnya. Selain kemampuan daya pikirnya, manusia juga memiliki keterampilan berkomunikasi yang lebih indah dan lebih canggih, sehingga dalam berkomunikasi mereka bisa mengatasi rintangan jarak dan waktu.3

Komunikasi Massa merupakan suatu tipe komunikasi manusia (human

communication) yang lahir bersamaan dengan dimulainya alat-alat mekanik, yang

mampu melipat gandakan pesan-pesan komunikasi.4 Komunikasi massa juga sering disebut komunikasi media massa. Massa dalam komunikasi massa atau media diartikan semua orang yang menjadi sasaran-sasaran media komunikasi massa atau yang terjangkau oleh media massa. Massa meliputi semua lapisan masyarakat yang tersebar dalam berbagai lokasi, tetapi dalam waktu yang sama atau hampir bersamaan memperoleh pesan-pesan yang sama.5

Menurut Dominick, industry film adalah industry bisnis, film adalah karya seni yang diproduksi secara kreatif dan memenuhi imajinasi orang-orang yang bertujuan memperoleh estetika (keindahan) yang sempurna. Pada kenyataannya adalah bentuk karya seni. Sebagai medium, film harus dilihat sebagai suatu fenomena yang mirip sekali dengan bahasa. Film tidak memiliki tata bahasa yang sudah dibakukan, tidak memiliki perbendaharaan kata-kata yang sudah dicatat, bahkan tidak memiliki cara-cara penggunaan yang sangat khas.

3

Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006, Hal : 93 4

Wiryanto, Teori Komunikasi Massa, Grasindo, Jakarta, 2006, Hal : 1 5

(3)

Tetapi film sebagian besar memiliki fungsi komunikator yang sama seperti yang dilakukan oleh bahasa.6

2.1.2 Film Sebagai Media Massa

Film atau motion pictures ditemukan dari hasil pengembangan prinsip-prinsip fotografi dan proyektor. Bermula pada abad ke-19, film sebagai teknologi baru, tetapi konten dan fungsi yang ditawarkan masih sangat jarang. Kemudian berubah menjadi alat persentasi dan distribusi dari tradisi hiburan yang lebih tua, menawarkan cerita, panggung, musik, drama, humor dan trik teknis bagi konsumsi populer. Film hampir menjadi media massa yang sesungguhnya dalam artian bahwa film mampu menjangkau populasi dalam jumlah besar dengan cepat dan bahkan wilayah pedesaan. Sebagai media massa, film merupakan bagian dari respons terhadap penemuan waktu luang, waktu libur dari kerja, dan sebuah jawaban atas tuntutan cara menghabiskan waktu luang keluarga yang bersifat terjangkau.7

2.1.3 Karakteristik Film

Film merupakan salah satu media massa yang kehadirannya juga tidak dapat disepelekan. Film tidak hanya hadir sebagai hiburan semata lebih dari itu. Saat seseorang menonton film, umumnya ia akan digiring kepada imajinasi sang

6

James Monaco, Cara Menghayati Sebuah Film, Yayasan Citra, Jakarta, 1997, Hal : 13 7

(4)

sutradara, disinilah film akan merasuk kejiwaan penonton. Faktor-Faktor yang menunjukkan karakteristik film adalah:8

a. Layar Lebar

Film dan televisi sama-sama menggunakan layar, namun kelebihan media film adalah layarnya yang ukurannya luas. Layar film yang luas telah memberikan keleluasan penontonnya untuk melihat adegan – adegan yang disajikan dalam film. Apalagi dengan adanya kemajuan teknologi, layar film bioskop – bioskop pada umumnya sudah tiga dimensi, sehingga penonton seolah – olah melihat kejadian yang sesungguhnya.

b. Pengambilan Gambar

Sebagai konsekuensi layar lebar, maka pengambilan gambar atau shot dalam film bioskop memungkinkan dari jarak jauh atau extreme long shot, dan panoramic shot, yakni pengambilan pemandangan menyeluruh. Shot tersebut dipakai untuk memberi kesan artistic dan suasana yang sesungguhnya, sehingga film menjadi menarik.

c. Konsentrasi Penuh

Ketika kita menonton bioskop, kita semua terbebas dari gangguan suara diluar karena biasanya ruangan kedap suara. Semua mata hanya tertuju pada layar, sementara pikiran dan perasaan kita tertuju pada alur cerita.

8

Elvinaro Ardianto dan Lukiati K. Erdiyana, Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Simbiosa Rekatama Media, Bandung, 2007, Hal : 145-148

(5)

d. Identifikasi psikologis

Karena penghayatan yang amat mendalam, sering kali secara tidak sadar kita menyamakan (mengidentifikasikan) pribadi kita dengan salah seorang tokoh pemeran film tersebut, sehingga seolah – olah kita yang sedang berperan.

2.1.4 Jenis-Jenis Film

Film dapat dikelompokan sesuai dengan karakteristiknya, adapun jenis-jenis film yaitu : film berita, film cerita, film kartun, film dokumenter9

a. Film cerita

Film cerita adalah jenis film yang mengandung suatu cerita yang lazim dipertunjukkan di gedung-gedung bioskop dengan bintang film tenar dan film ini di distribusikan sebagai barang dagang. Cerita yang diangkat dalam film jenis ini bisa berupa cerita fiktif atau berdasarkan sebuah kisah nyata yang dimodifikasi, atau sejarah. Sehingga ada unsur menarik, baik dari jalan cerita maupun segi penggambarannya.

b. Film Berita

Film berita adalah sebuah film yang mengulas fakta, peristiwa yang benar-benar terjadi. Karena sifatnya berita, maka film yang disajikan kepada penonton atau publik harus mengandung nilai berita (news value). Kriteria berita itu adalah penting dan menarik.

9

(6)

c. Film Kartun

Film kartun adalah film yang dibuat untuk konsumsi anak-anak. Sebagian besar film kartun, sepanjang film itu diputar akan membuat kita tertawa karena kelucuan yang ditimbulkan oleh ulah tokoh dalam film kartun. Sekalipun tujuannya menghibur, film kartun harus mengandung unsur pendidikan.

d. Film Dokumenter

Film dokumenter (Documentary film) didefinisikan oleh Robert Flaherty sebagai “karya ciptaan mengenai kenyataan” (creative treatment of

actuality). Film ini merupakan hasil interpretasi pribadi mengenai

kenyataan tersebut.

2.1.5 Film Dokumenter

Film dojumenter (Documentary film) didefinisikan oleh Robert Flaherty sebagai “karya ciptaan mengenai kenyataan” (creative treatment of actuality). Film ini merupakan hasil interpretasi pribadi mengenai kenyataan tersebut. Dokumentaris merupakan sebutan bagi pembuat film dokumenter. Beberapa posisi dalam film dokumenter: Produser, sutradara, penulis naskah, sekaligus sebagai jurukamera (penata fotografi) atau editor, kadang menjadi sutradara sekaligus perekam suara. Film dokumenter hanya membutuhkan time kecil, umumnya dua hingga lima orang.10

10

Gerzon R Ayawaila, Dokumenter Dari Ide Sampai Produksi, FFTV-IKJ PRESS, Jakarta, 2008, Hal : 7-6

(7)

Film dokumenter lebih memiliki kebebasan dalam bereksperimen meskipun isi ceritanya tetap berdasarkan sebuah peristiwa nyata dan apa adanya. Film dokumenter berdurasi panjang dan diputar dibioskop atau pada festival. Film dokumenter lebih bebas menggunakan semua tipe shot, sedangkan umumnya dokumenter televisi berdurasi pendek, dan terbatas menggunakan tipe shot. Istilah non fiksi lebih tepat secara logika, film dokumenter bercerita atau naratif berdsasarkan fakta.11

Film dokumenter merupakan karya film berdasarkan realita atau fakta perihal pengalaman hidup seseorang atau peristiwa. Untuk itu dibutuhkan kepekaan dokumentaris terhadap lingkungan sosial, budaya, politik, dan alam semesta. Rasa ingin tahu bisa dijadikan titik tolak untuk menggali inspirasi, sementara rasa ingin tahu yang besar bisa diimbangi dengan membaca dan atau berkomunikasi antar manusia dalam pergaulan. Ide cerita untuk film dokumenter bisa didapat dari yang dilihat dan didengar, bukan berdasarkan suatu khayalan imajinatif, dokumentaris harus banyak mengamati lingkungannya. Subjek yang akan ditentukan, harus diseleksi secara teliti serta dilakukan pendekatan yang baik.12

Namun dunia pertelvisian di Indonesia, kini sudah mulai terbuka untuk film dokumenter, para praktisi akan mengakui bahwa film dokumenter merupakan jiwa saluran televisi seperti Discovery Channel dan National Geographic. Film dokumenter menyajikan suatu fakta tanpa dibuat-buat seperti pada sinetron dan lainnya. Dalam film dokumenter terdapat kelebihan yang tidak ada dalam film

11

Ibid, Hal : 21-22 12

(8)

cerita. Sangat sering kita temukan bahwasannya film cerita memakai bahasa film dokumenter untuk menyakinkan penontonnya bahwa yang diceritakannya adalah nyata. Dokumenter merupakan sebuah program informasi yang bertujuan untuk pembelajaran dan pendidikan namun disajikan dengan menarik. Misalnya program dokumenter yang menceritakan mengenai suatu tempat, kehidupan atau sejarah seorang tokoh atau sejarah masyarakat. Gaya atau cara penyajiannya dokumenter sangat beragam dalam hal teknik pengambilan gambar, teknik editing, dan teknik penceritaannya mulai dari yang sederhana hingga yang sulit.13

2.1.6 Kiteria Dokumenter

Terdapat empat kriteria menerangkan bahwa dokumenter adalah film non fiksi : 14

1. Setiap adegan dalam film dokumenter merupakan rekaman kejadian sebenarnya, tanpa interpretasi imajinatif seperti halnya dalam film fiksi. Pada film fiksi memiliki latarbelakang (setting) adegan dirancang, pada dokumenter latarbelakang harus spontan otentik dengan situasi dan kondisi asli (apa adanya).

2. Yang dituturkan dalam film dokumenter berdasarkan peristiwa atau kejadian nyata yang sebenarnya (realita), sedangkan pada film fiksi isi cerita berdasarkan karangan (imajinatif). Bila film dokumenter memiliki

13

Morissan, Manajemen Media Penyiaran Strategi Mengelola Radio & televisi, Kencana, Jakarta, 2008, Hal : 212

14

(9)

interpretasi kreatif, maka dalam film fiksi yang dimiliki adalah interpretasi imajinatif.

3. Sebagai sebuah film non fiksi, sutradara melakukan observasi pada suatu peristiwa nyata, lalu melakukan perekaman gambar sesuai apa adanya.

4. Struktur cerita pada film fiksi mengacu pada alur cerita atau plot, dalam dokumenter konsentrasinya lebih pada isi dan pemaparan.

2.1.7 Jenis Dokumenter

Ada banyak tipe, kategori, dan bentuk penuturan dalam dokumenter : 15

a. Dokumenter Televisi

Dokumenter televisi, dokumenter ini dengan tema atau topik tertentu, disunguhkan dengan gaya bercerita, menggunakan narasi (kadang dengan voice over-hanya terdengar suara tanpa wajah yang menyuarakan tampak dilayar monitor), menggunakan wawancara, juga ilustrasi musik sebagai penunjang gambar visual (picture story). Durasi dokumenter untuk televisi juga ditentukan, misalnya 24 menit (umumnya untuk televisi di Indonesia) atau 48 menit, atau 54 menit (dua durasi ini jarang ditemui pada program televisi indonesia). Berbeda dengan dokumenter film yang lebih bebas dalam menentukan durasi, disamping penggunaan tipe shot yang juga tidak terbatas.

15

(10)

b. Dokumenter Seri Televisi

Dokumenter seri televisi merupakan sunguhan dokumenter berdurasi panjang, dibagi dalam beberapa subtema atau episode / seri. Umumnya tema program dokumenter seri ini adalah mengenai sejarah, ilmu pengetahuan, potret, yang terkadang dikemas dengan menggunakan gaya bertutur perbandingan atau kontradiksi.

c. Dokumenter Laporan Perjalanan

Umunya setiap perjalanan ekspedisi dibuat dokumentasinya, baik berupa film maupun film. Bentuk dokumeter ini dikenal dengan nama

travel film, travel documentary, adventure film, dan road movies.

Adegan spontan yang menegangkan mengenai peristiwa perjalanan petualangan dan ekspedisi menjadi daya tarik bentuk film ini.

d. Dokumenter Sejarah

Awalnya produksi film sejarah dimaksudkan sebagai alat propaganda, karya fotografi maupun film yang dibuat untuk tujuan propaganda disebut illusion of reality. Fakta sejarah direpresentasikan melalui interpretasi imajinatif untuk tujuan propaganda politik tertentu. Umumnya dokumenter sejarah berdurasi panjang, dokumenter sejarah dapat direpresentasikan secara utuh. Dalam dokumenter ini perlu diperhatikan dalam menilik dokumenter sejarah yaitu; periode (waktu peristiwa sejarah), tempat (lokasi peristiwa sejarah), dan pelaku sejarah.

(11)

e. Dokumenter Biografi

Film dokumenter ini merupakan representasi kisah pengalaman hidup seorang tokoh terkenal atau anggota masyarakat biasa yang riwayat hidupnya dianggap menarik, unik dan menyedihkan. Umumnya berkaitan dengan aspek human interest, isi tuturan berupa kritik, penghormatan atau simpati. Dokumenter ini banyak menampilkan proses sejarah dari lingkunga, situasi, kondisi, tempat, dan waktu.

f. Dokumenter Perbandingan

Dokumenter ini dikemas dalam bentuk dan tema yang bervariasi, dapat digabungkan dengan bentuk penuturan lainnya, untuk mengetengahkan sebuah perbandingan. Dapat pula mengenai perbandingan masa lampau dan masa kini perihal budaya suatu masyarakat, dalam tradisi, kesenian, serta politik.

g. Dokumenter Kontradiksi

Dokumenter jenis ini mempunyai kemiripan dengan dokumenter perbandingan; hanya saja dokumenter kontradiksi ini lebih cenderung lebih kritis dan radikal dalam mengupas permasalahan. Dimana dalam dokumenter ini menggunakan wawancara untuk mendapatkan informasi lengkap mengenai opini publik. Dokumenter perbandingan hanya memberikan alternatif – alternatif saja, sedangkan kontradiksi lebih menekankan pada visi dan solusi mengenai proses menuju suatu inovasi.

(12)

h. Dokumenter Ilmu Pengetahuan

Dokumenter ini berisikan penyampaian informasi mengenai suatu teori, sistem, berdasarkan disiplin ilmu tertentu. Dokumenter ini terbagi dalam dua bentuk kemasan dengan tujuan publik yang berbeda. Bila ditujukan untuk publik khusus biasa disebut film edukasi, sedangkan jika ditujukan untuk publik umum dan luas disebut film intruksional.

i. Dokumenter Investigasi

Dokumenter investigasi menggunakan adegan rekonstruksi untuk mengungkapkan suatu peristiwa yang terjadi di masa lalu. Investigasi biasanya berkisah peristiwa kriminalitas dan skandal politik yang mengedepankan adengan penuh ketegangan atau suspens. Ceritanya mengetengahkan adegan demi adegan pelacakan terhadap peristiwa yang penuh sensasi. Dokumenter ini mencoba mengungkap misteri sebuah peristiwa yang belum atau tidak pernah terungkap jelas. Dokumenter ini membandingkan fakta yang ada dipermukaan dan fakta yang tersembunyi atau terselubung, juga menyajikan pendapat narasumber utama.

j. Dokumenter Drama

Dokumenter ini merupakan bentuk dan gaya bertutur yang memiliki motivasi komersial. Karena subjek yang berperan adalah seorang publik figure atau artis film.

(13)

2.1.8 Script Writer

Naskah film atau skenario yang disebut juga Script diibaratkan sebagai kerangka manusia. Dimana Script Writer adalah orang yang mempunyai keahlian dalam membuat film dalam bentuk tertulis atau pekerja kreatif yang mampu mengembangkan sebuah ide menjadi cerita tertulis yang selanjutnya divisualisasikan.16

Naskah narasi atau script writer merupakan susunan penulisan narasi yang nantinya akan dibacakan secara voice over oleh narator ketika proses mixing.17

Script Writer memiliki tugas penting yang harus dikerjakan untuk film dokumenter :

1. Membangun cerita melalui jalan cerita yang baik dan logis

2. Menjabarkan ide atau gagasan melalui jalan cerita dan bahasa

3. Harus mampu menyampaikan maksud atau pesan tayangan audio visual tersebut

4. Membangun emosi melalui bahasa dan kalimat pada sebuah adegan tanpa harus memvisualisasikan kekerasan yang tidak mendidik ( film / sinetron )

16

Elizabeth Lutters, Kunci Sukses Menulis Skenario, Grasindo, Jakarta, 2004, Hal : 14 17

Gerzon R Ayawaila, Dokumenter Dari Ide Sampai Produksi Cetakan ke 2, FFTV-IKJ PRESS, Jakarta, 2008, Hal : 59

(14)

5. Menyajikan cerita yang tidak habis saat selesai ditonton, namun harus berkesan di mata penonton atau membekas yang berarti di dalam hati penontonnya. 18

Penulis naskah yang baik hendaknya dapat mempertanggung jawabkan semua yang telah ditulisnya. Berikut 3 macam pekerjaan menulis:

1. Mencatat seluruh informasi yang terkumpul selama riset. Mungkin ini merupakanfakta – fakta yang diperoleh dari bacaan / keterangan yang didapat lewat telepon. Namun biasanya sebagian besar informasi diperoleh dari pembicaraan langsung.

2. Semua data yang diperoleh tersebut dipergunakan untuk mengarang

shootingscript. Shooting script adalah rencana kerja untuk produksi.

Idealnya di dalam shooting script sudah tercatat semua shot yang pada tahap kemudian akan diambil dengan kamera.

3. Membuat komentar dan komentar itu biasanya dicantumkan disamping cerita bergambar.19

2.1.9 Penulisan Naskah Dokumenter

Penulisan naskah adalah suatu proses yang dilakukan oleh seorang Script

Writer secara bertahap, bermula dari ide, kemudian dikembangkan menjadi

sebuah naskah akhir untuk divisualisasikan oleh sutradara.

18

Opcit, Hal : 15 19

Jos Van Der Valk, Mengarang Naskah Video (terjemahan oleh Roesdi S.J ), Kamisius, Jakarta 1992, hal : 7

(15)

Penulis menggunakan gaya bahasa sastra dan berjenis naratif dalam film dokumenter. Sastra merupakan bahasa yang diterapkan pada seni, yaitu dipandang sebagai karya imajinatif. Satra juga sebuah karya yang menghasilkan kreasi, seperti emosi, ekspresi atau aspek lainnya dalam pengungkapan. Sastra juga bercirikan suatu kohorensi, pengertian koherensi ini mengacu pada keselarasan yang mendalam antara bentuk dan isi.

Menurut Mursal Esten sastra atau kesusastraan adalah pengungkapan dari fakta artistik dan imajinatif sebagai manifestasi kehidupan manusia (dan masyarakat) melalui bahasa sebagai medium dan memiliki efek yang positif terhadap kehidupan manusia (kemanusiaan).20

Menurut Semi, sastra adalah suatu bentuk hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya menggunakan bahasa sebagai mediumnya. 21

Dalam proses penulisan naskah, juga terdapat 2 kriteria penting bagi seorang Script Writer: 22

1. Ketajaman dan kepekaan penulis dalam mengurai suatu kejadian nyata di dalam masyarakat dan mendudukan pada proporsi yang tepat.

2. Penulis harus mampu menilai mitos yang dianggap kenyataan dan kenyataan yang dipalsukan, sehingga ia mampu menampilkan kenyataan yang sesungguhnya.

20

Esten Mursal, Kesusatraan Pengantar Teori Dan Sejarah, Angkasa Raya, Bandung, 1978, Hal : 9

21

Semi M Atar, Anatomi Sastra, Angkasa Raya, Bandung, 1988, Hal : 8 22

Jos Van Der Valk, Mengarang Naskah Video (terjemahan oleh Roesdi S.J), Kamisus, Jakarta, 1992, Hal : 7

(16)

Apabila syarat diatas telah terpenuhi maka hasil akhir dari sebuah produksi dapat dipertanggung jawabkan. Dan setelah itu adanya struktur penceritaan lewat gambar yang yang sudah di rencenakan

Realisme adalah real yang artinya aktual atau nyata, kata tersebut menunjuk kepada kejadian yang sungguh-sungguh, artinya yang bukan sekadar khayalan atau apa yang ada dalam pikiran. Real menunjukkan apa yang ada dalam keadaan atau sifat yang ada, yakni bertentangan dengan yang tampak. Dalam arti umum, realisme berarti kepada fakta, kepada apa yang terjadi, jadi bukan kepada yang diharapkan atau yang diinginkan.

Menurut John Macmurray, pandangan realis adalah pandangan common sense dan satu-satunya pandangan yang dapat bertahan di tengah-tengah akktivitas-aktivitas kehidupan yang praktis.23

2.2 Perspektif Fenomenologis

Fenomenologis berasal dari kata phenomenon, yang berarti kemunculan suatu objek, peristiwa atau kondisi persepsi seorang individu. Fenomenologi

(phenomenology) menggunakan pengalaman langsung sebagai cara untuk

memahami dunia. Orang mengetahui pengalaman atau peristiwa dengan cara mengujinya secara sadar melalui perasaan dan persepsi yang dimiliki orang yang bersangkutan. Perspektif fenomenologis menjadikan pengalaman yang sebenarnya

23

Harold H.Titus dkk, Persoalan-persoalan Filsafat Terjemahan H.M Rasjidi, Bulan Bintang, Jakarta, 1984, Hal : 329

(17)

sebagai data utama dalam memahami realitas, apa yang dapat diketahui seseorang adalah apa yang dialaminya.24

2.2.1 Habib

Dalam kehidupan di Indonesia kata “Habib” sudah tidak asing lagi di masyarakat. Sebutan habib merupakan sebuah gelar yang di sematkan para pecintanya sebagai salah satu bentuk penghormatan kepada Rasulullah shallahu

‘alaihi wasalam. Di beberapa Negara, sebutan untuk dzurriyat rasul ini

berbeda-beda. Di Maroko dan sekitarnya mereka lebih di kenal dengan sebutan syarif, di daerah hijaz mereka lebih dikenal dengan sebutan sayyid, sedangkan di nusantara ini, umumnya mereka di kenal dengan sebutan habib.25

Habib adalah seorang ulama yang berprofesi sebagai guru yang mengajak dan mengajari kaum muslim serta menyebarkan ajaran-ajaran islam yang sesuai dengan syariat agama dalam sebuah majelis. Peranan para habib di Indonesia sudah ada sejak dulu, baik membantu dalam perjuangan kemerdekaan maupun membantu dalam penyebaran islam Indonesia. Salah satu Habib yang ikut dalam berjuang meraih kemerdekaan Indonesia adalah habib Salim bin Jindan. Orang mengenal habib Salim sebagai singa podium, ini di karenakan keberanian dan ketegasan beliau dalam menyampaikan dakwah di atas mimbar. Beliau tidak segan-segan menegur para pejabat yang lalai dalam menjalankan amanat rakyat.

24

Morissan dan Andy Corry, Teori Komunikasi, Ghalia Indonesia, Ciawi Bogor, 2009, Hal : 31 25

(18)

Habib Salim Bin Jindan juga merupakan seorang pejuan kemerdekaan.26

Selain itu, ada pula habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsy (kwitang), beliau sebagai perintis pertama berdirinya majelis taklim di seluruh tanah air ini. Pada periode 1940-1960 M.27

Di zaman pendudukan Jepang, habib Ali pernah di penjara bersama KH. Agus Salim. Harumnya nama habib Ali menjadi buah bibir kala itu. Kemasyhuran habib Ali tersebut hingga di gubahkan dalam untaian syair oleh beberapa pujangga.28

26

Abdul Qadir Umar Mauladawilah, 17 Habaib Berpengaruh di Indonesia, Pustaka Bayan, Jakarta, 2008, Hal : 154

27

Ibid, Hal : 76 28Ibid, Hal : 86-87

Referensi

Dokumen terkait

Bilangan kromatik  (H) adalah bilangan asli terkecil k sehingga jika titik- titik pada H dapat diwarnai dengan k warna maka setiap dua titik yang bertetangga pada

Pupuk organik cair (NASA) merupakan pupuk organik yang berasal dari bahan organik murni berbentuk cair dari limbah ternak dan unggas, limbah alam dan tanaman,

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa “Pengkajian Fisik Kepala dan Leher” meliputi pemeriksaan pada kepala, mata , telinga, hidung dan sinus-sinus, mulut dan paring, serta

Kristiadi (1994:93) dalam Pasolong (2011,hlm 67), mengatakan bahwa birokrasi adalah merupakan struktur organisasi di sektor pemerintahan, yang memiliki ruang lingkup

Metodologi yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Populasi yang dilibatkan adalah pendidik Sekolah Dasar di Sumatera Barat. Sampel dipilih secara acak dan

Hasil diskusi dengan karyawan dan owner, bahwa ada beberapa hal yang dapat disepakati untuk kemajuan usaha mutiara bubble, seperti pemasaran yang harus lebih

 Aplikasi kamuflase buatan yang berupa daun kelapa dapat diterapkan untuk menggantikan cara/metode penyamaran bubu karang yang selama ini merusak, yaitu dengan

Dari hasil penelitian membuktikan bahwa algoritma Naive Bayes dapat diterapkan untuk menentukan kelayakan calon kredit sepeda motor di FIF Majalengka dengan