• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peluruhan Beta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Peluruhan Beta"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Page 1

PELURUHAN BETA

OLEH :

Komang Suardika (0913021034)

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS MIPA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

SINGARAJA

(2)

Page 2

PELURUHAN BETA

Dalam peluruhan beta, sebuah proton berubah menjadi inti atau sebaliknya. Jadi Z dan N masing-masinng berubah satu satuan, tetapi A tidak berubah.

Pada peluruhan beta, yang paling utama adalah sebuah netron meluruh menjadi sebuah proton dan sebuah elektron

n → p + e

Elektron yang dipancarkan pada peluruhan beta bukanlah elektron kulit atom dan juga bukan elektron yang semula berada dalam inti. Tetapi elektron ini diciptakan oleh inti dari energi

yang ada. Jika ada beda energi diam sekurang-kurangnya mec2 , maka penciptaan elektron sangat

mungkin terjadi.

1. Kondisi Untuk Emisi Spontan

A. Emisi elektron

Adapun prosesnya dapat dijabarkan sebagai berikut.

0 1 1Y e X A Z A Z   

Dengan menganggap inti induk ZAX bermassa Mp meluruh menjadi inti anak Y

A

Z 1 bermassa

Md dan partikel beta positif atau negatif dengan massa mα. Karena inti induk dalam keadaan diam

sebelum peluruhan, inti anak dan partikel beta harus berada dalam arah berlawanan setelah

meluruh sehingga memiliki kekekalan momentum linier. Ei dan Ef adalah energi total sistem

sebelum dan setelah peluruhan. Berdasarkan prinsip konservasi energi:

EiEf ...1) Atau dapat ditulis:

     M c K m c K c Mp 2 d 2 d e 2

di mana Kd dan Kβ- adalah energi kinetik dari inti anak dan partikel beta negatif. Selanjutnya, energi disintegrasi Q dari proses ini dirumuskan dengan:

(3)

Page 3

2 c m M M K K Qd  pde ...2)

Adapun syarat terjadinya peluruhan spontan adalah Q harus bernilai positif.

A Z

Mp Zme M ,  

A Z

Md

Z

me M , 1   1

2

c

m

M

M

Q

p

d

e

 

2 1 1 , ,Z Zm M A Z Z m m c A M Q  e    ee

 

2 1 1 , ,Z Zm M A Z Z m m c A M Q  e    ee

 

2 1 , ,Z Zm M A Z Zm m m c A M Q  e   eee

2

1

,

,

Z

M

A

Z

c

A

M

Q

...3)

Persamaan ini menyatakan bahwa peluruhan akan terjadi kapan saja massa atom induk

lebih besar dari massa atom anak, dan energi disintegrasi, Q, yang dilepaskan sebagai energi kinetik sama dengan perbedaan massa mereka.

B. Emisi Positron

Proses ini djabarkan oleh persamaan sebagai berikut:

0 1 1Y e X Z A A Z    .

Energi disintegrasi untuk proses ini diberikan oleh:

2 c m M M K K QdePde ...4)

Pernyataan persamaan ini dalam terminologi massa atomik, di mana:

 

Z M m Z Mpe

(4)

Page 4

Z1

Mm

Z1

M d e ...5) dan didapatkan:

 

2 2 1 m c Z M Z M Q    e ...6)

Karena Q harus positif, peluruhan positron dari suatu atom akan terjadi hanya jika massa diamnya lebih besar dari jumlah massa diam dua elektron dan suatu atom dengan A sama dan dengan Z berkurang satu.

C. Penangkapan Elektron (Elektron Capture / EC)

Proses ini dijelaskan oleh persamaan sebagai berikut: A Z A ZX e 1Y 0 1     .

Energi disintegrasi pada kasus ini diberikan oleh:

 

2 1 c Z M Z M Q   ...7)

Supaya penangkapan elektron terjadi, massa atom induk harus lebih besar dari massa sebuah atom dengan A sama dan dengan Z berkurang satu. Proses ini memenuhi energi gap yang ditunda oleh dua proses peluruhan beta lainnya. Jika elektron-elektron inti berat, dalam proses dari elektron-elektron itu bergerak melingkar yang dekat dengan inti, maka elektron-elektron tersebut akan ditangkap:

1) Jika elektron yang di kulit K yang ditangkap, proses penangkapan elektron-elektron tersebut disebut K capture atau penangkapan K

2) Ruang kosong pada kulit K atau kulit L diisi oleh muatan dari kulit yang berada di luarnya 3) Karena terdapat partikel tidak bermuatan dipancarkan dalam proses penangkapan

elektron, maka proses yang diamati hanya pada pemancaran karakteristik sinar X.

4) Terdapat beberapa kemungkinan pemancaran sinar X, kulit K yang bereksitasi akan melakukan eksitasi lagi dengan memberikan energinya pada elektron kulit L yang akan dipancarkan dengan energi kinetik Ke

(5)

Page 5

2. Pengukuran Energi Partikel Beta

Salah satu metode yang digunakan dalam pengukuran energi partikel beta adalah Defleksi

Magnetik . Terdapat tiga jenis spektrometer magnetik sinar β sebagai berikut.

a. Spektrometer fokus setengah lingkaran b. Spektrometer lensa magnetik

c. Spektrometer fokus ganda/rangkap

Spektrometer fokus setengah lingkaran

Metode pada Spektrometer fokus setengah lingkaran (sudut 180o) pada β hampir sama

dengan Spektrometer pada partikel α, hanya saja spektrometer ½ lingkaran partikel α desainnnya lebih detail karena medan magnetik yang diberikan jauh lebih besar. Mengingat partikel β lebih ringan dari partikel α, sehingga tidak perlu medan magnet yang besar. Medan magnet yang diberikan pada partikel β lebih ringan dari partikel α, sehingga tidak perlu medan magnet yang besar. Medan magnet yang diberikan pada partikel β sebesar 1000 gauss jika dibandingkan dengan medan magnet yang diberikan pada partikel α yaitu 10000 gauss.

 2 mv

Hev  ...8) di mana m adalah massa relativistik dengan

2 2

/

1 v c

mo

 dan ρ adalah jari-jari lengkungan

sehingga: pHe

P adalah momentum relativistik. Jika momentum diketahui, maka energi kinetik dapat dihitung: o o e mc m c E E K  2  2   ...9) o E c p E  2 2  2 ...10) Maka: 2 4 2 2 2c m c m c p Ke   oo ...11)

(6)

Page 6

3. Hilangnya Energi Elektron

Proses hilangnya energi yang dimiliki elektron ialah ketika partikel tersebut melalui suatu medium. Hilangnya energi ini disebabkan karena eksitasi dan ionisasi. Kehilangan energi elektron partikel beta tidak sesimpel kehilangan energi partikel alpha, ini disebabkan karena: a. Massa partikel beta sangat kecil dan memiliki kecepatan yang sangat besar, sehingga

memperhitungkan efek relativitas

b. Kehilangan energi yang terjadi yakni di mana hilangnya energi kebanyakan terjadi karena adanya tumbukan tunggal antara elektron dengan electron

c. Hilangnya energi terjadi melalui dua proses yakni:

- Karena adanya radiasi, ini terjadi pada elektron dengan energi yang sangat besar - Adanya eksitasi dan ionisasi, ini terjadi untuk elektron dengan energi yang sangat kecil d. Elektron yang dipancarkan memiliki distribusi energi yang kontinu (bukan energi yang

homogen) dari nol sampai maksimum.

Untuk elektron berenergi tinggi, hilangnya energi terjadi ketika mengalami suatu proses yakni: a. Hilangnya Energi karena Tumbukan tidak Elastis

Pada pembahasan ini dikenal adanya istilah daya henti , S(E). Daya henti menggambarkan hilangnya energi persatuan panjang, yang dirumuskan sebagai berikut.

Ke pompa

E P

S O

B

(7)

Page 7 dx

dE E

S( ) ……….12)

Untuk perumusan pada partikel alpha adalah sebagai berikut,

I dx dE E S( )  ……….13) Di mana:

- I = rerata ionisasi spesifik dinyatakan dalam besaran jumlah pasangan ion yang terbentuk persatuan panjang

- = energi yang diperlukan untuk membentuk pasangan ion

- Tanda minus menunjukan berkurangnya energi terjadi akibat berkurangnya jangkauan. jangkauan rata-rata, yakni kemampuan dari partikel alpha dapat melalui suatu medium, yang dirumuskan sebagai berikut:

                E E R dE dx dE dE dx dE dx R 0 1 0 0 1

 ES E dE E I dE R 0 1 0 1 ) ( ) (  ……….14)

RS E dR E 0 ) ( ……….15)

Sehingga dengan mendesain suatu medium yang memiliki ketebalan tertentu kita dapat menentukan jngjauan yang diamksud di atas.

Sedangkan perumusan daya henti , S(E), untuk partikel beta adalah sebagai berikut.

               0,15 2 ln 4 2 2 4 l mv NZ mv e dx dE  ……….16) Untuk kasus relativitas elektron, dapat dirumuskan sebagai berikut:

                        2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 1 1 1 1 2 ln 1 1 2 ) 1 ( 2 ln 2   s l E mv NZ mv e dx dE

di mana E adalah energi kinetic dari elektron dan  v2cuntuk kasus elektron yang lambat,di

mana  1. Persamaan 16 hampir ekuivalen dengan persamaan 17. Untuk kasus relativitas

partikel yang ekstrim, persamaan 17 menjadi

(8)

Page 8                s l mc E mc NZ e dx dE 1 2 ln 2 2 2 2 2 4  Untuk E >>mc2

b. Hilangnya energi untuk elektron cepat karena radiasi (Bremsstrahlung)

Bremsstrahlung adalah suatu proses partikel yang dipercepat di dalam medan inti yang

memancarkan energi radiasi. Di mana hilangnya energi akibat radiasi bergantung pada momen atom dari medium bahan penyusunnya. Untuk partikel dengan energi yang sangat besar, laju kehilangan energinya dominan akibat radiasi. Jika energi meningkat linear, maka laju kehilangan energinya sebanding dengan

dx dEE dx dE log

untuk partikel alpha

E

dx dE

untuk partikel beta

Panjang radiasi adalah panjang lintasan partikel di dalam medium di mana elektron muncul dengan energi 1/E dari energi mula-mula. Disini juga dikenal adanya istilah energi kritis, yakni energi elektron di mana hilangnya energi akibat tumbukan adalah sama dengan hilangnya energi akibat radiasi. Adapun persamaan untuk energi kritis adalah sebagai berikut

Z mc EC 2 1600 

Sedangkan rasio nergi akibat radiasi dengan akibat tumbukan adalah:

 

 

2 1600 mc EZ E dx dE dx dE C coll rad  di mana mc2= 0,51 Mev.

Dapat ditarik kesimpulan bahwa hilangnya energi elektron yang melalui suatu medium akibat tumbukan dan radiasi tergantung pada energi yang dimiliki.

(9)

Page 9

4. Spektrum Sinar Beta Kontinu dan Hipotesis Neutrino Karakteristik spektrum peluruhan beta

Gambar 4, 5, 6, dan 7 berikut ini menunjukan beberapa karakteristik spektrum sinar beta yang telah diamati oleh para peneliti dengan menggunakan instrument yang berbeda. Gambar grafiknya adalah sebagai berikut:

Gambar 3. Rata-rata hilangnya energi dari elektron

E/mc2 0.01 0,1 1 10 100 1000 350 300 250 200 150 100 50 0 -(d E/d x)(i /m c 2 ) radiasi tumbukan total 0 0 .1 .2 .3 .4 .5 .6 .7 .8 .9 1.0 1.1 1.2 9 8 7 6 5 4 3 2 1 Titik akhir

Gambar 4. Energi kinetik partikel beta, K (Mev)

Jum lah re lat if par ti ke l be ta

(10)

Page 10

Gambar 6. Spektrum beta dari Cs137

0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 1500 1000 500 0 I (Ampere)

Gambar 7. Spektrum beta Cl38, peluruhan Cl38 dengan pancaran tiga energi maksimum yang berbeda dari kelompok partikel beta. Ketiga kelompok ditunjukan dipisahkan

Hp (gauss-cm) . 10-3 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 120 100 80 60 40 20 N N/B0 0 1000 2000 3000 4000 40 30 20 10 0 N/I Hp

Gambar 5. Spektrum beta Au198. Spektrum garis, dilapiskan pada spektrum kontinu dalam kaitannya dengan elektron konversi

(11)

Page 11

Semua gambar ini menunjukan bahwa elektron tersebut memancarkan peluruhan beta yang mempunyai suatu distribusi kontinu dan energi sekitar antara nol sampai suatu nilai maksimum

tertentu. Karena peluruhan RaE dengan pancaran tanpa mengemisikan sinar gamma, tidak

ada konversi elektron yang dilapiskan pada bentuk spektrum kontinu. Di sisi lain, peluruhan

Au198 dan Cs137 tidak berlangsung dari keadaan dasar ke keadaan dasar dan nukleus dibiarkan

dalam keadaan tereksitasi. Nukleus yang sudah dalam keadaan tereksitasi dengan pancaran gamma atau dengan memancarkan konversi elektron muncul seperti garis spektra yang

dilapiskan pada spektra Au198 dan Cs137 berturut-turut seperti yang ditunjukan pada gambar.

Dalam banyak kasus spektrum ini lebih rumit seperti pada gambar untuk Cl38. Kompleksitas

spektrum berkaitan dengan fakta peluruhan Cl38 dengan tiga kelompok berbeda dari pertikel beta

mempunyai energi titik terakhir 1,11 Mev, 2,27 Mev dan 4,81 Mev dengan intensitas 38,8, 15,8, dan 53,4 persen. Ketika tiga kelompok ini dipisahkan, mereka menunjukan spectra sederhana

yang serupa dengan Au198 dan Cs137. Titik lain menunjukan bawa di daerah energi yang rendah

dari spektrum hamburan sinar beta, bentuk distribusinya adalah berbeda untuk proton dan

positron. Ini ditunjukan pada gambar 7 untuk peluruhan Cu64 di mana meluruh dengan ,

dan proses menangkap elektron (elektron capture). Dengan mengabaikan apakah inti meluruh

oleh pancaran  atau pancaran , spektrum  kontinu mempunyai karakteristik sebagai

berikut:

Gambar 8. Peluruhan Cu64 dengan  dan proses E. C. proses (a) menunjukan spektrum dan (b) menunjukan spektrum  0 1,8 1,6 1,4 1,2 1,0 ,8 ,6 ,4 ,2 .40 .36 .32 .28 .26 .24 .20 .16 .12 .08 .04 0 N (p) N (p) 0 .2 .6 1.0 1.4 1.8 0 .2 .6 1.0 1.4 1.8 p p    

(12)

Page 12

a. Terdapat suatu batasan maksimum dalam distribusi, dan energi yang bersesuaian tergantung jenis inti yang mengalami peluruhan beta

b. Terdapat suatu batasan energi maksimum yang hamper sepadan dengan tenaga peluruhn yang tersedia. Di mana energi maksimum yang maksimum adlaah suatu fungsi peluruhan inti.

c. Spektrum kontinu di amati untuk  dan , kedua-duanya alami seperti halnya beta

emiter tiruan.

Karena banyaknya partikel beta yang berbeda dipancarkan pada energi yang berbeda, sehingga pembahasan akan lebih mudah dengan menggunakan energi rata-rata. Energi rata-rata E didefinisikan sebagai berikut:

 0 0 0 0 ) ( ) ( E E dE E N EdE E N E

Di mana N(E)dE merupakan banyaknya elektron yang mempunyai energi amtara E dan E+dE,

dan dengan E0 adalah energi maksimum. Di dalam kebanyakan kasus, energi rata-ratanya sekitar

sepertiga dari nilai maksimum. RaE, sebagai contoh, yang mempunyai suatu energi maksimum 1,17 Mev, akan memiliki nilai energi rata-rata sebesar 0,34 Mev.

Hipotesis Neutrino

Spektrum beta adalah spektrum kontinu. Partikel beta mempunyai energi antara nol dan harga maksimum tertentu. Tiga buah hukum kekekalan dapat diaplikasikan pada partikel beta, yakni:

1. Hukum kekekalan energi

2. Hukum kekekalan momentum linear 3. Hukum kekekalan meomentum sudut

Dari hasil eksperimen diperoleh bagan sebagai berikut:

    YX ZA A Z 1

Inti induk di sini memiliki energi maksimum yang merupakan selisih antara dua tingkat energi. Inti anak yang dihasilkan memiliki energi yang kecil dan dapat diabaikan dan energi elektron yang dihasilkan adalah sepertiga dari energi maksimum. Sesuai dengan perumusan bahwa total

(13)

Page 13

energi sebelum tumbukan adalah sam dengan total energi sesudah tumbukan. Namun di sini, energi anak adalah sepertiga dari energi maksimum. Ini berarti bahwa terdapat 2/3 energi yang hilang. Energi inilah yang menjadi permasalahan pada proses peluruhan beta. Sehingga dibuatlah suatu asumsi bahwa energi yang 2/3 tersebut dimiliki oleh inti anak, dengan suatu tingkat energi yang kontinu. Oleh karena itu, kondisi inti anak adalah tidak stabil. Untuk mencapai kestabilan (lebih stabil), maka dipancarkanlah energi dalam bentuk sinar gamma sesuai dengan bagan berikut:

Di mana spectrum yang dihasilkan sinar gamma adalah spectrum yang kontinu. Namun timbul permasalahan yakni tidak dibenarkan untuk tingkat enrgi yang terakhir memiliki tingkat energi yang kontinu. Sehingga gugurlah asumsi yang menyatakan bahwa inti anak memiliki tingkat energi kontinu.

Selanjutnya ada suatu asumsi lain yang menyatakan bahwa elektron memiliki energi maksimum, dengan perumusan (dari persamaan reaksi) sebagai berikut:

E maksimum = 0 + E maksimum

Pada akhirnya asumsi bahwa elektron memiliki energi yang maksimum ini juga gagal. Kemudian jika ditinjau dari segi momentum, dapat dijelaskan sebagai berikut: - Momentum linear

Dalam kasus ini, tidak ada kekekalan momentum linear.

    YX A Z A Z 1 f i Ep

Ep  , tidak terpenuhi hukum kekekalan momentum linear karenaEv dimana p = mv.

- Momentum sudut

Momentum anguler dirumuskan sebagai berikut:

Y

A Z 1

Y

A Z 1 Ei Ef

Di pancarkan energi dalam bentuk sinar gamma

f

i

E

E

E

(14)

Page 14 h

I I L ( 1)

di mana I merupakan spin nulkir. Spin uklir ini ditentukan oleh jumlah nucleon. Inti induk dan inti anak memiliki jumlah nucleon yang sama yakni A. sehingga:

- jika A genap, maka I merupakan bilangan bulat.

- jika A ganjil, maka T merupakan ½ bilangan bulat yang ganjil.

Sedangkan elektron () memiliki momentum anguler h

2

1 , sehingga kalau memang 

tidak ada akan terpenuhi bahwa I pada kondisi awal yang genap sama dengan I pada kondisi akhir yang juga genap.

Genap  Genap (terpenuhi) Sedangkan kenyataanya adalah:

Genap  Genap + 12h

Diruas kiri berbeda dengan hasilnya pada ruas kanan (melanggar hukum statistik). Dengan demikian hukum kekekalan anguler juga tidak berlaku. Kemudian oleh pauli diindikasikan bahwa ada partikel lain yang muncul saat peluruhan beta. Partikel tersebut diindikasikan sebagai neutrino.

Berbagai macam kesulitan yang dihadapi dapat teratasi ketika pada tahun 1934, Pauli mengemukakan hipotesis neutrino. Menurut Pauli, bahwa terdapat partikel lain yang dipancarkan yang disebut dengan neutrino pada peluruhan beta dan pada jarak tertentu kehilangan energi. Penentuan neutrino didalam peluruhan beta adalah sebagai berkut:

1. Neutrino harus memiliki muatan nol, karena mutana tersebut kekal tanpa neutrino

2. Karena energi maksimum yang dibawa oleh elektron sama dengan energi maksimum yang digunakan pada titik energi akhir, neutrino harus nola atau massa diamnya nol. 3. Hukum kekekalan momentum anguler menghendaki neutrino memiliki spin

2 1 ,

sehingga muatan total momentum anguler yang diharapkan partikel beta dan neutrino

menjadi nol atau 1 seperti yang diinginkan.

4. Neutrino tidak menyebabkan proses ionisasi sehingga neutrino sulit dideteksi. Neutrino terjadi melalui interaksi lemah dan memiliki momen magnetik yang sangat kecil atau mendekati nol. Pada dasarnya Neutrino tidak memiliki sifat elektromagnetik.

Berdasarkan penemuan neutrino tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pada peluruhan beta dihasilkan 3 bentuk, yaitu: inti anak, elektron, dan neutrino, kecuali pada elektron konversi,

(15)

Page 15

yang dapat digunakan untuk menjelaskan distribusi momentum kontinu. Hipotesis neutrino dengan sukses diterapkan oleh Enrico Fermi dalam mengembangkan teori peluruhan beta yang menjelaskan bentuk spektrum beta. Berdasarkan teori ini, dalam peluruhan beta terdapat sebuah interaksi antara nukleon, elektron, dan neutrino yang mengubah sebuah neutron menjadi proton dan sebaliknya, dan menyebabkan emisi simultan atau penyerapan oleh elektron dan neutrino. Jadi, ketiga proses peluruhan beta dapat dituliskan sebagai berikut.

. .                  n e p n p p n

di mana,  adalah neutrino;  adalah anti neutrino;  adalah positron; dan  adalah

Gambar

Gambar 2 .   Spektrometer fokus setengah lingkaran
Gambar  4,  5,  6,  dan  7  berikut  ini  menunjukan  beberapa  karakteristik  spektrum  sinar  beta  yang  telah  diamati  oleh  para  peneliti  dengan  menggunakan  instrument  yang  berbeda
Gambar  5.  Spektrum  beta  Au 198 .  Spektrum  garis,  dilapiskan  pada  spektrum  kontinu  dalam  kaitannya dengan elektron konversi
Gambar 8. Peluruhan Cu 64  dengan      dan proses E. C. proses (a) menunjukan spektrum    dan (b)  menunjukan spektrum   0 1,8 1,6 1,4 1,2 1,0 ,8 ,6 ,4 ,2     .40    .36    .32    .28    .26    .24    .20    .16    .12    .08    .04          0 N(p)
+2

Referensi

Dokumen terkait

Pada pembedahan dapat menimbulkan bekas luka keloid lebih besar sehingga operasi pengecilannya dengan menyayat bukan pada kulit yang normal.. Perlu ditekankan pada pasien bahwa

literatur dalam penelitian ini untuk menganalisis olahan pisang baik dari hasil penelitian dan implementasi industri dibandingkan dengan pohon industri pisang apakah

Latihan fisik anaerobik dengan menggunakan treadmill pada penelitian ini merupakan latihan anaerobik intensitas tinggi dengan ditemukannya peningkatan yang signifikan dari kadar

Hasil dari penelitian ini adalah Ekstrak etanol daun kemangi (Ocimum basilium L) dapat dijadikan sediaan salep yang memenuhi syarat, evaluasi sifat fisik meliputi

"engan cara yang sama dapat dijelaskan terjadinya apat dijelaskan terjadinya perbedaan bidang batas d perbedaan bidang batas dua ua cairan yang tidak dapat.. cairan yang

di Negeri Bawah Angin dengan Jantung Islam di Timur.. Tengah

Bahan baku untuk membuat tahu berkualitas tinggi adalah kedelai putih berbiji besar, asam cuka (kadar 90 %) yang dipakai sebagai campuran sari kedelai agar dapat

Hal seperti ini nantinya akan Anda lakukan dalam baca cepat di mana ketika melihat sekumpulan huruf, otak Anda sudah bisa mengenali kata dan ketika Anda melihat dengan