• Tidak ada hasil yang ditemukan

Musik yang menonjol dalam film Ruma Maida adalah musik keroncong yang berjudul Keroncong Pulau Tenggara. Pemakaian lagu keroncong, tepat, karena pada tahun 1920-1942 memang merupakan masa keemasan dari musik keroncong. Berikut ini adalah hasil penulisan melodi beserta chord lagu Keroncong Pulau Tenggara yang dilakukan oleh teman saya yang bernama Elina dengan berdasarkan nada yang terdengar pada film Ruma Maida.

Gambar 4.41 Partitur Lagu Keroncong Pulau Tenggara versi dalam film Sumber: Dokumen milik Elina A.S

*Keterangan gambar:

Bagian chord yang diberi tanda / sebelum penulisannya merupakan chord yang dibunyikan oleh bass. Lagu yang terdapat dalam film Ruma Maida tersebut tidak memperdengarkan bagian intro, hanya diberi chord awal sebagai tanda untuk masuk bernayanyi. Bagian ending juga tidak diperdengarkan.

Pola lagu yang terdapat di dalam film terdengar sedikit aneh karena pada beberapa bagian ada ketukan yang tidak pas. Hal ini dikarenakan mungkin saja lagu Keroncong tersebut telah dipotong-potong untuk keperluan editing film dan disesuaikan dengan gambar. Penulis merasa tidak puas dan berusaha mencari partitur aslinya. Penulis mencoba untuk memintanya pada Ayu Utami, yang membuat lirik dan nada lagu Keroncong Pulau Tenggara tersebut dan ternyata ia mau membagi partitur tersebut.

Gambar 4.42 Partitur Lagu Keroncong Pulau Tenggara versi asli (1) Sumber: Dokumen milik Ayu Utami

Gambar 4.43 Partitur Lagu Keroncong Pulau Tenggara versi asli (2) Sumber: Dokumen milik Ayu Utami

Lirik lagu Keroncong Pulau Tenggara

Jiwa manis ingin menjaga tanah air di Pulau Tanggara. Sabda terucap (di) sebrang Samudra Pulau Tenggara. Jiwa manis putri kencana bermandikan cahaya surga.

Juwita dewi dalam samadi menjelma negri.

Jiwa merdeka ingin menjaga tanah air di Pulau Tenggara.

(oh) Nestapa panjangkah jalanku? Pelita selalu kujaga (oh) gerhana. Galaukan langkahku.

Cahaya menanti di sana

Juwita dewi dalam samadi menjelma negri.

Jiwa merdeka ingin menjaga tanah air di Pulau Tenggaraku.

Lirik lagu keroncong menurut Purba biasanya berupa bait yang terdiri dari empat baris dan memiliki rima (a-b-a-b) atau (a-a-a-a), sedangkan dalam lagu ini, pola rima sudah tidak beraturan. Berdasarkan pola rimayang tidak beraturan, pola chord yang terlihat (munculnya chord minor), serta adanya perubahan birama di

beberapa tempat (bar 14 dan 39), dapat disimpulkan bahwa lagu Keroncong Pulau Tenggara termasuk dalam jenis keroncong modern yang memiliki lebih banyak

variasi dan bukan jenis keroncong asli, langgam, ataupun stambul, yang booming tahun 1920-1940.

Menurut penulis, wajar untuk menciptakan lagu keroncong yang modern sebagai penggambaran keroncong di masa lalu, karena untuk membuat lagu keroncong yang sama seperti zaman dahulu, sangat sulit, mengingat bangsa kita bukan bangsa yang suka mencatat dan melestarikan peninggalan sejarah.

Keterangan mengenai lagu-lagu keroncong yang sudah lawas beserta nadanya sangat sulit didapat. Selain itu faktor waktu persiapan untuk membuat musik tersebut kurang.

Hal ini diakui oleh Ayu Utami, pembuatnya bahwa ia membuat musik tersebut dengan maksud agar dapat mewakili masa lalu, tetapi masih juga dapat diterima oleh masyarakat saat ini. Menurut penulis keinginan tersebut cukup dapat tersampaikan dengan baik.

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A.Simpulan

Setelah melakukan penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa penggambaran peristiwa sejarah dalam film Ruma Maida, seperti peristiwa Sumpah Pemuda, 29 Juli 1947 dan Masuknya Jepang ke Indonesia sebagian besar tepat, tetapi pada adegan Sumpah Pemuda dan penghancuran patung J.P.Coen mengalami perubahan waktu. Hal ini dipengaruhi oleh kesepakatan awal antara pembuat film Ruma Maida, bahwa film ini bukan merupakan dokumenter sejarah yang harus dibuat seotentik mungkin. Film Ruma Maida hanya merupakan film berlatarbelakang sejarah yang diusahakan untuk menampilkan tampilan yang semirip mungkin dengan aslinya.

Penggambaran sejarah dalam elemen-elemen Ruma Maida seperti kostum, setting dan properti, musik terlihat digarap dengan sangat serius walaupun ada beberapa hal yang masih terlihat kurang tepat. Beberapa hal yang kurang tepat yaitu penggambaran pesawat Dakota VT-CLA, properti patung J.P. Coen, kostum pemuda saat adegan Sumpah Pemuda dan kostum penerbang Indonesia.

Selain adanya faktor kesengajaan untuk membedakan properti yang asli dengan properti dalam film, kendala yang menyebabkan perbedaan tersebut adalah karena file, data, atau dokumen mengenai sejarah sulit ditemukan, kurang teliti atau kurang jeli dalam melihat suatu bukti sejarah, terbatasnya dana sehingga waktu persiapan dan waktu riset sangat singkat, sulitnya mencari lokasi shooting

yang masih merupakan bangunan-bangunan tua, dan sulitnya mengurus perijinan lokasi.

B.Saran

Alangkah baiknya jika semakin banyak sineas Indonesia yang tertarik membuat film tentang sejarah, karena melalui media film, kita dapat menghubungkan masyarakat masa kini dengan sejarah. Kita dapat memberikan gambaran mengenai suatu peristiwa sejarah yang terjadi di masa lampau, dan dengan begitu, sejarah akan mulai dicintai.

Akan tetapi, ketika topik sejarah dipilih, berarti harus juga menyediakan dana yang besar dan waktu yang cukup panjang untuk melakukan riset. Riset dan pelaksanannya harus dilakukan sebaik mungkin agar dapat memberikan gambaran yang tepat mengenai sejarah kepada penonton.

Riset tersebut dapat dilakukan dengan cara membaca banyak buku yang berhubungan dengan sejarah, mewawancarai pada narasumber atau saksi-saksi sejarah yang masih hidup, mengunjungi museum-museum, bekerjasama dengan perpustakaan, museum, atau pemerintah di negara-negara yang masih berhubungan (dalam hal sejarah) dengan Indonesia.

Sebaiknya lebih banyak dilakukan penelitian mengenai penggambaran sejarah dalam film-film yang menggambarkan sejarah, seperti yang penulis lakukan. Selain berguna untuk menambah wawasan mengenai kelebihan dan kekurangan suatu film, tips dan trik yang dilakukan pembuat film untuk mengatasi kekurangannyapun dapat ikut dipelajari.

Lampiran I.

Hasil wawancara dengan Ayu Utami, penulis naskah Ruma Maida. Tanggal: 12 Desember 2011, pukul 19.00 WIB

Wawancara ini dilakukan via telepon.

Tanya: Apa tujuan pembuatan film Ruma Maida?

Jawab: Menafsirkan kembali sejarah dengan cara yang baru dan menyampaikan bahwa negara Indonesia punya semua orang, punya kita bersama.

Tanya: Siapa yang melakukan pemilihan dan penyeleksian peristiwa yang akan dimasukkan ke dalam film Ruma Maida ?

Jawab:Saya sendiri.

Tanya: Siapa yang melakukan riset untuk film Ruma Maida?

Jawab: Untuk skenario dan naskah, saya melakukan riset sendiri. Untuk tim art dan properti, mereka melakukan riset terpisah.

Tanya: Berapa lama waktu yang dibutuhkan dalam melakukan riset? Jawab: Sekitar setahun pembuatan hingga selesai skrip.

Tanya: Menurut data riset yang saya dapatkan, peristiwa pembacaan teks Sumpah Pemuda diadakan malam hari, sedangkan pada film digambarkan menjadi siang hari, apakah ada alasan tertentu yang membuatnya jadi digambarkan siang?

Jawab: Sebenarnya film Ruma Maida tidak dimaksudkan untuk menjadi film dokumenter sejarah. Banyak adegan dari peristiwa penting yang dijadikan satu, dan ini menjadi bukan adegan realis, karena sejarah dalam kepala sudah diolah. Untuk bagian peristiwa sumpah pemuda tersebut, mengapa dipilih siang sebenarnya adalah pertimbangan estetis, agar pencahayaan atau lighting lebih bagus.

Tanya: Mengapa dipilih adegan-adegan sejarah tertentu seperti Sumpah Pemuda, Agresi Militer I, dan masuknya Jepang ke Indonesia?

Jawab: Adegan Sumpah Pemuda dipilih karena film ini dibuat untuk juga memperingati hari Sumpah Pemuda. Sedangkan peristiwa lainnya, dipilih yang merupakan peristiwa umum yang dikenal masyarakat sejak SD dalam pelajaran sejarah, tetapi dengan pandangan hitam putih.

Tanya: Maksudnya?

Jawab: Sejarah selalu dikotak-kotakkan hitam dan putih. Artinya, penjajah selalu dianggap jelek dan pejuang kita di anggap bagus. Padahal tidak semua orang asing tersebut jahat, banyak juga yang justru membantu Indonesia.

Tanya: Sepertinya tidak semua peristiwa sejarah yang dimasukkan di dalam film merupakan peristiwa yang sering diajarkan di sekolah, seperti penembakan pesawat Dakota. Apakah ada alasan tertentu dengan memilih peristiwa tersebut untuk dijadikan film?

Jawab: Ya, peristiwa tersebut menceritakan bahwa dalam perang, kita dibantu juga oleh orang asing. Peristiwa tersebut menggambarkan bahwa orang-orang Barat juga mau membantu Indonesia, tidak selamanya harus dianggap jelek karena menjajah.

Tanya: Untuk peristiwa penghancuran patung J.P.Coen, apa ada alasan tertentu atas pemilihannya? Penghancuran patung ini, menurut riset yang saya lakukan juga terjadi pada tahun 1943, tetapi di film digambarkan bahwa dihancurkan pada tahun 1942.

Jawab: Penghancuran patung J.P Coen yang digambarkan dalam film Ruma Maida merupakan peristiwa simbolis yang menandakan berakhirnya kekuasaan Belanda yang dikalahkan oleh Jepang. Jangan dilihat sebagai sebuah deskripsi sejarah yang harus dijelaskan. Penghancuran patung tersebut, menandai

pergantian rezim. Biasanya di mana-mana jika ada pergantian rezim, akan dilakukan penghancuran patung.

Tanya: Mengapa Ruma Maida menciptakan tokoh fiktif sebagai tokoh utama? Jawab: Alasannya adalah karena mempertanggungjawabkan tokoh yang asli lebih sulit, karena tokoh asli tersebut milik rakyat bersama, padahal untuk kebutuhan film, dibutuhkan tokoh yang mudah untuk dibentuk mengikuti alur cerita. Jika menggunakan tokoh asli, bisa-bisa bertengkar dengan kebenaran sejarahnya. Untuk menghadirkan tokoh Soekarno dalam film Ruma Maida saja, kita meminta ijin kepada pihak keluarga, dan keluarganya meminta beberapa adegan dihapus. Untuk merevisi hal semacam ini saja sudah memakan waktu dan tenaga.

Tanya: Apakah yang digambarkan di dalam film bahwa Jepang masuk menggunakan sepeda benar-benar terjadi? atau hanya karangan?

Jawab: Saya lupa persisnya seperti apa karena film tersebut sudah lama, tetapi pasukan sepeda Jepang saya rasa sudah terkenal dimana-mana.

Tanya: Dalam film Ruma Maida diceritakan bahwa sebelum Jepang masuk ke Indonesia, ada banyak mata-mata Jepang yang datang dan menyamar menjadi juru foto, apakah hal ini merupakan kejadian yang sebenarnya?

Jawab: Memang hal ini belum terbukti sekali, tetapi sebelum tentara Jepang masuk, banyak juru foto yang merupakan orang Jepang di Indonesia, dan saat mereka tertangkap, file film nya tidak ada atau tidak tersisa. Timbul kecurigaan bahwa mereka adalah mata-mata atau spionase yang mengirim file hasil foto mereka ke Jepang. Hal ini sempat menjadi pembicaraan ditengah pecinta atau penggiat fotografi.

Tanya: Mengapa film Ruma Maida tidak menggunakan kata H dalam penulisan kata Rumah?

Jawab: Sebenarnya kata Ruma Maida, dalam skenario akan diucapkan berulangkali oleh anak kecil yang berambut keriting, sehingga penonton

mengingat kata “Ruma Maida” tersebut, namun dalam penggarapannya, hal itu

kurang diperhatikan.

Tanya: Lagu Keroncong yang dibuat untuk film Ruma Maida apakah disesuaikan dengan lagu keroncong zaman dulu?

Jawab: Saya berharap pembuatan lagu keroncong tersebut dapat mewakili masa lalu, tetapi juga masih bisa diterima oleh masyarakat sekarang ini. Sebenarnya saya ingin menggunakan lagu lain, tetapi pemilik hak ciptanya, ada tiga orang, sedang ada di luar negeri dan susah mengurus ijin tersebut, jadi lagu keroncongnya saya ciptakan sendiri.

Lampiran II.

Hasil wawancara dengan Teddy Soeriaatmadja, sutradara dan produser film Ruma Maida

Tanggal: 12 Desember 2011, pukul 19.30

Wawancara ini dilakukan via telepon.

Tanya: Apakan Anda melakukan riset dalam film Ruma Maida?

Jawab: Ya, setelah menerima skenario dari Ayu Utami, saya melakukan riset lagi dengan dibantu oleh tim riset saya, Irma Alwiyah dan Prof.Dr. Rusdi yang merupakah sejarawan yang sering mengumpulkan dokumen, video dan footage-footage tentang sejarah.

Tanya: Berapa lama Anda melakukan riset?

Jawab: Tiga bulan setelah skenario diberikan oleh Ayu Utami.

Tanya: Apakah Anda tahu mengenai waktu peristiwa yang berbeda dalam penggambaran peristiwa Sumpah Pemuda? menurut data yang saya dapatkan, peristiwa pembacaan teks sumpah pemuda dilakukan pada malam hari sedangkan di dalam film digambarkan siang hari.

Jawab: Apa yang tergambarkan dalam film, sebenarnya tidak seratus persen sama dengan naskah yang dibuat oleh Ayu Utami. Selain itu sejarah yang ditampilkan juga tidak persis sama. Hal ini telah menjadi kesepakatan para pemuat film Ruma Maida di awal pembuatannya, bahwa film ini bukan menjadi film dokumenter sejarah. Kita akan membuat garis batas antara fiksi dan non fiksi. Sejarah dalam film ini hanya menjadi latar belakang. Penggambaran peristiwa Sumpah Pemuda tersebut dibuat siang untuk mendapatkan rasa.

Tanya: Penggambaran pesawat Dakota dalam film Ruma Maida, digambarkan tidak ada garis berwarna putih, apakah ada alasan tertentu? Apakah itu merupakan tanggung jawab Anda, atau lebih ke bagian penata artistik/properti?

Jawab: Pesawat Dakota yang digambarkan dalam film Ruma Maida merupakan pesawat Dakota asli yang terdapat di Museum Dirgantara Mandala Yogyakarta. Pesawat tersebut seingat saya dahulu merupakan pesawat yang digunakan untuk mengangkut haji dan berwarna silver.

Dalam memilih dan membuat properti untuk film Ruma Maida, kami usahakan sedetail dan semirip mungkin dengan aslinya, tetapi tim riset kami dahulu tidak menemukan data bahwa pesawat tersebut memiliki garis di bagian tengah pesawatnya, sehingga kami menampilkan seperti itu.Shot adegan pesawat ini juga sebenarnya lebih banyak di bagian dalam pesawat.

Ada satu kendaladalam pembuatan adegan di pesawat ini, karena Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) meminta agar film tersebut tidak boleh disangkutpautkan dengan mereka, atau adegan di dalam pesawat tersebut tidak boleh sama persis. Awalnya, penggambaran adegan di dalam pesawat menampilkan dialog Adi Sutjipto, tetapi AURI meminta agar bagian tersebut dihapuskan karena Adi Sutjipto dianggap sebagai symbol penting AURI, sehingga Adi Sutjipto hanya digambarkan ada di dalam pesawat tanpa berdialog.

Tanya: Untuk penggambaran letak patung J.P. Coen, saya mendapatkan data bahwa patung tersebut diletakkan di daerah rerumputan tetapi yang digambarkan di dalam film adalah di tengah kota, apakah ada alasan terterntu?

Jawab: Untuk hal ini, sebenarnya masalahnya adalah keterbatasan lokasi di Indonesia. Untuk dhooting adegan ini saja, kita perlu mencari tempat hingga ke Semarang.

Dokumen terkait