• Tidak ada hasil yang ditemukan

DUKUMEN LITOSFER.PDF

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DUKUMEN LITOSFER.PDF"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

II. LITOSFER

Struktur Bumi/Lapisan Bumi

Dikarenakan bagian bumi sebelah dalam sulit untuk diketahui secara langsung sehingga banyak orang berusaha menganalisa lewat perbandingan pengukuran secara tidak langsung.

Berdasarkan penelitian dengan bantuan berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi telah disebutkan sebelumnya, para pakar penyusun suatu teori tentang kerangka bumi. Berdasarkan teori tersebut mereka membagi bumi menjadi 3 bagian besar, yaitu kerak bumi (crush), selimut bumi (mantle) dan inti bumi (core).

Kerak Bumi (crush)

Lapisan ini menempati bagian paling atas/permukaan bumi dengan tebal rata-rata antara 10 s.d 50 km. Tebal lapisan ini tidak sama di semua tempat. Secara garis besar tebalnya berkisar antara 20 s.d 50 km, namun ada di bawah dasar laut ketebalannya hanya mencapai 10 s.d 12 km. Jika dihubungkan dengan teori isostasi tampaknya teori ini masih relevan sekali untuk menjelaskan tentang susunan lapisan bumi.

Wujud lapisan ini pada umumnya berupa materi-materi yang padat. Dalam kerak bumi ini masih terbagi lagi dalam sublapisan, yaitu lapisan yang bersifat granitis dan lapisan yang bersifat basaltik.

 Lapisan Granitis

Lapisan granitis merupakan lapisan paling luar kerak bumi. Berdasar nama yang diberikan menunjukan bahwasanya susunan materi yang menyusunnya kebanyakan batuan granit. Lapisan ini menempati lapisan paling atas dengan ketebalan sekitar 10 s.d 15 km, dengan kecepatan gelombang primer mencapai 6,5 km/detik.

 Lapisan Basaltis

Lapisan ini adalah lapisan setelah lapisan granitis. Berdasar nama maka dapat dikatakan bahwasanya lapisan ini tersusun materi basalt yang bersifat basa dengan densitas yang lebih besar. Dengan kedalaman sekitar 30 s.d 50 km. Kecepatan gelombang primer berkisar antara 6,5 km/detik di bagian atas dan di bagian bawah mencapai 8 km/detik.

Selimut Bumi (mantle)

Lapisan ini terletak setelah kerak bumi, sesuai namanya maka lapisan ini bersifat sebagai pelindung dalam bumi. Lapisan ini menempati sebelah bawah kerak bumi. Pada umumnya dibagi atas 3 bagian, yaitu litosfer, astenosfer dan mesosfer.

 Litosfer

Merupakan lapisan terluar dari selimut. Kata ini dari lithos yang berarti batuan dan fera yang berarti sekitar/sekeliling. Lapisan ini didominasi oleh batuan yang terdiri dari materi-materi yang berwujud padat dengan ketebalan sekitar 50 s.d 100 km.

Bersama dengan kerak bumi sering pula disebut dengan lempeng lithosfer yang mengapung di atas materi agak kental yaitu astenosfer. Pada kedalaman 60 s.d 200 km dari puncak lithosfer terdapat lapisan yang agak lain sifatnya dimana kecepatan gelombang lebih lambat, yang disebut dengan low

velocity layer.  Astenosfer

Lapisan ini berada di bawah litosfer dengan wujud agak kental dengan ketebalan sekitar 100 s.d 400 km. Karena itu kecepatan gelombang pada waktu melewati lapisan ini agak menurun. Diduga batuan di sini lebih panas dari batuan biasa di sekitarnya hingga 1 s.d 10% lebur.

Para pakar menduga bahwa lapisan ini adalah sebagai tempat formasi magma (magma induk) dan pada lapisan ini pula sintesa batuan dan mineral di atasnya dapat bergerak. Mungkin kondisi ini yang difikirkan oleh Pratt dan Airy pada saat mereka berteori tentang isostasi.

 Mesosfer

Wujud padat dengan tebal 2400 s.d 2750 km terletak di bawah astenosfer. Kecepatan gelombang primer bertambah sekitar 8 km/detik, di lithosfer sampai sekitar 13 km/detik. Karena ini diduga bahwa materi penyusun lapisan ini jauh lebih berat, kemungkinan berupa mineral periodotit dan pallasit (campuran mineral batuan basa dan besi) dengan densitas sekitar 3,0 di bagian atas sampai 8,0 di bagian bawah.

Pada perbatasan ke inti bumi, terdapat lapisan transisi di mana kecepatan gelombang primer menurun tajam dari 13 km/detik

menjadi 8 km/detik. Lapisan transisi ini disebut dengan

guthenberg wiechert discontinuety layer yang biasanya dijumpai

pada kedalaman 2898 km.

Inti Bumi (core)

Lapisan paling dalam dari bumi disebut dengan inti bumi (core). Lapisan ini dapat dibedakan menjadi 2 bagian yaitu inti luar (outer core) dan inti dalam (inner core).

Inti luar (outer core)

Adalah bagian inti bumi yang di bagian luar (outer core). Diduga berwujud cair sebab lapisan ini tidak dapat dilalui oleh gelombang sekunder. Tebal lapisan ini sekitar 2160 km.

Inti dalam (inner core)

Adalah lapisan terdalam bumi (inner core). Diduga berwujud padat, tersusun dari materi berupa besi atau besi dan nikel (nife) dengan densitas sekitar 10 gram/cm3 lebih. Pada kedalaman sekitar 5145 km seismograf menunjukkan perubahan kecepatan gelombang primer (naik). Sebagai petunjuk batas antara inti bagian luar dan inti bagian dalam, tebalnya sekitar 1320 km.

Unsur Materi Bumi

Materi bumi terdiri atas benda padat, cair dan gas. Yang menjadi pokok bahasan materi-materi padat yang disebut batuan sedang batuan sendiri merupakan kumpulan mineral-mineral. Secara skematik sekuens komposisi hancuran bahan padat bumi berdasarkan ukuran (diameter) adalah sebagai berikut:

Batuan besar  Batuan kecil  kerikil  Pasir kasar  Pasir halus

 Pasir sangat halus  debu  Debu sangat halus  mineral primer  Mineral sekunder  Mineral liat  oksida-oksida  unsur/element.

Komposisi unsur/element tersebut disusun dari prosentase terbesar sampai dengan yang paling kecil. Prosentase pengukuran relatif terhadap berat batuan, bumi dan terhadap volume batuan yang diukur.

No Unsur % Berat % Bumi % volume 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Oksigen (O) Silikon (Si) Alumunium (Al) Besi (Fe) Kalsium (Ca) Sodium (Na) Potassium (K) Magnesium (Mg) Lain-lain 46.6 27.7 8.1 5.0 3.6 2.8 2.6 2.1 1.5 62.6 21.2 6.5 1.9 1.9 2.6 1.4 1.9 -93.8 0.9 0.5 0.4 1.0 1.3 1.8 8.3 - 100.0 100.0 100.0  Batuan

Batuan adalah benda alam yang menjadi penyusun utama bumi. Kebanyakan batuan merupakan campuran mineral yang bergabung secara fisik satu sama lain. Beberapa batuan tersusun dari sejenis mineral saja dan sebagian kecil lagi dibentuk oleh gabungan mineral, bahan organik serta bahan-bahan vulkanik.

Salah satu penggolongan batuan yang banyak manfaatnya adalah berdasarkan terjadinya batuan (proses terbentuknya). Berdasar terbentuknya batuan dibedakan menjadi 3 (tiga) bagian utama, yaitu: batuan beku, batuan sedimen dan batuan metamorf. Secara umum komposisi batuan di permukaan bumi didasarkan atas jenis batuannya didominasi oleh batuan sedimen, hampir 66% permukaan bumi berupa batuan sedimen sedangkan 34% berupa batuan ekstrusi, instrusi, metamorf berturut-turut 8,9 dan 17%.

Kontinent Batuan Kristal Sediment (%)

Ekstrusi (%) Instrusi (%) Metamorf (%) Asia Afrika Amerika Utara Amerika Selatan Eropa Australia 9 4 11 11 3 8 12 16 6 2 7 11 5 22 31 25 3 11 74 58 52 62 87 70

Batuan sedimen banyak dijumpai pada daerah-daerah tua. Bahan yang banyak dijumpai merupakan bahan yang sudah mengalami pelapukan lanjut. Batuan ekstrusi dan instrusi banyak dijumpai di kawasan yang berpotensi gunung berapi dengan

aktifitas vulkanik ada dan masih aktif. Sedangkan batuan metamorf merupakan kombinasi antara kawasan vulkanik dengan daerah sedimentasi.

 Mineral

Tanah yang berupa media tumbuh tanaman secara fisik terdiri dari campuran partikel anorganik, bahan organik yang melapuk, air dan udara. Batuan yang membentuk tanah telah mengalami pelapukan yang berarti bahwa komponen batuan tidak saja mengalami pemecahan secara fisik menjadi partikel yang lebih kecil tetapi juga mengalami perubahan kimia. Proses pelapukan di alam di bawah pengaruh kondisi lingkungan yang melalui berbagai reaksi.

Kejadian yang paling umum adalah larutnya CO2 dalam air

membentuk asam karbonat yang mempunyai daya larut lebih besar sehingga mampu melarutkan/melapukkan felsfar menjadi kaolinit:

2KAlSi2O8+ 2H2CO3+ 9H2O  Al2Si2O5(OH) + 4H4SiO4+ 2HCO3

-K-Felsfar Kaolinit

Analisis struktur kristal dengan menggunakan analisis difraksi sinar X (x rays diffraction) berdasarkan hukum Fyodorov telah membuktikan adanya hubungan antara komposisi kimia dengan struktur kristal sehingga memungkinkan adanya pemeriksaan yang lebih teliti tentang struktur kristal.

BATUAN BEKU

Hubungan Batuan dan Geologi

Pengertian batuan dalam geologi berbeda sekali dengan pengertian kita sehari-hari mengenai istilah ini. Di alam terdapat beberapa jenis batuan beku sehingga dengan demikian dikenal pula adanya beberapa jenis magma. Yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana berbagai jenis magma terbentuk.

Dalam petrologi kita kenal penganut teori magma yang menganggap bahwa semua batuan beku itu terbentuk dari magma karena membekunya lelehan silikat yang cair-pijar. Magma yang cair-pijar semula berada dalam perut bumi dan oleh kekuatan gas yang larut di dalamnya naik ke atas mencari tempat-tempat yang lemah dalam kerak bumi, seperti daerah patahan atau rekahan. Magma akan keluar mencapai permukaan bumi melalui pipa gunung berapi dan disebut dengan lava, akan tetapi adapula magma yang membeku jauh di dalam bumi dikenal dengan nama batuan beku dalam.

Magma tadi akan keluar dari perut sehingga dengan proses diferensiasi dan asimilasi didapat susunan magma yang berbeda. Jika magma mendingin akan terjadi kristalisasi atau penghabluran menjadi mineral. Mineral yang pertama dibentuk adalah mineral dengan berat jenis besar yaitu mineral yang berwarna tua. Karena berat jenis besar maka mineral itu tenggelam kembali dalam magma yang masih cair.

Karena kristalisasi ini maka susunan magma akan berubah. Di bagian atas terkumpul mineral yang ringan, kaya akan SiO2 sehingga terjadi

pemisahan atau diferensiasi yaitu magma asam (kaya SiO2) dan magma basa

di bawah. Diferensiasi ini disebabkan oleh kristalisasi dan gravitasi.

Proses asimilasi adalah proses penelanan batuan sekelilingnya oleh magma yang sedang menuju ke atas. Proses asimilasi ini adalah suatu teori untuk menerangkan terjadinya magma dengan susunan kimia yang berbeda. Pada umumnya mineral yang menghablur dalam batuan tidak mempunyai bentuk yang baik. Hanya apabila mineral tadi dapat berkembang dengan leluasa maka akan terjadi kristal yang teratur bidang-bidangnya seakan-akan diasah, seperti kuarsa yang dikenal dengan nama kristal gunung.

Batuan (rock) dalam pengertian geologi tidak selalu merupakan massa yang padat tetapi pasir yang lepas, batubara yang ringan ataupun lempung yang gembur, dalam ilmu geologi dimasukkan ke dalam istilah batuan. Jadi segala sesuatu yang menjadi bahan pembentuk kerak bumi adalah batuan. Sedangkan pengertian kita sehari-hari yang disebut dengan batu (stone) adalah benda yang keras dan padat.

Cabang geologi yang membahas dan meneliti batuan adalah petrologi (ilmu batuan), mengartikan bahwa batuan adalah massa yang terdiri dari satu atau lebih macam mineral yang membentuk satuan terkecil kerak bumi dan mempunyai komposisi kimia dan mineral yang tetap, sehingga dengan jelas dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya.

Batuan beku atau igneous rock berasal dari kata latin, inis = fire (api). Batuan beku adalah batuan yang terjadi dari pembeku materi yang kental yang berasal dari dalam bumi (magma). Magma panas yang bergerak ke atas permukaan ada yang sudah membeku dan disebut dengan batuan beku dalam atau batuan instrusi atau batuan plutonis (pluto = dewa dunia bawah). Ada yang membeku setelah mencapai permukaan dan disebut dengan batuan beku luar atau batuan ekstrusi atau batuan vulkanis (vulkanus = dewa api)

Batuan plutonis karena proses pembentukannya lambat maka akan banyak kesempatan untuk membentuk kristal-kristal besar (sering pula disebut dengan tekstur Phaneritis). Batuan vulkanis cepat sekali membeku sehingga tidak banyak kesempatan untuk membentuk kristal-kristal besar. Oleh karena itu, pada umumnya kristalnya halus, sulit dilihat dengan mata telanjang. Batuan dengan mineral halus seperti ini disebut dengan tekstur Aphanitis.

Disamping itu ada juga batuan yang disebut dengan batuan beku korok/batuan beku sela, yaitu yang membeku di celah/rekahan kerak bumi ataupun di dalam pipa-pipa gunung api. Batuan ini biasanya tersusun dari kristal-kristal halus bercampur kasar. Karena proses membeku cukup cepat berlangsung, maka kristal-kristalnya juga halus; sedang kristal-kristal yang kasar merupakan batuan plutonis yang terbawa ketika magma menyusup ke atas. Tekstur batuan yang demikian disebut dengan tekstur Porfiri.

Batuan Plutonis

Batuan yang terbentuknya berada jauh di dalam bumi (15 s.d 50 km). Karena tempat pembentukannya dekat dengan astenosfer, maka pendinginannya sangat lambat. Mempunyai bentuk yang besar dengan kristal yang sempurna yang disebut dengan holokristalin (semua komposisi disusun oleh kristal sempurna), karena pembentukan kristalnya sangat sempurna mengingat waktu penghablurannya sangat lama.

Ciri-ciri batuan plutonik:

1. umumnya berbutir lebih kasar dibandingkan dengan batuan ekstrusi;

2. jarang memperlihatkan struktur-struktur visikular (mengandung lubang-lubang benda gas);

3. batuan dapat mengubah batuan yang berbatasan pada semua sisinya.

Berdasar ukurannya (diameter) batuan plutonik dapat dibedakan atas dua macam, yaitu (1) plutonik tabular dan (2) plutonik masif.

 Plutonik Tabular

Berukuran relatif kecil dan biasanya dekat permukaan bumi. Berdasar letaknya maka batuan plutonik tabular dibedakan dua macam: Sill dan Dike.

Sill merupakan batuan plutonik tabular yang bersifat concordant (selaras dengan btauan sekitarnya). Dike merupakan batuan bersifat discordant (memotong dengan batuan sekitarnya). Hal ini terjadi karena dorongan magma ketika lapisan batuan itu cukup kuat sehingga batuan sulit sekali dihancurkan.

 Plutonik Masif

Berukuran lebih besar dari plutonik tabular dan terletak agak dalam. Plutonik masif terbagi atas lakolit dan batolit.

Lakolit (laccolith, berasal dari bahasa Yunani, lakko = cadangan air dan lithos = mengalir secara perlahan lewat retakan lapisan batuan. Secara umum lakolit diketemukan di bawah suatu dome (batuan berbentuk kubah). Ukurannya relatif kecil dibandingkan dengan batolit.

Batolit (batholith, berasal dari kata bathos yang berarti dalam dan lithos yang berarti batuan). Bersifat discordant dengan batuan sekitarnya. Ukurannya sangat besar sehingga dasarnya sulit diketahui lagi. Permukaan batolit yang tersingkap/outcrop minimal 100 km2 pada umumnya bertekstur granitis dan batuan diketemukan pada rangkaian pegunungan yang besar.

Batuan Gang

Batuan gang antara batuan dalam dan batuan leleran terdapat gejala antara batuan yang terbentuk dalam celah-celah serta rekahan-rekahan dalam kerak bumi. Batuan yang terbentuk adalah batuan gang atau batuan korok disebut juga dengan batuan hypo-abysik.

Gang berarti adalah suatu badan yang bentuknya seperti sebuah kitab besar. Magma yang membeku dalam gang adalah magma sedang menuju ke permukaan bumi atau membentuk dalam celah kerak bumi. Misalnya magma yang mempunyai susunan granit membeku dalam sebuah gang, maka batuan beku yang terbentuk itu disebut dengan porfiri granit yang berarti batuan granit bertekstur porfiri.

Batuan dalam atau batuan gang dapat juga disebut batuan instrusi atau batuan terobosan. Kedua golongan batuan ini dapat tersingkap di permukaan bumi karena erosi kemudian atau karena adanya tektonik. Dalam banyak hal adalah mudah untuk membedakan antara batuan instrusi dan batuan ekstrusi di lapangan.

Batuan Vulkanis

Batuan vulkanis adalah batuan yang bergerak dari dalam ke permukaan bumi, sebagian besar membeku di dalam sebagai batuan plutonis, hanya kurang dari 1/10 yang membeku di permukaan bumi dan dikenal sebagai batuan vulkanis. Suatu aktifitas vulkanisme akan mengeluarkan materi berupa gas, cair dan padat.

Bahan yang dikeluarkan gunung berapi jika berbentuk gas disebut

ekshalasi (uap air, O2, N2, CO2, CO, SO2, H2S, NH3, H2SO4dan sebagainya).

Sebagian gas tersebut adalah beracun (H2S, CO), sedang SO2dan CO2dapat

membuat mati lemas. Sumber H2S dikenal dengan nama solfatar, sedang

sumber gas CO2disebut movet.

Magma yang mencapai permukaan bumi dalam keadaan mengalir disebut lava. Karena lava keluar dengan meleleh maka erupsinya disebut dengan effusif. Keluarnya dapat melalui pipa kepundan bersama dengan materi berwujud padat dan gas, atau lewat celah retakan (fissure eruption). Materi padat yang disemburkan ketika gunung berapi meletus dikenal dengan nama tefra (pirolastis) atau ada juga yang berupa bom (batuan besar), kerikil, lapili, pasir, abu dan debu halus.

Bahan pirolastis bersifat asam sehingga cepat membeku, sedang lavanya bersifat basa sehingga lambat membeku. Perbedaan sifat kimia inilah yang menyebabkan bentuk vulkan yang dihasilkan dari suatu erupsi materi vulkanis berbeda. Batuan vulkanis sering juga disebut dengan batuan leleran dan batuan efusi. Batuan ekstrusi tua vulkanis berasal dari magma yang meleler di permukaan bumi (lava). Batuan ini umumnya mempunyai tekstur porfiri (setengah kristalin) dan amorf.

Terjadi tekstur porfiri karena magma yang naik ke tempat yang lebih tinggi ada dalam keadaan yang berbeda dari keadaan semula. Beberapa kristal pertama mulai mendingin dan membentuk kristal fenokris (bentuk besar). Magma yang mengandung fenokris meneruskan perjalanannya ke atas dan pada suatu waktu mendingin dengan tiba-tiba. Pendinginan ini mengakibatkan terbentuknya kristal kecil atau bila tidak sempat mengkristal magma membentuk massa yang tak mengandung kristal atau amorf. Tekstur amorf dapat dilihat dalam batukaca atau obsidain.

Sifat utama dari tekstur porfiri adalah kristal-kristal besar terletak dalam massa dasar (matrik) yang terdiri dari kristal halus atau kaca atau keduanya. Di Indonesia batukaca banyak terdapat di daerah gunung berapi. Sifat dan ciri batuan vulkanis:

1. berbutir halus dan sering terdapat kaca;

2. batuan memperlihatkan struktur vesikular, terutama di bagian permukaan;

3. terdapat struktur aliran;

4. dapat membakar pada sisi bawah dari aliran.

Pengelompokan dari batuan beku didasarkan pada warna batuannya, yaitu: 1. batuan beku yang berwarna terang, biasanya terdiri dari mineral ringan,

mudah pecah, kaya silikat sehingga tergolong batuan bersifat asam/cilicik/felcik;

2. batuan beku yang berwarna gelap, biasanya terdiri dari mineral berat, sukar pecah, kandungan silikat kurang tetapi kaya dengan mineral ferro-magnesia. Karena itu bersifat basa/mafik (dari kata magnesium dan ferrik).

Antara kedua golongan tersebut sering ditambahkan satu golongan antaranya yang disebut dengan intermediet, yang sifatnya antara kedua golongan tersebut.

Ciri umum batuan beku 1. homogen yang kompak; 2. tidak ada stratifikasi/pelapisan;

3. umumnya tidak mengandung fossil, kecuali tertimbun oleh materi-materi piroklastis misalnya tertimbun abu vulkanis.

Batuan beku yang membeku jauh di dalam bumi akan mempunyai tekstur yang kasar dan berangsur-angsur makin halus mendekati permukaan bumi. Contoh magma yang bersifat granit dapat membentuk batuan sebagai berikut:

- granit sebagai batuan dalam dengan tekstur kasar;

- profir granit sebagai batuan gang dnegan tekstur lebih halus; - riolit sebagai batuan lelehan/leleran dengan tekstur halus.

Pengelompokan Batuan Beku berdasar Sifat Kimia

Penggolongan berdasar atas analisis kimia dengan menghitung banyaknya persen (%) tiap zat. Karena analisis kimia batuan ini umumnya makan waktu dan biaya yang tidak sedikit, maka sebagian besar klasifikasi batuan didasarkan atas susunan mineral batuan itu. Penyelidikan ini biasanya dilakukan dibawah mikroskop yang didasarkan pada sifat-sifat optik mineral tersebut. Studi mikroskop ini dikenal dengan nama petrologi. Klasifikasi batuan ini didasarkan atas 3 (tiga) hal pokok

2. tekstur;

3. komposisi kimia.

Tekstur batuan beku menggambarkan keadaan yang mempengaruhi pembekunya. Tekstur granular memberi arti akan keadaan yang uniform, sedang tekstur porfiri dengan generasi mineral yang sama menandakan perubahan kondisi pembeku. Tekstur kaca menyatakan pembeku yang cepat.

Batuan dalam bertekstur feneritik yang berarti bahwa mineral yang menyusun batuan tersebut dapat dilihat dengan mata biasa atau dengan kaca pembesar. Batuan gang, bertekstur porfiri dengan massa dasar feneritik batuan lelehan, bertekstur afanitik yang berarti bahwa individu mineralnya tidak dapat dibedakan atau tidak dapat dilihat dengan mata telanjang atau dengan surya kanta (kaca pembesar) tetapi harus dengan menggunakan mikroskop.

Batuan Beku

Susunan magma merupakan hal penting dalam pembentukan berbagai macam bangun batuan beku. Magma basa ysng cair setelah membeku akan memberikan bentuk yang lain daripada magma asam yang kental. Pada garis besarnya kita mengenal dua bentuk besar batuan beku yaitu batuan ekstrusi dan batuan instrusi.

Bentuk ekstrusi adalah bentuk yang dibangun oleh magma ketika mencapai permukaan bumi yang disebut lava. Jika lava cair, maka lava itu dapat menyebar dengan luas, sedangkan lava yang kental mempunyai penyebaran terbatas. Lava cair biasanya membentuk lapisan lava yang tebal dan luas yang dikenal dengan plateau basalt (daratan tinggi berbatu basalt), daerah demikian berbentuk meja dan lava biasanya keluar melalui celah yang terdapat dalam kerak bumi. Di Indonesia daratan tinggi berbatu basal terdapat di daerah Sukadana Lampung.

Bentuk instrusi magma yang sedang naik menuju permukaan bumi sering tidak sampai ke atas tetapi membeku di dalam bumi. Batuan sekelilingnya diterobos, dimasuki ataupun diubah.

Bentuk batuan instrusi

1. massa yang membeku jauh di dalam bumi terdiri dari batolit dan stok; 2. massa yang diinstrusikan sejajar bidang pelapisan (consordant) terdiri

3. massa yang diinstrusikan memotong bidang pelapisan (discordant) terdiri atas retas, apofis, teras gunung api dan komolit.

Sill

Adalah lempengan batuan beku yang diinstrusikan di antara dan sepanjang lapisan batuan endapan (sedimen), tebalnya dari beberapa mm hingga 1000 kaki. Sebaran ke arah mendatar dari beberapa mm hingga beberapa mil.

Lakolit

Adalah bentuk batuan beku yang menyerupai sill tetapi ketebalan jauh lebih besar dibandingkan dengan lebarnya yang bagian atasnya cembung. Ketebalannya bervariasi dari 100 kaki hingga beberapa mil, umumnya lebih tebal daripada sill. Panjang dan lebarnya dapat mencapai 100 ml.

Lefolit

Adalah batuan beku yang luas, bentuknya seperti lensa dimana bagian tengahnya cekung karena batuan di bawahnya lentur. Ukuran garis tengahnya beberapa puluh mil atau lebih dan tebalnya lebih dari 1000 kaki.

Fakolit

Adalah badan batuan beku. Dalam penampang bentuknya seperti lensa, diinstrusikan di antara lapisan yang berlipat pada bagian puncak

antiklin atau lekuk sinklin

Retas

Istilah retas digunakan untuk lempeng batuan beku yang tidak sejajar dengan bidang perlapisannya, tebalnya bervariasi dari satu atau dua inci hingga beberapa ratus kaki. Demikian panjangnya dari beberapa yard hingga beberapa mil

Teras Gunung Api

Sering disebut dengan vulkanik neck. Suatu massa batuan beku yang berbentuk silinder, kemungkinan berukuran besar, tetapi kedalamannya tidak diketahui. Massa batuan beku ini mengisi saluran gunung api, umumnya mempunyai sumbu tegak lurus atau condong hampir tegak.

Dengan adanya erosi terhadap batuan sekelilingnya yang lebih lunak mengakibatkan sumbat gunung api yang lebih tahan terhadap erosi akan membentuk topografi yang menonjol. Jadi teras gunung api atau tiang vulkanik adalah sisa-sisa gunung api. Di Jawa Barat terdapat di daerah Purwakarta, Banten (Cisolok).

Afofis

Merupakan sebutan terhadap batuan beku yang merupakan cabang dari suatu tubuh batuan instrusi yang sangat besar dalam suatu areal tertentu.

Konolit

Adalah batuan instrusi yang bentuknya tidak jelas, sehingga tidak dapat digolongkan sebagai lakolit, retas atau sill.

Batolit

Adalah bentuk instrusi discordant yang tidak mempunyai dasar. Biasanya terdapat dalam inti pegunungan rantai atau biasanya mengikuti jurus atau arah utama dari struktur daerah pegunungan itu. Bagian atas atau atap dari batolit biasanya dapat dikenal dari sisa-sisa batuan endapan yang seakan-akan tergantung dan gejala demikian menurut istilah geologi disebut

roofpendants.

Terbentuknya batolit biasanya bersamaan dengan pembentukan pegunungan. Bagian atas dari batolit berbentuk kubah yang tidak teratur dan dinding samping dari batuan ini biasanya curam sekali. Massa batuan demikian mempunyai sebaran luas ke arah bawah dan ke arah samping, tetapi dasarnya tidak pernah tampak. Susunan batuan ini biasanya bersifat granit dari granodiorit.

Batolit mempunyai ukuran yang besar, misalnya di Alaska British Colombia panjangnya  1250 mil dan lebarnya  50 mil. Di Indonesia batolit dikenal di pegunungan Schwaner, Kalimantan, masif Sulan di Lampung dan masif Bengkunat di Sumatera Selatan (luas permukaan 260 km2). Dengan cara bagaimana batolit itu terbentuk tidak diketahui dengan pasti. Anggapan lama mengatakan bahwa batolit terjadi karena tempat kekosongan dalam kerak bumi.

Kekosongan ini disebabkan oleh proses lipatan dan sesar. Memang pada umumnya batolit mengikuti bidang-bidang yang lemah dalam kerak bumi. Yang menjadi masalah adalah apakah massa batuan itu membuat ruang dalam kerak bumi dengan jalan menghancurkan dan menelan batuan yang diterobos itu ataukah dengan jalan memdorong batuan sekelilingnya ke samping dan ke atas.

Satu teori menerangkan terjadinya batolit dengan jalan magnetic

stopping. Batuan yang terdapat pada bagian atas dari batolit akan terpecah

belah oleh adanya ekspansi panas yang keratan-keratan batuan ini akan dipisahkan satu dengan lain oleh peresapan gas dan lidah-lidah magma yang memasuki retak-retak dalam kerak bumi.

Bongkahan batuan kemudian akan tenggelam ke dalam magma. Menurut penganut paham ini maka proses demikian dapat dilihat pada tepi badan batolit yang biasanya mempunyai bentuk yang tidak teratur serta terdapatnya batuan asing atau xenolit pada bagian atas batolit.

Makin ke dalam maka batuan asing akan berkurang dan lambat laun tidak diketemukan lagi. Proses yang dikemukakan di atas juga mengandung beberapa keberatan. Jika magma yang biasanya bersifat granit itu naik ke atas, maka kadang-kadang magma dapat menembus mencapai permukaan bumi dan membentuk gunung api yang menghasilkan batuan riolit ataupun batukaca.

Dalam hal ini batuan riolit seharusnya merupakan batuan leleran yang terbanyak. Tetapi menurut penyelidikan maka batuan leleran yang terbanyak mempunyai susunan basal meskipun batuan dalam sebagian besar terdiri dari batuan granit. Pada umumnya batuan endapan yang terletak di sekitar batolit tidak menunjukkan gejala-gejala dislokasi yaitu gejala perubahan pada posisi mendatarnya batuan endapan, meskipun batuan itu dimasuki oleh suatu massa yang besar.

Sebagian peneliti beranggapan bahwa hakikatnya batuan asal itu masih ada pada tempatnya semula dan batuan itu dapat berubah menjadi batuan yang menyerupai granit karena batuan samping itu dimasuki gas dan larutan cair sehingga mengubah susunan batuannya karena penambahan dan pengurangan bahan yang ada, sehingga terbentuklah batuan yang bersifat granit.

Beberpa ahli berpendapat bahwa magma sanggup mencari jalan ke atas dengan melebur batuan yang dilaluinya ke dalam magma. Proses demikian memerlukan panas lokal yang sangat tinggi, yang belum pernah dilihat. Keberatan teori ini adalah bahwa sebagai akibat dari proses

penelanan ialah magma itu akan beubah susunannya dan akan menghasilkan batuan yang berbeda. Akan tetapi kenyataanya bahwa sebagian terbesar batolit menunjukkan susunan yang agak sama. Jadi massa yang serba sama dari batolit tidak cocok dengan teori asimilasi.

Stock atau Boss

Merupakan massa batuan yang diinstrusikan, bentuknya tidak rata, membulat, membeku di bawah permukaan bumi dan tersingkap karena erosi, berukuran dari beberapa ratus kaki hingga beberapa mil.

Disebut juga sebagai batuan batolit yang berukuran kecil. Dilihat dari penampang horizontal bentuknya kurang lebih bulat hingga bulat panjang.

Struktur Batuan Beku

Adalah bentuk-bentuk batuan beku dalam berukuran yang besar, seperti lava bongkah, lava berbentuk tali, lava bantal, struktur aliran, struktur kekar, struktur vesikular dan amygdaloid.

Lava bongkah atau lava berbentuk tali, seperti telah disebutkan

bahwa lava yang keluar di permukaan bumi, pada bagian permukaannya membentuk lebih dahulu, tetapi bagian dalamnya masih tetap panas bahkan mungkin masih mengalir. Dengan demikian bagian permukaan yang telah membeku akan dihancurkan oleh arus yang mengalir didalamnya dan terbentuklah apa yang disebut lava bongkah.

Apabila lava itu kental dan permukaannya yang belum membeku seluruhnya akan dikerutkan oleh lava yang masih mengalir di bawahnya maka terbentuklah lava yang berbentuk tali, disebut juga dengan pahuhu

lava. Struktur aliran yang instrusikan tidak ada yang selalu dalam keadaan

yang sangat homogen. Adanya perubahan sedikit demi sedikit dalam komposisinya, kadar gas, kekentalan dan derajat kristalisasi menyebabkan terbentuknya struktur aliran yang digambarkan dengan adanya goresan berupa garis-garis sejajar, perbedaan warna dan tekstur. Struktur aliran ini juga dijumpai pada batuan dalam dimana perlapisan-perlapisan digambarkan oleh perbedaan-perbedaan dalam komposisi atau tekstur mineralnya. Mineral dalam batuan yang mempunyai bentuk memanjang atau pipih akan condong untuk mengarah menjadi sejajar dengan arah aliran.

Struktur bantal (pillow structure) adalah struktur yang dinyatakan

pada batuan ekstrusi tertentu, yang dicirikan oleh massa yang berbentuk bantal dengan ukuran garis tengah antara bebebrapa cm hingga satu meter

dan umumnya antara 30 hingga 60 cm. Jarak antar bantal adalah berdekatan dan terisi oleh bahan-bahan yang berkomposisi sama dengan bantal dan juga oleh sedimen-sedimen klastik. Karena adanya sedimen klastik ini maka struktur bantal dapat dianggap terbentuk dalam air dan umumnya terbentuk di dalam laut.

Struktur vesikular atau struktur amygdaloid umumnya lava yang

banyak mengandung gas dan akan segera dilepaskan setelah tekanan gas menurun karena naiknya lava di permukaan bumi. Keluarnya gas ini akan menghasilkan lubang-lubang atau gelembung-gelembung yangbentuknya bulat, lonjong, silinder atau tidak teratur. Terak (scoria atau slag) adalah lava yang banyak sekali mengandung lubang-lubang gas yang tak teratur bentuknya. Kadang-kadang pada dasar dari aliran lava terdapat gelembung-gelembung berbentuk silinder yang tegak lurus aliran lava. Hal ini dimungkinkan terbentuk karena gas itu dilepaskan dari sedimen yang di bawahnya karena adanya panas dari lava itu.

Apabila lubang-lubang gas yang terdapat dalam lava terisi oleh mineral-mineral sekunder maka terbentuklah struktur amygdaloid dan batuannya sendiri disebut dengan amygdaloid. Mineral-mineral yang mengisinya terdiri dari kalsit, silika atau zeolit.

Struktur kekar adalah bidang-bidang pemisah yang terdapat dalam

semua jenis batuan beku, disebut juga diaklas atau retak-retak. Diaklas atau retak ini disebabkan oleh proses pendinginan, tetapi adapula retak-retak yang disebabkan oleh gaya di dalam kerak bumi yang telah berlaku lama sesudah batuan itu membeku. Dari pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa diaklas ini tersusun dalam sistem tertentu yang berpotongan dengan yang lain.

Retakan ada yang memotong sejajr dengan permukaan bumi, retakan yang sejajar dengan permukaan bumi akan mengahsilkan struktur berlapis, sedangkan yang tegak lurus dengan permukaan bumi akan menghasilkan struktur bongkah. Perlapisan ini umumnya akan makin tipis pada bagian yang mendekati permukaan bumi.

Adapula retakan yang berbentuk bola (spheroidal joint) adalah hasil retakan yang konsentris dan membulat atau ellips. Umumnya terdapat pada batuan beku kompak dan homogen misalnya basal. Kadang-kadang retakan yang berbentuk bola ini dikelirukan dengan struktur bantal. Masing-masing bagian retakan akan berkemang selama terjadi pelapukan membulat (spheroidal weathering), sehingga berturut-turut akan terlepas dan dipisahkan umumnya akan terbentuk bongkahan yang bulat terkumpul di tempat.

Retakan dapat pula membentuk kolom-kolom yang dikenal dengan struktur kekar meniang (columnar jointing). Struktur ini disebabkan karena adanya pendinginan dan penyusutan yang merata dalam magma dan dicirikan oleh berkembangnya empat, lima atau enam sisi prisma, kemungkinan juga dipotong oleh retakan yang menyilang. Wujud ini terutama pada batuan basal, tetapi kadang-kadang juga batuan beku jenis lainnya. Kolom-kolom ini berkembang tegak lurus pada permukaan pendinginan, sehingga pada sill atau lava aliran, mereka akan berdiri vertikal sedangkan pada retas kurang horizontal.

Struktur Batuan Beku

Granit

Batuan beku asam, batuan dalam atau disbeut batuan plutonik, bertekstur holokristalin, feneritik, berbutir kasar dan mengandung mineral-mineral:

- kuarsa 10 - 40%

- felspar kalium 30 - 60%

- plagioklas natrium 0 - 35%

- mineral mafis (biotit, horenblenda) 35 - 10%

Apabila jumlah mineral plagioklas melebihi jumlah mineral kalium, batuan tersebut disebut dengan granodiorit. Dengan berkurangnya jumlah mineral kuarsa, batuan menjadi sianit. Granit terbentuk sebagai batuan dalam dan batuan gang dalam bentuk batolit atau stock dan juga bentuk lainnya. Di Indonesia batuan granit banyak terdapat di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan tempat lainnya.

Riolit

Batuan leleran (lelehan) dari granit, berbutir halus, bertekstur holokristalin hingga hipokristalin (sebagian kristal dan sebagian lagi kaca), afanitik. Mempunyai komposisi mineral yang sama dengan granit. Riolit terbentuk sebagai Batuan Gang dan Batuan Leleran dalam bentuk retas, sill dan aliran.

Sianit

Batuan dalam berbutir kasar, bertekstur holokristalin, faneritik dan mengandung mineral:

- felspar kalium 30 - 80%

- flagioklas natrium 5 - 25%

- mineral mafis (biotit, ampibola dan piroksen) 40 - 10% Bila jumlah mineral kuarsa antara 5 – 10% umumnya batuan disebut sianit kuarsa. Sianit adalah batuan langka dan terbentuk sebagai Batuan Dalam, bentuknya stock, retas dan sill.

Trakit

Batuan leleran (lelehan) dari sianit, berbutir halus, bertekstur holokristalin hingga hipokristalin, afanitik dan mengandung mineral:

- felspar kalium 45 - 80%

- plagioklas natrium 25 - 5%

- mineral mafis (biotit, amfibola,piroksen) 30 - 10% Bila jumlah mineral plagioklas bertambah batuan disebut dengan

latit. Trakit terbentuk sebagai batuan leleran dan batuan gang. Umumnya

trakit dapat dikenal dari fenokrisnya yang terdiri dari mineral saidin

Sianit-nefelin

Batuan dalam berbutir kasar, bertekstur holokristalin, faneritik dan mengandung mineral:

- felspar alkali 35 - 80%

- felspatoid (nefelin) 10 - 45%

- plagioklas natrium 5 - 45%

- mineral mafis (biotit, amfibola, piroksen) 65 - 10% Batuan sianit nefelin tidak umum bertekstur porfiri, tetapi batuan sianit foida lainnya umum bertekstur porfiri dan mineral yang umum sebagai fenokris adalah sanidin, ortoklas, amfibol, piroksen dan biotit dan yang tidak umum sebagai fenokris adalah olivin, leusit, nefelin, sodalit apatit dan magnetit. Batuan sianit-nefelin terbentuk sebagai stock, lakolit, retas dan sill. Sianit nefelin merupakan batuan yang langka di alam.

Fonolit

Batuan leleran (lelehan) dari sianit nefelin, berbutir halus. Komposisi mineralnya adalah sebagai berikut:

- felspar alkali 15 - 75%

- felsfatoid 10 - 40%

- plagioklas natrium 0 - 30%

Batuan fonolit terbentuk sebagai batuan leleran (lelehan) dan batuan gang dalam bentuk retas, sill, konolit dan aliran. fonolit merupakan batuan yang langka di alam.

Catatan: adalah kumpulan sejumlah mineral yang disebut juga mineral pengganti felspar atau felspatoid, terdiri dari mineral leusit, efelin, kankrinit, sodait, hauyne dan melilit.

Monsonit

Batuan dalam berbentuk kasar, bertekstur holokristalin, faneritik dan mengandung mineral:

- felspar kalium (umumnya ortoklas) 45 - 20% - plagioklas natrium (andesin, oligoklas) 50 - 30% - mineral mafis (biotit, horenblenda, augit) 30%.

Bila felspar kalium bertambah sehingga melebihi jumlah plagioklas natrium batuan disebut sianit tapi kalau kalum berkurang batuan menjadi diorit. Dengan kehadiran kuarsa maka batuan menjadi granodiorit. Monsonit terbentuk sebagai stock, retas, lakolit dan sill. Monsonit merupakan batuan yang langka di alam.

Latit

Batuan leleran (lelehan) dari monsonit, berbutir halus disebut juga trakit andesit, mempunyai komposisi mineral yang sama dengan monsonit, terbentuk sebagai aliran dan jarang sebagai nutrisi.

Granodiorit

Batuan dalam berbutir kasar, bertekstur holokrsitalin, faneritik dan mengandung mineral:

- felspar kalium 20 - 40%

- plagioklas natrium 25 - 45%

- kuarsa 35 - 10%

- mafis mineral (biotit, amfibola) 65 - 10%

Granodiorit adalah batuan mineral plagioklas yang sebanding atau melebihi mineral felspar kalium. Bila jumlah felspar kalium lebih banyak dan plagioklas maka disebut batuan granit dan apabila felspar kalium dalam jumlah sedikit sebagai mineral pengikut maka batuan disebut diorit kuarsa atau fonalit. Berdasar kadar kuarsa maka granodiorit merupakan bentuk transisi antara granit dan diorit. Granodiorit banyak terdapat di alam dalam bentuk batolit, stock, sill dan retas. Di Indonesia batuan granodiorit banyak terdapat di Bukit Barisan Sumatera.

Diorit kuarsa (tonalit)

Batuan dlaam berbutir kasar, bertekstur holokristalin, faneritik dan mengandung mineral:

- plagioklas natrium (oligoklas, andesin) 50 - 80%

- kuarsa 35 - 10%

- mineral mafis (biotit, horenblenda) 35 - 10% Bila mineral felspar kalium merupakan mineral umumnya, maka batuannya disebut dengan granodiorit tetapi bila mineral kuarsa berkurang disebut dengan diorit. Di Indonesia batuan ini banyak terdapat di Bukit Barisan Sumatera dan di Jawa daerah Banten, Pekalongan dan Banyumas.

Dasit

Batuan leleran (lelehan) dan granodiorit, berbutir halus, bertekstur holokristalin hingga hipokristalin. Pada umumnya bertekstur porfiri, plagioklas biasanya sebagai fenokris. Umumnya berkomposisi seperti diorit kuarsa.

Diorit

Batuan dalam berbutir kasar holokristalin, faneritik dan mengandung mineral:

- plagioklas (oligoklas dan andesin) 55 - 70% - mineral mafis (horenblenda atau biotit) 40 - 25% Bila rata-rata plagioklasnya lebih basa dari andesit, maka batuan cenderung sebagai gabro tetapi bila kuarsa menjadi mineral utamanya, maka batuan disebut dengan tonalit atau diorit-kuarsa. Diorit yang mengandung mineral felspatoid. Di Jawa diorit banyak dijumpai di daerah pemalang dan sekitar Banjarnegara (Jawa Tengah)

Andesit

Batuan lelehan dari diorit, berbutir halus, bertekstur holokristalin hingga hipokristalin. Umumnya mempunyai komposisi mineral seperti diorit. Andesit terbentuk sebagai batuan lelehan dan batuan gang dalam, bentuk aliran, sill, retas, teras gunung api, batuan instrusi lain yang kecil dan juga sebagai iroklasik.

Gunung berapi di Indonesia umumnya menghasilkan batuan andesit. Batuan andesit yang banyak mengandung horenblenda disebut andsit horenblenda, sedangkan yang banyak mengandung piroksin disebut dengan andesit-piroksin.

Gabro

Batuan dalam berbutir kasar hingga sedang, bertekstur holokristalin, faneritik dan mengandung mineral:

- plagioklas (labrodorit, bitownit) 70 - 45% - mineral mafis (augit, hiperstin, horenblenda) 25 - 50%

Apabila plagiklasnya kurang basa dari labradorit, maka batuannya disebut dengan diorit. Apabila plagioklasnya terbentuk sebagai tubuh instrusi dan merupakan batuan yang umum terdapat di mana-mana, berwarna hitam karena sebagian mineral penyusunnya adalah piroksin dan olivin. Di Jawa batuan ini terdapat di Selatan Ciletuh, Pegunungan Jiwo, Serayu dan Pemalang.

Basalt

Batuan lelehan dari gabro, berbutir halus, bertekstur hipokristalin dengan massa dasar afanitik, mengandung mineral:

- plagioklas (labradorit) 40 - 60%

- mineral mafis (klinopiroksin, olivin) 55 - 35% Sebagian berupa batuan lelehan atau lava, basalt juga merupakan batuan piroklastik. Komposisi rata-rata dari mineral plagioklas adalah labradorit atau lebih basa. Basalt umumnya berwarna hitam karena kaya akan unsur-unsur besi dan magnesium, umumnya bertekstur porfiri. Sebagai penokris umumnya bertekstur visikular. Gunung api di Indonesia umumnya menghasilkan batuan basalt. Di Sukadana Lampung terdapat sebaran batuan basalt yang cukup luas.

Diabas (dolerit)

Batuan instrusi, bertekstur holokristalin, umumnya berwarna gelap dan mengandung mineral:

- plagioklas (labradorit, bitownit) 30 - 70%

- mineral mafis 65 - 25%

Diabas dibedakan dari gabro terutama dari teksturnya yang khas dan jumlah piroksinnya cenderung sedikit. Diabas terbentuk sebagai sill, retas dan lofolit. Di daerah Kebumen, diabas terdapat di sekitar Laboratorium Batuan di Karangsambung Jawa Tengah.

Peridotit

Kelompok batuan ultrabasa, bertekstur holokristalin dan mengandung mineral:

- mineral bijih (magnetit, ilmenit, kromit) 10 - 3%

- plagioklas kalsium 5%

Bila komposisi hanya terdiri dari olivin, maka batuan dinamakan dunit dan bila dari piroksin, maka batuan disebut dengan piroksin-senit.

Peridotit terbentuk sebagai lafotit dan lempengan yang tebal. Oleh pengaruh larutan panas, maka peridotit dapat berubah menjadi silikat magnesium yang mengandung air, yaitu serpentin dan salah satu jenis mineral ini adalah krisotil. Mineral krisotil dalam bentuk serat halus disebut sebagai asbestos. Asbestos yang berserat panjang sangat disukai dalam dunia industri karena dapat digunakan sebagai bahan penahan panas dan juga digunakan untuk peralatan listrik. Di Indonesia bahan ini terdapat banyak di Sulawesi, Halmahera dan Kalimantan tengah.

Serpentin adalah kumpulan dari sejumlah mineral yang terdiri dari antagorit, krisotil, perknit dan glaukonit.

Obsidain (batukaca)

Merupakan gelas alam yang dapat terbentuk jika magma yang mencapai permukaan bumi membeku dnegan cepat sehingga tak mempunyai susunan dan bangunan kristal tersebdiri (amorf). Batukaca dapat bersifat riolitik, dasitik, trakitik, andesitik dan basaltik. Sifat tersebut sangat tergantung kepada sifat-sifat magma yang membentuknya. Warna dari batuan kaca biasanya tidak berwarna hingga berwarna kelabu dan coklat. Warna tidak ditentukan komposisinya, misal yang berwarna hitam mungkin bersifat reolitik atau basaltik. Karena batukaca terbentuk dari magma yang mencapai permukaan bumi, maka batukaca banyak terdapat di sekitar gunung berapi.

Batu apung

Pada umumnya setelah cairan lava yang mengandung banyak gas mencapai permukaan bumi, maka gas yang dikandungnya akan segera dilepaskan. Dengan keluarnya gas dar cairan lava akan menimbulkan lubang atau gelembung pada lava yang telah membeku. Kemungkinan lubang itu berbentuk bola, ellips, silinder atau bentuk tak beraturan. Batu apung dapat pula dibuat dengan cara memanaskan batuan obsidain pada suhu 9800C sehingga gasnya keluar. Karena batuannya berpori (porus) maka dapat digunakan sebagai isolator untuk peredam suara dan penahan suhu tinggi. Di Indonesia batu apung yang terkenal dihasilkan oleh Gunung Krakatau, Gunung Rinjani dan Tambora.

Pegmatit

Batuan beku yang istimewa dengan ukuran kristal yang besar, bergaris tengah 1 cm atau lebih. Pegmatit terbentuk pada bagian atas dari batuan magmatik jauh di dlaam bumi yaitu beberapa kilometer dari permukaan bumi di mana tekanan dari luar cukup besar untuk menahan unsur-unsur gas dalam magma.

Sebagai tubuh bumi, pegmatit terbentuk sebagai teras, lensa atau urat-urat yang tidak teratur bentuknya, kadang sebagai stock. Urat pegmatit dapat mempunyai ketebalan beberapa meter dan panjang mencapai ratusan meter. Tubuh pegmatit umumnya dikelilingi oleh batuan induknya, komposisinya bermacam-macam dari ultrabasa hingga asam. Tetapi umumnya terbentuk dalam batuan asam dan yang terbentuk dalam batuan basa sangat sedikit. Komposisi pegmatit berbeda sedikit dengan batuan induknya.

Banyak pegmatit memperlihatkan struktur zona dan sebaran mineralnya kurang teratur. Sebagai contoh pegmatit dari Murzinka (Ural Rusia). Batuan luar dari zona pegamtit yaitu kontak dengan granit yang mengelilinginya terdiri dari batuan yangberwarna terang (aplit), ke arah tengah menjadi zona granit garfit (pertumbuhan bersama dari felspar dan kuarsa), kemudian zona felspar dan kuarsa yang berbutir kasar. Di bagian tengah dari zona retas pegmatit terdapat rongga-rongga di mana bagian dindingnya berjajar kristal yang berukuran besar, terdiri dari kristal batuan, topaz dan batuan permata lainnya.

Kegunaan Batuan beku

Tidak semua batuan dapat menjadi bahan galian tambang yang bernilai ekonomis tinggi. Hal ini sangat tergantung kepada sifat, komposisi mineral, kekuatan fisik, daya tahan, cara penggalian, pengolahan dan transportasinya. Sebagai bahan bangunan, batuan pada umumnya digunakan sebagai bahan mentah, tetapi ada juga yang perlu diproses lebih lanjut misalnya dipotong dan dipoles dibuat ukuran tertentu untuk digunakan sebagai batu giling dan dapat digunakan untuk pengeras jalan dan campuran beton.

Kegunaan dari tiap jenis batuan berdasar sifat dan komposisinya: 1. batuan yang mempunyai kerapatan tinggi dan tidak porus sangat

baik untuk keperluan pekerjaan di laut;

2. batuan yang tidak terpengaruh oleh asam baik digunakan di daerah industri;

3. batuan yang berat, keras dan mempunyai daya tahan yang besar sesuai digunakan sebagai pondasi bangunan, pengeras jalan dan juga bahan lantai;

4. batuan yang mempunyai warna indah dan tidak porus dapat digunakan untuk pelapis dinding atau lantai;

5. batuan yang lunak dan ringan dapat digunakan untuk membuat patung;

6. batuan yang umumnya mempunyai berat jenis sekitar 2,6 baik digunakan sebagai bahan pekerjaan teknik berat.

Dari beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa batuan yang paling baik untuk pengeras jalan raya adalah batuan yang mempunyai sifat-sifat:

1. batuan harus kristalin;

2. tekstur harus equiangular (besar butir sama);

3. semua mineral penyusun batuan harus mempunyai kekerasan yang sebanding (homogen);

4. batuan harus segar dan tidak berubah; 5. bobot jenis tinggi;

6. batuan tidak berpori.

Pada umumnya batuan beku memenuhi persyaratan untuk keperluan jalan. Beberapa jenis batuan beku yang banyak digunakan untuk bahan bangunan dalam hubungannya dengan berbagai jenis pekerjaan adalah:

Granit

Mempunyai bobot jenis antara 2,63 hingga 2,75, sehari-hari granit digunakan di berbagai lapangan antara lain untuk pondasi galangan kapal, dermaga dan bahan bangunan lainnya. Granit yang terdapat di alam umumnya mengandung retakan-retakan yang disebut diaklas. Siafit demikian kadang-kadang sangat menguntungkan karenamemudahkan penambangannya meskipun batuan ini tergolong batuan yang keras. Tetapi banyaknya retakan dalam batuan dapat pula menimbulkan kesukaran apabila kita menginginkan massa yang besar. Granit banyak digunkana untukmenunjang pembangunan teknik sipil yang memerlukan konstruksi masif. Granit dapat dipoles untuk lantai dan dekorasi. Granit mempunyai variasi warna yang indah.

Granodiorit

Kegunaannya sama dengan granit Gabro

Berat jenis 2,9 hingga 3,21, digunakan untuk pondasi, pengeras jalan dan lain-lain. Keistimewaaan gabro berwarna hitam kristalin, yang dipoles sangat disukai karena warnanya hitam baik untuk dekorasi.

Diabas (dolerit)

Umumnya berwarna gelap, keistimewaannya sebagai pengeras jalan raya adalah mempunyai daya rekat yang baik dengan aspal. Diorit

Berat jenis 2,85 hingga 3, dapat digunakan untuk pengeras jalan, pondasi dan lain-lain.

Andesit

Banyak terdapat di Indonesia, digunakan untuk pengeras jalan dan bahan bangunan lainnya. Andesit mempunyai struktur lembar dapat digunakan sebagai batutempel untuk dinding bagian luar. Basalt

Berat jenis 2,9 hingga 3,1, berwarna hitam, kegunaannya sama dengan andesit yaitu sebagai pengeras jalan, bendungan, landasan jalan kereta api, jembatan tembok dan lain-lain. Basalt yang berstruktur lembar banyak digunakan sebagai batutempel.

Obsidain (batukaca)

Berat jenis 2,34 hingga 2,7, batukaca umumnya digunakan untuk dekorasi. Batukaca yang dihancurkan dengan ukuran kecil dicampur dengan semen dapat dibuat sebagai granit buatan. Di zaman purba batuan ini digunakan untuk membuat mata lembing, mata panah dan lain-lain.

 

Referensi

Dokumen terkait

Metode magnetik merupakan salah satu metode geofisika yang sering digunakan untuk survei pendahuluan pada eksplorasi minyak dan gas bumi, penyelidikan batuan

Memahami siklus geologi terjadinya batuan disusun sesuai urutan kejadian. Batuan merupakan benda padat yang terdiri dari agregat-agregat baik itu satu mineral atau lebih,

Melakukan penelitian secara detail tentang massa batuan pada lereng daerah penelitian untuk mendukung dalam pembuatan peta geologi struktur, agar batuan yang telah rapuh sehingga

Struktur geologi bawah permukaan di Papandayan yaitu batuan tuff dengan nilai suseptibilitas 1 x 10 -5 dalam sistem emu, batuan andesit dengan nilai suseptibilitas

Nilai kualitas massa batuan sebagai salah satu hasil penyelidikan geologi digunakan dalam desain metode penggalian terowongan dimana jenis batuan yang didapatkan dari

Unsur volatile akan bergerak menerobos batuan beku yang telah ada dan batuan samping disekitarnya, kemudian akan membentuk mineral baik karena proses sublimasi maupun karena reaksi

Tujuan penelitian untuk meng- identifikasi jenis struktur geologi yang berkembang serta mengetahui kondisi massa batuan terhadap fon- dasi maupun lereng di

Hasil penampang A-A mengacu pada peta geologi lembar Lubuk Sikaping yang menyatakan bahwa daerah tersebut terdapat adanya struktur geologi dimana terdiri dari 4 formasi batuan yaitu