• Tidak ada hasil yang ditemukan

jurnal edisi 2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "jurnal edisi 2"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

 Jurnal Keseha

 Jurnal Kesehatan Priangan, Votan Priangan, Volume 1 No. 2 (Aprlume 1 No. 2 (April 2014): il 2014): i-iii-ii DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

DAFTAR

DAFTAR ISI ...ISI ... ... ii PENGANTAR

PENGANTAR ... ... iiii Penggunaan Zeolit Sebagai Media Saring Dalam Menurunkan Kandungan Deterjen

Penggunaan Zeolit Sebagai Media Saring Dalam Menurunkan Kandungan Deterjen Air

Air Limbah Limbah Pencucian Pencucian Linen ...Linen ... 49... 49 Hubungan Usia Pernikahan Dengan Terjadinya Perilaku Kekerasan Dalam Rumah

Hubungan Usia Pernikahan Dengan Terjadinya Perilaku Kekerasan Dalam Rumah Tangga Pada Perempuan Di Desa Sukamandi Jaya Kecamatan Ciasem Kabupaten Tangga Pada Perempuan Di Desa Sukamandi Jaya Kecamatan Ciasem Kabupaten Subang

Subang Tahun Tahun 2013 ...2013 ... .. 6262 Kajian Mengenai Faktor Risiko Lingkungan Kualitas Bakteriologis Air Minum Pada

Kajian Mengenai Faktor Risiko Lingkungan Kualitas Bakteriologis Air Minum Pada DAMIU di

DAMIU di Kabupaten Bandung Kabupaten Bandung Barat ...Barat ... 69.. 69 Gambaran Pengetahuan Primipara Tentang Tumbuh Kembang Bayi Berdasarkan

Gambaran Pengetahuan Primipara Tentang Tumbuh Kembang Bayi Berdasarkan Karakteristik Ibu

Karakteristik Ibu Di Desa Di Desa Cibeber Kecamatan Cimahi Cibeber Kecamatan Cimahi Selatan Kota CiSelatan Kota Cimahi mahi ... 79.. 79 Hubungan Reaksi Hospitalisasi Dengan Kuantitas Tidur Anak Usia Prasekolah di

Hubungan Reaksi Hospitalisasi Dengan Kuantitas Tidur Anak Usia Prasekolah di Ruang Gabriel

Ruang Gabriel Rumah Sakit Rumah Sakit Cahya Kawaluyan Cahya Kawaluyan Tahun 2013 Tahun 2013 ... 84.. 84 Hubungan Figur

Hubungan Figur  Attachment   Attachment   Dengan Identitas Diri Pada Remaja di Panti Asuhan  Dengan Identitas Diri Pada Remaja di Panti Asuhan Children Village

(2)
(3)

 Jurnal Keseha

 Jurnal Kesehatan Priangan, Votan Priangan, Volume 1 No. 2 (Aprlume 1 No. 2 (April 2014): il 2014): i-iii-ii PENGANTAR

PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas terbitnya edisi perdana Jurnal Kesehatanatas terbitnya edisi perdana Jurnal Kesehatan Priangan. Akademi Kebidanan Cianjur berkomitmen untuk terus menjaga dan Priangan. Akademi Kebidanan Cianjur berkomitmen untuk terus menjaga dan mengembangkan khasanah keilmuan khususnya ilmu kesehatan dan lebih spesifik lagi ilmu mengembangkan khasanah keilmuan khususnya ilmu kesehatan dan lebih spesifik lagi ilmu kebidanan. Jurnal Kesehatan Priangan ini adalah sebagai sebuah wahana bagi para insan kebidanan. Jurnal Kesehatan Priangan ini adalah sebagai sebuah wahana bagi para insan akademisi untuk mempublikasikan hasil temuan yang dapat bermanfaat bagi para praktisi akademisi untuk mempublikasikan hasil temuan yang dapat bermanfaat bagi para praktisi kesehatan, pemegang kebijakan dan peneliti lainnya.

kesehatan, pemegang kebijakan dan peneliti lainnya.

Pada edisi kedua ini Jurnal Kesehatan Priangan menampilkan enam artikel penelitian yang Pada edisi kedua ini Jurnal Kesehatan Priangan menampilkan enam artikel penelitian yang mencakup bidang keilmuan kebidanan, keperawatan, dan kesehatan lingkungan. Kami mencakup bidang keilmuan kebidanan, keperawatan, dan kesehatan lingkungan. Kami ucapkan terima kasih kepada para penulis manuskrip yang telah mengirimkan artikel ucapkan terima kasih kepada para penulis manuskrip yang telah mengirimkan artikel penelitian kepada meja redaksi.

penelitian kepada meja redaksi.

Semoga edisi ke

Semoga edisi kedua dua ini menjadi langkah peini menjadi langkah pertama yang baik unrtama yang baik untuk langkah kedepatuk langkah kedepan dalamn dalam mengembangkan ilmu pengetahuan. Kepada Yayasan Priangan Cianjur, Direktur Akademi mengembangkan ilmu pengetahuan. Kepada Yayasan Priangan Cianjur, Direktur Akademi Kebidanan Cianjur, Ketua LPPM Akademi Kebidanan Cianjur, kami ucapkan terima kasih Kebidanan Cianjur, Ketua LPPM Akademi Kebidanan Cianjur, kami ucapkan terima kasih atas segala dukungan yang telah

atas segala dukungan yang telah diberikan.diberikan.

Redaksi Jurnal Kesehatan Priangan Redaksi Jurnal Kesehatan Priangan

(4)

 Jurnal Keseh

 Jurnal Kesehatan Priangan, Voatan Priangan, Volume 1 No. 2 (Aprlume 1 No. 2 (April 2014): 049-106il 2014): 049-106

PENGGUNAAN ZEOLIT SEBAGAI MEDIA SARING DALAM

PENGGUNAAN ZEOLIT SEBAGAI MEDIA SARING DALAM MENURUNKANMENURUNKAN KANDUNGAN DETERJEN AIR LIMBAH PENCUCIAN LINEN

KANDUNGAN DETERJEN AIR LIMBAH PENCUCIAN LINEN Syarief Maulana

Syarief Maulana11, Maskun Sudiono, Maskun Sudiono22, Tati Ruhmawati, Tati Ruhmawati22

1 1

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran

2 2

Politeknik Kesehatan Bandung Politeknik Kesehatan Bandung

ABSTRAK ABSTRAK

Proses pencucian Linen menghasilkan air limbah yang mengandung deterjen cukup tinggi. Proses pencucian Linen menghasilkan air limbah yang mengandung deterjen cukup tinggi. Air limbah ini kalau dibuang langsung dalam jumlah melampaui nilai ambang batas tanpa Air limbah ini kalau dibuang langsung dalam jumlah melampaui nilai ambang batas tanpa pengolahan terlebih dahulu ke badan air akan mengakibatkan dampak negatif pencemaran. pengolahan terlebih dahulu ke badan air akan mengakibatkan dampak negatif pencemaran. Salah satu upaya pengolahan terhadap air limbah pencucian linen yang mengandung deterjen Salah satu upaya pengolahan terhadap air limbah pencucian linen yang mengandung deterjen dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantara nya dengan proses absorbsi menggunakan dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantara nya dengan proses absorbsi menggunakan media saring zeolit. Penelitian ini ingin mengetahui kemampuan media saring zeolit sebagai media saring zeolit. Penelitian ini ingin mengetahui kemampuan media saring zeolit sebagai adsorben dalam menurunkan deterjen air limbah pencucian linen dari RSHS (Rumah Sakit adsorben dalam menurunkan deterjen air limbah pencucian linen dari RSHS (Rumah Sakit Hasan Sadikin). Percobaan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara saringan diisi dengan Hasan Sadikin). Percobaan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara saringan diisi dengan media saring zeolit sehingga diperoleh ketebalan 10 cm, 20 cm, 30 cm dan 0 cm sebagai media saring zeolit sehingga diperoleh ketebalan 10 cm, 20 cm, 30 cm dan 0 cm sebagai kontrol air limbah

kontrol air limbah yang dialirkan ke saringan percobaayang dialirkan ke saringan percobaan. Adapun debit air limbah n. Adapun debit air limbah yang keluaryang keluar dari pipa

dari pipa underdrainunderdrain saringan untuk setiap ketebalan media saring zeolit dan kontrol adalah saringan untuk setiap ketebalan media saring zeolit dan kontrol adalah 1,475 liter/

1,475 liter/ menit. Pengmenit. Pengamatan dilakuamatan dilakukan setiap kan setiap 0,5 jam, 0,5 jam, 1 jam 1 jam dan 1,5 dan 1,5 jam dengjam dengan 6 an 6 kalikali pengulangan. Setiap pengulangan dalam pengamatan tersebut dilakukan pengambilan sampel pengulangan. Setiap pengulangan dalam pengamatan tersebut dilakukan pengambilan sampel air limbah masing-masing 300 ml dari air baku, kontrol, dan air setelah melalui media saring air limbah masing-masing 300 ml dari air baku, kontrol, dan air setelah melalui media saring dengan ketebalan 10 cm, 20 cm, 30 cm untuk diperiksa kandungan deterjen nya di dengan ketebalan 10 cm, 20 cm, 30 cm untuk diperiksa kandungan deterjen nya di laboratorium. Hasil pengamatan dianalisa dengan uji statistik dan dapat disimpulkan bahwa laboratorium. Hasil pengamatan dianalisa dengan uji statistik dan dapat disimpulkan bahwa media saring zeolit mempunyai kemampuan untuk menurunkan kandungan deterjen pada air media saring zeolit mempunyai kemampuan untuk menurunkan kandungan deterjen pada air limbah pencucian linen. Hasil analisa ternyata ada pengaruh dan korelasi antara ketebalan limbah pencucian linen. Hasil analisa ternyata ada pengaruh dan korelasi antara ketebalan lapisan media saring zeolit dengan penurunan kandungan deterjen pada air limbah pencucian lapisan media saring zeolit dengan penurunan kandungan deterjen pada air limbah pencucian linen.

linen. Rata-rata Rata-rata persentase persentase penurunan penurunan kandungan kandungan deterjen deterjen setelah setelah melewati melewati ketebalan ketebalan mediamedia saring 10 cm dengan pengamatan 0,5 jam adalah sebesar 17,81 %, pengamatan 1 jam 21,35 saring 10 cm dengan pengamatan 0,5 jam adalah sebesar 17,81 %, pengamatan 1 jam 21,35 %, pengama

%, pengamatan 1,5 jam 26,48 %, ptan 1,5 jam 26,48 %, pada ketebalan ada ketebalan media media saring 20 cm dsaring 20 cm dengan pengaengan pengamatan 0,5matan 0,5  jam

 jam sebesar 30,54 sebesar 30,54 %, %, pengamatapengamatan n 1jam 1jam 32,92%, 32,92%, pengamatan 1,5 pengamatan 1,5 jam jam 35,79%, sedangkan35,79%, sedangkan pada ketebalan 30 cm denga

pada ketebalan 30 cm dengan pengamatan 0,5 jam sebesar 44,25 n pengamatan 0,5 jam sebesar 44,25 %, pengamatan 1 jam 48.43%, pengamatan 1 jam 48.43 % dan

% dan 1,5 1,5 jam sebejam sebesar 51,sar 51,93 %. 93 %. Berdasarkan Berdasarkan hasil perhitunhasil perhitungan Anagan Analisis Polinomiallisis Polinomial Orthogonal, maka

Orthogonal, maka didapat ketebaladidapat ketebalan n media saring zeolit ymedia saring zeolit yang efektif adalah 6ang efektif adalah 62,2 cm yaitu2,2 cm yaitu ketebalan

ketebalan minimal yang dapat menurunminimal yang dapat menurunkan kandungakan kandungan deterjen dalam air limbah pencuciann deterjen dalam air limbah pencucian linen

linen

≥≥

  90%, sedangkan keteba  90%, sedangkan ketebalan maksimal yalan maksimal yang ng dapat menurunkdapat menurunkan kandungaan kandungan deterjenn deterjen 100% ada

100% adalah ketebalan lah ketebalan sebesar sebesar 69,8 Cm.69,8 Cm. Kata

(5)

 Jurnal Kesehatan Priangan, Volume 1 No. 2 (April 2014): 049-106

A. Pendahuluan

Pada dewasa ini penggunaan deterjen di masyarakat telah meluas, sehingga air limbah domestik maupun industri sering mengandung deterjen. Air limbah dengan kandungan deterjen melampaui nilai ambang batas, dan masuk ke perairan atau badan air akan menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. Efek pencemaran deterjen ke perairan atau badan air akan berakibat terganggunya sistem ekologis seperti : munculnya busa yang stabil pada permukaan badan air karena sifat non biogradable dari deterjen. Disamping itu akan muncul proses penyuburan air, karena kehadiran nutrient mineral terutama fosfat dan nitrat, sehingga muncul pertumbuhan alga yang berlebih pada badan air atau terjadi proses Eutrofikasi. Terjadinya proses eutrofikasi atau blooming ini dapat menghalangi masuknya oksigen dari udara ke badan air yang menyebabkan menurunnya kandungan oksigen dalam badan air. Hal ini yang menyebabkan kandungan oksigen terlarut dalam air berkurang (DO rendah), sehingga kehidupan dalam badan air terganggu seperti ikan maupun mikroorganisme yang berfungsi dalam proses dekomposisi bahan organik maupun tumbuhan yang mati dan diikuti oleh meningkatnya kadar BOD. Selanjutnya akan memudahkan terjadinya proses pendangkalan badan air karena pengendapan lumpur, kotoran maupun tumbuhan alga yang mati. Oleh karena itu akan terjadi penurunan kualitas fisik badan air karena akan muncul bau, warna, kekeruhan dan rasa pada badan air, sedangkan penurunan kualitas kimia badan air karena terjadinya pengurangan kadar oksigen terlarut dalam air dan meningkatnya kadar BOD air. Banyak metode dalam upaya menurunkan kandungan deterjen dalam air limbah, salah satu diantaranya adalah melalui proses adsorbsi menggunakan media saring zeolit sebagai adsorben. Zeolit adalah hasil produk gunung berapi, sedangkan

Indonesia merupakan suatu daerah vulkanis yang mempunyai potensi besar menyimpan endapan batuan zeolit ini. Media saring zeolit mempunyai kemampuan sebagai penyerap, penyaring, adsorbsi dan penukar ion. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas air hasil penyaringan antara lain: jenis media saring, diameter, ketebalan, umur saringan dan kualitas air sebelum disaring.

B. Tujuan Penelitian

1. Ingin mengetahui pengaruh dan korelasi penurunan kandungan deterjen air limbah pencucian linen setelah melewati media saring zeolit pada ketebalan 10 cm, 20 cm dan 30 cm dengan waktu pengamatan 0,5  jam, 1 jam dan 1,5 jam.

2. Ingin mengetahui ketebalan media saring zeolit yang efektif yang mampu menurun kan

  90 % kandungan deterjen air limbah pencucian linen. C. Manfaat Penelitian

Diharapkan dari hasil penelitian bisa menjadi inspirasi dalam upaya menurunkan kandungan deterjen air limbah pencucian linen dengan menggunakan media saring zeolit sebelum di buang ke lingkungan

D. Metodologi Penelitian 1. Populasi Dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan limbah pencucian linen RSHS, sedangkan air baku yang akan digunakan untuk percobaan penelitian sebanyak 750 liter yang diambil dari limbah pencucian RSHS. Hasil perhitungan dan pengukuran kecepatan pengaliran air limbah yang keluar dari underdrain saringan sebesar 1,475 Liter/menit dengan pengamatan selama 0,5, 1, dan 1,5 jam. Berdasarkan hasil

(6)

 Jurnal Kesehatan Priangan, Volume 1 No. 2 (April 2014): 049-106

perhitungan tersebut, maka ditetapkan  jumlah air baku yang akan di tampung dalam kontainer dan digunakan untuk percobaan penelitian minimal sebanyak 4 x 1,5 Liter/ menit x 90 menit = 540 liter, dalam pelaksanaannya diisi 750 liter untuk menjaga tekanan air limbah tetap mengalir selama percobaan.

Adapun sampel dalam penelitian ini adalah setiap pengamatan diambil 1 sampel sebanyak 300 ml dari air baku, air kontrol, dan air limbah setelah melewati berbagai ketebalan media saring zeolit yaitu : 10 cm, 20 cm dan 30 cm.

Rancangan sampel dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap dengan  jumlah sampel berdasarkan banyaknya perlakuan dan pengulangan. Perlakuan dalam penelitian ini sebanyak 3 perlakuan yaitu variasi ketebalan media saring zeolit 10 cm, 20 cm dan 30 cm. Banyaknya pengulangan dapat dihitung berdasarkan rumus (Kwanchai A. Gomez dan Arturo A.Gomez) sebagai berikut :

  1  15

3  1  15

3  3  15

3  1�

  6

2. Kerangka Fikir 3. Hipotesis

Terdapat perbedaan yang bermakna antara ketebalan media saring zeolit yang berbeda terhadap penurunan kandungan deterjen air limbah pencucian linen.

4. Definisi Operasional

1. Air baku adalah air limbah pencucian linen yang diambil dari limbah pencucian linen RSHS Bandung yang digunakan untuk percobaan.

2. Saringan percobaan adalah suatu saringan yang terbuat PVC berukuran 6 inchi yang berisi zeolit sebagai media saring.

3. Saringan kontrol adalah saringan seperti pada point 2 diatas, namun tidak diberi media saring zeolit.

4. Zeolit adalah sejenis batuan yang mempunyai sifat penyerap, penyaring molekul, adsorbs dan penukar ion. 5. Ketebalan lapisan zeolit adalah

ketinggian zeolit dalam saringan diatas underdrain, yang diukur dalam satuan sentimeter (cm).

6. Underdrain  adalah pipa pengeluaran air setelah melewati variasi media saring zeolit.

7. Ketebalan lapisan media saring zeolit yang efektif adalah lapisan media saring zeolit yang dapat menurunkan kandungan deterjen > 90 %.

8. Umur saringan adalah lamanya media saring zeolit dipergunakan untuk menyaring air limbah yg diukur dalam satuan jam.

9. Kecepatan penyaringan standar adalah jumlah air limbah deterjen yang keluar dari saringan melalui pipa underdrain  sesuai dengan ketentuan saringan pasir cepat yaitu 5 m3 /m 2 /   jam.

MEDIA SARING

JENIS DIAMETER KETEBALAN

KANDUN GAN DE TERJEN UMUR SARI NGAN KECEPATAN PENYARINGAN PROSES PENYARI NGAN

(7)

 Jurnal Kesehatan Priangan, Volume 1 No. 2 (April 2014): 049-106

10. Variabel bebas adalah variable yang besarannya bebas ditentukan oleh peneliti, pada penelitian ini yaitu ketebalan media saring zeolit 10 cm, 20 cm dan 30 cm.

11. Variabel terikat adalah variable yang nilainya dipengaruhi oleh perubahan besaran variable bebas dalam penelitian ini adalah kandungan deterjen air limbah pencucian linen. 12. Kandungan deterjen adalah jumlah

deterjen dalam air limbah yang diukur di laboratorium dalam satuan mg/lt. 13. Persentase penurunan deterjen adalah

kandungan deterjen dalam air baku dikurangi kandungan deterjen dalam air limbah setelah disaring dibagi kandungan deterjen air baku kali 100%.

5. Prosedur Kerja

a. Pembuatan Saringan Sederhana Saringan dibuat dari pipa PVC diameter 6 inci, dilengkapi dengan empat underdrain  yang satu sama lain berjarak 10 cm dan satu overflow pada ketinggian 84 cm dari dasar saringan.

b. Pengadaan Media Saring

Zeolit sebagai media saring dibeli dari toko bahan kimia, kemudian diayak dengan ayakan mes nomor 5 dan 6. Zeolit yang digunakan sebagai media saring adalah zeolit yang lolos pada pengayakan mes nomor 5 dan tertahan pada mes nomor 6. Zeolit yang digunakan sebagai media saring dalam penelitian ini adalah tidak diaktifkan terlebih dahulu dengan pertimbangan ingin mengetahui kemampuan zeolit secara alami dan apabila penggunaan zeolit diaktifkan terlebih dahulu, maka kemungkinan akan menyulitkan masyarakat.

c. Menghitung Kecepatan

Penyaringan

Kecepatan penyaringan 1,475 Liter/ menit diperoleh dari hasil perhitungan sebagai berikut : diketahui diameter saringan 6 inci (15 cm), luas penampang saringan ¼

 Л  d2 = ¼ . 3,14.0,15 m2 = 0,0177 m2 .

Standar kecepatan saringan pasir cepat adalah : 5 m3 /m2 /  jam, jadi kecepatan penyaringan pada saringan percobaan adalah = 0,0177 m2 x 5 m3 /m2 /  jam = 0,0885 m3 /  jam atau = 1,475 Lt / menit. E. Hasil

Hasil pengamatan atau pengukuran terhadap kandungan deterjen dari air baku limbah pencucian linen, saringan kontrol dan setelah melewati saringan percobaan dengan ketebalan 10 cm, 20 cm dan 30 cm dengan enam kali pengulangan dapat dilihat pada Tabel 1.

(8)

 Jurnal Kesehatan Priangan, Volume 1 No. 2 (April 2014): 049-106

Tabel 1

Kandungan Deterjen Limbah Pencucian Linen pada Air Baku, Saringan Kontrol dan Setelah Melewati Lapisan Media Saring Zeolit

Percobaan ke

Lamanya Saringan Beroperasi

Kandungan Detrjen Sebelum dan Setelah Melewati Saringan Percobaan Berdasarkan Lama Saringan Beroperasi (mg/Lt) Air Baku Saringan

Kontrol

Ketebalan media saring zeolit 10 Cm 20 Cm 30 Cm 1. 0 jam 0,5 jam 1 jam 1,5 jam Rata-rata 0,1579 -0,1552 0,1572 0,1395 0,1507 -0,1395 0,1256 0,1169 0,1273 -0,1149 0,1141 0,1079 0,1123 -0,0866 0,0843 0,0701 0,0803 2. 0 jam 0,5 jam 1 jam 1,5 jam Rata-rata 3,4589 -3,3649 3,3364 3,3326 3,3446 -3,1338 3,1001 2,8020 3,0119 -2,6399 2,5632 2,6057 2,6029 -2,1241 2,0649 2,0072 2,0654 3. 0 jam 0,5 jam 1 jam 1,5 jam Rata-rata 0,4025 -0,3925 0,4018 0,3927 0,3956 -0,3331 0,3256 0,3189 0,3258 -0,2929 0,2699 0,2620 0,2749 -0,2237 0.2179 0,1984 0,2133 4. 0 jam 0,5 jam 1 jam 1,5 jam Rata-rata 0,6889 -0,6871 0,6739 0,6721 0,6777 -0,5584 0,5314 0,4714 0,5204 -0,3870 0,3723 0,3575 0,3723 -0,3544 0,2822 0,2666 0,3011 5. 0 jam 0,5 jam 1 jam 1,5 jam Rata-rata 0,6706 -0,6701 0,6698 0,6686 0,6695 -0,5370 0,5150 0,4743 0,5087 -0,4880 0,4702 0,4657 0,4746 -0,4666 0,4085 0,3938 0,4229 6. 0 jam 0,5 jam 1 jam 1,5 jam Rata-rata 0,7087 -0,7081 0,7060 0,7058 0,7066 -0,4981 0,4810 0,4797 0,4862 -0,4670 0,4598 0,3908 0,4392 -0,2949 0,2846 0,2784 0,2859 Berdasarkan Tabel 1 diatas dapat dihitung persentase penurunan kandungan deterjen limbah pencucian linen yang dapat dilihat pada Tabel 2

(9)

 Jurnal Kesehatan Priangan, Volume 1 No. 2 (April 2014): 049-106

Tabel 2

Persentase Penurunan Kandungan Deterjen Limbah Pencucian Linen Pada Air Baku, Saringan Kontrol dan Setelah Melewati Lapisan Media Saring Zeolit

Lamanya Saringan Beroperasi

Persentase Penurunan Kandungan Deterjen (%) Setelah Melewati Lapisan Media Saring Zeolit

Saringan Kontrol

Saringan percobaan dengan ketebalan Media saring zeolit

10 Cm 20 Cm 30 Cm 0,5 Jam 1,71 2,72 2,48 0,26 0,07 0,08 11,65 9,40 17,25 18,94 19,93 29,72 27,23 23,68 27,23 43,82 27,23 34,10 45,15 38,59 44,42 48,55 30,42 58,39 Jumlah 7,32 106,89 183,29 265,52 Rata-rata 1,22 17,81 30,54 44,25 1 Jam 0,44 3,54 0,17 2,18 0,12 0,38 20,46 10,37 19,10 22,86 23,20 32,13 27,74 25,89 32,94 45,96 29,88 35,12 46,61 40,30 45,86 59,04 38,93 59,84 Jumlah 6,83 128,11 197,53 290,58 Rata - rata 1,14 21,35 32,92 48,43 1,5 Jam 1,65 3,65 2,43 2,44 0,30 0,41 25,96 18,99 20,77 31,57 29,27 32,31 31,66 24,66 34,90 48,10 30,55 44,86 55,60 41,97 50,70 61,30 41,28 60,72 Jumlah 10,88 158,87 214,73 311,57 Rata - rata 1,81 26,48 35,79 51,93

Rata-rata persentase penurunan kandungan deterjen limbah pencucian linen, setelah melewati lapisan media saring pada Tabel 2 diatas pada pengamatan lamanya saringan beroperasi selama 0,5 jam ternyata pada ketebalan media saring zeolit 10 cm sebesar 17,81 %, pengamatan dengan lama operasi saringan 1 jam ternyata sebesar 21,35 % dan pada pengamatan dengan lama operasi saringan 1,5 jam sebesar 26,48 %.

Rata-rata persentase penurunan kandungan deterjen setelah melewati lapisan media saring zeolit ketebalan 20 cm, pada pengamatan dengan lama operasi saringan selama 0,5 jam sebesar 30,54 %, pengamatan dengan lama operasi saringan 1 jam sebesar 32,92 % dan pengamatan dengan lama operasi saringan1,5 jam sebesar 35,79 %. Adapun rata-rata persentase penurunan kandungan deterjen setelah melewati lapisan media saring

(10)

 Jurnal Kesehatan Priangan, Volume 1 No. 2 (April 2014): 049-106

zeolit ketebalan 30 cm, pada pengamatan dengan lama operasi saringan selama 0,5  jam sebesar 44,25 %, pengamatan dengan lama operasi saringan 1 jam sebesar 48,43 % dan pengamatan dengan lama operasi saringan 1,5 jam sebesar 51,93 %.

F. Pembahasan

Untuk mengetahui apakah ada pengaruh dari ketebalan lapisan media saring zeolit terhadap penurunan kandungan deterjen pada air limbah pencucian linen, maka dilakukan uji statistic dengan Analisis Varian dua factor sebagai berikut:

Tabel 3

Persentase Penurunan Kandungan Deterjen Limbah Pencucian Linen Setelah Melewati Ketebalan Lapisan Media Saring Zeolit

Lamanya Saringan Beroperasi

Persentase Penurunan Kandungan Deterjen ( % ) Setelah Melewati Ketebalan Lapisan Media Saring

Zeolit Jumlah 10 Cm 20 Cm 30 Cm 0,5 jam 11,65 9,40 17,25 18,94 19,93 29,72 27,23 23,68 27,23 43,82 27,23 34,10 45,15 38,59 44,42 48,55 30,42 58,39 Jumlah 106,89 183,29 265,52 555,7 1 Jam 20,46 10,37 19,10 22,86 23,20 32,13 27,74 25,89 32,94 45,96 29,88 35,12 46,61 40,30 45,86 59,04 38,93 59,84 Jumlah 128,11 197,53 290,58 616,22 1,5 Jam 25,96 18,99 20,77 31,57 29,27 32,31 31,66 24,66 34,90 48,10 30,55 44,86 55,60 41,97 50,70 61,30 41,28 60,72 Jumlah 158,87 214,73 311,57 685,17 T o t a l 393,87 595,55 867,67 1857,09

Hasil perhitungan Analisis Varian dua Faktor dimasukkan pada Tabel 4 yaitu tabel Anava 2 faktor sebagai berikut :

(11)

 Jurnal Kesehatan Priangan, Volume 1 No. 2 (April 2014): 049-106

Tabel. 4

Daftar Anava 2 faktor

No. Sumber Varians dk Jk Rjk F. Hitung F. Tabel

1. Rata-rata 1 63866,36 2. Perlakuan 2 6281,67 3140,83 49,80 3,205 3. Umur Saringan 2 466,28 233,14 3,70 3,205 4. Interaksi 4 21,2 5,3 0,08 5. Kekeliruan 45 2838,2 63,07 Jumlah 54 73473,71

Berdasarkan Tabel. 4 dapat dilihat bahwa F hitung (49,80 ) lebih besar dari F tabel (3,205 ) dengan taraf signifikan

ά

= 0,05, berarti ada pengaruh dari ketebalan lapisan media saring zeolit terhadap penurunan kandungan deterjen dalam air limbah

pencucian linen. Untuk mengetahui apakah ada korelasi antara ketebalan lapisan media saring zeolit dengan prosestase penurunan kandungan deter  jen pada air limbah hasil penyaringan dapat dilihat dari hasil uji korelasi pada Tabel 5 sebagai berikut:

Tabel. 5

Hubungan Antara Berbagai Ketebalan Lapisan Media Saring Zeolit

dengan Persentase Penurunan Kandungan Deterjen Air Limbah Pencucian Linen No. Ketebalan Zeolit ( xi ) Kandungan Deterjen ( yi ) xiyi xi yi 1. 10 11,65 116,5 100 135,7225 2. 10 9,40 94,0 100 88,36 3. 10 17,25 172,25 100 297,5625 4. 10 18,94 189,4 100 358,7236 5. 10 19,93 199,3 100 397,2049 6. 10 29,72 297,2 100 883,2784 7. 10 20,46 204,6 100 418,2025 8. 10 10,37 103,7 100 107,5369 9. 10 19,10 191,0 100 364,81 10. 10 22,86 228,6 100 522,5796 11. 10 23,20 232,0 100 538,24 12. 10 32,13 321,3 100 1032,3369 13. 10 25,96 259,6 100 673,9216 14. 10 18,99 189,9 100 360,6201 15. 10 20,77 207,7 100 431,3929 16. 10 31,57 315,7 100 996,6649 17. 10 29,27 292,7 100 856,7329 18. 10 32,31 323,1 100 1043,9361 19. 20 27,23 544,6 400 741,4729 20. 20 23,68 473,6 400 560,7424 21. 20 27,23 544,6 400 741,4729

(12)

 Jurnal Kesehatan Priangan, Volume 1 No. 2 (April 2014): 049-106 22. 20 43,82 876,4 400 1920,1924 23. 20 27,23 544,6 400 741,4729 24. 20 34,10 682 400 1162,81 25. 20 27,74 544,8 400 769,5076 26. 20 25,89 517,8 400 670,2921 27. 20 32,94 658,8 400 1085,0436 28. 20 45,96 919,2 400 2112,3216 29. 20 29,88 597,6 400 892,8144 30. 20 35,12 702,4 400 1233,4144 31. 20 31,66 633,2 400 1002,3556 32. 20 24,66 493,3 400 608,1156 33. 20 34,90 698 400 1218,01 34. 20 48,10 962 400 2313,61 35. 20 30,55 611 400 933,3025 36. 20 44,86 897,2 400 2012,4196 37. 30 45,15 1354,5 900 2038,5225 38. 30 38,59 1157,7 900 1489,1881 39. 30 44,42 1332,6 900 1973,1364 40. 30 48,55 1456,5 900 2357,1025 41. 30 30,42 912,6 900 925,3764 42. 30 58,39 1751,7 900 3409,3921 43. 30 46,61 1398,3 900 2172,4921 44. 30 40,30 1209 900 1624,09 45 30 45,86 1375,8 900 2103,1396 46. 30 59,04 1771,2 900 3485,7216 47. 30 38,93 1167,9 900 1515,5449 48. 30 59,84 1795,2 900 3580,8256 49. 30 55,60 1668 900 3091,36 50. 30 41,97 1259,1 900 1761,4809 51. 30 50,70 1521 900 2570,49 52. 30 61,30 1819 900 3757,69 53. 30 41,28 1238,4 900 1704,0384 54. 30 60,72 1821,6 900 3686,9184

1080 1857,09 41879,8 25200 70773,7063

 

54  41�7�.�  10�0  1�57.0�

 5425200  10�0

  54

707773.7063

 1�57.0�

2  ������ ������  ������  ����

Berdasarkan hasil perhitungan diatas ternyata r hitung 0,95, sedangkan r tabel dengan N= 54 dengan taraf kepercayaan 0,05 diperoleh angka sebesar 0,2686, dengan demikian r hitung lebih besar dari r tabel yang berarti ada korelasi antara ketebalan

lapisan media saring zeolit dengan persentase penurunan kandungan deterjen dalam air limbah pencucian linen setelah disaring untuk mengetahui ketebalan lapisan media saring zeolit dilakukan Analisa Regresi Polinomial orthogonal langkah sebagai berikut :

(13)

 Jurnal Kesehatan Priangan, Volume 1 No. 2 (April 2014): 049-106

Tabel. 6

Koefisien Polinomial dengan K = 3 untuk Perlakuan

K

Polinom Taraf Variabel

∑ξ i2 λ  10 cm 20 cm 30 cm Skala 1 2 3 3 Linear -1 0 1 2 1 Kuadratik 1 -2 1 6 3 yij 393,87 595,55 867,67

1. Jumlah kuadrat linear = ...



.



 6235.73

2. Jumlah kuadrat kuadratik = ...



�

 = 45.94

Hasil perhitungan diatas dimasukkan kedalam tabel Anova Model Polinomial Orthogonal sebagai berikut :

Tabel. 7

Anova Model Polinomial dengan K = 3

No. Sumber Varians dk Jk Rjk F Hitung F tabel

1. Rata- rata 1 63866,36 2. Perlakuan 2 6281,67 3140,83 49,80 3,205 3. Linear 1 6235,73 6235 98,87 4,055 4. Kuadratik 1 45,95 45,94 0,73 4,055 5. Umur Saringan 2 466,28 233,14 3,696 3,205 6. Interaksi 4 21,2 5,3 7. Kekeliruan 45 2838,2 63,07 Jumlah 54 73473,71

Pada tabel 7 dapat dilihat bahwa F hitung linear lebih besar dari F tabel , sedangkan F hitung Kuadratik lebih kecil dari F tabel, maka Analisa selanjutnya

dihitung sampai perhitungan linear sebagai berikut :    ∑ ∑    ������� �  �  �  �����    �  ������  �  ������  �  ������ �  �  �  ����� ��  �����

(14)

 Jurnal Kesehatan Priangan, Volume 1 No. 2 (April 2014): 049-106

Untuk persamaan terakhir , maka perlu dicari harga

ξ

o dan

ξ

  1 dengan persamaan sebagai berikut :

ξ

  1

ξ

  λ  �  1  �

� 

 �  �

   20

10

Bila

   20

 dan d = 10 maka persamaan menjadi :

ξ

  1 

   20

10

   20

10

Dengan demikian persamaan garisnya adalah :

  

ξ

  �

ξ

  34.3�1  13.16

�  2 0

10

 34.3� 

13.16�

10

   26.32

 34.3�  1.316  26.32

  1.316   �.07

Dari persamaan garis ini dicari Ketebalan lapisan media saring zeolit yang efektif, yaitu apabila besarnya prosentase penurunan kandungan deterjen limbah pencucian linen yang diharapkan adalah sebesar 90 %, maka ketebalan lapisan media saring zeolit yang efektif adalah :

  1.316   �.07

�0  1.316  �.07

�1.�3  1.316

   62.2

Jadi ketebalan lapisan media saring zeolit yang efektif adalah 62,2 cm, yaitu ketebalan minimal yang dapat menurunkan kandungan deterjen sebesar 90 %, sedangkan ketebalan maksimal lapisan media saring zeolit yang dapat menurunkan kandungan deterjen air limbah pencucian linen sebesar 100 % adalah 69,8 cm. Jadi ketebalan lapisan media saring yang efektif adalah berkisar antara 62,2 cm sampai dengan 69,8 cm.

G. Simpulan

1) Hasil analisa varians dua faktor dari data Tabel 3 terlihat ada variasi kelompok data prosentase penurunan kandungan deterjen dari masing-masing ketebalan lapisan media saring zeolit, yang berbeda bermakna pada derajat kepercayaan dengan

α

= 5 % yang berarti bahwa ada pengaruh ketebalan lapisan media saring zeolit terhadap penurunan kandungan deterjen limbah pencucian linen setelah disaring.

2) Hasil uji Korelasi antara kelompok data persentase penurunan kandungan deterjen limbah pencucian linen setelah melewati media saring zeolit, dengan ketebalan lapisan media saring zeolit 10 cm, 20 cm dan 30 cm, menunjukkan r hitung lebih besar dari r tabel (tabel 5) yang berarti ada korelasi antara ketebalan lapisan

(15)

 Jurnal Kesehatan Priangan, Volume 1 No. 2 (April 2014): 049-106

kandungan deterjen limbah pencucian linen setelah disaring. 3) Bentuk korelasi antara prosentase

penurunan kandungan deterjen limbah pencucian linen dengan ketebalan lapisan media saring zeolit, dari hasil uji Polinomial Orthogonal yang menghasilkan persamaan linear Y = 1,136 x +8,07, dimana Y adalah prosentase penurunan kandungan deterjen limbah pencucian linen, sedangkan X adalah ketebalan lapisan media saring zeolit. Hasil perhitungan dari persamaan tersebut dapat diketahui ketebalan lapisan media saring zeolit yang efektif yaitu yang mampu menurunkan kandungan deterjen

90 % adalah ketebalan lapisan media saring zeolit berkisar antara 62,2 cm sampai dengan 69,8 cm.

4) Kelemahan dalam penelitian ini adalah kandungan deterjen limbah pencucian linen pada air baku yang dipergunakan pada setiap percobaan tidak dapat disamakan (Tabel. 1) serta keadaan cuaca yang tidak dapat dikendalikan.

H. Saran

1) Hasil penelitian ini sebagai bahan informasi dalam salah satu upaya untuk mengendalikan atau mengurangi terjadinya pencemaran air permukaan maupun air tanah oleh limbah deterjen dengan cara sebelum dilakukan pembuangan limbah ke perairan atau lingkungan terlebih dahulu dilakukan pengolahan dengan proses penyaringan menggunakan media saring zeolit dengan ketebalan 62,2

cm dengan kecepatan aliran saringan cepat (antara 5-7 m3 /m 2 /  jam). 2) Perlu dilakukan penelitian lanjutan

dengan menggunakan berbagai diameter media saring zeolit untuk menurunkan berbagai kandungan deterjen maupun pencemar lain dari berbagai jenis limbah.

I. Referensi

Huissman,L .  Rapid Filtration .part 1. Self University of Technology. Dept of Civil Engineering ,Dividion of Sanitary Engineering,1974

Kerrod,Robin. Rock and Mineral, Grise wood and Dempsey Ltd, London.1997

KRT Tjokrokusumo. Pengantar Konsep Teknologi Bersih, Khusus Pengelolaan dan Pengolahan Air. Yogyakarta : STTL YLH.1995. Notoatmodjo, Soekijo.  Metodologi

Penelitian Kesehatan PT R. Meka Septa ; Jakarta, 1993

Pangestu, Djarwanto. Statistik Induktif. BPFE ; Yogyakarta,1993

Prof.Dr.SoekidjoNotoatmodjo.  Ilmu Kesehatan masyarakat . Jakarta : Rineka Cipta 2003

Sujana.  Desain dan Analisis

 Ekspremen.  Tarsito.

Bandung,1991

Sutopo, F.X.R. Etal.Pengkajian karakteristik zeolit Cikalong

Tasik Malaya dan

Pemanfaatannya dalam Pengolahan Air . PPTM ; Bandung . 1991

Suyartono.Etal. Penerapan Model Pengolahan dan Pemanfaatan  Zeolit Bayah untuk Gas dan

Cairan.PPTM : Bandung,1986 Sugiharto.  Dasar-dasar Pengolahan Air

 Limbah. Jakarta : 1987

Sri Nuryani,Endang, Hartanto,Handi dkk.  Bagaimana terjadinya gunung berapi. Dharma Karya Cipta : Bandung 1993.

(16)

 Jurnal Kesehatan Priangan, Volume 1 No. 2 (April 2014): 049-106

Tony Parulian Sinaga dan Asral Sahri Siregar. Pengantar Hidrobiologi. Purwokerto : Universitas Jendral Sudirman , Fakultas Biologi ,1991

Willey, John. Water Treatment  Handbook , 5 th Edition New York : A Halsted Press Book John Willey and Sons,1979

Widanarko,Sulistyoweni.Pedoman

Umum Pengawasan Limbah  Industri. Jakarta : 1988

(17)

 Jurnal Kesehatan Priangan, Volume 1 No. 2 (April 2014): 049-106

HUBUNGAN USIA PERNIKAHAN DENGAN TERJADINYA PERILAKU KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA PADA PEREMPUAN DI DESA SUKAMANDI JAYA KECAMATAN CIASEM KABUPATEN SUBANG TAHUN 2013

Achmad Setya Roswendi1

1

STIKES Jenderal Achmad Yani Cimahi

ABSTRAK

Pernikahan dini dapat menimbulkan terjadinya perilaku kekerasan dalam rumah tangga pada perempuan yang menikah di usia muda < 19 tahun. Dalam aspek psikologis pernikahan dini dapat meningkatkan status ego dan emosi labil remaja sehingga memicu terjadinya perilaku kekerasan dalam rumah tangga dan menimbulkan kendala dalam lingkungan keluarga barunya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan usia pernikahan dengan terjadinya perilaku kekerasan dalam rumah tangga pada perempuan di Desa Sukamandi Jaya Kecamatan Ciasem Kabupaten Subang Tahun 2013. Rancangan penelitian yang digunakan adalah metoda analitik observasional, penelitian dilaksanakan pada bulan juli 2013 terhadap 70 responden dengan teknik sample menggunakan total sampling dan instrumen pengumpulan data menggunakan kuesioner. Analisa data menggunakan dua tahapan yaitu analisa univariat untuk melihat distribusi frekuensi dan bivariat untuk melihat hubungan ( Chi Square) hasil penelitian yang dilakukan terhadap 70 responden didapatkan hasil usia pernikahan yang tidak melakukan pernikahan dini (>19 tahun) sebagian responden (52%). Untuk yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga sebagian responden (60%). Nilai p value 0,005 <

α

  (0,05) sehingga dapat di simpulkan bahwa ada hubungan antara usia pernikahan dan terjadinya perilaku kekerasan dalam rumah tangga pada perempuan di Desa Sukamandi Jaya. Berdasarkan hasil penelitian tersebut diharapkan keluarga di desa tersebut dapat menyelesaikan segala bentuk permasalahan secara adaptif dan mengarahkan keluarganya agar tidak terjadi kekerasan dalam rumah tangga.

Kata Kunci : Pernikahan Dini, KDRT A. Pendahuluan

Menurut 50 surveI kependudukan di seluruh dunia, 10-50% perempuan melaporkan pernah terjadi kekerasan atau disakiti secara fisik oleh pasangannya. Kekerasan fisik hampir selalu diikuti oleh penyalahgunaan secara psikologis, dan sekitar sepertiga sampai lebih dari setengah diikuti oleh penyalahgunaan seksual. Sebagai contoh diantara 613 orang terdapat perlakuan kekerasan di Jepang, 57% mengalami kekerasan fisik, psikis dan seksual. Hanya 8% yang mengalami penyalahgunaan fisik saja. (Depkes RI, 2007).

Kekerasan dalam rumah tangga sangat bervariasi dan dapat berupa penyerangan fisik, seperti pemukulan, menampar, menendang, menempeleng, menyepak, menggigit atau mencoba menggantung, membakar atau menyiramkan cairan asam kewajah, memukul dan memperkosa dengan bagian tubuh atau benda tajam, mengunakan senjata mematikan untuk menusuk atau menembak istri/pasanganya. Kekerasan dapat pula berbentuk penyalahgunaan psikis lainnya seperti meremehkan, melecehkan, menekan dan menghina, termasuk mengendalikan perilaku melalui isolasi perempuan terhadap keluarga dan teman-temannya, mengawasi dan membatasi ruang lingkup kehidupannya (Nukman,2009).

(18)

 Jurnal Keseh

 Jurnal Kesehatan Priangan, Voatan Priangan, Volume 1 No. 2 (Aprlume 1 No. 2 (April 2014): 049-106il 2014): 049-106

Menurut Undang-undang Republik Menurut Undang-undang Republik Indonesia No 23 Tahun 2004 Tentang Indonesia No 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), Kekerasan dalam rumah Tangga (KDRT), Kekerasan dalam rumah tangga adalah setiap perbuatan terhadap tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang

seseorang terutama terutama perempuan, perempuan, yangyang berakibat timbulnya kesengsaraan atau berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaran rumah psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup keluarga (Depkes hukum dalam lingkup keluarga (Depkes RI, 2007).

RI, 2007).

Banyak faktor yang mempengaruhi Banyak faktor yang mempengaruhi kekerasan terhadap perempuan, kekerasan kekerasan terhadap perempuan, kekerasan terhadap perempuan secara domestik yaitu terhadap perempuan secara domestik yaitu kekerasan rumah tangga terhadap istri. kekerasan rumah tangga terhadap istri. Seperti halnya faktor-faktor yang Seperti halnya faktor-faktor yang mempengaruhinya sangat beragam. mempengaruhinya sangat beragam. Faktor-faktor penyebab yang Faktor-faktor penyebab yang mempengaruhi kekerasan meliputi usia, mempengaruhi kekerasan meliputi usia, pendidikan, ekonomi, kekuasaan suami, pendidikan, ekonomi, kekuasaan suami, perselingkuhan, kebiasaan suami (Djanah, perselingkuhan, kebiasaan suami (Djanah, 2006).

2006).

Data UNICEF pada tahun 2007 Data UNICEF pada tahun 2007 menunjukkan bahwa wanita yang berusia menunjukkan bahwa wanita yang berusia 25 sampai 29 tahun yang menikah 25 sampai 29 tahun yang menikah dibawah usia 18 tahun di Indonesia dibawah usia 18 tahun di Indonesia mencapai 34 %, dan Indonesia termasuk mencapai 34 %, dan Indonesia termasuk dalam lima besar Negara-negara yang dalam lima besar Negara-negara yang persentase pernikahan dini tertinggi di persentase pernikahan dini tertinggi di dunia. Berdasarkan usia pernikahan dan dunia. Berdasarkan usia pernikahan dan level pendidikan, data statistik di level pendidikan, data statistik di Indonesia menunjukkan pada tahun 2008 Indonesia menunjukkan pada tahun 2008 terdapat 20 % wanita

terdapat 20 % wanita yang menikah di usiayang menikah di usia sekitar 15-19 tahun dan 18 % wanita yang sekitar 15-19 tahun dan 18 % wanita yang menikah dengan laki-laki dibawah usia 20 menikah dengan laki-laki dibawah usia 20 tahun (Suprayanto, 2010).

tahun (Suprayanto, 2010).

Penelitian Choe, Thapa, dan Achmad Penelitian Choe, Thapa, dan Achmad (dalam

(dalam  Early  Early Marriage Marriage and and ChildbearingChildbearing in Indonesia and Nepal

in Indonesia and Nepal, 1999), yang, 1999), yang ditinjau dari segi demografis menunjukkan ditinjau dari segi demografis menunjukkan bahwa pernikahan sebelum usia 18 tahun bahwa pernikahan sebelum usia 18 tahun pada umumnya terjadi pada wanita di pada umumnya terjadi pada wanita di Indonesia terutama di kawasan pedesaan. Indonesia terutama di kawasan pedesaan. Hal ini dikarenakan tingkat ekonomi serta Hal ini dikarenakan tingkat ekonomi serta

pendidikan yang rendah di daerah pendidikan yang rendah di daerah pedesaan di Indonesia serta faktor akses pedesaan di Indonesia serta faktor akses informasi yang tidak memadai. Angka informasi yang tidak memadai. Angka statistik pernikahan dini secara nasional statistik pernikahan dini secara nasional sendiri menunjukkan bahwa sekitar 25% sendiri menunjukkan bahwa sekitar 25% terjadi di Indonesia. Bahkan beberapa terjadi di Indonesia. Bahkan beberapa daerah melebihi angka tersebut seperti di daerah melebihi angka tersebut seperti di Jawa Timur (39,43 %), Kalimantan Jawa Timur (39,43 %), Kalimantan (35,48%), Jambi (30,63%), Jawa Barat (35,48%), Jambi (30,63%), Jawa Barat (36%) dan Jawa Tengah (27,84 %). (36%) dan Jawa Tengah (27,84 %). Parameter lain untuk mengetahui jumlah Parameter lain untuk mengetahui jumlah praktek pernikahan dini adalah melalui praktek pernikahan dini adalah melalui angka kematian ibu dan bayi. Angka angka kematian ibu dan bayi. Angka kematian ibu dan bayi yang cukup tinggi kematian ibu dan bayi yang cukup tinggi di suatu wilayah dapat mengindikasikan di suatu wilayah dapat mengindikasikan rendahnya indeks pembangunan manusia rendahnya indeks pembangunan manusia di daerah tersebut yang disebabkan oleh di daerah tersebut yang disebabkan oleh praktik pernikahan dini yang masih umum praktik pernikahan dini yang masih umum terjadi. Hal ini sesuai dengan data statistik terjadi. Hal ini sesuai dengan data statistik yang dikeluarkan oleh Indikator Sosial yang dikeluarkan oleh Indikator Sosial Wanita Indonesia melalui Badan Pusat Wanita Indonesia melalui Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2005 Statistik (BPS) pada tahun 2005 menunjukkan 21,75% anak perempuan di menunjukkan 21,75% anak perempuan di perkotaan menikah pada usia dibawah 16 perkotaan menikah pada usia dibawah 16 tahun dan 47,79% terjadi di daerah tahun dan 47,79% terjadi di daerah pedesaa

pedesaan (Iln (Ilyas, 2008).yas, 2008).

Data Biro Pusat Statistik (BPS) juga Data Biro Pusat Statistik (BPS) juga menunjukkan bahwa ternyata praktik menunjukkan bahwa ternyata praktik pernikahan dini masih umum terjadi di pernikahan dini masih umum terjadi di Indonesia. Hal ini ditunjukkan melalui Indonesia. Hal ini ditunjukkan melalui data statistik angka kelahiran menurut usia data statistik angka kelahiran menurut usia wanita berdasarkan periode waktu, yaitu wanita berdasarkan periode waktu, yaitu pada tahun 2009 dengan periode waktu pada tahun 2009 dengan periode waktu dari tahun 2001-2009 menunjukkan untuk dari tahun 2001-2009 menunjukkan untuk daerah perkotaan di Indonesia terdapat daerah perkotaan di Indonesia terdapat 29% wanita muda yang melahirkan di usia 29% wanita muda yang melahirkan di usia 15-19 tahun, di daerah pedesaan sendiri 15-19 tahun, di daerah pedesaan sendiri menunjukkan persentase yang sangat menunjukkan persentase yang sangat tinggi yaitu 58% wanita yang melahirkan tinggi yaitu 58% wanita yang melahirkan di usia 15-19 tahun. Wilayah provinsi di usia 15-19 tahun. Wilayah provinsi Jawa Barat khususnya di daerah Subang Jawa Barat khususnya di daerah Subang yang akan menjadi lokasi penelitian yang akan menjadi lokasi penelitian menunjukkan bahwa angka kelahiran menunjukkan bahwa angka kelahiran menurut usia wanita terdapat sebanyak menurut usia wanita terdapat sebanyak 33% yang melahirkan bayinya ketika 33% yang melahirkan bayinya ketika berusia 15-19 tahun (BPS, 2009).

berusia 15-19 tahun (BPS, 2009).

Pernikahan dini di Jawa Barat hingga kini Pernikahan dini di Jawa Barat hingga kini masih tergolong tinggi di dunia. Jumlah masih tergolong tinggi di dunia. Jumlah

(19)

 Jurnal Keseh

 Jurnal Kesehatan Priangan, Voatan Priangan, Volume 1 No. 2 (Aprlume 1 No. 2 (April 2014): 049-106il 2014): 049-106

pasangan usia perkawinan (PUP) di bawah pasangan usia perkawinan (PUP) di bawah usia 19 tahun mencapai 50% dari total usia 19 tahun mencapai 50% dari total pasangan usia subur (PUS) di jawa barat, pasangan usia subur (PUS) di jawa barat, yakni sekitar 9 juta pasangan. Kepala yakni sekitar 9 juta pasangan. Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Sugiri Syarief Nasional (BKKBN) Sugiri Syarief menyatakan, angka pernikahan dini menyatakan, angka pernikahan dini tertinggi terdapat di daerah pantai utara tertinggi terdapat di daerah pantai utara (pantura) seperti Cirebon, Indramayu, (pantura) seperti Cirebon, Indramayu, Brebes, Subang, Karawang dan Brebes, Subang, Karawang dan kabupaten/kota lainnya. Untuk Kabupaten kabupaten/kota lainnya. Untuk Kabupaten Indramayu disinyalir menjadi daerah Indramayu disinyalir menjadi daerah tertinggi dalam kasus pernikahan dini di tertinggi dalam kasus pernikahan dini di Indonesia (Pikiran Rakyat Online, 2012). Indonesia (Pikiran Rakyat Online, 2012). Pernikahan dini

Pernikahan dini (early marriage) (early marriage) memiliki memiliki dampak yang sama pada remaja putri dampak yang sama pada remaja putri maupun remaja pria. Dampak-dampak maupun remaja pria. Dampak-dampak tersebut meliputi dampak fisik, intelektual, tersebut meliputi dampak fisik, intelektual, dan emosional. Remaja putri yang dan emosional. Remaja putri yang menikah akan mengalami hambatan dalam menikah akan mengalami hambatan dalam pendidikan mereka, kebebasan pribadi pendidikan mereka, kebebasan pribadi mereka, dan akan mengalami gangguan mereka, dan akan mengalami gangguan

emosional jika mereka tidak siap emosional jika mereka tidak siap menghadapi dunia pernikahan dengan menghadapi dunia pernikahan dengan bertambahnya tanggung jawab. Remaja bertambahnya tanggung jawab. Remaja putri yang menikah di usia muda dituntut putri yang menikah di usia muda dituntut dapat menyesuaikan diri dengan keadaan dapat menyesuaikan diri dengan keadaan pernikahan, bertambahnya tanggung jawab pernikahan, bertambahnya tanggung jawab untuk menghidupi keluarga, terancam untuk menghidupi keluarga, terancam putus sekolah dan terancam menjadi putus sekolah dan terancam menjadi pengangguran. Perempuan yang menikah pengangguran. Perempuan yang menikah di usia muda biasanya mengalami stress di usia muda biasanya mengalami stress berhubungan dengan peran baru mereka berhubungan dengan peran baru mereka sebagai Istri maupun Ibu dan emosional sebagai Istri maupun Ibu dan emosional nya pun masih tidak stabil apabila dalam nya pun masih tidak stabil apabila dalam menghadapi masalah bisa timbul dengan menghadapi masalah bisa timbul dengan kekerasan (Koliman, 2008).

kekerasan (Koliman, 2008).

Hasil studi pendahuluan yang juga telah Hasil studi pendahuluan yang juga telah dilakukan oleh peneliti di Dinas Kesehatan dilakukan oleh peneliti di Dinas Kesehatan Kabupaten Subang mengenai situasi Desa Kabupaten Subang mengenai situasi Desa yang memiliki persentase tinggi kejadian yang memiliki persentase tinggi kejadian kasus Kekerasan dalam rumah tangga kasus Kekerasan dalam rumah tangga adalah di Puskesmas Ciasem.

adalah di Puskesmas Ciasem.

Tabel 1 Tabel 1

Tabel Situasi Desa Yang Memiliki Persentase Tinggi Kejadian Kasus Kekerasan Dalam Tabel Situasi Desa Yang Memiliki Persentase Tinggi Kejadian Kasus Kekerasan Dalam

Rumah Tangga Tahun 2012 Rumah Tangga Tahun 2012 No

No Nama Desa Nama Desa Jumlah Jumlah PendudukPenduduk Jumlah TemuanJumlah Temuan Kasus KDRT Kasus KDRT 1

1 Ciasem Ciasem Girang Girang 1475 1475 1515 2

2 Sukamandi Sukamandi Jaya Jaya 3660 3660 2525 3

3 Ciasem Ciasem Tengah Tengah 1126 1126 1010 4

4 Ciasem Ciasem Baru Baru 1424 1424 1010 5

5 Pinangsari Pinangsari 885 885 88

6

6 Sukahaji Sukahaji 644 644 1111

Sumber : Profil Dinas

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kota Subang Tahun 2012Kesehatan Kota Subang Tahun 2012 Berdasarkan data di atas menjelaskan

Berdasarkan data di atas menjelaskan bahwa Desa Sukamandi Jaya memiliki bahwa Desa Sukamandi Jaya memiliki kasus KDRT terbanyak yaitu sebanyak 25 kasus KDRT terbanyak yaitu sebanyak 25 kasus, dan berdasarkan data dari studi kasus, dan berdasarkan data dari studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti, setelah dilakukan wawancara di peneliti, setelah dilakukan wawancara di Desa Sukamandi Jaya pada tanggal 27 Desa Sukamandi Jaya pada tanggal 27 Maret 2013 di dapatkan sebesar 70 Maret 2013 di dapatkan sebesar 70 keluarga yang menikah di usia pernikahan keluarga yang menikah di usia pernikahan rata-rata berumur 17 tahun.

rata-rata berumur 17 tahun.

Peran perawat juga sangat penting sebagai Peran perawat juga sangat penting sebagai pemberi asuhan keperawatan, perawat bisa pemberi asuhan keperawatan, perawat bisa membantu klien mendapatkan kembali membantu klien mendapatkan kembali kesehatannya melalui proses kesehatannya melalui proses penyembuhan. Perawat memfokuskan penyembuhan. Perawat memfokuskan asuhan pada kebutuhan kesehatan klien asuhan pada kebutuhan kesehatan klien secara holistik, meliputi upaya untuk secara holistik, meliputi upaya untuk mengembalikan kesehatan emosi, spiritual mengembalikan kesehatan emosi, spiritual dan sosial. Pemberi asuhan memberikan dan sosial. Pemberi asuhan memberikan bantuan kepada klien dan keluarga klien bantuan kepada klien dan keluarga klien dengan menggunakan energi dan waktu dengan menggunakan energi dan waktu yang

(20)

 Jurnal Keseh

 Jurnal Kesehatan Priangan, Voatan Priangan, Volume 1 No. 2 (Aprlume 1 No. 2 (April 2014): 049-106il 2014): 049-106

Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk

untuk mengetahui mengetahui tentang tentang HubunganHubungan Antara Usia Pernikahan Dengan Antara Usia Pernikahan Dengan Terjadinya

Terjadinya Perilaku Perilaku Kekerasan Kekerasan DalamDalam Rumah Tangga Pada Perempuan Di Desa Rumah Tangga Pada Perempuan Di Desa Sukamandi Jaya Kecamatan Ciasem Sukamandi Jaya Kecamatan Ciasem Kabupaten Subang tahun 2013. Kekerasan Kabupaten Subang tahun 2013. Kekerasan yang dialami oleh istri mengakibatkan yang dialami oleh istri mengakibatkan tekanan-tekanan psikologis, dimana tekanan-tekanan psikologis, dimana seorang istri juga mempunyai hak untuk seorang istri juga mempunyai hak untuk hidup layak dalam keluarga. Suami harus hidup layak dalam keluarga. Suami harus bisa membentuk keharmonisan maupun bisa membentuk keharmonisan maupun kenyamanan dalam keluarga. Kekerasan kenyamanan dalam keluarga. Kekerasan yang dilakukan dalam rumah tangga akan yang dilakukan dalam rumah tangga akan memberikan dampak yang buruk bagi memberikan dampak yang buruk bagi keluarga itu sendiri, bahkan di mata keluarga itu sendiri, bahkan di mata masyarakat umum.

masyarakat umum.

B.

B. Metode PenelitianMetode Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah Desain penelitian yang digunakan adalah analitik dengan pendekatan

analitik dengan pendekatan crosscross sectional

sectional. Hipotesis dalam penelitian ini. Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan antara usia adalah terdapat hubungan antara usia pernikahan dengan perilaku kekerasan pernikahan dengan perilaku kekerasan dalam rumah tangga pada perempuan di dalam rumah tangga pada perempuan di Desa Sukamandi Jaya Kecamtan Ciasem Desa Sukamandi Jaya Kecamtan Ciasem Kabupaten Subang. Variabel bebas dalam Kabupaten Subang. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah usia pernikahan. penelitian ini adalah usia pernikahan.

Variabel terikat dalam penelitian ini

Variabel terikat dalam penelitian ini adalahadalah perilaku kekerasan dalam rumah tangga perilaku kekerasan dalam rumah tangga pada perempuan di Desa Sukamandi Jaya pada perempuan di Desa Sukamandi Jaya Kec. Ciasem Kab. Subang. Kategori untuk Kec. Ciasem Kab. Subang. Kategori untuk pernikahan dini yaitu responden yang pernikahan dini yaitu responden yang melakukan pernikahan sebelum usia 19 melakukan pernikahan sebelum usia 19 tahun, dengan skala ukur kategori tahun, dengan skala ukur kategori (ordinal). Populasi dalam penelitian ini (ordinal). Populasi dalam penelitian ini adalah pasangan muda yang sudah adalah pasangan muda yang sudah menikah pada tahun 2013 di Desa menikah pada tahun 2013 di Desa Sukamandi Jaya Kec. Ciasem Kab. Subang Sukamandi Jaya Kec. Ciasem Kab. Subang tercatat 70 pasangan muda. Teknik tercatat 70 pasangan muda. Teknik pengambilan sampel yang digunakan pengambilan sampel yang digunakan adalah

adalah total samplingtotal sampling,,  jumlah  jumlah sampelsampel yang didapatkan adalah sebanyak 70 yang didapatkan adalah sebanyak 70 pasangan muda. Instrumen yang pasangan muda. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Uji validitas dan realibilitas kuesioner. Uji validitas dan realibilitas untuk kekerasan dalam rumah tangga untuk kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), dan

(KDRT), dan pernikahan upernikahan usia dini sia dini dengandengan uji

uji Korelasi Pearson Product Moment Korelasi Pearson Product Moment .. Analisa univariat yang dilakukan adalah Analisa univariat yang dilakukan adalah distribusi dan persentase, Analisa bivariat distribusi dan persentase, Analisa bivariat yang dilakukan uji beda dengan metode yang dilakukan uji beda dengan metode pearson

pearson chi squarechi square ( ( xx22 ) antara variabel) antara variabel bebas dengan variabel terikat batas bebas dengan variabel terikat batas kemaknaa

kemaknaan n yang dipakai adalah nilai yang dipakai adalah nilai alphaalpha 0,05 (5%) dan tingkat kepercayaan 95%. 0,05 (5%) dan tingkat kepercayaan 95%.

C.

C. Hasil dan PembahasanHasil dan Pembahasan

Tabel 2 Tabel 2

Distribusi Frekuensi Usia Pernikahan Distribusi Frekuensi Usia Pernikahan di Desa Sukamandi Jaya Kecamatan Ciasem di Desa Sukamandi Jaya Kecamatan Ciasem

Kabupaten

Kabupaten Subang Subang Tahun Tahun 2013.2013. Usia Usia Pernikahan Pernikahan Frekuensi Frekuensi (n) (n) Persentase Persentase (%) (%) Dini<19 tahun Dini<19 tahun Tidak Dini>19 tahun Tidak Dini>19 tahun

33 33 37 37 47,1 47,1 52,9 52,9 Jumlah Jumlah 70 70 100,0100,0

Sumber : Data hasil

Sumber : Data hasil penelitian tahun 2013penelitian tahun 2013 Berdasarkan tabel 2 menunjukan sebagian

Berdasarkan tabel 2 menunjukan sebagian melakukan usia pernikahan tidak dini > 21 melakukan usia pernikahan tidak dini > 21 tahun yaitu sebanyak 37 responden (52%). tahun yaitu sebanyak 37 responden (52%).

Dan

Dan sebagian sebagian kecil kecil melakukan melakukan usiausia pernikahan dini < 21 tahun sebanyak 33 pernikahan dini < 21 tahun sebanyak 33 responden (47%).

(21)

 Jurnal Kesehatan Priangan, Volume 1 No. 2 (April 2014): 049-106

Tabel 3

Distribusi Frekuensi Kejadian KDRT di Desa Sukamandi Jaya Kecamatan Ciasem

Kabupaten Subang Tahun 2013

KDRT Frekuensi (n) Persentase (%) KDRT Tidak KDRT 42 28 60,0 40,0 Total 70 100,0

Sumber : Data hasil penelitian tahun 2013 Berdasarkan tabel 3 diatas dapat dilihat

bahwa hasil penelitian mengenai KDRT di Desa Sukamandi Jaya Kec. Ciasem Kab. Subang Tahun 2013, menunjukkan dari 70

responden ternyata sebagian besar pada responden yang mengalami KDRT yaitu sebanyak 42 responden (60%).

Tabel 4

Distribusi Hubungan Usia Pernikahan Dengan Terjadinya Perilaku Kekerasan Dalam Rumah Tangga Pada Perempuan Di Desa Sukamandi Jaya Kecamatan Ciasem

Kabupaten Subang Tahun 2013

Usia pernikahan KDRT Total p- Value Ya Tidak N % N % N % Dini < 19 tahun 26 78,8% 7 21,2% 33 100% 0,005 Tidak Dini > 19 tahun 16 43,2% 21 56,8% 37 100% Jumlah 42 60% 28 40% 70 100%

Sumber : Data hasil penelitian tahun 2013

Berdasarkan tabel 4 diatas menjelaskan bahwa dari 33 responden yang melakukan pernikahan dini (< 19 tahun) sebagian 26 responden (78,8%) mengalami KDRT dan dari 37 responden yang tidak melakukan pernikahan dini (>19 tahun) sebagian kecil sebanyak 16 responden (43,2%) tidak mengalami kdrt . Berdasarkan uji statistik

didapatkan nilai p value = 0,005 (dengan

= 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara usia pernikahan dengan terjadinya perilaku kekerasan dalam rumah tangga pada perempuan di Desa Sukamandi Jaya Kec. Ciasem Kab. Subang Tahun 2013.

Hasil penelitian pada tabel 4.3 mengenai hubungan usia pernikahan dengan terjadinya kekerasan dalam rumah tangga p-value  = 0,005 (dengan ɑ  = 0,05)

sehingga dapat disimpulkan bahwa ada

hubungan antara usia pernikahan dengan terjadinya perilaku kekerasan dalam rumah tangga pada perempuan di Desa Sukamandi Jaya Kec. Ciasem Kab. Subang Tahun 2013.

(22)

 Jurnal Kesehatan Priangan, Volume 1 No. 2 (April 2014): 049-106

Menurut Djanah (2006), hal yang menjadi faktor-faktor terjadinya kekerasan dalam rumah tangga sebagai berikut: kekuasaan suami, masalah ekonomi, kebiasaan suami, usia, pendidikan, perselingkuhan. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Djanah (2006), adanya responden yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga dikarenakan usia pernikahan dini <19 tahun. Dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa salah satu faktor penyebab terjadinya kekerasan dalam rumah tangga pada perempuan adalah usia. Menurut Effendy (2009), untuk menghindari terjadinya kekerasan dalam rumah tangga, di perlukan cara-cara penanggulangan kekerasan dalam rumah tangga, antara lain : Perlunya keimanan yang kuat dan akhlak yang baik dan berpegang teguh pada agamanya, harus tercipta kerukunan dan kedamaian di dalam sebuah keluarga, harus adanya komunikasi yang baik antara suami dan istri, butuh rasa saling percaya, pengertian, saling menghargai dan sebagai antar anggota, seorang istri harus mampu mengkordinir berapapun keuangan yang ada dalam keluarga,serta pemecahan solusi rumah tangga yang tepat pada masyarakat remaja pasca menikah dini sehingga masyarakat mampu melakukan antisipasi yang lebih adaptif.

Hal ini dapat dipahami bahwa pernikahan di usia dini itu masa dimana usia awal perkawinan biasanya suami istri sedang dalam masa saling mencari kesesuaian dan beradaptasi satu dengan yang lain, sehingga perselisihan paham dan pertengkaran kecil sangat mungkin terjadi. Bahkan di masa awal perkawinan biasanya sifat asli suami istri akan muncul, sehingga banyak kekerasan psikis terjadi, seperti tindakan atau ucapan yang merendahkan atau menghina diperlakukan yang dapat membuat stres atau hilangnya percaya diri.

Sebenarnya kasus kekerasan dalam rumah tangga yang terjadi di Desa Sukamandi Jaya ini sering terjadi, namun tidak banyak korban yang kebanyakan adalah perempuan yang menikah di usia dini. Korban sering merasa takut, karena apabila mereka melaporkan peristiwa tersebut biasanya pelaku akan marah dan berpotensi untuk melakukan kekerasan lagi. Korban dianggap sebagai mahluk lemah yang tidak mampu untuk melakukan apapun serta tidak mempunyai hak untuk menyuarakan apa yang ada dalam pikirannya, korban pun sering disalahkan atas setiap kejadian buruk yang terjadi di rumah tangganya dan korban merasa pasrah apabila mendapat perlakukan yang kasar dari pelaku dan menganggap bahwa itu adalah hal yg wajar dilakukan oleh suaminya, karena memang iya yang menyebabkan semua itu terjadi. Sementara laki-laki dianggap sebaliknya, yakni sebagai mahluk yang kuat dapat melakukan apapun dan sebagainya.

D. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data serta pembahasan mengenai hubungan usia pernikahan dengan terjadinya perilaku kekerasan dalam rumah tangga pada perempuan di Desa Sukamandi Jaya Kec. Ciasem Kab. Subang, maka dapat disimpulkan bahwa : Sebagian besar responden pada usia pernikahan >21 tahun sebanyak (52%), Sebagian besar responden yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga sebanyak (60%), Terdapat hubungan antara usia pernikahan dengan terjadinya perilaku kekerasaan dalam rumah tangga pada perempuan di Desa Sukamandi Jaya Kec. Ciasem Kab. Subang Tahun 2013 dengan p-value = 0,005 ( = 0,05)

E. Referensi

Adhim, F. (2008)  Indahnya Pernikahan  Dini. Jakarta : PT. Lingkar Pena.

(23)

 Jurnal Kesehatan Priangan, Volume 1 No. 2 (April 2014): 049-106

Ahmad, K. (2009) Pernikahan Dini Masalah Kita Bersama.

Budiman. (2011). Penelitian Kesehatan (Buku Pertama). Bandung : PT. Reflika Aditama.

Djanah, F. (2006) Kekerasan Terhadap Istri. Yogyakarta : PT. Lkis PelangiAksara.

Fadliyana, E. (2007) Pernikahan dini dan permasalahannya. Indonesian Journal of pediatri social, vol 11. Format referensi elektronik direkomendasi

oleh Depkes, 2007 tersedia www.depkes.go.id, 18 Maret 2011.

Format referensi elektronik direkomendasi oleh Ilyas, 2008, tersedia http://kompas.com, 18 Maret 2013.

Format referensi elektronik direkomendasi oleh Minang Forum Info, 2010, http:// www.minangforum.info/se kilas-perkawinan.html

Hidayat, A. (2007) Metode Penelitain Keperawatan dan Tehnik Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika.

Ihsan. (2008) Tuntunan Praktis Rumah Tangga Bahagia. Surabaya : BP-4Jatim.

Kuzari, A. (2004). Nikah Sebagai Perikatan. Jakarta: Pt Raja Grafindo Persada.

Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Nukman, E. (2009) Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : EGC.

Nursalam. (2008) Kosep dan Penerapan Metodologi Ilmu Keperawatan, Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika.

Pustaka, Y. (2006) UU Ri No/2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Yogyakarta, hal 8.

Singgih, G. (2007) Psikologi Keluarga. Jakarta : Gunung Mulia.

Sudarto. (2004) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan  Kekerasan Dalam  Rumah Tangga. Bandung: Citra

(24)

 Jurnal Kesehatan Priangan, Volume 1 No. 2 (April 2014): 049-106

KAJIAN MENGENAI FAKTOR RISIKO LINGKUNGAN KUALITAS BAKTERIOLOGIS AIR MINUM PADA DAMIU

DI KABUPATEN BANDUNG BARAT Budiman1

1

STIKES Jenderal Achmad Yani Cimahi

ABSTRAK

Minuman merupakan kebutuhan dasar manusia yang pemenuhan nya menjadi hak asasi setiap masyarakat. Minuman dapat menjadi media bagi unsur pengganggu kesehatan manusia baik unsur yang secara alamiah sudah menjadi bagian dari pangan maupun unsur yang masuk ke dalam pangan dengan cara pencemaran seperti pada DAMIU. Hasil pemeriksanaan tingkat pencemaran bakteriololgis pada Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU). Di Wilayah Kabupaten Bandung Barat diperoleh Tahun 2012 ada 33,3% DAMIU yang tercemar coliform dari 75tempat DAMIU yang diperiksa. Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan kajian mengenai faktor risiko lingkungan kualitas bakteriologi air minum pada DAMIU di Kabupaten Bandung Barat. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan studi potong lintang. Populasi dalam penelitian mencakup seluruh DAMIU yang berada di Wilayah Kabupaten Bandung Barat. Teknik pengumpulan data menggunakan data primer yaitu melakukan pengukuran kualitas bakteriologi air minum. Analisis data yang digunakan proporsi dan analisis uji kai kuadrat.Hasil peneliian diperoleh Sebagian besar kualitas air minum tidak memenuhi syarat secara bakteriologis sebanyak 37 (61.7%). Tidak terdapat pengaruhyang signifikan antara penampungan/ tandon air baku (p-value=1.000), unit pengolah air value=0.586), unit pencucian galon value=0.284), unit pengisian galon value=1.000), pakaian kerja penjamah value=1.000), cuci tangan penjamah (p-value=0.936), kuku jari penjamah (p-value=0.839), dan sarana tempat sampah terhadap kualitas bakteriologis air minum pada depot air minum isi ulang (DAMIU) di Kabupaten Bandung Barat (p.value = 1.000). Disarankan bagi UPTD Laboratorium Kesehatan Daerah Kabupaten Bandung Barat saat pengambilan sampel air minum di DAMIU sebaiknya sampel berasal dari galon yang sudah berisikan air produksi, sehingga dapat menggambarkan kualitas air minum yang memenuhi syarat kesehatan.

Kata Kunci: Faktor Risiko Lingkungan, Studi Potong Lintang, Kualitas Bakteriologis Air Minum, DAMIU

A. Pendahuluan

Minuman merupakan kebutuhan dasar manusia yang pemenuhan nya menjadi hak asasi setiap rakyat Indonesia dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas untuk melaksanakan pembangunan nasional (UU Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan). Minumandapat menjadi media bagi unsur pengganggu kesehatan manusia baik unsur yang secara alamiah sudah menjadi bagian dari pangan maupun unsur yang masuk ke

dalam pangan dengan cara pencemaran. Sumber utama minuman adalah air.

Air merupakan unsur lingkungan yang penting selain untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia juga dapat menjadi media (vehicle) penularan penyakit, sehingga air harus dikelola secara hygiene.Hygiene Sanitasi adalah upaya kesehatan untuk mengurangi atau menghilangkan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pencemaran terhadap air minum dan

(25)

 Jurnal Kesehatan Priangan, Volume 1 No. 2 (April 2014): 049-106

sarana yang digunakan untuk proses pengolahan, penyimpanan dan pembagian air minum (Depkes RI, 1996).

Faktor pencemaranair bisa meliputi: 1) pencemaran fisik seperti benda mati baik halus maupun kasar, 2) pencemaran kimia seperti bahan organik dan non organik yang lewat dalam air minum pada waktu pengolahan, penyimpanan dan pembagian air minum, 3) pencemaran biologis dapat berupa jasad renik pathologis seperti bakteri, virus, kapang dan jamur yang dapat menimbulkan penyakit dan keracunan. Maka kebutuhan penduduk akan air harus terhindar dari faktor pencemaran.

Kebutuhan penduduk akan air minum dapat dipenuhi melalui air yang dilayani oleh sistem perpipaan (PAM), air minum dalam kemasan, dan Depot Air Minum Isi

Ulang (DAMIU).Masyarakat

mengkonsumsi air minum siap pakai angkanya cukup besar, sehingga DAMIU berdiri dimana-mana. DAMIU cukup potensial sebagai sarana penularan penyakit serta gangguan kesehatan lainnya.

Faktor risiko lingkungan pencemaran DAMIU diantaranya lokasi di Depot Air Minum harus terbebas dari pencemaran yang berasal dari debu di sekitar Depot, daerah tempat pembuangan kotoran/sampah, tempat penumpukan

barang bekas, tempat

bersembunyi/berkembang biak serangga, binatang kecil, pengerat, dan lain-lain, tempat yang kurang baik sistem saluran pembuangan air dan tempat tempat lain yang diduga dapat mengakibatkan pencemaran. Ruang proses produksi menyediakan tempat yang cukup untuk penempatanperalatan proses produksi. Area produksi harus dapat dicapai untuk inspeksi danpembersihan di setiap waktu. Konstruksi lantai, dinding dan plafon area produksi harus baik dan selalu bersih.

Dinding ruang pengisian harus dibuat dari bahan yang licin, berwarna terang dan tidak menyerap sehingga mudah dibersihkan. Pembersihan dilakukan secara rutin dan dijadwalkan. Dinding dan plafon harus rapat tanpa ada keretakan. Tempat pengisian harus didisain hanya untuk maksud pengisian produk jadi dan harus menggunakan pintu yang dapat menutup rapat. Lantai harus dibuat dari bahan yang mudah dibersihkan, tidak licin, tahan lama dan kedap air. Lantai harus dibuat dengan kemiringan 1-2% ke saluran pembuangan air limbah. Dinding harus dibuat kedap air sekurang-kurangnya satu meter dari lantai. Bagian dinding yang kedap air tersebut dibuat halus, rata dan bewarna terang serta dapat mudah dibersihkan. Demikian juga dengan langit- langit harus terbuat dari bahan yang bewarna terang

Faktor risiko lingkungan sosial diantaranya dari orang atau penjamah yang berhubungan dengan produksi harus dalam keadaan sehat,bebas dari luka, penyakit kulit tidak mengidap penyakit menular seperti tifus, kolera dan tuberkulosa atau hal lain yang diduga dapat mengakibatkan pencemaran terhadap air minum. Setiap karyawan harus memiliki buku pemeriksaan kesehatan.Karyawan bagian produksi (pengisian) diharuskan menggunakan pakaian kerja, tutup kepala dan sepatu yang sesuai. Karyawan harus mencuci tangan sebelum melakukan pekerjaan terutama pada saat penanganan wadah dan pengisian. Karyawan tidak diperbolehkan makan, merokok, meludah atau melakukan tindakan lain selama melakukan pekerjaan yang dapat menyebabkan pencemaran terhadap air minum.

Studi awal hasil pemeriksanaan tingkat pencemaran bakteriololgis pada DAMIU di Wilayah Kabupaten Bandung Barat diperoleh tahun 2009 ada 56 % DAMIUyang tercemar coliform  dari 80 tempat DAMIU yang diperiksa. Tahun 2010 ada 47,8% DAMIU yang tercemar coliformdari 155tempat DAMIU yang

Gambar

Tabel 1Tabel 1

Referensi

Dokumen terkait

Tetapi walaupun kedua kelompok mengalami peningkatan yang bermakna dan kelompok intervensi lebih tinggi dibandingkan peningkatan rata-rata skor fungsi kognitif pada kelompok

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang besar dan sesuai dengan contoh. Misalnya seseorang ibu dapat masak dengan benar, mulai dari mencuci dan

Laporan ini disusun untuk memenuhi syarat menyelesaikan pendidikan Diploma III pada Jurusan Teknik Elektro Program Studi Teknik Listrik Politeknik Negeri

Barulah pada tanggal 29 September, tampaknya ada sesuatu yang dapat dianggap lebih konkret, dengan munculnya Brigjen Mustafa Sjarif Soepardjo melaporkan kepada

Industri Jamu Borobudur yaitu dalam penginspeksian suatu bahan belum ada aplikasi tertentu yang bisa membantu mempermudah proses inspeksi, sehingga user kesulitan dalam

100 kg KCl/ha merupakan dosis standar yang dapat dijadikan sebagai pupuk dasar dalam budidaya kolesom karena dapat menghasilkan produksi pucuk kolesom yang lebih tinggi

Untuk mengetahui adakah pengaruh dari partisipasi anggota, lingkungan usaha, kualitas pelayanan, dan kinerja karyawan terhadap keberhasilan usaha Koperasi Kelompok Tani

Program proyek akhir arsitektur ini yang berjudul “ Sekolah Menengah Atas Khusus.. Tunanetra di Kota