Kedokteran Nuklir/ Anselmus.,SSi
KEDOKTERAN NUKLIR
PENGERTIAN
Kedokteran Nuklir adalah suatu cabang ilmu kedokteran
yang memanfaatkan energi inti atom buatan untuk tujuan
diagnostic, terapi dan penelitian kedokteran
Perbedaan Rontgen dan Kedokteran Nuklir
Kedokteran Nuklir/ Anselmus.,SSi
Perbedaan Rontgen dan Kedokteran Nuklir
Rontgen
Gambaran berdasarkan fungsi anatomi Alat sebagai sumber radiasi
Kedokteran Nuklir
Gambaran berdasarkan fungsi organ Alat sebagai detector (penerima radiasi)
Dasar-dasar Kedokteran Nuklir
Kedokteran Nuklir terbentuk oleh beberapa disiplin
ilmu yang mendukungnya yang terdiri dari ;
Fisika Inti
Farmasi
Radiofarmaka
Farmasi
Radiofarmaka
Biologi
Mikro electron
Gamma Kamera
Alat deteksi
Radiofarmaka
Radiofarmaka adalah senyawa aktif yang
dapat diberikan kepada pasien, merupakan
sumber terbuka dan ikut metabolisme tubuh
Senyawa aktif karena merupakan campuran
Kedokteran Nuklir/ Anselmus.,SSi
Senyawa aktif karena merupakan campuran
antara radio aktif dan zat pembawa
Unsur terbuka karena dapat dimasukkan dalam
Radiofarmaka terbentuk oleh
“Zat Radioaktif” dan “Zat Pembawa”
Zat Radioaktif
Suatu zat dikatakan radioaktif apabila zat tersebut
mempunyai aktivitas yang disebabkan oleh
ketidak-stabilan jumlah proton di dalam inti atom, dan dalam
proses menuju kestabilan zat tersebut akan
proses menuju kestabilan zat tersebut akan
memancarkan radiasi
Jenis Radiasi yang dipancarkan oleh radioisotope adalah ά ,β ,γ Yang dimanfaatkan dalam kedokteran nuklir adalah sinar γ
Syarat
Syarat –
– syarat
syarat
Radioaktif yang Digunakan dalam Kedokteran Nuklir
Radioaktif yang Digunakan dalam Kedokteran Nuklir
1. Waktu paruh harus pendek tetapi tidak lebih pendek dari waktu
pemeriksaan
2. Hanya memancarkan radiasi gamma
3. Energi dari radiasi gamma sekitar 50-400 Kev 4. Sifat kimianya non toxic
5. Harus ekonomis (Radiofarmaka dapat diproduksi secara mudah dan
dalam jumlah yang banyak sehingga harganya murah)
Kedokteran Nuklir/ Anselmus.,SSi
Radioaktif yang memenuhi persyaratan diatas adalah Tc-99M karena
1. Waktu Paruh = 6 jam 2. Radiasi = Gamma 3. Energi = 146 Kev 4. Sifat = Non Toxic 5. Ekonomis
Zat
Zat Pembawa
Pembawa
Zat pembawa adalah suatu zat atau unsur yang dapat
mengikat zat radioaktif dan membawanya melalui
metabolisme tubuh ke dalam organ yang akan
diperiksa .
Syarat – syarat Zat Pembawa:
Syarat – syarat Zat Pembawa:
Mudah dilabel atau dicampur dengan zat radioaktif serta
mudah preparasinya tanpa mengubah sifat atau karakater biologinya
Harus terakumulasi atau terkumpul sebagian besar didalam
organ yang akan diperiksa
Contoh Radiofarmaka
Zat Pembawa Radioaktif Organ
- MDP(Methyline Diphosponate)
- DTPA(Dimethyl Talamine Petacid Acid) - DMSA(Dimecarpo Suseini Acid)
- MAA(Macro Agregated Acid) - Koloid - Tc-99M - Tc-99M - Tc-99M - Tc-99M - Tc-99M - Tulang - Ginjal (GFR) - Ginjal (Parenchim) - Paru-paru
- Hati (RES/sel kupfer)
Kedokteran Nuklir/ Anselmus.,SSi
- Koloid
- IDA(Immuno Diacetic)
-HMPAO(Hexa Methyl Propiline Amin Oxim)
- MIBI(Metaxo Isobutil Isonitril) - Na - HIPPORAN - Tc-99M - Tc- 99M - Tc-99M - Tc-99M - I-131 - I- 131 - Tl²º¹
- Hati (RES/sel kupfer) - Hati(Poligonal Sel) - Otak - Jantung - Thyroid - Ginjal (ERPF) - Jantung
PRODUKSI RADIONUKLIDA
PRODUKSI RADIONUKLIDA
Reaktor Nuklir
Prinsip : penembakan target stabil oleh neutron yang dipancarkan dari radioaktif atau sebagai sumber pada reactor biasanya unsur uranium
Bentuk : Uranium disimpan dalam wadah berbentuk sumur dimana air sebagai pendingin. Disekeliling uranium diletakkan target yang stabil sehingga setelah beberapa hari target tersebut akan menjadi air sebagai pendingin. Disekeliling uranium diletakkan target yang stabil sehingga setelah beberapa hari target tersebut akan menjadi tidak stabil karena terkena tembakan neutron dari uranium
kemudian dipancing dengan alat tertentu
Cyclotron
Berbentuk mesin yang dapat mengeluarkan electron dan dengan beda potensial yang tinggi electron akan bergerak pada
lintasannya, semakin lama semakin cepat dan akan mengenai target sehingga target menjadi tidak stabil
Lanjutan
Lanjutan produksi
produksi radionuklida
radionuklida…..
…..
Generator
Pemisahan isotop induk dan isotop anak yang biasa
dipakai adalah generator Mo-99 karena
Mo(molidenum) akan meluruh menjadi Tc-99M
Kedokteran Nuklir/ Anselmus.,SSi
Mo(molidenum) akan meluruh menjadi Tc-99M
dalam waktu 68 hari dan Tc-99M akan meluruh
menjadi Tc-99 dalam waktu 6 jam.
Prinsip
Prinsip Penempatan
Penempatan Radiofarmaka
Radiofarmaka
Tubuh manusia terdiri dari bermacam-macam
organ yang mempunyai sifat dan fungsi yang
berbeda satu sama lain. Dari sifat dan fungsi
organ yang berbeda ini kedokteran nuklir dapat
organ yang berbeda ini kedokteran nuklir dapat
melakukan pemeriksaan organ per organ yaitu
dengan mengetahui zat-zat apa yang diambil
oleh organ tersebut.
Berdasarkan sifat dan fungsi organ ini penempatan radiofarmaka dalam tubuh digolongkan menjadi :
1.
Transportasi Aktif
Pada prinsip ini sel-sel tubuh secara aktif akan
mengambil radiofarmaka dari darah yang
selanjutnya dimetabolisme
Contoh :
Kedokteran Nuklir/ Anselmus.,SSi
Contoh :
NaI¹³¹ jika diberikan ke dalam tubuh akan diambil
oleh sel kelenjar thyroid . Prinsip ini dipakai dalam
pemeriksaan uptake dan scaning thyroid
Hipporan¹³¹ jika dimasukkan dalam tubuh akan
disekresi melalui kupular ginjal. Prinsip ini digunakan
dalam pemeriksaan renogram
2.
Pertukaran Difus
Di dalam tubuh selalu terjadi sirkulasi dan
pertukaran pospat dalam plasma darah dan
pospat dalam tulang.
pospat dalam tulang.
Contoh :
MDP Tc-99M jika dimasukkan dalam tubuh akan
bertukar tempat dengan pospat di tulang . prinsip ini
digunakan dalam pemeriksaan scaning tulang atau
bonescan
3. Pagositose
Semua farmaka dengan diameter 2-3 micron jika
dimasukkan dalam tubuh akan dipagosit oleh kupfer hati Contoh :
Tc-99M micro koloid jika dimasukkan dalam tubuh akan dipagosit oleh sel kupfer hati. Prinsip ini dipakai
dalam pemeriksaan scaning hati
5. Penghalang Kapiler
Kedokteran Nuklir/ Anselmus.,SSi
5. Penghalang Kapiler
Semua farmaka dengan diameter 20-30 micron jika
dimasukkan dalam tubuh akan tersumbat atau terhalang di alveoli paru yang mempunyai diameter 7 micron.
Contoh:
Tc-99M MAA jika dimasukkan dalam tubuh akan terhalang dialveoli paru . Prinsip dipakai dalam pemeriksaan scaning perpusi paru
5. Blood Pool
Disini farmaka yang dimasukkan akan berada lama didalam sirkulasi darah
Contoh :
Tc-99M RBC jika dimasukkan dalam tubuh maka akan berada lama dalam sirkulasi darah. Prinsip ini
digunakan dalam pemeriksaan perdarahan usus Pengasingan Sel
6. Pengasingan Sel
Sel yang dapat diasingkan adalah sel darah merah yang rusak
Contoh :
Ct-51 RBC yang dipanaskan ± 49°C apabila dimasukkan dalam tubuh akan diasingkan oleh limpa. Prinsip ini dipakai dalam pemeriksaan scaning limpa
PESAWAT ATAU ALAT Gamma KAMERA
PESAWAT ATAU ALAT Gamma KAMERA
Pada prinsipnya pesawat atau alat di Kedokteran
Nuklir hanya merupakan detector, yaitu menangkap radiasi
yang dipancarkan oleh radioaktif didalam tubuh pasien
dan kemudian merubahnya menjadi data yang dapat
dilihat berupa gambar, angka, grafik dan warna.
Di kedokteran Nuklir memerlukan suatu alat gamma
Kedokteran Nuklir/ Anselmus.,SSi
Di kedokteran Nuklir memerlukan suatu alat gamma
kamera yang mempunyai jumlah detector yang banyak.
Gamma Kamera terdiri dari :
Kollimator Detektor
Photo Multiplier Tube (PMT) Catode Ray Tube (CRT)
Kollimator
Kollimator
Seperti lensa di gamma kamera kita memerlukan suatu alat untuk memfokuskan sinar gamma yaitu “kollimator”
Kolimator terbuat dari lapisan Pb yang didalamnya terdapat pipa-pipa
Gambaran di Kedokteran Nuklir dibentuk oleh sinar gamma yang searah dengan pipa-pipa kolimator dan menumbuk detector
Sedangkan sinar yang tidak searah dengan pipa kolimator akan Sedangkan sinar yang tidak searah dengan pipa kolimator akan diserap oleh Pb kolimator
Ada dua parameter specific dari kolimator, yaitu
1. Spatial Resolution, adalah menunjukkan ketajaman gambar dan
memberikan gambaran minimum 2 struktur yang bisa dibedakan satu sama lain
2. Spatial Sensitivitas, adalah menggambarkan banyaknya sinar
Detektor
Detektor
Detektor adalah alat yang dapat mengubah sinar gamma menjadi sinar tampak.Terbuat dari “Kalium Iodida atau Talium Iodida” dan apabila terkena radiasi sinar gamma merubahnya manjadi sinar tampak melalui proses fluorosensi
PMT (Photo Multiplier Tube) PMT (Photo Multiplier Tube)
Berfungsi mengubah sinar tampak menjadi signal-signal elektrik. Signal-signal elektrik ini akan diubah menjadi signal X, Y, Z
Kedokteran Nuklir/ Anselmus.,SSi
Signal-signal elektrik ini akan diubah menjadi signal X, Y, Z CRT (
CRT (CatodeCatode Ray Tube)Ray Tube)
Menggunakan signal X,Y untuk menentukan lokasi ruang PHA (Pulse Height
PHA (Pulse Height AnalyzinAnalyzin))
Memproses signal Z yang menunjukkan besarnya energi yang masuk dan menumbuk kristal detector
Semua data
Semua data--data ini akan disimpan dalam memori computer data ini akan disimpan dalam memori computer dan akan diolah menjadi data
dan akan diolah menjadi data--data visual berupa gambar, grafik, data visual berupa gambar, grafik, maupun angka
JENIS
JENIS--JENIS PEMERIKSAAN
JENIS PEMERIKSAAN
DI KEDOKTERAN NUKLIR
DI KEDOKTERAN NUKLIR
Didalam aplikasinya atau penggunaannya dikenal
dengan “Study In Vitro dan Study In Vivo”
Study In Vitro, adalah prosedur diagnostic klinik dengan
memberikan radiofarmaka untuk menganalisa specimen
atau jaringan yang berasal dari dalam tubuh pasien seperti darah, urine, dan feces
darah, urine, dan feces
Study In Vivo, adalah prosedur diagnostic klinik dengan
memberikan radiofarmaka di dalam tubuh pasien baik melalui oral maupun injeksi untuk mempelajari morfologi dan fungsi organ .
Dari study in vivo ini dapat diperoleh informasi yang
bersifat pencitraan atau gambaran baik static,
Pemeriksaan Statik
Pemeriksaan dilakukan beberapa saat setelah pemberian radiofarmaka
Contoh :
- Pemeriksaan thyroid - Pemeriksaan bone scan - Pemeriksaan wholebody
Pemeriksaan Dinamik
Pemeriksaan dilakukan segera setelah pemberian
Kedokteran Nuklir/ Anselmus.,SSi
Pemeriksaan dilakukan segera setelah pemberian radiofarmaka
Contoh :
Pemeriksaan Renogram
Pemeriksaan ini biasanya dilakukan untuk mendapatkan
gambaran fungsi atau metabolisme dari suatu organ yaitu dengan mendeteksi perubahan aktifitas pada organ tersebut sejak
Pemeriksaan Tomogram
Pemeriksaan yang dilakukan dengan pengambilan gambar dari beberapa sudut selama kamera berputar mengelilingi tubuh pasien . Data terakhir yang didapat adalah hasil rekonstruksi dari gambar-gambar yang diambil dari rekonstruksi dari gambar-gambar yang diambil dari beberapa sudut tadi . Untuk pemeriksaan tomogram ini dikenal dengan nama “ SPECT (Single Positron Emmision Computer Tomogram)
PEMERIKSAAN THYROID
PEMERIKSAAN THYROID
Thyroid adalah salah satu kelenjar yang terletak di
daerah leher bagian depan terdiri atas dua lobus, kiri
dan kanan yang terbentuk dari jaringan lunak
Bentuk yang normal dari thyroid adalah seperti
kupu-kupu
Thyroid memproduksi hormon-hormon seperti :
Kedokteran Nuklir/ Anselmus.,SSi
Thyroid memproduksi hormon-hormon seperti :
T3 = Triodo triamin T4 = Thirocyn
TSH = Thyroid Stimulating Hormon
Yang diproduksi dari unsur yodium dalam tubuh. Hormon
ini berfungsi dalam perkembangan tubuh atau
Untuk pemeriksaan thyroid di kedokteran Nuklir dapat dilakukan secara :
1. In Vitro
Untuk melihat fungsi dari kelenjar thyroid yaitu dengan menghitung kadar T3, T4, TSH dan biasanya dikenal dengan nama RIA
(Radio Immuno Assay)
Prosedur Pemeriksaan
1.Ambil darah pasien 5 cc
2.Pisahkan plasma dan sel darah merah 3.Ambil plasma dan campur dengan I-125
4.Kemudian ditambah dengan kit T3/T4, akan terjadi endapan 4.Kemudian ditambah dengan kit T3/T4, akan terjadi endapan
5.Cairannya dibuang , endapannya dihitung dengan mempergunakan alat “well Type Counter”. Dari nilai penghitungan T3/T4 kita dapat menilai fungsi kelenjar thyroid apakah hypothyroid, hyperthyroid atau normal
2. In Vivo
Dalam study in vivo dikenal dengan uptake dan scaning
1.Uptake diartikan kemampuan thyroid mengambil radiofarmaka yang diberikan beberapa saat setelah pemberian
Tujuan Pemeriksaan
Untuk mengetahui bentuk , besar,kelenjar thyroid
Mendeteksi Thyroiditis atau hyperthyroid yang
disebabkan oleh toxic goiter
Mendeteksi nodul atau benjolan hypo atau hyper
Kedokteran Nuklir/ Anselmus.,SSi
Mendeteksi nodul atau benjolan hypo atau hyper
fungsi
Radiofarmaka yang Digunakan
I¹³¹ dengan waktu paruh 8,1 hari. Memungkinkan dapat
disimpan dan dengan energi 364 Kev mudah dideteksi dari luar. Disamping itu karena I¹³¹ juga memancarkan sinar β maka dapat digunakan untuk terapi internal pada kasus hyperthyroid atau kanker thyroid
Tc-99M, karena mempunyai bentuk molekul yang sama Tc-99M, karena mempunyai bentuk molekul yang sama
dengan yodium sehingga dapat ditangkap oleh sel kelenjar , namun tidak diproses seperti I¹³¹. Dengan energi gamma 146 Kev sangan efesien dideteksi oleh detector gamma kamera. Dan waktu Paruh sekitar 6 jam maka beban radiasi terhadap pasien rendah
I¹²³ dengan waktu paruh 13,3 jam dan energi gamma 159 Kev
Prosedur Pemeriksaan
Persiapan pasien dianjurkan untuk tidak
mengkonsumsi obat-obatan yang
mengandung yodium , antibiotic, vitamin,
dan jamu-jamu minimal 1 minggu sebelum
Kedokteran Nuklir/ Anselmus.,SSi
dan jamu-jamu minimal 1 minggu sebelum
pemeriksaan
Teknik Pemeriksaan
Siapkan radioaktif Tc-99M didalam spuit dengan
aktifitas 1-5 mCi. Pemberian dilakukan secara
penyuntikan
Jika digunakan I¹³¹, siapkan didalam spuit dengan
Jika digunakan I¹³¹, siapkan didalam spuit dengan
aktifitas 1-2 Mci diberikan secara Oral
Dengan menggunakan Tc-99M pemeriksaan
Proses Pemeriksaan
Pilih program pemeriksaan thyroid pada computer pemasok
data
Masukkan data-data , nama pasien, umur, kode pemeriksaan,
waktu yang diperlukan (5menit), raioisotop yang dipakai
Pasien diposisikan supine diatas meja pemeriksaan dengan
Kedokteran Nuklir/ Anselmus.,SSi
Pasien diposisikan supine diatas meja pemeriksaan dengan
posisi kepala hyperextensi yaitu bahu diganjal bantal
Posisikan kamera diatas leher dengan jarak 10 cm Tekan start untuk mulai pemeriksaan
Pengambilan data akan berjalan selama waktu yang telah
ditentukan
Proses Pengolahan Data
Data didapat berupa gambaran thyroid serta perhitungan uptake Perhitungan uptake :
Countur thy-Countur Back ground Satndart
Standart = sebelum radiofarmaka diberikan pada pasien hitung
aktifitasnya Misal : T = 10.000 B = 1.000 S = 5.000 10.000-1.000 = 1,8 % 5.000
Artinya : Kemampuan kelenjar thyroid menyerap radiafarmaka 1,8% (
Dose Determination Thyroid 1-131 Therapy
Right Lobe Area (AR) : 5,1 x 2,0 Cm = 10,2 Cm2 Left Lobe Area ( AL) ; 5,5x 2,3 Cm = 12,65 Cm2 Thyroid Gland Weight (M) : 0,86x(AR+ AL) = 19,65 gr
Dose (µCi/g selected xgland weighty x 100 = Dose (µCi/g) = selected xgland weighty x 100 =
% Uptake at 24 h
= 40 x 19,65x100 = 40.1965.100 =78600=6834,78= 6,8 mci Uptake (11,5) % 11,5 11,5 1000
Thyroid Weight Desired µCi Retained Per Gram Of Thyroide at 24h Estimated Average Dose In Rad (Asumming Thyroid) I-131-t½=5,9 d 10-20 40 3,310 21-30 45 3,720 31-40 50 4,135
Kedokteran Nuklir/ Anselmus.,SSi
41-50 60 4,960 51-60 70 5,790 61-70 75 6,200 71-80 80 6,620 81-90 85 7,030 91-100 90 7,440 >100 100 8,270
SCANING TULANG (BONE SCAN)
SCANING TULANG (BONE SCAN)
Scaning tulang diartikan sebagai pemeriksaan tulang secara Kedokteran Nuklir yang menggunakan radiofarmaka yang
dimasukkan ke dalam tubuh melalui intravena.
Gambaran yang diperoleh merupakan rekaman emisi radiasi pengion zat radioaktif atau radiofarmaka yang dimasukkan
kedalam tubuh pasien tadi. kedalam tubuh pasien tadi.
Radiofarmaka yang digunakan dipilih yang mengandung substansi metabolic analog yang terdapat pada tulang sehingga akan terjadi pertukaran tempat dengan substansi pada tulang
melalui metabolisme pensuplyan zat makanan dari darah ke tulang. Citra atau gambar scaning tulang ini lebih mencerminkan status fungsioal dari kondisi patologi anatomi.
Tujuan secara umum pemeriksaan scaning tulang diperlukan atas indikasi sebagai berikut :
1. Deteksi dan pemantauan proses
keganasan sekunder atau
metastase serta follow up terapi
2. Diagnosa banding antara
osteomilitis dan sellolitis Evaluasi kasus dengan
Kedokteran Nuklir/ Anselmus.,SSi
3. Evaluasi kasus dengan
kecurigaan fraktur tersembunyi
4. Evaluasi keluhan nyeri tulang
yang pada pemeriksaan x-ray dinyatakan normal
Radiofarmaka Yang Digunakan
Pada umumnya merupakan analog dari kalsium atau fosfor
1. Golongan analog kalsium adalah Stronium(Sr)
Sr-85, tidak banyak digunakan karena sifat fisikanya kurang
menguntungkan ,dengan waktu paruh 65 hari, energi gamma 513 Kev
Kedokteran Nuklir/ Anselmus.,SSi
513 Kev
Sr-87, mempunyai waktu paruh 2,9 jam, energi gamma 388 Kev
2. Yang sekarang digunakan adalah analog dari fosfor dalam
bentuk sediaan radiofarmaka dengan perunut Tc-99M
EHDP (Ethyline Hydroxil Diphosponate) MDP (Methyline Diphosponate)
Prosedur Pemeriksaan
1.
Persiapan pasien hampir dikatakan tidak ada
hanya pasien dianjurkan banyak minum setelah
pemberian radiofarmaka sambil menunggu
pemeriksaan
2.
Persiapan radiofarmaka, disiapkan radiofarmaka
Tc-99M MDP didalam spuit dengan aktivitas
10-15 mCi
Teknik Pemeriksaan
Ada 3 fase dalam pemeriksaan Bone Scan
1.
Fase Perfusi, untuk melihat system perdarahan di
daerah yang dicurigai
2.
Blood Pool, untuk melihat gambaran akumulasi
Kedokteran Nuklir/ Anselmus.,SSi
2.
Blood Pool, untuk melihat gambaran akumulasi
radiofarmaka pada menit-menit awal
Pada umumnya kita hanya melakukan fase total body kecuali pada kasus tertentu seperti osteosarcoma, biasanya dilakukan dengan 3 fase pemeriksaan.
Pada fase total body pemeriksaan dilakukan 2-3 jam setelah pemberian radiofarmaka
Sebelum pemeriksaan dilakukan pasien dianjurkan untuk buang air kecil. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan untuk buang air kecil. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan overlapping di daerah pelvis.
Posisi pasien supine lantas tentukan tinggi pasien dalam program pemasok data.
Data gambar akan diambil oleh kamera selama berjalan mulai dari kepala sampai kaki.
Sedangkan Pemeriksaan 3 Fase :
Fase Perfusi; penderita supine , detector ditempatkan
sedemikian rupa sehingga bagian tubuh yang sakit berada dibawah lapang pandang detector. Kemudian radiofarmaka disuntikkan secara bolus melalui vena mediana cubiti. Bersama dengan itu akusisi data secara dinamik dimulai
Kedokteran Nuklir/ Anselmus.,SSi
dengan itu akusisi data secara dinamik dimulai
Setelah itu dilakukan blood pool secara static untuk melihat
akumulasi dari radiofarmaka yang disuntikkan
Setelah fase ke-2 selesai pasien disuruh menunggu 2-3 jam
TRACTUS URINARIUS
TRACTUS URINARIUS
Yang normal terdiri dari 2 ginjal yang memproduksi urine, 2 ureter yang menghubungkan kedua ginjal dengan buli-buli, dan uretra alat untuk mengeluarkan urine dari tubuh.
Ginjal adalah organ retroperitoneal yang letaknya pada ketinggian vertebrae lumbalis atas (L2-L3).
ketinggian vertebrae lumbalis atas (L2-L3).
Ginjal mempunyai lapisan luar yaitu kortex dan lapisan dalam adalah medulla yang dibagi dalam lobus yang berbentuk pyramid.
Setiap ujung pyramid terdapat papilla yang mempunyai banyak pori-pori yang merupakan lubang dari urinaria colengting ductus yang mengalirkan urine secara continue
TRACTUS URINARIUS
TRACTUS URINARIUS
Unit basis dari ginjal adalah nepron yang jumlahnya lebih dari 1 juta setiap ginjal. Setiap Nepron terdiri dari Renal Corpuscel dan Renal Tubulus.
Renal Corpuskel dibagi menjadi 2 yaitu Glomerulus dan Bowman Vaskuler. Fisiologinya adalah menyaring darah Bowman Vaskuler. Fisiologinya adalah menyaring darah untuk mengeleminasi atau mengeluarkan produk-produk limbah dan menjaga kestabilan jumlah cairan dalam tubuh.
Untuk memahami renografi dan radiofarmaka yang digunakan perlu memahami tentang fungsi dari nepron.
Yang menarik dari kedokteran Nuklir adalah fungsi ekskresi ginjal yang terdiri dari :
Filtrasi pasif melalui glomerulus filtrasi
Proses yang berjalan pada glomerulus ini dimana
terjadi filtrasi dari kebanyakan zat-zat bermolekul kecil
termasuk air.
Sekresi aktif
Yaitu proses sekresi ginjal terjadi pada tubulus
terutama untuk mengeleminasi molekul yang berukuran
besar. Melalui fungsi sekresi ini radiofarmaka yang
Radiofarmaka untuk Tractus Urinarius
Ada bermacam-macam radiofarmaka yang
dapat digunakan untuk mengevaluasi fungsi
ginjaldan gambaran dari tractus urinarius.
Untuk evaluasi fungsi ginjal diperlukan suatu
Kedokteran Nuklir/ Anselmus.,SSi
Untuk evaluasi fungsi ginjal diperlukan suatu
radiofarmaka yang ideal yang dapat dieleminasi
sebagian besar oleh ginjal terekresi melalui urine
Radiofarmaka yang sering digunakan
untuk pemeriksaan ini
1. Tc-99M DTPA
Tc-99M DTPA ini setelah diinjeksikan intra vena akan
didistribusikan ke seluruh ruangan extra seluler dan kemudian akan diexkresi melaui glomerulus filtrasi.
Tc-99M DTPA digunakan untuk renografi , scantigrafi Tc-99M DTPA digunakan untuk renografi , scantigrafi ginjal serta memberikan korelasi yang baik dengan
2. I¹³¹ Hippuran
I¹³¹Hippuran akan mengalami sekresi aktif tubuler setelah disuntikan intra vena.
Sekitar 80% dari Hippuran yang diinjeksikan akan disekresi melalui tubuli renal dan sisanya difiltrasi melalui glomerulus.
Hippuran dipakai untuk pemeriksaan renogram serta perhitungan ERPF (Efectif Renal Plasma Flour)
3. Tc-99M Glukoheptonate
Setelah diinjeksikan intra vena glukoheptonate akan cepat
menghilang dari sirkulasi melaui filtrasi glomerulus dan sebagian kecil akan didistribusikan malalui ruang extra seluler.
Sebagian yang terfiltrasi akan direabsorsi oleh tubuli renal dan akan tetap tinggal di kortex. 1 jam setelah injeksi sekitar 40% dari aktivitas
yang diberikan akan terekresi dan sekitar 15-20% akan tertahan di kortex.
Radiofarmaka ini digunakan untuk visualisasi ginjal.
4. Tc-99M DMSA
Tc-99M DMSA di dalam darah diikat oleh plasma protein dan dieleminasi dari darah dengan absorsi tubular renal.
DMSA digunakan untuk visualisasi dari jaringan ginjal dan indikasi pemeriksaannya adalah untuk menilai besar, bentuk dan posisi ginjal, mendemontrasikan apakah kelainan ginjal sifatnya uni atau bilateral, adanya jaringan parut, infak renal dan evaluasi jaringan ginjal post trauma.
5. Tc-99M MAG3 (Mercapto Aceting Three Glysine)
MAG3 mempunyai biokenetik seperti Hippuran akan tetapi dilabel MAG3 mempunyai biokenetik seperti Hippuran akan tetapi dilabel dengan Tc-99M. MAG3 sama dengan Hippuran akan dieleminasi oleh tubular ginjal
Jenis-Jenis Pemeriksaan
1.
Renogram dan ERPF
Adalah pemeriksaan untuk melihat fungsi dari
ginjal serta perhitungan ERPF
Radiofarmaka yang digunakan adalah I¹³¹
Kedokteran Nuklir/ Anselmus.,SSi
Radiofarmaka yang digunakan adalah I¹³¹
Hippuran atau MAG3
Persiapan Pemeriksaan
Pasien dianjurkan banyak minum sebelum dilakukan pemeriksaan Ukur berat badan dan tinggi badan serta tekanan darah untuk
perhitungan ERPF
Sesaat sebelum pemeriksaan pasien dianjurkan buang air kecil
Ukur aktivitas radiofarmaka yang telah disediakan dalam spuit (300
µCi) dideteksi selama 1 menit µCi) dideteksi selama 1 menit
Program di dalam computer pemasok data nama pasien, jenis
radiofarmaka, jumlah frame, waktu (untuk pemeriksaan renogram dilakukan secara dinamik dengan jumlah frame 30 dengan waktu 60dt/frame
Persiapan Pemeriksaan
Posisikan pasien supine dan kamera diarahkan ke daerah abdomen
dengan ginjal dan buli-buli masuk dalam suatu lapangan
Masukkan radiofarmaka I¹³¹ melalui suntikan intra vena dan
pemeriksaan segera dilakukan
Data yang didapat selama pemeriksaan diproses malalui computer
menjadi serial gambar ginjal, grafik fungsi ginjal serta perhitungan menjadi serial gambar ginjal, grafik fungsi ginjal serta perhitungan ERPF
2. Renogram dan GFR
Radiofarmaka Tc-99M DTPA dengan aktivitas 3 mCi
Persiapan pasien sama dengan renogram ERPF
Proses Pemeriksaan
Hitung aktivitas DTPA selama 1 menit
Masukkan data-data sama dengan renogram ERPF (nama,
radiofarmaka, jumlah frame = 30 frame; 2 dt/frame untuk melihat perfusi, 180 frame; 10dt/frame untuk melihat renogram atau fungsi ginjal)
Posisikan pasien supine, arahkan kamera kearah abdomen dimana
Kedokteran Nuklir/ Anselmus.,SSi
Posisikan pasien supine, arahkan kamera kearah abdomen dimana
ginjal dan buli masuk dalam 1 lapang pandang
Injeksikan radiofarmaka yang telah disiapkan dan pemeriksaan segera
dimulai
Proses pengolahan data melalui program renal analisa data yang
diterima selama pemeriksaan berjalan ,oleh computer pengolah data akan dihasilkan serial gambar ginjal, grafik perfusi, grafik fungsi ginjal serta nilai laju filtrasi glomerulus
3. Scaning Ginjal dengan DMSA
Tujuannya adalah untuk mendeteksi adanya kerusakan jaringan parut
pada nepropati terutama disebabkan oleh kelainan saluran kemih yang berulang
Persiapan pasien tidak ada
Radiofarmaka yang digunakan adalah Tc-99M DMSA dengan aktivitas
orang dewasa 5 mCi, anak-anak 1-2 mCi orang dewasa 5 mCi, anak-anak 1-2 mCi
Pemeriksaan dilakukan secara static, dilakukan pemeriksaan setelah
pemberian radifarmaka 1 jam, 2 jam dan kalau perlu 3-24 jam
Pengambilan foto dari anterior atau posisi pasien supine dengan kamera
diletakkan dibelakang pasien dibawah abdomen dimana gambaran ginjal masuk dalam lapangan foto
Pengambilan data dilakukan selama 5 menit
RESPIRATORIUS SISTEM
RESPIRATORIUS SISTEM
Pembuluh darah yang paling kecil pada system respiratorius adalah alveoli dimana pada pembuluh tersebut terjadi pertukararan udara.
Untuk pemeriksaan paru-paru di Kedokteran Nuklir dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Perfusi Lung Scan
Kedokteran Nuklir/ Anselmus.,SSi
2. Ventilasi Lung Scan
Indikasi pemeriksaan paru-paru
1. Emboli paru : tersumbatnya salah satu cabang arteri pulmonalis sehingga
tidak dapat dialiri darah
2. Gangguan permeabilitas alveoli paru
Perfusi
Perfusi Lung Scan
Lung Scan
Perfusi lung scan yaitu metode pemeriksaan paru secara Kedokteran Nuklir dengan memberikan intra vena
radiofarmaka yang mempunyai ukuran diameter 30 micron akan masuk ke pembuluh darah paru sampai terhalang
diterminal arteriol atau alveoli yang mempunyai diameter 7 diterminal arteriol atau alveoli yang mempunyai diameter 7 micron.
• Radiofarmaka yang dipakai adalah Tc-99M MAA
• MAA disuntikkan akan menyebar ke seluruh pembuluh
alveoli paru dan menyumbat serta menutup lapisan artivisial arterial paru .
Perfusi
Perfusi Lung Scan
Lung Scan
• Tidak ada persiapan khusus untuk pasien tapi dianjurkan
untuk dilakukan foto thorax x-ray.
• Pemeriksaan dilakukan secara static
• Aktivitas dosis Tc-99M MAA 5 mCi disuntikkan melalui intra
vena vena
• Posisi pasien supine kamera diletakkan disekitar thorax • Suntikkan Tc-99M MAA
• Pengambilan gambar dilakukan setelah gambaran paru-paru
terlihat dimonitor
• Foto diambil dari AP-PA, RAO-RPO, LAO-LPO, Rlat-Llat
Ventilasi
Ventilasi Lung Scan
Lung Scan
Ventilasi Lung Scan dilakukan sebelum perfusi lung scan
Radiofarmaka yang digunakan adalah Tc-99M DTPA + O2
(aerosol) diberikan melalui hisapan melalui mulut.
Sebaiknya pasien dalam keadaan duduk sehingga dapat
menghisap radiofarmaka yang diberikan. menghisap radiofarmaka yang diberikan.
Pengambilan gambar dilakukan setelah pasien beberapa kali
menghisap radiofarmaka sehingga terlihat adanya gambaran paru-paru.
Gambaran diambil dari posisi AP-PA, RAO-RPO, LAO-LPO,
Ada 2 kategori penyakit paru dalam klinik
Kedokteran Nuklir
Abnormal regional pulmonary blood flow :
1.
Perfusi abnormal, ventilasi normal; menunjukkan
adanya indikasi emboli paru, kanker paru,
kelainan vaskulerisasi paru.
Kedokteran Nuklir/ Anselmus.,SSi
2.
Perfusi normal, ventilasi abnormal; menunjukkan
HATI
HATI
Hati adalah kelenjar yang terbesar letaknya di quadran kanan atas abdomen sebelah bawah dari diafragma yang terdiri dari 2 lobus yaitu lobus kanan dan lobus kiri.
Pada hati yang normal lobus kanan lebih besar dari lobus kiri
kiri
Hati terbentuk dari dua golongan sel yaitu:
1. Reticulo endoterial sel (RES) 2. Polygonal sel atau hepatosit
HATI
HATI
RES mempunyai fungsi pagositos, 95% dari partikel koloid akan dipagositosis pada kesempatan pertama
melewati hati .
Fungsi pagositos dapat dinilai dengan menggunakan radiofarmaka Tc-99M sulfur koloid .
radiofarmaka Tc-99M sulfur koloid .
Sel polygonal atau hepatosit berfungsi membersihkan dan memetabolisir berbagai bahan dan merubah bilirubin menjadi cairan empedu. Fungsi ini dapat dinilai dengan menggunakan radiofarmaka Tc-99M IDA
Pemeriksaan
Pemeriksaan Scaning
Scaning Hati
Hati (RES)
(RES)
Indikasi pemeriksaan :
1. Untuk menentukan adanya dipek local pada hati baik karena proses
keganasan (primer/sekunder) maupun proses jinak (kista ,abses)
2. Menilai fungsi dan morfologi hati pada penyakit hati yang menahun 3. Menentukan kelainan konginetal anatomi hatiMenentukan kelainan konginetal anatomi hati
4. Membedakan massa tumor di quadran kanan atas abdomen
Radiofarmaka yang digunakan adalah Tc-99M sulfur koloid/Tc-99M pitate dengan dosis 5 mCi yang biberikan secara lobus melalui vena
mediana cubiti. Persiapan :
Tata Laksana
1. Pemeriksaan dilakukan 15 menit setelah pemberian
radiofarmaka
2. Posisikan pasien supine dengan kamera diletakkan
/diarahkan sedemikian rupa sehingga meliputi hati dan limpa
Kedokteran Nuklir/ Anselmus.,SSi
limpa
3. Pertanda atau marker anatomi diletakkan pada arkus
costarium kanan
4. Pencitraan static dari proyeksi anterior, posterior, dan lateral
kanan
5. Bila dibutuhkan untuk identifikasi lesi lebih jelas dapat
Penilaian
Penilaian
1.
Normal; bila gambaran bentuk dan besar hati
yang normal dengan distribusi radiofarmaka
yang homogen
2.
Serosis hati; gambaran hati yang mengecil
dengan distribusikan radiofarmaka tidak rata
disertai dengan gambaran limpa yang besar
HEPATO BILLIARY SCAN
HEPATO BILLIARY SCAN
Pemeriksaan ini untuk melihat kandung empedu dan salurannya
Kandung empedu berfungsi memekatkan dan menghipun cairan empedu yang diterima ductus common hepaticus
IDA akan diektrasi oleh sel-sel polygonal dan dikeluarkan
Kedokteran Nuklir/ Anselmus.,SSi
IDA akan diektrasi oleh sel-sel polygonal dan dikeluarkan bersama cairan empedu.
Disini terdapat kompetisi dengan billirubin terhadap titik pengikatnya sehingga makin tinggi kada billirubin
penangkapan IDA dihati menjadi berkurang
HEPATO BILLIARY SCAN
HEPATO BILLIARY SCAN
Dengan teknik inin dapat dinilai fungsi polygonal, fungsi ekskresi, dan aliran cairan empedu mulai dari ductus
hepaticus, ductus systicus, kandung empedu dan keluar dari duodenum melalui ductus koleductus
Oleh syctitis akut biasanya disertai dengan penyumbatan pada ductus systicus sehingga pada keadaan ini cairan
empedu tidak dapat masuk ke kandung empedu,sehingga pada pencitraan kandung empedu tidak terlihat atau non visualizing
Pada sumbatan ductus billiary /saluran empedu lainnnya radiofarmaka terhenti pada tempat sumbatan
Indikasi Pemeriksaan
1.
Diagnosis oleh systitis akut/cronis
2.
Evaluasi obstruksi tractus billiary dan
membedakan ikterus (kuning) obstruksi dan non
obstruksi
Kedokteran Nuklir/ Anselmus.,SSi
obstruksi
3.
Membedakan atresia billiarys dengan hepatitis
pada neonatus serta menentukan kelainan
konginetal tractus blliary lainnya
Teknik
Teknik Pemeriksaan
Pemeriksaan
Persiapan :
Pasien puasa 2-4 jam sebelum pemeriksaan
Tata Laksana :
Siapkan radiofarmaka Tc-99M IDA dengan aktivitas 3-5 mCi
Posisi pasien supine , letakkan kolimator dengan lapang pandang pada Posisi pasien supine , letakkan kolimator dengan lapang pandang pada
quadran atas abdomen sedimikian rupa sehingga meliputi seluruh hati dan kandung empedu
Pencitraan awal dilakukan secara dinamik
Segmen I 30 frame selama 1menit (60”) Segmen II 30 frame selama 30 menit
Teknik
Teknik Pemeriksaan
Pemeriksaan
Penilaian :
Pada gambaran normal penangkapan maximal radiofarmaka oleh
hati dicapai dalam waktu 10 menit kemudian akan terlihat ductus systicus , ductus billiarys communikus, kandung empedu terlihat penuh 30-40 menit post pemberian radiofarmaka
Pada gambaran cholesistitis akut kandung empedu tidak akan Pada gambaran cholesistitis akut kandung empedu tidak akan
terlihat sampai pencitraan jam yang ke-4, sedangkan hati dan ductus billiary communikus tampak normal
Pada atresia billiary ductus billaris akan terlihat terhenti pada
ketinggian atresia dan radiofarmaka akan diekresi melalui ginjal
TRACTUS DIGESTIVUS
TRACTUS DIGESTIVUS
Tractus Digestivus terdiri dari usus halus dan usus besar
Usus besar mulai dari pilirorik spinter gaster sampai seikum usus besar terdiri dari duodenum, yeyenum, ileum.
Usus halus berfungsi untuk pencernaan dan penyerapan zat makanan dalam tubuh. Lapisan dalam usus halus terdiri dari
makanan dalam tubuh. Lapisan dalam usus halus terdiri dari kelenjar yang mengeluarkan enzim intestinal digested
Sedangkan usus besar menyambung dari seikum sampai anus, terdir atas colon asenden,colon transversum,colon desenden,
sigmoid, rectum. Sangat sedikit penyaringan zat makanan terjadi di usus besar
Fungsi usus besar adalah menyerap kembali air yang
Blood Pool Imaging
Blood Pool Imaging
Blood Pool Imaging
Blood Pool Imaging
Blood Pool Imaging
Blood Pool Imaging
Blood Pool Imaging
Blood Pool Imaging
Blood pool imaging adalah pemeriksaan untuk
mendeteksi lokasi perdarahan usus. Perdarahan
saluran cerna / usus akan menyebabkan ektra pasasi
dan akumulasi radiofarmaka ke dalam lumen usus,
yang pada pemeriksaan tampak sebagai “Hot Spot”
Kedokteran Nuklir/ Anselmus.,SSi
yang pada pemeriksaan tampak sebagai “Hot Spot”
Prosedur Pemeriksaan
1.
Pasien dipuasakan
Tata
Tata Laksana
Laksana
1. Siapkan Tc-99M dalam spuit dengan aktivitas 20 mCi 2. Siapkan larutan SnCl sebanyak 2,5 cc dalam spuit
3. Siapkan heparin 0,5 cc dalam spuit 20 cc
4. Suntikkan melalui Intra Vena SnCl yang telah disiapkan 5. 30 menit kemudian ambil darah pasien sebanyak 20cc
dengan spuit yang telah diisi heparin
6. Darah diendapkan sampai plasma dan sel darah merahnya
terpisah
7. Selanjutnya buang plasma darahnya dan campurkan Tc-99M
Proses
Proses Pemeriksaan
Pemeriksaan
1. Pasien supine, posisi kamera diatas daerah abdomen
2. Suntikkan intra vena radiofarmaka Tc-99M RBC yang telah disiapkan
Pengambilan
Pengambilan GambarGambar
1. Secara dinamik selama 30’
2. Pengambilan gambar secara static setiap 1 jam
Kedokteran Nuklir/ Anselmus.,SSi
2. Pengambilan gambar secara static setiap 1 jam
(Dari posisi AP, PA, Lat, LAO sampai jam ke-3 dan pengambilan gambar dilakukan juga pada jam ke-24)
Ini adalah Pemeriksaan In Vitro dan In Vivo In Vivo
1. Suntikkan SnCl yang telah disiapkan
SCINTI MAMMOGRAFI
SCINTI MAMMOGRAFI
Scinti mammografi adalah pemeriksaan
mamae secara kedokteran nuklir untuk mendeteksi
apakah benjolan di mamae itu menuju keganasan
atau tidak
Kedokteran Nuklir/ Anselmus.,SSi
atau tidak
Indikasi Pemeriksaan :
Adanya benjolan di mamae
Tata
Tata Laksana
Laksana
1. Persiapan pasien tidak ada
2. Suntikkan radiofarmaka Tc-99M MIBI dengan aktivitas
15-20 mCi melalui vena cubiti
3. Pemeriksaan dilakukan 15 menit setelah pemberian
radiofarmaka radiofarmaka
4. Posisi pasien Prone dengan daerah dada bawah diganjal juga
daerah kepala
5. Posisikan kamera dari arah lateral dimana gambaran mamae
Tata
Tata Laksana
Laksana
6. Pengambilan gambar dilakukan selama 15 menit tanpa
marker kemudian dilanjutkan dengan pengambilan gambar selama 5 menit dengan marker (derah papilla)
7. Pengambilan gambar dari daerah AP posisi pasien supine
kamera diletakkan diatas daerah dada kamera diletakkan diatas daerah dada
8. Gambaran diambil selama 15 menit tanpa marker dan 5
menit menggunakan marker
LYMPHOSCINTIGRAFI
LYMPHOSCINTIGRAFI
Lymphoscintigrafi yaitu teknik pemeriksaan
secara kedokteran nuklir untuk melihat system saluran
getah bening
Indikasi :
Indikasi :
Adanya penyumbatan saluran getah bening
Radiofarmaka yang digunakan Tc-99M sulfur
koloid
Tata
Tata Laksana
Laksana
1.
Siapkan radiofarmaka Tc-99M sulfur koloid ke
dalam 2 spuit yang 1 cc dengan volume 0,1 cc dan
aktivitas 2 mCi
2.
Pemberian radiofarmaka dilakukan secara injeksi
Kedokteran Nuklir/ Anselmus.,SSi
Pemberian radiofarmaka dilakukan secara injeksi
subcutan antara jri-jari kaki
3.
Pengambilan gambar dilakukan secara whole body
1 jam setelah pemberian, 2 jam, 3 jam, dan 24 jam
4.
Gambaran yang dihasilkan akan memperlihatkan
SINGLE PHOTON EMISSION CUMPUTERIZED
SINGLE PHOTON EMISSION CUMPUTERIZED
TOMOGRAPHY (SPECT)
TOMOGRAPHY (SPECT)
Pengertian
SPECT adalah pemeriksaan tomogram di Kedokteran Nuklir dimana gambaran didapat dari hasil rekonstruksi data-data
yang dideteksi oleh detector selama berputar mengelilingi pasien
pasien
Prinsip Operasional
SPECT merupakan peningkatan dari system “Gamma
Kamera” konvensional dengan menggunakan special gentry yang dihubungkan dengan system computer
SINGLE PHOTON EMISSION CUMPUTERIZED
SINGLE PHOTON EMISSION CUMPUTERIZED
TOMOGRAPHY (SPECT
TOMOGRAPHY (SPECT
))
Serial gambar planar dari beberapa sudut dikumpulkan selama kamera berputar mengelilingi pasien
Gambar ini adalah merupakan data yang akan diproses oleh computer .
Proses pengolahan data ini disebut rekonstruksi ,dimana
gambar-gambar planar tersebut diolah menjadi gambar slice dalam potongan sagital, coronal dan transfersal
METODOLOGI
METODOLOGI
SPECT memerlukan satu set proyeksi atau
profil citra dua dimensi dari distribusi radionuklida
yang diambil dari berbagai sudut, seputar sudut.
Bila jumlah proyeksi atau data profil itu cukup
maka citra distribusi tiga dimensinya dapat
maka citra distribusi tiga dimensinya dapat
direkonstruksi
Komponen Utama dari system SPECT
1.
Gamma kamera dengan 37 atau lebih detector /
photomultiplier
2.
Meja pasien yang terbuat dari bahan special
yang paling sedikit menimbulkan attenuasi
Kedokteran Nuklir/ Anselmus.,SSi
yang paling sedikit menimbulkan attenuasi
3.
Gantri yang dikontrol oleh computer utama
4.Pengontrol putaran
5.
Emergency stop dan pengaman pasien lainnya
6.Komputer pengolah data
Keuntungan
Keuntungan SPECT
SPECT
Adalah untuk melihat hasil lebih jelas terutama
yang lokasinya sukar untuk dilihat atau dibedakan
dari struktur jaringan atau organ sekitarnya yang
disebabkan oleh super posisi
Disamping itu mungkin juga rekonstruksi organ
untuk potongan sagital, coronal dan transversal
,sehingga dapat memperjelas gambaran yang pada
gambar planar sukar dinilai
Potensi
Potensi dan
dan Aplikasi
Aplikasi SPECT
SPECT
SPECT sering dan selalu dilakukan pada pemeriksaan otak dan jantung. Untuk organ-organ lainnya dilakukan kalau ada gambaran yang sulit dinilai pada gambar planar
Brain SPECT
Dilakukan setelah pemberian Radiofarmaka 99M Tc HMPAO
Kedokteran Nuklir/ Anselmus.,SSi
Dilakukan setelah pemberian Radiofarmaka 99M Tc HMPAO
Jantung
Dilakukan setelah pemberian ²º¹Tl dalam keadaan stress dan rest
BRAIN SPECT
BRAIN SPECT
Tujuan
Mengetahui regional perfusi atau cerebral blood flow
Biasanya pada kasus dengan CVD (Cerebral Ventrikel Diases), epilepsy ,
dan aplikasi lainnya
Persiapan Pasien
Tidak ada persiapan
Persiapan Pemeriksaan
Siapkan Tc-99M HMPAO didalam spuit dengan aktivitas 10-20 mCi
Pemeriksaan dilakukan minimum 15 menit setelah pemberian radiofarmaka Masukkan data pada program Brain SPECT nama, umur, Zat pembawa,
BRAIN SPECT
BRAIN SPECT
Proses Pemeriksaan
Posisikan psien supine
Fiksasi kepala supaya tidak bergerak
Posiskan kemera dimana kepala ada di tengah-tengah
kamera
Start- pemeriksaan atau pengambilan data dilakukan selama
Start- pemeriksaan atau pengambilan data dilakukan selama
30 menit
Proses Pengolahan Data
Data yang diterima melalui program rekonstruksi computer
pengolah data dihasilkan menjadi gambaran-gambaran potongan sagital, coronal, dan transversal dari otak, grafik perfusi otak
CISTENOGRAM
CISTENOGRAM
Tujuan
Mendeteksi hydrocepalus komunikan dan non
momunikan serta liquuorrhea
Persiapan Pasien
Persiapan Pemeriksaan
1. Siapkan radiofarmaka Tc-99M DTPA dalam spuit dengan
aktivitas 10-20mCi
2. Siapkan alat –alat steril untuk fungsi lumbal 3. Pasien disiapkan untuk dilakukan fungsi lumbal
Pemberian radiofarmaka dilakukan oleh dokter melalui
Kedokteran Nuklir/ Anselmus.,SSi
4. Pemberian radiofarmaka dilakukan oleh dokter melalui
tindakan fungsi lumbal
5. Pemeriksaan dilakukan 30 menit setelah pemberian
radiofarmaka
6. Masukkan data-data dalam program pemeriksaan ini, nama,
Proses
Proses Pemeriksaan
Pemeriksaan
1. Posisikan pasien supine
2. Kamera diletakkan dibawah pasien diarahkan kedaerah sepanjang
vertebrae
3. Monitor daerah kepala , jika aktivitas sudah ada . Ambil gambar
kepala dari posisi PA, AP, L-lat dan R-lat
Pengambilan gambar dilakukan setiap 1 jam sampai jam ke-3
4. Pengambilan gambar dilakukan setiap 1 jam sampai jam ke-3 5. Pengambilan gambar dilakukan juga pada jam ke-24
Proses Pengolahan Data
Data-data yang diterima selama pemeriksaan melalui program “display images” computer pengolah data diproses menjadi gambar daerah kepala dari posisi AP, PA, L-lat dan R-lat . Gambar-gambar ini melalui alat formator