• Tidak ada hasil yang ditemukan

JURNAL YULI.pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "JURNAL YULI.pdf"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

INVESTASI SEKTOR TRANSPORTASI DI PROVINSI

INVESTASI SEKTOR TRANSPORTASI DI PROVINSI

BENGKULU PERIODE

BENGKULU PERIODE

2001-2015

2001-2015

Oleh

Oleh

Yuliyana

Yuliyana

Jurusan S1 Ekonomi Pembangunan Jurusan S1 Ekonomi Pembangunan

Abstrak Abstrak

Tinggi investasi sektor trasportasi akan diiringi dengan perkembagan inflasi dan Tinggi investasi sektor trasportasi akan diiringi dengan perkembagan inflasi dan suku bunga, akan tetapi laju pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan seiring suku bunga, akan tetapi laju pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan seiring tingginya investasi sektor trasportasi. Perubahan tingkat harga maka akan semakin tingginya investasi sektor trasportasi. Perubahan tingkat harga maka akan semakin tinggi

tinggi pula pula trend trend untuk untuk memegang memegang aset aset finansial. finansial. Artinya Artinya masyarakat masyarakat akanakan merasa lebih beruntung jika memegang aset dalam bentuk riil dibandingkan merasa lebih beruntung jika memegang aset dalam bentuk riil dibandingkan dengan aset finansial jika tingk

dengan aset finansial jika tingkat harga tetap tinggi. at harga tetap tinggi. Penelitian ini bertujuan unPenelitian ini bertujuan untuktuk mengetahui bagaimana pengaruh pertumbuhan ekonomi, inflasi, dan tingkat suku mengetahui bagaimana pengaruh pertumbuhan ekonomi, inflasi, dan tingkat suku  bunga

 bunga secara secara parsial parsial dan dan simultan simultan terhadap terhadap pertumbuhan pertumbuhan investasi investasi sektorsektor transportasi di Provinsi Bengkulu selama tahun 2001-2015. Metode penelitian transportasi di Provinsi Bengkulu selama tahun 2001-2015. Metode penelitian yang digunakan adalah Eksplanatory Research yang menjelaskan pengaruh yang digunakan adalah Eksplanatory Research yang menjelaskan pengaruh variabel bebas (independen) terhadap variabel terikat (dependen) dengan teknik variabel bebas (independen) terhadap variabel terikat (dependen) dengan teknik analisis regresi berganda

analisis regresi berganda

Hasil penelitian menunjukkan pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif terhadap Hasil penelitian menunjukkan pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif terhadap  pertumbuhan

 pertumbuhan investasi investasi sektor sektor transportasi transportasi di di Provinsi Provinsi Bengkulu, Bengkulu, InflasiInflasi  berpengaruh negatif

 berpengaruh negatif terhadap terhadap investasi investasi sektor trasektor transportasi nsportasi di Provinsi di Provinsi Bengkulu,Bengkulu, Tingkat suk

Tingkat suku bunga u bunga berpengaruh negatif berpengaruh negatif terhadap terhadap investasi sektor transportasi diinvestasi sektor transportasi di Provinsi Bengkulu dan Variabel Pert

Provinsi Bengkulu dan Variabel Pertumbuhan Ekonomi, Inflasi, dan Tingkat Sukuumbuhan Ekonomi, Inflasi, dan Tingkat Suku Bunga

Bunga secara serempak secara serempak berpengaruh berpengaruh terhadap terhadap investasi sektor investasi sektor transportasi ditransportasi di Provinsi Bengkulu

Provinsi Bengkulu

PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1

1.1 Latar Latar BelakangBelakang

Ketersediaan jasa transportasi berkorelasi positif dengan kegiatan ekonomi dan Ketersediaan jasa transportasi berkorelasi positif dengan kegiatan ekonomi dan  pembangunan

 pembangunan dalam dalam masyarakat. masyarakat. Jasa Jasa transportasi transportasi mempunyai mempunyai peranan peranan yangyang sangat penting bukan hanya untuk melancarkan arus barang dan mobilitas sangat penting bukan hanya untuk melancarkan arus barang dan mobilitas manusia, tetapi jasa transportasi juga membantu tercapainya alokasi sumber daya manusia, tetapi jasa transportasi juga membantu tercapainya alokasi sumber daya ekonomi secara optimal, berarti kegiatan produksi dilaksanakan secara efektif dan ekonomi secara optimal, berarti kegiatan produksi dilaksanakan secara efektif dan efisien, kesempatan kerja dan pendapatan masyarakat meningkat, selanjutnya efisien, kesempatan kerja dan pendapatan masyarakat meningkat, selanjutnya kesenjangan antardaerah dapat ditekan menjadi sekecil mungkin.

(2)

Pengangkutan menyandang peranan sebagai penunjang dan pemacu bila angkutan dipandang dari sisi melayani dan meningkatkan pembangunan. Selain itu, transportasi terkait pula dengan produktivitas. Kemajuan transportasi akan membawa peningkatan mobilitas manusia, mobilitas faktor-faktor produksi, dan mobilitas hasil olahan yang dipasarkan. Makin tinggi mobilitas berarti lebih cepat dalam gerakan dan peralatan yang terefleksi dalam kelancaran distribusi serta lebih singkat waktu yang diperlukan untuk mengolah bahan dan memindahkannya dari tempat dimana barang tersebut kurang bermanfaat ke lokasi dimana manfaatnya lebih besar. Makin tinggi mobilitas dengan demikian berarti lebih  produktif.

Semakin tinggi perubahan tingkat harga maka akan semakin tinggi pula opportunity cost untuk memegang aset finansial. Artinya masyarakat akan merasa lebih beruntung jika memegang aset dalam bentuk riil dibandingkan dengan aset finansial jika tingkat harga tetap tinggi. Jika aset finansial luar negeri dimasukan sebagai salah satu pilihan aset, maka perbedaan tingkat inflasi dapat menyebabkan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing akan melemah yang pada gilirannya akan menghilangkan daya saing komoditas Indonesia (Susanti, 2000). Hal ini bila dilihat oleh para investor, maka akan mengurangi minat investor dalam menanamkan modalnya dan lebih memilih untuk menyimpan dananya di bank karena dampak inflasi juga akan mengakibatkan nilai suku bunga simpanan manjadi meningkat guna mengurangi jumlah uang beredar.

Perkembangan investasi pada sektor transportasi di Provinsi Bengkulu mengalami fluktuasi jumlah. Pada tahun 2010, investasi dalam negeri sektor tranportasi senilai Rp 1230.30 miliar dan mengalami kenaikan pada tahun berikutnya menjadi Rp 1386.2 miliar. Sedangkan pada tahun 2014 mengalami penurunan sebesar 809,2, hal ini karena pada 17 November 2014, Presiden Joko Widodo mengumumkan kenaikan harga BBM. Premium naik dari Rp 6.500 menjadi Rp 8.500, sedangkan solar dari Rp 5.500 menjadi Rp 7.500 per liter. Kenaikan ini terjadi beriringan dengan turunnya harga minyak dunia secara drastis sejak Juni 2014, sehingga berdampak pada menurunnya innvestasi sektor transportasi

Tabel 1.1 Investasi Sektor Transportasi di Provinsi Bengkulu Periode 2011-2015

Tahun Investasi Sektor Trasportasi (Juta Rupiah) Laju Pertumbuhan Ekonomi (%) Inflasi (%) Suku Bunga (%) 2011 1.230,3 6,10 3,96 8,2 2012 1.386,2 6,83 4,61 8,1 2013 1.429,2 6,07 6,59 7,5 2014 809,2 5,48 11,06 6,3 2015 1.378,7 5,14 12,78 8,7 Sumber: http://bengkulu.bps.go.id/Badan Pusat Statistik ,2017

(3)

Dari Tabel 1.1 terlihat bahwa perkembangan investasi pada sektor transportasi di Indonesia mengalami fluktuasi. Pada tahun 2011, investasi dalam sektor tranportasi senilai Rp.1.230,3 miliar dan mengalami kenaikan pada tahun  berikutnya menjadi Rp.1.386,2 miliar. Pertumbuhan ekonomi Indonesia sama halnya dengan keadaan investasi, juga mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2011 sebesar 6,10% dan mengalami kenaikan  pada tahun berikutnya menjadi 6,83%. Hal ini juga berbarengan dengan keadaan

investasi sektor transportasi.

Pada periode 2001 – 2015 pertumbuhan ekonomi di Kota Bengkulu mulai menunjukkan perubahan kearah yang lebih baik. Dimana pertumbuhan Kota Bengkulu dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan hingga tumbuh mencapai 6,88% di tahun 2012. Ini merupakan pertumbuhan ekonomi terbesar yang dialami Kota Bengkulu semenjak terjadinya krisis ekonomi yang terjadi  pada tahun 1998. Namun demikian, hal ini jangan membuat Kota Bengkulu lantas  berpuas diri sebab jika dibandingkan Kota-Kota lain di Indonesia Pertumbuhan ekonomi Kota Bengkulu masih tertinggal, justru dijadikan pelecut semangat untuk lebih jauh meningkatkan prekonomian di Kota Bengkulu sehingga mampu mensejajarkan diri dengan Kota-kota lain Di Indonesia. Perkembangan  perekonomian daerah Kota Bengkulu, tidak lepas dari peran inflasi yang ditanamkan di Kota Bengkulu, dimana inflasi itu adalah pembentukan modal tetap  bruto (PMTB) selama periode 2010-2015 tingkat inflasi terus meningkat. Pada tahun 2015 tingkat inflasi di Provinsi Bengkulu sebesar 10.85 persen kemudian turun menjadi 3.25 persen.

Terjadinya fluktuasi pada jumlah investasi dalam negeri sektor transportasi ini  juga diikuti dengan keadaan makroekonomi di Provinsi Bengkulu yang juga  berfluktuasi dari tahun ke tahunnya. Dalam konteks perekonomian suatu negara, salah satu wacana yang menonjol adalah mengenai pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi menjadi penting dalam konteks perekonomian suatu negara karena dapat dijadikan salah satu ukuran dari pembangunan atau  pencapaian perekonomian negara tersebut. Secara umum pertumbuhan ekonomi  pada pada periode 2011-2015 Pertumbuhan ekonomi Provinsi Bengkulu sama

halnya dengan keadaan investasi, juga mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2001 sebesar 3,64% dan mengalami kenaikan  pada tahun berikutnya menjadi 4,50%. Hal ini juga berbarengan dengan keadaan

investasi sektor transportasi.

Dalam upaya pembangunan dan perbaikan dalam sektor transportasi diperlukan campur tangan pemerintah, baik penyediaan jasa angkutan sampai subsidi untuk sektor transportasi. Hal ini dikarenakan adanya hal-hal yang tidak dapat diserahkan kepada pihak swasta, seperti sifat dan ketentuan pengaturannya maupun karena keperluan akan dana yang besar. Namun tidak berarti peranan  pihak swasta dapat diabaikan.

(4)

Investasi suatu negara juga sangat dipengaruhi oleh tingkat inflasi yang terjadi,  juga pada akhirnya akan mempengaruhi tingkat suku bunga dan keadaan ekonomi secara makro yang akan mengakibatkan perubahan pada jumlah investasi yang akan dilakukan oleh penanam modal. Tingkat inflasi yang sangat mengkhawatirkan akan memberikan dampak kepada penanaman modal dalam negeri dimana dengan terjadinya inflasi atau kenaikan harga barang-barang yang secara terus menerus akan mengakibatkan terjadinya perubahan kemampuan masyarakat dalam membeli barang-barang produksi yang kemungkinan menjadi menurun dan mengurangi gairah produsen dalam menciptakan atau memproduksi  barang dan jasa. Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk

menganalisis lebih lanjut mengenai sejauh mana variabel-variabel tersebut mempengaruhi investasi sektor transportasi, maka penulis memilih judul :

“Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Investasi Sektor Transportasi

Di Provinsi Bengkulu Periode 2001-2015”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah ?

1. Bagaimana pengaruh pertumbuhan ekonomi, inflasi, dan tingkat suku bunga secara parsial terhadap pertumbuhan investasi sektor transportasi di Provinsi Bengkulu selama tahun 2001-2015?

2. Bagaimana pengaruh pertumbuhan ekonomi, inflasi, dan tingkat suku bunga secara simultan terhadap pertumbuhan investasi sektor transportasi di Provinsi Bengkulu selama tahun 2001-2015?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh pertumbuhan ekonomi, inflasi, dan tingkat suku bunga secara parsial terhadap pertumbuhan investasi sektor transportasi di Provinsi Bengkulu selama tahun 2001-2015?

2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh pertumbuhan ekonomi, inflasi, dan tingkat suku bunga secara simultan terhadap pertumbuhan investasi sektor transportasi di Provinsi Bengkulu selama tahun 2001-2015?

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Manfaat Ilmiah, untuk memahami dan mendalami masalah-masalah di bidang Ilmu Ekonomi, khususnya yang berkaitan dengan Investasi di Sektor Transportasi.

2. Manfaat Praktis, diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat sebagai referensi  bagi peneliti-peneliti selanjutnya yang tertarik untuk melakukan penelitian

yang berhubungan dengan masalah serupa.

3. Manfaat Kebijakan, diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan  pertimbangan pemerintah dalam pengambilan kebijakan, khususnya yang

(5)

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Investasi

Investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran atau pengeluaran penanaman- penanaman modal yang dilakukan oleh perusahaan untuk membeli barang-barang modal atau perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian. Pertambahan jumlah barang modal ini memungkinkan perekonomian tersebut menghasilkan lebih banyak barang dan jasa dimasa yang akan datang, (Sadono, 2006).

Investasi adalah pengeluaran atau perbelanjaan penanaman modal atau perusahaan untuk membeli barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan produksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam  perekonomian (Sukirno, 1997:107).

2.1.2 Transportasi

Transportasi dapat diartikan sebagai kegiatan pemindahan barang dan manusia dari tempat asal (origin) ke tempat tujuan (destination), (Rahardjo Adisasmita 2010).

Unsur –  unsur transportasi meliputi : 1. Manusia yang membutuhkan 2. Barang yang dibutuhkan

3. Kendaraan sebagai alat/sarana

4. Jalan dan terminal sebagai prasarana transportasi 5. Organisasi (pengelola transportasi)

Transportasi sebagai dasar untuk pembangunan ekonomi dan perkembangan masyarakat serta pertumbuhan industrialisasi. Dengan adanya transportasi menyebabkan adanya spesialisasi atau pembagian pekerjaan menurut keahlian sesuai dengan budaya, adat istiadat dan budaya suatu bangsa dan daerah, kebutuhan akan angkutan tergantung fungsi bagi kegunaan seseorang ( personal  place utility).

2.1.3 Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat. Perkembangan ekonomi yang berlaku dari waktu ke waktu dan menyebabkan pendapatan nasional riil semakin berkembang. Tingkat pertumbuhan ekonomi menunjukkan prestasi kenaikan pendapatan nasional riil pada suatu tahun tertentu dibandingkan dengan pendapatan nasional riil pada tahun sebelumnya (Sadono, 2006).

Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan GDP ( Gross Domestic Product ) tanpa memandang bahwa kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari

(6)

 pertumbuhan penduduk dan tanpa memandang apakah terjadi perubahan dalam struktur ekonominya atau tidak. (Suryana,2005).

2.1.4 Inflasi

Inflasi merupakan fenomena ekonomi yang berkaitan dengan dampaknya yang sangat luas terhadap makro ekonomi. Inflasi sangat berperan dalam mempengaruhi mobilisasi dana lewat lembaga keuangan informal. Inflasi didefinisikan sebagai kenaikan harga umum secara terus menerus dan persisten dari suatu perekonomian (Susanti, 2000). Kenaikan dalam harga rata-rata seluruh  barang dan jasa dalam perekonomian harus dibedakan dari kenaikan harga relatif dari barang-barang secara individual. Secara umum, kenaikan harga diikuti pula dengan perubahan dalam struktur harga relatif, tetapi hanya kenaikan secara keseluruhan yang dianggap sebagai inflasi.

Menurut Nasution (1999:20) inflasi juga dapat dikatakan sebagai suatu keadaan yang mengindikasikan semakin lemahnya daya beli yang diikuti dengan semakin merosotnya nilai mata uang suatu negara (Isa Salim, 2006). Jadi inflasi merupakan suatu keadaan dimana terjadi kenaikan harga secara tajam yang berlangsung secara terus menerus dalam jangka waktu yang cukup lama. Seiring dengan kenaikan harga tersebut, nilai uang turun secara tajam pula sebanding dengan kenaikan harga-harga tersebut. Namun tidak semua kenaikan harga menyebabkan inflasi. Harga masing-masing barang dan jasa ditentukan dengan banyak cara. Dalam pasar persaingan sempurna, interaksi banyak pembeli dan penjual, yakni  bekerjanya penawaran dan permintaan menentukan harga.

Ketika harga semua barang naik, kenaikan itu bisa atau tidak menjadi bagian dari inflasi pada kelompok barang yang lebih besar. Karena inflasi adalah kenaikan tingkat harga keseluruhan, inflasi terjadi ketika harga naik secara serempak. Kita mengukur inflasi dengan melihat sejumlah barang dan jasa dan menghitung kenaikan harga rata-rata selama beberapa periode waktu.

2.1.6 Tingkat Suku Bunga

Suku bunga dapat dipandang sebagai pendapatan yang diperoleh dari melakukan tabungan. Suatu rumah tangga akan membuat lebih banyak tabungan apabila suku  bunga tinggi karena lebih banyak pendapatan dari penabung akan diperoleh. Pada suku bunga rendah orang tidak begitu suka membuat tabungan karena mereka merasa lebih baik melakukan pengeluaran konsumsi atau berinvestasi daripada menabung. Dengan demikian apabila suku bunga rendah masyarakat cenderung menambah pengeluaran konsumsinya atau pengeluaran untuk berinvestasi (Sadono Sukirno, 2006).

Secara makro, tingkat suku bunga terdiri dari nominal dan riil. Tingkat suku  bunga nominal adalah rate yang dapat diamati di pasar, yakni tingkat bunga yang dibayar oleh bank dan tidak memperhitungkan inflasi, sedangkan tingkat suku  bunga riil adalah konsep yang mengukur tingkat kembalian setelah dikurangi

(7)

inflasi yang menunjukkan kenaikan daya beli masyarakat yang di dalamnya sudah memperhitungkan inflasi.

Pengaruh dari suku bunga kredit terhadap investasi dijelaskan oleh pemikiran ahli-ahli ekonomi Klasik yang menyatakan bahwa investasi adalah fungsi dari tingkat bunga. Pada investasi, semakin tinggi tingkat bunga maka keinginan untuk melakukan investasi juga makin kecil. Alasannya, seorang investor akan menambah pengeluaran investasinya apabila keuntungan yang diharapkan dari investasi lebih besar dari tingkat bunga yang harus dia bayarkan untuk dana investasi tersebut yang merupakan ongkos dari penggunaan dana ( cost of capital). Semakin rendah tingkat bunga, maka investor akan lebih terdorong untuk melakukan investasi, sebab biaya penggunaan dana juga semakin kecil.

Sudono (1996), dalam kebanyakan analisa mengenai penentuan pendapatan nasional pada umumnya variabel investasi yang dilakukan oleh pengusaha  berbentuk investasi otonom (besaran nilai tertentu investasi yang selalu sama pada  berbagai tingkat pendapatan nasional). Tetapi adakalanya tingkat pendapatan nasional sangat besar pengaruhnya pada tingkat investasi yang dilakukan (Isa Salim, 2006). Secara teoritis, dapat dikatakan bahwa pendapatan nasional yang tinggi akan memperbesar pendapatan masyarakat dan selanjutnya pendapatan masyarakat yang tinggi itu akan memperbesar permintaan atas barang-barang dan  jasa. Maka keuntungan yang dicapai oleh sektor usaha dapat mencapai targetnya, dengan demikian pada akhirnya akan mendorong dilakukan investasi-investasi  baru pada sektor usaha.

Tingkat inflasi berpengaruh negatif pada tingkat investasi hal ini disebabkan karena tingkat inflasi yang tinggi akan meningkatkan resiko proyek-proyek investasi dan dalam jangka panjang. Inflasi yang tinggi dapat mengurangi rata-rata masa jatuh tempo pinjaman modal serta menimbulkan distorsi informasi tentang harga-harga relatif. Di Provinsi Bengkulu kenaikan tingkat inflasi yang cukup  besar biasanya akan diikuti dengan kenaikan tingkat suku bunga perbankan. Dengan mengembangkan penelitian-penelitian sebelumnya diatas, penelitian ini mencoba mengetahui pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Inflasi dan Tingkat Suku Bunga terhadap investasi sektor transportasi di Provinsi Bengkulu. Selengkapnya ditunjukkan pada kerangka pikir penelitian dibawah ini:

Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian Inflasi

Tin kat Suku Bun a

Pertumbuhan Investasi Sektor Transportasi (Y) Pertumbuhan Ekonomi

(8)

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah  Eksplanatory Research  yang menjelaskan pengaruh variabel bebas (independen) terhadap variabel terikat (dependen). Dalam  penelitian ini menjelaskan pengaruh variabel bebas Pertumbuhan Ekonomi, Inflasi, dan Tingkat Suku Bunga terhadap investasi sektor transportasi di Provinsi Bengkulu selama tahun 2001-2015.

3.2 Sumber Data

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data sekunder yang bersumber dari lembaga resmi pemerintah. Adapun data yang digunakan adalah data sekunder, mulai dari tahun 2001-2015.

Sumber data diperoleh dari publikasi Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bengkulu. Selain itu, data lainnya yang mendukung penelitian ini diperoleh dari sumber bacaan seperti jurnal, artikel, dan buku bacaan yang berkaitan dengan  penelitian ini.

3.3 Definisi Operasional

1. Pertumbuhan Investasi adalah perubahan realisasi PMDN dan PMA pada sektor transportasi di Provinsi Bengkulu selama periode tahun 2001-2015 (%). 2. Pertumbuhan ekonomi, merupakan variabel yang menggambarkan besarnya  perubahan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan, tahun 2001-2015 di Provinsi Bengkulu dinyatakan dalam bentuk  persentase (%).

3. Inflasi adalah kenaikan harga-harga secara umum secara terus menerus dalam  periode waktu 2001-2015. Data diperoleh dari Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu dalam buku Indeks Harga Konsumen dan Inflasi Provinsi Bengkulu yang dinyatakan dengan satuan persen (%).

4. Tingkat suku bunga yang digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat suku  bunga pinjaman bank rata-rata/tahun di Provinsi Bengkulu selama periode

2001-2015 yang dinyatakan dalam persen (%). 3.4 Pengumpulan Data

1. Studi Kepustakaan

Yaitu metode pengumpulan data yang mencari segala sesuatu yang  berhubungan dengan penelitian melui berbagai literatur sesuai dengan judul

yang diteliti.

2. Metode Dokumentasi

Yaitu dengan mengambil data sekunder yang sudah ada berupa laporan statistik serta catatan dari instansi terkait sesuai dengan topik penelitian. 3.5 Metode Analisis Data

Dalam menganalisis besarnya pengaruh-pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat digunakan model ekonometrika dengan meregresikan variabel-variabel yang ada dengan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS).

(9)

Permasalahan yang akan dibahas adalah sejauh mana pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Inflasi, dan Tingkat Suku Bunga terhadap investasi sektor transportasi di Provinsi Bengkulu dengan menggunakan analisis regresi li nier berganda.

3.5.1 Model Regresi

Untuk mengetahui seberapa besar perubahan nilai variabel Y bila variabel X diubah-ubah atau dimanipulasi, maka digunakan perhitungan statistik dengan menggunakan analisis regresi sederhana. Perhitungan statistik analisis regresi sederhana dapat dilakukan dengan menggunakan rumus:

Y Dimana:

Y = Pertumbuhan Investasi Sektor Transportasi (Persen) α = Intercept/konstanta

β1β2β3 = Koefisien Regresi

X1 = Pertumbuhan Ekonomi (Persen)

X2 = Inflasi (Persen)

X3 = Tingkat Suku Bunga (Persen)

μ = term of error 3.5.2 Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh variasi variabel dependen. Untuk mengukur kebaikan suatu model ( goodness of fit ) dengan menggunakan koefisien determinasi . Koefisien determinasi (Rangka yang memberikan proporsi atau persentase variasi total dalam variabel taj bebas (Y) yang dijelaskan oleh variabel bebas (X) (Gujarati dan Porter, 2011). Koefisien determinasi dirumuskan sebagai berikut :

3.5.3 Uji Signifikansi Simultan (Uji F)

Uji F digunakan untuk menunjukkan apakah keseluruhan variabel independen  berpengaruh terhadap variabel dependen dengan menggunakan level of

significance 5 persen, dengan rumus (Ghozali, 2011) : F =

3.5.4 Uji Signifikansi Individu (Uji t)

Uji t merupakan suatu pengujian yang bertujuan untuk mengetahui apakah koefisien regresi tersebut signifikan atau tidak. Uji t digunakan dalam pengujian statistik untuk melihat apakah variabel independent   secara individu berpengaruh terhadap variabel dependent . Hipotesis dalam penelitian yang akan diuji adalah sebagai berikut :

: = 0 (tidak ada pengaruh) : 0 (ada pengaruh) T hitung =

Dimana :

: standar error dari b : koefisien regresi

(10)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.2. Hasil Perhitungan dan Interpretasi Data 4.2.1 Pengujian Hipotesis

Data yang digunakan dalam perhitungan ini adalah time series dari tahun 2001-2015 mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi dan tingkat suku bunga sebagai variabel bebas, dan pertumbuhan ekonomi sebagai variabel terikat. Setelah diuji dengan menggunakan peralatan ekonometrika program SPSS.

4.11. Tabel Hasil Perhitungan Regresi Linear Berganda

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 1.672 .829 2.015 .035 Pertumbuhan ekonomi .224 .071 .448 3.143 .007 Inflasi - .058 .221 1.075 -7.095 .000 Tingkat Suku Bunga - .293 .327 .327 -2.408 .030 R = 0.885

R 2= 0.782

F = 16.780 α =  0.05 Sumber : Hasil perhitungan 2017

Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 4.13. dapat dilihat bahwa persamaan regresi linier berganda berikut:

Y = 1.672 + 0.224 X1 - 0.058 X2 - 0.293X3

Pengujian hipotesis secara individu dengan menggunakan uji-t dengan uji 1 arah dengan α = 5% dilakukan untuk dapat melihat masing -masing pengaruh dari variabel independent yaitu pertumbuhan ekonomi, inflasi dan tingkat suku bunga terhadap variabel dependent yaitu pertumbuhan investasi sektor transportasi di Provinsi Bengkulu.

- Uji Hipotesis Pertumbuhan Ekonomi ( X1) Terhadap

Pertumbuhan Investasi Sektor Transportasi.

Berdasarkan perhitungan data pada Tabel 4.11 perhitungan diatas dapat kita ketahui bahwa :

t hitung = 3.143

t Tabel = 1.761

t hitung > t Tabel , dan nilai sig < 0.05. Ini menunjukkan bahwa variabel X1

yaitu pertumbuhan ekonomi berpengaruh secara signifikan terhadap  pertumbuhan investasi sektor transportasi di Provinsi Bengkulu.

- Uji Hipotesis Inflasi (X2) Terhadap Pertumbuhan Investasi

(11)

Berdasarkan perhitungan data pada Tabel 4.11 dapat kita ketahui bahwa : t

hitung = -7.095

t Tabel = 1.761

t hitung > t Tabel , dan nilai sig < 0.05, Ini menunjukkan bahwa variabel X2

yaitu inflasi berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan investasi sektor transportasi di Provinsi Bengkulu.

- Uji Hipotesis Tingkat Suku Bunga (X3) Terhadap Pertumbuhan

Investasi Sektor Transportasi.

Berdasarkan perhitungan data pada Tabel 4.11 dapat kita ketahui bahwa : t hitung =- 2.408

t Tabel = 1.761

t hitung> t Tabel , dan nilai sig < 0.05, Ini menunjukkan bahwa variabel X3

yaitu tingkat suku bunga berpengaruh secara signifikan terhadap  pertumbuhan investasi sektor transportasi di Provinsi Bengkulu.

Arti dari persamaan regresi linier berganda sebagai berikut :

-  Nilai koefisien β0 (Konstanta) 1,672. Hal ini berarti apabila semua variabel

 bebas yaitu pertumbuhan ekonomi, inflasi dan tingkat suku bunga tidak ada, maka akan tetap terjadi investasi sektor transportasi sebesar 1,672 persen di Provinsi Bengkulu

-  Nilai β1 (Koefisien Regresi) untuk variabel pertumbuhan ekonomi sebesar 0,224 berarti variabel pertumbuhan ekonomi di Provinsi Bengkulu memiliki  pengaruh yang positif terhadap investasi sektor transportasi. Tanda koefisien yang positif sebesar 0,224 dengan kata lain apabila pertumbuhan ekonomi di Provinsi Bengkulu mengalami peningkatan sebesar 1 persen, maka dapat meningkatkan pertumbuhan investasi sektor transportasi sebesar 0.224% -  Nilai β 2 (Koefisien Regresi) untuk variabel Inflasi - 0.058, hal ini berarti

semakin tinggi tingkat inflasi maka pertumbuhan investasi sektor transportasi akan semakin menurun. Nilai koefisien regresi inflasi sebesar - 0.058 berarti  bahwa setiap peningkatan inflasi sebesar 1% maka pertumbuhan investasi

sektor transportasi akan turun sebesar - 0.058 %.

-  Nilai β3 (Koefisien Regresi) untuk variabel suku bunga = - 0.293. Hal ini  berarti semakin tinggi tingkat suku bunga maka pertumbuhan investasi sektor transportasi akan semakin menurun. Dengan kata lain setiap peningkatan inflasi sebesar 1% maka pertumbuhan investasi sektor transportasi akan turun sebesar 0.293%.

1. Hasil Pengujian Secara Simultan (Uji F)

Uji hipotesis secara simultan untuk mengetahui hubungan antara variabel  bebas dengan variabel terikat secara simultan (serempak) menggunakan uji F

dengan perhitungan Analysis Of Variance .

Berdasarkan Tabel 4.14. hasil perhitungan regresi linier berganda menunjukkan nilai Fhitung= 16,780 dan FTabel = 3,74 itu artinya nilai Fhitung>

(12)

FTabel ini berarti secara bersama-sama variabel independent memiliki

 pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependent dengan prob 0.000 < 0.05. Artinya variabel independen yaitu pertumbuhan ekonomi, inflasi dan tingkat suku bunga secara bersama-sama memiliki pengaruh secara signifikan terhadap variabel dependent (pertumbuhan investasi sektor transportasi).

2. Koefesien Determinasi

Dari hasil perhitungan regresi tersebut diperoleh koefisien deteminasi 0,782 atau (R 2)= 78,2 % ini menunjukkan bahwa perubahan variable pertumbuhan ekonomi, inflasi dan tingkat suku bunga terhadap pertumbuhan investasi sektor transportasi adalah sebesar 78,2 % sedangkan 21,8 % dijelaskan oleh variabel yang lain.

4.3 Pembahasan

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode analisis regresi linear  berganda dengan menggunkan metode SPSS  for windows 16.0. Untuk menganalisa pengaruh variabel pertumbuhan ekonomi, inflasi dan tingkat suku  bunga terhadap pertumbuhan investasi sektor transportasi di Provinsi Bengkulu.

Dari hasil pengujian yang dilakukan dengan menggunakan uji- F dan uji-t diketahui bahwa variabel pertumbuhan ekonomi (X1) memiliki pengaruh yang

 positif signifikan terhadap pertumbuhan investasi sektor transportasi di Provinsi Bengkulu, sedangkan inflasi (X2) dan tingkat suku bunga (X3) memiliki

 pengaruh yang negatif signifikan terhadap pertumbuhan investasi sektor transportasi di Provinsi Bengkulu.

1. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Pertumbuhan Investasi Sektor Transportasi

Hasil pengujian statistik variabel pertumbuhan ekonomi menunjukkan  besarnya koefisien β1 adalah 0,224 dengan tingkat signifikansi 0,007.

Artinya bahwa apabila pertumbuhan ekonomi meningkat sebesar 1 persen, maka pertumbuhan investasi sektor transportasi meningkat sebesar 0,224  persen dengan asumsi variabel lain tetap.

Hasil penelitian ini juga menunjukkan dengan adanya peningkatan  pertumbuhan ekonomi di Provinsi Bengkulu akan menarik investor -investor untuk melakukan investasi di bidang transportasi. Sebuah sistem transportasi yang efisien memfasilitasi pembangunan daerah Provinsi Bengkulu dan akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya, dengan adanya pertumbuhan ekonomi dapat menghasilkan perkembangan masyarakat yang cepat serta perbaikan diberbagai bidang khususnya transportasi, termasuk jalan, jembatan, pelabuhan dan bandara, hal ini dapat meningkatkan permintaan dibidang transportasi. dengan adanya  permintaan yang tinggi terhadap alat transportasi, tentunya akan menarik minat investor untuk melakukan investasi sektor transportasi di Provinsi Bengkulu.

(13)

Pertumbuhan ekonomi dikatakan berpengaruh terhadap pertumbuhan investasi sektor transportasi, hal ini bisa dilihat, jika pertumbuhan ekonomi terjadi maka permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa termasuk  jasa transportasi akan terus bertambah.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Setyowati, (2015) yang  berjudul Analisis pengaruh pertumbuhan ekonomi Indonesia Terhadap investasi sektor Transportasi Tahun 2004  –   2013, yang menyatakan ada  pengaruh pertumbuhan ekonomi Indonesia Terhadap Investasi Sektor Transportasi Tahun 2004  –   2013, dimana Sektor transportasi bisa memberikan multiplier effect bagi sektor ekonomi lainnya misalnya sektor  perdagangan, sektor industri, sektor pertanian, sektor pariwisata dan

sektor-sektor lainnya terutama Pertumbuhan Ekonomi.

Menurut Samuelson (1998), pertumbuhan ekonomi berperan dalam  penghimpun akumulasi modal, dengan membangun sejumlah gedung, dan  peralatan yang berguna, maka output potensial suatu negara atau daerah  bertambah sehingga pertumbuhan ekonomi jangka panjang akan meningkat dan inflasi, dan modal, merupakan faktor yang menentukan pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, peran pemerintah dalam menarik minat investor melalui penyediaan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam penciptaan  pertumbuhan ekonomi di Provinsi Bengkulu harus lebih ditingkatkan, agar

lebih banyak lagi modal yang ditanamkan para investor di Provinsi Bengkulu khususnya investasi di sektor transportasi.

2. Pengaruh Inflasi Terhadap Pertumbuhan Investasi Sektor Transportasi

Hasil pengujian statistik variabel Inflasi, menunjukkan nilai koefisien regresi sebesar - 0.058, dari hasil estimasi ini diketahui bahwa variabel inflasi berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan investasi sektor transportasi. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat inflasi maka  pertumbuhan investasi sektor transportasi akan semakin menurun. Sedangkan t hitung > t Tabel , dan nilai sig < 0.05, Ini menunjukkan bahwa

variabel X2 yaitu inflasi berpengaruh negatif secara signifikan terhadap

 pertumbuhan investasi sektor transportasi di Provinsi Bengkulu.

Hasil penelitian ini menunjukan dengan meningkatnya inflasi di Provinsi Bengkulu, akan berpengaruh terhadap pertumbuhan investasi sektor transportasi. Jika Inflasi naik akan diikuti dengan penaikan harga dan tentunya biaya hidup akan naik, hal ini mendesak karyawan untuk menuntut gaji yang lebih besar dan mengakibatkan beban bagi para investor, sehingga investor memutuskan untuk membatasai investasi khususnya di sektor transportasi.

Inflansi berpengaruh terhadap harga, jika inflasi meningkat akan diikuti dengan penaikan harga dan mengakibatkan menurunnya permintaan

(14)

masyarakat selaku konsumen terhadap pembelian alat transportasi, hal tersebut akan berdampak negatife terhadap permintaan alat transportasi. Kemudian Dampak negatife lainnya yang terjadi karena adanya pengaruh inflasi terhadap investasi akan membuat para pegawai melakukan ajang mogok kerja demi menuntut sebuah gaji yang lebih besar untuk memenuhi kenaikan harga, jika hal tersebut terjadi hal ini akan berdampak buruk terhadap investor karena para investor akan berfikir berkali kali jika akan menginvestasikan uangnya. Jika benar begitu maka modal usaha dari  perusahaan akan mengalami penurunan juga yang berakhir pada sebuah kebangkrutan. Kemudaian dampak lain dari inflasi adalah pinjaman modal cenderung ada ketidakpastian.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Irene, (2012) yang berjudul Analisis Faktor-Faktor Makroekonomi Yang Mempengaruhi Investasi Sektor Transportasi Di Indonesia Periode Tahun 2001-2010. Dari hasil estimasi diketahui bahwa variabel inflasi berpengaruh negatif terhadap  penanaman modal dalam negeri (PMDN) sektor transportasi. Nilai koefisien regresi inflasi sebesar - 0.8557 berarti bahwa setiap peningkatan inflasi sebesar 1% maka PMDN sektor transportasi akan turun sebesar -0.8557 persen.

Menurut Nopirin (1998) tingginya inflasi disuatu daerah, mengakibatkan  penawaran uang atau money supply meningkat, kemudian diikuti dengan tingginya suku bunga, dengan suku bunga yang cenderung tinggi maka investasi akan turun. Tingginya inflasi juga menyebabkan daya beli pada masyarakat menurun yang kemudian menyebabkan berkurangnya  pengembalian atau keuntungan investasi, sehingga menurunkan minat investor untuk berinvestasi. Seorang investor akan cenderung untuk melakukan investasi apabila tingkat inflasi di suatu daerah adalah stabil. Hal ini dikarenakan dengan adanya kestabilan dalam tingkat inflasi, maka tingkat harga barang-barang secara umum tidak akan mengalami kenaikan dalam jumlah yang signifikan. Oleh karena itu, investor akan merasa lebih terjamin untuk berinvestasi pada saat tingkat inflasi di suatu daerah cenderung stabil atau rendah Dengan kata lain kenaikan inflasi akan menurunkan minat investor untuk melaksanakan investasi, sebaliknya jika inflasi turun maka investasi akan meningkat.

3. Pengaruh Tingkat Suku Bunga Terhadap Pertumbuhan Investasi Sektor Transportasi

Hasil pengujian statistik variabel tingkat suku bunga, menunjukkan nilai Koefisien Regresi sebesar  - 0.293. Dari hasil estimasi diketahui bahwa variabel tingkat suku bunga berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan investasi sektor transportasi. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat inflasi maka pertumbuhan investasi sektor transportasi akan semakin menurun.  Nilai koefisien regresi tingkat suku bunga sebesar - 0.293, berarti bahwa

(15)

setiap peningkatan inflasi sebesar 1% maka pertumbuhan investasi sektor transportasi akan turun sebesar - 0.293 persen. t hitung> t Tabel, dan nilai sig

< 0.05, Ini menunjukkan bahwa variabel X3 yaitu tingkat suku bunga

 berpengaruh negatif secara signifikan terhadap pertumbuhan investasi sektor transportasi di Provinsi Bengkulu.

Hasil penelitian ini dapat diartikan jika suku bunga naik, maka investasi sektor transportasi akan berkurang. Setiap pelaku bisnis baik pengusaha, manajer, individu dan investor dalam menjalankan kegiatan ekonomi dan  bisnis tidak terlepas dari berbagai alternatif keputusan investasi dan  pembiayaan serta kepastian. Keputusan investasi dan pembiayaan merupakan keputusan saling bertalian seperti mata uang dengan dua sisi. Dimana satu sisi adalah keputusan investasi maka di sisi lain adalah keputusan pembiayaan. Makin tinggi tingkat bunga, maka keinginan untuk melakukan investasi semakin kecil. Alasannya seorang investor akan menambah pengeluaran investasinya apabila keuntungan yang diharapkan dari investasi lebih besar dari tingkat bunga yang harus dia bayar untuk dana investasi tersebut yang merupakan ongkos untuk penggunaan dana atau cost of capital. Makin rendah tingkat bunga maka pengusaha akan lebih terdorong untuk melakukan investasi, sebab biaya penggunaan dana juga semakin kecil.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Irene, (2012) yang berjudul Analisis Faktor-Faktor Makroekonomi Yang Mempengaruhi Investasi Sektor Transportasi Di Indonesia Periode Tahun 2001-2010. Dari hasil estimasi diketahui bahwa variabel tingkat suku bunga berpengaruh negatif terhadap penanaman modal dalam negeri (PMDN) sektor transportasi. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat inflasi maka penanaman modal dalam negeri (PMDN) sektor transportasi akan semakin menurun. Nilai koefisien regresi tingkat suku bunga sebesar - 0.780, berarti bahwa setiap  peningkatan inflasi sebesar 1% maka PMDN sektor transportasi akan turun

sebesar - 0.780 persen.

Menurut Sadono Sukirno, (2006) Suku bunga yang dipakai dal am penelitian skripsi ini adalah suku bunga riil. Suku bunga riil adalah suku bunga setelah dikurangi dengan inflasi (arau Suku Bunga Riil = Suku Bunga Nominal -ekspetasi inflasi). Hubungan tingkat suku bunga dengan investasi adalah negatif. Tingkat suku bunga merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi investasi. Fluktuasi tingkat suku bunga menjadi  pertimbangan bagi investor. Apabila tingkat suku bunga lebih rendah dari yang diharapkannya, maka seseorang akan memilih menginvestasikan uangnya daripada menyimpan uangnya di Bank ataupun meminjamkan uangnya kepada orang lain. Jika dana investasi diperoleh dari meminjam Bank atau pihak lain dengan tingkat bunga lebih rendah dari keuntungan yang akan diperoleh tersebut dapat digunakan untuk menutup tingkat bunga  pinjaman.

(16)

PENUTUP 5.1. Kesimpulan

Berdasarkan pada rumusan masalah dan pembahasan sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Pertumbuhan Ekonomi berpengaruh positif terhadap investasi sektor transportasi di Provinsi Bengkulu. Berarti setiap terjadi kenaikan pada  jumlah tenaga kerja maka penanaman modal dalam negeri akan

mengalami kenaikan.

2. Inflasi berpengaruh negatif terhadap investasi sektor transportasi di Provinsi Bengkulu. Berarti setiap terjadi kenaikan pada inflasi maka  penanaman modal dalam negeri akan mengalami penurunan.

3. Tingkat suku bunga berpengaruh negatif terhadap investasi sektor transportasi di Provinsi Bengkulu. Berarti setiap terjadi kenaikan pada tingkat suku bunga maka penanaman modal dalam negeri akan mengalami penurunan.

5.2 Saran

1. Pemerintah harus lebih mengawasi perekonomian, melalui kebijakan-kebijakan yang dibuat agar kebijakan-kebijakan tersebut dapat lebih menghidupkan perekonomian di Provinsi Bengkulu dan dapat menarik investor-investor dalam menanamkan investasinya lebih banyak lagi di Provinsi Bengkulu, agar pertumbuhan ekonomi terus berpengaruh  positif terhadap investasi sektor transportasi di Provinsi Bengkulu 2. Lebih meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui produk domestik

 brutonya, sehingga dapat menarik investor dalam menanamkan investasinya.

3. Pemerintah harus lebih menjaga tingkat inflasi agar tetap stabil, sehingga membuat harga-harga dalam negeri juga tetap stabil sehingga mendorong meningkatnya investasi dalam negeri terutama investasi sektor transportasi

4. Pemerintah harus lebih mengawasi agar tingkat suku bunga agar terkendali, membuat tingkat suku bunga dalam negeri juga ikut stabil, sehingga bisa melancarkan kredit bagi para investor-investor.

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita, Rahardjo. 2010.  Dasar-Dasar Ekonomi Transportasi. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Badan Pusat Statistik (BPS). Statistik Provinsi Bengkulu 1980

 – 

 2010.

Febriananda, Fajar. 2011.  Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Investasi  Dalam Negeri di Provinsi Bengkulu Periode Tahun 1988-2009. Semarang:

Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.

(17)

Herlambang, Tedy dkk. 2001. Ekonomi Makro. Jakarta: PT. Gramedia

Husnainy, Anshar. 2008. Pengaruh Tenaga Kerja, Inflasi Terhadap Penanaman  Modal Dalam Negeri di Provinsi Jawa Tengah Periode Tahun 1985-2005.

Yogjakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Islam Provinsi Bengkulu.

Irene, Lilian Petrus, 2012,  Analisis Faktor-Faktor Makroekonomi Yang  Mempengaruhi Investasi Sektor Transportasi Di Indonesia Periode Tahun 2001-2010,  Skripsi, Jurusan ilmu ekonomi Fakultas ekonomi dan bisnis Universitas hasanuddin Makassar

J. Simanajuntak, Payaman. 2001. Pengantar Ekonomi Makro. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Provinsi Bengkulu.

Kamaluddin, Rustian. 2003. Ekonomi Transportasi. Jakarta : Ghalia Provinsi Bengkulu.

Miro, Fidel. 2005. Perencanaan Transportasi. Jakarta: Erlangga

 Nasution. 2006. Manajemen Transportasi. Jakarta : Ghalia Provinsi Bengkulu.  Nopirin.1998. Ekonomi Moneter . Buku II. BPFE: Yogyakarta

Putra, Vio Achfuda. 2010. Analisis Pengaruh Suku Bunga Kredit, PDB, Inflasi, dan Tingkat Teknologi Terhadap PMDN di Provinsi Bengkulu Periode 1986-2008. Semarang: Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.

Setyowati, 2015.  Analisis pengaruh pertumbuhan ekonomi Indonesia Terhadap investasi sektor Transportasi Tahun 2004

 – 

 2013, Jurnal Manajemen Bisnis

Transportasi Dan Logistik, Vol.1 No 3 Mei 2015

Soekartawi. 1990. Ekonometri. Jakarta : Ghalia Provinsi Bengkulu.

Sukirno, Sadono. 2006.  Makroekonomi : Teori Pengantar . Jakarta : PT. Raja Grafindo Pustaka.

Sinaga, Suryaman. 2008. Analisis Inflasi Terhadap Investasi PMDN di Sumatera Utara. Sumatera Utara. Repository USU.

Susanti, Hera, dkk. 2002.  Indikator-indikator Makroekonomi. Jakarta : FE Universitas Provinsi Bengkulu.

Tambunan, Tulus. 2001. Perekonomian Provinsi Bengkulu. Jakarta : Ghalia Provinsi Bengkulu.

Gambar

Tabel 1.1  Investasi Sektor Transportasi di Provinsi Bengkulu Periode 2011-2015
Gambar 2.1 Kerangka Pikir PenelitianInflasi

Referensi

Dokumen terkait

Faktor-faktor yang menyebabkan tidak berkembangnya sistem agribisnis kelapa di Indragiri Hilir, antara lain adalah: (1) sebagian besar teknologi belum dapat digunakan petani, (2)

Sesiapa saja yang tidak tidak menghafaz barang sedikit akan diderainya” (Ahmad Syalaby, 1975). v) Usaha beliau dalam pendidikan termasuk mengadakan kelas-kelas bacaan al- Quran

“Selesai Dani menyelesaikan kalimatnya, terdengar dentuman keras. Buuumm….! Seakan ada yang mengangkat mereka bertiga tiba – tiba sudah kembali berada di area Candi Trowulan.

Proses finishing adalah tahapan akhir setelah desain kemasan 2D sudah tercetak di mana melalui beberapa tambahan proses sesuai dengan kebutuhan dan konsep yang telah

 Proses menjalankan dan mengevaluasi sebuah perangkat lunak secara manual maupun otomatis untuk menguji apakah perangkat lunak sudah memenuhi persyaratan atau belum, atau

Bagan Struktur Organisasi Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah sebagaimana tercantum dalam lampiran XIII yang merupakan bagian yang

Pasca Kemerdekaan peran Amerika Serikat dalam hal kemanusiaan tidak terlalu mencolok, hal ini dikarenakan dengan bantuan yang diberikan oleh Amerika Serikat kepada

Setelah melaksanakan analisa dan pembahasan dalam penelitian ini, maka penulis dapat mengetahui pengaruh keharmonisan keluarga terhadap motivasi belajar siswa,