1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Sebuah bangsa yang besar adalah bangsa yang masyarakatnya berpendidikan dan mampu memajukan negaranya. Pendidikan merupakan kunci semua kemajuan dan perkembangan yang berkualitas karena dengan pendidikan manusia dapat mengembangkan potensi yang dimiliki baik sebagai pribadi maupun sebagai warga negara. Menurut Amri dkk (2010: 13) pendidikan akan mempengaruhi cara berfikir sumber daya manusia dalam sebuah negara. Dalam rangka mengembangkan potensi diri dari sumber daya manusia sebuah negara menjadi berbagai kompetensi yang beragam maka diperlukannya pendidikan yang diimplementasikan dalam proses pembelajaran. Upaya yang dapat dilakukan oleh guru untuk memaksimalkan tujuan proses pembelajaran adalah merancang proses pembelajaran yang memacu siswa untuk mengembangkan potensi diri dan sikap positif. Proses pembelajaran ini di sesuaikan dengan materi dan mata pelajaran yang berlaku dalam tingkat pendidikan di Indonesia.
Suminarsih (2007: 1) mengemukakan bahwa matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang memberikan kontribusi positif tercapainya masyarakat yang cerdas dan bermartabat melalui sikap kritis dan berpikir logis. Maka dari itu mata pelajaran matematika dimasukkan dalam tiga tingkat pendidikan di Indonesia, yaitu Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA). Dalam matematika di SD membekali peserta didik untuk mampu berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama.
2
melihat sisi atau aspek dalam diri siswa yaitu tingkat perkembangan kognitif khususnya tahap operasional konkret. Pengembangan pembelajaran diorientasikan pada siswa-siswa sehingga sistem yang dikembangan menarik bagi siswa yang mempelajari. Dienes dalam Nyimas Aisyah dkk (2008: 2) “mengemukakan bahwa tiap-tiap konsep atau prinsip dalam matematika yang konkret akan dapat dipahami dengan baik. Ini mengandung arti bahwa jika benda-benda atau objek-objek dalam bentuk permainan akan sangat berperan bila dimanipulasi dengan baik dalam pengajaran matematika.”
Dalam Aisyah (2008: 2), Dienes membagi beberapa tahap agar konsep-konsep matematika akan berhasil jika dipelajari dalam tahap-tahap tertentu. Tahapan tersebut adalah:
1. Permainan Bebas (Free Play)
2. Permainan yang Menggunakan Aturan (Games)
3. Permainan Kesamaan Sifat (Searching for communalities) 4. Permainan Representasi (Representation)
5. Permainan dengan Simbolisasi (symbolization) 6. Permainan dengan Formalisasi (Formulization)
Teori yang diciptakan Dienes membantu siswa dalam proses menkonstruksi pengetahuan melalui tahapan-tahapan yang diciptakan. Tahapan-tahapan diatas akan lebih bermakna jika menggunaan unsur kelompok belajar dalam prosesnya, karena dalam permainan akan tercipta kompetisi antar kelompok yang diharapkan mampu meningkatkan rasa cinta siswa terhadap proses. Model pembelajaran kooperatif yang dapat memenuhi kebutuhan guru dalam rangka pelaksaaan kegiatan pembelajaran yang menggunakan unsur kelompok. Namun seperti yang dikatakan Anita Lie (2002: 28) bahwa model pembelajaran kooperatif tidak hanya belajar dalam kelompok, namun ada unsur-unsur dasar pembelajaran yang membedakan dengan pembagian kelompok secara acak. Salah satu jenis metode pembelajaran kooperatif adalah Team Games Tournament (TGT) yang didalamnya terdapat unsur sosial dan anggotanya
3
(2011: 54) menyimpulkan bahwa pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team Game Tournament) lebih baik dari pada siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran konvensional.
Pembelajaran kooperatif tipe TGT dilaksanakan dengan membentuk kelas dalam beberapa kelompok yang beranggota 4-5 siswa yang heterogen, baik prestasi akademik, jenis kelamin, ras ataupun etnis. TGT digunakan turnamen dimana siswa berkompetisi sebagai wakil dari timnya melawan anggota tim lain yang mendapat prestasi serupa secara bergilir. Pembelajaran matematika teori Dienes sebaiknya dilaksanakan dengan model pembelajaran kooperatif agar tahapan pada teori Dienes dilalui siswa dengan menumbuhkan sikap-sikap positif seperti kerjasama, toleransi, tanggung jawab, serta biasa menerima pendapat orang lain. Pembelajaran TGT berdasarkan teori Dienes dirancang dalam sebuah bahan ajar berupa modul untuk siswa. Dalam modul terdapat pertanyaan-pertanyaan tentang pengetahuan awal, petunjuk kegiatan siswa, materi dalam rangkuman, dan evaluasi siswa.
Andi (2011: 106) mengatakan bahwa “modul pada dasarnya adalah sebuah bahan ajar yang disusun secara sistematis dengan bahasa yang mudah dipahami oleh peserta didik sesuai tingkat pengetahuan dan usia mereka, agar mereka dapat belajar sendiri (mandiri) dengan bantuan atau bimbingan yang minimal dari pendidik”. Dalam buku Andi (2011: 109) dijelaskan bahwa kegunaan modul bagi kegiatan pembelajaran sebagai penyedia informasi dasar, karena dalam modul disajikan materi pokok yang masih dapat dikembangkan. Selain materi pokok modul juga sebagai bahan petunjuk bagi siswa yang didalamnya dilengkapi dengan gambar atau foto yang komunikasif yang bertujuan untuk bahan pelengkap.
1.2 Rumusan masalah
4
mata pelajaran Matematika siswa kelas V SD semester II SD Negeri 5 Dimoro.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah untuk mengembangkan metode Team Games Tournament (TGT) berdasarkan teori belajar Dienes dalam mata pelajaran
Matematika siswa kelas V SD semester II SD Negeri 5 Dimoro berupa bahan ajar modul.
1.4 Manfaat Penelitian
14.1 Manfaat Teoritis
Dari segi ilmiah peneliti dapat membuat perkembangan dalam pelaksanaan pembelajaran melalui penggabungan antara metode Team Games Tournament (TGT) dan teori belajar matematika Dienes.
1.4.2 Manfaat Praktis