• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Sistem Pendukung Keputusan (SPK)

Pada sub bab ini dibahas mengenai pengertian, karakteristik, komponen, tujuan dan tahapan sistem pendukung keputusan.

2.1.1 Pengertian dan Karakteristik Sistem Pendukung Keputusan

Ada beberapa pengertian Sistem Pendukung Keputusan (SPK) atau Decision Support System menurut para ahli, yaitu:

1. Decision Support System (DSS) adalah sebuah sistem yang digunakan sebagai alat bantu menyelesaikan masalah untuk membantu pengambil keputusan (manajer) dalam menentukan keputusan, tetapi tidak untuk menggantikan kapasitas manajer, hanya memberikan pertimbangan (Turban, 2011).

2. Bonczek, R.H, C.W. Holsapple dan A.B. Whinston (“The Evolving Roles of Models un Decision Support Systems” , 1980) mendefinisikan DSS sebagai sistem berbasis komputer yang terdiri dari tiga komponen yang saling berinteraksi, diantaranya:

a. Sistem bahasa (mekanisme untuk memberikan komunikasi antara pengguna dan komponen DSS lain),

b. Sistem pengetahuan (repository pengetahuan domain masalah yang ada pada DSS entah sebagai data atau sebagai prosedur),

c. Sistem pemrosesan masalah (hubungan antara dua komponen lainnya, terdiri dari satu atau lebih kapabilitas manipulasi masalah umum yang diperlukan untuk pengambilan keputusan.

3. Keen, P.G.W. (“Adaptive Design for Decision Support Systems”, 1980) mendefinisikan DSS sebagai suatu produk dari proses pengembangan dimana pengguna DSS, pembangun DSS, dan DSS itu sendiri mampu mempengaruhi satu dengan yang lainnya, dan menghasilkan evolusi sistem dan pola-pola penggunaan.

(2)

4. Sistem Pendukung Keputusan merupakan system informasi interaktif yang menyediakan informasi, pemodelan dan pemanipulasian data. Sistem itu digunakan untuk pengambilan keputusan dalam situasi yang semi-terstruktur dan situasi yang tidak terstruktur, dimana tidak seorangpun mengetahui secara pasti bagaimana keputusan seharusnya dibuat. (Alter, 2002) dalam (Kusrini, 2007).

Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa Sistem Pendukung Keputusan merupakan sebuah sistem berbasis komputer yang dapat membantu pengambil keputusan (manajer) dalam menentukan keputusan.

Beberapa karakteristik dari Sistem Pendukung Keputusan adalah sebagai berikut: (Turban, 2011)

1. Mendukung keputusan untuk membahas masalah-masalah terstruktur, semi terstruktur dan tidak terstruktur.

2. Output (keluaran) ditujukan bagi personil organisasi dalam semua tingkatan. 3. Mendukung pada semua fase proses pengambilan keputusan

4. Adanya interface (tampilan) manusia atau mesin, dimana manusia (user) tetap mengontrol proses pengambilan keputusan.

5. Menggunakan model-model matematis dan statistik yang sesuai dengan pembahasan.

6. Mememiliki kemampuan dialog untuk memperoleh informasi sesuai dengan kebutuhan.

7. Memiliki subsistem-subsistem yang terintegrasi sedemikian rupa sehingga dapat berfungsi sebagai kesatuan sistem.

8. Membutuhkan struktur data komprehensif yang dapat melayani kebutuhan informasi seluruh tingkatan manajemen.

9. Pendekatan easy to use. Ciri suatu sistem pendukung keputusan yang efektif adalah kemudahannya untuk digunakan dan memungkinkan keleluasaan

(3)

pengguna untuk memilih atau mengembangkan pendekatan-pendekatan baru dalam membahas masalah yang dihadapi.

10. Kemampuan sistem untuk beradaptasi secara cepat, dimana pengambil keputusan dapat menghadapi masalah-masalah baru dan pada saat yang sama dapat menanganinya dengan cara mengadaptasikan sistem terhadap kondisi-kondisi perubahan yang terjadi.

2.1.2 Komponen Sistem Pendukung Keputusan

Sistem Pendukung Keputusan terdiri dari beberapa komponen, yaitu sebagai berikut: (Turban, 2011)

a. Subsistem manajemen data

Subsistem manajemen data mencakup satu database yang berisi data yang relevan untuk situasi dan dikelola oleh sistem manajemen basisdata (Data Base Management Systems). Subsistem ini memiliki elemen yang terdiri dari: 1. DSS database

Merupakan kumpulan data yang saling terkait yang diorganisir untuk memenuhi kebutuhan sebuah organisasi dan dapat digunakan oleh lebih dari satu orang untuk lebih dari satu aplikasi.

2. Sistem manajemen database

Database dibuat, diakses dan diperbarui oleh sistem manajemen basisdata 3. Direktori data

Merupakan sebuah katalog dari semua data dalam database. Direktori ini berisi definisi data yang digunakan untuk menjawab pertanyaan mengenai ketersediaan item-item data, sumbernya, dan makna dari data.

4. Query facility

Digunakan untuk menerima permintaan untuk data dari komponen DSS lain, menentukan bagaimana permintaan dapat dipenuhi, memformulasikan permintaan dengan detail, dan mengembalikan hasilnya kepada pemberi permintaan.

(4)

b. Subsistem manajemen model

Merupakan paket perangkat lunak yang memasukkan model keuangan, statistik, ilmu manajemen, atau model kuantitatif lainnya yang memberikan kapabilitas analitik dan manajemen perangkat lunak yang tepat.

c. Subsistem antarmuka pengguna

Melalui subsistem ini, pengguna berkomunikasi dan memerintahkan sistem pendukung keputusan. Pengguna adalah bagian yang dipertimbangkan dari sistem. Para peneliti menegaskan bahwa beberapa kontribusi unik dari DSS berasal dari interaksi yang intensif antara komputer dan pembuat keputusan. d. Subsistem manajemen berbasis pengetahuan

Subsistem ini dapat mendukung semua subsistem lain atau bertindak sebagai komponen independen yang dapat diinterkoneksikan dengan repositori pengetahuan perusahaan yang kadang-kadang disebut basis pengetahuan organisasional.

2.1.3 Tujuan dan Tahapan Sistem Pendukung Keputusan

Adapun tujuan pembuatan Sistem Pendukung Keputusan adalah sebagai berikut: (Turban, 2011)

1. Membantu manajer dalam pengambilan keputusan atas masalah semi-terstruktur.

2. Memberikan dukungan sebagai pertimbangan manajer dan tidak untuk menggantikan fungsi manajer.

3. Meningkatkan efektifitas keputusan yang diambil oleh manajer lebih daripada perbaikan efisiensinya.

4. Memungkinkan para pengambil keputusan untuk melakukan banyak komputasi secara cepat dengan biaya yang rendah.

5. Meningkatkan produktivitas staff yang dapat mengurangi ukuran kelompok dan memungkinkan para anggotanya untuk berada diberbagai lokasi yang berbeda-beda.

(5)

6. Meningkatkan kualitas keputusan yang ditentukan oleh pengambil keputusan. Dengan adanya sistem komputer, para pengambil keputusan dapat melakukan simulasi yang kompleks, memeriksa banyak scenario yang memungkinkan dan menilai berbagai pengaruh secara cepat dan ekonomis sehingga mengarah kepada keputusan yang lebih baik.

7. Teknologi pengambilan keputusan memiliki daya saing dengan menciptakan pemberdayaan signifikan yang memperbolehkan seseorang untuk membuat keputusan yang baik secara cepat.

8. Mengatasi keterbatasan kognitif dalam pemrosesan dan penyimpanan. Menurut Simon (1977), otak manusia memiliki kemampuan yang terbatas untuk memroses dan menyimpan informasi. Orang-orang kadang sulit mengingat dan menggunakan sebuah informasi dengan cara yang bebas dari kesalahan.

Tahapan proses pengambilan keputusan terdiri dari: 1. Tahap Penelusuran (intellegence)

Tahap ini merupakan proses penelusuran, pendeteksian dari lingkup problematika serta proses pengenalan masalah. Data yang diperoleh diproses dan diuji dalam rangka mengidentifikasikan masalah

2. Tahap Perancangan (design)

Tahap ini merupakan proses menemukan, mengembangkan dan menganalisis tindakan yang mungkin dilakukan. Hal ini meliputi pemahaman terhadap masalah dan menguji solusi yang layak

3. Tahap Pemilihan (choice)

Pada tahap dibuat suatu keputusan yang nyata dan diambil suatu komitmen untuk mengikuti suatu tindakan tertentu

4. Tahap Implementasi (implementation)

Pada tahap ini dibuat suatu solusi yang direkomendasikan dapat bekerja atau implementasi solusi yang diusulkan untuk suatu masalah

(6)

2.2 Proses Kualifikasi/Seleksi Karyawan

Proses seleksi atau kualifikasi karyawan merupakan rangkaian tahap-tahap khusus yang digunakan oleh pihak perusahaan untuk memutuskan pelamar mana yang akan diterima (Veithzal Rivai, 2009). Proses tersebut dimulai ketika calon karyawan melamar kerja dan diakhiri dengan keputusan penerimaan untuk diterima atau ditolak. Banyak pertimbangan yang diperlukan untuk memilih calon karyawan yang tepat, salah satu diantaranya adalah spesifikasi posisi atau jabatan yang dilamar oleh orang tersebut.

Keberhasilan perusahaan sangat ditentukan oleh kinerja karyawan sehingga proses seleksi merupakan kegiatan penting bagi perusahaan untuk menghasilkan karyawan produktif dan mencari peluang untuk meningkatkan cara kerjanya. Ada tiga sasaran pada proses seleksi atau kualifikasi karyawan, yaitu: (Veithzal Rivai, 2009)

1. Keakuratan, artinya kemampuan dari proses seleksi untuk secara tepat dapat memprediksi kinerja pelamar.

2. Keadilan, artinya memberikan jaminan bahwa setiap pelamar yang memenuhi persyaratan diberikan kesempatan yang sama dalam sistem seleksi.

3. Keyakinan, artinya taraf orang-orang yang terlibat dalam proses seleksi yakin akan manfaat yang diperoleh.

Adapun jenis-jenis seleksi adalah sebagai berikut: (Veithzal Rivai, 2009) 1. Seleksi administrasi

Merupakan seleksi berupa surat-surat yang dimiliki oleh calon karyawan untuk menentukan apakah sudah sesuai dengan persyaratan yang dibutuhkan organisasi perusahaan yang terdiri dari:

a. Ijazah

b. Riwayat hidup

c. Domisili atau keberadaan status yang bersangkutan d. Surat lamaran

(7)

e. Sertifikat keahlian f. Pas foto

g. Identitas diri (Kartu Tanda Penduduk, Surat Ijin Mengemudi, Pasport dan lain-lain)

h. Pengalaman pekerjaan i. Umur

j. Jenis kelamin k. Status perkawinan

l. Surat keterangan kesehatan dari dokter m. Akte kelahiran

2. Seleksi secara tertulis, terdiri dari: a. Test kecerdasan

b. Tes kepribadian c. Tes bakat d. Tes minat e. Tes prestasi

3. Seleksi tidak tertulis, terdiri dari: a. Wawancara

b. Praktek

(8)

2.3 Metode TOPSIS

Technique for Order Preference by Similarity to Ideal Solution (TOPSIS) merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah Multi Atribute Decision Making (MADM) secara praktis. Hal ini disebabkan karena konsep dari TOPSIS sederhana dan mudah dipahami, komputasinya efisien, dan memiliki kemampuan mengukur kinerja relatif dari alternatif-alternatif keputusan dalam bentuk matematis yang sederhana.

Metode TOPSIS menggunakan prinsip bahwa alternatif yang terpilih harus mempunyai jarak terdekat dari solusi ideal positif dan terjauh dari solusi ideal negatif dari sudut pandang geometris dengan menggunakan jarak Euclidean dengan bobot opsional dari setiap atribut untuk menentukan kedekatan relatif dari suatu alternatif dengan solusi optimal. Solusi ideal terbentuk jika sebagai komposit dari nilai kinerja terbaik ditampilkan oleh setiap alternatif untuk setiap atribut. Solusi ideal negatif adalah gabungan dari nilai kinerja terburuk. Metode TOPSIS tersebut didasarkan pada konsep dimana alternatif terpilih yang terbaik tidak hanya memiliki jarak terpendek dari solusi ideal positif, namun juga memiliki jarak terpanjang dari solusi ideal negatif (Nuri Guntur dan Tri Widodo, 2013).

Ada beberapa penelitian yang telah dilakukan berhubungan dengan sistem pendukung keputusan menggunakan metode TOPSIS yang menjadi referensi dalam penulisan skripsi ini, diantaranya adalah:

1. Penelitian oleh Sukerti (2010) membahas sistem pendukung keputusan untuk penentuan desa penerima bantuan program Community Based Development (CBD) Bali sejahera menggunakan metode TOPSIS untuk menentukan desa yang berhak menerima dana bantuan CBD. Terdapat sejumlah kriteria yang digunakan untuk penentuan tes penerima, diantara kriteria-kriteria adalah tampilan fisik, denah tinggal Kepala Keluarga, tampilan fisik penghuninya, kepemilikan lahan, tetap/tidaknya pekerjaan, besarnya dan tetap/tidaknya penghasilan Kepala Keluarga perbulan, kemampuan memenuhi kebutuhan dasar keluarga seperti sandang, papan, pendidikan anak dan kesehatan keluarga.

(9)

2. HAO dan Sheng (2006) dalam penelitianya menggunakan metode TOPSIS dalam melakukan perbandingan penawaran-penawaran yang dilakukan oleh perusahaan bverdasarkan parameter-paramaeter yang telah ditentukan sebelumnya antara lain : quality certification system, quality certification department bidding price, technique maturity, technical personnel levels, completion time, order fullfilment ratings, service after selling, customer satisfication enterprise reputation, dan enterprise scale evaluation.

3. Cinar dan Ahiska (2010) yang menggabungkan metode TOPSIS dan fuzzy AHP yang digunakan untuk pemilhan lokasi baru cabang dari suatu bank dengan kriteria utama yang digunakan oleh para manager yakni, demografi, perbankan, sectoral employement, potensi perdagangan. Kriteria tersebut juga memiliki dua puluh satu sub kriteria. Kesimpulannya yakni fuzzy AHP digunakan untuk menentukan bobot dari tiap kriteria dan metode TOPSIS digunakan untuk menentukan perangkingan lokasi cabang bank.

4. Dan Xue, dkk (2008) mengatakan evaluasi kepuasan pelanggan terhadap makanan siap saji di restoran-restoran di China dan Amerika dinilai dari kebersihan restoran, responsivitas layanan, harga makanan, kualitas makanan. Metode TOPSIS yang digunakan untuk mengevaluasi kualitas dari service yang diberikan masiang-masing restoran. Hasil akhir didapat berupa perangkingan restoran yang mendapat penilaian paling baik dari pelanggan. Data dibuat melalui kuisioner yang diisi oleh para pelanggan yang datang ke restoran menilai beberapa penilaian.

5. Boran (2009) mengusulkan bahwa metode TOPSIS merupakan metode yang cocok untuk memilih pemasok yang sesuai dengan lingkungan fuzzy intuitionistic (terdiri dari pasangan himpunan titik dan himpunan sisi dengan jumlah derajat keanggotaan dan bukan keanggotaan setiap titik dan setiap sisi dalam selang tertutup). Hal tersebut dibahas kembali oleh Ye (2010) dengan memperluas nilai interval fuzzy intuitionistic untuk menangani masalah Multi Atribute Decision Making (MADM).

(10)

Secara umum, prosedur dari metode TOPSIS mengikuti langkah-langkah sebagai berikut: (Lestari dan Priyodiprodjo, 2011)

a. Menentukan matriks keputusan yang ternormalisasi

Proses ini berfungsi untuk mendapatkan nilai yang sebanding dari satu data dengan data yang lainnya. Dalam hal ini data calon karyawan yang dinormalisasi dimasukkan kedalam matriks. Nilai masing-masing kriteria tiap pelamar dibagi dengan jumlah nilai pada setiap kriteria sehingga didapatkan nilai normalisasi tiap kriteria pada masing-masing calon karyawan.

rij =

dengan i=1, 2, 3, …, m; dan j=1, 2, 3, …, n

b. Menghitung matriks keputusan yang ternormalisasi terbobot

Matriks normalisasi bobot merupakan hasil kali dari bobot kriteria yang telah ditentukan dengan besar nilai yang didapatkan dari perhitungan normalisasi matriks keputusan.

W = {W1, W2, W3, …, Wn}

yij = Wi*rij dengan i=1, 2, 3, …, m; dan j=1, 2, 3, …, n

c. Menghitung matriks solusi ideal positif dan matriks solusi ideal negatif

Solusi ideal positif dan negatif dapat ditentukan berdasarkan nilai matriks normalisasi bobot. Solusi ideal positif merupakan nilai tertinggi dari setiap atribut matriks normalisasi bobot sedangkan solusi ideal negatif diperoleh dari nilai terendah dari setiap atribut matriks normalisasi bobot.

A+= (y1+, y2+, y3+, …, ym+)

A-= (y1-, y2-, y3-, …, ym-)

Dengan yi+ = max(yij) jika j adalah atribut keuntungan dan yi- = min(yij) jika j

adalah atribut keuntungan.

d. Menghitung jarak antara nilai setiap alternatif dengan matriks solusi ideal positif dan matrik solusi ideal negatif

Menghitung jarak antar nilai tiap alternatif dengan solusi ideal positif dan negatif dilakukan dengan menggunakan jarak Euclidean. Dimana ideal positif

(11)

ini merupakan jumlah dari seluruh nilai terbaik yang dapat dicapai dari masing-masing pendaftar sedangkan ideal negatif merupakan seluruh nilai terburuk yang dicapai untuk setiap pendaftar.

a. Solusi ideal positif

Di+ = dengan i= 1, 2, 3, …, m

b. Solusi ideal negatif

Di- = dengan i= 1, 2, 3, …, m

e. Menghitung nilai preferensi untuk setiap alternatif

Perhitungan nilai preferensi digunakan untuk mendapatkan nilai akhir masing-masing calon karyawan. Perhitungan nilai preferensi dilakukan dengan menggunakan rumus:

Vi = dengan i = 1, 2, 3, …, m

2.4 Unified Modelling Language (UML)

UML (Unified Modelling Languange) merupakan bahasa pemodelan yang digunakan untuk menentukan, membangun, dan mendokumentasikan suatu sistem informasi. UML Diagram terdiri dari beberapa bagian, yaitu sebagai berikut: a. Use Case Diagram

Menurut Satzinger, Jackson, Burd (2011), use case diagram merupakan diagram yang menunjukkan beberapa peran pengguna dan bagaimana cara pengguna tersebut berinteraksi dengan sistem. Adapun notasi dalam Use Case Diagram dapat dilihat pada Tabel berikut:

Tabel 1 Notasi Use Case Diagram

Notasi Keterangan Simbol

Actor Menspesifikasikan himpunan peran

yang pengguna mainkan.

Generalization Hubungan dimana objek anak berbagi

perilaku dan struktur data dari objek yang ada di atasnya objek induk.

Include Menspesifikasikan bahwa use case

(12)

Notasi Keterangan Simbol

Extend Menspesifikasikan bahwa use case

target memperluas perilaku dari use case sumber pada suatu titik yang diberikan.

Association Apa yang menghubungkan antara objek

satu dengan objek lainnya.

System Menspesifikasikan paket yang

menampilkan sistem secara terbatas.

Use Case Deksripsi dari urutan aksi-aksi yang

ditampilkan sistem yang menghasilkan suatu hasil yang terukur bagi suatu aktor.

Adapun contoh use case diagram dapat dilihat pada gambar dibawah ini. (Satzinger, Jackson, Burd, 2011)

(13)

b. Activity Diagram

Menurut Satzinger, Jackson, Burd (2011), activity diagram diartikan sebagai sebuah tipe diagram yang mendeskripsikan aktivitas pengguna dan alur sebab akibat. Adapun notasi activity diagram adalah sebagai berikut:

Tabel 2 Notasi Activity Diagram

Notasi Keterangan Simbol

Initial Activity Merupakan awal dari aktivitas modul

sistem aplikasi.

Activity Menunjukkan aktivitas yang dilakukan.

State Transition Menunjukkan kegiatan apa berikutnya

setelah suatu kegiatan.

Final Activity Menunjukkan akhir dari aktivitas.

Decisions Menunjukkan aktivitas yang harus

dipilih apakah pilihan pertama atau kedua.

Signal Sebagai pengirim dan penerima pesan

dari aktifitas yang terjadi. Sinyal terdiri dari 2 jenis, yaitu Sinyal penerima yang digambarkan dengan polygon terbuka dan Sinyal pengirim yang digambarkan dengan convex polygon.

Concurrent Activities

Menggambarkan aktivitas yang dilakukan bersamaan atau pararel.

Contoh activity diagram dapat dilihat pada gambar berikut ini. (Satzinger, Jackson, Burd, 2011)

(14)

Gambar 2 Contoh Activity Diagram c. Sequence Diagram

Sequence diagram merupakan diagram yang menunjukkan urutan pesan antara aktor eksternal dan sistem berdasarkan use case atau skenario. Notasi dalam Sequence Diagram: (Satzinger, Jackson, Burd, 2011)

Tabel 3 Notasi Sequence Diagram

Notasi Keterangan Simbol

Actor User yang berinteraksi

dengan sistem.

Object Objek yang mewakili sistem

otomatis.

Object Lifeline Jalur kehidupan objek;

menunjukkan urutan atas ke bawah.

An Input

Message

Pesan yang di-input oleh user ke dalam sistem.

A Returned

Value

Timbal balik yang diberikan oleh sistem terhadap user.

(15)

Sequence diagram terdiri dari:

(a) System sequence diagram digunakan dalam hubungan dengan perincian descriptions atau dengan diagram akitivitas untuk menunjukan langkah proses dan interaksi antara sistem dengan aktor. (Satzinger, Jackson, Burd, 2011)

Gambar 3 Contoh System Sequence Diagram

(b) First-cut sequence diagram dimulai dengan membangun first-cut diagram dengan elemen-elemen dari SSD yaitu dengan mengganti objek dengan use case controller kemudian menambahkan objek-objek lain yang dibutuhkan untuk dimasukkan kedalam use case. (Satzinger, Jackson, Burd, 2011)

(16)

d. Class Diagram

Menurut Satzinger, Jackson, Burd (2011), class diagram merupakan kumpulan objek-objek dengan dan yang mempunyai struktur umum, kelakuan umum, relasi umum, dan semantik/kata yang umum. Notasi pada Class Diagram adalah sebagai berikut:

Tabel 4 Notasi Class Diagram

Notasi Keterangan Simbol

Class Himpunan dari objek-objek

yang berbagi atribut serta operasi yang sama.

Association Apa yang menghubungkan

antara objek satu dengan objek lainnya.

Aggregation Upaya untuk menghindari

asosiasi dengan lebih dari 2 objek.

Class diagram terdiri dari: a) Domain Class Diagram

Satzinger, Jackson, Burd (2011, p185) mengartikan domain class diagram sebagai diagram yang digunakan untuk menentukan kelas utama.

(17)

b) First-Cut Class Diagram

Menurut Satzinger, Jackson, Burd (2011), First-cut class diagram dikembangkan dengan menambahkan model utama class diagram.

Gambar

Tabel 1 Notasi Use Case Diagram
Gambar 1 Contoh Use Case Diagram
Tabel 2 Notasi Activity Diagram
Gambar 2 Contoh Activity Diagram
+4

Referensi

Dokumen terkait

Manajemen berkeyakinan bahwa tidak terdapat perubahan signifikan atas nilai wajar properti investasi selama periode sejak tanggal laporan penilai independen sampai dengan tanggal

Media Plan adalah sebuah rencana rekomendasi dalam penyebaran materi iklan yang akan di tempatkan dalam posisi dan media yang tepat dalam memperkenalkan produk atau jasa yang

Oleh karena -ttabel<thitung< ttabel maka dapat disimpulkan bahwa terima Ho, artinya rata-rata nilai pretest kemampuan berpikir orisinil siswa pada materi larutan

Objektif kajian yang telah diperolehi sepenuhnya dan keputusan menunjukkan bahawa faktor sumber maklumat dan pengaruh mempunyai hubungan yang positif dan signifikan

Sistem program yang dibuat adalah software profile matching yang berfungsi sebagai alat bantu untuk mempercepat proses matching antara profil posisi (soft kompetensi posisi)

Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Melalui Penerapan Model Teams Games Tournament (TGT) Berbantuan Media Laci Kartu Soal Pada Siswa Kelas IV SD 6

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan dalam proses pembelajaran pada siklus pertama, kreatifitas dan hasil belajar siswa sudah menunjukkan hasil meskipun belum optimal,

pemasungan pada klien gangguan jiwa di Desa Sungai Arpat Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar berdasarkan karakteristik pekerjaan pada masyarakat yang tidak bekerja