• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian Kurikulum Menurut Definisi Para Ahli : a. Pengertian kurikulum menurut definisi Kerr, J.F (1968) adalah semua

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian Kurikulum Menurut Definisi Para Ahli : a. Pengertian kurikulum menurut definisi Kerr, J.F (1968) adalah semua"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

9 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Pendidikan 1. Definisi Kurikulum

Pengertian Kurikulum Menurut Definisi Para Ahli :

a. Pengertian kurikulum menurut definisi Kerr, J.F (1968) adalah semua pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan secara individu ataupun berkelompok, baik disekolah maupun diluar sekolah.

b. Pengertian kurikulum menurut definisi Inlow (1966), mengemukakan pendapatnya bahwa pengertian kurikulum adalah usaha menyeluruh yang dirancang khusus oleh pihak sekolah guna membimbing murid untuk memperoleh hasil dari pembelajaran yang sudah ditentukan. c. Menurut definisi Neagley dan Evans (1967), pengertian kurikulum

adalah semua pengalaman yang telah dirancang oleh pihak sekolah. d. Menurut pendapat Beauchamp (1968), pengertian kurikulum adalah

dokumen tertulis yang kandungannya berisi mata pelajaran yang akan diajarkan kepada peserta didik dengan melalui berbagai mata pelajaran, pilihan disiplin ilmu, rumusan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

e. Pengertian kurikulum menurut definisi Good V.Carter (1973), mengemukakan pendapatnya bahwa pengertian kurikulum adalah kumpulan kursus ataupun urutan pembelajaran yang sistematik.

(2)

10

f. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, pengertian kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pembelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.

g. Pengertian kurikulum menurut definisi Murray Print yang mengemukakan pendapatnya bahwa pengertian kurikulum adalah sebuah ruang pembelajaran yang terencana, yang diberikan secara langsung kepada siswa oleh sebuah lembaga pendidikan dan pengalaman yang dapat dinikmati oleh semua siswa pada saat kurikulum diterapkan.

2. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Menurut BSNP (2006: 5) “Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan”.

Menurut Mulyasa (2006: 20-21), “KTSP adalah suatu ide tentang pengembangan kurikulum yang diletakan pada posisi yang paling dekat dengan pembelajaran yakni sekolah dan satuan pendidikan. Sesuai dengan definisi yang disampaikan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (2006), bahwa yang dimaksud dengan KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan,

(3)

11

kalender pendidikan, dan silabus. Tujuan pendidikan tertentu dalam hal ini adalah tujuan pendidikan nasional yang dikembangkan sesuai dengan karakteristik, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan, dan peserta didik. Oleh karena itu, kurikulum seharusnya disusun dan dikembangkan oleh masing-masing satuan pendidikan agar sesuai dengan karakteristik, kondisi dan potensi daerah, sekolah dan peserta didik masing-masing satuan pendidikan.

Kurikulum sekolah yang disusun dan dikembangkan oleh masing-masing satuan pendidikan inilah yang disebut dengan KTSP. KTSP merupakan paradigma baru pengembangan kurikulum, yang memberikan otonomi luas pada setiap satuan pendidikan dan pelibatan masyarakat dalam rangka mengefektifkan proses belajar mengajar di sekolah. Otonomi diberikan agar setiap satuan pendidikan dan sekolah memiliki keleluasaan dalam mengelola sumber daya, sumber data, sumber belajar dan mengalokasikannya sesuai prioritas kebutuhan, serta lebih tanggap terhadap kebutuhan setempat. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus. KTSP termasuk salah satu wujud reformasi pendidikan yang memberikan otonomi kepada sekolah dan satuan pendidikan untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan potensi, tuntutan, dan kebutuhan masing-masing. Kurikulum KTSP merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk mewujudkan sekolah yang efektif, produktif, dan berprestasi. Dalam KTSP, pengembangan

(4)

12

kurikulum dilakukan oleh guru, kepala sekolah, serta komite sekolah dan dewan pendidikan

3. Sumber Belajar Biologi

Kata sumber berarti suatu sistem atau perangkat materi yang sengaja diciptakan atau disiapkan dengan maksud memungkinkan (memberi kesempatan) siswa belajar (Oemar Hamalik, 1994). Sedangkan, belajar pada hakekatnya adalah proses perubahan tingkah laku ke arah yang lebih sempurna sesuai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelumnya (Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, 1989).

Sebelum ditarik sebuah definisi akhir tentang pengertian sumber belajar, ada baiknya dipelajari beberapa pengertian yang telah dirumuskan oleh para ahli pendidikan. Di antara pengertian yang dirumuskan oleh para ahli itu disajikan di bawah ini:

a. Cece Wijaya dan A.Thabrani Rusyah, berpendapat bahwa sumber belajar adalahlingkungan yang dapat dimanfaatkan oleh sekolah sebagai sumber pengetahuan, dapat berupa manusia atau bukan manusia (Cece Wijaya dan A. Thabrani Rusyah, 1994)

b. Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi menguraikan bahwa sumber belajar adalah segala daya yang dapat dipergunakan untuk kepentingan proses atau aktifitas pengajaran baik secara langsung maupun tidak langsung diluar dari peserta didik (lingkungan) yang melengkapi diri mereka pada saat pengajaran berlangsung (Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi,1991).

(5)

13

c. Nana Sudjana dan Ahmad Rivai menjelaskan bahwa sumber belajar adalah daya yangbisa dimanfaatkan guna kepentingan proses belajar mengajar baik secara langsung maupun tidak langsung sebagian atau secara keseluruhan (Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, 1989).

d. Fred Percival dan Henry Ellington memberi pengertian bahwa sumber belajar (Resources Learning) adalah satu set bahan atau situasi belajar yang sengaja diciptakan agar siswa secara individual dapat belajar (Fred Percival dan Henry Ellington, 1988)

e. Fatah Syukur NC, menjelaskan bahwa sumber belajar adalah segala apa (daya, lingkungan dan pengalaman) yang dapat digunakan dan dapat mendukung proses pengajaran secara lebih efektif dan efisien serta dapat memudahkan pencapaian terjadi pengajaran atau belajar, tersedia langsung atau tidak langsung baik konkrit atau abstrak (Fatah Syukur NC, 2005)

f. AECT (Association For Education Communication and Technology) menyatakan sumber belajar adalah semua sumber (yang meliputi orang dan barang) yang mungkin digunakan oleh si belajar baik secara sendiri sendiri maupun dalam bentuk gabungan, biasanya dalam situasi informal untuk memberikan kemudahan belajar (Yusuf Hadi Miarso, 1986)

(6)

14 4. Proses Pembelajaran Biologi

Pembelajaran Biologi merupakan wahana untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan sikap dan nilai serta tanggung jawab kepada lingkungan masyarakat, bangsa, negara dan agama.

Biologi berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga pembelajaran bilogi bukan hanya penguasaan kumpulan-kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.

Biologi adalah ilmu yang mempelajari tentang makhluk hidup. Istilah biologi diambil dari bahasa Yunani bios (hidup) dan logos (ilmu). Jadi, biologi adalah ilmu yang mempelajari tentang keadaan dan sifat-sifat makhluk hidup. dalam bahasa arab ilmu biologi dikenal dengan istilah ilmu hayat yaitu ilmu kehidupan.

5. Konsep Belajar Tuntas

Konsep belajar tuntas sebagai cara belajar mengajar sangat menguntungkan bagi siswa karena setiap siswa dapat dikembangkan secara optimal. Konsep Belajar Tuntas adalah suatu sistem belajar yang menginginkan sebagian besar peserta didik dapat menguasai tujuan pembelajaran secara tuntas.

a. Moh. Uzer Usman dan Lilis Setiawati mengemukakan bahwa “belajar tuntas adalah pencapaian taraf penguasaan minimal yang ditetapkan untuk setiap unit bahan pelajaran baik secara perorangan maupun kelompok sehingga apa yang dipelajari siswa dapat tercapai semua”.

(7)

15

b. Menurut Suryosubroto, belajar tuntas adalah suatu filsafat yang mengatakan bahwa dengan sistem pengajaran yang tepat semua siswa dapat belajar dengan hasil yang baik dari hampir seluruh materi pelajaran yang diajarkan di sekolah.

c. Kusnandar dalam bukunya guru propesional implementasi kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) dan persiapan menghadapi sertifikasi guru mengatakan bahwa ketuntasan belajar setiap indikator yang telah ditetapkan dalam suatu kompetensi dasar berkisar antara 0-100%. Kriteria ideal ketuntasan untuk masing-masing indikator 75%. Satuan pendidikan harus menentukan kriteria ketuntasan minimal dengan mempertimbangkan tingkat kemampuan rata-rata peserta didik serta kemampuan sumber daya pendukung dalam penyelenggaraan pembelajaran. Satuan pendidikan diharapkan meningkatkan kriteria ketuntasan belajar secara terus-menerus untuk mencapai ketuntasan ideal.

Pembelajaran tuntas (Mastery Learning) dalam KTSP adalah pendekatan dalam pembelajaran yang mempersyaratkan siswa menguasai secara tuntas seluruh standar kompetensi maupun kompetensi dasar mata pelajaran. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengukuran kemampuan siswa dalam penelitian ini disesuaikan dengan pelaksanaan belajar tuntas, yaitu adanya program perbaikan/program remedial, yakni

(8)

16

jika siswa belum mencapai ketuntasan yang ditetapkan, maka siswa diberi program perbaikan sampai mencapai ketuntasan.

Ciri pertama penilaian pendidikan yaitu penilaian dilakukan secara tidak langsung, misalnya dengan mengukur kepandaian dengan ukuran kemampuan menyelesaikan soal-soal, yaitu dilakukannya evaluasi. Alat yang digunakan dalam evaluasi ada 2 macam, yaitu tes dan non tes. Tes merupakan suatu alat pengumpul informasi yang fungsinya untuk mengukur hasil belajar siswa dan mengukur keberhasilan program pengajaran. Sedangkan teknik bentuk non tes untuk menilai sikap, minat, dan kepandaian siswa, melalui teknik wawancara, angket dan observasi. Dari uraian tadi dapat diketahui bahwa kemampuan dapat diukur melalui tes, tes juga dimaksudkan untuk mengukur ketuntasan belajar siswa. 6. Media Pembelajaran

a. Pengertian Media Pembelajaran

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses belajar mengajar. Para guru dituntut agar mampu menggunakan alat-alat yang dapat disediakan oleh sekolah, dan tidak tertutup kemungkinan bahwa alat-alat tersebut sesuai dengan perkembangan dan tuntutan zaman. Guru sekurang-kurangnya dapat menggunakan alat yang murah dan bersahaja tetapi merupakan keharusan dalam upaya mencapai tujuan pengajaran yang diharapkan.

Disamping mampu menggunakan alat-alat yang tersedia, guru juga dituntut untuk dapat mengembangkan alat-alat yang tersedia, guru juga

(9)

17

dituntut untuk dapat mengembangkan keterampilan membuat media pengajaran yang akan digunakannya apabila media tersebut belum tersedia.

Menurut Hamalik (1994 : 6) bahwa guru harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang media pengajaran, yang meliputi :

a. Media sebagai alat komunikasi guna lebih mengefektifkan proses belajar mengajar.

b. Fungsi media dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. c. Seluk-beluk proses belajar.

d. Hubungan antara metode mengajar dan media pendidikan. e. Nilai atau manfaat media pendidikan dalam pengajaran. f. Pemilihan dan penggunaan media pendidikan.

g. Berbagai jenis alat dan teknik media pendidikan. h. Media pendidikan dalam setiap mata pelajaran. i. Usaha inovasi dalam media pendidikan.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa media adalah bagian yang tidak terpisahkan dari proses belajar mengajar demi tercapainya tujuan pendidikan pada umumnya dan tujuan pembelajaran di sekolah pada khususnya. Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar. Dalam bahasa Arab, media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Apabila media itu membawa pesan-pesan atau informasi

(10)

18

yang bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran maka media itu disebut Media Pembelajaran.

b. Manfaat Media dalam Pembelajaran

Dalam suatu proses belajar mengajar, dua unsur yang sangat penting adalah metode mengajar dan media pengajaran. Kedua aspek ini saling berkaitan. Pemilihan salah satu metode mengajar tertentu akan mempengaruhi jenis media pengajaran yang sesuai, meskipun masih ada berbagai aspek lain yang harus diperhatikan dalam memilih media, antara lain tujuan pengajaran, jenis tugas dan respon yang diharapkan siswa kuasai setelah pengajaran berlangsung, dan konteks pembelajaran termasuk karakteristik siswa. Meskipun demikian, dapat dikatakan bahwa salah satu fungsi utama media pengajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru.

Hamalik (1986) mengemukakan bahwa pemakaian media pengajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa.

Secara umum, manfaat media dalam proses pembelajaran adalah memperlancar interaksi antara guru dengan siswa sehingga pembelajaran akan lebih efektif dan efisien. Tetapi secara lebih khusus ada beberapa manfaat media yang lebih rinci Kemp dan Dayton (1985) misalnya, mengidentifikasi beberapa manfaat media dalam pembelajaran yaitu : a. Penyampaian materi pelajaran dapat diseragamkan.

(11)

19

b. Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik. c. Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif.

d. Efisiensi dalam waktu dan tenaga.

e. Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa.

f. Media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja.

g. Media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses belajar.

h. Merubah peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif.

Selain beberapa manfaat media seperti yang dikemukakan oleh Kemp dan Dayton tersebut, tentu saja kita masih dapat menemukan banyak manfaat-manfaat praktis yang lain. Manfaat praktis media pembelajaran di dalam proses belajar mengajar sebagai berikut :

a. Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar.

b. Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung antara siswa dan lingkungannya, dan kemungkinan siswa untuk belajar sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya.

c. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang dan waktu.

(12)

20

d. Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang peristiwa-peristiwa dilingkungan mereka, serta memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan guru, masyarakat, dan lingkungannya misalnya melalui karya wisata. Kunjungan-kunjungan ke museum atau kebun binatang.

c. Penyusunan Bahan Ajar dalam Bentuk Modul

Bahan ajar dapat diartikan bahan-bahan atau materi pelajaran yang disusun secara lengkap dan sistematis berdasarkan prinsip-prinsip pembelajaran yang digunakan guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Bahan ajar bersifat sistematis artinya disusun secara urut sehingga memudahkan siswa belajar. Di samping itu bahan ajar juga bersifat unik dan spesifik. Unik maksudnya bahan ajar hanya digunakan untuk sasaran tertentu dan dalam proses pembelajaran tertentu, dan spesifik artinya isi bahan ajar dirancang sedemikian rupa hanya untuk mencapai kompetensi tertentu dari sasaran tertentu.

Dalam kegiatan pembelajaran bahan ajar sangat penting artinya bagi guru dan siswa. Guru akan mengalami kesulitan dalam meningkatkan efektivitas pembelajarannya jika tanpa disertai bahan ajar yang lengkap. Begitu pula bagi siswa, tanpa adanya bahan ajar siswa akan mengalami kesulitan dalam belajarnya. Hal tersebut diperparah lagi jika guru dalam menjelaskan materi pembelajarannya cepat dan kurang jelas. Oleh karena itu bahan ajar merupakan hal yang sangat penting untuk dikembangkan sebagai upaya meningkatkan kualitas pembelajaran. Bahan ajar pada

(13)

21

dasarnya memiliki beberapa peran baik bagi guru, siswa, dan pada kegiatan pembelajaran.

d. Peran Bahan Ajar

Pemanfaatan bahan ajar dalam proses pembelajaran memiliki peran penting. Peran tersebut menurut Tian Belawati (2003: 1.4-1.9) meliputi peran bagi guru, siswa, dalam pembelajaran klasikal, individual, maupun kelompok. Agar diperoleh pemahaman yang lebih jelas akan dijelaskan masing-masing peran sebagai berikut:

a. Bagi Guru

Bahan ajar bagi guru memiliki peran yaitu:

1) Menghemat waktu guru dalam mengajar. Adanya bahan ajar, siswa dapat ditugasi mempelajari terlebih dahulu topik atau materi yang akan dipelajarinya, sehingga guru tidak perlu menjelaskan secara rinci lagi.

2) Mengubah peran guru dari seorang pengajar menjadi seorang fasilitator. Adanya bahan ajar dalam kegiatan pembelajaran maka guru lebih bersifat memfasilitasi siswa dari pada penyampai materi pelajaran;

3) Meningkatkan proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan interaktif. Adanya bahan ajar maka pembelajaran akan lebih efektif karena guru memiliki banyak waktu untuk membimbing siswanya dalam memahami suatu topik pembelajaran, dan juga metode yang

(14)

22

digunakannya lebih variatif dan interaktif karena guru tidak cenderung berceramah.

b. Bagi Siswa

Bahan ajar bagi siswa memiliki peran yakni:

1) Siswa dapat belajar tanpa kehadiran/harus ada guru.

2) Siswa dapat belajar kapan saja dan dimana saja dikehendaki. 3) Siswa dapat belajar sesuai dengan kecepatan sendiri.

4) Siswa dapat belajar menurut urutan yang dipilihnya sendiri. 5) Membantu potensi untuk menjadi pelajar mandiri.

c. Dalam Pembelajaran Klasikal Bahanajar memiliki peran yakni:

1) Dapat dijadikan sebagai bahan yang tak terpisahkan dari buku utama.

2) Dapat dijadikan pelengkap/suplemen buku utama.

3) Dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. 4) Dapat dijadikan sebagai bahan yang mengandung penjelasan

tentang bagaimana mencari penerapan, hubungan, serta keterkaitan antara satu topik dengan topik lainnya.

d. Dalam Pembelajaran Individual Bahan ajar memiliki peran yakni:

1) Sebagai media utama dalam proses pembelajaran.

2) Alat yang digunakan untuk menyusun dan mengawasi proses siswa memperoleh informasi.

(15)

23

3) Penunjang media pembelajaran individual lainnya. e. Dalam Pembelajaran Kelompok

Bahan ajar memiliki peran yakni:

1) Sebagai bahan terintegrasi dengan proses belajar kelompok. 2) Sebagai bahan pendukung bahan belajar utama.

7. Penyusunan Bahan Ajar Modul a. Arti dan Karakteristik Modul

Sebagai salah satu bahan ajar cetak, modul merupakan suatu paket belajar yang berkenaan dengan satu unit bahan pelajaran. Dengan modul siswa dapat mencapai dan menyelesaikan bahan belajarnya dengan belajar secara individual. Peserta belajar tidak dapat melanjutkan ke suatu unit pelajaran berikutnya sebelum menyelesaikan secara tuntas materi belajarnya. Dengan modul siswa dapat mengontrol kemampuan dan intensitas belajarnya. Modul dapat dipelajari di mana saja. Lama penggunaan sebuah modul tidak tertentu, meskipun di dalam kemasan modul juga disebutkan waktu yang dibutuhkan untuk mempelajari materi tertentu. Akan tetapi keleluasaan siswa mengelola waktu tersebut sangat fleksibel, dapat beberapa menit dan dapat pula beberapa jam, dan dapat dilakukan secara tersendiri atau diberi variasi dengan metode lain.

Pembelajaran dengan modul memiliki ciri-ciri (Vembriarto, 1985: 27) sebagai berikut:

(16)

24 a. Bersifat self-instructional

Pengajaran modul menggunakan paket pelajaran yang memuat satu konsep atau unit dari bahan pelajaran. Sementara, pendekatan yang digunakan dalam pengajaran modul menggunakan pengalaman belajar siswa melalui berbagai macam penginderaan, melalui pengalaman mana siswa terlibat secara aktif belajar.

b. Pengakuan atas perbedaan-perbedaan individual

Pembelajaran melalui modul sangat sesuai untuk menanggapi perbedaan individual siswa, karena modul pada dasarnya disusun untuk diselesaikan oleh siswa secara perorangan. Oleh karena itu pembelajaran melalui modul, siswa diberi kesempatan belajar sesuai irama dan kecepatan masing-masing.

c. Memuat rumusan tujuan pembelajaran/kompetensi dasar secara eksplisit.

Tiap-tiap modul memuat rumusan tujuan pengajaran/kompetensi dasar secara spesifik dan eksplisit. Hal ini sangat berguna bagi berbagai pihak seperti bagi penyusun modul, guru, dan bagi siswa. Bagi penyusun modul, tujuan yang spesifik berguna untuk menentukan media dan kegiatan belajar yang harus direncanakan untuk mencapai tujuan tersebut. Bagi guru tujuan itu berguna untuk memahami isi pelajaran. Bagi siswa berguna untuk menyadarkan mereka tentang apa yang diharapkan.

(17)

25

d. Adanya asosiasi, struktur, dan urutan pengetahuan

Proses asosiasi terjadi karena dengan modul siswa dapat membaca teks dan melihat diagram-diagram darn buku modulnya. Sedangkan struktur dan urutan maksudnya materi pada buku modul itu dapat disusun mengikuti struktur pengetahuan secara hirarkis. Dengan demikian siswa dapat mengikuti urutan kegiatan belajar secara teratur. e. Penggunaan berbagai macam media (multimedia)

Pembelajaran dengan modul memungkinkan digunakannya berbagai macam media pembelajaran. Hal ini dikarenakan karakteristik siswa berbeda-beda terhadap kepekaannya terhadap media. Oleh karena itu dalam belajar menggunakan modul bisa saja divariasikan dengan media lain seperti radio atau televisi.

f. Partisipasi aktif dari siswa

Modul disusun sedemikian rupa sehingga bahan-bahan pembelajaran yang ada dalam modul tersebut bersifat self instructional, sehingga akan terjadi keaktifan belajar yang tinggi. g. Adanya reinforcement langsung terhadap respon siswa

Respon yang diberikan siswa mendapat konfirmasi atas jawaban yang benar, dan mendapat koreksi langsung atas kesalahan jawaban yang dilakukan. Hal ini dilakukan dengan cara mencocokkan hasil pekerjaannya dengan kunci jawaban yang telah disediakan.

h. Adanya evaluasi terhadap penguasaan siswa atas hasil belajarnya Dalam pembelajaran modul dilengkapi pula dengan adanya kegiatan evaluasi, sehingga darn hasil evaluasi ini dapat diketahui

(18)

26

tingkat penguasaan siswa terhadap materi yang telah dipelajarinya. Untuk mengetahui siswa berada pada tingkat penguasaan yang mana, dalam suatu modul juga dilengkapi tentang cara perhitungannya dan patokannya.

Karakteristik modul dapat diketahui dari formatnya yang disusun atas dasar:

a. Prinsip-prinsip desain pembelajaran yang berorientasi kepada tujuan (objective model).

b. Prinsip belajar mandiri.

c. Prinsip belajar maju berkelanjutan (continuous progress).

d. Penataan materi secara modular yang utuh dan lengkap (self contained).

e. Prinsip rujuk silang (cross referencing) antar modul dalarn rnata pelajaran.

f. Penilaian belajar mandiri terhadap kemajuan belajar (self-evaluation).

b. Teknik Pengembangan Modul

Mengembangkan modul berarti mengajarkan suatu mata pelajaran melalui tulisan. Oleh karena itu, prinsip-prinsip yang digunakan dalam mengembangkan modul sama dengan yang digunakan dalam pembelajaran biasa. Bedanya adalah, bahasa yang digunakan bersifat setengah formal dan setengah lisan, bukan bahasa buku teks yang bersifat sangat formal.

(19)

27

Ada tiga teknik yang dapat dipilih dalam menyusun modul. Ketiga teknik tersebut menurut Sungkono, dkk(2003: 10), yaitu menuulis sendiri, pengemasan kembali informasi, dan penataan informasi:

a. Menulis Sendiri (Starting from Scratch)

Penulis/guru dapat menulis sendiri modul yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Asumsi yang mendasari cara ini adalah bahwa guru adalah pakar yang berkompeten dalam bidang ilmunya, mempunyai kemampuan menulis, dan mengetahui kebutuhan siswa dalam bidang ilmu tersebut. Untuk menulis modul sendiri, di samping penguasaan bidang ilmu, juga diperlukan kemampuan menulis modul sesuai dengan prinsip-prinsip pembelajaran, yaitu selalu berlandaskan kebutuhan peserta belajar, yang meliputi pengetahuan, keterampilan, bimbingan, latihan, dan umpan balik. Pengetahuan itu dapat diperoleh melalui analisis pembelajaran, dan silabus. Jadi, materi yang disajikan dalam modul adalah pokok bahasan dan sub pokok bahasan yang tercantum dalam silabus.

b. Pengemasan Kembali Informasi (Information Repackaging)

Penulis/guru tidak menulis modul sendiri, tetapi memanfaatkan buku-buku teks dan informasi yang telah ada di pasaran untuk dikemas kembali menjadi modul yang memenuhi karakteristik modul yang baik. Modul atau informasi yang sudah ada dikumpulkan berdasarkan kebutuhan (sesuai dengan kompetensi, silabus dan RPP/SAP), kemudian disusun kembali dengan gaya bahasa yang sesuai. Selain itu

(20)

28

juga diberi tambahan keterampilan atau kompetensi yang akan dicapai, latihan, tes formatif, dan umpan balik.

c. Penataan Informasi (Compilation)

Cara ini mirip dengan cara kedua, tetapi dalam penataan informasi tidak ada perubahan yang dilakukan terhadap modul yang diambil dari buku teks, jurnal ilmiah, artikel, dan lain-lain. Dengan kata lain, materi-materi tersebut dikumpulkan, digandakan dan digunakan secara langsung. Materi-materi tersebut dipilih, dipilah dan disusun berdasarkan kompetensi yang akan dicapai dan silabus yang hendak digunakan.

c. Komponen-komponen Modul

Komponen-komponen utama yang perlu tersedia di dalam modul, yaitu tinjauan mata pelajaran, pendahuluan, kegiatan belajar, latihan; rambu-rambu jawaban latihan, rangkuman, tes formatif, dan kunci jawaban tes formatif Kedelapan komponen tersebut akan dijelaskan satu persatu dalam bagian selanjutnya.

a. Tinjauan Mata Pelajaran

Tinjauan mata pelajaran adalah paparan umum mengenai keseluruhan pokok-pokok isi mata pelajaran yang mencakup:

1) Deskripsi mata pelajaran. 2) Kegunaaan mata pelajaran. 3) Kompetensi dasar.

(21)

29 5) Petunjuk Belajar.

Petunjuk memuat antara lain penjelasan tentang berbagai macam kegiatan yang harus dilakukan, alat-alat yang perlu disediakan, dan prosedur yang dilakukan.

Perlu dipahami bahwa letak atau posisi tinjauan mata pelajaran di dalam modul sangat tergantung kepada pembagian pokok bahasan dalam mata pelajaran. Mungkin saja satu mata pelajaran terdiri atas beberapa pokok bahasan, sehingga tinjauan mata pelajaran terletak pada modul pertama saja. Contohnya, pada modul 1 terdapat tinjauan mata pelajaran, sementara modul 2, dan 3 dst tidak terdapat tinjauan mata pelajaran karena sudah terletak pada modul 1. Tetapi tidak menutup kemungkinan pada setiap modul disertakan tinjauan mata pelajaran untuk menuntun siswa dalam memahami kegunaan mata pelajaran.

b. Pendahuluan

Pendahuluan suatu modul merupakan pembukaan pembelajaran suatu modul. Oleh karena itu, dalam pendahuluan seyogyanya memuat hal-hal sebagai berikut:

1) Cakupan isi modul dalam bentuk deskripsi singkat.

2) Indikator yang ingin dicapai melalui sajian materi dan kegiatan modul.

3) Deskripsi perilaku awal (entry behaviour) yang memuat pengetahuan dan keterampilan yang sebelumnya sudah diperoleh

(22)

30

atau seyogyanya sudah dimiliki sebagai pijakan (anchoring) dari pembahasan modal itu.

4) Relevansi, yang terdiri atas:

a) Keterkaitan pembahasan materi dan kegiatan dalam modul itu dengan mateni dan kegiatan dalam modul lain dalarn satu mata pelajaran atau dalam mata pelajaran (cross reference).

b) Pentingnya mempelajari materi modul itu dalam pengembangan dan pelaksanaan tugas guru secara profesional. c) Urutan butir sajian modul (kegiatan belajar) secara logis. d) Petunjuk belajar berisi panduan teknis mempelajari modul itu

agar berhasil dikuasai dengan baik.

Pendahuluan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: a) Memenuhi dan merangsang rasa ingin tahu.

b) Urutan sajian yang logis.

c) Mudah dicerna dan enak dibaca. d. Kegiatan Belajar

Bagian ini merupakan “daging” atau inti dalam pemaparan materi pelajaran. Bagian ini terbagi menjadi beberapa sub bagian yang disebut Kegiatan Belajar. Bagian ini memuat materi pelajaran yang harus dikuasai siswa. Materi tersebut disusun sedemikian rupa, sehingga dengan mempelajari materi tersebut, tujuan yang telah dirumuskan dapat tercapai. Agar materi pelajaran mudah diterima siswa, maka perlu disusun secara sisternatis.

(23)

31

Di dalam kegiatan belajar terdapat uraian atau penjelasan secara rinci tentang isi pelajaran yang diikuti dengan contoh-contoh konkrit dan non contoh. Sedapat mungkin uraian ini diikuti gambar, bagan atau grafik. Urutan penyajian seperti ini yang dimulai dengan penjelasan kemudian diikuti dengan contoh. Urutan penyajian dapat pula dimulai dengan contoh dan non contoh, atau kasus-kasus kemudian diikuti dengan penjelasan tentang konsep yang dimaksud.

Sajian materi modul memperhatikan elemen uraian dan contoh yang dirancang untuk menumbuhkan proses belajar dalarn diri pembaca. Berikut akan dijelaskan kedua elemen dasar yang ada dalarn sajian materi modul.

e. Uraian

Uraian dalarn sajian materi modul adalah paparan materi-materi pelajaran berupa: fakta/data, konsep, prinsip, generalisasi/dalil, teori, nilai, prosedur/metode, keterampilan, hukum, dan masalah.

Paparan tersebut disajikan secara naratif atau piktorial yang berfungsi untuk merangsang dan mengkondisikan tumbuhnya pengalaman belajar (learning experiences). Pengalaman belajar diupayakan menampilkan variasi proses yang memungkinkan siswa memperoleh pengalaman konkret, observasi reflektif, konseptualisasi abstrak, dan ekperimentasi aktif Jenis pengalaman pelajaran disesuaikan dengan kekhususan setiap mata pelajaran, misalnya untuk mata pelajaran yang

(24)

32

bersifat keterampilan berbeda dengan yang bersifat pengetahuan. Prinsip dalam penyajian uraian harus memenuhi syarat-syarat:

a. Materi harus relevan dengan esensi kompetensi. b. Materi berada dalam cakupan topik inti.

c. Penyajiannya bersifat logis, sistematis, komunikatif/interaktif, dan tidak kaku.

d. Memperhatikan latar/setting kondisi siswa.

e. Menggunakan teknik, metode penyajian yang menarik dan menantang. f. Contoh

Contoh adalah benda, ilustrasi, angka, gambar dan lain-lain yang mewakili/mendukung konsep yang disajikan. Contoh bertujuan untuk memantapkan pemahaman pembaca tentang fakta/data, konsep, prinsip, generalisasi/dalil, hukum, teori, nilai, prosedur/metode, keterampilan dan masalah.

Prinsip dalam penyajian contoh hendaknya: a. Relevan dengan isi uraian.

b. Konsistensi istilah, konsep, dalil, dan peran. c. Jumlah dan jenisnya memadai.

d. Logis (masuk akal). e. Sesuai dengan realitas. f. Bermakna.

(25)

33 g. Latihan

Latihan adalah berbagai bentuk kegiatan belajar yang harus dilakukan oleh siswa setelah membaca uraian sebelumnya. Gunanya untuk memantapkanpengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap tentang fakta/data, konsep, prinsip, generalisasi/dalil, teori, prosedur, dan metode. Tujuan latihan ini agar siswa benar-benar belajar secara aktif dan akhirnya menguasai konsep yang sedang dibahas dalam kegiatan belajar tersebut. Latihan disajikan secara kreatif sesuai dengan karakteristik setiap mata pelajaran. Latihan dapat ditempatkan di sela-sela uraian atau di akhir uraian.Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam penyusunan latihan:

a. Relevan dengan materi yang disajikan. b. Sesuai dengan kemampuan siswa.

c. Bentuknya bervariasi, misalnya tes, tugas, eksperimen, dan sebagainya.

d. Bermakna (bermanfaat).

e. Menantang siswa untuk berpikir dan bersikap kritis.

f. Penyajiannya sesuai dengan karakteristik setiap mata pelajaran. h. Rambu-rambu Jawaban latihan

Rambu-rambu jawaban latihan merupakan hal-hal yang harus diperhatikan oleh siswa dalam mengerjakan soal-soal latihan. Kegunaan rambu-rambu jawaban ini adalah untuk mengarahkan pemahaman siswa

(26)

34

tentang jawaban yang diharapkan dari pertanyaan atau tugas dalam latihan dalam mendukung tercapainya kompetensi pembelajaran.

i. Rangkuman

Rangkuman adalah inti dari uraian materi yang disajikan pada kegiatan belajar dari suatu modul, yang berfungsi menyimpulkan dan memantapkan pengalaman belajar (isi dan proses) yang dapat mengkondisikan tumbuhnya konsep atau skema baru dalam pikiran siswa. Rangkuman hendaknya memenuhi ketentuan:

a. Berisi ide pokok yang telah disajikan. b. Disajikan secara berurutan.

c. Disajikan secara ringkas. d. Bersifat menyimpulkan.

e. Dapat dipahami dengan mudah (komunikatif). f. Memantapkan pemahaman pembaca.

g. Rangkuman diletakkan sebelum tes fonnatif pada setiap kegiatan belajar.

h. Menggunakan bahasa Indonesia yang baku dan tidak menggunakan kata-kata yang sulit dipahami.

j. Tes Formatif

Pada setiap modul selalu disertai lembar evaluasi (evaluasi formatif) yang biasanya berupa tes. Evaluasi ini dilakukan untuk mengukur apakah tujuan yang dirumuskan telah tercapai atau belum. Tes formatif merupakan tes untuk mengukur penguasaan siswa setelah suatu pokok

(27)

35

bahasan selesai dipaparkan dalam satu kegiatan belajar berakhir. Tes formatif ini bertujuan untuk mengukur tingkat penguasaan siswa terhadap materi sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan. Hasil tes formatif digunakan sebagai dasar untuk melanjutkan ke pokok bahasan selanjutnya. Tes formatif secara prinsip harus memenuhi syarat-syarat:

a. Mengukur kompetensi dan indikator yang sudah dirumuskan.

b. Materi tes benar dan logis, baik dari segi pokok masalah yang dikemukakan maupun dart pilihan jawaban yang ditawarkan.

c. Pokok masalah yang ditanyakan cukup penting.

d. Butir tes harus memenuhi syarat-syarat penulisan butir soal. k. Kunci Jawaban Tes Formatif dan Tindak Lanjut

Kunci jawaban tes formatif pada umumnya diletakkan di bagian paling akhir suatu modul. Jika kegiatan belajar berjumlah dua buah, maka kunci jawaban tes formatif terletak setelah tes formatif kegiatan belajar 2, dengan halaman tersendiri. Tujuannya agar siswa benar-benar berusaha mengerjakan tes tanpa melihat kunci jawaban terlebih dahulu. Lembar ini berisi jawaban dari soal-soal yang telah diberikan. Jawaban siswa terhadap tes yang ada diketahui benar atau salah dapat dilakukan dengan cara mencocokkannya dengan kunci jawaban yang ada pada lembar ini. Tujuannya adalah agar siswa mengetahui tingkat penguasaannya terhadap isi kegiatan belajar tersebut. Di samping itu, pada bagian ini berisi petunjuk tentang cara siswa memberi nilai sendiri pada hasil jawabannya.

(28)

36 l. Tindak lanjut

Di dalam kunci jawaban tes formatif, terdapat bagian tindak lanjut yang berisi kegiatan yang harus dilakukan siswa atas dasar tes formatifnya. Siswa diberi petunjuk untuk melakukan kegiatan lanjutan, seperti: Terus mempelajari kegiatan belajar berikutnya bila ia berhasil dengan baik yaitu mencapai tingkat penguasaan 80% dalam tes formatif yang lalu, atau mengulang kembali mempelajari kegiatan belajar tersebut bila hasilnya masih di bawah 80% dari skor maksimum.

8. Pemanfaatan Modul dalam Pembelajaran di Kelas

Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan modul pada dasarnya menggunakan sistem belajar secara individual. Namun dapat pula digunakan pada sistem pembelajaran klasikal. Jika pembelajaran bersifat individual maka siswa akan belajar dari modul satu ke modul berikutnya sesuai dengan kecepatannya masing-masing. Mengingat kecepatan masing-masing siswa tidak sama, maka dalam perjalanan belajarnya dari hari ke hari, jarak antara siswa yang pandai dengan siswa yang lamban makin lama makin besar. Teknik ini akan mudah bila di suatu kelas siswanya sedikit, namun jika jumlah siswa dalam suatu kelas jumlahnya banyak, dan juga mata pelajaran yang dipelajarinya jumlahnya banyak maka pelaksanaan pembelajarannya menjadi lebih rumit.

Pembelajaran dengan sistem modul jika diterapkan untuk pembelajaran secara klasikal, maka siswa akan belajar dalam waktu bersamaan dan untuk melanjutkan ke modul berikutnya juga dapat bersamaan. Kepada siswa-siswa yang selesainya lebih cepat dari pada teman-temannya, maka siswa tersebut

(29)

37

akan memperoleh modul pengayaan untuk dipelajarinya dalam sisa waktu yang tersedia. Kemudian setelah itu dilakukan evaluasi yang dapat dikerjakan secara individual maupun secara klasikal.

Pengembangan bahan ajar penting dilakukan guru untuk meningkatkan kualitas dan efisiensi pembelajaran. Bahan ajar yang dikembangkan tersebut memiliki peran penting baik bagi guru maupun siswa. Dalam mengembangkan bahan ajar khususnya modul guru perlu memperhatikan prosedur dan komponen-komponen modul. Komponen-komponen tersebut meliputi tinjauan mata pelajaran, pendahuluan, kegiatan belajar, latihan, rangkuman, tes formatif, dan kunci jawaban tes formatif dan tindak lanjut. Pemanfaatan modul dalam proses pembelajaran disuatu kelas dapat dilakukan pada sistem pembelajaran individual maupun klasikal.

B. Kajian Keilmuan

1. Keanekaragaman Hayati

Biodiversitas, singkatan dari keanekaragaman hayati, adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan berbagai kehidupan yang ditemukan di bumi dan semua proses alam. Keanekaragaman hayati termasuk ekosistem, keragaman genetik dan kultural, dan hubungan antara ini dan semua spesies.

Konsep keanekaragaman menggambarkan keadaan bermacam-macam suatu benda yang terjadi akibat adanya perbedaan dalam hal, ukuran, bentuk, tekstur ataupun jumlah. Sedangkan kata hayati menunjukan sesuatu yang hidup. KeanekaragamanHayati merupakan

(30)

38

keanekaragaman atau keberagaman dari mahluk hidup yang dapat terjadi karena akibat adanya perbedaan warna, ukuran, bentuk, jumlah tekstur, penampilan dan sifat-sifatnya.

Keanekaragaman hayati sering dikenal dengan istilah biodiversitas (bahasa Inggris: biodiversity). Pengertian lain keanekaragaman adalah suatu istilah pembahasan yang mencakup semua bentuk kehidupan yang secara ilmiah dapat dikelompokkan menurut skala organisasi biologisnya, yaitu mencakup gen, spesies tumbuhan, hewan dan mikroorganisme serta ekosistem dan proses-proses ekologi yang merupakan bagian dari bentuk kehidupan.

Aspek yang berbeda dari keanekaragaman hayati semua memiliki pengaruh yang sangat kuat antara satu sama lain. Kita baru saja mulai memahami hubungan antara makhluk hidup dan lingkungan mereka. Keanekaragaman juga membantu kita dalam kehidupan kita sehari-hari. Sayangnya, gas rumah kaca yang dihasilkan oleh aktivitas manusia yang menumpuk di atmosfer akan menyebabkan perubahan iklim. Perubahan iklim merupakan ancaman besar bagi keanekaragaman hayati.

Keanekaragaman hayati yang ada di dunia ini meliputi berbagai variasi bentuk, ukuran, jumlah (frekuensi), warna, dan sifat-sifat lain dari mahluk hidup. Jadi, setiap sistem lingkungan mempunyai keanekaragaman masing-masing. Keanekaragaman tersebut berlangsung mulai dari tingkat gen, jenis, sampai ekosistem.

(31)

39 2. Keanekaragaman Tingkat Gen

Keanekaragaman gen adalah keanekaragaman individu dalam satu jenis mahluk hidup. Setiap organisme dikendalikan oleh sepasang faktor keturunan (gen). Keanekaragaman tingkat ini dapat ditunjukan dengan adanya variasi dalam satu jenis. Variasi mahluk hidup dapat terjadi akibat perkawinan sehingga susunan gen keturunannya berbeda dari susunan gen induknya. Selain itu, variasi mahluk hidup dapat pula terjadi karena interaksi gen dengan lingkungan.

Contoh:

a. Keanekaragaman warna lensa mata pada kucing. Ada kucing yang memiliki lensa mata berwarna biru, kuning atau hitam.

b. keanekaragaman pada ayam, terdapat perbedaan bentuk dan ukuran tubuk, warna bulu dan bentuk pial (jengger) antara ayam kampung, ayam cemani, ayam hutan, ayam lehor, ayam bangkok, dan ayam kate. 3. Keanekaragaman Tingkat Jenis

Keanekaragam jenis menunjukan seluruh variasi yang terjadi antar spesies yang masih dalam satu familia. Keanekaragaman hayati tingkat jenis (antar spesies) lebih mudah diamati daripada keanekaragaman tingkat gen karna perbedaannya mencolok.

Keanekaragaman atau kekayaan jenis dapat diukur dengan berbagai cara, misalnya dengan indeks keanekaragaman. satu tempat dikatakan memiliki keanekaragaman jenis tinggi bila memiliki kekayaan jenis yang merata, misalnyasatu tempat terdapat tiga jenis burung dan satu jenis ular,

(32)

40

dianggap secara teksonomi lebih beranekaragam dibanding dengan tempat lain yang mempunyai empat jenis burung saja.

4. Keanekaragaman Tingkat Ekosistem

(Sumber :

http://3.bp.blogspot.com/- QLWOn0j7Ufs/Vlz_awFJDII/AAAAAAAAACo/t8Njbh-N6YM/s1600/ekosistem-bioma.jpg)

Gambar 1. Keanekaragaman Tingkat Ekosistem

Keanekaragaman pada tingkat ekosistem terjadi akibat interaksi yang kompleks antara komponen biotik dengan abiotik. Interaksi biotik terjadi antara mahluk hidup yang satu dengan yang lain (baik di dalam jenis atau antar jenis) yang membentuk suatu komunitas, sedangkan interaksi biotik-abiotik terjadi antara mahluk hidup dengan lingkungan fisik, yaitu suhu, cahaya dan lingkungan kimiawi, antara lain, air, mineral dan keasaman . dengan beranekaragamnya kondisi lingkungan dan keaneka ragaman hayati, terbentuklah keanekaragaman ekosistem. Tiap-tiap ekosistem memiliki keanekaragaman makhluk hidup tertentu pula. Misalnya, ekosistem padang rumput, ekosistem pantai, ekosistem hutan hujan trofik,

(33)

41

dan ekosistem air laut. Tiap-tiap ekosistem mempunyai ciri fisik, kimiawi, dan biologis tersendiri. Flora dan fauna yang terdapat dsalam ekosistem tertentu berbeda dengan flora dan fauna yang terdapat didalam ekosistem yang lain.

5. Keanekaragaman Tumbuhan Berbiji

Perubahan iklim mempengaruhi suhu udara dan laut, panjang musim, permukaan air laut, pola arus laut dan angin, tingkat curah hujan, serta hal-hal lainnya. Perubahan ini mempengaruhi habitat dan perilaku banyak spesies yang berbeda. Banyak yang tidak akan mampu beradaptasi cukup cepat dan dapat punah.Ada banyak hal yang dapat Anda lakukan untuk memerangi perubahan iklim.

Menanam pohon gugur di sisi selatan rumah atau sekolah akan tetap dingin rumah / sekolah Anda di musim panas. Mereka akan membantu menghasilkan oksigen dan mengeluarkan karbondioksida. Anda juga dapat mendorong teman-teman dan keluarga Anda untuk menggunakan angkutan umum, naik mobil bersama dan berjalan atau bersepeda ketika mereka bisa.

a. Ciri Umum Spermatophyta

Tumbuhan berbiji mempunyai generasi sporofit lebih kompleks dibanding lumut dan paku. Alat perkembangbiakan terdapat pada organ bunga (kumpulan sporofil) atau berupa strobilus. Disamping itu, kumpulan sporofil pada tumbuhan paku belum dapat membentuk bunga. Sel kelamin (gamet) jantan terdapat dalam serbuk sari dan

(34)

42

gamet betina terdapat pada kantong embrio. Proses penggabungan sel gamet jantan (sperma) dan sel gamet betina (sel telur) terjadi melalui buluh serbuk sari. Tumbuhan berbiji sudah dapat dibedakan secara jelas menjadi akar, batang, dan daun. Tubuhnya bersifat multiseluler (tersusun oleh banyak sel) dengan ukuran tubuhnya besar atau makroskopis dan mempunyai ketinggian yang bervariasi. Tumbuhan berbiji memiliki jaringan pembuluh yang bervariasi dan terdiri dari floem. Bagian ini berfungsi untuk mengangkut bahan makanan yang berasal dari daun ke seluruh tubuh tanaman. Bagian yang lainnya adalahxylem. Bagian ini berfungsi untuk mengangkut air dan mineral dari dalam tanah menuju ke daun.

Pada umumnya, tumbuhan berbiji (kecuali tumbuhan parasit) bersifat autotrof atau dapat mensintesis bahan makanan melalui fotosintesis. Oleh karena itu, tumbuhan berbiji merupakan organisme fotoautotrof.

Sebagian besar jenis tumbuhan ini mempunyai tempat hidup (habitat) di darat (misalnya: mangga, rambutan, dan jambu). Ada pula tumbuhan berbiji yang mengapung di atas air (misalnya: enceng gondok). Tumbuhan berbiji berkembangbiak secara aseksual maupun secara seksual.

b. Klasifikasi Spermatophyta

1) Tumbuhan Berbiji Terbuka (Gymnospermae)

Bakal bijinya terbuka dan terdapat pada permukaan daun buah (megasporofil). Pada umumnya, jenis tumbuhan ini berupa

(35)

43

tumbuhan berkayu dengan bermacam macam bentuk perawakan (habitus). Jenis tumbuhan ini juga tidak memiliki bunga yang sesungguhnya (bunga mereduksi menjadi kantong serbuk sari dan bakal biji), sporofilnya terpisah-pisah membentuk strobilus jantan dan strobilus betina.

Jenis tumbuhan ini mempunyai sistem akar tunggang dan batangnya tegak lurus atau bercabang-cabang. Akar dan batangnya berkambium. Ini menyebabkan adanya pertumbuhan sekunder atau menebal kesamping. Strobilusnya mengandung 2 daun buah (tempat menempel bakal biji), yaitu makrosporangium dan mikrosporangium yang terpisah satu sama lain. Penyerbukannya hampir selalu dengan bantuan angin (anemogami). Serbuk sarinya langsung jatuh pada bakal biji dengan jarak waktu penyerbukan sampai pembuahannya relatif panjang. Sel kelamin jantan umumnya berupa spermatozoid yang masih bergerak dengan aktif.

Anggota Gymnospermae yang masih ada (hidup) sampai saat ini, digolongkan menjadi 4 kelas, yaitu Kelas Cycadinae, Kelas Ginkyoinae, Kelas Coniferae, dan Kelas Gnetinae.

(36)

44 a) Kelas Cycadinae

Gambar 2.Tanaman dari Kelas Cycadinae:Cycas rumphii

(Sumber :

https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/d/d3/Cycas_r umphii_FemaleFertileLeaves_BotGardBln0906t.JPG)

Tumbuhan annggota kelas ini tubuhnya berkayu, menyerupai palem dan tidak atau sedikit bercabang. Sporofil tersusun dalam strobilus berumah dua (dalam satu strobilus terdapat 1 alat kelamin). Strobilus jantan sangat besar, tersusun oleh sporofil-sporofil berbentuk sisik dan memiliki banyak mikrosporangium. Pada strobilus betina (megasporofil), sporofilnya berupa sisik dengan 2 bakal biji.Kelas ini hanya mempunyai 1 bangsa, yaitu Cycadales dan 1 suku,yaitu Cycadaceae. Contohnya adalah pakis haji (Cycas rumphii) danDioon sp. (hidup di Amerika).

(37)

45

b) Kelas Ginkyoinae (sering dieja: Ginkoinae)

Gambar 3.Tanaman dari Kelas Ginkyoinae : Ginggo biloba)

(Sumber

:http://nootriment.com/wp-content/uploads/2014/06/what-is-ginkgo-biloba-300x200.jpg) Anggotanya berupa pohon dioceus (berumah dua), mempunyai tunas panjang dan pendek, daunnya bertangkai panjang membentuk kipas. Jumlah mikrosporofilnya (benang sari) tidak banyak dan susunan makrosporofilnya tidak begitu terang. Tumbuhan jenis ini memiliki dua bakal biji pada tangkai yang panjang. Kulit luar pada bijinya berdaging dan kulit dalamnya keras. Kelas ini terdiri atas bangsa Ginkyoales dan suku Ginkyoaceae. Contohnya adalah Ginkyo biloba.

(38)

46 c) Kelas Coniferae

Gambar 4.Tanaman dari Kelas Coniferae : Pinus merkusii

(Sumber :

https://pixabay.com/static/uploads/photo/2010/12/07/08/spruce -1035_960_720.jpg)

Ciri utama anggota Coniferae adalah adanya tajuk berbentuk kerucut (Coniferae berasal dari kata conus = kerucut dan ferein = mendukung). Anggotanya dapat berupa semak, perdu, atau pohon. Daun-daunnya berbentuk jarum, sehingga sering disebut pohonjarum. Tumbuhan ini berumah dua, tetapi ada juga yang berumah satu.

Kelas Coniferae terdiri dari beberapa ordo, antara lain Ordo Araucariales, Ordo Podocarpales, Ordo Cupressales, dan Ordo Pinales. Ordo-ordo tersebut umumnya disusun oleh satu suku. Contoh anggota Ordo Araucariales adalah Agathis alba

(39)

47

(Araucariaceae), contoh anggota Ordo Podocarpales adalah Podocapus imbricata (Podocarpaceae), dan contoh anggota Ordo Pinales adalah Pinus silvetris, Abies nordmanniana,dan Pinus merkusii (Pinaceae). Sedangkan Ordo Cupressalesterdiri atas dua suku, yaitu Taxodiaceae (contohnya Sequoiagigantea) dan Famili Cupressaceae (contohnya Juniperus communis). d) Kelas Gnetinae

Ciri-ciri tumbuhan yang tergolong ke dalam kelas Gnetinae adalah batang berkayu (dapat bercabang atau tidak), bunganya berkelamin tunggal, dan pembuahan terjadi melalui pembentukan buluh serbuk sari. Kelas ini terdiri atas 3 ordo, yaitu Ordo Ephedrales, Ordo Gnetales, dan Ordo Welwitschiales. Contoh anggota Ordo Ephedrales adalah Ephedra altissima (Ephedraceae). Contoh anggota Ordo Gnetales adalah melinjo (Gnetum gnemon) yang merupakan anggota suku Gnetaceae. Tumbuhan yang banyak dibudidayakan ini umumnya memiliki strobilus jantan dan betina yang terdapat dalam satu pohon (berumah satu).

2) Tumbuhan Berbiji Tertutup (Angiospermae)

Tumbuhan anggota Angiospermae mempunyai biji yang dilindungi oleh bakal buah. Berdasarkan bagian bagiannya, bunga Angiospermae dibedakan menjadi bunga lengkap dan bunga tidak lengkap. Bunga lengkap mempunyai perhiasan bunga yang

(40)

48

lengkap, yaitu kelopak dan mahkota. Bunga tak lengkap tidak mempunyai salah satu bagian perhiasan bunga (mahkota atau kelopak). Sementara itu, berdasarkan alat kelaminnya, bunga Angiospermae dibedakan menjadi bunga sempurna dan bunga tak sempurna. Bunga sempurna mempunyai alat kelamin betina (putik) dan alat kelamin jantan (benang sari), sedangkan bunga tak lengkap hanya mempunyai satu alat kelamin (putik atau benang sari saja).

Anggota Subdivisi Angiospermae dibedakan berdasarkan jumlah daun lembaganya (cotyledon) menjadi dua kelas, yaitu monocotyledoneae dan dicotyledoneae.

a) Kelas Monocotyledoneae (Monokotil)

Ciri umum tumbuhan monokotil adalah bijinya mempunyai satu daun lembaga yang berfungsi untuk menyerap zat makanan dari endosperma pada saat biji berkecambah . Ciri lainnya adalah bunganya memiliki bagian-bagian yang jumlahnya berkelipatan 3 dan daunnya tunggal dan mempunyai tulang daun sejajar atau melengkung. Tumbuhan monokotil mempunyai sistem akar serabut. Sebagian besar batangnya basah, tetapi beberapa anggota yang lain merupakan tumbuhan berkayu. Batangnya tidak bercabang, mempunyai buku-buku dan ruas-ruas yang jelas. Batang dan akar tumbuhan monokotil tidak berkambium, sehingga tidak mengalami pertumbuhan

(41)

49

sekunder. Berikut adalah perbedaan jaringan pada akar monokotil dan tanaman dikotil yang menampakan beberapa karakter morfologis keduanya :

Berikut adalah daftar tumbuhan berbiji yang ada di Kebun Raya Baturaden sebagai salah satu contoh keanekaragaman hayati di Indonesia :

(1) Evodia suaveolens (2) Macaranga triloba (3) Clerodendrum serratum (4) Phaleria macrocarpa (5) Peperomia pellucida (6) Cananga odorata (7) Amaranthus caudatus (8) Sansevieria trifasciata (9) Orthosiphoon aristatus (10) Annona reticulata (11) Lavandula angustifolia (12) Hibiscus tiliaceus (13) Excoecaria cochinchinensis (14) Curcuma zedoaria (15) Boesenbergia pandurata (16) Morus alba

(42)

50

KERANGKA BERPIKIR MODUL POTENSI AKADEMIK KEBUN RAYA BATURADEN

Gambar 5. Bagan Potensi Akademik Potensi Akademik

Kebun Raya Baturaden

Persamaan dan Perbedaan Ciri Morfologi Spermatophyta

Keanekaragaman Tumbuhan

KD SK

Modul Keanekaragaman Tumbuhan Kebun Raya Baturaden

Reviewer

Revisi 1

Uji Coba Terbatas Peserta Didik dan Guru Biologi SMA X

Revisi 2

Gambar

Gambar 1. Keanekaragaman Tingkat Ekosistem
Gambar 2.Tanaman dari Kelas Cycadinae:Cycas rumphii
Gambar 3.Tanaman dari Kelas Ginkyoinae : Ginggo biloba)
Gambar 4.Tanaman dari Kelas Coniferae : Pinus merkusii
+2

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan mengenal lambang bilangan melalui media kartu angka bergambar pada anak kelompok A RA Masyithoh Klaten

Ketiga, Strategi operasioanl pemberdayaan desa pesisir, dengan melaksanakan beberapa langkah (1) proses identifikasi potensi lokal, (2) melakukan analisis

Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa penerapan seluruh prosedur universal precautions memiliki peluang 6 kali untuk mencegah terjadinya tanda dan gejala

Isi pesannya: “Walikota dan Kepala Suku Dinas Tata Air Jakarta Selatan, di Pasar Pondok Labu Jl Margasatwa hingga ke Jalan Pondok Labu Raya saat hujan menyebabkan banjir

Asuransi adalah istilah yang digunakan untuk merujuk pada tindakan, sistem, atau bisnis dimana perlindungan finansial (atau ganti rugi secara finansial) untuk

Setelah terikat dengan kompleks factor Va serta Xa pada membrane trombosit, protrombin dipecah oleh factor Xa pada dua tapak aktif untuk menghasilkan molekul thrombin dua

Skripsi yang berjudul Usulan Pengendalian Persediaan Produk Oli Menggunakan Metode Economic Order Quantity Studi Kasus di CV.. Mandiri Luas Jaya ini adalah benar-benar hasil karya

Berdasarkan hasil analisis dari penelitian maka diperoleh hasil Kuat Tekan dan Tarik Belah Beton yang akan di tuangkan dalam bentuk grafik seperti pada gambar 1 s/d 6