• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAHULUAN

Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) merupakan masalah kesehatan bagi masyarakat di Asia Tenggara dan Pasifik Barat. Sekitar wilayah di Indonesia mempunyai resiko untuk terjangkit penyakit DBD, sebab baik virus penyebab maupun nyamuk penularnya sudah tersebar luas di perumahan penduduk maupun fasilitas umum diseluruh Indonesia. Kriteria laboratorium DBD, yaitu trombositopeni (jumlah trombosit darah < 100.000), hemokonsentrasi (hematokrit meningkat 20% atau lebih), diagnosis DBD menjadi jelas apabila trombosit turun segera sebelum atau bersamaan dengan meningkatnya nilai hematokrit (Wulandari et al. 2006).

Patofisiologi primer DBD adalah peningkatan akut permeabilitas vaskuler yang mengarah ke kebocoran plasma ke dalam ruang ekstravaskuler, sehingga menimbulkan hemokonsentrasi dan penurunan tekanan darah. Trombositopenia yang terjadi pada penderita DBD diakibatkan menurunnya produksi trombosit dan meningkatnya kerusakan peripheral. Menurunnya produksi prekursor megakariosit yang membentuk trombosit, disebabkan infeksi virus dengue secara langsung pada sel hematopoetik progenitor dan sel stromal (Chuansumrit & Tangnararatchakit 2006).

Departemen kesehatan telah mengupayakan berbagai strategi dalam mengatasi kasus ini. Pada awalnya strategi yang digunakan adalah memberantas nyamuk dewasa melalui pengasapan, kemudian strategi diperluas dengan menggunakan larvasida yang ditaburkan ke tempat penampungan air yang sulit dibersihkan. Akan tetapi kedua metode tersebut sampai sekarang belum memperlihatkan hasil yang memuaskan. Sedangkan cara yang dilakukan oleh tenaga medis adalah melalui transfusi trombosit dan cairan darah hingga. Selain biaya yang relatif mahal, tranfusi darah juga memiliki resiko penularan penyakit dan virus tertentu, terutama bila darah tidak melalui proses screening (Wulandari et al. 2006).

Salah satu upaya alternatif yang dilakukan masyarakat adalah menggunakan ramuan tradisional. Ramuan ini memiliki harga yang terjangkau, mudah diperoleh, serta alami. Walaupun demikian, ramuan ini efektif digunakan di tahap awal penyakit dan tahap pemulihan. Beberapa jenis tanaman dan buah bisa dikonsumsi untuk membantu mengatasi kekurangan cairan dan trombosit, serta meningkatkan daya tahan tubuh seperti sari

buah kurma, daun jambu biji, angkak, serta daun papaya.

Kata angkak kian sering terdengar seiring merebaknya kasus demam berdarah dengue (DBD). Kasus DBD muncul secara rutin setiap tahun, khususnya di musim hujan. Beberapa warga masyarakat percaya bahwa angkak dapat digunakan sebagai obat pendongkrak trombosit. Khasiat angkak telah banyak diperbincangkan dalam artikel-artikel dan media cetak.

Peningkatan jumlah penderita DBD tiap tahunnya mendorong para peneliti untuk memperoleh obat alternatif yang murah dan mudah. Khasiat beberapa obat alternatif seperti angkak telah banyak diketahui oleh masyarakat. Namun, penelitian ilmiah yang mendukung belum banyak dilakukan sehingga diperlukan adanya penelitian tentang hal tersebut. Salah satu aspek yang dapat diteliti adalah pengaruhnya terhadap gambaran darah, hati, dan ginjal.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini bertujuan menganalisis potensi angkak dalam meningkatkan jumlah sel darah serta pengaruhnya terhadap organ hati dan ginjal tikus yang telah diinduksi kuinin. Adapun hipotesis penelitian ini yaitu kandungan nutrisi dalam angkak dapat memperbaiki gambaran darah serta menurunkan kerusakan hati dan ginjal. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah bagi dunia kesehatan yang membuktikan bahwa angkak dapat dikonsumsi sebagai obat alternatif DBD bagi masyarakat.

TINJAUAN PUSTAKA

Angkak

Angkak adalah hasil fermentasi beras dengan kapang Monascus purpureus. Masyarakat awam menyebut angkak sebagai beras merah cina karena produk tersebut berwarna merah, dibuat dari beras, dan dalam sejarahnya berasal dari Cina (Gambar 1). Di beberapa negara, angkak dikenal dengan sebutan berbeda-beda, seperti beni-koji, hong qu, hung-chu, monascus, red koji, red leaven, red yeast rice, xue zhi kang, dan zhi tai. Di Cina, istilah zhi tai berarti angkak dalam bentuk tepung kering, sedangkan xue zhi kang berarti angkak yang telah diekstrak dengan alkohol (Chen & John 1993).

Pembuatan angkak di Cina pertama kali dilakukan pada masa pemerintahan Dinasti Ming yang berkuasa pada abad XIV-XVII. Di Cina, angkak digunakan sejak berabad-abad

(2)

yang lalu, baik untuk kepentingan bahan pangan maupun obat. Dalam seni pengobatan Cina tradisional, angkak digunakan untuk pengobatan terhadap penyakit salah cerna, luka otot, disentri, penurun kolesterol, dan antraks. Angkak juga sering digunakan untuk meringankan kerja lambung serta memperkuat fungsi limpa, yaitu suatu organ tubuh yang menguraikan sel darah merah yang telah usang dan menyaring senyawa-senyawa asing (Chen & John 1993).

Beberapa senyawa aktif pembentuk angkak merah adalah monakolin K atau lovastatin, dihidromonakolin,dan monakolin I hingga IV. Angkak juga mengandung beberapa asam lemak tak jenuh seperti asam oleat, asam linoleat, asam linolenat, serta vitamin B-komplek seperti niasin. Selain itu, komponen sterol seperti betasitosterol, campesterol, stigmasterol, sapogenin, isoflavon. Mineral yang terdapat dalam angkak antara lain, selenium, seng, dan magnesium (Tisnadjaja 2006).

D.Heber, peneliti di Pusat Gizi Manusia University of California Los Angeles (UCLA), mengungkapkan lovastatin menghambat produksi kolesterol dalam tubuh (Fitriani 2006). Beberapa penelitian terakhir menunjukkan bahwa angkak mengandung senyawa gamma-aminobutyric acid (GABA) dan acetylcholine chloride, yaitu suatu senyawa aktif yang bersifat hipotensif, artinya mampu menurunkan tekanan darah. Karena itu, angkak sering digunakan sebagai obat penurun tekanan darah oleh penderita hipertensi (Eisenbrand 2005).

Kapang Monascus purpureus yang ditumbuhkan pada beras sebagai substrat dapat menghasilkan pigmen kuning, merah, dan orange. Pigmen merah angkak terbentuk karena keluarnya cairan granular melewati ujung-ujung hifa Monascus purpureus. Komponen utama dari pigmen yang dihasikan Monascus purpureus adalah rubropunktatin (merah), monaskin (kuning), ankaflavin (kuning, dan rubropunktamin (ungu) (Pratiwi 2006). Pigmen merah angkak ini diduga dapat meningkatkan jumlah trombosit.

Angkak dinyatakan sebagai senyawa obat yang aman dikonsumsi oleh masyarakat. Penelitian toksisitas angkak menunjukkan bahwa angkak mempunyai nilai Lethal Dose 50 (LD50) sebesar 7 g/Kg berat badan, serta

dalam uji keracunan subakut tidak menimbulkan gejala yang abnormal pada organ tubuhnya. Namun, mengkonsumsi angkak dengan dosis 18 g/kg BB secara oral tidak menyebabkan kematian dan tidak menyebabkan keracunan (Pratiwi 2006).

Gambar 1Gambaran fisik angkak.

Kuinin

Kuinin merupakan obat yang digunakan untuk mengobati penyakit malaria dan kram otot (Gambar 2). Senyawa ini sudah sangat terdesak oleh obat sintesis yang lebih berkhasiat dan dapat ditoleransi lebih baik. Kuinin diabsorbsi dengan cepat, setelah penggunaan oral. Ekskresi terutama melalui ginjal, sebagian besar sebagai metabolitnya. Efek samping yang terjadi disamping gangguan saluran pencernaan ialah reaksi neurotoksik (Ernst 1991). Efek toksik dari kuinin antara lain hemolitik intravaskular, hemolitik anemia, trombositopenia, pansitopenia, dan gagal ginjal (Aster 1993). Banyak jenis obat yang dapat menginduksi terjadinya trombositopenia, di antaranya obat antikanker dan asam valproat karena efek mielosupresif sedangkan obat yang lain menyebabkan trombositopenia akibat reaksi imun (Setiabudy 2007).

Trombositopenia dapat terjadi akibat kegagalan produksi, peningkatan destruksi atau pemakaian, gangguan distribusi dan akibat dilusi. Trombositopenia yang diinduksi obat bisa disebabkan oleh hambatan pada proliferasi megakariosit dan produksi trombosit, dapat juga disebabkan oleh penghancuran trombosit di sirkulasi. Penghancuran trombosit terjadi karena adanya reaksi imun yang menyebabkan antibodi berikatan dengan trombosit oleh pengaruh obat tertentu kemudian trombosit tersebut akan dibersihkan oleh sistem retikuloendotelial. Kondisi ini ditandai dengan terjadinya petekia, lesi purpura, dan terjadinya pendarahan intrakranial (Setiabudy 2007).

Gambar 2 Struktur kuinin (Ballestero et al. 2005).

(3)

Darah

Darah didefinisikan sebagai kumpulan elemen dalam bentuk suspensi atau sel yang terendam di dalam cairan transparan berwarna kuning yang disebut sebagai plasma darah dan terdiri dari bermacam-macam molekul organik dan anorganik (Sulistyo 2007). Darah merupakan media cair yang terdiri dari sel-sel yang diproduksi oleh jaringan hemopoietika yang disirkulasikan ke dalam sel-sel tubuh sebagai pembawa nutrien menuju jaringan tubuh, sebagai pembawa oksigen dari paru-paru ke jaringan dan membawa karbon dioksida dari jaringan ke paru-paru, pembawa produk buangan dari berbagai jaringan menuju ginjal untuk dieksresikan, berperan penting dalam mengendalikan suhu tubuh, berperan dalam sistem buffer, pembekuan darah mencegah terjadinya kehilangan darah yang berlebihan pada luka, dan mengandung faktor-faktor penting untuk mempertahankan tubuh terhadap penyakit (Frandson 1996).

Komposisi darah yaitu plasma darah dan sel darah. Volume plasma darah adalah sekitar 55% dari volume total padat yang tersusun atas 90% air dan 10% bahan-bahan terlarut lain berupa zat organik dan non-organik. Sedangkan 45% terdiri atas sel-sel darah yaitu sel darah merah, sel darah putih, dan keeping darah (Nuraeni 2006). Jumlah volume darah pada tikus putih normal sebesar 57-70 ml/kg (Smith & Mangkoewidjojo 1988). Persentase plasma yang sangat tinggi dan ukuran sel darah yang sangat kecil menjadikan darah berwujud cairan. Sel darah dapat dibedakan berdasarkan morfologinya atas eritrosit, leukosit, dan trombosit (Frandson 1996).

Trombosit

Trombosit berbentuk bulat kecil atau cakram oval degan diameter 2 ampai 4 mikrometer. Trombosit dibentuk dalam sumsum tulang dari megakariosit, yaitu sel yang sangat besar dalam susunan hemopoietik dalam sumsum tulang yang memecah menjadi trombosit. Fungsi trombosit terutama mengaktifkan mekanisme pembekuan darah (Guyton 1996).

Ciri khas fungsional trombosit sebagai sebuah sel, antara lain (1) molekul aktin dan miosin juga tromboplastin dapat menyebabkan trombosit berkontraksi, (2) sisa-sisa retikulum endoplasma dan aparatus Golgi yang mensintesis berbagai enzim dan menyimpan sejumlah besar ion kalsium., (3) mitokondria dan sistem enzim mampu membentuk ADP, (4) sistem enzim yang mensintesis

prostaglandin, (5) suatu protein penting sebagai faktor stabilisasi fibrin, dan (6) faktor pertumbuhan (Guyton 1996).

Mekanisme kerja trombosit pada permukaan pembuluh yang rusak dimulai dengan pembengkakan dan bentuknya menjadi ireguler dengan tonjolan-tonjolan yang mencuat dari permukaan. Protein kontraktilnya berkontraksi menyebabkan pelepasan berbagai faktor aktif, trombosit menjadi lengket sehingga melekat pada serat kolagen yang menyekresikan sejumlah besar ADP dan tromboksan. ADP dan tromboksan mengaktifkan trombosit yang berdekatan dan melekat pada trombosit yang semula sudah aktif (agregasi). Siklus aktivasi trombosit ini menyebabkan terbentuknya sumbat trombosit pada dinding pembuluh yang rusak (Setiabudy 2007).

Jumlah trombosit normal pada manusia 150.000-400.000/µl, sedangkan jumlah trombosit pada tikus putih normal sebesar 150-460 x 103/mm3 (Smith & Mangkoewidjojo 1988). Trombositopenia merupakan keadaan jumlah trombosit yang rendah. Penderita ini cenderung mengalami pendarahan dan timbul bintik-bintik pendarahan di seluruh jaringan tubuh. Trombositopenia dapat disebabkan karena adanya kerusakan trombosit yang berlebihan. Trombositopenia sering terjadi pada penderita demam berdarah dengue.

Eritrosit

Sel darah merah adalah sel-sel berbentuk cakram bikonkaf yang diameter rata-ratanya sebesar 7.5 µ m dengan spesialisasi untuk pengangkutan oksigen. Cakram bikonkaf tersebut mempunyai permukaan yang relatif luas untuk pertukaran oksigen melintasi membran sel. Adanya hemoglobin di dalam eritrosit memungkinkan timbulnya kemampuan untuk mengangkut oksigen serta menjadi penyebab timbulnya warna merah pada darah (Guyton & Hall 1997).

Pembentukan sel-sel merah pada hewan dewasa secara normal terjadi di dalam sumsum tulang merah. Namun pada fetus, sel-sel merah juga dihasilkan dalam hati, limfa, dan nod limfa. Eritrosit mamalia tidak mempunyai nukleus tetapi pada eritroblast (sel-sel yang belum masak) mempunyai nukleus (Frandson 1996). Berdasarkan literatur yang diperoleh jumlah hemoglobin pada tikus normal sebesar 7.2 – 9.6 x 106/mm3 (Baker et al. 1979).

Penghancuran sel-sel darah merah terjadi setelah mengalami sirkulasi tiga sampai empat bulan. Sel-sel darah merah mengalami disintegrasi, melepaskan hemoglobin ke dalam

(4)

darah, dan debris (puing-puing) sel yang rusak disisihkan dari sirkulasi oleh sistem makrofag atau sistem retikuloendotelial yang terdiri atas sel-sel khusus di dalam hati, limfa, sumsum tulang, dan nod limfa (Frandson 1996).

Hemoglobin

Hemoglobin adalah suatu protein berpigmen merah yang membawa oksigen dalam sel darah merah. Pembentukan hemoglobin dimulai dalam eritoblas dalam stadium retikulosit kemudian diteruskan sampai sel eritrosit matang. Jika sel darah merah meninggalkan sumsum tulang dan masuk ke aliran darah maka akan tetap melanjutkan pembentukan sedikit hemoglobin selama beberapa hari atau sesudahnya (Schalm et al. 1975). Berdasarkan literatur yang diperoleh jumlah hemoglobin pada tikus normal sebesar 14-20 g/dL (Baker et al. 1979). Hemoglobin terbentuk dari gabungan 2 komponen yaitu heme dan globin. Heme mengandung protoporpirin dan ion Fe2+ yang disintesis oleh mitokondria dan dari beberapa penyelidikan dengan menggunakan isotop diketahui bahwa heme terutama disintesis dari asam asetat dan glisin yang kebanyakan terjadi di mitokondria (Guyton & Hall 1997).

Sifat dasar hemoglobin adalah kemampuannya untuk berikatan secara longgar dan reversible dengan oksigen tetapi jika ada gangguan akan merubah sifat-sifat fisik hemoglobin. Bentuk umum hemoglobin pada orang dewasa, yaitu hemoglobin A yang merupakan kombinasi dua rantai alfa dan dua rantai beta. Setiap rantai mempunyai sekelompok prostetik heme, maka terdapat 4 atom besi dalam tiap molekul hemoglobin. Masing-masing molekul dapat berikatan dengan 1 molekul oksigen. Hemoglobin A mempunyai berat molekul sebesar 64.458 dalton.

Hematokrit

Hematokrit atau PCV (Packed Cell Volume) merupakan fraksi darah yang terdiri atas sel-sel darah merah yang ditentukan melalui sentrifugasi darah dalam tabung hematokrit sampai sel-sel ini menjadi benar-benar mampat pada bagian dasar tabung. Jadi, bila seseorang mempunyai hematokrit 40 berarti 40% volume darah total berupa sel dan sisanya adalah plasma. Hematokrit laki-laki normal rata-rata sekitar 42, sedangkan wanita normal sekitar 38%. Angka ini bervariasi tergantung pada apakah seseorang menderita anemia atau tidak, derajat aktivitas tubuhnya,

dan ketinggian lokasi (Guyton & Hall 1997). Jumlah hematokrit pada tikus putih normal sebesar 36-48% (Baker et al. 1979).

Peranan limpa sangat penting dalam mempengaruhi besarnya sirkulasi darah merah. Pemeriksaan yang dilakukan berhubungan dengan total hematokrit tubuh di vena atau banyaknya hematokrit di pembuluh darah. Rasio total hematokrit pembuluh darah dengan hematokrit vena lebih besar ketika limpa mengalami gangguan. Hubungan eritrosit terhadap kekentalan darah adalah berbanding lurus yaitu semakin besar hematokrit semakin banyak timbul gesekan antara lapisan darah dimana kekentalan darah meningkat yang ditunjukan dengan meningkatnya derajat kesukaran aliran darah yang melalui pembuluh darah kecil (Guyton & Hall 1997).

Hati

Hati merupakan organ tubuh vertebrata. Organ ini mempunyai peran penting dalam metabolisme dan memiliki beberapa fungsi dalam tubuh. Unit fungsional dasar hati adalah lobulus hati yang berbentuk silindris. Lobulus hati dibangun sekeliling vena sentralis dan terdiri atas banyak lempengan sel hepatik yang tersebar secara sentrifugal dari vena sentralis seperti jari-jari roda. Selain itu, hati mempunyai venula porta dan arteriola hepatik di dalam septum interlobularis. Sinusoid vena dilapisi oleh dua jenis sel, yaitu sel endotel yang khas dan sel-sel Kupfer yang besar (Guyton 1996).

Hati tikus secara anatomis terletak di rongga abdomen dan dihubungkan ke diafragma melalui alat penggantung ligamentum triangulare dextrum, ligamentum triangulare sinistrum, dan ligamentum falciformis hepatis. Selain itu, hati dihubungkan ke ginjal kanan oleh ligamentum hepatorenale (Ressang 1963). Aktivitas hati secara umum ialah aktivitas sekresi dan eksresi, aktivitas metabolik (biosintesis senyawa-senyawa dalam tubuh, penyimpanan) dan detoksifikasi senyawa-senyawa toksik melalui biotransformasi (Koolman & Röhm 2000).

Hati dapat mengalami beberapa perubahan diantaranya ialah degenerasi. Degenerasi hidropis dan degenerasi berbutir kadang terlihat pada sel-sel hati. Hati juga dapat mengalami nekrosis yang disebabkan oleh dua hal, yaitu toksopatik disebabkan oleh pegaruh langsung agen yang bersifat toksik dan trofopatik disebabkan oleh kekurangan oksigen, zat-zat makanan, dan sebagainya (Ressang 1963).

(5)

Ginjal

Ginjal merupakan organ penting dalam tubuh dan berfungsi untuk membuang sampah metabolisme dan racun tubuh dalam bentuk urin atau air seni, yang kemudian dikeluarkan dari tubuh. Ginjal mempunyai dua fungsi utama, yaitu mengeksresikan sebagian besar produk akhir metabolisme tubuh dan mengatur konsentrasi kebanyakan unsur cairan tubuh. Ginjal tikus memiliki warna cokelat kemerahan dan terletak berlawanan dengan dorsal dinding tubuh. Ginjal tikus berbentuk unilobular dengan papilla tunggal.

Kedua ginjal bersama-sama mengandung 2.400.000 nefron dan tiap nefron dapat membentuk urin sendiri. Glomerulus merupakan suatu jalinan dari sampai 50 kapiler sejajar yang dilapisi oleh sel-sel epitel. Tekanan darah di glomerulus menyebabkan cairan difiltrasikan ke dalam kapsula Bowman kemudian mengalir ke tubulus proksimal. Cairan selanjutnya menuju lengkung Henle, kemudian cairan mengalir melalui tubulus distalis dan akhirnya cairan mengalir ke dalam tubulus duktus yang mengumpulkan cairan dari beberapa nefron (Guyton 1996).

Fungsi dasar nefron adalah untuk membersihkan plasma darah dari zat-zat yang tidak dikehendaki ketika ia mengalir melalui ginjal tersebut. Zat-zat yang harus dikeluarkan meliputi produk akhir metabolisme seperti urea, kreatinin, asam urat, dan urat. Selain itu, nefron berfungsi mengatasi kelebihan ion-ion seperti Na, K, Cl,dan H (Guyton 1996).

Perubahan patologi pada ginjal antara lain nefrosis, yaitu peradangan ginjal. Nefrosis dapat dibagi menjadi tubulonefrosis dan glomerulonefrosis. Tubulonefrosis disebabkan oleh perubahan epitel tubuli, misalnya degenerasi hidropis vakuoler yang disebabkan oleh gangguan metabolisme air dan protein dalam sel, degenerasi hialin, nefrosis hipokloremik, dan sebagainya. Glomerulo nefrosis adalah peradangan pada glomerulus yang disebabkan oleh gangguan pra-renal dan humoral (Ressang 1963).

BAHAN DAN METODOLOGI

Bahan dan Alat

Alat-alat yang digunakan adalah alat-alat gelas, neraca analitik, tabung reaksi, sonde lambung, pinset, syringe, gunting, tissue cassette, automatic tissue processor, gelas objek beserta gelas penutup, kamar hitung improved Neubauer yang dilengkapi dengan

kaca penutupnya (Hemasitometer), pipet trombosit, alat hitung, spektrofotometer, microhematocrit reader, sentrifus, mikroskop cahaya, mikrotom, penangas air.

Bahan-bahan yang digunakan antara lain angkak, kuinin, betadin, kapas, minyak kelapa, akuades, reagen Rees Ecker, EDTA, HCl 0,1 N, etanol dengan berbagai konsentrasi (70%, 80%, 90%, 96%, absolut), bufer formalin, parafin, larutan xilol, pewarna Mayer’s Haematoxylin, Tissue Tec, LiCl, eosin, dan sekam.

Hewan uji yang digunakan adalah tikus putih jantan galur Sprague dawley berumur ± 3 bulan yang diperoleh dari Fakultas Kedokteran Hewan IPB. Angkak yang digunakan diperoleh dari apotek di Bogor. Pakan standar tikus menggunakan pelet ikan yang dibeli di Pasar Caringin Bogor.

Metode Penelitian

Hewan Coba dan Rancangan Percobaan Hewan coba yang digunakan adalah 25 ekor tikus putih Sprague dawley berkelamin jantan berumur ± 3 bulan dengan berat badan 250-300 g. Tikus putih tersebut diperoleh dari Fakultas Kedokteran Hewan IPB Dramaga Bogor. Sebanyak 25 ekor tikus putih sebagai hewan coba diadaptasikan selama 14 hari untuk menyeragamkan cara hidup dan makanannya. Sebelum dan selama perlakuan, tikus diberi pakan standar dan minum secara ad libitum. Bobot badan ditimbang setiap hari dan setiap hari diamati keadaan fisiknya. Percobaan dibagi menjadi lima kelompok yang masing-masing terdiri atas lima ekor tikus putih.

Tikus dibagi menjadi 5 kelompok masing-masing terdiri atas 5 ekor tikus. Kelompok tersebut antara lain, kelompok kontrol tanpa perlakuan (I), kontrol positif dengan kuinin dari hari ke-1 hingga hari ke-14 kemudian hari ke-15 hingga hari ke-28 tidak diberi angkak (II), kuinin dari hari ke-1 hingga hari ke-14 kemudian angkak 0.04 g/kg bb hari ke- 15 hingga hari ke-28 (III), kuinin dari hari ke-1 hingga hari ke-14 kemudian angkak 0.08 g/kg bb hari ke- 15 hingga hari ke-28 (IV), dan angkak 0.04 g/kg bb hari ke- 15 hingga hari ke-28 tanpa kuinin (V).

Kuinin diberikan secara oral dengan dosis 100 mg/kg bb/hari. Dosis angkak yang digunakan berdasarkan pada dosis yang digunakan pada penelitian Abed Nego Rombe (2005) pada penggunaan angkak untuk meningkatkan jumlah trombosit tikus putih Sprague dawley yaitu sebesar 40 mg/kg bb dan 80 mg/kg bb. Pengambilan darah dilakukan

Gambar

Gambar 1 Gambaran fisik angkak.

Referensi

Dokumen terkait

a) Siswa yang memiliki kepribadian eks- trovert yang terpilih sebagai subjek pe- nelitian memenuhi indikator berpikir kri- tis yaitu kemampuan menolak informasi bila

• CF dari gejala flu sebagai kesimpulan dari Rule 1 dihitung sebagai CF dari premis Rule 1 (bernilai 1.0) dikalikan dengan CF dari rule tersebut. Diperoleh: 1.0*0.5

Sedangkan hadis mudalas adalah apabila seorang periwayat meriwayatkan (hadits) dari seorang guru yang pernah ia temui dan ia dengar darinya, (tetapi hadits yang ia

pengukuran yang sama seperti Daniel, kita seharusnya dapat memahami apa yang dimaksud dengan hari-tahun dengan baik ( Ini adalah yang umum diterima satu sampai tiga tahun tujuan

Seorang tukang kayu dan seorang tukang cat bekerja bersama-sama untuk Seorang tukang kayu dan seorang tukang cat bekerja bersama-sama untuk menghasilkan 2 jenis

Oleh sebab itu media informasi dalam perusahaan ini sangat dibutuhkan akan dapat menjadi sebuah perusahaan yang mandiri tanpa mengharapkan perusahaan induknya.. Perintis

Dapat juga dikatakan dengan bahasa lain bahwa keputusasaan adalah prakondisi manusia sebelum menuju tahap eksistensi religius yang sebenarnya.. Memang pada dasarnya

Respon masyarakat.. Hasil pengamatan yaitu 1) keadaan kandang lembab dan becek, 2) kondisi ayam banyak ayam yang sudah selayaknya diafkir (tua) dan ayam yang masih dara yang masih