• Tidak ada hasil yang ditemukan

THE RELATION BETWEEN NURSE S KNOLEDGE LEVELS WITH RIGHT PRINCIPLE IMPLEMENTATION OF MEDICATION ON INJECTION ACTION AT RSUD WATES

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "THE RELATION BETWEEN NURSE S KNOLEDGE LEVELS WITH RIGHT PRINCIPLE IMPLEMENTATION OF MEDICATION ON INJECTION ACTION AT RSUD WATES"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

THE RELATION BETWEEN NURSE’S KNOLEDGE LEVELS WITH RIGHT

PRINCIPLE IMPLEMENTATION OF MEDICATION ON INJECTION

ACTION AT RSUD WATES

I Dewa Gede Maheswara Pratama

1

, Tri Prabowo

2

, Nazwar Hamdani Rahil

3

ABSTRACT

Background: Medication is one of therapy that used by medical staff in order to curing and improving the life

quality of someone. This knowledge level was influencing in medication rightly and correctly to avoiding the medication error. The medication error has been occur at Sanglah Hospital that almost causing an injury to the patient at 2007.

Objective: To understanding the correlation between nurse’s knowlodge level with right principle implementation of

medication on injection action at Wates Central Hospital.

Method: The research that conducted at Wates Central Hospital is using descriptive research type with cross

sectional setting. The research subject is the nurse who has a duty at Wates Central Hospital with using random sampling technique. The data analysis is using chi square test with confident level 95%.

Result: The chi square result was presenting p value as much as 0.024 and Odd Ratio value as much as 4.200. there

is a correlation between nurse’s knowledge levels with right principle implementation of medication on injection action at Wates Central Hospital with the right knowledge level that has four time a right opportunity in order to implementing the right principle of medication then with average knoledge levels..

Conclusion: There is a correlation between nurse’s knowledge levels with right principle implementation of

medication on injection action at Wates Central Hospital.

Keyword: Nurse’s knowledge, the right principle of medication, injection action.

1

The Undergraduate Nursing Students at Respati University, Yogyakarta 2 The Lecturer of Medical Polytechnic Kemenkes Yogyakarta

(2)

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT

DENGAN PENERAPAN PRINSIP BENAR PEMBERIAN OBAT PADA

TINDAKAN INJEKSI DI RSUD WATES

I Dewa Gede Maheswara Pratama

1

, Tri Prabowo

2

, Nazwar Hamdani Rahil

3

INTISARI

Latar Belakang: Pemberian obat merupakan salah satu terapi yang digunakan oleh tenaga kesehatan dalam

menyembuhkan atau meningkatkan kualitas hidup seseorang. Tingkat pengetahuan mempengaruhi dalam pemberian obat secara baik dan benar untuk menghindari terjadinya Medication error. Kejadian medication error terjadi pada benar obat di RS Sanglah hampir mengakibatkan cidera pada pasien terjadi pada tahun 2007.

Tujuan: Mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan perawat dengan penerapan prinsip benar pemberian

obat pada tindakan injeksi di RSUD Wates.

Metode Penelitian: Penelitian yang dilaksanakan di RSUD Wates menggunakan jenis penelitian deskriptif

kuantitatif dengan rancangan cross sectional. Subjek penelitian yaitu perawat pelaksana yang bertugas di RSUD Wates dengan menggunakan teknik random sampling. Analisa data menggunakan uji Chi square dengan tingkat kepercayaan 95%,

Hasil: Hasil uji chi square diperoleh p value 0.024 dan nilai Odds Ratio diketahui sebesar 4,200, ada hubungan

antara tingkat pengetahuan perawat dengan penerapan prinsip benar pemberian obat pada tindakan injeksi di RSUD Wates dengan tingkat pengetahuan baik memiliki empat kali peluang benar menerapkan prinsip benar pemberian obat dibandingakan dengan tingkat pengetahuan cukup.

Kesimpulan: Ada hubungan antara tingkat pengetahuan perawat dengan penerapan prinsip benar pemberian obat

pada tindakan injeksi di RSUD Wates.

Kata Kunci: Pengetahuan perawat, prinsip benar pemberian obat, tindakan injeksi

1

Mahasiswa S1 Ilmu Keperawatan Fikes Universitas Respati Yogyakarta 2

Dosen Poltekes Kemenkes Yogyakarta

(3)

PENDAHULUAN

Pemberian obat sering kali disepelekan namun dapat membahayakan jika pemberian dan penggunaan yang tidak tepat. Kesalahan dari pemberian dan penggunaan obat yang tidak tepat akan menimbulkan efek negatif, bahkan dapat menimbulkan kematian jika tidak ditangani secara baik 1. Kesalahan pemberian obat terjadi karena kurang hati-hati dalam pemberian obat dan ketidakpahaman atau kurangnya tingkat pengetahuan tentang penggunaan obat secara benar. Peran perawat disisni sangat dibutuhkan dalam pemberian obat secara tepat atau benar dan pengetahuan perawat sangat penting dalam pemahaman tatalaksana dalam pinsip benar pemberian obat pada pasien

2

.

Obat merupakan bahan atau zat yang berasal dari tumbuhan, hewan, mineral maupun zat kimia tertentu yang dapat digunakan untuk mengurangi rasa sakit memperlambat proses penyakit dan atau menyembuhkan penyakit 3. Obat atau medikasi adalah zat yang digunakan dalam diagnosis, terapi, penyembuhan, penurunan atau pencegahan penyakit 4.

Subtansi kimia tidak ada yang tidak beracun. Substansi kimia disini termasuk obat yang merupakan alat terapi utama yang digunakan dokter untuk mengobati klien yang memiliki masalah kesehatan. Obat disamping berguna untuk penyembuhan penyakit, juga memiliki berbagai efek negatif terhadap kehidupan manusia 5. Perawat harus memperhatikan tanggal kadaluarsa suatu obat, hal ini dikarenakan obat yang telah kadarluarsa kemungkinan mengalami perubahan kadar dan mutu obat. Kadarluarsa obat dapat menyebabkan obat tidak bekerja secara optimal atau mungkin menjadi toksik dan dapat mengancam kesealamatan jiwa serta menimbulkan kasus retensi pada antibiotik 6.

Perawat harus terampil dan tepat saat memberikan obat, tidak sekedar memberikan pil untuk diminum (oral) atau injeksi obat melalui pembuluh darah (parenteral), namun juga mengobservasi respon klien terhadap pemberian obat tersebut. Pengetahuan tentang manfaat dan efek samping obat sangat penting dimiliki oleh perawat. Perawat memiliki peran yang utama dalam meningkatkan dan mempertahankan kesehatan klien dengan mendorong klien untuk lebih proaktif jika membutuhkan pengobatan. Perawat berusaha membantu klien dalam membangun pengertian yang benar dan jelas tentang pengobatan, mengkonsultasikan setiap obat yang dipesankan dan turut serta bertanggungjawab dalam pengambilan keputusa tentang pengobatan bersama dengan tenaga kesehatan lain 7.

Tugas terpenting dari seorang perawat adalah memberikan obat yang aman dan akurat kepada pasien. Obat merupakan alat utama terapi untuk mengobati pasien. Obat bekerja menghasilkan efek terapeutik yang bermanfaat. Obat dapat menguntungkan pasien dalam banyak hal, obat juga dapat meninimbulkan efek samping yang serius atau berpotensi menimbulkan efek yang berbahaya bila terjadi kesalahan dalam pemberiannya.

Seorang perawat memiliki tangguang jawab dalam memahami kerja obat dan efek samping yang ditimbulkan, memberikan obat dengan tepat, mementau respon pasien, dan membantu pasien menggunakan obat dengan benar dan berdasarkan pengetahuan 2.

Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan oleh Pujiastuti (2007) dengan judul “Gambaran Pemberian Obat Berdasarkan Enam Benar oleh Perawat di Paviliun Cendrawasih II Rumah Sakit Umum Pusat Dr Sardjito Yogyakarta” dilakukan mengunakan pendekatan observasinonal. Variable tunggal dalam penelitian ini adalah gambaran pemberian obat berdasarkan enam benar. Penelitian ini menunjukan bahwa dari 195 tindakan yang terdiri

(4)

dari pemberian obat secara oral, suntikan, inhalasi dan supositoria menggunakan enam benar pemberian obat (benar pasien, benar obat, benar dosis, benar cara, serta benar dokumentasi), terdapat 78 (40%) tindakan pemberian obat yang dilakukan tanpa memperhatikan prinsip enam benar pemberian obat terutama pada benar waktu dan benar dokumentasi. Persamaan pada penelitian ini terletak pada metode penelitian. Perbedaan dengan peneliti yaitu peneliti menggunakan tingkat penegtahuan sebagai variable terikat dan penerapan prinsip benar pemberian obat pada tindakan injeksi sebagai variable terikat serta tempat dimana dilakukan penelitian 8.

Penelitian Azza (2003) melakukan penelitian mengenai medication error di unit obsgyn di RSUP Dr Sardjito Yogyakarta dan RSUP Dr Suradji Tirtonegoro Klaten. Penelitian ini menggunkan rancangan cross

sectional. Penelitian ini dilakukan dengan dua cara yaitu retrospectif dan prospectif. Subyek penelitian retrospectif

adalah pasien rawat inap dengan prosedur sectio caesarea yang dirawat mulai tanggal 1 januari 1999 sampai dengan 31 Desember 2001, subyek penelitian prospectif adalah resep dan petugas di satelit farmasi dan pasien rawat inap di unit obsgyn pada bulan agustus 2002. Hasil penelitian retrospectif menunjukkan bahwa medication error terjadi pada 240 (79%) pasien sectio caesarea, meliputi interaksi obat, error time, error frequency, under dose dan

over dose. Hasil penelitian prospectif di farmasi menunjukkan medication error 34 (49%), dan administration error

yang terjadi berupa drug left at bedside 25 (42%), unordered drugs 4 (7%), error time 18 (30%), persamaan pada penelitian ini adalah dalam meneliti manajemen pemeberian benar obat. Perbedaan dengan peneliti ini adalah terletak pada metode penelitian deskriptif observasional serta tempat dilakukannya penelitian 9.

Berdasarkan hasil wawancara kepada perawat, jenis injeksi yang dilakukan di salah satu ruangan RSUD Wates adalah injeksi subkutan, injeksi intramuskular serta injeksi intravena. Rute injeksi sangat unik berdasarkan tipe jaringan yang akan diinjeksi obat. Karakteristik jaringan mempengaruhi absorsi obat dan kerja obat. Perawat harus mengetahui struktur anatomi tubuh yang berada dibawah tempat injeksi 4. Pasien dengan terpasang infus, injeksi intravena diberikan melalui selang infus.

Perawat melakukan tindakan injeksi di salah satu bangsal RSUD Wates setiap harinya melakukan tindakan injeksi sebanyak 43 kali pada shift pagi 14 kali tidakan, shift sore enam kali tindakan dan shift malam 23 kali tindakan dalam satu hari. Perawat yang bertugas diseluruh bangsal RSUD Wates berjumlah 105 perawat.

Obeservasi yang dilakukan peneliti melihat pada tindakan pemberian obat pada tindakan injeksi kurang melakukan enam benar obat yaitu benar waktu dan benar dokumentasi karena saat pemberian obat tidak bersamaan melainkan melalui urutan berdasarkan kamar pasien, sedangakan pada benar dokumentasi sering kali perawat hanya memberikan tindakan saja dan melewatkan bagaiman respon pasien terhadap obat yang diberikan. Rumah sakit dengan akreditas baik tindakan keperawatan yang dilakukan haruslah bermutu tinggi, namun dengan berbagai macam perawat dengan tingkat pendidikan yang berbeda maka prinsip benar pemberian obat harus dilakukan dengan baik, salah satunya dengan penerapan prinsip enam benar pemberian obat untuk mengurangi terjadinya kesalahan atau keteledoran dalam pemberian obat.

Berdasarakan uraian diatas penelitik tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Hubungan Tingkat Penegtahuan Perawat dengan Penerapan Prinsip Benar Pemberian Obat pada Tindakan Injeksi di RSUD Wates”.

(5)

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif dengan menggunakan rancangan cross-sectional dan menggunakan uji statistik chi square. Subyek dari penelitian ini adalah perawat pelaksana dari tujuh bangsal di RSUD Wates dengan jumlah 83 perawat. Teknik dalam pengambilan sampel menggunakan simple random sampling dimana pengambilan sampel diambil secara acak. Cara pengumpulan data tingkat pengetahuan perawat menggunakan kuisioner dengan jumlah pertanyaan sebanyak 35 pertanyaan yang sebelumnya dilakukan uji validitas dan reliabilitas, untuk penerapan prinsip benar pemberian obat menggunakan lembar chek list. Pengolahan dan analisa data dlakukan dengan editing, coding, scoring, entering dan tabulating. Analisa univariat dan bivariat menggunakan uji statistik chi square.

HASIL

1. Deskripsi Karakteristik Responden Perawat di RSUD Wates Kabupaten Kulonprogo Yogyakarta.

No Karakteristik Frekuensi Persentase

1. Umur 20 – 27 tahun 15 18.1 28 - 35 tahun 62 74.7 >35 tahun 6 7.2 2. Jenis kelamin Laki-laki 15 18.1 Perempuan 68 81.9 3. Pendidikan D VI keperawatan 6 7.2 D III Keperawatan 70 84.3 SI Keperawatan 7 8.4 4. Lama kerja < 5 tahun 23 27.7 > 5 tahun 60 72.3 5. Status kepegawaian Swadana 23 27.7 PNS 60 72.3 Jumlah 83 100,0

2. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Perawat dalam Penerapan Prinsip Benar Pemberian Obat di RSUD Wates Kabupaten Kulonprogo Yogyakarta.

Tingkat Pengetahuan Frekuensi Persentase

Cukup 11 13.3

Baik 72 86.7

(6)

3. Distribusi Frekuensi Penerapan Prinsip Benar Pemberian Obat pada Tindakan Injeksi di RSUD Wates Kabupaten Kulonprogo Yogyakarta.

Pelaksanaan Frekuensi Persentase

Tidak dilakukan 22 26.5

Dilakukan 61 73.5

Jumlah 83 100,0

4. Hubungan Tingkat Pengetahuan Perawat dengan Penerapan Prinsip Benar Pemberian Obat Pada Tindakan Injeksi di RSUD Wates Kabupaten Kulonprogo Yogyakarta

PEMBAHASAN

Hasil analisis dengan uji chi square didapatkan nilai signifikansi sebesar 0.024 lebih kecil dari 0.05 sehingga Ho ditolak, yang berarti ada hubungan tingkat pengetahuan perawat dengan penerapan prinsip benar pemberian obat pada tindakan injeksi di RSUD Wates. Nilai OR yang didapat sebesar 4,200 yang berarti perawat yang memiliki tingkat pengetahuan baik berpeluang empat kali lebih besar untuk melakukan penerapan prinsip benar obat pada tidakan injeksi dibandingkan dengan perawat dengan tingkat pengetahuan cukup.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden sesuai dengan tingkat pendidikan 5. Hasil analisis yang telah dilakukan pada tingkat pengetahuan perawat tentang penerapan pinsip benar pemberian obat pada tindakan injeksi di RSUD Wates. Hasil analisa diketahui bahwa sebagian besar perawat memiliki pengetahuan baik yaitu sebesar 86,7%, hal tersebut ditunjukkan dengan kemampuan perawat dalam menjawab pertanyaan kuesioner yang peneliti berikan secara baik dan benar.

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan sebagainya). Waktu dari penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek 10. Pengetahuan tentang prinsip benar pemberian obat pada tindakan injeksi diartikan sebagai hasil tahu dan pemahaman perawat sebagai hasil penginderaan terhadap obyek yang telah dilakukan.

Benar obat Total X2 p OR

Tidak dilakukan

dilakukan

Penge-tahuan

cukup Jumlah responden Persentase

6

54.5

5

45.5

11

100

4.559

0.033

4.200

baik Jumlah responden Persentase

16

22.2

56

77.8

72

100

Total Jumlah responden

Persentase

22

26.5

61

73.5

83

100

(7)

Hasil analisis dari penerapan prinsip benar pemberian obat pada tindakan injeksi di RSUD Wates sebagian besar perawat telah melakukan penerapan prinsip benar pemberian obat pada tindakan injeksi sebesar 73,5%. Hasil ini diartikan bahwa perawat telah melakukan penerapan prinsip benar pemberian obat pada tindakan injeksi dengan baik. Penerapan prinsip benar pemberian obat pada tindakan injeksi meliputi benar pasien, benar obat, benar dosis, benar waktu, benar rute dan benar 6. Penyebab utama dari terjadinya medication error adalah pemberian obat yang tidak tepat. Prinsip benar pemberian obat merupakan standar yang digunakan untuk menjamin keamanan pemberian obat 11.

Pemberian obat secara benar tidak hilang dari peran perawat dalam pemberian obat secara benar. Obat merupakan suatu subtansi yang dapat menyembuhkan atau merugikan pasien, maka pemberian obat menjadi salah satu tugas perawat yang paling penting. Perawat adalah mata rantai terakhir dalam proses pemberian obat kepada pasien 3.

Hasil penelitian yang mendukung penelitian ini seperti penelitian yang telah dilakukan oleh (Pujiastuti, 2007) dengan judul “Gambaran Pemberian Obat Berdasarkan Enam Benar oleh Perawat di Paviliun Cendrawasih II Rumah Sakit Umum Pusat Dr Sardjito Yogyakarta”. Penelitian ini menunjukan bahwa dari 195 tindakan yang terdiri dari pemberian obat secara oral, suntikan, inhalasi dan supositoria menggunakan enam benar pemberian obat (benar pasien, benar obat, benar dosis, benar cara, serta benar dokumentasi), terdapat 78 (40%) tindakan pemberian obat yang dilakukan tanpa memperhatikan prinsip enam benar pemberian obat terutama pada benar waktu dan benar dokumentasi.

Penelitian ini kurangnya observasi tingkat pengetahuan dalam pemberian obat sehingga perawat tidak memperhatikan pada benar waktu dan benar dokumentasi, sesuai denagn teori 12. Penelitian yang dilakukan oleh (Azza, 2003) melakukan penelitian mengenai medication error di unit obsgyn di RSUP Dr Sardjito Yogyakarta dan RSUP Dr Suradji Tirtonegoro Klaten. Hasil penelitian retrospectif menunjukkan bahwa medication error terjadi pada 240 (79%) pasien sectio caesarea, meliputi interaksi obat, error time, error frequency, under dose dan over

dose.

Hasil penelitian prospectif di farmasi menunjukkan medication error 34 (49%), dan administration error yang terjadi berupa drug left at bedside 25 (42%), unordered drugs 4 (7%), error time 18 (30%) berbeda hanya pada subyek penelitiannya saja.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasannya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sesuai dengan tujuan penelitian yaitu :

1. Tingkat pengetahuan perawat tentang penerapan prinsip benar emberian obat pada tindakan injeksi di RSUD Wates sebagian besar dalam kategori baik.

2. Penerapan prinsip benar pemberian obat di RSUD Wates sebagian besar perawat telah melakukan dengan baik. 3. Ada hubungan antara tingkat pengetahuan perawat dengan penerapan prinsip benar obat pada tindakan injeksi. Perawat yang memiliki tingkat pengetahuan baik memiliki peluang 4 kali melakukan penerapan prinsip benar obat pada tidakan injeksi dibandingkan dengan perawat dengan tingkat pengetahuan cukup di RSUD Wates.

(8)

SARAN

Berdasarkan kesimpulan penelitian, saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut. 1. Bagi Perawat RSUD Wates

Perawat RSUD Wates diharapkan mampu mempertahankan dan meningkatkan pengetahuan tentang prinsip benar pemberian obat dengan cara meluangkan waktu untuk membaca kembali standar operasional prosedur yang ada serta selalu mematuhi tata tertib dalam prosedur penerapan prinsip benar obat.

2. Bagi Pimpinan RSUD Wates

Pimpinan RSUD Wates khususnya dalam bidang keperawatan dapat melakukan evaluasi secara berkala di seluruh bangsal mengenai penerapan prinsip benar obat serta selalu mencari referensi terbaru tentang prinsip benar pemberian obat dan dapat memberi informasi kepada seluruh perawat yang ada di RSUD Wates, sehingga dapat meningkatkan pelayanan keperawatan yang profesional dan berkualitas.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini bisa dijadikan sebagai bahan acuan untuk mengembangkan penelitian lebih lanjut berkaitan dengan penerapan prinsip benar obat dengan beberapa faktor-faktor seperti halnya pengaruh ketertiban perawat dalam penerapan prinsip pemberian obat sehingga dapat melengkapi hasil penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

1. Arikunto, (2005). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta

2. Azza, K. K. N. (2003). Medication Error di Unit Obsgyn di RSUP Dr Sardjito Yogyakarta dan RSUP Dr

Soeradj Tirtonegoro Klaten. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran UGM

3. Caldwell, R. (2007). The Five Right of Medication-Use Automation. From http://www.omnicell.com. Diakses pada tanggal 15 November 2011 22.10 WIB

4. Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan Dan Prilaku Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta 5. Notoatmodjo, S. (2005). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

6. Nursalam & Ninuk, (2007). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Terinfeksi, Jakarta: Salemba Medika 7. Perry & Potter. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktik Edisi Ke 4,

Jakarta: EGC

8. Prasko. (2011). Pengertian Perawat dan Keparawatan. From http://www.zona prasko.blogspot.com.

diakses pada tanggal 12 Desember 2011

9. Pujiastuti, N. (2007). Gambaran Pemberian Obat Berdasarkan Enam Benar oleh Perawat di Paviliun

Cendrawasih II Rumah Sakit Umum Pusat Dr Sardjito Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas

Kedokteran UGM

10. Siregar, Charles. J. P. (2004). Farmasi Rumah Sakit Teori dan Penerapan. Jakarta: EGC 11. Robert, P. (2001). Teknik Dasar Pemberian Obat bagi Perawat. Jakarta: EGC

Referensi

Dokumen terkait

Program Kabupaten Bebas Buang Air Besar Sembarangan (Stop BABS) atau Open Defecation Free (ODF) merupakan salah satu pilar dari program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)

materi kemudian dilakukan pengujian skala kecil, skala besar dan penerapan.Analisis data yang digunakan adalah data hasil validasi produk oleh pakar, angket respon

Kegiatan yang telah dilakukan ini, ternyata dapat menam- bah pengetahuan dan wawasan guru dimana sekitar 92,9% guru peserta pelatihan me- nyatakan bahwa pengetahuan

Aksis karangan bunga tidak bercabang; meliputi berbagai bentuk karangan bunga antara lain: (1) tandan (raceme); bunga bertangkai nyata dan duduk pada aksis, (2) Bulir

Dalam peristilahan ‘terumbu karang’, “karang” yang dimaksud adalah koral, sekelompok hewan dari ordo Scleractinia yang menghasilkan kapur sebagai

Hasil penelitian menunjukkan bahwa bubu gendang tipe B dan tipe A lebih baik daripada bubu konstruksi tradisional dimana hasil tangkapan ikan karang ekonomis

Metode Water irth merupakan metode alternati&amp; bagi ibu hamil yang akan melahirkan dan merupakan suatu metode melahirkandengan keuntungan lebih rileks dan dapat mengurangi

Tindakan ini bersama dengan kegagalan kita untuk menyerang di 40 ' s untuk mencegah pengambilalihan mereka dari Cina, kegagalan kita untuk Nuke tentara mereka