• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. (supply chain management). Hal ini sebagaimana disebutkan oleh Anatan dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. (supply chain management). Hal ini sebagaimana disebutkan oleh Anatan dan"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Banyak cara dilakukan perusahaan untuk meningkatkan daya saingnya di tengah kompetisi dengan perusahaan pesaing. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah pengurangan biaya operasi melalui manajemen rantai pasokan (supply chain management). Hal ini sebagaimana disebutkan oleh Anatan dan Ellitan, (2008) bahwa terdapat 3 tujuan utama supply chain management, yaitu penurunan biaya (cost reduction), penurunan modal (capital reduction), dan perbaikan pelayanan (service improvement).

Dalam rangka menurunkan biaya, perusahaan dapat meminimalkan biaya logistik penyediaan produk melalui optimasi pemilihan pola suplai dan distribusi yang tepat, penggunaan moda atau alat transportasi yang sesuai, pergudangan, atau hal-hal lain yang dapat meminimalkan biaya. Secara definisi, optimasi sendiri diartikan sebagai cara untuk mendapatkan nilai yang optimal (nilai efektif yang dapat dicapai), baik berupa nilai ekstrim maksimum maupun nilai ekstrim minimum dari suatu fungsi tertentu (Wardy, 2007). Jika persoalan yang dianalisis bertujuan untuk memperoleh hasil maksimum, maka hasil akhirnya adalah maksimasi, sebaliknya jika persoalan yang dianalisis bertujuan untuk memperoleh hasil minimum, maka hasil akhirnya adalah minimasi.

(2)

Secara lebih spesifik, telah terdapat beberapa penelitian mengenai optimasi distribusi, yang menunjukkan adanya potensi efisiensi yang cukup besar dari proses transportasi & distribusi penyediaan produk. Beberapa diantaranya adalah:

1. Ariwibawa (2013) meneliti tentang penetapan alokasi distribusi gula pasir PT Madubaru ke wilayah-wilayah distribusi dan optimasinya dengan judul Optimalisasi Distribusi Gula Pasir Menggunakan Metoda Linear Programming Pada PT Madubaru PG – PS Madukismo. Dari hasil optimasi yang dilakukan dengan menggunakan bantuan program solver, biaya pengiriman gula pasir yang diperlukan adalah sebesar Rp 18.089.014,00 per periode, sedangkan biaya yang dialokasikan perusahaan untuk pelaksanaan distribusi gula pasir adalah sebesar Rp 24.659.345,00 sehingga terdapat potensi efisiensi sebesar Rp 6.570.331,00 atau 26,6% dari yang dialokasikan perusahaan.

2. Akbar et al. (tanpa tahun), dalam penelitian yang berjudul Optimalisasi Aliran Distribusi dan Alokasi Material dengan Metode Linear Programming, yang membahas mengenai sebaran material untuk masing-masing warehouse dan menentukan aliran distribusi optimal dengan memanfaatkan semua warehouse di PT PLN (Persero) APJ Distribusi Malang. Dari hasil optimasi yang dilakukan, terdapat penurunan biaya

distribusi material sebesar 3.04%, dari yang semula sebesar Rp 20.774.450,00 per bulan, turun menjadi sebesar Rp 20.141.433,00 per

(3)

3. Pratiwi et al. (2012), meneliti permasalahan optimalisasi pola distribusi Gas Elpiji yang dilaksanakan oleh PT Tonny Adie Pamungkas (perusahaan yang bergerak di bidang jasa distribusi / angkutan Gas LPG di wilayah Kabupaten Grobogan). Dalam penelitiannya yang berjudul Optimalisasi Distribusi Gas Elpiji Menggunakan Metode Transportasi dan Transshipment, hasil optimasi biaya pengiriman dengan menggunakan Metode Transportasi dan Transshipment pada bulan Maret 2012 yang dilakukan dengan bantuan program solver, diperoleh biaya pendistribusian sebesar Rp 37.622.426,43 sedangkan aktual biaya yang dikeluarkan perusahaan pada bulan Maret 2012 sebesar Rp 46.021.509,83 sehingga terdapat potensi efisiensi sebesar Rp 8.399.083,40 atau 18,25% dari total baya yang dikeluarkan perusahaan. Dalam penelitian ini, akan dibahas mengenai optimasi penetapan supply point SPBU Pertamina wilayah Jawa Timur, yang mana diketahui bahwa di wilayah Jawa Timur terdapat 5 Terminal BBM yang berfungsi sebagai supply point distribusi BBM ke lembaga penyalur SPBU di wilayah Jawa Timur. Proses optimasi distribusi BBM dilakukan dengan Linear Programming dalam metode transportasi atau distribusi, sebagaimana dijelaskan oleh Tampubolon (2014) dalam bukunya yang berjudul Manajemen Operasi dan Rantai Pemasok.

Ada pun pemilihan wilayah Jawa Timur, didasarkan pada pertimbangan bahwa pola suplai dan distribusi di wilayah Jawa Timur memiliki kompleksitas

yang dapat mewakili pola suplai dan distribusi di seluruh wilayah distribusi PT Pertamina (Persero) yang memungkinkan untuk dilakukan optimasi distribusi.

(4)

PT Pertamina (Persero), pola suplai dari main terminal ke end terminal dilakukan dengan menggunakan berbagai jenis moda, yaitu: moda tanker, pipa, dan rail tank wagon (RTW), sedangkan untuk proses distribusi dari main terminal dan end terminal menuju lembaga penyalur SPBU hampir seluruhnya mempergunakan moda mobil tangki.

Dari seluruh wilayah suplai dan distribusi BBM PT Pertamina (Persero), tidak seluruhnya memungkinkan untuk dilakukan optimasi biaya pengiriman BBM dengan metode transportasi, khususnya di wilayah kepulauan seperti Maluku, sebagian Nusa Tenggara, dan wilayah dengan kondisi geografis yang tidak memungkinkan untuk dilaksanakan pengiriman BBM ke satu lembaga penyalur SPBU dari lebih dari satu Terminal BBM seperti di wilayah Papua / Irian Jaya. Wilayah Jawa Timur dipilih sebagai object dalam penelitian ini karena pola operasi suplai dan distribusi BBM di wilayah Jawa Timur dapat merepresentasikan keseluruhan pola suplai dan distribusi BBM ke lembaga penyalur SPBU di seluruh wilayah yang memungkinkan untuk dilakukan optimasi. Kegiatan operasi penyediaan BBM wilayah Jawa Timur menggunakan moda tanker, pipa, dan RTW untuk pengiriman BBM dari main terminal ke end terminal, selain itu juga dimungkinkan dilakukannya pengiriman BBM dari seluruh Terminal BBM yang ada ke seluruh lembaga penyalur SPBU di wilayah Jawa Timur.

Dari uraian di atas, maka dalam penelitian yang berjudul “OPTIMASI PENETAPAN SUPPLY POINT SPBU PERTAMINA WILAYAH JAWA TIMUR” ini, akan dievaluasi apakah biaya pengiriman BBM ke lembaga panyalur SPBU di wilayah Jawa Timur masih dapat lebih dioptimalkan lagi, seberapa besar

(5)

potensi efisiensinya, dan apakah solusi optimal yang ada dapat diterapkan sepanjang tahun mengikuti fluktuasi demand yang ada.

1.2 Rumusan Masalah

Sebagaimana disebutkan di atas, bahwa penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi apakah penetapan supply point atau pola distribusi BBM dari Terminal BBM ke lembaga penyalur SPBU di wilayah Jawa Timur masih dapat dioptimalkan lagi. Pemilihan Terminal BBM supply point ke lembaga penyalur SPBU saat ini, seringkali masih mengacu kepada pertimbangan jarak terdekat lokasi SPBU dari lokasi Terminal BBM. Padahal belum tentu kondisi tersebut merupakan kondisi ideal secara keekonomian, karena sebagian Terminal BBM (main Terminal) merupakan supply point bagi Terminal BBM (end Terminal) lainnya. Sebagai gambaran, saat ini Terminal BBM Tuban merupakan supply point bagi Terminal BBM Surabaya, Terminal BBM Surabaya menjadi supply point bagi Terminal BBM Malang, Madiun, dan Camplong. Landed cost di masing-masing Terminal BBM tentu berbeda-beda, semakin jauh rantai pasokan dari terminal asal, secara logika landed cost-nya pun akan semakin tinggi. Ditambah lagi dengan biaya operasional di masing-masing Terminal BBM yang berbeda-beda, sesuai dengan kondisi yang ada.

Jika hanya memperhatikan biaya distribusi (distribution cost) BBM dari Terminal BBM ke lembaga penyalur SPBU, biaya terkecil yang diperlukan untuk melaksanakan distribusi BBM ke lembaga penyalur SPBU akan terjadi manakala lembaga peyalur SPBU disuplai dari Terminal BBM terdekat. Namun secara total cost PT Pertamina (Persero), sangat mungkin biaya yang dikeluarkan justru lebih

(6)

besar. Kondisi ini dapat terjadi manakala seluruh komponen biaya seperti landed cost BBM ke Terminal BBM, biaya operasional internal Terminal BBM (operational cost), dan biaya pengiriman BBM (distribution cost) ke lembaga penyalur SPBU dari Terminal BBM supply point existing, lebih besar dari Terminal BBM lain yang memiliki jarak lebih jauh. Penetapan supply point yang hanya berdasar kepada jarak terdekat, sangat rawan terjadi potensi inefisiensi biaya.

Dari uraian di atas, maka evaluasi penetapan supply point lembaga penyalur SPBU di wilayah Jawa Timur menarik untuk dilakukan, sehingga diketahui apakah pola distribusi BBM ke lembaga penyalur SPBU saat ini sudah optimal, ataukah masih terdapat potensi untuk diperoleh efisiensi dengan melakukan perubahan / pengaturan kembali supply point pengiriman BBM ke lembaga penyalur SPBU. Hal lain yang membuat evaluasi di wilayah Jawa Timur ini menarik untuk dilakukan adalah bahwa 66% komponen biaya dari total Anggaran Biaya Operasi (ABO) di wilayah Kerja Supply & Distribution Region V Jawa Timur, merupakan biaya Product Transport Service (biaya untuk penyelengaraan distribusi BBM di wilayah Jawa Timur), sehingga jika diperoleh efisiensi di sisi ini, maka akan terdapat efisiensi yang cukup significant.

(7)

1.3 Pertanyaan Penelitian

Dalam penelitian ini akan dilakukan optimasi supply point SPBU dengan menggunakan Linear Programming dalam Metode Transportasi atau Distribusi, untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana pola distribusi pengiriman BBM ke SPBU di kota / kabupaten wilayah Jawa Timur saat ini dan berapa total biaya delivery BBM ke lembaga penyalur SPBU di wilayah Jawa Timur saat ini?

2. Bagaimana pola distribusi pengiriman BBM yang optimal untuk wilayah Jawa Timur dan berapa total biaya delivery BBM ke lembaga penyalur SPBU di wilayah Jawa Timur setelah dioptimasi?

3. Apakah penetapan supply point pengiriman BBM ke SPBU di kota / kabupaten wilayah Jawa Timur saat ini sudah optimal? Jika belum, seberapa besar potensi efisiensi yang akan diperoleh dengan menerapkan pola distribusi baru?

4. Apakah pola baru tersebut dapat diterapkan sepanjang tahun (tetap optimal meskipun terjadi fluktuasi demand minimum dan maksimum sepanjang tahun)?

1.4 Tujuan Penelitian

Secara spesifik penelitian ini bertujuan untuk mengetahui beberapa hal sebagai berikut :

1. Mengetahui pola distribusi ke lembaga penyalur SPBU di wilayah Jawa Timur saat ini dan menghitung biaya yang diperlukan untuk proses

(8)

penyediaan BBM ke SPBU di wilayah kota / kabupaten wilayah Jawa Timur.

2. Melakukan perhitungan menggunakan metode Linear Programing untuk mendapatkan pola distribusi yang optimal dan menghitung total biaya delivery yang diperlukan.

3. Membandingkan pola distribusi BBM saat ini dengan pola distribusi BBM hasil optimasi, dan menghitung selisih total biaya delivery sesuai pola distribusi saat ini dengan pola suplai setelah dioptimasi, sehingga dapat diketahui potensi efisiensi yang akan diperoleh dengan menerapkan pola suplai baru.

4. Melakukan perhitungan secara Linear Programming kembali sebagaimana point nomor 2 dengan asumsi perubahan demand sebesar -20%, +20%, +40%, +60%, +80%, dan +100%, dan kemudian membandingkan pola distribusi yang dihasilkan dengan pola distribusi hasil optimasi pada point 2. Hasil perhitungan kembali ini juga dibandingkan dengan fluktuasi demand sepanjang tahun 2014, sehingga diketahui pola distribusi hasil optimasi tersebut dapat mengakomodir perubahan demand sepanjang tahun atau tidak.

1.5 Manfaat Penelitian

Melalui penelitian ini diharapkan akan dapat diperoleh penetapan supply point baru yang lebih optimal, sehingga berdampak terhadap terciptanya efisiensi bagi perusahaan PT Pertamina (Persero), khususnya di wilayah Jawa Timur yang merupakan bagian dari wilayah operasi Fungsi Supply & Distribution Region V.

(9)

Lebih jauh lagi, kajian seperti ini dapat dilakukan untuk wilayah operasi lain seperti Jawa Tengah, Jawa Barat, Sumatera, dan lain-lain yang memiliki kondisi tipikal. 1.6 Ruang Lingkup atau Batasan Penelitian

Agar lebih fokus dalam melakukan analisis, maka dalam penelitian ini hanya akan dibahas mengenai optimasi pola suplai SPBU di wilayah Jawa Timur dan Madura, dengan beberapa asumsi sebagai berikut :

1. Penyebutan BBM dalam penelitian ini adalah produk Premium, tidak termasuk Bahan Bakar Minyak lain seperti Solar, Pertamax, Pertamax Plus, dan Pertamina DEX, karena untuk Solar & Pertamax pola operasinya identik dengan Premium, sedangkan produk lainnya tidak seluruhnya terdapat di semua TBBM yang ada di wilayah Jawa Timur (untuk Pertamina Dex dan Pertamax Plus hanya terdapat di TBBM Surabaya sehingga menjadi satu-satunya pilihan supply point).

2. Kemampuan / kapasitas suplai TBBM maksimal ditentukan berdasarkan kemampuan maksimal sarana & fasilitas pengisian (filling shed / gantry system) untuk produk Premium, dengan mengabaikan potensi terjadinya gangguan operasi akibat kerusakan sarana & fasilitas.

3. Penyebutan untuk biaya-biaya dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi:

a. Landed Cost : merupakan biaya pengadaan BBM sampai tersedia di Terminal BBM

(10)

b. Transfer Cost : merupakan biaya transfer BBM dari Main Terminal ke End Terminal (misal: dari biaya transfer BBM dari Tuban ke Surabaya, dari Surabaya ke Malang, dan dari Surabaya ke Madiun)

c. Operational Cost : merupakan biaya operasi Terminal BBM setelah dikurangi dengan Distribution Cost

d. Distribution Cost : merupakan biaya yang dikeluarkan untuk mendistibusikan BBM dari Terminal BBM sampai ke SPBU

e. Delivery Cost : merupakan keseluruhan biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk mengirimkan BBM per KL sampai di lembaga penyalur SPBU (penjumlahan dari landed cost, transfer cost, operational cost, dan distribution cost).

4. Biaya distribusi (distribution cost) BBM dari Terminal BBM supply point ke lembaga penyalur SPBU mengacu pada ketentuan SK No 53 tahun 2012 Direktur Pemasaran Pertamina tentang Tarif Angkutan BBM ke SPBU. 5. Data demand mengacu kepada realisasi penjualan Premiun di setiap kota /

kabupaten di wilayah Jawa Timur pada periode bulan Januari – Desember 2014.

6. Jarak dari Terminal BBM suply point ke lembaga penyalur SPBU delivery point dihitung dengan pendekatan jarak antara lokasi Terminal BBM dengan ibu kota / kabupaten, dengan pertimbangan bahwa mayoritas SPBU terletak di sekitar pusat kota / kabupaten sehingga pusat demand berada di pusat kota / kabupaten.

(11)

7. Dalam penelitian ini, optimasi dilakukan terbatas pada sisi financial / efisiensi biaya, dan tidak mempertimbangkan faktor lain seperti jaminan ketersediaan Loading Order (LO) di SPBU. Dalam hal LO di SPBU tidak selalu tersedia, kecepatan delivery menjadi hal yang krusial, sehingga dari sisi operasional atau dari sudut pandang SPBU, kehandalan suplai akan lebih menguntungkan jika diambil dari terminal supply point terdekat.

1.7 Sistematika Penulisan

Bab utama dalam penelitian ini meliputi beberapa bab sebagai berikut: Bab I: Pendahuluan, Bab II: Tinjauan Pustaka, Bab III: Metode Penelitian, Bab IV: Hasil Penelitian dan Pembahasan, dan Bab V: Kesimpulan dan Saran.

1. BAB I PENDAHULUAN

Bab I berisi latar belakang, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup atau batasan penelitian, dan sistematik

2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab II merupakan pengembangan dari tinjauan pustaka yang ditulis pada proposal penelitian. Bab II berisi teori-teori mengenai Supply Chain Management, Optimasi, Linear Programming, Metode Transportasi, Analisis Sentitivitas, dan sekilas mengenai program Solver yang merupakan Add On dari Program Excell sebagai program bantu yang dipergunakan dalam melakukan optimasi.

(12)

3. BAB III METODE PENELITIAN

Bab III Bab ini memberikan penjelasan mengenai metodologi penelitian, langkah – langkah yang dilakukan penulis serta instrumen penelitian yang digunakan dalam melakukan penelitian.

4. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini disajikan data-data serta analisisnya menggunakan metode yang telah disampaikan pada Bab sebelumnya. Hasil analisis kemudian diuraikan interpretasinya, sehingga dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagaimana tertulis pada Bab 1.

5. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan bagian akhir sekaligus penutup dari karya tulis ini. Dalam bab ini disampaikan kesimpulan dan saran yang diperoleh dari hasil analisis data dan interpretasinya.

Gambar

Gambar 1.1: Komposisi Anggaran Biaya Operasi S&D Region V

Referensi

Dokumen terkait

Darah merupakan media cair yang terdiri dari sel-sel yang diproduksi oleh jaringan hemopoietika yang disirkulasikan ke dalam sel-sel tubuh sebagai pembawa nutrien

Penanganan bedah dari lesi yang besar dengan teknik-teknik yang melibatkan penutupan sisa defek melalui eksisi kista membutuhkan penggunaan bone chips atau

1) Berikan penjelasan kepada keluarga klien tentang sebab peningkatan TAK dan akibatnya. Rasional : keluarga lebih berpartisipasi dalam proses penyembuhan. 2) Baringkan klie (

Senyawa aktif ekstrak Piperaceae memiliki kerja yang cepat pada serangga dan sangat efektif untuk beberapa serangga yang menunjukkan resistensi terhadap piretroid

Tanaman jagung manis belum responsif terhadap perbedaan dosis kompos jerami dan frekuensi penyemprotan pupuk organik cair daun gamal, dimana pada hampir semua

Dalam contoh ini, deklinasi ajektiva schwarze dan deutsche tidak diikuti kata sandang, namun deklinasi ini mengikuti nomina Jugendliche.

bahwa Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Batang Nomor 9 Tahun 1994 tentang Retribusi Terminal Angkutan Penumpang (Lembaran Daerah Kabupaten Daerah

Setidaknya terdapat beberapa tahapan yang dapat dilakukan dalam pengelolaan zakat produktif; 13 i) Melakukan inventarisasi dan identifikasi kemampuan potensi umat