BUDGET IN BRIEF
APBNP
2015
20 6
1
INFORMASI
APBN
MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT PONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS20 6
1
INFORMASI
APBN
2016
INFORMASI APBN
Disusun oleh Direktorat Penyusunan APBN, Direktorat Jenderal Anggaran Penanggung jawab:
Direktur Jenderal Anggaran Editor:
Direktur Penyusunan APBN Kontributor:
Pejabat dan pegawai Direktorat Penyusunan APBN
PENGANTAR
Menteri Keuangan Republik Indonesia
Puji Syukur
kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya, RUU APBN tahun 2016 yang diajukan Pemerintah telah disetujui oleh DPR pada Sidang Paripurna tanggal 30 Oktober 2015. Tahun 2016 merupakan tahun pertama bagi Pemerintahan Kabinet Kerja bersama dengan DPR RI yang baru merumuskan dan menyusun APBN secara utuh, sehingga anggaran tahun 2016 diupayakan untuk menampung secara utuh kebijakan dan program dari Pemerintahan Kabinet Kerja. Kebijakan dan program tersebut tercermin dalam RKP tahun 2016 yang kemudian ditindaklanjuti dengan penetapan arah kebijakan fiskal yang mengusung tema “Penguatan Pengelolaan Fiskal Dalam Rangka Memperkokoh Fundamental Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi yang berkualitas”.Arah kebijakan
fiskal tersebut akan ditempuh melalui pengendalian defisit anggaran pada tingkat yang berkelanjutan dengan tetap menjaga keseimbangan peran APBN dalam perekonomian, menghimpun pendapatan negara secara optimal, serta meningkatkan efisiensi dan kualitas belanja negara termasuk dengan melanjutkan dan mempertajam program-program prioritas di tahun 2015.Kebijakan
dalam peningkatan pendapatan negara antara lain dengan menggulirkan kebijakan-kebijakan terkait dengan optimalisai perpajakan, peningkatan lifting, penyesuaian target dividen Pemerintah atas laba BUMN, perbaikan pengawasan pengelolaan sumberdaya alam dan penyesuaian tarif pengenaan PNBP. Sedangkan kebijakan pada sisi belanja negara diarahkan agar semakin efisien, produktif, dan berkualitas, serta memperkuat pelaksanaan desentralisasi fiskal. Sejalan dengan rencana kebijakan pendapatan negara dan belanja negara, maka kebijakan pembiayaan anggaran diarahkan antara lain dengan menyempurnakan kualitas perencanaan investasi Pemerintah, mengendalikan rasio utang dalam batas yang aman, membuka akses pembiayaan pembangunan dan investasi kepada masyarakat secara lebih luas, memprioritaskan skema Kerjasama Pemerintah Badan Usaha (KPBU) dan memberikan penjaminan untuk mendukung dan mempercepat pembangunan infrastruktur.Sebagai
upaya penyampaian informasi yang ringkas dan mudah dipahami terkait APBN 2016 kepada masyarakat luas serta untuk menciptakan transparansi anggaran, maka disusunlah Informasi APBN 2016 ini. Kepada para tim penyusun dan para pihak yang telah menyampaikan masukan yang konstruktif hingga terbitnya Informasi APBN 2016 ini kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya.Harapan kami
semoga Informasi APBN 2016 ini dapat memberikan pengetahuan dan pemahaman yang lebih luas kepada para pembacanya dan dapat memberikan masukan yang konstruktif bagi penyusunan APBN yang lebih berkualitas.Terima Kasih
Menteri Keuangan
Republik Indonesia
Bambang P. S. Brodjonegoro
APBN 2016
Penguatan pengelolaan fiskal dalam rangka memperkokoh fundamental
pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas
STRATEGI
YANG
DITEMPUH
- Memperkuat stimulus yang diarahkan untuk meningkatkan kapasitas produksi dan penguatan daya saing
- Meningkatkan ketahanan
fiskal dan menjaga
terlaksananya program-program prioritas di tengah tantangan perekonomian global
- Mengendalikan risiko dan menjaga kesinambungan
fiskal dalam jangka
APBN 2016
FOKUS
APBN 2016
PENDAPATAN
BELANJA NEGARA
PEMBIAYAAN ANGGARAN
Target penerimaan perpajakan direncanakan secara realistis
dengan mendasarkan pada kondisi perekonomian terkini dan dukungan pelaksanaan kebijakan dan langkah administratif perpajakan yang komprehensif serta extra effort dalam upaya memperkecil kesenjangan antara potensi penerimaan perpajakan dengan realisasinya
Mengoptimalkan PNBP K/L dalam rangka mengurangi
ketergantungan PNBP terhadap faktor eksternal (ICP, kurs, dan harga komoditas)
Melanjutkan program prioritas nasional (antara lain infrastruktur
konektivitas, kedaulatan pangan dan energi, kemaritiman, pariwisata, pengurangan kesenjangan serta pertahanan ) untuk memperbaiki kualitas pembangunan
Mempertahankan pemenuhan anggaran pendidikan sebesar 20% dari APBN dan pertama kali memenuhi anggaran kesehatan
sebesar 5% dari APBN
Menyelaraskan kebijakan desentralisasi fiskal, melalui
pengalihan belanja K/L ke DAK diikuti dengan peningkatan Transfer ke Daerah dan Dana Desa yang signifikan
Mendukung pembangunan infrastruktur untuk transportasi,
pemukiman untuk MBR, air bersih dan sanitasi, serta infrastruktur energi
Mengendalikan rasio utang pemerintah dalam batas yang
PROSES PENYUSUNAN
APBN 2016
Pemerintah bersama Dewan Perwakilan Rakyat RI telah membahas dan menyepakati Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun 2016 dengan memperhatikan
pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah RI
Januari-Maret 2015
20 Mei 2015
7 Juli 2015
Agustus-Oktober
November 2015
Desember 2015
15 April 2015
28 Mei-6 Juli 2015
14 Agustus 2015
30 Oktober 2015
November 2015
Penyusunan Kapasitas Fiskal
Penyampaian KEM PPKF ke DPR
Keputusan Menteri Keuangan tentang Pagu Anggaran K/L
Pembahasan dengan DPR SB Pagu Indikatif Menteri Keuangan
dan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas
Pembicaraan Pendahuluan RAPBN TA 2016
Pidato Presiden Penyampaian Nota Keuangan & RAPBN 2016
Sidang Paripurna Penetapan RUU APBN Tahun 2016
UU Nomor 14 tahun 2015 tentang APBN 2016
Peraturan Presiden Nomor 137 Tahun 2015 tentang Rincian APBN tahun 2016
HAL-HAL BARU
APBN 2016
Rp
Pertama kali pemenuhan
anggaran kesehatan sebesar 5% dari belanja negara serta mempertahankan pemenuhan anggaran pendidikan sebesar 20% dari belanja negara
Percepatan pelaksanaan
proyek-proyek pembangunan infrastruktur.
Percepatan pengurangan
kesenjangan antara lain melalui perluasan coverage program keluarga harapan
Menjaga kesejahteraan
aparatur negara: THR dan gaji 13
Meningkatkan besaran serta
memperbaiki dan memperkuat kebijakan DAK untuk
mendukung implementasi nawacita dan pencapaian prioritas nasional
Alokasi anggaran Transfer
ke Daerah dan Dana Desa dalam APBN 2016 mendekati anggaran Kementerian/ Lembaga (Belanja K/L).
Meningkatkan alokasi Dana
Desa hingga 6% dari dan diluar transfer ke daerah sesuai Road Map Dana Desa 2015-2019
Meningkatkan besaran dan
memperbaiki formula alokasi DAU guna meningkatkan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah.
Mempertajam alokasi
PMN melalui peningkatan peran BUMN dan
penyediaan dukungan untuk pembangunan infrastruktur (listrik, jalan, bandara dan pelabuhan).
ASUMSI
DASAR
EKONOMI
MAKRO
2015
APBNP
2016
APBN
%
%
IDR USD5,7
5,0
6,2
60
825
1.221
1.155
830
5,5
4,7
5,3
12.500 13.900 IDR USDPertumbuhan
Ekonomi
(%)
Inflasi
(%,yoy)
Tingkat bunga
SPN 3 bulan
(%)
Nilai Tukar
(Rp/US$)
Harga Minyak
(USD/barel)
Lifting Minyak
(ribu barel/hari)
Lifting Gas
(MBOEPD)
50
Lifting Minyak
Lifting Gas
INDIKATOR KESEJAHTERAAN
DAN TARGET PEMBANGUNAN
Tingkat Kemiskinan
(%)
10,3
0,40
0,39
69,4
70,1
5,6
9,0-10,0
5,2-5,5
Gini Ratio
APBNP 2015
APBN 2016
Indeks Pembangunan
Manusia
(indeks)Tingkat
Pengangguran
(%)
Pendapatan
Negara
Pembiayaan
Anggaran
Keseimbangan
Primer
Belanja
Negara
Penerimaan Hibah Belanja Pemerintah Pusat Transfer Ke daerah dan Dana DesaPembiayaan
Dalam Negeri PembiayaanLuar Negeri
Transfer Ke daerah Dana Transfer Umum Dana Bagi Hasil Dana Alokasi Umum Dana Transfer Khusus Dana Alokasi Khusus Fisik Dana Alokasi Khusus Non Fisik Dana
Insentif Daerah Dana Otonomi Khusus &
Dana Keistimewaan DIY Belanja K/L Belanja Non K/L Belanja Pegawai Belanja Barang Pembayaran Bunga Utang Subsidi Belanja Pegawai Belanja
Barang BelanjaSosial Belanja Modal Pendapatan Dalam Negeri Penerimaan Perpajakan Pendapatan Pajak Dalam Negeri Pajak Penghasilan PPh Non Migas PPh Migas Pajak Pertambahan Nilai Pajak Bumi dan Bangunan Cukai Pajak Lainnya Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional Bea Masuk Bea Keluar Penerimaan Negara Bukan Pajak Pendapatan SDA Pendapatan Bagian Laba BUMN PNBP Lainnya Pendapatan BLU
1.822,5
273,2
-88,2
272,8 0,42.095,7
1.325,6
1.820,5
1.546,7
2,0 325,41.506,6
715,8
757,2
571,7
41,4 37,2 2,9 40,1 124,9 34,2 79,4 35,4 19,4 146,4 11,8273,8
Belanja Hibah Bantuan Sosial Penanggulangan Ben ana Belanja Lain lain541,4
784,1
770,2
700,4
347,5 54,9 201,6 139,3 1,4 168,5 182,1 491,5 208,9 5,0 17,8 Dana Desa 47,0 88,5 123,5 106,1 385,4 4,0 4,5 24,7e isit
a
ati
-273,2
13,11
I ACCOUNT
APBN 2016
Triliun upiah
Pembiayaan Dalam Negeri Neto
Tax Ratio
13%
Pendapatan
Negara
Pembiayaan
Anggaran
Keseimbangan
Primer
Belanja
Negara
Penerimaan Hibah Belanja Pemerintah PusatTransfer Ke dae rah dan Dana Desa
Pembia yaan
Dalam Negeri Pembia yaanLuar Negeri
Transfer Ke dae rah Dana Transfer Umum Dana Bagi Hasil Dana Alokasi Umum Dana Transfer Khusus Dana Alokasi Khusus Fisik Dana Alokasi Khusus Non Fisik Dana
Insentif Dae rah Dana O tonomi Khusus &
Dana Keistime waan DIY Belanja K/L Belanja Non K/L Belanja Pega wai Belanja Barang Pemba yaran Bunga Utang Subsidi Belanja Pega wai Belanja
Barang BelanjaSosial
Belanja Modal Pendapatan Dalam Negeri Penerimaan Perpajakan Pendapatan Pajak Dalam Negeri Pajak Penghasilan PPh Non Migas PPh Migas Pajak Pertambahan Nilai Pajak Bumi dan Bangunan Cukai Pajak Lainn ya Pendapatan Pajak Perdagangan In ternasional Bea Masuk Bea Keluar Penerimaan Nega ra Bukan Pajak Pendapatan SDA Pendapatan Bagian Laba BUMN PNBP Lainn ya Pendapatan BLU
1.822,5
273,2
-88,2
272,8 0,42.095,7
1.325,6
1.820,5
1.546,7
2,0 323,91.506,6
715,8
757,2
571,7
41,4 37,2 2,9 40,1 124,9 34,2 79,4 35,4 19,4 146,4 11,8273,8
Belanja Hibah Bantuan Sosial Penanggulangan Bencana Belanja Lain-lain541,4
784,1
770,2
700,4
208,2 50,4 201,6 139,3 1,4 184,9 182,6 491,5 208,9 5,0 17,8 Dana Desa 47,0 85,4 123,5 106,1 385,4 4,0 4,5 24,7Defisit
Tax Ratio
-273,2
13%
I ACCOUNT
Pendapatan
Negara
Pembiayaan
Anggaran
Keseimbangan
Primer
Belanja
Negara
Penerimaan Hibah Belanja Pemerintah Pusat Transfer Ke daerah dan Dana DesaPembiayaan
Dalam Negeri PembiayaanLuar Negeri
Transfer Ke daerah Dana Transfer Umum Dana Bagi Hasil Dana Alokasi Umum Dana Transfer Khusus Dana Alokasi Khusus Fisik Dana Alokasi Khusus Non Fisik Dana
Insentif Daerah Dana Otonomi Khusus &
Dana Keistimewaan DIY Belanja K/L Belanja Non K/L Belanja Pegawai Belanja Barang Pembayaran Bunga Utang Subsidi Belanja Pegawai Belanja
Barang BelanjaSosial Belanja Modal Pendapatan Dalam Negeri Penerimaan Perpajakan Pendapatan Pajak Dalam Negeri Pajak Penghasilan PPh Non Migas PPh Migas Pajak Pertambahan Nilai Pajak Bumi dan Bangunan Cukai Pajak Lainnya Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional Bea Masuk Bea Keluar Penerimaan Negara Bukan Pajak Pendapatan SDA Pendapatan Bagian Laba BUMN PNBP Lainnya Pendapatan BLU
1.822,5
273,2
-88,2
272,8 0,42.095,7
1.325,6
1.820,5
1.546,7
2,0 325,41.506,6
715,8
757,2
571,7
41,4 37,2 2,9 40,1 124,9 34,2 79,4 35,4 19,4 146,4 11,8273,8
Belanja Hibah Bantuan Sosial Penanggulangan Ben ana Belanja Lain lain541,4
784,1
770,2
700,4
347,5 54,9 201,6 139,3 1,4 168,5 182,1 491,5 208,9 5,0 17,8 Dana Desa 47,0 88,5 123,5 106,1 385,4 4,0 4,5 24,7e isit
a
ati
-273,2
13,11
I ACCOUNT
APBN 2016
Triliun upiah
208,2
323,9 50,4
184,9 182,6
Pembiayaan Dalam
Negeri Neto Pembiayaan Luar Negeri Neto
47,0 0,4
723,2
85,4Defisit
-Pendapatan
Negara
Pembiayaan
Anggaran
Keseimbangan
Primer
Belanja
Negara
Penerimaan Hibah Belanja Pemerintah PusatTransfer Ke dae rah dan Dana Desa
Pembia yaan
Dalam Negeri Pembia yaanLuar Negeri
Transfer Ke dae rah Dana Transfer Umum Dana Bagi Hasil Dana Alokasi Umum Dana Transfer Khusus Dana Alokasi Khusus Fisik Dana Alokasi Khusus Non Fisik Dana
Insentif Dae rah Dana O tonomi Khusus &
Dana Keistime waan DIY Belanja K/L Belanja Non K/L Belanja Pega wai Belanja Barang Pemba yaran Bunga Utang Subsidi Belanja Pega wai Belanja
Barang BelanjaSosial
Belanja Modal Pendapatan Dalam Negeri Penerimaan Perpajakan Pendapatan Pajak Dalam Negeri Pajak Penghasilan PPh Non Migas PPh Migas Pajak Pertambahan Nilai Pajak Bumi dan Bangunan Cukai Pajak Lainn ya Pendapatan Pajak Perdagangan In ternasional Bea Masuk Bea Keluar Penerimaan Nega ra Bukan Pajak Pendapatan SDA Pendapatan Bagian Laba BUMN PNBP Lainn ya Pendapatan BLU
1.822,5
273,2
-88,2
272,8 0,42.095,7
1.325,6
1.820,5
1.546,7
2,0 323,91.506,6
715,8
757,2
571,7
41,4 37,2 2,9 40,1 124,9 34,2 79,4 35,4 19,4 146,4 11,8273,8
Belanja Hibah Bantuan Sosial Penanggulangan Bencana Belanja Lain-lain541,4
784,1
770,2
700,4
208,2 50,4 201,6 139,3 1,4 184,9 182,6 491,5 208,9 5,0 17,8 Dana Desa 47,0 85,4 123,5 106,1 385,4 4,0 4,5 24,7Defisit
Tax Ratio
-273,2
13%
I ACCOUNT
APBN 2016
(Triliun Rupiah)
PENDAPATAN
NEGARA
Target Pendapatan Negara naik Rp60,9 T dari APBNP 2015 atau tumbuh sebesar 3,5%. Kenaikan tersebut terutama bersumber dari meningkatnya penerimaan perpajakan sebesar Rp57,4 T
Masih lemahnya ICP dan harga komoditas menyebabkan pendapatan yang bersumber dari SDA mengalami penurunan dari target APBNP 2015
PENDAPATAN NEGARA
Pajak
Rp1.360,2 T
Kepabeanan
dan Cukai
Rp186,5 T
PNBP
Penerimaan Hibah
Rp273,8 T
Rp2,0 T
Rp1.822,5 T
74%
11%
15%
75%
10%
PENDAPATAN
NEGARA
Pajak Hibah PNBP Kepabeanan dan Cukai 628,2PENDAPATAN NEGARA
2005-2016
32004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
Rp403,4 T
Rp495,2 T
Rp638,0 T
Rp707,8 T
Rp981,6 T
Rp848,8 T
Rp995,3 T
Rp1.210,6 T
Rp1.338,1 T
Rp1.438,9 T
Rp1.550,6 T
238,6 41,9 122,5 , 298,5 48,5 146,9 1,3 358,2 51,0 227,0 1,8 425,4 65,6 215,1 1,7 571,1 87,6 320,6 2,3 544,5 75,4 227,2 1,7 268,9 95,1 3,0 742,7 131,1 331,5 5,3 835,8 144,7 351,8 5,8 921,4 156,0 354,8 6,8 985,1 161,7 398,7 5,1APBNP
2015
Rp1.761,6 T
1.294,3 195,0 269,1 3,3 1.360,2 186,5 2,0 273,8Rp1.822,5 T
APBN
2016
2014
TRILIUN RUPIAH 628,2PENERIMAAN
PERPAJAKAN
Rata-rata pertumbuhan Penerimaan Perpajakan 2010 –
2016 adalah sebesar
13,5 %
Target penerimaan perpajakan direncanakan secara realistis dengan mendasarkan pada kondisi perekonomian terkini dan dukungan pelaksanaan kebijakan dan administrasi perpajakan yang komprehensif. Selain itu, Pemerintah juga mempertimbangkan upaya untuk mengoptimalkan potensi pajak yang ada dalam perekonomian dengan tetap memerhatikan iklim investasi.
2010
2011
2012
2013
2014
2015
APBNP
APBN
2016
16,7% 569,4 Pertumbuhan Perpajakan Triliun RupiahPPh Migas Kepabeanan &
Cukai Pajak Nonmigas
669,6 131,1 73,1 83,5 144,7 752,4 88,7 155,9 832,7 87,4 161,7 897,7 1.244,7 195,0 49,5 1.318,7 186,5 41,4 95,1 58,9 20,8% 12,2% 9,9% 6,5% 29,9%
3,9%
PENERIMAAN
PERPAJAKAN
Kepabeanan
dan Cukai
Rp186,5 T
Kepabeanan
dan Cukai
Rp186,5 T
Pajak
Cukai PPh Non Migas Bea Keluar Bea MasukPPh Migas PBB Pajak Lainnya PPN
Rp1.360,2 T
Pajak
Rp1.360,2 T
12 %
88 %
Rp715,8 T Rp571,7 T Rp41,4 T Rp19,4 T Rp11,8 T 42 % 53 % 78 % 20 % 2 % 1 % 1 % 1 %Target Penerimaan Perpajakan
naik Rp57,4 T dari APBNP 2015 atau tumbuh sebesar
3,9%, yang terdiri dari:
•
Penerimaan Pajak
naik Rp 65,9 T atau tumbuh sebesar 5,1% dari APBNP 2015,
terutama dipengaruhi oleh perbaikan pertumbuhan ekonomi dan extra effort di
bidang perpajakan tahun 2016
•
Kepabeanan dan Cukai
turun Rp8,5 T atau sebesar 4,3% dari APBNP 2015, terutama
disebabkan turunnya tarif bea keluar CPO beserta turunannya sebagai dampak dari
kebijakan pembentukan Badan Penghimpun Dana Perkebunan Kelapa Sawit
3 %
Pajak
Kepabeanan
dan cukai
PERBANDINGAN
TAX RATIO 10 NEGARA 2013
Extra Effort Pengamanan
Target Penerimaan Perpajakan 2016
Tax
Ratio
Optimalisasi pemeriksaan a.l. fokus sektor unggulan masing-masing Kanwil, transfer pricing, dan fraud;
Ekstensifikasi dan Intensifikasi WP a.l. data matching, optimalisasi IT, e-tax invoice, perbaikan regulasi
Implementasi tahun 2016 sebagai tahun Penegakan Hukum (law enforcement)
a.l. melalui penagihan aktif, pemeriksaan dan penyidikan
Meningkatkan kinerja audit memperbaiki targeting obyek audit. Meningkatkan pengawasan, penindakan, dan penyidikan
Peningkatan operasi peredaran dan pengawasan Barang Kena Cukai
TAX
CUSTOMS
Tax ratio untuk tahun 2016 ditargetkan sebesar 12,2% (definisi sempit).
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
12,9 10,5 11,2 11,4 11,3 10,9 12,7 12,2 13,8 14,0 13,6 13,1 13,7 13,1 Rp723,3 T Rp873,9 T arti luas (penerimaan perpajakan +SDA Migas + pertambangan umum/PDB)
arti sempit
(penerimaan perpajakan/PDB)
Optimalisasipenerimaan migas
(merealisasikan produksi sumur minyak baru, menahan penurunan alamiah
lifting migas, dan pengendalian cost recovery).
Penyesuaiantarif PNBP dan ekstensifikasi.
Peningkatan kinerja BUMN.
Peningkatan pengawasan dan pelaporan PNBP.
Perbaikan administrasi dan sistem PNBP.
Perbaikan regulasi PNBP.
Target PNBP naik Rp4,8 T atau tumbuh sebesar 1,8% dari APBNP 2015, antara lain disebabkan
oleh:
PNBP SDA Migas turun Rp2,7 T antara lain dipengaruhi melemahnya harga minyak mentah (ICP)
PNBP Minerba naik Rp9,1 T antara lain dipengaruhi oleh naiknya tarif royalti mineral, logam dan batubara.
Kebijakan Penerimaan
Negara Bukan Pajak
PENERIMAAN NEGARA
BUKAN PAJAK
PNBP Lainnya
Rp79,4 T
Rp78,6 T
SDA Non Migas
SDA Migas
Rp46,3 T
Pendapatan BLU
Rp35,4 T
Bagian Laba BUMN
Rp34,2 T
29% 17%
13%
28 %
TRILIUN RUPIAH
PERKEMBANGAN PENERIMAAN NEGARA
BUKAN PAJAK 2005-2016
2004 21,2 9,8 91,5 Rp122,5 T nilai tukar (Rp/USD 1) harga minya k (USD/bar harga minyak (USD/barrel)37
8.939
lifting minyak(MBDP) (MBOEDP)lifting gas
1040
-23,6 12,8 110,5 38,0 21,5 167,5 2,1 56,9 23,2 132,9 3,7 63,3 29,1 224,5 8,4 53,8 26,0 139,0 10,6 59,4 30,1 168,8 20,1 69,4 28,2 213,8 21,7 73,5 30,8 225,8 24,6 69,7 34,0 226,4 29,6 85,8 40,3 242,9 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 LKPP 2014 Rp146,9 T Rp227,0 T Rp215,1 T Rp320,6 T Rp227,2 T Rp268,9 T Rp331,5 T Rp351,8 T Rp354,8 T Rp398,7 T APBNP 2015 Rp269,1 T 23,1 90,1 37, 0 118,9 REALISASI52
9.705
64
9.164
70
9.140
97
9.691
62
999
959
10.408
79
9.087
112
8.779
113
9.400
106
10.460
97
11.878
60
12.500
899
931
944
954
898
863
-825
794
825
1.213
1.224
1.221
2014PERKEMBANGAN PENERIMAAN NEGARA
BUKAN PAJAK LAINNYA
2010-2016
9,2 11,8 12,3 12,9 15,5 5,9 7,9 8,1 9,8 14,1 5,8 8,0 4,7 5,2 4,3 17,7 17,5 18,4 20,3 23,0 20,8 24,2 29,9 21,4 28,9Rp59,4 T
Rp69,4 T
Rp73,5 T
Rp69,7 T
Rp85,8 T
Penjualan Hasil Tambang Pendapatan dari Penerimaan
Kembali Belanja TAYL Pendapatan 5 K/L Besar Lainnya
2010
2011
2012
2013
APBNP
2015
8,5 20,5 14,6 25,8 20,7Rp90,1 T
APBN
2016
6,0 7,5 6,7 37,0 22,2Rp79,4 T
Domestic Market Obligation (DMO) TRILIUN RUPIAH
5
KEMENTERIAN
NEGARA/LEMBAGA
PENYUMBANG PNBP
TERBESAR
Kementerian Komunikasi dan Informatika Kementerian Perhubungan Kementerian Hukum dan HAMKepolisian Negara Republik Indonesia
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional
Rp14,0 T
Rp9,1 T
Rp8,0 T
Rp3,6 T
Rp2,3 T
BELANJA
NEGARA
26%
BELANJA NEGARA
Rp2.095,7 T
Transfer ke
Daerah dan Dana Desa
Belanja
Non K/L
Belanja
K/L
Program Pengelolaan Utang Negara Transfer Ke Daerah Dana Desa Program Pengelolaan Subsidi Program Pengelolaan Hibah Negara Program Pengelolaan Belanja Lainnya Program Pengelolaan Transaksi Khusus Rp184,9 T Rp182,6 T Rp4,0 T Rp59,9 T Rp110,0 T Rp723,2 T Rp47,0 TRp784,1 T
37%
26%
37%
Rp770,2 T
Rp541,4 T
BELANJA
NEGARA
BELANJA PEMERINTAH PUSAT
MENURUT FUNGSI
BELANJA PEMERINTAH PUSAT
MENURUT JENIS
Pelayanan Umum Ketertiban dan Keamanan Ekonomi Lingkungan Hidup Perumahan dan Fasilitas Umum Kesehatan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Agama Pendidikan Perlindungan Sosial Pertahanan Rp158,1 T Rp316,5 T Rp99,6 T Rp109,8 T Rp360,2 T Rp12,1 T Rp34,6 T Rp67,2 T Rp7,4 T Rp9,8T Rp150,1 T24%
8%
8%
27%
3%
1%
1%
1%
5%
11%
12%
BELANJA NEGARA
Rp1.325,5 T
Belanja Pegawai Belanja Barang Pembayaran Bunga Utang
Subsidi Belanja Lain Lain Belanja Modal
Belanja Hibah Belanja Bantuan Sosial
Rp347,5 T
Rp325,4 T
Rp201,6 T
Rp184,9 T
Rp182,6 T
Rp4,0 T
Rp54,9 T
Rp24,7 T
26%
4%
14%
25%
15%
0,3%
14%
2%
Rp1.325,6 T
Rp34,7 T**
*
BELAN JA PEMERINTAH PUSAT
MENURUT ORGANISASI
FOKUS BELANJA PEMERINTAH
PUSAT DALAM APBN 2016
Dimensi
Pembangunan
Manusia
Dimensi
Pembangunan
Sektor Unggulan
Belanja K/L Rp.795,5 T Rp784,1 T Rp110,0 T Rp59,9 T Rp182,6 T Rp4,0 T Rp184,9 T 60% 59% 14% 14% 5% 8% 4% 16% 12% 8% Rp101,4 TAPBNP
2015
Rp1.319,5 T
Rp1.325,6 T
APBN
2016
Rp50,2 T Rp212,1 T Rp4,6 T Rp155,7 T Program PengelolaanBelanja Lain nya Program PengelolaanTransaksi Khusus Program PengelolaanSubsidi
Program Pengelolaan Hibah Nega ra
Program Pengelolaan Utang Nega ra
10 KEMENTERIAN/LEMBAGA DENGAN
ANGGARAN TERBESAR
Perkembangan
Belanja K/L
APBNP 2015 -- Rp 795 T TRILIUN RUPIAH TRILIUN RUPIAH APBN 2016 -- Rp 784 T KEMENPUPR 104,1 118,5 102,3 99,5 57,1 73,0 51,3 63,5 60,3 57,1 53,3 49,2 65,0 48,5 43,6 40,6 25,7 39,3 32,8 31,5 185,7 177,9 KEMENHAN POLRI KEMENKES KEMENAG KEMENDIKBUD KEMENRISTEK &DIKTI KEMENKEU KEMENTAN K/L LAINNYA KEMENHUB2010
2011
2012
2013
2014
APBNP
APBN
332,9 417,6 489,4 582,9 577,2 795,5 784,1Dimensi
Pembangunan
Manusia
Bidang
Pendidikan
Dimensi Pembangunan Manusia merupakan Pemenuhan kewajiban dasar, antara lain:
Pemenuhan anggaran Pendidikan 20 persen dari APBN untuk peningkatan akses dan kualitas
pendidikan
Pemenuhan anggaran Kesehatan sebesar 5 persen dari APBN, dengan didukung program yang
lebih efektif dan luas.
Penyediaan kebutuhan pokok Perumahan melalui program Sejuta Rumah bagi Masyarakat
Berpenghasilan Rendah (MBR) melalui dukungan pembangunan rumah, subsidi bunga kredit, bantuan uang muka, dan FLPP
Mengarahkan subsidi yang lebih tepat sasaran
Arah Kebijakan:
Pemenuhan anggaran pendidikan 20% dari APBN untuk peningkatan akses dan kualitas pendidikan, a.l melalui:
Wajib belajar 12 tahun melalui Program Indonesia Pintar dengan pemberian Kartu Indonesia Pintar (KIP)
Meningkatkan kualitas pembelajaran
Meningkatkan pengelolaan dan penempatan guru
Meningkatkan pemerataan akses dan kualitas serta relevansi dan daya saing pendidikan tinggi
Beasiswa bidik misi dan bantuan siswa miskin sebanyak 306 ribu mahasiswa
Pembangunan unit: 981 unit sekolah baru 14.566 ruang kelas baru 11.625 rehabilitasi ruang kelas
Pemberian Bantuan Operasional Sekolah (melalui Kementerian Agama): MI/Ula -- 3,6 juta santri
MTs/Wustha -- 3,4 juta santri MA/Ulya -- 1,3 juta santri
Kartu Indonesia Pintar sebanyak 19,54 juta siswa
Peningkatan Kompetensi Tenaga Pendidik dengan target 497,6 ribu Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan: APBNP 2015 --Rp53,3 triliun APBN 2016 --Rp49,2 triliun Kementerian Agama: APBNP 2015 --Rp60,3 triliun APBN 2016 --Rp57,1 triliun Kemenristek Dikti APBNP 2015 --Rp43,6 triliun APBN 2016 --Rp40,6 triliun
Bidang
Perumahan, Air
Minum, Sanitasi
Arah Kebijakan:Pemenuhan kebutuhan masyarakat atas akses air minum dan dukungan bagi pelaksanaan Program Sejuta Rumah bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah
Meningkatkan persentase persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan dengan target 77%
Jumlah kecamatan yang memiliki minimal satu puskesmas yang tersertifikasi akreditasi dengan target 700 kecamatan
Meningkatkan persentase anak usia 0-11 bulan yang mendapat imunisasi dasar lengkap dengan target 91,5%
Jumlah puskesmas yang minimal memiliki 5 jenis tenaga kesehatan di 2000 puskesmas
Jumlah penduduk miskin dan tidak mampu yang terdaftar sebagai peserta PBI melalui JKN/Kartu Indonesia Sehat (KIS) sebanyak 92,4 juta jiwa
Menurunkan prevalensi kekurangan gizi (underweight)
pada anak balita hingga 18,3% Persentasememenuhi syarat sebesar obat yang 92,5%
JKN
Rasio elektrifikasi diharapkan mencapai 90,15 % 121 ribu sambungan rumah tangga yang tersambung jaringan gas Kapasitas terpasang kilang LPG sebesar 4,62 juta ton Kapasitas terpasang PLT Bioenergi sebesar 2.069,4 MWKapasitas Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi, Air, Surya, dan Angin masing-masing sebesar 1.712,5 MW, 5.534 MW, 92,1 MW, dan 11,2 MW
Bidang
Kedaulatan Energi
Kementerian Kesehatan APBNP 2015 --Rp51,3 triliun APBN 2016 --Rp63,5 triliun BPOM APBNP 2015 --Rp1,2 triliun APBN 2016 --Rp1,6 triliun BKKBN APBNP 2015 --Rp3,3 triliun APBN 2016 --Rp3,9 triliun Kementerian ESDM APBNP 2015 --Rp15,1 triliun APBN 2016 --Rp8,6 triliunDimensi
Pembangunan
Sektor Unggulan
Melanjutkan
program prioritas pembangunan untuk memperbaiki kualitas pembangunan.
Arah Kebijakan:
Meningkatkan produksi energi primer terutama minyak dan gas bumi Meningkatkan pemanfaatan gas bumi dan batubara nasional
Meningkatkan jangkauan dan kualitas pelayanan energi dan ketenagalistrikan Meningkatkan peranan Energi Baru Terbarukan dalam Bauran Energi
Bidang
Kesehatan
Pemenuhan anggaran kesehatan sebesar 5% dari APBN, dengan didukung program yang lebih efektif dan luas, untuk mencapai:
Meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu dan anak Meningkatnya pengendalian penyakit
Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar dan rujukan, terutama di daerah terpencil, tertinggal, dan perbatasan
Meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan universal melalui Kartu Indonesia Sehat (KIS) serta kualitas dan keberlanjutan pengelolaan SJSN kesehatan (dari sisi demand dan supply), termasuk perbaikan kebijakan dan regulasinya Terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan, obat dan vaksin secara merata
Bidang
Kedaulatan Pangan
Arah Kebijakan:
Peningkatan Produksi Padi, Jagung dan Kedelai untuk Mencapai
Swasembada dan Peningkatan Produksi Protein Hewani Daging dan Gula
Penguatan Stabilisasi Harga dan Pasokan Pangan
Perbaikan Kualitas Konsumsi Pangan dan Gizi Masyarakat
Penanganan Gangguan Ketahanan Pangan
Produksi padi 76,2 juta ton, Produksi jagung 21,4 juta ton Produksi kedelai 1,82 juta ton
Produksi daging sapi/kerbau 588,56 ribu ton
Produksi telur 3.393,36 ribu ton
Produksi susu 850,77 ribu ton
Embung dan penampung air lainnya 387 buah
Bendungan baru 8 buah
Normalisasi sungai dan pembangunan/ peningkatan tanggul 184,9 km
Penambahan luas tanam padi 60 ribu ha,
Penambahan luas baku lahan padi 200,6 ribu ha,
Pengembangan/perbaikan jaringan irigasi dan optimasi air seluas 400 ribu ha
Produksi perikanan tangkap sebanyak 6,45 juta ton;
Penyediaan dana cadangan stabilisasi harga pangan
Penyediaan dana cadangan beras pemerintah
Kementerian Pertanian
APBNP 2015 --Rp32,8 triliun
APBN 2016 --Rp31,5 triliun
Kementerian Kelautan dan Perikanan APBNP 2015 --Rp10,6 triliun APBN 2016 --Rp13,8 triliun Kementerian PU & PR APBNP 2015 --Rp118,5 triliun APBN 2016 --Rp104,1 triliun
Kementerian Kelautan dan Perikanan APBNP 2015 --Rp10,6 triliun APBN 2016 --Rp13,8 triliun Bakamla APBN 2016 --Rp0,3 triliun
Kemaritiman dan
Kelautan
Pembangunan kapal perintis penumpang dan barang sebanyak 100 unit
Produksi perikanan budidaya 8,35 juta ton ikan, 11,11 juta ton rumput laut, 1,9 miliar ekor ikan hias, dan produksi garam 3,6 juta ton
Kepatuhan (compliance) pelaku usaha kelautan dan perikanan terhadap ketentuan peraturan
25 Pulau-Pulau Kecil Terluar (PPKT) yang difasilitasi pengembangan ekonominya
Penyelesaian perkara/kasus tindak pidana di wilayah
perairan Indonesia dan wilayah yuridiksi Indonesia yang ditangani/ diproses (P21) sebesar 80%
Menurunnya tingkat gangguan keamanan dan pelanggaran hukum yang terjadi di wilayah
Arah Kebijakan:
Meningkatkan pengawasan dan penjagaan serta penegakan hukum di laut dan daerah perbatasan;
Percepatan pembangunan transportasi yang mendorong penguatan industri nasional
Pemberantasan tindakan perikanan liar
Pengembangan ekonomi maritim dan kelautan
Kementerian Perhubungan
APBNP 2015 --Rp65,0 triliun
Pariwisata
dan Industri
Arah Kebijakan:
Pembangunan Destinasi Pariwisata
Pemasaran Pariwisata Nasional
Pembangunan Industri Pariwisata
Pembangunan Kelembagaan Pariwisata
fasilitasi peningkatan destinasi wisata, budaya, alam dan buatan di 15 lokasi
Kontribusi investasi sektor pariwisata terhadap total investasi nasional 3,7%
Terevitalisasinya industri galangan kapal di 9 lokasi
Jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia 12 juta orang Jumlah perjalanan wisatawan nusantara 260 juta perjalanan Pengembangan 10 kawasan industri di Sumatera dan Kalimantan
Perluasan cakupan perluasan cakupan penerima Bantuan Tunai Bersyarat 6 juta KSM Tingkat kemiskinan 9-10% Tingkat pengangguran terbuka 5,2-5,5%
Ketimpangan
Antarkelompok
Masyarakat
Arah Kebijakan:
P
eningkatan kesejahteraan masyarakat miskin dan tidak mampumelalui program bantuan sosial yang lebih berkesinambungan (KIP, KIS), termasuk perluasan cakupan penerima Bantuan Tunai Bersyarat
Perluasan dan penajaman program KUR (coverage dan subsidi bunga) yang sudah dimulai tahun 2015
Dimensi Pemerataan
dan Kewilayahan
Menyelaraskan
kebijakan Desentralisasi Fiskal dengan mengalihkan alokasi Dana
Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan (Dekon/TP) di K/L ke DAK.
Peningkatan
kesejahteraan masyarakat miskin dan tidak mampu melalui program
bantuan sosial yang lebih berkesinambungan
Perluasan
cakupan penerima Bantuan Tunai Bersyarat menjadi 6 juta KSM.
Perluasan
dan penajaman program KUR (coverage dan subsidi bunga) yang sudah
dimulai tahun 2015
Kepesertaan program SJSN Ketenagakerjaan kumulatif 40 juta pekerja formal dan 3,2 juta pekerja informal Subsidi pangan/raskin 15,5 juta RTS dengan harga jual Rp1.600/kg passport Kementerian Pariwisata APBNP 2015 --Rp2,4 triliun APBN 2016 --Rp5,4 triliun Kementerian Sosial APBNP 2015 --Rp22,4 triliun APBN 2016 --Rp14,7 triliun Kementerian Perindustrian APBNP 2015 --Rp4,5 triliun APBN 2016 --Rp3,3 triliun
Antar
Wilayah
Arah Kebijakan:
Percepatan pembangunan infrastruktur yang efektif dan efisien untuk
mendukung kegiatan sektor-sektor strategis ekonomi serta mengurangi kesenjangan ekonomi dan spasial.
Pembangunan jalan dan jembatan sepanjang 768,7 km dan 8.051,7 m;
Pemeliharaan jalan dan jembatan sepanjang 44.570,2 Km dan 378.310 m; Pembangunan 28,95 km ruas jalan tol. Pembangunan 11.642 unit rusun;
Penyediaan fasilitas untuk rumah swadaya sebanyak 94.000 RT;
Pembangunan sarana bantu navigasi pelayaran sebanyak 221 unit dan 96 trayek perintis
Pembangunan jalur kereta api sepanjang 142,12 km sp;
Pembangunan jembatan/
underpass/flyover KA sebanyak
33 unit
Bus Rapid Transit (BRT) sebanyak 813 unit;
Lokasi pembangunan jembatan timbang sebanyak 1 lokasi;
Pembangunan dermaga sungai dan danau baru sebanyak 7 dan 1 dermaga
26 dan 59 lokasi bandar udara yang dikembangkan di daerah perbatasan dan rawan bencana;
15 lokasi bandar udara baru yang dibangun.
Pengembangan/perbaikan jaringan irigasi dan optimasi air seluas 400.000 ha Kementerian PU & PR APBNP 2015 --Rp118,5 triliun APBN 2016 --Rp104,1 triliun Kementerian Perhubungan APBNP 2015 --Rp65,0 triliun APBN 2016 --Rp48,5 triliun Kementerian Pertanian APBNP 2015 --Rp32,8 triliun APBN 2016 --Rp31,5 triliun
Komisi Pemberantasan Korupsi
APBNP 2015 --Rp0,9 triliun
APBN 2016 --Rp1,1 triliun
Polri
APBNP 2015 --Rp57,1 triliun
APBN 2016 --Rp73,0 triliun
Kementerian Dalam Negeri
APBNP 2015 --Rp6,1 triliun APBN 2016 --Rp5,1 triliun Mahkamah Agung APBNP 2015 --Rp8,6 triliun APBN 2016 --Rp9.0 triliun Kementerian Pertahanan APBNP 2015 --Rp102,3 triliun APBN 2016 --Rp99,5 triliun
Kondisi
Perlu
Arah Kebijakan:
Memperkuat kepastian dan penegakan hukum, stabilitas pertahanan dan keamanan, serta politik dan demokrasi
Penataan/restrukturisasi kelembagaan birokrasi pemerintah agar efektif, efisien, dan sinergis. Kepastian dan
Penegakan Hukum
Efektivitas penanganan kasus/perkara tindak pidana korupsi (conviction rate) sebesar 95%;
Terselenggaranya pelayanan peradilan umum (165.900 perkara), peradilan agama (10.815 perkara), peradilan militer dan peradilan TUN (56 perkara)
Persentase penambahan Almatsus Polri sebesar 13%;
Berkurangnya daerah rawan kejahatan dan kegiatan premanisme sebesar 15%;
Penambahan alutsista dan non alutsista fasilitas serta Sarpras 20% dan pengadaan 143 unit Rantis (matra darat); Pengadaan 130 unit KRI, KAL, Alpung, Ranpur, Rantis (matra laut); Pesawat yang siap operasional sebanyak 150 unit (matra udara)
Meningkatnya pemanfaatan NIK, database kependudukan, dan KTP-el oleh lembaga pengguna pusat pada 25 K/L;
Terfasilitasinya penyelenggaraan tahapan pilkada provinsi
Keamanan dan Ketertiban Politik dan
Perbandingan Subsidi Energi, Anggaran Pendidikan,
Infrastruktur dan Kesehatan 2010-2016
Anggaran Pendidikan
Mempertahankan pemenuhan anggaran pendidikan sebesar 20% dari Belanja Negara
Meningkatkan alokasi pembangunan
infrastruktur untuk meningkatkan produktivitas Peningkatan produksi untuk mencapai swasembada pangan dan ketersediaan pasokan Pemenuhan pertama kali anggaran kesehatan sebesar 5% dari Belanja Negara
Anggaran Kesehatan
Anggaran Infrastruktur
Anggaran Kedaulatan Pangan
Anggaran Pendidikan 0 100 200 300 400 2010 2011 2012 2013 2014 APBN 2016 APBNP 2015 Anggaran
Infrastruktur AnggaranKesehatan triliun rupiah
Subsidi Energi
500 Kebijakan pengalihan subsidi
energi untuk belanja yang lebih produktif seperti belanja infrastruktur
2010 2011 2012 2013 2014 APBN 2016 APBNP 2015 0 100 200 300 400 500 40 60 80 100 Arah Kebijakan: 75 150 225 300 375 80 160 120 40 2010 2011 2012 2013 2014 APBN 2016 APBNP 2015 0 25 50 75 100 125
Stabilitas
harga kebutuhan pokok
Daya
beli masyarakat tetap terjaga terutama masyarakat miskin
Ketersediaan
pasokan kebutuhan pokok dan peningkatan produktivitas
Daya
saing produksi dan akses permodalan UMKM makin meningkat
Subsidi Energi
Alokasi anggaran yang disalurkan melalui perusahaan/lembaga yang menyediakan dan mendistribusikan BBM, LPG tabung 3 kg, LGV, dan tenaga listrik sehingga harga jualnya terjangkau oleh masyarakat.
Subsdi Non energi
Rp80,5 T
44%
Subsdi Energi
Rp102,1 T
56%
%
SUBSIDI
APBN 2016
Arah Kebijakan
Subsidi Tahun
2016
Subsidi Nonenergi
Subsidi Energi
PERKEMBANGAN SUBSIDI
2005-2016
200 4 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 APBNP 2014 APBN 2016 71,3 20,2 104,4 16,3 94,6 12,8 116,9 33,3 223,0 52,3 94,6 43,5 140,0 52,8 255,6 39,7 306,5 39,9 310,0 45,1 52,7 102,1 80,5Subsidi Energi Subsidi Nonenergi Persentase terhadap Belanja Negara
24% 16% 20% 28% 15% 18% 23% 23% 22% 21% APBNP 2015 74,3 137,8 11% 9% 2014 341,8 50,2
Rp91,5 T
Rp120,8 T
Rp107,4 T
Rp150,2 T
Rp275,3 T
Rp138,1 T
Rp192,7 T
Rp295,4 T
Rp346,4 T
Rp355,0 T
Rp392,0 T
Rp212,1 T
Rp182,6 T
TRILIUN RUPIAHVolume Minyak Tanah:
0,69 juta KL
Volume Minyak Solar:
16,0 juta KL Volume LPG Tabung 3 KG: 6,6 metrik ton
Kebijakan
Subsidi BBM
Kebijakan
Melanjutkan pemberian subsidi tetap untuk BBM jenis minyak solar dan subsidi (selisih harga) untuk minyak tanah dan LPG tabung 3 kg;
Melaksanakan efisiensi dan efektivitas subsidi LPG tabung 3 kg;
Meningkatkan penggunaan energi baru dan terbarukan untuk transportasi
Meningkatkan dan mengembangkan pembangunan jaringan gas kota untuk rumah tangga
Meningkatkan pengawasan penyaluran BBM bersubsidi dan dan LPG tabung 3 kg antara lain melalui penggunaan data dan teknologi, dan
Meningkatkan peranan pemerintah daerah dalam pengendalian dan pengawasan BBM bersubsidi dan LPG tabung 3kg
Meningkatkan rasio elektrifikasi
Meningkatkan efisiensi penyediaan tenaga listrik
Subsidi BBM, LPG tabung 3 kg, LGV terutama untuk rumah tangga, usaha mikro, usaha perikanan dan transportasi
Subsidi listrik terutama untuk golongan pelanggan 450-900 VA
56%
44%
Subsdi Listrik
Rp38,4 TSubsdi BBM
Rp63,7 TSUBSIDI ENERGI
APBN 2016
JUTA KILO LITER
PERKEMBANGAN SUBSIDI
ENERGI 2005-2016
Volume
Konsumsi
BBM Bersubsidi
2005-2016
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 REALISASI 2014 69,0 2,3Rp104,4 T
Rp94,6 T
Rp116,9 T
Rp233,0 T
Rp310,0 T
Rp306,5 T
Rp255,6 T
Rp94,6 T
Rp140,0 T
95,6 8,9 64,2 30,4 83,8 33,1 139,1 83,9 45,0 49,5 82,4 57,6 165,2 90,4 211,9 94,6 210,0 100,0 240,0 101,8 BBM, LPG Tabung 3kg, dan LGV ListrikRp104,4 T
Rp94,6 T
Rp116,9 T
Rp223,0 T
Rp94,6 T
Rp140,0 T
Rp255,6 T
Rp306,5 T
Rp310,0 T
Rp137,8 T
APBNP 2015 64,7 73,1Rp71,3 T
Rp341,8 T
Rp102,1T
APBN 2016 63,7 38,4 59,7 37,5 38,7 38,1 37,0 38,2 41,8 45,0 46,2 46,0 2014 TRILIUN RUPIAH 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014Subsidi Pangan
Rp21,0 T
Subsidi Bunga
Kredit Program
Rp16,5 T
Subsidi Benih
Rp1,0 T
Subsidi PSO
Rp3,8 T
Subsidi Pajak
Rp8,2 T
Subsidi
Nonenergi
Rp80,5 T
Subsidi Pupuk
Rp30,1 T
Penyediaan beras dengan harga tebus/ jual Rp1.600/Kg bagi 15,5 juta RTS @15 Kg/ RTS selama 12 bulan. Mendukung program pengembangan UMKM, peningkatan ketahanan pangan, dan program diversifikasi energi.Mendukung program stabilitas harga kebutuhan pokok dan pengembangan industri strategis.
Membantu petani memenuhi kebutuhan pupuk dengan harga terjangkau, serta mendukung upaya peningkatan ketahanan pangan. Membantu petani memenuhi
kebutuhan benih dengan harga terjangkau, serta mendukung upaya peningkatan ketahanan pangan.
Diberikan untuk penumpang angkutan kereta api, penumpang angkutan kapal laut kelas ekonomi, dan penyediaan informasi publik.
Rp
%
SUBSIDI NONENERGI
APBN 2016
26%
37%
10%
5%
21%
1%
Subsidi Pangan
Subsidi Bunga Kredit Program
Subsidi Pupuk Subsidi Pajak Subsidi Lainnya
Subsidi PSO Subsidi Benih
PERKEMBANGAN SUBSIDI
NONENERGI 2005-2016
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 REALISASI 2014 APBN 2016 TRILIUN RUPIAHRp50,2 T
Rp45,1 T
Rp39,9 T
Rp39,7 T
Rp52,8 T
Rp43,5 T
Rp52,3 T
Rp33,3 T
Rp12,8 T
Rp16,3 T
Rp20,2 T
4,8 6,4 1,2 2,5 0,7 0,9 12,0 0,3 1,3 6,2 5,3 3,2 6,2 0,9 0,3 1,5 6,6 6,3 17,1 1,0 0,3 12,1 15,2 21,0 1,7 0,10,1 0,10,3 0,5 0,3 1,0 1,6 0,9 13,0 18,3 8,2 1,3 1,1 2,2 15,2 18,4 14,8 1,4 0,8 0,1 16,5 16,3 3,4 1,81,5 0,1 19,1 14,0 3,8 1,9 1,1 0,4 20,3 17,6 4,1 1,51,1 18,2 5,8 2, 1,0 21,0 3,8 16,5 4,8 6,4 1,2 2,5 0,7 0,9 12,0 0,3 1,3 6,2 5,3 3,2 6,2 0,9 0,3 1,5 6,6 6,3 17,1 1,0 0,3 12,1 15,2 21,0 1,7 0,10,1 0,10,3 0,5 0,3 1,0 1,6 0,9 13,0 18,3 8,2 1,3 1,1 2,2 15,2 18,4 14,8 1,4 0,8 0,1 16,5 16,3 3,4 1,81,5 0,1 19,1 14,0 3,8 1,9 1,1 0,4 20,3 17,6 4,1 1,51,1 0,3 18,2 21,0 2,1 2,8 30,1 0,9 18,9 39,5 9,2 3,3 2,5Rp74,3 T
APBNP 2015 8,2 3,83,8 9,2 3,3 1,0 39,5 30,1 16,5 2,5 21,0 18,9Rp80,5 T
2014TRILIUN RUPIAH
Memenuhi kewajiban Pemerintah untuk menjaga kredibilitas dan kesinambungan pembiayaan
Menjaga efisiensi pembayaran bunga utang, antara lain melalui pemilihan komposisi instrumen utang dan melaksanakan transaksi lindung nilai.
KEBIJAKAN PEMBAYARAN
BUNGA UTANG 2016
PEMBAYARAN BUNGA
UTANG APBN 2016
91%
9%
Pembayaran Bunga Utang
Dalam Negeri
Pembayaran Bunga Utang
Luar Negeri
Rp168,5 T
TRANSFER KE DAERAH
DAN DANA DESA
Dana Otonomi Khusus
91%
30%
70% 30%
6%
2% 1% Rp47,0 T Rp5,0 T Rp0,5 T Rp17,2 T Rp700,4 T Dana Perimbangan Rp106,1 T Rp491,5 T DanaBagi Hasil Rp123,5 TNonfisikDana
Rp85,5 T Dana Fisik Dana Transfer Umum
Rp770,2 T
Transfer ke Daerah
dan Dana Desa
Rp208,9 T Dana Transfer Khusus Rp385,4 T Dana Alokasi Umum Dana Transfer Umum Dana Transfer Khusus Dana Desa Dana Insentif Daerah Dana Keistimewaan DIY
41% 59%
44% 56%
122,9 1,6 5,2 143,2 1,8 5,5 222,1 3,5 0,6 244,0 4,0 5,3 278,7 7,5 6,2 287,3 9,5 11,8 316,7 9,1 18,9 347,2 10,4 53,7 411,3 12,0 57,4 430,4 13,4 0,1 69,3 491,9 16,1 0,5 87,9 516,4
Rp129,7 T
Rp150,5 T
Rp226,2 T
Rp253,3 T
Rp292,4 T
Rp308,6 T
Rp344,7 T
Rp411,3 T
Rp480,6 T
Rp511,3 T
Rp596,5 T
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 APBNP 2014 APBN APBNP 2015 17,1 0,5 104,4 20,8Rp664,6 T
5,0 0,5PERKEMBANGAN TRANSFER KE DAERAH
DAN DANA DESA 2005-2016
2014
477,1 80,1
0,4
Rp573,7 T
Meningkatkan alokasi anggaran Transfer ke Daerah dan Dana Desa, agar dapat mempercepat penguatan peran daerah dalam penyediaan pelayanan publik dan peningkatan kesejahteraan masyarakat, yang merupakan perwujudan dari ciri Indonesia sebagai negara desentralisasi fiskal
Melakukan perubahan struktur dan ruang
lingkup Transfer ke Daerah dan Dana Desa agar lebih sesuai dengan pembagian kewenangan antara pemerintah pusat dan daerah serta kebutuhan pendanaan daerah
Meningkatkan kualitas penganggaran
dan penyaluran DBH guna meningkatkan kepastian jumlah dan ketepatan waktu penyaluran
Reformulasi alokasi DAU guna meningkatkan
pemerataan kemampuan keuangan
Reformulasi dan penguatan DAK untuk
mendukung Nawacita dan pencapaian prioritas nasional
Meningkatkan kualitas pengelolaan Dana
Otsus dan Dana Keistimewaan DIY
Reformulasi DID untuk memberikan
penghargaan yang lebih besar kepada daerah yang berkinerja baik dalam pengelolaan keuangan, perekonomian, dan kesejahteraan daerah
Peningkatan alokasi Dana Desa minimal 6
persen dari dan di luar Transfer ke Daerah sesuai Road Map Dana Desa tahun 2015-2019
PERUBAHAN POSTUR TRANSFER KE
DAERAH DAN DANA DESA
Kebijakan Transfer Ke Daerah
dan Dana Desa
Transfer ke Daerah
Dana Desa
Postur
Transfer ke Daerah
dan Dana Desa
Postur
Transfer ke Daerah
dan Dana Desa
Dana Perimbangan
Dana Transfer Lainnya
DBH
DAU
DAK
Dana Otonomi Khusus
Dana Keistimewaan DIY
Dana Insentif Daerah
Dana Otonomi Khusus
Dana Keistimewaan DIY
Transfer ke Daerah
Dana Desa
Dana Perimbangan
Dana Transfer Umum
DBH
DAU
Dana Transfer Khusus
DAK Fisik
DAK Nonfisik
Papua Barat Pa pu a Malu ku Maluku Utar a Sulawesi Tengah Go ro nt al o Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Sulawesi Utara Kalimantan Barat
Kalimantan Utara Kalimantan Timur
Kalimantan Selatan Kalimantan Tengah m Riau Kepulauan Riau Jam bi Ba ngka B el itun g La mpun g Sumatera Selatan Rp23, 3 T Rp7,0 T Rp3,8 T Rp7,7 T Rp11,7 T Rp12,5 T Rp8,0 T Rp35,9 T Rp11,7 T Rp10,0 T Rp7,7 T Rp4,3 T Rp9,2 T Rp8,2 T Rp4,0 T Rp6,1 T Rp7,5 T Rp22,5 T Rp7,9 T Rp9,5 T Rp17,3 T Rp4,2 T Rp3,3 T Rp6,8 T Rp8,2 T Rp13,0 T Rp38,3 T Rp33,1 T Rp4,2 T Ba nt en Jawa Barat Jawa Tengah DI Yo gy ak art a Jawa Timu r Ba li
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timu
Dialokasikan kepada daerah bersumber dari pendapatan APBN berdasarkan persentase tertentu guna mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.
DBH Pajak:
APBN 2016 Rp51,5 T
DBH Sumber Daya Alam:
APBN 2016 Rp54,6 T
Dana Transfer Khusus
Rp106,1 T
Rp208,9 T
Rp55,1 T Rp27,5 T Rp2,8 T Rp2,7 T Rp16,4 T Rp0,8 T Rp8,3 T Rp1,6 T Rp0,7 T Rp1,3 T Rp0,3 T Rp21,6 T Rp1,5 T DAK Reguler PendidikanDAK Infrastruktur dan Publik Daerah DAK Afirmasi
Kesehatan dan KB
Perumahan, Permukiman, Air Minum & Sanitasi Kedaulatan Pangan
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Energi Skala Kecil
Kelautan dan Perikanan Prasarana Pemerintahan Daerah Transportasi
Sarana Perdagangan, Industri Kecil Menengah & Pariwisata
DAK FISIK
Rp85,4 T
Rp43,9 T Rp2,3 T Rp71,0 T Rp1,0 T Rp0,4 T Rp4,6 T Rp0,3 TDAK NONFISIK
Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
Bantuan Operasional Penyelenggaraan PAUD (BOP)
Tunjangan Profesi Guru PNSD
Dana Proyek Pemerintah Daerah dan Desentralisasi
Tambahan Penghasilan Guru PNSD
BOK dan BOKB
Dana Peningkatan Kapasitas Koperasi, UKM, dan Ketenagakerjaan
Dana Otsus Provinsi PapuadanPapua Barat terutama ditujukan untuk pembiayaan Pendidikan dan Kesehatan.
Dana Otsus Provinsi Aceh terutama ditujukan untuk pembiayaan pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur, pemberdayaan ekonomi rakyat, pengentasan kemiskinan, serta pendanaan pendidikan, sosial, dan kesehatan. Selanjutnya Dana Tambahan Infrastruktur Provinsi Papua dan Papua Barat ditujukan untuk mempercepat pembangunan infrastruktur, seperti jalan, jembatan, dermaga, sarana transportasi darat, sungai maupun laut dalam rangka mengatasi keterisolasian dan kesenjangan penyediaan infrastruktur antara Papua dan Papua Barat dengan daerah lainnya
Dana Otonomi Khusus
Rp17,2 T
Alokasi Otsus Provinsi Aceh Rp7,7 T Rp2,3 T Rp5,4 T Rp1,2 T Rp0,6 T Alokasi OtsusProvinsi Papua Barat Alokasi OtsusProvinsi Papua Alokasi Tambahan Infrastruktur Provinsi Papua Alokasi Tambahan
Infrastruktur Provinsi Papua Barat
Dana Desa diperuntukkan antara lain bagi: (1) mendanai penyelenggaraan pemerintahan, (2) pelaksanaan pembangunan, dan (3) pemberdayaan masyarakat desa. Anggaran Dana Desa dihitung berdasarkan jumlah desa dan dialokasikan dengan memerhatikan jumlah penduduk, angka kemiskinan, luas wilayah, dan tingkat kesulitan geografis dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan pemerataan pembangunan desa. Besaran anggaran Dana Desa yang bersumber dari APBN ditentukan sebesar 10 % dari dan di luar dana Transfer ke Daerah (on top) secara bertahap. Untuk itu, kebijakan Dana Desa pada tahun 2016 salah
Dialokasikan untuk mendanai urusan Keistimewaan DIY, meliputi: a) tata cara pengisian jabatan, kedudukan, tugas, dan wewenang Gubernur dan Wakil Gubernur; b) kelembagaan Pemerintah Daerah DIY; c) kebudayaan; d) pertanahan; dan e) tata ruang
Dana Insentif Daerah
Dana Keistimewaan DIY
Dana Desa
Rp5,0 T
Rp0,5 T
Rp47,0 T
Kriteria:
Dialokasikan kepada Provinsi, Kabupaten, dan Kota berdasarkan kriteria utama dan kriteria kinerja
Tujuan:
Memberikan penghargaan (reward) kepada daerah yang mempunyai kinerja baik dalam: - Kesehatan Fiskal dan Pengelolaan Keuangan Daerah
- Pelayanan Dasar Publik
Kebijakan Defisit Anggaran diarahkan untuk memperkuat stimulus fiskal yang diarahkan untuk meningkatkan kapasitas produksi dan penguatan daya saing dengan tetap mengendalikan risiko dan menjaga kesinambungan fiskal dalam jangka menengah dan panjang
Langkah-langkah yang dilakukan dalam menjaga kesinambungan fiskal adalah dengan mengendalikan defisit dalam batas aman, mengendalikan rasio utang terhadap PDB, dan mengendalikan keseimbangan primer
TRILIUN RUPIAH 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 0,52 0,87 1,26 0,08 1,58 0,73 1,14 1,86 2,24 2,30 1,28 1,55 2,11 2,40 2,14 2,09 2,23 2,38 2,40 1,90 3 14,4 29,1 40,0 49,8 58,3 94,5 4,1 129,8 88,6 133,7 46,8 150,8 84,4 190,1 224,2 209,5 241,5 216,7 222,5
Defisit APBN (triliun Rupiah) Defisit LKPP (triliun Rupiah)
Defisit LKPP (% terhadap PDB) Defisit APBN (% terhadap PDB)
2016 273,2 2,15 0,77 20, APBNP 2015 APBN 2016
PERKEMBANGAN DEFISIT ANGGARAN
2005-2016
PEMBIAYAAN
ANGGARAN
Utang
PEMBIAYAAN
Penerbitan
SBN Neto
Perbankan
Dalam Negeri
Non
Perbankan
Dalam Negeri
Pinjaman Dalam
Negeri Neto
Pinjaman Luar
Negeri Neto
Non
Utang
Rp
Rp
Rp
Rp273,2 T
Rp330,9 T
-Rp57,7 T
Rp5,5 T
-Rp63,2 T
Rp3,3 T
Rp0,4 T
Rp327,2 T
Pinjaman luar negeri neto direncanakan positif dengan maksud untuk
1. Mengurangi beban biaya penarikan utang (cost of borrowing) secara keseluruhan 2. Mengurangi risiko pasar dari pengelolaan SBN
TRILIUN RUPIAH
Nonutang
Pembiayaan Anggaran Utang
Penurunan pembiayaan anggaran pada tahun 2010 karena menyesuaikan dengan menurunnya realisasi defisit APBN dari target yang ditetapkan
2013 Rp8,9T Rp29,4T Rp42,5T Rp84,1T Rp112,6T Rp91,6T Rp130,9 T Rp175,2 T Rp237,4T (, ) 18,1 219,3 38,1 137,0 28,3 102,7 4,6 86,9 28,7 83,9 16,6 67,5 11,9 30,6 20,0 9,4 (1,2) 10,1 APBNP 2015 (56,9) 279,4 Rp222,5T (3,4) Rp246,6 T (57,7) APBNP 2014 2012 2011 2010 2009 2008 2007 2006 2005 250,0 2014
PERKEMBANGAN PEMBIAYAAN ANGGARAN
2005-2016
Rp248,9 T
3,2
Kebijakan Pembiayaan
Anggaran APBN 2016
Kebijakan Pembiayaan
Non Utang
Kebijakan Pembiayaan
Utang
Mengendalikan rasio utang terhadap PDB
Mengoptimalkan peran serta masyarakat dalam rangka pemenuhan kebutuhan pembiayaan dan melakukan pendalaman pasar obligasi domestik
Mengarahkan pemanfaatan utang untuk kegiatan produktif antara lain melalui penerbitan sukuk yang berbasis proyek
Memanfaatkan pinjaman luar negeri secara selektif, terutama untuk bidang infrastruktur dan energi
Meningkatkan pemanfaatan fasilitas pinjaman sebagai alternatif instrumen pembiayaan
Melakukan pengelolaan utang secara aktif dalam kerangka asset liabilities
management (ALM)
Menyempurnakan kualitas perencanaan investasi Pemerintah untuk meningkatkan nilai tambah BUMN sebagai agen pembangunan antara lain untuk mendukung pembangunan infrastruktur, kedaulatan pangan, dan kemaritiman
Mengendalikan rasio utang pemerintah dalam batas yang aman
Membuka akses pembiayaan pembangunan dan investasi kepada masyarakat secara lebih luas antara lain melalui penerbitan obligasi ritel
Mengoptimalkan dana kelolaan BLU dalam rangka pembiayaan pembangunan termasuk memperluas akses sektor UMKM, perumahan murah dan pendidikan
Memprioritaskan skema Kerjasama Pemerintah Swasta (KPS) untuk mendukung pembangunan infrastruktur
Memberikan penjaminan dalam rangka percepatan pembangunan infrastruktur
Mendukung program peningkatan akses terhadap pendidikan dan penyediaan kebutuhan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR)
Mendukung pembangunan infrastruktur baik sarana dan prasarana transportasi, pemukiman, air bersih dan sanitasi, serta infrastruktur energi melalui alokasi dana investasi pemerintah, dan kewajiban penjaminan
Mendukung peningkatan ekspor melalui alokasi PMN
Mendukung pemenuhan kewajiban negara sebagai anggota organisasi/lembaga keuangan internasional serta mempertahankan persentase kepemilikan modal melalui alokasi PMN
Mendukung pemenuhan ketersediaan rumah untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) baik melalui program PMN, maupun dana bergulir serta melakukan pengawasan terhadap pelaksanaannya agar tepat sasaran
Mendukung peningkatan kapasitas dana pengembangan pendidikan nasional untuk meningkatkan akses terhadap pendidikan tinggi, peningkatan kualitas riset, dan mendukung usaha pemerintah dalam melakukan perbaikan fasilitas pendidikan yang rusak akibat bencana alam
Pengeluaran Pembiayaan
APBN 2016
Pengeluaran pembiayaan anggaran 2016 terutama dialokasikan untuk PMN kepada BUMN/ lembaga, antara lain guna mendukung agenda program prioritas Pemerintah yang tertuang dalam Nawacita
Dana PMN digunakan untuk melakukan investasi dalam rangka pelaksanaan program prioritas Pemerintah, sekaligus untuk memperbaiki dan memperkuat struktur permodalan BUMN/ lembaga
Dana PMN diharapkan dapat meningkatkan kemampuan BUMN/lembaga untuk me-leverage pendanaan yang selanjutnya akan digunakan untuk meningkatkan kapasitas usaha dan/atau percepatan pelaksanaan program prioritas Pemerintah.
Rapat ParipurnaDPR RI memutuskan bahwa PMN dikembalikan lagi pada komisi-komisi terkait yang akan dibahas dalam RAPBN Perubahan tahun 2016
Pengeluaran pembiayaan2016 juga dialokasikan untuk PMN kepada organisasi/lembaga keuangan internasional, dana bergulir Pusat Pengelolaan Dana Pembiayaan Perumahan,
Kewajiban Penjaminan, Dana Pengembangan Pendidikan Nasional, Penerusan Pinjaman kepada BUMN/Pemda.
Penerusan Pinjaman kepada BUMN/Pemda Rp5,9 T
PT PLN Rp4,0 T digunakan untuk mendukung pembangunan infrastruktur energi melalui pembangunan/ restrukturisasi pembangkit listrik (PLTU, PLTA, dan PLTG)
PT Pertamina Rp1,6 T digunakan untuk pembangunan geothermal sebagai sumber energi listrik yang ramah lingkungan
PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia Rp15,0 M digunakan untuk fasilitas penjaminan proyek infrastruktur dalam rangka mendorong dan mempercepat pembangunan proyek-proyek infrastruktur
Pemprov DKI Jakarta Rp184,7 M digunakan untuk pengendalian banjir Jakarta melalui pengerukan dan rehabilitasi sungai, kanal dan waduk, serta rehabilitasi/penguatan tanggul
PMN kepada BUMN
Menurut Prioritas
Infrastruktur
dan Maritim
Kedaulatan
Pangan
Kedaulatan
Energi
Pengembangan
Industri Strategis
Rp20,7 T
51%
10%
4%
25%
10%
Rp4,2 T
Rp1,5 T
Rp3,9 T
Rp10,0 T
Kemandirian
Ekonomi Nasional
Perum Bulog Rp2,0 T, untuk mempercepat pembangunan unit-unit modern rice milling
plant, drying centre beserta SILO dan Cold Storage, guna mempercepat proses
pengeringan, pengolahan, dan meningkatkan kapasitas penyimpanan gabah/beras, jagung, produk hortikultura dan daging
PT Rajawali Nusantara Indonesia Rp692,5 M
(konversi utang pokok RDI), untuk revitalisasi pabrik gula, pengembangan bisnis sawit, dan pengembangan bisnis properti yang dimiliki perseroan
PT Perusahaan Perdagangan IndonesiaRp1,0 T, untuk mendukung penugasan sebagai stabilisator harga gula
PT Perikanan Nusantara Rp29,4 M, PMN (konversi Piutang SLA/RDI) untuk memperbaiki struktur permodalan perseroan sehingga kinerja keuangan perseroan akan semakin baik
PT PLNRp10,0 T, untuk mendukung pendanaan proyek 35.000 MW sampai dengan tahun 2019 serta membiayai pembangunan infrastruktur kelistrikan.
PT Krakatau Steel Rp1,5 T (tunai) dan Rp956,5 M (non tunai), untuk mendukung pembiayaan pembangunan
Hot Strip Mill (HSM) #2 dan pembangunan pembangkit
listrik.
PT Industri Kereta Api Rp1,0 T, untuk mendukung proyek KRL Airport Link Bandara Soekarno-Hatta, serta pembangunan workshop di Gresik.
PT Barata Indonesia Rp500,0 M, untuk pengembangan pabrik pengecoran (foundry), pembangunan pabrik
Rincian
PMN
Mendukung Program Kedaulatan Pangan
Mendukung Program Kedaulatan Energi
Mendukung Program Pengembangan
Industri Strategis
Kebijakan
PMN
BUMN yang melaksanakan kebijakan/program Pemerintah dalam rangka menyelenggarakan kemanfaatan umum bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak
Peningkatan kapasitas usaha BUMN antara lain dalam rangka peningkatan kualitas infrastruktur, kedaulatan pangan dan energi dengan
memperhatikan kemampuan keuangan negara Mempertahankan porsi kepemilikan, sehingga Pemerintah masih dapat mengendalikan BUMN yang bersangkutan
Mempertimbangkan efek pengganda bagi pertumbuhan ekonomi;
PMN pada Organisasi/Lembaga keuangan internasional dan badan usaha lain, bertujuan untuk:
Memenuhi kewajiban Indonesia sebagai anggota serta mempertahankan proporsi kepemilikan saham (shares) dan hak suara (voting rights). Memperoleh manfaat yang maksimal bagi kepentingan nasional, didasarkan pada peraturan perundangan yang berlaku dan memperhatikan efisiensi penggunaan anggaran dan kemampuan keuangan negara.