• Tidak ada hasil yang ditemukan

Amalia Hakiki, Sri Karindah, Gatot Mudjiono. Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Universitas Brawijaya Jln. Veteran, Malang 65145

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Amalia Hakiki, Sri Karindah, Gatot Mudjiono. Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Universitas Brawijaya Jln. Veteran, Malang 65145"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

91

PENGARUH TANAMAN PENDAMPING DAN DUA SPESIES

RUMPUT-RUMPUTAN PADA PERTANAMAN KUBIS BUNGA TERHADAP PARASITASI PARASITOID Plutella xylostella L. (LEPIDOPTERA:

PLUTELLIDAE)

Amalia Hakiki, Sri Karindah, Gatot Mudjiono Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Universitas Brawijaya

Jln. Veteran, Malang 65145 ABSTRACT

Plutella xylostella L. is one of the most important pest on cauliflower. The most important P. xylostella natural enemies is parasitoids. The lack of area that support parasitoids life caused parasitoid population are decreasing. The supplying of weeds and other crop in cultivation land can attract parasitoids to come. The aim of this study was to elucidate the effect of companion plant and weeds to the parasitism level on P. xylostella. The experiment was designed in Randomized Block Design with three treatments. There were three species of parasitoids which emerged from P. xylostella eggs, larvae, and pupae, i.e Trichogrammatoidea bactrae Nagaraja, Cotesia plutellae (Kurdj.), dan Tetrastichus howardi Olif. The parasitism level of T. bactrae to P. xylostella eggs on monoculture cauliflower, cauliflower intercropping with chinese cabbage, and cauliflower intercropping with chinese cabbage, Portulaca oleracea L., and Rorippa indica (L.) Hiern. were 26,69%, 14,9%, dan 6,64% respectively. The parasitism level of T. howardi to P. xylostella larvae on monoculture cauliflower, cauliflower intercropping with chinese cabbage, and cauliflower intercropping with chinese cabbage, P. oleracea, and R. indica were 24,53%, 38,7%, dan 37,15% respectively. The parasitism level of T. howardi to P. xylostella pupae on monoculture cauliflower, cauliflower intercropping with chinese cabbage, and cauliflower intercropping with chinese cabbage, P. oleracea, and R. indica were 31,25%, 45,83%, dan 28,64% respectively.

Keywords: Companion Plant, Weeds, Parasitoid, Plutella xylostella L.

ABSTRAK

Plutella xylostella L. merupakan salah satu hama penting pada tanaman kubis bunga. Musuh alami P. xylostella yang terpenting adalah parasitoid. Kurang tersedianya lingkungan yang mendukung kehidupan parasitoid menyebabkan populasi parasitoid di lapangan sangat rendah. Penyediaan tumbuhan liar dan penambahan tanaman pada lahan budidaya dapat merangsang parasitoid untuk datang pada lahan budidaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tanaman pendamping dan tumbuhan liar terhadap jenis dan parasitasi parasitoid P. xylostella pada pertanaman kubis bunga. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok yang terdiri dari tiga perlakuan. Parasitoid yang ditemukan memparasit P. xylostella ialah Trichogrammatoidea bactrae Nagaraja, Cotesia plutellae (Kurdj.), dan Tetrastichus howardi Olif. Tingkat parasitasi oleh T. bactrae terhadap telur P. xylostella pada kubis bunga monokultur, kubis bunga dengan tanaman pendamping sawi hijau, serta kubis bunga dengan sawi hijau, Portulaca oleracea L., dan Rorippa indica (L.) Hiern. masing-masing ialah 26,69%, 14,9%, dan 6,64%. Tingkat parasitasi oleh T. howardi

(2)

92

terhadap larva P. xylostella pada kubis bunga monokultur, kubis bunga dengan sawi hijau, serta kubis bunga dengan sawi hijau, P. oleracea, dan R. indica masing-masing ialah24,53%, 38,7%, dan 37,15%. Tingkat parasitasi oleh T. howardi terhadap pupa P. xylostella pada kubis bunga monokultur, kubis bunga dengan sawi hijau, serta kubis bunga dengan sawi hijau, P. oleracea, dan R. indica masing-masing ialah 31,25%, 45,83%, dan 28,64%.

Kata kunci: Tanaman Pendamping, Tumbuhan Liar, Parasitoid, Plutella xylostella L. PENDAHULUAN

Kubis bunga merupakan tanaman yang paling diminati oleh masyarakat diantara sayuran dalam keluarga Brassicaceae lainnya (US Agriculture, 1981). Hal ini menyebabkan permintaan kubis bunga di pasaran semakin meningkat, namun produksi kubis bunga mengalami suatu masalah yaitu serangan Plutella xylostella L. Pengendalian hayati pada P. xylostella dengan memanfaatkan parasitoid tampaknya merupakan cara terbaik (Talekar, 1993). Keberhasilan dalam pengendalian hayati tergantung pada pengetahuan tentang hubungan parasitoid dengan tanaman lainnya (Awmack, 2002). Usaha yang dapat dilakukan untuk mencapai keberhasilan pengendalian biologis terhadap P. xylostella adalah dengan praktek budidaya yang menguntungkan bagi parasitoid.

Tumbuhan liar yang memiliki bunga apabila ditanam di sekitar tanaman kubis bunga akan menguntungkan bagi parasitoid karena serangga parasitoid tertarik dengan tumbuhan berbunga dan biasanya berlindung pada bunga tumbuhan liar (Flowerdew, 2012).Selain tumbuhan liar, penambahan jenis tanaman pada lahan budidaya dapat menstimulir parasitoid untuk datang (Dhalimi et al, 1996). Pada beberapa lahan budidaya kubis bunga terdapat tanaman sawi hijau yang dapat dimanfaatkan sebagai tanaman pendamping sekaligus sebagai tanaman perangkap hama utama tanaman kubis bunga. Selain itu, sawi hijau memiliki bunga yang diharapkan dapat menarik parasitoid untuk hadir pada pertanaman

kubis bunga. Tumbuhan liar berbunga seperti krokot Portulaca oleracea L. dan sawi tanah Rorippa indica L. banyak dijumpai di sekitar lahan pertanaman hortikultura. Keberadaan tumbuhan liar tersebut diperkirakan dapat menarik serangga parasitoid karena tumbuhan tersebut memiliki bunga.

Sampai saat ini informasi tentang pengaruh pemberian tanaman pendamping seperti sawi hijau serta tumbuhan liar berbunga seperti krokot dan sawi tanah terhadap tingkat parasitasi parasitoid P. xylostella pada lahan pertanaman kubis bunga masih menarik untuk dikaji. Oleh karena itu penelitian tentang pengaruh pemberian tanaman pendamping dan tumbuhan liar berbunga tersebut di atas di lahan pertanaman kubis bunga terhadap parasitoid P. xylostella perlu untuk dilakukan.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di lahan pertanian Dusun Baba’an, Desa Ngenep, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang dan Sub Laboratorium Entomologi, Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang. Pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Mei-Oktober 2014. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok dengan 3 perlakuan dan masing-masing diulang 4 kali. Perlakuan terdiri dari penanaman kubis bunga monokultur tanpa tanaman pendamping dan kompleks tumbuhan liar, kubis bunga dengan tanaman pendamping yaitu sawi hijau, dan

(3)

93 kubis bunga dengan sawi hijau, tumbuhan liar krokot P. oleracea,dan sawi tanah R. indica.

Tanaman kubis bunga ditanam dengan jarak tanam 25x25 cm pada guludan dengan ukuran 200 x 300 cm. Tanaman sawi hijau ditanam dengan jarak tanam 20 x 20 cm sebagai tanaman pinggir di sekitar kubis bunga. Tumbuhan liar P. oleracea dan R. indica diletakkan di celah kosong antar tanaman kubis bunga. Tanaman sawi hijau ditanam langsung pada gulud, sedangkan tanaman sawi tanah dan krokot ditanam di dalam polybag (v= 0,5 kg) lalu diletakkan pada gulud 1 minggu sebelum kubis bunga ditanam

Pengambilan contoh dilakukan dengan metode sistematis satu arah. Tanaman contoh berjumlah 10 tanaman kubis bunga. Pengambilan contoh P. xylostella dilaksanakan sejak 1 minggu setelah tanam di lapang. Jumlah pengambilan contoh P. xylostella adalah sebanyak 8 kali dengan interval 1 minggu. Pengambilan contoh dilakukan dengan mengambil telur, larva, dan pupa P. xylostella pada pertanaman kubis bunga. Telur, larva, dan pupa P. xylostella diambil dari tanaman contoh pada plot dari setiap ulangan dan perlakuan, kemudian dimasukkan ke dalam gelas plastik secara terpisah dan dibawa ke laboratorium. Larva kemudian dipelihara dan diberi pakan berupa daun kubis segar. Di laboratorium, diamati perubahan morfologi telur, larva, dan pupa P. xylostella sehingga dapat dikenali antara inang yang terparasit dan yang sehat, lalu dipisahkan. Imago parasitoid yang didapatkan selanjutnya diidentifikasi di bawah mikroskop. Identifikasi spesies parasitoid didasarkan atas ciri morfologinya berdasarkan buku dan acuan identifikasi serangga dari Borror (1992), Nagaraja (1978), Shaw (2003), dan Mani dan Kurian (1953).

Jumlah imago parasitoid dan imago P. xylostella yang muncul dicatat untuk dihitung tingkat parasitasinya. Perhitungan tingkat parasitasi pada telur, larva, dan pupaP. xylostella dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Tingkat Parasitasi = a x 100% b

a : Jumlah individu terparasit b : Jumlah keseluruhan

Data hasil pengamatan dianalisis dengan uji F taraf 5%, kemudian hasil yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan grafik serta dianalisis secara deskriptif.Pengamatan terhadap keberadaan parasitoid pada P. oleracea dan R. indica dilakukan dengan mengambil serangga yang berada pada R. indica dan P. oleracea di sekitar areal penelitian. R. indica dan P. oleracea disungkup dengan menggunakan kantung plastik berwarna bening, kemudian ditepuk perlahan, lalu tumbuhan liar dipotong, dan kantung plastik ditutup rapat. Serangga yang tertangkap kemudian diidentifikasi di laboratorium untuk diketahui serangga tersebut merupakan serangga parasitoid atau serangga lain.

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Penanaman Tanaman Pendamping dan Dua Spesies Rumput-rumputan Terhadap Parasitasi Parasitoid Plutella xylostella

Parasitoid yang muncul dari P. xylostella pada fase teluryaitu parasitoid telur Trichogrammatoidea bactrae

Nagaraja (Hymenoptera:

Trichogrammatidae), fase larva yaitu parasitoid larva Cotesia plutellae (Kurdj.) (Hymenoptera: Braconidae), dan fase pupa yaitu parasitoid larva-pupa Tetrastichus howardi Olif (Hymenoptera: Eulophidae).

(4)

94 Sistem pertanaman kubis bunga monokultur, tumpang sari kubis bunga dengan sawi hijau, dan tumpang sari kubis bunga dengan sawi serta ditambahkan dengan P. oleracea dan R. indica tidak berpengaruh yang nyata terhadap parasitasi telur, larva, dan pupa P. xylostella. Pengaruh yang tidak nyata terhadap parasitasi parasitoid P. xylostella diduga karena gulud penelitian tidak luas sehingga tampaknya parasitoid dapat dengan mudah berpindah untuk mencari inangnya. Fahrner (2012) menyatakan bahwa serangga parasitoid dapat terbang dengan jarak rata-rata hingga 0,3 km, sehingga pada kisaran jarak tersebut parasitoid dapat terus terbang untuk mencari inang yang sesuai.

Jumlah telur, larva, dan pupa P. xylostella yang terparasit pada plot kubis bunga monokultur, plot kubis bunga dengan sawi hijau, dan plot kubis bunga dengan sawi hijau, P. oleracea, dan R. indica disajikan pada Tabel 1. Pada saat kubis bunga berumur 1 Minggu Setelah Tanam (MST) telur P. xylostella hanya ditemukan di plot kubis bunga monokultur. Pada 2 MST hingga 5 MST jumlah telur yang ditemukan pada plot kubis bunga monokultur selalu lebih banyak dibandingkan dengan kedua plot lainnya. Hal ini diduga karena imago P. xylostella lebih mudah mencari tempat bertelur yang sesuai pada plot kubis bunga monokultur, sedangkan pada plot kubis bunga dan sawi hijau serta plot kubis bunga dengan sawi hijau, P. oleracea, dan R. indica imago P. xylostella tampaknya cenderung untuk memilih hanya satu tanaman untuk bertelur. Namun, tidak dilakukannya pengamatan terhadap jumlah telur P. xylostella pada tanaman sawi hijau membuat jumlah telur P. xylostella yang rendah pada kubis bunga di plot kubis bunga dengan sawi hijau dan plot kubis bunga dengan sawi hijau, P. oleracea, dan R. indica disebabkan oleh tertariknya P. xylostella untuk bertelur

pada sawi hijau tidak dapat dibuktikan. Larva yang terparasit oleh T. howardi mulai ditemukan pada 2 MST. Pada 2 MST hingga 8 MST selalu ditemukan larva terparasit pada plot kubis bunga dengan sawi hijau. Pada saat menjelang panen yaitu 8 MST, seluruh larva yang ditemukan telah terparasit oleh T. howardi. Pupa P. xylostella mulai ditemukan pada 2 MST, seperti yang dinyatakan oleh Valentine (1998) bahwa fase larva P. xylostella berlangsung 2-7 minggu tergantung pada suhu setempat, sehingga pupa P. xylostella ditemukan pada 3 MST. Pada 7 MST dan 8 MST pupa yang ditemukan pada semua plot telah terparasit oleh T. howardi. Hal ini menunjukkan bahwa dengan tidak digunakannya pestisida kimia sintetik dalam praktek budidaya dapat menjaga parasitoid di dalam suatu lahan pertanaman tetap bertahan hidup. Widaningsih (2001) menyatakan bahwa pestisida kimia sintetik bukan hanya membunuh organisme yang menyebabkan kerusakan pada tanaman, namun juga membunuh organisme yang berguna seperti musuh alami hama.

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa jumlah telur, larva, dan pupa P. xylostella yang terparasit pada semua plot tidak jauh berbeda, termasuk pada plot dengan P. oleracea dan R. indica yang pada awalnya diharapkan dapat meningkatkan jumlah telur, larva, dan pupa P. xylostella terparasit,cenderung lebih rendah dibandingkan dengan plot tanpa P. oleracea dan R. indica. Hal ini didukung oleh pernyataan Balmer et al. (2014) bahwa pada beberapa penelitian, memang didapatkan hasil parasitasi yang tinggi pada lahan dengan tumbuhan liar, namun data yang didapatkan belum dapat memberikan bukti bahwa kompleks tumbuhan liar adalah alasan meningkatnya populasi parasitoid atau sebagai sumber menyebarnya parasitoid di suatu lahan.

(5)

Tabel 1. Rerata jumlah telur yang terparasit oleh terparasit oleh T. ho

Ket: *) P0:plot kubis bunga monokultur; P

kubis bunga dengan sawi hijau, **)P: Terparasit; TP: Tidak Terparasit Persentase Parasitasi oleh Parasitoid Telur, Larva, dan Larva

xylostella

Persentase parasitasi telur xylostella oleh parasitoid telur Trichogrammatoidea bactrae

hasil yang tidak berbeda antara plot kubis bunga monokultur, kubis bunga dengan sawi hijau, dan kubis bunga dengan sawi hijau, P. oleracea, dan R. indica (Gambar 1). Persentase telur P. xylostella

T. bactrae pada plot kubis bun monokultur selalu lebih tinggi dibandingkan dengan persentase telur P. xylostella terparasit yaitu dengan rata

sedangkan pada plot kubis bunga dan sawi hijau serta plot kubis bunga dengan sawi hijau, P. oleracea, dan R. indica

telur P. xylostella yang terparasit lebih sedikit dibandingkan dengan yang tidak terparasit dengan rata-rata 14,9% dan 6,64%. Persentase telur

terparasit yang tinggi pada plot kubis bunga monokultur menyebabkan telur

yang menetas menjadi larva menjadi lebih sedikit dibandingkan dengan kedua plot yang lain dan hal ini dapat menurunkan

95

Tabel 1. Rerata jumlah telur P. xylostella yang terparasit oleh T. bactrae, yang terparasit oleh C. plutellae dan T. howardi, dan pupa

T. howardi pada kubis bunga

:plot kubis bunga monokultur; P1: plot kubis bunga dengan sawi hijau; P

kubis bunga dengan sawi hijau, P. oleracea, dan R. indica P: Terparasit; TP: Tidak Terparasit

Persentase Parasitasi oleh Parasitoid Telur, Larva, dan Larva-Pupa P.

Persentase parasitasi telur P. oleh parasitoid telur Trichogrammatoidea bactrae menunjukkan hasil yang tidak berbeda antara plot kubis bunga monokultur, kubis bunga dengan sawi hijau, dan kubis bunga dengan sawi indica (Gambar 1). P. xylostella terparasit oleh pada plot kubis bunga monokultur selalu lebih tinggi dibandingkan P. xylostella tidak terparasit yaitu dengan rata-rata 26,9%, sedangkan pada plot kubis bunga dan sawi hijau serta plot kubis bunga dengan sawi R. indica persentase yang terparasit lebih sedikit dibandingkan dengan yang tidak rata 14,9% dan 6,64%. Persentase telur P. xylostella terparasit yang tinggi pada plot kubis bunga monokultur menyebabkan telur P. xylostella etas menjadi larva menjadi lebih sedikit dibandingkan dengan kedua plot yang lain dan hal ini dapat menurunkan

tingkat serangan P. xylostella tanaman kubis bunga oleh larva.

Larva P. xylostella oleh Cotesia plutellae

pada plot kubis bunga dengan sawi hijau dan kubis bunga, sawi hijau,

dan R. indica (Gambar 2). Pada minggu kedua ditemukan larva terparasit pada plot kubis bunga, sawi hijau,

R.indicadan pada minggu k ditemukan larva terparasit pada plot kubis bunga dengan sawi hijau.Larva

yang terparasit oleh parasitoid larva

howardi ditemukan pada semua plot. Rata rata persentase parasitasi larva

oleh T. howardi pada plot kub

dengan sawi hijau, plot kubis bunga dengan sawi hijau, dan kubis bunga dengan sawi hijau, P. oleracea, dan

berbeda, yaitu 24,53%, 38,7%, dan 37,15%. Larva yang terparasit oleh

terus hidup sampai mencapai fase pupa, P.xylostella gagal menjadi imago. Oleh sebab itu, larva yang terparasit

tetap dapat menyebabkan kerusakan pada kubis bunga, namun dapat mengurangi jumlah imago yang muncul dan akan bertelur, sehingga dapat mengurangi jumlah P. xylostella pada siklus berikutnya.

T. bactrae, larva P. xylostella , dan pupa P. xylostella yang

: plot kubis bunga dengan sawi hijau; P2: plot

P. xylostella yang merusak tanaman kubis bunga oleh larva.

P. xylostella yang terparasit plutellae hanya ditemukan pada plot kubis bunga dengan sawi hijau dan kubis bunga, sawi hijau, P. oleracea, (Gambar 2). Pada minggu kedua ditemukan larva terparasit pada plot kubis bunga, sawi hijau, P. oleracea, dan dan pada minggu ketujuh ditemukan larva terparasit pada plot kubis bunga dengan sawi hijau.Larva P. xylostella yang terparasit oleh parasitoid larva-pupa T. ditemukan pada semua plot. Rata-rata persentase parasitasi larva P. xylostella

pada plot kubis bunga dengan sawi hijau, plot kubis bunga dengan sawi hijau, dan kubis bunga dengan sawi oleracea, dan R. indica tidak berbeda, yaitu 24,53%, 38,7%, dan 37,15%. Larva yang terparasit oleh T. howardi dapat terus hidup sampai mencapai fase pupa, lalu gagal menjadi imago. Oleh sebab itu, larva yang terparasit T. howardi tetap dapat menyebabkan kerusakan pada kubis bunga, namun dapat mengurangi jumlah imago yang muncul dan akan bertelur, sehingga dapat mengurangi jumlah siklus berikutnya.

(6)

Gambar 1. Persentase Telur dan Telur P. xylostella

b: Pada Kubis Bunga dan Sawi Hijau; c: Pada Kubis Bunga, Sawi Hijau, oleracea, dan R. indica

Pada parasitasi larva, diharapkan bahwa penambahan R. indica pada plot dapat mengundang beberapa parasitoid penting pada larva P. xylostella selain

yaitu Diadegma semiclausum

(Hymenoptera: Ichneumonidae), namun lokasi penelitian yang memiliki ketinggian 515 m diatas permukaan laut (dpl) tampaknya menyebabkan kelimpah semiclausum sedikit, sehingga tidak

Gambar 2. Persentase Larva Cotesia plutellae

Bunga Monokultur; b: Pada Kubis Bunga dan Sawi Hijau; c: Pada Kubis Bunga, Sawi Hijau,

96

Gambar 1. Persentase Telur P. xylostella Terparasit oleh Trichogrammatoidea bactrae P. xylostella Tidak Terparasit, a: Pada Kubis Bunga Monokultur; b: Pada Kubis Bunga dan Sawi Hijau; c: Pada Kubis Bunga, Sawi Hijau,

R. indica

Pada parasitasi larva, diharapkan bahwa pada plot dapat dang beberapa parasitoid penting selain C. plutellae Diadegma semiclausum Hortsm. (Hymenoptera: Ichneumonidae), namun lokasi penelitian yang memiliki ketinggian 515 m diatas permukaan laut (dpl) tampaknya menyebabkan kelimpahan D. sedikit, sehingga tidak

ditemukannya larva yang terparasit oleh D. semiclausum dan hanya ditemukan lebih banyak larva yang telah terparasit oleh T. howardi. Hal ini seperti yang dinyatakan oleh Karindah (2005), bahwa T. howardi banyak ditemukan di daerah dengan ketinggian sedang atau tidak lebih dari 850 m dpl dan parasitasi semiclausum terjadi lebih banyak pada dataran yang lebih tinggi.

Gambar 2. Persentase Larva P. xylostella Terparasit oleh Tetrastichus howardi Cotesia plutellae dan Larva P. xylostella Tidak Terparasit, a: Pada Kubis Bunga Monokultur; b: Pada Kubis Bunga dan Sawi Hijau; c: Pada Kubis Bunga, Sawi Hijau, P. oleracea, dan R. indica

Trichogrammatoidea bactrae Tidak Terparasit, a: Pada Kubis Bunga Monokultur; b: Pada Kubis Bunga dan Sawi Hijau; c: Pada Kubis Bunga, Sawi Hijau, P.

ditemukannya larva yang terparasit oleh dan hanya ditemukan lebih banyak larva yang telah terparasit . Hal ini seperti yang dinyatakan oleh Karindah (2005), bahwa banyak ditemukan di daerah dengan ketinggian sedang atau tidak lebih dari 850 m dpl dan parasitasi D. terjadi lebih banyak pada

Tetrastichus howardi serta Tidak Terparasit, a: Pada Kubis Bunga Monokultur; b: Pada Kubis Bunga dan Sawi Hijau; c: Pada Kubis

(7)

Gambar 3. Persentase Pupa

P. xylostella Tidak Terparasit, a: Pada Kubis Bunga Monokultur; b: Pada Kubis Bunga dan Sawi Hijau; c: Pada Kubis Bunga, Sawi Hijau, oleracea, dan R. indica

Pupa P. xylostella terparasit oleh howardi ditemukan pada seluruh plot perlakuan (Gambar 3). Rata persentase parasitasi T. howardi

pupa P. xylostella pada plot kubis bunga monokultur, plot kubis bunga dan sawi hijau serta plot kubis bunga dengan sawi hijau, P. oleracea, dan R. indica

turut adalah 31,25%, 45,83%, dan 28,64%. Penanaman sawi hijau di sekitar tanaman kubis bunga dapat mengundang datangnya parasitoid karena pada 4 MST, sawi hijau sudah mulai berbunga, sehingga dapat menjadi daya tarik bagi parasitoid larva-pupa P.

Yaherwandi (2007) menyatakan bahwa tumbuhan yang tumbuh di sekitar tanaman utama tidak hanya menjadi tempat berlindung ketika kondisi tidak sesuai, tetapi juga sebagai penyedia makanan tambahan untuk mendukung aktivitas parasitasinya. Dalam hal ini, tanaman sawi hijau yang terdapat pada perlakuan penanaman kubis bunga dengan sawi hijau dan penanaman kubis bunga

sawi hijau, P. oleracea, dan

dapat menyediakan pakan tambahan berupa nektar atau tepung sari yang ada pada bunga sawi hijau, sehingga parasitoid tertarik untuk datang.

97

Persentase Pupa P. xylostella Terparasit oleh Tetrastichus howardi

Tidak Terparasit, a: Pada Kubis Bunga Monokultur; b: Pada Kubis Bunga dan Sawi Hijau; c: Pada Kubis Bunga, Sawi Hijau,

R. indica

terparasit oleh T. ditemukan pada seluruh plot perlakuan (Gambar 3). Rata-rata T. howardi terhadap pada plot kubis bunga monokultur, plot kubis bunga dan sawi hijau serta plot kubis bunga dengan sawi R. indica berturut-turut adalah 31,25%, 45,83%, dan

Penanaman sawi hijau di sekitar tanaman kubis bunga dapat mengundang tangnya parasitoid karena pada 4 MST, sawi hijau sudah mulai berbunga, sehingga dapat menjadi daya tarik bagi P. xylostella. Yaherwandi (2007) menyatakan bahwa tumbuhan yang tumbuh di sekitar tanaman utama tidak hanya menjadi tempat berlindung ketika kondisi tidak sesuai, tetapi juga sebagai penyedia makanan tambahan untuk mendukung aktivitas parasitasinya. Dalam hal ini, tanaman sawi hijau yang terdapat pada perlakuan penanaman kubis bunga dengan sawi hijau dan penanaman kubis bunga dengan , dan R. indica dapat menyediakan pakan tambahan berupa nektar atau tepung sari yang ada pada bunga sawi hijau, sehingga parasitoid tertarik untuk datang.

Kehadiran Serangga Pada

oleracea dan Rorippa indica

Pada krokot P. oleracea parasitoid genus Ceraphron

Fitton (1990) menyatakan bahwa Ceraphron sp. telah dilaporkan berasosiasi dengan P. xylostella

hiperparasitoid pada Cotesia plutellae Hal ini merupakan salah satu penyebab rendahnya larva yang terparasit oleh plutellae karena adanya

Serangga parasitoid yang terdapat pada sawi tanah R. indica terdiri dari dua genus yaitu Tetrastichus dan

Salle (2007) menyatakan Gen Tetrastichus merupakan parasitoid pada larva atau pupa dari lepidopteran

(2006) menyatakan Telenomus

serangga parasitoid pada telur dari Ordo Lepidoptera dan Hemiptera. Pada kedua rumput-rumputan terdapat serangga predator Hippodamia sp. Hippodamia yang tertangkap pada pengamatan

pada fase larva. Menurut Hagen (1960) larva Hippodamia sp. memangsa telur yang belum menetas, kemudian dilanjutkan dengan Aphids

tidak terdapat Aphids Hippodamia memakan nekt

bagian lembut dari bunga tanaman liar. Tetrastichus howardi dan Pupa Tidak Terparasit, a: Pada Kubis Bunga Monokultur; b: Pada Kubis Bunga dan Sawi Hijau; c: Pada Kubis Bunga, Sawi Hijau, P.

Kehadiran Serangga Pada Portulaca

Rorippa indica

P. oleracea ditemukan Ceraphron (Tabel 2). Fitton (1990) menyatakan bahwa sp. telah dilaporkan P. xylostella sebagai Cotesia plutellae. merupakan salah satu penyebab rendahnya larva yang terparasit oleh C. karena adanya Ceraphron sp. Serangga parasitoid yang terdapat pada terdiri dari dua genus dan Telenomus. La Salle (2007) menyatakan Genus merupakan parasitoid pada rva atau pupa dari lepidopteran. Duarte Telenomus merupakan serangga parasitoid pada telur dari Ordo Lepidoptera dan Hemiptera. Pada kedua rumputan terdapat serangga Hippodamia sp. yang tertangkap pada pengamatan, masih pada fase larva. Menurut Hagen (1960) sp. memangsa telur yang belum menetas, kemudian Aphids sp., namun jika Aphids sp. maka memakan nektar, tepung sari, bagian lembut dari bunga tanaman liar.

(8)

98

Tabel 2. Serangga Musuh Alami pada Portulaca oleracea dan Rorippa indica

Ordo Famili Spesies Jumlah (Ekor) Peran

Po* Ri*

Hymenoptera Ceraphronidea Ceraphron sp. 1 0 Parasitoid Eulophidae Tetrastichus sp. 0 1 Parasitoid Scelionidae Telenomus sp. 0 1 Parasitoid Coleoptera Coccinelidae Hippodamia sp. 1 2 Predator

Micraspis sp. 0 1 Predator *) Po: Portulaca oleracea; Ri: Rorippa indica

KESIMPULAN

Penanaman kubis bunga dengan tanaman pendamping sawi hijau, dan rumput-rumputan krokot Portulaca oleracea serta sawi tanah Rorippa indica tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap parasitasi parasitoid Plutella xylostella. Parasitoid yang ditemukan

adalah parasitoid telur

Trichogrammatoidea bactrae Nagaraja, parasitoid larva-pupa Tetrastichus howardi Olif dan parasitoid larva Cotesia plutellae (Kurdj.).Pada Rorippa indica ditemukan parasitoid yang berpotensi mengendalikan Plutella xylostella yaitu Tetrastichus sp.

DAFTAR PUSTAKA

Awmack, CS., dan SR Leather. 2002. Host Plant Quality and Fecundity in Herbivorous Insect. Annual Review of Entomology 47: 817 (abstr.). Balmer, O., CE Geneau., E Belz., B

Weishaupt., G Forderer., S Moos., N Ditner., I Juric., H Luka. 2014. Wildflower Companion Plants Increase Pest Parasitation and Yieldin Cabbage Fields: Experimental Demonstration and Call for Caution. Biological Control Journal 76: 19-27.

Borror, DJ,. CA Triplehorn, dan NF Johnson. 1996. Pengenalan Pelajaran Serangga, Edisi Keenam,

Penerjemah Soetiyono

Partosoedjono. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Dhalimi, A. 1996. Pola Tanam Lada.

Monograf Tanaman Lada. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. Bogor.

Duarte, S. CI Goncalves., E Figueiredo., JA Quartau., A Mexia., F Amaro. 2006. Viability of rearing Telenomus sp. (Hymenoptera, Scelionidae), an egg parasitoid of Helicoverpa armigera (Lepidoptera, Noctuidae), under laboratory conditions. Boletin de sanidad vegetal 32 (4) : 513-522.

Fahrner, Samuel J. 2012. Flight capacity of Tetrastichus

planipennisi (Eulophidae), an introduced parasitoid of emerald ash borer Agrilus planipennis. Minnesotta: University of Minesotta.

Fitton, M., dan A Walker. 1990. Hymenopterous Parasitoid Associated with Diamondback Moth: The Taxonomic Dilema. International Institute of Entomology 25: 225-231.

Flowerdew, B. 2012. Companion Planting. Skyhorse Publishing. New York.

Hagen, Kenneth S. 1960. Biological Control with Lady Beetles. Plants

(9)

99 and Gardens:the Brooklyn Botanic Garden Record 16 (3): 28–35. Karindah, S., Sultanto, Siswanto, L

Sulistyowati. 2005. Parasitoid Larva-Pupa Tetrastichus howardi (Hymenoptera: Eulophidae) pada Plutella xylostella L. (Lepidoprera: Yponomeutidae) di Penanaman Kubis Kecamatan Batu dan Poncokusumo, Kabupaten Malang. Jurnal Entomologi 1 (2): 61-68. La Salle, J., dan A Polaszek. 2007.

Afrotropical species of the Tetrastichus howardi species

group (Hymenoptera:

Eulophidae). African Entomology 15 (1): 47.

Mani, MS, C Kurian. 1953. Descriptions and records of chalcids from India. Indian Journal of Entomology 15(1): 20.

Nagaraja, H. 1978. Studies on Trichogrammatoidea

(Hymenoptera:

Trichogrammatidae). Oriental Insect Journal. Commonwealth Institute of Biological Control 12 (4): 489-530.

Shaw, M.R. 2003. Revised synonomy in the genus Cotesia (Hymenoptera: Braconidae: Microgastrinae): the identity of the Microgaster

vestalis Haliday, 1834, as a senior synonym of Apanteles plutellae Kurdjumov, 1912. Entomologist’s Gazette 54: 187-189.

Talekar, NS., dan AM Shelton. 1993. Biology, ecology, and management of the diamondback moth. Annual Reviews of Entomology38: 275-301.

US Agriculture. 1981. Growing Cauliflower and Broccoli. University of Minnesotta. US. Valentine, EW. 1998. Pasture Pests:

Diamondback Moth Life Cycle. Information Sheet. The Horticulture and Food Research Institute of New Zealand.

Widaningsih D. 2001. Dampak Pemakaian Pestisida Pada Serangga di Ekosistem Pertanian (Lahan Pertanian Sawah, Desa Telagasari, Kecamatan Telagasari, Kabupaten Karawang, Jawa Barat). Tesis. Universitas Indonesia.

Yaherwandi dan U Syam. 2008. Struktur Komunitas Hymenoptera Parasitoid Yang Berasosiasi Dengan Hama Utama Tanaman Cruciferae dan Tumbuhan Liar Pada Tipe Lanskap Pertanian Berbeda. Monograf Fakultas Pertanian Universitas Andalas.

Gambar

Tabel 1. Rerata jumlah telur  yang  terparasit  oleh  terparasit oleh T. ho
Gambar 1. Persentase Telur P. xylostella Terparasit oleh Trichogrammatoidea bactrae P
Gambar 3. Persentase Pupa

Referensi

Dokumen terkait

Kitap belâgat ilminin konularını Kazvînî ile yerleşmiş olan klasik tasnifi esas alarak meânî, beyân ve bedîʻ olmak üzere üç bölümde ele almaktadır.. 1- Meânî

Sejauh ini, sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, cukup banyak obyek wisata yang membutuhkan pengembangan lebih lanjut, baik milik Pemerintah maupun

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh perbedaan konsentrasi garam terhadap mutu sensori dan kandungan senyawa volatil pada terasi ikan teri.Materi

Hari ketiga dalam masa inkubasi 3 X 24 jam, pada isolat bakteri Staphlococcus aureus sudah tidak ada lagi zona bening disekitar peper disk begitupun dengan isolat bakteri MRSA

Sejalan dengan temuan menyangkut fenomena aktifitas komunikasi melalui penggunaan internet yang mengacu pada dimensi orientasi khalayak dalam level selektifitas

Berdasarkan tingkat pendidikan, keadaan tenaga kerja hingga pada bulan Agustus 2012 masih didominasi oleh mereka yang berpendidikan rendah yaitu SD ke bawah sebesar

Kondisi ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Cronin, Brady dan Hult (2000), menunjukkan bahwa ada pengaruh tidak langsung antara kualitas pelayanan terhadap

Koveksi, yaitu pemanasan atau penyebaran panas yang terjadi akibat adanya gerakan udara secara vertikal, sehingga udara di atas yang belum panas menjadi panas karena pengaruh