• Tidak ada hasil yang ditemukan

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP"

Copied!
143
0
0

Teks penuh

(1)

         

Hak cipta dan penggunaan kembali:

Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah,

memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk

kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama

penulis dan melisensikan ciptaan turunan dengan syarat

yang serupa dengan ciptaan asli.

Copyright and reuse:

This license lets you remix, tweak, and build upon work

non-commercially, as long as you credit the origin creator

and license it on your new creations under the identical

terms.

(2)

Lampiran I.

Hasil wawancara dengan Ayu Utami, penulis naskah Ruma Maida. Tanggal: 12 Desember 2011, pukul 19.00 WIB

Wawancara ini dilakukan via telepon.

Tanya: Apa tujuan pembuatan film Ruma Maida?

Jawab: Menafsirkan kembali sejarah dengan cara yang baru dan menyampaikan bahwa negara Indonesia punya semua orang, punya kita bersama.

Tanya: Siapa yang melakukan pemilihan dan penyeleksian peristiwa yang akan dimasukkan ke dalam film Ruma Maida ?

Jawab:Saya sendiri.

Tanya: Siapa yang melakukan riset untuk film Ruma Maida?

Jawab: Untuk skenario dan naskah, saya melakukan riset sendiri. Untuk tim art dan properti, mereka melakukan riset terpisah.

Tanya: Berapa lama waktu yang dibutuhkan dalam melakukan riset? Jawab: Sekitar setahun pembuatan hingga selesai skrip.

Tanya: Menurut data riset yang saya dapatkan, peristiwa pembacaan teks Sumpah Pemuda diadakan malam hari, sedangkan pada film digambarkan menjadi siang hari, apakah ada alasan tertentu yang membuatnya jadi digambarkan siang?

Jawab: Sebenarnya film Ruma Maida tidak dimaksudkan untuk menjadi film dokumenter sejarah. Banyak adegan dari peristiwa penting yang dijadikan satu, dan ini menjadi bukan adegan realis, karena sejarah dalam kepala sudah diolah. Untuk bagian peristiwa sumpah pemuda tersebut, mengapa dipilih siang sebenarnya adalah pertimbangan estetis, agar pencahayaan atau lighting lebih bagus.

(3)

Tanya: Mengapa dipilih adegan-adegan sejarah tertentu seperti Sumpah Pemuda, Agresi Militer I, dan masuknya Jepang ke Indonesia?

Jawab: Adegan Sumpah Pemuda dipilih karena film ini dibuat untuk juga memperingati hari Sumpah Pemuda. Sedangkan peristiwa lainnya, dipilih yang merupakan peristiwa umum yang dikenal masyarakat sejak SD dalam pelajaran sejarah, tetapi dengan pandangan hitam putih.

Tanya: Maksudnya?

Jawab: Sejarah selalu dikotak-kotakkan hitam dan putih. Artinya, penjajah selalu dianggap jelek dan pejuang kita di anggap bagus. Padahal tidak semua orang asing tersebut jahat, banyak juga yang justru membantu Indonesia.

Tanya: Sepertinya tidak semua peristiwa sejarah yang dimasukkan di dalam film merupakan peristiwa yang sering diajarkan di sekolah, seperti penembakan pesawat Dakota. Apakah ada alasan tertentu dengan memilih peristiwa tersebut untuk dijadikan film?

Jawab: Ya, peristiwa tersebut menceritakan bahwa dalam perang, kita dibantu juga oleh orang asing. Peristiwa tersebut menggambarkan bahwa orang-orang Barat juga mau membantu Indonesia, tidak selamanya harus dianggap jelek karena menjajah.

Tanya: Untuk peristiwa penghancuran patung J.P.Coen, apa ada alasan tertentu atas pemilihannya? Penghancuran patung ini, menurut riset yang saya lakukan juga terjadi pada tahun 1943, tetapi di film digambarkan bahwa dihancurkan pada tahun 1942.

Jawab: Penghancuran patung J.P Coen yang digambarkan dalam film Ruma Maida merupakan peristiwa simbolis yang menandakan berakhirnya kekuasaan Belanda yang dikalahkan oleh Jepang. Jangan dilihat sebagai sebuah deskripsi sejarah yang harus dijelaskan. Penghancuran patung tersebut, menandai

(4)

pergantian rezim. Biasanya di mana-mana jika ada pergantian rezim, akan dilakukan penghancuran patung.

Tanya: Mengapa Ruma Maida menciptakan tokoh fiktif sebagai tokoh utama? Jawab: Alasannya adalah karena mempertanggungjawabkan tokoh yang asli lebih sulit, karena tokoh asli tersebut milik rakyat bersama, padahal untuk kebutuhan film, dibutuhkan tokoh yang mudah untuk dibentuk mengikuti alur cerita. Jika menggunakan tokoh asli, bisa-bisa bertengkar dengan kebenaran sejarahnya. Untuk menghadirkan tokoh Soekarno dalam film Ruma Maida saja, kita meminta ijin kepada pihak keluarga, dan keluarganya meminta beberapa adegan dihapus. Untuk merevisi hal semacam ini saja sudah memakan waktu dan tenaga.

Tanya: Apakah yang digambarkan di dalam film bahwa Jepang masuk menggunakan sepeda benar-benar terjadi? atau hanya karangan?

Jawab: Saya lupa persisnya seperti apa karena film tersebut sudah lama, tetapi pasukan sepeda Jepang saya rasa sudah terkenal dimana-mana.

Tanya: Dalam film Ruma Maida diceritakan bahwa sebelum Jepang masuk ke Indonesia, ada banyak mata-mata Jepang yang datang dan menyamar menjadi juru foto, apakah hal ini merupakan kejadian yang sebenarnya?

Jawab: Memang hal ini belum terbukti sekali, tetapi sebelum tentara Jepang masuk, banyak juru foto yang merupakan orang Jepang di Indonesia, dan saat mereka tertangkap, file film nya tidak ada atau tidak tersisa. Timbul kecurigaan bahwa mereka adalah mata-mata atau spionase yang mengirim file hasil foto mereka ke Jepang. Hal ini sempat menjadi pembicaraan ditengah pecinta atau penggiat fotografi.

Tanya: Mengapa film Ruma Maida tidak menggunakan kata H dalam penulisan kata Rumah?

Jawab: Sebenarnya kata Ruma Maida, dalam skenario akan diucapkan berulangkali oleh anak kecil yang berambut keriting, sehingga penonton

(5)

mengingat kata “Ruma Maida” tersebut, namun dalam penggarapannya, hal itu

kurang diperhatikan.

Tanya: Lagu Keroncong yang dibuat untuk film Ruma Maida apakah disesuaikan dengan lagu keroncong zaman dulu?

Jawab: Saya berharap pembuatan lagu keroncong tersebut dapat mewakili masa lalu, tetapi juga masih bisa diterima oleh masyarakat sekarang ini. Sebenarnya saya ingin menggunakan lagu lain, tetapi pemilik hak ciptanya, ada tiga orang, sedang ada di luar negeri dan susah mengurus ijin tersebut, jadi lagu keroncongnya saya ciptakan sendiri.

(6)

Lampiran II.

Hasil wawancara dengan Teddy Soeriaatmadja, sutradara dan produser film Ruma Maida

Tanggal: 12 Desember 2011, pukul 19.30

Wawancara ini dilakukan via telepon.

Tanya: Apakan Anda melakukan riset dalam film Ruma Maida?

Jawab: Ya, setelah menerima skenario dari Ayu Utami, saya melakukan riset lagi dengan dibantu oleh tim riset saya, Irma Alwiyah dan Prof.Dr. Rusdi yang merupakah sejarawan yang sering mengumpulkan dokumen, video dan footage-footage tentang sejarah.

Tanya: Berapa lama Anda melakukan riset?

Jawab: Tiga bulan setelah skenario diberikan oleh Ayu Utami.

Tanya: Apakah Anda tahu mengenai waktu peristiwa yang berbeda dalam penggambaran peristiwa Sumpah Pemuda? menurut data yang saya dapatkan, peristiwa pembacaan teks sumpah pemuda dilakukan pada malam hari sedangkan di dalam film digambarkan siang hari.

Jawab: Apa yang tergambarkan dalam film, sebenarnya tidak seratus persen sama dengan naskah yang dibuat oleh Ayu Utami. Selain itu sejarah yang ditampilkan juga tidak persis sama. Hal ini telah menjadi kesepakatan para pemuat film Ruma Maida di awal pembuatannya, bahwa film ini bukan menjadi film dokumenter sejarah. Kita akan membuat garis batas antara fiksi dan non fiksi. Sejarah dalam film ini hanya menjadi latar belakang. Penggambaran peristiwa Sumpah Pemuda tersebut dibuat siang untuk mendapatkan rasa.

Tanya: Penggambaran pesawat Dakota dalam film Ruma Maida, digambarkan tidak ada garis berwarna putih, apakah ada alasan tertentu? Apakah itu merupakan tanggung jawab Anda, atau lebih ke bagian penata artistik/properti?

(7)

Jawab: Pesawat Dakota yang digambarkan dalam film Ruma Maida merupakan pesawat Dakota asli yang terdapat di Museum Dirgantara Mandala Yogyakarta. Pesawat tersebut seingat saya dahulu merupakan pesawat yang digunakan untuk mengangkut haji dan berwarna silver.

Dalam memilih dan membuat properti untuk film Ruma Maida, kami usahakan sedetail dan semirip mungkin dengan aslinya, tetapi tim riset kami dahulu tidak menemukan data bahwa pesawat tersebut memiliki garis di bagian tengah pesawatnya, sehingga kami menampilkan seperti itu.Shot adegan pesawat ini juga sebenarnya lebih banyak di bagian dalam pesawat.

Ada satu kendaladalam pembuatan adegan di pesawat ini, karena Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) meminta agar film tersebut tidak boleh disangkutpautkan dengan mereka, atau adegan di dalam pesawat tersebut tidak boleh sama persis. Awalnya, penggambaran adegan di dalam pesawat menampilkan dialog Adi Sutjipto, tetapi AURI meminta agar bagian tersebut dihapuskan karena Adi Sutjipto dianggap sebagai symbol penting AURI, sehingga Adi Sutjipto hanya digambarkan ada di dalam pesawat tanpa berdialog.

Tanya: Untuk penggambaran letak patung J.P. Coen, saya mendapatkan data bahwa patung tersebut diletakkan di daerah rerumputan tetapi yang digambarkan di dalam film adalah di tengah kota, apakah ada alasan terterntu?

Jawab: Untuk hal ini, sebenarnya masalahnya adalah keterbatasan lokasi di Indonesia. Untuk dhooting adegan ini saja, kita perlu mencari tempat hingga ke Semarang.

(8)

Lampiran III.

Hasil wawancara dengan Indra Tammoron, penata artistik film Ruma Maida Tanggal 14 Desember 2011 pukul 10.00 WIB

Wawancara ini dilakukan via telepon dan di follow up via SMS.

Tanya: Untuk tim penata artistik, apakah Anda melakukan riset? Jawab: Ya, sebagian.

Tanya: Bagaimana Anda melakukan riset?

Jawab: Saya melakukan riset sendiri, dibantu dengan tim riset, Bapak Rusdi. Jadi saya mencari informasi lewat internet dan buku-buku, serta menyesuaikan pula dengan pendapat para sejarawan.

Tanya: Bagaimana cara Anda menyediakan sepeda Onthel untuk kebutuhan shooting?

Jawab: Onthel yang digunakan semua kami cari dan sewa di Semarang, lokasi shootingnya.

Tanya: Apakah sepeda Onthel tersebut Anda sesuaikan dengan zamannya, atau menggunakan sepeda onthel masa kini?

Jawab: Saya melihat perbedaan antara ontel yang ada zaman dulu dengan ontel yang ada sekarang, tidak banyak berubah, sehingga saya menggunakan onthel masa kini saja.

Tanya: Untuk mobil Jeep yang digunakan, boleh tahu mereknya apa?

Jawab: Jeep yang digunakan saya lupa mereknya apa, tetapi saat itu, ketika ketemu Jeep dan tahun pembuatannya sesuai, saya langsung pakai.

(9)

Tanya: Untuk senapan tentara Jepang dalam film Ruma Maida, apakah Anda memiliki referensi khusus?

Jawab: Untuk senapan, kami membuat sendiri berdasarkan riset yang kami dapatkan melalui internet. Artinya tidak benar-benar otentik dan sama dengan yang dipakai Jepang, tetapi dari data beberapa referensi senapan kami melihat senapan yang paling mudah dibuat dan disesuaikan dengan tahunnya, apakah pada tahun tersebut senapan ini sudah ada.

Tanya: Bagaimana dengan patung J.P.Coen?

Jawab: Untuk pembuatan patung J.P. Coen, kami mendapatkan satu foto dari tim riset kami, yaitu dari Pak Rusdi, tetapi dari foto tersebut, sangat susah untuk kami buat patungnya, karena posisi patung yang hanya terlihat dari samping. Oleh karena itu kami melakukan riset lagi dan menemukan ada patung yang hampir serupa di daerah Belanda. Kami membuat patung J.P. Coen terebut berdasarkan patung yang ada di Belanda. Untuk ukurannya ada beberapa yang mengatakan ukurannya 1:1, tetapi ada juga footage yang kami lihat bahwa ukurannya 5:1 ukuran tubuh manusia biasa, akhirnya kami putuskan untuk membuat patung tersebut berukuran 1:1 untuk juga memudahkan framing.

Tanya: Berdasarkan hasil riset saya, dibawah patung J.P.Coen yang tegak berdiri, ada seperti tangga atau undakan yang mengalasi patung tersebut, tetapi dalam film, hal ini tidak tergambarkan, apakah Anda memiliki alasan khusus untuk hal tersebut?

Jawab: Ya, memang ada tangga yang tidak kami buat, hal ini untuk lebih memudahkan. Karena film Ruma Maida ini adalah bukan film yang otentik mengenai sejarah, dan lokasi peletakan patung tersebut juga tidak otentik, maka kami juga menyesuaikan pembuatan properti dengan lokasi shooting.

Tanya: Untuk adegan pesawat Dakota, Bagaimana Anda mendapatkan pesawat tersebut?

(10)

Tanya: Untuk adegan pesawat yang terbang, bagaimana pengambilan gambarnya? Boleh tahu pesawat apa yang digunakan untuk shot tersebut karena menurut data riset saya, pada bagian luar pesawat tersebut terdapat garis berwarna putih, sedangkan pada film tidak digambarkan. Apakah ada alasan tertentu yang membuat pesawat yang terlihat polos?

Jawab: Pesawat yang terbang tersebut pembuatannya merupakan animasi. Kami sudah membantu dengan mengirimkan foto tentang pesawat Dakota yang ada di museum Dirgantara Mandala.

Tanya: Pada diorama di dalam Museum Sumpah Pemuda, saya menemukan

tulisan pada banner menuliskan “Kongres Pemoeda ke-II Djakarta 27-28 Oktober 1928” sedangkan pada Ruma Maida, tertulis “Kongres Pemoeda Indonesia

Djakarta 27-28 Oktober 1928” Apakah hal itu memang disengaja atau ada alasan khusus?

Jawab: Karena film ini berlatarbelakang sejarah bukan film sejarah, jadi beberapa konten yang bersentuhan dengan real sejarah agak kita ubah sedikit tapi ngga lari dari kebenarannya. Jadi spanduk di belakang acara sumpah pemuda itu pun kita sesuaikan dengan script tanpa merubah inti dari acara tersebut.

Tanya: Untuk adegan di dalam Rumah, apakah Anda melakukan riset juga untuk menentukan barang-barang apa saja yang harusnya ada di dalam rumah dan menjadi hiasan dinding?

Jawab: Untuk adegan di dalam rumah, saya tidak melakukan riset, tetapi saya menggunakan memori saya tentang rumah masa kecil saya, dimana saat itu saya tinggal di daerah Cepu, Jawa Tengah, dan orang tua saya sangat menyukai barang-barang antik sehingga rumah saya memiliki dekorasi seperti Rumah Belanda. Untuk adegan di dalam rumah ini juga, saya banyak memboyong barang-barang dari rumah orang tua saya, dipinjam untuk keperluan shooting.

(11)

Tanya: Apa saja kesulitan dalam membuat film berlatar belakang sejarah, menurut Anda?

Jawab: Kesulitannya, satu, file-file sejarah tersebut susah didapat. Contohnya file mengenai patung J.P Coen. Karena kebanyakan bangsa kita bukan orang yang suka sejarah, kita paling suka menghancurkan bukti-bukti sejarah. Bukan hanya pemerintah, tetapi orang-orang yang memiliki uang lebih juga tidak pernah menginvestasikan uangnya untuk melestarikan sejarah, malah menghancurkannya dan membangun kembali hanya untuk kepentingna bisnis, hal ini yang juga digambarkan dalam film Ruma Maida. Sehingga untuk mencari bukti yang otentik sangat susah, karena sudah tidak ada.

Kedua, jika ingin membuat film sejarah yang baik, dibutuhkan waktu untuk persiapan yang panjang, tetapi hal tersebut tidak dimungkinkan, karena pembuat film nya membiayai dengan dana yang terbatas, sehingga waktu persiapannya dilakukan dengan sangat mepet dan hal ini menyebabkan kurangnya waktu riset.

Ketiga, susahnya mencari lokasi yang masih sesuai untuk penggambaran masa lalu. Seperti untuk film Ruma Maida ini saja kami harus mencari lokasi di Semarang. Setelah mendapatkan lokasi, hal yang menjadi kendala adalah mengurus perijinan. Untuk mengurus perijinan lokasi shooting sangat susah, karena harus menutup tempat tersebut atau jalanan untuk sementara. Perijinan tersebut tidak hanya kepada pemerintah, tetapi juga harus membayar uang keamanan kepada preman-preman setempat.

Yang terakhir, dalam membuat film sejarah pasti dibutuhkan dana yang besar untuk melakukan riset, dan membuat agar apa yang ditampilkan dapat terlihat seotentik mungkin. Ketika dananya terbatas, yang harus dilakukan adalah mengakali bagaimana supaya dengan dana yang terbatas, kita dapat menyajikan look yang benar-benar seperti zaman dulu.

(12)

Lampiran IV.

Hasil wawancara dengan Ve Verdinand, penata kostum film Ruma Maida Tanggal 14 Desember 2011 pukul 10.30

Wawancara ini dilakukan via telepon dan di follow up via SMS.

Tanya: Apakah bagian kostum juga melakukan riset dalam pembuatan film Ruma Maida?

Jawab: Ya, sebenarnya kami bersama-sama dengan kru lainnya melakukan riset ke museum-museum seperti Museum PETA di bogor, dan dari sana kami mendapatkan sumber-sumber seperti patung dan foto yang dapat digunakan sebagai acuan. Kami juga bertanya kepada ahli sejarah dan orang-orang yang benar-benar tahu mengenai bahan dan warna pakaian zaman dulu. Riset juga dilakukan dengan membeli buku-buku mengenai tokoh yang ingin digambarkan, seperti Soekarno.

Tanya: Berapa lama Anda melakukan riset?

Jawab: Saya rasa hampir tiga bulan. Kami melakukan riset yang tidak main-main karena film ini ada di dalalm sejarah dan kami tidak mau salah dalam penggambarannya. Segala hal detail mengenai baju Soekarno di tiap tahunnya, serta bentuk dasinya selalu kami perhatikan agar tidak salah. Begitu pula dengan tanda pangkat, jika beli dibutuhkan dana yang besar karena mahal, akhirnya kami mengakali dengan membordir sendiri tetapi disesuaikan dengan bentuk di dalam foto yang kami punya.

Tanya: Untuk pakaian tentara Jepang, boleh tahu darimana Anda mendapatkan Referensi?

Jawab: Pertama-tama saya cari menggunakan Internet, lalu saya juga mendapat referensi dari film tentang zaman perjuangan yang dipinjamkan oleh gedung Jendral Maida yang ada di Menteng kepada saya. Tetapi melihat melalui film

(13)

sulit, karena masih berwarna hitam putih. Saya juga menghubungi ahli sejarah yang tahu mengenai kostum dan saya mendapatkan keterangan bahwa seragam tentara Jepang pada waktu itu menggunakan warna kecoklatan, bukan hijau. Karena warna hijau dipakai oleh tentara PETA.

Saya mencari bahan untuk pakaian tersebut di daerah Tanah Abang dan saya menemukan bahan bernama Driel untuk bahan jas yang berwarna coklat, yang sekarang banyak digunakan untuk baju kantoran, tetapi bahan tersebut sangat cocok untuk dibuat menjadi baju, topi dan tanda pangkat tentara.

Sedangkan untuk sepatu, kami memesan sepatu kulit khusus yang kami pesan di Bogor. Begitu juga ikat pinggang, terbuat juga dari kulit. Dan semua kostum tersebut dibuat untuk 150 pemain tambahan.

Tanya: Dalam film ruma Maida terlihat bahwa antara sepatu dan celana panjang tentara tersebut, dililit kain di daerah pergelangan kaki, apakah hal itu memiliki makna khusus?

Jawab: Ya, saya tidak tahu dengan jelas, makna bagian tersebut apa, tetapi saya pikir adalah kaus kaki. Saya berusaha meniru dan membuat sehingga tampak nyata, sehingga saya mengakalinya dengan melilitkan kain sebesar 4 cm mengikuti kaki dan dililitkan dengan kencang.

Tanya: Untuk penggambaran Issac Pahing kecil, mengapa digambarkan bahwa ia memakai pakaian seperti pakaian militer?

Jawab: Dalam cerita dikisahkan bahwa Issac Pahing merupakan keturunan orang asing yang bercita-cita ingin menjadi penerbang. Issac pahing digambarkan dalam balutan pakaian angkatan udara, dan dikesankan rapi sehingga terlihat sebagai anak berpendidikan atau anak bangsawan.

Tanya: Bagaimana dengan pakaian Bertha dan Hans Smutcher?

Jawab: Bertha digambarkan menggunakan baju terusan, hal ini menggambarkan kalau ia adalah orang kalangan atas dan bukan orang asli Indonesia, karena orang asli Indonesia biasanya menggunakan kebaya dan kain sarung.Sedangkan Hans

(14)

Smutcher digambarkan menggunakan Suspender untuk menggambarkan orang Belanda zaman dulu.

Tanya: Berdasarkan hasil riset yang saya lakukan, seharusnya para pemimpin Sumpah Pemuda menggunakan jas, tetapi hal ini tidak tergambarkan dalam film, apakan Anda memiliki alasan tertentu?

Jawab: Ya, saya mengakui pada bagian ini saya seperti blank. Saya terlalu banyak memfokuskan riset mengenai pakaian tentara Jepang, Soekarno, Hatta, dan Jendral Maida. Hal ini juga berkaitan dengan waktu untuk riset yang tidak sampai empat bulan dan sangat mepet, serta terbatasnya budjet untuk membuat jas untuk pemain ekstras. Tetapi saya rasa pada bagian ini dapat dilihat bahwa adegan tersebut cukup menggambarkan gerakan pemuda dan bagaimana semangat pemuda saat itu.

Tanya: Menurut riset yang saya dapatkan, pada topi penerbang Indonesia yang ada di dalam pesawat Dakota VT-CLA, terdapat titik tiga seperti kancing, tetapi hal itu tidak terlihat dalam film Ruma Maida, apakah ada alasan khusus atau sengaja dibedakan agar tidak terlalu sama dengan kostum AURI pada masa terebut?

Jawab: Mungkin yang buatnya kurang perhatiin, karena saya sudah kasi gambaran tentang topi penerbang itu. Itu topi kita buat dan jait. Karna lumayan banyak, jadi mungkin faktor waktu juga berpengaruh.

Tanya: Menurut Anda, apa kesulitan dalam membuat film sejarah?

Jawab: Saya mendapat tekanan bahwa ini adegan sejarah, dan ini tidak boleh salah. Risetnya harus benar-benar dan kalau bisa, semaksimal mungkin, apa yang disuguhkan adalah kejadian yang benar-benar seperti aslinya. Harus melakukan riset mulai dari bahan, sepatu, dan kondisi kostum. Maksudnya, seperti sepatu, tidak mungkin terlihat baru, harus sedikit di rusakan sehingga terkesan tua. Tetapi meski sudah dijaga agar tidak salah sedemikian rupa, masih saja ada kesalahan di satu adegan peristiwa sumpah pemuda itu.

(15)

PENGGAMBARAN SEJARAH DALAM FILM RUMA MAIDA

Nama : Angelia Stephanie

NIM : 08120210013

Fakultas : Seni dan Desain

Program Studi : Desain Komunikasi Visual

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Seni (S.Sn)

UNIVERSITAS MULTIMEDIA NUSANTARA Gading Serpong

(16)

PENGGAMBARAN SEJARAH DALAM FILM RUMA MAIDA

Nama : Angelia Stephanie

NIM : 08120210013

Fakultas : Seni dan Desain

Program Studi : Desain Komunikasi Visual

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Seni (S.Sn)

UNIVERSITAS MULTIMEDIA NUSANTARA Gading Serpong

(17)

LEMBAR PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING

Nama : Angelia Stephanie

NIM : 08120210013

Fakultas : Seni dan Desain

Program Studi : Desain Komunikasi Visual Konsentrasi : Digital Cinematography

Judul : Penggambaran Sejarah dalam Film Ruma Maida

Serpong, 18 Januari 2012 Dosen Pembimbing,

(18)

PENGESAHAN SKRIPSI

PENGGAMBARAN SEJARAH DALAM FILM RUMA MAIDA

Oleh

Nama : Angelia Stephanie

NIM : 08120210013

Fakultas : Seni dan Desain

Program Studi : Desain Komunikasi Visual

Serpong, 18 Januari 2012 Mengetahui dan Menyetujui,

Ina Listyani Riyanto. S. Pd. M.A. Pembimbing

MS, Gumelar M.A. Desi Dwi K., S.Ds., M.Ds

Ketua Program Studi Desain Komunikasi Visual Dewan Penguji Ketua Dewan Penguji

(19)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah karya ilmiah saya sendiri, bukan plagiat dari karya ilmiah yang ditulis oleh orang lain atau lembaga lain, dan semua karya ilmiah orang lain atau lembaga lain yang dirujuk dalam skripsi ini telah disebutkan sumber kutipannya serta dicantumkan di Daftar Pustaka.

Serpong, 18 Januari 2012

(20)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk para pembaca yang mencintai sejarah.

Selalu saya tekankan pada diri sendiri, bahwa yang terpenting dalam menjalani sesuatu adalah bagaimana kita membentuk sejarah dan berproses,

bukan hasilmya.

Karena, semakin lama semakin terlihat,

bahwa “hasil” bisa direkayasa dan dibeli,

sedangkan proses dan sejarah selalu jujur menggambarkan siapa diri kita

serta “hasil” seperti apa yang dapat kita capai,

meskipun hasilnya tidak selalu membanggakan.

Belajar dari sejarah,

berusaha melakukan proses yang maksimal, ditambah dengan doa,

selalu saya yakini sebagai kunci kesuksesan.  -Angelia

(21)

Stephanie-ABSTRAK

Salah satu penyebab keterputusan masyarakat modern dengan sejarah bangsanya adalah karena kurang menariknya media informasi mengenai sejarah. Hadirnya film Ruma Maida dapat menjadi acuan bahwa sejarah tidak selalu membosankan. Perpaduan antara fiksi dan latarbelakang peristiwa sejarah yang dikemas dengan baik dalam film Ruma Maida dapat mengajak penontonnya ikut mempelajari sejarah.

Skripsi ini bertujuan untuk membahas perbandingan antara setting dan peristiwa sejarah yang benar-benar terjadi dengan setting dan peristiwa sejarah yang digambarkan dalam elemen-elemen film Ruma Maida. Elemen tersebut dibatasi pada elemen musik, setting, properti, dan kostum. Pembahasan ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi para pembacanya untuk membuat film berlatarbelakang sejarah dengan penggambaran yang semirip mungkin dengan aslinya.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa penggambaran sejarah dalam elemen Ruma Maida terlihat digarap dengan serius walaupun masih ada beberapa hal yang terlihat kurang tepat. Hal ini sebagian besar dipengaruhi oleh kesepakatan awal antara pembuat film Ruma Maida bahwa film tersebut bukan merupakan dokumenter sejarah yang harus dibuat seotentik mungkin. Film Ruma Maida hanya merupakan film berlatarbelakang sejarah yang diusahakan untuk menampilkan tampilan yang semirip mungkin dengan aslinya.

(22)

ABSTRACT

One cause of the discontinuity of modern society with history of his nation is due to lack of interesting information media about history. The presence of Ruma Maida movie can be a reference that history is not always boring. A nice mixture about fiction and historical background in the movie can make the audience also learn history.

This thesis aims to discuss the comparison between the setting and historical events that actually happened with the setting and the historical events portrayed in the film elements Ruma Maida. Those elements are limited to the elements of music, setting, props, and costumes. The comparison is expected to be a good input for the reader to make a movie with a depiction of the historical background as closely as possible to the original.

The conclusion of this study is that the depiction of history in Ruma Maida elements looks seriously dealt with, although there are still some things that not look quite right. This is largely influenced by the initial agreement between the movie maker of Ruma Maida that the movie is not a historical documentary that must be made authentic. Ruma Maida is only contain a historical background that

(23)

Kata Pengantar

Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, karena hanya oleh rahmat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Penggambaran Sejarah dalam Film Ruma Maida”. Penulisan skripsi mengenai

sejarah, sangat sulit mengingat sedikitnya dokumen dan bukti-bukti yang masih tersisa, namun kecintaan akan sejarah dan film, mengalahkan keterbatasan tersebut. Dengan berbekal rasa keingintahuan yang tinggi akan sejarah Indonesia, penulis yakin dapat menyelesaikan skripsi dengan topik ini.

Dalam menulis skripsi mengenai sejarah, penulis menemui banyak hambatan, tetapi semua itu dapat diatasi berkat bantuan, dorongan dan semangat yang terus diberikan sehingga penulis dapat melewati setiap hambatan tersebut dengan baik. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :

1. Ibu Ina Listyani Riyanto. S. Pd. M. A. selaku dosen pembimbing dalam penulisan skripsi ini yang telah banyak membantu dan memberikan nasihat.

2. Orang tua yang telah membantu, khususnya dalam hal dana penelitian. 3. Oktavianus, teman pecinta sejarah yang telah banyak membantu penulis dalam melakukan riset dan mengunjungi museum

4. Sineas yang tergabung dalam film Ruma Maida, dari kalangan artis Hengky Solaiman, Verdi Solaiman, penulis Ayu Utami, sutradara Teddy Soeriaatmadja, penata artistik Indra Tommoron, penata kostum Ve Verdinand. Terimakasih atas kesediaan waktu yang telah diberikan untuk wawancara dan diskusi yang sangat berharga dan membantu.

(24)

5. Teman-teman di Yogyakarta yang telah membantu menyumbangkan foto-foto mengenai Monumen Ngoto dan Museum Dirgantara Mandala yang terdapat di Yogyakarta,

6. Elina A. S. yang telah membantu menerjemahkan lagu keroncong yang ada di dalam film menjadi barisan not balok beserta chordnya dan S.Saraswathi yang telah meminjamkan DVD film Ruma Maida.

7. Teman-teman yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk membantu pembuatan skripsi ini dari awal hingga akhirnya. Roy Thaniago, Yunia Anggun Kumaladewi, Irene Fagia, Amelia Stephanie, Edward Sando, Agnes Natalia, Leonardus J. M.

8. Semua pihak yang telah ikut campur membantu pengerjaan skripsi ini sehingga dapat selesai tepat waktu.

Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan informasi baru dan menambah wawasan pembaca mengenai sejarah.

Serpong, 18 Januari 2012 Angelia Stephanie

(25)

DAFTAR ISI

Halaman Sampul Depan………. Halaman Judul……… Lembar Persetujuan Dosen Pembimbing……….. Lembar Pengesahan……….. Lembar Pernyataan Orisinalitas………. Lembar Motto dan Persembahan……….. Kata Pengantar……….. Daftar Isi……… Daftar Gambar……….. Daftar Lampiran……… BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang…….……….…...…1 B.Rumusan Masalah………..….3 C.Batasan Masalah……….…3 D.Tujuan………...3 E.Manfaat………4 BAB II TELAAH LITERATUR

A.Membuat Film Berlatarbelakang Sejarah……….…..5 B.Peristiwa Sejarah

1.Sumpah Pemuda………...….8 2.Masuknya Jepang ke Indonesia………..………….13

(26)

3.Agresi Militer Belanda I………....18 C. KOSTUM……….……….27 D. ARSITEKTUR 1.Neo Klasik………..………28 2.Indische Bouwstijl….………...32 3.A.I.A Bureau………..………35 4.Rumah Tempat Tinggal Masyarakat Indonesia……….38 E.PROPERTI: Gramofon………..………..….41 F.MUSIK…………..……….43 BAB III METODE PENELITIAN

A.Gambaran Umum Objek Penelitian………46 B.Langkah Penelitian………...47 C.Metode Penelitian……….……48

D.Fokus Penelitian………...49

E.Teknik Pengumpulan Data………...49 F.Teknik Analisis Data………50 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A.Ruma Maida sebagai film berlatar belakang sejarah..………….…..51 B.Penggambaran Sejarah dalam Film Ruma Maida

1 Sumpah Pemuda………53

2.Masuknya Jepang ke Indonesia………….…...59 3.29 Juli 1947……….………....68 4.Arsitektur………..………...73

(27)

5.Rumah Tempat Tinggal Masyarakat Indonesia…………..…74

6.Musik Keroncong………...……….79

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN

A.Simpulan…...………..82 B.Saran……...…...……….…83 LAMPIRAN-LAMPIRAN…………...………..…84 DAFTAR PUSTAKA………...97

(28)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Diorama Pemimpin Rapat Kongres Pemuda ke-II……….11 Gambar 2.2 Diorama Pemimpin Rapat Kongres Pemuda dan W.R. Soepratman.11 Gambar 2.3 Diorama Kongres Pemuda ke-II……….……12 Gambar 2.4 Diorama Kongres Pemuda ke-II (2)………...…12 Gambar 2.5 Foto peserta Kongres Pemuda Indonesia ke-II………..13 Gambar 2.6 Mercedes Benz G-5………15 Gambar 2.7 Patung Jan Pieter Zoon Coen……….…16 Gambar 2.8 Patung J.P Coen dan sekitarnya………....17 Gambar 2.9 Badan Pesawat Dakota VT-CLA yang tersisa………..….21 Gambar 2.10 Pesawat Dakota VT-CLA dari sisi kanan depan……….22 Gambar 2.11 Pesawat Dakota VT-CLA dari sisi kiri depan……….22 Gambar 2.12 Pesawat Dakota VT-CLA dari sisi kiri depan (2)………23 Gambar 2.13 Pesawat DakotaVT-CLA dan patung penerbang……….23 Gambar 2.14 Bagian dalam pesawat Dakota VT-CLA………..24 Gambar 2.15 Pesawat Kitty Hawk Belanda………...24 Gambar 2.16 Pesawat P-40 Kitty Hawk………....25 Gambar 2.17 Prasasti Penerbang Indonesia………...25 Gambar 2.18 Foto Penerbang Indonesia………26 Gambar 2.19 Patung Penerbang disebelah pesawat Dakota VT-CLA…………..26

Gambar 2.20 Model tiang Doric, Ionic, Corinthian………..28 Gambar 2.21 Model tiang bergaya Romawi……….29

(29)

Gambar 2.22 Museum Nasional Republik Indonesia………...31 Gambar 2.23 Museum Fattahillah……….……31 Gambar 2.24 Istana gubernur Jendral di Batavia………...32 Gambar 2.25 Kantor Imigrasi………....34

Gambar 2.26 Kantor Imigrasi (2)………...34

Gambar 2.27 Frans Johan Lowrens Ghijsels………..…35 Gambar 2. 28 Gedung Internatio,Surabaya………..……….37 Gambar 2.29 Kantor “Nilmij” Yogyakarta……….……...37

Gambar 2.30 Kamar dengan perabot rumahtangga gaya………...……39

Gambar 2.31 Contoh piring hias/porselen……….39

Gambar 2.32 Contoh tempat tidur kayu berukir………40 Gambar 2.33 Bentuk dasar Gramofon………...41 Gambar 2.34 Gramofon dengan corong seperti Horn………42 Gambar 2.35 Gramofon dengan corong seperti Horn (2)………..…42 Gambar 4.1 Peristiwa Sumpah Pemuda dalam film Ruma Maida………54 Gambar 4.2 W.R Supratman sedang memainkan lagu Indonesia Raya…………54 Gambar 4.3 Bertha dan Issac Pahing memasuki Gedung Sumpah Pemuda (1)…56

Gambar 4.3 Bertha dan Issac Pahing memasuki Gedung Sumpah Pemuda (1)….56

Gambar 4.5 Bertha dan Issac Pahing di dalam Gedung Sumpah Pemuda……….56 Gambar 4.6 Tentara Jepang mengendarai sepedaOnthel………...59

Gambar 4.7 Tentara Jepang menggunakan mobil Jeep dan berlari-lari kecil……60 Gambar 4.8 Penawanan masyarakat Eropa………60

(30)

Gambar 4.10 properti patung J.P Coen sebelum shooting……….63 Gambar 4.11 Persiapan lokasi shooting adegan perubuhan patung………..63

Gambar 4.12 Penggambaran adegan perobohan patung dalam film……….63

Gambar 4.13 Persiapan shooting di sebuah jalan raya di Semarang……….65 Gambar 4.14 Tentara Jepang yang berkostum dengan sepeda Onthel…………..66

Gambar 4.15 Salah seorang ekstras sedang menggunakan kostum tentara……..66 Gambar 4.16 Hasil pelilitan kain pada kaki tentara………...………67

Gambar 4.17 Proses pelilitan kain pada kaki tentara……….67 Gambar 4.18 Para penerbang yang sedang mengemudikan pesawat………69

Gambar 4.19 Issac Pahing dan penumpang pesawat Dakota……….69

Gambar 4.20 Penggambaran tokoh Adi Sutjipto di dalam pesawat………..69

Gambar 4.21 Penggambaran isi pesawat Dakota VT-CLA………...69

Gambar 4.22 Pesawat dakota yang sedang mengudara (1)………70

Gambar 4.23 Pesawat dakota yang sedang mengudara (2)………70 Gambar 4.24 Pesawat P-40 Kittyhawk Belanda………70 Gambar 4.25 penggambaran pengejaran pesawat dakota dengan kittyhawk……70

Gambar 4.26 Pesawat dakota dilihat dari bagian atas………....71

Gambar 4.27 Arsitektur yang menonjol dalam film Ruma Maida………73

Gambar 4.28 Bertha dan Issac Pahing ke Rumah Nanny Kudus………...74 Gambar 4.29 Bagian dalam Rumah Nany Kudus………..74 Gambar 4.30 Issac Pahing masuk dalam rumah Nanny Kudus………...74

Gambar 4.31 Gambar keramik yang ditemukan dalam Ruma Maida (1)………..75

(31)

Gambar 4.33 Gambar keramik yang ditemukan dalam Ruma Maida (3)………..75 Gambar 4.34 Soekarno dan Issac Pahing di dalam salah satu ruangan………….75 Gambar 4.35 Kolonel Maruyama di kamar tidur………...76 Gambar 4.36 Salah satu ruangan dalam rumah Issac Pahing………76 Gambar 4.37 Issac Pahing dengan anggota keroncongnya………76 Gambar 4.38 Penggambaran salah satu ruangan rumah Issac Pahing…………...76 Gambar 4.39 Salah satu adegan di dalam kamar tidur………...77 Gambar 4.40 Penggambaran rumah Nanny Kudus………77

Gambar 4.41 Partitur Lagu Keroncong Pulau Tenggara versi dalam film………80 Gambar4. 42 Partitur Lagu Keroncong Pulau Tenggara versi asli………

(32)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I.

Hasil wawancara dengan Ayu Utami, penulis naskah Ruma Maida……….84

Lampiran II.

Hasil wawancara dengan Teddy Soeriaatmadja, sutradara dan produser film Ruma Maida………..88

Lampiran III.

Hasil wawancara dengan Indra Tammoron, penata artistik film Ruma Maida….90

Lampiran IV.

(33)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Enam puluh enam tahun Indonesia sudah merdeka, tetapi rasa persatuan di antara bangsa Indonesia belum juga muncul. Banyak pihak-pihak yang memaksakan pandangan kelompok tertentu sebagai kebenaran umum yang harus diterima masyarakat secara luas. Banyak juga pihak yang menganggap perbedaan itu sebagai sesuatu yang harus dilenyapkan atau diseragamkan. Hal ini menyebabkan ada kelompok-kelompok agama dan suku minoritas menjadi terpinggirkan dan terancam kesejahteraannya di Indonesia.

Pengelompokan suku, agama, dan Ras yang terjadi, bertentangan dengan peristiwa Sumpah Pemuda yang terjadi tahun 1928. Pada saat itu, para pemuda Indonesia mencapai satu kesimpulan bahwa Indonesia adalah satu. Meskipun Indonesia terdiri dari beragam suku dan agama, tetapi dipersatukan oleh tanah air, bangsa, dan bahasa yang satu, yaitu Indonesia.

Keterputusan antara masyarakat modern pasca kemerdekaan dengan sejarah bangsanya menjadi salah satu penyebab utama krisis persatuan di Indonesia. Jika dirunut lebih jauh, hal itu bisa disebabkan karena kurang menariknya media informasi mengenai sejarah. Sejarah biasanya hanya ditemukan pada buku-buku pelajaran sekolah, buku-buku usang yang sudah tidak diterbitkan lagi, dan hanya sedikit buku terbitan baru yang membahas sejarah. Sejarah dalam bentuk film juga biasanya berbentuk film dokumenter yang membosankan. Hal ini

(34)

membentuk budaya yang jauh dari sejarah dan tidak mencintai sejarah. Akhirnya sejarah hanya dipahami sebagai salah satu mata pelajaran yang wajib dihapal agar mendapat nilai bagus saat sekolah, tetapi tidak dimaknai lebih dari itu.

Hadirnya Film Ruma Maida dapat menjadi acuan, bahwa sejarah tidak selalu membosankan. Ruma Maida merupakan salah satu film fiksi yang dilatarbelakangi dengan kejadian dan setting sejarah bangsa Indonesia pada tahun 1928-1947 dan peristiwa kerusuhan Mei 1998. Media film yang dikemas dengan baik sebenarnya dapat menjadi suatu cara yang ampuh untuk memperkenalkan sejarah kepada masyarakat Indonesia. Melalui film berlatarbelakang sejarah semacam ini, memungkinkan sejarah menjadi suatu hal yang tak lagi sekedar hapalan, tetapi mulai dicintai.

Keunggulan film ini selain dari segi cerita, yang menyatukan dua alur waktu, terlihat jelas juga pada settingnya. Setting sejarah yang tergambar dalam film Ruma Maida terlihat digarap dengan serius dan dapat membuat kita seperti kembali ke masa lalu dan seakan-akan menyaksikan secara langsung peristiwa sejarah yang melatarbelakangi film tersebut, walaupun film tersebut dicampur juga dengan unsur fiksi.

Penggambaran sejarah dalam film Ruma Maida menjadi penting untuk dibahas agar pembaca dapat mengetahui kelebihan dan kelemahan dalam film tersebut dan dapat memperbaikinya ketika akan membuat film bertema sejarah.

(35)

B.Rumusan Masalah

Masalah dari penelitian ini, sesuai dengan hakikat masalah diatas, akan dirumuskan dalam bentuk pertanyaan yaitu,

 Bagimana peristiwa sejarah digambarkan dalam film Ruma Maida?

 Bagaimana setting sejarah direfleksikan dalam elemen-elemen Ruma Maida?

C.Batasan Masalah

Ruang lingkup pembahasan film Ruma Maida dititikberatkan pada sejarah dalam kurun waktu 1928-1947 yang terdapat dalam film. Peristiwa sejarah digambarkan dalam film Ruma Maida artinya peristiwa sejarah yang divisualisasikan dalam film, yang memberikan keterangan mengenai waktu, peristiwa,situasi untuk melengkapi cerita dalam film.

Direfleksikan dalam hal ini artinya digambarkan ulang atau divisualisasikan kembali. Setting sejarah direfleksikan dalam elemen-elemen Ruma Maida dibatasi pada elemen musik, properti dan setting serta kostum.

D.Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian yang dilakukan dengan merujuk pada rumusan masalah dan batasan masalah yang telah diuraikan sebelumnya adalah:

 Memaparkan peristiwa sejarah yang melatarbelakangi film Ruma Maida serta membahas penggambarannya dalam film.

(36)

 Memaparkan setting sejarah serta membahas refleksi setting sejarah tersebut dalam elemen-elemen film Ruma Maida.

E.Manfaat Penelitian

Pembahasan film Ruma Maida diharapkan dapat memberikan manfaat kepada pembaca untuk menambah wawasan mengenai sejarah dan penggambaran sejarah tersebut dalam sebuah media seperti film. Untuk para film maker khususnya dalam bidang cinematography, diharapkan pembahasan ini dapat digunakan sebagai bahan acuan dan dasar inspirasi untuk membuat lebih banyak lagi film-film berlatarbelakang sejarah yang lebih baik.

Untuk peneliti secara pribadi, pembahasan film Ruma Maida bermanfaat untuk menggali lebih jauh tentang sejarah Indonesia dan penggambaran sejarah tersebut dalam sebuah film. Secara umum, diharapkan pembahasan mengenai film Ruma Maida dapat menjadi suatu sumbangan kecil yang membantu menumbuhkan rasa cinta terhadap perfilman dan sejarah negeri Indonesia, dan dapat menajamkan rasa nasionalisme yang mulai memudar diantara Bangsa Indonesia.

(37)

BAB II

TELAAH LITERATUR

A.Membuat Film Berlatarbelakang Sejarah

Sikap memelihara ingatan akan sejarah merupakan salah satu modal dasar peradaban besar. Kekuatan kebudayaan yang terdapat dalam ingatan akan sejarah dalam berbagai media, sesungguhnya merupakan kekuatan inti negara dan bangsa yang dibangun. (Dahlan, 2011)

Sejarah tak cukup lagi dituliskan dengan kata. Di zaman yang rodanya melesat menginjak penanda-penanda penting dalam sejarah peradaban, kata membutuhkan referensi digital. Kata dan gambar berjalinan menjalankan peran mulia: sebagai saksi. (Hartingsih,2010, halaman 15)

Rekonstruksi sejarah melalui film ada tiga macam. Pertama, mengambil kurun waktu tertentu dan membangun drama dari kurun waktu tersebut. Kedua, menggambarkan kurun waktu yang berkesinambungan untuk membangun benang merah yang menciptakan tokoh. Ketiga, menggunakan sudut pandang orang lain dalam melihat sejarah.

Dalam membuat sebuah film sejarah, penyeleksian fakta sejarah yang dilakukan sangat persepsional berdasarkan sutradara dan penulis karena memang tidak pernah ada metodologi khusus untuk menyeleksinya.(Sasono, 2005)

Film yang berlatar belakang sejarah telah muncul sejak dulu. Pola yang menonjol dari film berlatarbelakang sejarah adalah mereka menampilkan masa kolonial, biasanya dengan referensi perlawanan terhadap penjajahan Belanda dan Jepang. (Marselli, 1991)

(38)

Akurasi menjadi syarat penting bagi pembuatan film berlatar belakang sejarah. Selain ketepatan dalam penokohan dan alur cerita, gaya berbahasa yang digunakan pun harus sesuai dengan gaya yang banyak digunakan masyarakat pada rentang waktu peristiwa yang melatari film tersebut.

( HEI, 2010, halaman 7 )

Film berbau sejarah pada awalnya merupakan komoditi domestik yang dirasa memiliki kemungkinan kecil untuk diekspor ke pasar internasional. Hal ini dikarenakan para pembuat film tidak dapat mendekatkan isi cerita dengan kehidupan masa kini, sehingga kurang menarik bagi Orang Barat yang telah terlatih untuk menonton.

Sekarang Indonesia tidak sedang memerangi penjajah mana pun, dan masalah nasionalnya dewasa ini, antara lain adalah keadilan sosial, tantangan pendidikan, pesatnya jumlah penduduk. Tapi tak seorang pahlawan pun yang telah menyentuh masalah-masalah tersebut dalam konteks masyarakat Indonesia modern.

Diakui bahwa kedudukan film dalam kebudayaan di mana pun adalah tidaklah semata-mata obyek tontonan estetik. Dalam catatan sekilas ini, film bahkan bukan target akhir dari penelaahan, tapi suatu pembicaraan yang lebih luas mengenai masalah representasi: Proses sosial dalam membentuk karakter, penciptaan tokoh, dan sebagainya. (Marselli, 1991, halaman 6)

Untuk memproduksi film berlatarbelakang sejarah yang baik, teknologi dan riset diperlukan untuk membentuk cerita dalam film. Bukan hanya riset dokumentasi mengenai peristiwa yang akan dituangkan di dalam film, tetapi juga melakukan wawancara dengan para ahli sejarah, sehingga ketika sebuah film sejarah ditayangkan, film tersebut dapat menyajikan properti secara detail dan memvisualisasikan sejarah secara utuh.

Ada beberapa film berlatar belakang sejarah yang pada proses produksinya terhenti , penyebab utamanya adalah macetnya dana. Membuat film berlatarbelakang sejarah tidak gampang. Karena waktu persiapan yang panjang, dana prosuksi bisa membengkak, dan pada saat itu penggunaan ongkos produksi

(39)

tidak diawasi dengan ketat lagi, sehingga bisa menyebabkan produksi berhenti di tengah jalan. (Soedirman, 2002)

Dua hal yang bisa menghambat sejarah adalah sudut pandang yang digunakan dan kebenaran atau akurasi data yang dimiliki. Jangan sampai beropini dalam film sejarah. (BB Ary, 1993). Tetapi meskipun telah melewati riset yang cukup, tetap saja sebuah film sejarah bersifat subyektif . (Harmandini, 2002) dan terkadang dampak dari apa yang difilmkan, lebih besar daripada kejadian sejarahnya sendiri. Dengan kata lain, media film dapat mengguncang sejarah dengan menyusun kembali sejarah lewat sudut pandang yang berbeda. (Seno Gumira, 1993)

Untuk membuat film berlatarbelakang sejarah, biasanya dibutuhkan pemain yang banyak, butuh properti khusus yang mahal dan biasanya tidak bisa dilakukan di dalam studio karena harus menggambarkan setting-setting bangunan pada masa itu. Budget yang dibutuhkan bisa jadi sangat membengkak, tetapi ada beberapa cara yang dapat mengurangi biaya produksi, tentu yang terpenting adalah menajemen produksi yang baik misalnya dengan membayar rendah para pemain, kemudian menjalin kerja sama dengan pihak-pihak tertentu. Misalnya ketika ingin membuat film tentang perang di masa lalu, kita dapat bekerja sama dengan militer yang dapat meminjamkan, pesawat, senapan, dan landasan pacu. (Siahaan,2002)

(40)

B.Peristiwa Sejarah

1.Sumpah Pemuda

Pertemuan mahasiswa dari berbagai pelosok negeri untuk menempuh pendidikan lanjut di Pulau Jawa membuat terbentuknya banyak organisasi yang bersifat kedaerahan di Pulau Jawa, seperti Jong Java, Jong sumatranen Bond, Jong Islamieten Bond, Jong Celebes, Jong Minahasa, Sekar Roekoen, dan Jong Bataks Bond. Sebagian besar anggota organisasi merupakan masyarakat dengan status sosial tinggi yang telah mengenyam pendidikan Belanda dan mereka memiliki keterbukaan norma.

Pertengahan tahun 1920, diantara organisasi tersebut mulai didiskusikan tentang adanya kemungkinan untuk bergabung dalam rangka kepentingan persatuan Indonesia. Visi ini mulai terwujud dengan diadakannya Kongres Pemuda I pada bulan April-Mei tahun 1926 di . Pada saat itu terbentuklah Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia yang merupakan wadah nasionalis yang tidak bersifat kedaerahan. PPKI ini memprakarsai penyelenggaraan Kongres Pemuda II yang berlangsung pada tanggal 27-28 Oktober 1928. Kongres Pemuda II berlangsung selama dua hari, dibagi dalam tiga kali rapat dan dilaksanakan dalam tiga gedung yang berbeda. (Foulcher,2001)

Rapat Pertama, pada hari Sabtu, 27 Oktober 1928, pukul 07.30-11.30 dilaksanakan di Gedung Katholieke Jongenlingen Bond, di Waterloophlein Noord ( kini Jalan Lapangan banteng Utara). Soegondo Djojopoespito yang bertugas sebagai ketua Kongres membuka rapat, kemudian dilanjutkan dengan uraian

(41)

Mohhamad Yamin mengenai persatuan dan kebangsaan Indonesia serta hubungannya dengan pemuda.

Rapat Kedua, pada hari Minggu 28 Oktober, 1928 pukul 08.00-12.00 di Oost Java Bioscoop di Koningsplein Noord (kini Jalan Merdeka Utara). Rapat kali ini membahas mengenasi masalah pendidikan kebangsaan.

Rapat Ketiga atau Rapat Penutup, diadakan pada hari Minggu 28 Oktober 1928 pukul 17.30-19.30 di Gedung Indonesische Clubgebouw Jalan Kramat Raya no. 106. Rapat membahas mengenai masalah pergerakan pandu. Pada saat iti, diperdengarkan lagu Indonesia Raya sebagai selingan oleh Wage Rudolf Soepratman melalui gesekan biolanya. Dibentangkan pula bendera merah putih saat itu. (Rachman, 2008)

Menurut keterangan yang terdapat pada Museum Sumpah Pemuda, rapat tersebut dihadiri oleh sekitar 750 orang, yang merupakan perwakilan dari organisasi PPPI, Jong Java, Jong Islamieten Bond, Jong Sumatranen Bond, Jong Bataks Bond, Jong Celebes, Jong Ambon, Pemuda Indonesia, Pemuda Betawi, serta dihadiri pula oleh pihak kaum dewasa, anggota dewan rakyat, dan pers.

Rapat ditutup dengan membacakan rumusan hasil kongres yang berjudul “ Poetoesan Congres Pemoeda-Pemoeda Indonesia”.

POETOESAN CONGRES PEMOEDA-PEMOEDA INDONESIA

Kerapatan pemoeda-pemoeda Indonesia diadakan oleh perkoempoelan-perkoempoelan pemoeda Indonesia jang berdasarkan kebangsaan dengan namanja Jong Java, Jong Soematera (Pemoeda Soematera), Pemoeda Indonesia, Sekar Roekoen, Jong Islamieten Bond, Jong Bataks Bond, Jong Celebes, Pemoeda Kaoem Betawi dan Perhimpoenan Peladjar Indonesia.

(42)

Memboeka rapat pada tanggal 27 dan 28 Oktober tahoen 1928 dinegeri Djakarta

Sesoedahnja mendengar pidato-pidato dan pembitjaraan jang diadakan di dalam kerapatan tadi

Sesoedah menimbang segala isi-isi pidato-pidato dan pembitjaraan ini Kerapatan laloe mengambil kepoetoesan :

Pertama :KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENGAKOE

BERTOEMPAH DARAH JANG SATOE, TANAH INDONESIA.

Kedoea :KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA, MENGAKOE

BERBANGSA JANG SATOE, BANGSA INDONESIA.

Ketiga :KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA, MENDJOENJOENG BAHASA PERSATOEAN, BAHASA INDONESIA.

Setelah mendengar poetoesan ini, kerapatan mengeloearkan kejakinan azas ini wadjib dipakai oleh segala perkoempoelan kebangsaan Indonesia.

Mengeloearkan kejakinan persatoean Indonesia diperkoeat dengan memperhatikan dasar persatoeannja :

Kemaoean Sedjarah Bahasa Hoekoem adat

Pendidikan dan Kepandoean

Dan mengeloearkan pengharapan, soepaja poetoesan ini disiarkan dalam segala soerat kabar dan dibatjakan di moeka rapat perkoempoelan-perkoempoelan kita. (Keterangan yang terdapat pada sebuah prasasti di Museum Sumpah Pemuda)

Putusan Kongres inilah yang hingga sekarang kita kenal dengan Sumpah Pemuda.

Berikut ini adalah beberapa foto dan patung yang terdapat di Museum Sumpah Pemuda, yang dapat menerangkan mengenai peristiwa tersebut.

(43)

Gambar 2.1 Diorama Pemimpin Rapat Kongres Pemuda ke-II Sumber: Museum Sumpah Pemuda

Gambar 2.2 Diorama Pemimpin Rapat Kongres Pemuda dan W.R. Soepratman Sumber: Museum Sumpah Pemuda

(44)

Gambar 2.3 Diorama Kongres Pemuda ke-II Sumber: Museum Sumpah Pemuda

Gambar 2.4 Diorama Kongres Pemuda ke-II (2) Sumber: Museum Sumpah Pemuda

(45)

Gambar 2.5 Foto peserta Kongres Pemuda Indonesia ke-II Sumber: Museum Sumpah Pemuda

2.Masuknya Jepang ke Indonesia

Menurut Ricklefs, seorang professor sejarah dari Universitas Singapore yang meneliti mengenai sejarah Indonesia, pada tahun 1930-an, dalam bukunya Sejarah Indonesia Modern yang diterbitkan tahun 2008, Jepang merupakan salah satu negara Asia yang maju dan memiliki ambisi untuk menandingi negara Barat. Namun Jepang memiliki kendala, yaitu Sumber daya Alam mereka, terutama minyak bumi yang sangat vital untuk kemajuan industri dirasakan sangat kurang. Kemudian lahan pertanian di negeri Jepang juga tidak mencukupi kebutuhan pangan masyarakatnya, maka mereka menghadapi tekanan ekonomi. Pada saat itu, Jepang mulai melihat Sumber daya alam yang melimpah di daerah Asia Tenggara, terutama minyak bumi yang ada di Hindia Belanda, dalam hal ini Sumatera, Kalimantan, dan Jawa. Karenanya, terjadilah Perang Asia Timur Raya.

(46)

Perang yang dilakukan Jepang berdalih untuk membebaskan bangsa Asia dari penjajahan negara Barat. Dengan motto yang mengatakan bahwa Jepang merupakan sodara tua Asia dan juga dengan munculnya gerakan 3 A yang menyebutkan bahwa Jepang pemimpin, pelindung, dan cahaya Asia, Jepang banyak mendapat bantuan dari rakyat Indonesia.

Jepang menyadari bahwa merebut negara jajahan negara Barat merupakan hal yang tidak mudah. Oleh karena itu, Jepang memperkuat angkatan lautnya, dan menyusun strategi perang yang baik. Strategi itu dimulai dengan menghancurkan pangkalan angkatan laut AS di Pearl Harbour, Hawaii pada tanggal 7 Desember 1941. Kemudian menunggu waktu yang pas, disaat negeri-negeri induk seperti Inggris, Perancis, dan Belanda juga menghadapi peperangan dengan Jerman di Eropa. (Dadot, 2009)

Jepang mulai menyerbu Pulau Jawa, dimulai dari Laut Jawa pada tanggal 27 Februari 1942. Mereka berhasil menenggelamkan kapal-kapal Belanda tanpa ada satu kapal Jepang yang tenggelam. Jepang berhasil mendarat di Pulau Jawa pada tanggal 1 Maret 1942. Kemudian pada tanggal 8 Maret 1942, Belanda menyerah tanpa syarat pada Jepang di Kalidjati. (Setyohadi, 2003)

Buku John Tolland The Rising Sun - The Decline and Fall of the Japanese Empire menceritakan serdadu Jepang bergerak di sepanjang jalan raya dengan menggunakan sepeda, mobil dan truk Inggris yang telah ditinggalkan. Para serdadu tersebut tidak mengenal rintangan. Jika bertemu dengan sungai, mereka menenteng sepedanya, jika ada ban sepeda yang meletus karena panas, sepeda tersebut tetap dikayuh meski hanya dengan pelek (velg) sehingga menimbulkan

(47)

bunyi berisik yang mirip dengan bunyi tank. Oleh karena bunyi gesekan itulah, tentara Inggris dan terutama prajurit India lari ketakutan.(Anwar, 2002)

Kendaraan lain yang digunakan untuk perang adalah mobil jip. Kendaraan ini pada awalnya khusus dibuat untuk keperluan perang.

Gambar 2.6 Mercedes Benz G-5 Sumber: Kompas 23 Juli 3002, kolom 2-3.

Mercedes Benz G-5 yang dikeluarkan pada tahun 1937 sudah mulai digerakkan dengan 4 roda. Persyaratan kendaraan militer yang dibuat Amerika pada sekitar tahun 1939 adalah kendaraan tersebut harus memiliki daya muat 273,15 kilogram, kaca depan dapat dilipat, jarak antara roda depan dan belakang tidak melebihi 1,9 meter dan berat kotor sekitar 544,31 kilogram. (JL, 2002)

Dengan menyerahnya Belanda, seluruh penduduk Belanda tanpa terkecuali dimasukkan dalam kamp tawanan perang. Saat itu, orang Belanda dan campuran Indo-Belanda merupakan target penguasaan Jepang. Hanya ada segelintir tentara Belanda yang mampu bertahan di daerah terpencil. Rakyat Indonesia sama sekali

(48)

tidak memberi bantuan kepada mereka. Malahan banyak Rakyat Indonesia yang menyerang serdadu dan warga sipil Belanda sehingga mereka terpaksa menyerahkan diri. Jepang ingin menawan semua orang Eropa, kecuali orang-orang yang berasal dari negara sekutunya, terutama Jerman. Pada saat itu di Pulau Jawa muncul serangan-serangan terhadap orang Eropa dan perampokan terhadap rumah dan harta benda mereka yang dilakukan oleh Orang Indonesia. Orang Eropa, para pedagang Cina, dan orang Jawa Kristen merupakan sasaran utama kekerasan dan pembunuhan. (Rickfles, 2008)

Pada masa pendudukan Jepang, pada tahun 1943, patung Jan Pieter Zoon Coen yang sudah berdiri selama 74 tahun dihancurkan. Patung Jan Pieter Zoon Coen tersebut berdiri angkuh sambil jari telunjuknya menunjuk (mengikuti gaya Napoleon Bonaparte) dengan mottonya yang terkenal Dispereet Niet yang artinya

“Pantang berputus asa”. (Forum detik.com, 2009)

Gambar 2.7 Patung Jan Pieter Zoon Coen

(49)

Gambar 2.8 Patung J.P Coen dan sekitarnya.

Sumber: Batavia in Nineteenth Century Photographs, halaman 193

Patung Coen didirikan di Waterlooplein (sekarang Lapangan Banteng) , sebagai penghargaan kepada Jan Pieterzoon Coen yang merupakan gubernur jenrdral di Batavia pata tahun 1619-23 dan 1627-1629.

Batu pertama diletakkan pada tahun 1869 oleh Gubernur Jenderal Pieter Mijer (gubernur Jenderal tahun 1866-1872), bertepatan dengan ulang tahun Batavia ke 250. Tetapi patung tersebut baru selesai pada tanggal 4 September 1876. (Merrillees, 2000)

(50)

3.Agresi Militer Belanda I

Perundingan Linggarjati merupakan salah satu perundingan yang dilakukan untuk meredakan konflik antara Indonesia yang baru saja merdeka dan Belanda yang masih berat meninggalkan kolonialismenya di bekas negeri jajahannya dengan ditengahi oleh duta istimewa Inggris yang menjadi penengah diantara dua kubu tersebut. Perundingan Linggarjati disetujui pada tanggal 15 November 1946. Hasil perundingan tersebut berisi:

 Belanda mengakui secara de facto wilayah kekuasaan Indonesia yang meliputi daerah Jawa, Sumatera, dan Madura.

 Belanda harus meninggalkan wilayah Indonesia paling lambat tanggal 1 Januari 1949.

 Republik Indonesia dan Belanda sepakat membentuk Republik Indonesia Serikat.

 Republik Indonesia dalam bentuk RIS harus bergabung dalam Commonwealth/ Uni Indonesia Belandadengan Ratu Belanda sebagai ketuanya.

Persetujuan perdamaian ini hanya berlangsung sementara. Kedua belah pilah saling tidak mempercayai dan ada perbedaan penafsiran antara Belanda dan Republik Indonesia terhadap isi perjanjian Linggarjati tersebut. (Setyohadi, 2003)

Pihak Belanda menggunakan perundingan Linggarjati sebagai alat untuk mendatangkan lebih banyak lagi tentara ke Indonesia. Belanda mengajukan tuntutan agar membentuk pemerintahan federal sampai terbentuknya Republik Indonesia Serikat. Hal itu berarti meniadakan Republik Indonesia. Belanda juga

(51)

menuntut pembentukan pasukan gendemeri (pasukan keamanan) yang akan masuk ke wilayah Indonesia.

Tuntutan tersebut ditentang oleh Republik Indonesia, karena sama saja dengan membahayakan negaranya sendiri. Penolakan tersebut membuat Belanda

melancarkan serangan militer yang mereka sebut dengan “aksi polisional” dan

yang lebih dikenal dengan nama Agresi Militer I mulai tanggal 21 Juli 1947. (Jenny, 2008)

Untuk membiayai pemeliharaan pasukan yang dalam jumlah besar, Belanda memerlukan komoditas dari Jawa (khususnya gula) dan Sumatera (khususnya minyak dan karet). Karenanya, agresi militer tersebut menyasar kota-kota besar seperti Pulau Jawa dan sumatera sebagai target utama mereka. (Rickfles, 2008)

Pada tanggal 29 Juli 1947, di tengah agresi militer Belanda, Angkatan Udara Indonesia berhasil melakukan serangan mendadak terhadap kedudukan Belanda di Ambarawa, Semarang, dan Salatiga. Dengan dua pesawat cureng dan satu pesawat bomber Guntei yang dikemudikan oleh Sutardjo Sigit, Suharnoko Harbani, dan Muljono, pasukan tersebut berhasil menggetarkan posisi Belanda dengan bom yang dilemparkan dari udara. Kemudian pasukan tersebut berhasil tiba dengan selamat di pangkalan udara Maguwo (kini merupakan landasan udara Adisucipto). Tak lama setelah serangan pagi hari yang dilakukan oleh AURI, pesawat P-40 Kittyhawk milik Belanda sudah terlihat di atas pangkalan udara Maguwo untuk membalas dendam. Mereka memuntahkan peluru diatas landasan Maguwo, untungnya tidak ada kerusakan yang serius.

(52)

Tetapi kegembiraan yang dirasakan Angkatan Udara tersebut tidak berlangsung lama, karena pada petang hari, dua pesawat Kittyhawk milik Belanda mengejar dan menembaki pesawat Dakota VT-CLA dengan simbol palang merah di badan pesawat milik Republik Indonesia yang membawa bantuan obat-obatan dari Singapura, sumbangan Palang Merah Malaya. Padahal penerbangan yang membawa obat-obatan tersebut sudah dilaporkan kepada Palang Merah Internasional dan sudah disetujui oleh Pihak Inggris dan Belanda.

Pesawat tersebut ditembaki ketika akan mendarat di Lapangan Udara Maguwo. Salah satu peluru mengenai mesin pesawat dan membuat api berkobar membakar pesawat. Pesawat tersebut berusaha melakukan pendaratan darurat di tengah sawah, tetapi sayap kiri pesawat terkena puncak pohon. Pesawat akhirnya jatuh, pecah dua, dan terbakar di Desa Ngoto, 3 km dari Yogya. (DS, 1983)

Semua awak pesawat dan penumpang tewas kecuali penumpang Abdul Gani Handonotjokro. Mereka yang gugur Komodor Muda Adisucipto, Komodor Udara Prof Dr Abdulrachman Saleh yang lebih dikenal sebagai Pak Karbol, awak pesawat juru radio Opsir Muda Udara I Adisumarmo Wirjokusumo, dan juru teknik bangsa India, Bhida Ram. Pilot berkebangsaan Australia, Winga Commander Alexander Noel Concstatine dan bekas Squadron Leader Roy Haselhurst, penumpang Zaenal Arifin, dan Ny. Constantine ikut tewas dalam

insiden itu.” (DS, 1991, halaman 16)

Untuk mengenang bakti anggota Angkatan Udara yang gugur dalam melaksanakan tugasnya dan mengenang serangan pertama angkatan Udara Republik Indonesia, pemimpin Angkatan Udara menetapkan tanggal 29 Juli sebagai hari bakti TNI-AU. Selain itu, nama pangkalan udara Maguwo diganti menjadi bandar udara Adisucipto. (Dharmayanti,1984)

Dunia Internasional mengecam agresi militer yang dilakukan oleh Belanda. Pada tanggal 4 agustus 1947, PBB menghimbau agar Belanda melakukan

(53)

gencatan senjata. Dengan demikian pada tanggal 5 Agustus 1947 berakhirlah agresi militer yang dilakukan Belanda. (Rickfles, 2008)

Badan pesawat Dakota yang tersisa dari peristiwa tanggal 29 Juli 1947 yang telah disebutkan diatas, terdapat di Museum Dirgantara Mandala di Kompleks Landasan Udara Adisucipto. Replikanya juga terdapat pada Monumen Ngoto, di Kabupaten Bantul, Yogyakarta (tempat jatuhnya pesawat tersebut).

Berikut ini adalah badan pesawat Dakota yang tersisa dan disimpan dalam Museum Digrantara Mandala.

Gambar 2.9 Badan Pesawat Dakota VT-CLA yang tersisa Sumber: Museum Dirgantara Mandala, Yogyakarta

(54)

Gambar 2.10 Pesawat Dakota VT-CLA dari sisi kanan depan Sumber: Museum Dirgantara Mandala, Yogyakarta

Gambar 2.11 Pesawat Dakota VT-CLA dari sisi kiri depan Sumber: Museum Dirgantara Mandala, Yogyakarta

(55)

Gambar 2.12 Pesawat Dakota VT-CLA dari sisi kiri depan (2) Sumber: Museum Dirgantara Mandala, Yogyakarta

Gambar 2.13 Pesawat DakotaVT-CLA dan patung penerbang Sumber: Museum Dirgantara Mandala, Yogyakarta

(56)

Gambar 2.14 Bagian dalam pesawat Dakota VT-CLA Sumber: Museum Dirgantara Mandala, Yogyakarta

Berikut ini adalah foto-foto pesawat P-40 Kitty Hawk Belanda pada masa lalu dan masa kini:

Gambar 2.15 Pesawat Kitty Hawk Belanda

(57)

Gambar 2.16 Pesawat P-40 Kitty Hawk

Sumber: http://www.flightglobal.com/ airspace/media/oldflyers/p-40-kittyhawk-39472.aspx

Berikut ini adalah prasasti, foto dan patung yang menggambarkan kostum penerbang Indonesia, khususnya yang ada di pesawat Dakota VT-CLA pada tanggal 29 Juli 1947.

Gambar 2.17 Prasasti Penerbang Indonesia Sumber: Monumen Ngoto, Kabupaten Bantul, Yogyakarta

(58)

Gambar 2.18 Foto Penerbang Indonesia dari kiri atas, Komodor Muda Adisucipto, Komodor Udara Prof Dr Abdulrachman Saleh yang lebih dikenal sebagai Pak Karbol, awak pesawat juru

radio Opsir Muda Udara I Adisumarmo Wirjokusumo. Sumber: Museum Dirgantara Mandala

Gambar 2.19 Patung Penerbang disebelah pesawat Dakota VT-CLA Sumber: Museum Dirgantara Mandala

(59)

C.KOSTUM

Pada abad kesembilan belas, muncul baju setelan yang dipakai oleh para pria dan menjadi seragam bagi pria kelas menengah. Sejak tahun 1920, yang masih merupakan masa penjajahan, setelan Barat digunakan oleh para pemimpin gerakan nasionalis, pemimpin organisasi pemuda Indonesia, dan politisi. Bagi nasionalis dan Bangsa Indonesia yang terpelajar, pakaian pribumi yang masih berupa sarung untuk para pria dihubungkan dengan tidak adanya kemajuan, karena itu biasanya mereka memilih setelan barat dilengkapi dengan dasi. Pada saat itu, mereka menggunakan banyak menggunakan warna putih.

Berpakaian dengan gaya Eropa mengindikasikan bahwa seseorang mendukung perkembangan ide-ide progresif dan turut menjadi bagian dari suatu gerakan modern baru. Kelengkapan seperti dasi dan peci yang digunakan pun memiliki arti. Dasi yang saat itu baru muncul sebagai mode di Barat, digunakan orang-orang Indonesia yang ingin menekankan perubahan. Sedangkan penutup kepala, dalam hal ini peci, oleh Soekarno dijadikan sebagai symbol kesatuan nasional. Sebagai pakaian sehari-hari digunakan setelan safari, atau pakaian yang lebih mengambil gaya militer.

Di lain pihak, perempuan Eropa dan penduduk asli yang tinggal di Indonesia lebih cenderung menggunakan pakaian tradisional yaitu kebaya dan sarung. Kebaya merupakan baju dari kain tipis berwarna putih yang dipenuhi banyak bordiran. Baru ketika Raffles berkuasa di Indonesia, baju terusan Eropa mulai diperkenalkan kepada publik Orang-orang Eropa mengubah gaya berpakaiannya, sedangkan orang Indonesia tetap dengan pakaian tradisionalnya. Hal ini membuat

(60)

perbedaan bangsa yang mudah terlihat dari pakaian semata. Ketika Jepang masuk ke Indonesia, baju terusan dan dasi hampir menghilang dari publik. Penggunaan dasi digantikan dengan pembuatan kemeja dengan kerah terbuka. (Nordholt. 2005)

Gambar 2.20 Pemimpin nasionalis Indonesia, Tjipto Mangoenkoesoemo (baris depan kiri) dengan E.F.E Douwes Dekker (baris depan, tengah) memakai setelan Eropa.

(61)

Gambar 2.21 Foto Masyarakat Indonesida dengan kebaya yang telihat modern Sumber: http://www.cyberax.eu/book/1092544/batik-belanda

D.ARSITEKTUR

1.Neo Klasik

Arsitektur neo klasik lahir pada abad-18 karena masyarakat telah jenuh dengan gaya bangunan yang penuh ukiran, mereka kembali menyederhanakan bentuk. Neoklasik sangat dipengaruhi oleh arsitektur Yunani dan Romawi, tetapi lebih disempurnakan dengan menggunakan proses, teknologi, dan material baru. (Myhimee, Gobel, 2008)

Ciri-ciri arsitektur neo klasik adalah bangunan sederhana, terdiri dari bentuk-bentuk dasar, garis-garis yang bersih, elegan, rapi, simetris, kolom-kolom berdiri bebas dengan bagian atas bergaya doric (yunani/Romawi) atau bergaya Tocan, Ionic, Corintia, atau campuran semuanya. (Atpic, 2011, dan Vletter, 2009)

(62)

Gambar 2.22 Model tiang Doric, Ionic, Corinthian Sumber: http://nightlanding.com/ artroom/?p=463

Gambar 2.23 Model tiang bergaya Romawi Sumber: http://www.turncraftsales.com/ architectural.html

Bangunan neoklasik memiliki garis atap datar dan tidak terlalu curam. Jendela besar dan bangunan berwarna putih. Penggunaan barisan pilar-pilar (corronade) neoklasik sebagai penyangga atap sering menyiratkan aturan dan kekuasaan kolonial, dimana bangunan publik merupakan sebuah symbol intimidasi dan pemaksaan. (Myhimee, 2008)

(63)

Di Indonesia, bangunan bergaya neo klasik diperkenalkan oleh Herman Willem Daendels yang merupakan bekas perwira tentara Louis Napoleon di Perancis. (Nugroho, 2011) Ketika Daendels menjadi gubernur Hindia Belanda (1808-1811), ia banyak membangun bangunan neo klasik untuk kepentingan pemerintahan. (Gobel, 2008)

Gaya yang berkembang pada masa arsitektur neo klasik antara lain:

1. Art deco : menggunakan geometris dasar dari bentuk-bentuk natural. Dalam penciptaannya biasa melibatkan emosi dan logika, dan keduanya seimbang.

2. Art Noveau: merupakan bentuk-bentuk natural yang dipertahankan, seperti bentuk sulur daun. Dalam pembuatannya, art noveau sangat mengandalkan emosi. (Myhimee, 2008)

Setelah revolusi Perancis, timbullah gerakan baru arsitektur neoklasik yang

disebut “empire state”. Arsitektur ini tidak banyak berbeda dari asalnya, tetapi

lebih mencerminkan keangkuhan dan kekuasaan. (Nugroho, 2011) Bangunan yang memiliki gaya empire state, mempunyai kebun yang luas. Ciri lainnya adalah bangunan tersebut dibangun dengan tembok tebal dan langit-langit yang tinggi. Terdapat central room yang menghubungkan beranda depan dengan beranda belakang serta ruangan-ruangan lain, dan biasanya berlantai marmer. (Trisnadi, 2009)

(64)

Contoh bangunan yang bergaya neoklasik di Jakarta:

Gambar 2.24 Museum Nasional Republik Indonesia

Sumber: http://ariesaksono.wordpress.com/2008/03/25/museum-nasional-republik-indonesia/

Gambar 2.25 Museum Fattahillah

Sumber: http://zh-cn.facebook.com/notes/setyo-nugroho/perkembangan-arsitektur-neo-klasik-menyerbu-indonesia-1800an/10150167478601058

Gambar

Gambar 2.1 Diorama Pemimpin Rapat Kongres Pemuda ke-II Sumber: Museum Sumpah Pemuda
Gambar 2.3 Diorama Kongres Pemuda ke-II Sumber: Museum Sumpah Pemuda
Gambar 2.5 Foto peserta Kongres Pemuda Indonesia ke-II Sumber: Museum Sumpah Pemuda
Gambar 2.9 Badan Pesawat Dakota VT-CLA yang tersisa Sumber: Museum Dirgantara Mandala, Yogyakarta
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari Gambar 1 tampak baik simulasi pada data suhu udara maupun data kecepatan angin memiliki rataan yang lebih mendekati data setelah menggunakan algoritma Filter

pengujian hipotesis daya tahan jantung paru (X 1 ) dan daya tahan otot tungkai (X 2 ) terhadap kemampuan tendangan sabit (Y) pada Atlet Putra Pencak Silat UKM Unsyiah

karakteristik manusia dan dalam bidang pendidikan merupakan hasil belajar. Kemampuan afektif merupakan bagian dari hasil belajar dan memiliki peran penting. Keberhasilan

Kertas ini mengkaji corak kemeruapan harga saham sektor ekonomi di Bursa Malaysia, di samping mengenal pasti sektor yang meruap secara berkelangsungan bagi tempoh masa sebelum,

Berdasarkan hasil pengamatan, diketahui bahwa spesies burung rangkong (Bucerotidae) yang terdapat di pegunungan Gugop Kemukiman Pulo Breuh Selatan Kecamatan Pulo Aceh

1) Dalam Pelaksanaannya Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Riau sudah menjalankan kewenangannya, sebagaimana kewenanganya yang diatur dalam pasal 8 Undang-Undang

Bu nedenle kredi aynı tarihte (14/12/2014) kapatıldığında ilgili ayda tahakkuk eden peşin komisyon tutarı olan 1.268,81 TL ve geri kalan sekiz aya ilişkin itfa edilmemiş

dengan menawarkan sejumlah kemudahan. Ditambah dengan pembeli digital Indonesia diperkirakan mencapai 31,6 juta pembeli pada tahun 2018, angka ini meningkat dari