• Tidak ada hasil yang ditemukan

MOTIVASI ORANG TUA PADA PENDIDIKAN ANAK DALAM KELUARGA BURUH KEBUN SAWIT DI JORONG MUARA PUTUS TIKU V JORONG KECAMATAN TANJUNG MUTIARA KABUPATEN AGAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MOTIVASI ORANG TUA PADA PENDIDIKAN ANAK DALAM KELUARGA BURUH KEBUN SAWIT DI JORONG MUARA PUTUS TIKU V JORONG KECAMATAN TANJUNG MUTIARA KABUPATEN AGAM"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

MOTIVASI ORANG TUA PADA PENDIDIKAN ANAK DALAM

KELUARGA BURUH KEBUN SAWIT DI JORONG MUARA PUTUS

TIKU V JORONG KECAMATAN TANJUNG MUTIARA

KABUPATEN AGAM

ARTIKEL

RIKA RUBIANTI

NPM: 11070267

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT

PADANG

2015

(2)
(3)

Parent Motivation Toward Children’s Education In Family Workers in The Oil Palm Plantations Jorong Muara Putus Tiku V Jorong

District of Tanjung Mutiara Agam Oleh :

Rika Rubianti1 Erianjoni2 Hefni3

* The Sociology education student of STKIP PGRI West Sumatera

** The Sociology staff of sosiology education of STKIP PGRI West Sumatera *** The Sociology staff of sosiology education of STKIP PGRI West Sumatera

ABSTRACT

This study was motivated by the many children in Jorong Muara Putus End-educated, while jobs occupied by most residents in Jorong Muara Putus is to work as a palm oil plantation workers. Where wages received by workers of oil palm plantations is still very low, namely Rp. 65 000 per day. With the lack of wages received by the workers of the oil palm plantation would be very difficult for workers to meet the needs of everyday life, such as household needs and educational needs of children are increasingly rising. But it is not an obstacle for workers to keep their children in school, and to be able to offset the severe labor between household needs and educational needs of children, because if the child's educational needs are not or less fulfilled the education of children will be neglected. The purpose of this study is to describe the motivation of the parents to the education of children in the family oil palm plantation workers in Jorong Muara Putus Tiku V Jorong Agam District of Tanjung Mutiara.

The theory that I use in this research is the theory of phenomenology of Alfred Schutz. Schutz divide the motives that influence human action into two namely: Because motive, the motive arising from past experiences of individuals as members of society, in this case the experience of the past used by people as something that encourages individuals to act. In order to motive, the motive that comes from seeing the existence of certain values to act now to reach the future. This study uses a qualitative method with descriptive type. Informants were taken by purposive sampling with the informant as much as twelve people. Data was collected by means of observation, direct interview and documentation study. Models and data analysis using Milles and Huberman. The results showed that the motivation of parents for children's education seen from (a) The parents' perception of the importance of Education (b) Children as an asset of the future, (c) Environmental factors (d) Factors the children themselves.

Key Words: Motivation, Education, Worker.

1

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat

2

Pembimbing I, staf pengajar Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat

3

Pembimbing II, staf pengajar Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat

(4)

ABSTRAK

MOTIVASI ORANG TUA PADA PENDIDIKAN ANAK DALAM KELUARGA BURUH KEBUN SAWIT DI JORONG MUARA PUTUS TIKU V JORONG

KECAMATAN TANJUNG MUTIARA KABUPATEN AGAM

Penelitian ini di latarbelakangi oleh banyaknya anak-anak di Jorong Muara Putus yang mengenyam pendidikan, sedangkan pekerjaan yang ditekuni oleh sebagian besar penduduk di Jorong Muara Putus adalah dengan bekerja sebagai buruh kebun sawit. Dimana upah yang diterima oleh para buruh kebun sawit tersebut masih sangat minim, yaitu Rp. 65.000 perharinya. Dengan minimnya upah yang diterima oleh buruh kebun sawit tersebut tentu akan sangat sulit bagi para buruh untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari, seperti kebutuhan rumah tangga dan kebutuhan pendidikan anak yang semakin hari semakin meningkat. Tetapi hal tersebut tidak menjadi halangan bagi para buruh untuk tetap menyekolahkan anak-anak mereka, dan parah buruh harus bisa mengimbangi antara kebutuhan rumah tangga dan kebutuhan pendidikan anak, karena apabila kebutuhan akan pendidikan anak tidak atau kurang terpenuhi maka pendidikan anak akan terlantar. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan motivasi orang tua terhadap pendidikan anak pada keluarga buruh kebun sawit di Jorong Muara Putus Tiku V Jorong Kecamatan Tanjung Mutiara Kabupaten Agam.

Teori yang penulis gunakan dalam penelitian ini yaitu teori fenomenologi dari Alfred Schutz. Schutz membagi motif-motif yang mempengaruhi tindakan manusia ke dalam dua yakni: Because

motive, yaitu motif yang timbul akibat pengalaman masa lalu individu sebagai anggota

masyarakat, dalam hal ini pengalaman masa lalu dijadikan oleh individu sebagai sesuatu yang mendorong individu untuk bertindak. In Order to motive, yaitu motif yang timbul karena melihat adanya nilai-nilai tertentu terhadap tindakan sekarang untuk jangkauan masa depan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan tipe penelitian deskriptif. Informan penelitian diambil secara purposive sampling dengan jumlah informan sebanyak dua belas orang. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara secara langsung dan studi dokumen. Model dan analisis data menggunakan versi Milles dan Huberman.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa motivasi orang tua terhadap pendidikan anak yaitu (a) persepsi orang tua akan pentingnya pendidikan (b) anak sebagai asset masa depan, (c) faktor lingkungan, dan (d) faktor anak itu sendiri.

Kata Kunci: Motivasi , Pendidikan, Buruh

PENDAHULUAN

Pendidikan adalah usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis untuk memotivasi, membina, membantu, serta membimbing seseorang untuk mengembangkan segala potensinya sehingga ia mencapai kualitas diri yang lebih baik. Inti pendidikan adalah usaha pendewasaan manusia seutuhnya (lahir dan batin), baik oleh dirinya sendiri maupun orang lain, dalam arti tuntutan agar anak didik memiliki kemerdekaan berpikir, merasa, berbicara, dan bertindak serta percaya diri dengan penuh rasa tanggung jawab dalam setiap tindakan dan perilaku sehari-hari, Basri (dalam Tatang 2012:14). Pendidikan merupakan suatu proses perubahan sikap dan tingkah laku seseorang di dalam lingkunganya, oleh sebab itu orang-orang yang berpendidikan dalam suatu masyarakat dianggap sebagai orang-orang yang mengerti akan baik buruk dan pantas atau tidak pantasnya suatu tindakan yang dilakukan, pendidikan dalam masyarakat diharapkan

mampu memelihara dan memperbaiki

kehidupan menuju masyarakat yang harmonis dan sejahtera.

Suatu sistem yang berkembang di tengah masyarakat pada masa kini sebagai wadah menempa kualitas sumber daya manusia, adalah melalui ilmu dan pengetahuan, dalam hal ini pendidikan. Sangat besar dampak pendidikan dalam kehidupan masyarakat, baik dalam mewujudkan pembangunan maupun dalam transformasi masyarakat ke arah yang lebih baik. Keberhasilan pendidikan di tengah masyarakat, yaitu membangun sumber daya manusia serta membangun infrastruktur guna mendukung kesejahteraan masyarakat tersebut. Pendidikan menjadi suatu hal yang dirasa sangat penting bagi masyarakat karena telah menyaksikan keberhasilannya. Akhirnya tingkat pendidikan menjadi suatu prestise di tengah-tengah masyarakat. Pendidikan yang mencerdaskan menjadi tujuan masyarakat, maka anak-anak disekolahkan untuk mengecap pendidikan (Simanjuntak, 2014:56-57).

(5)

Masalah pendidikan sama sekali tidak dapat dipisahkan dari kehidupan, baik dalam kehidupan keluarga, maupun dalam kehidupan bangsa dan negara. Karena maju mundurnya suatu bangsa sebagian besar ditentukan oleh maju mundurnya pendidikan di negara itu sendiri. Suatu negara dapat dikatakan negara maju jika masyarakatnya mendapatkan pendidikan yang baik, dan lebih mengutamakan kebutuhan akan pendidikan dibandingkan kebutuhan lainnya, sebaliknya suatu negara dapat dikatakan negara terbelakang jika

masyarakatnya banyak yang tidak

berpendidikan, dalam artian suatu negara yang tidak mementingkan pendidikan untuk masyarakatnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam suatu negara, oleh karena itu negara-negara yang ingin maju selalu melakukan berbagai upaya agar pendidikan di negaranya tetap berjalan dengan baik. Triwiyanto (2014:116-117), mengemukakan bahwa setiap warga negara memiliki hak yang setara dalam sistem pendidikan nasional. Hak setiap warga negara dalam sistem pendidikan nasional yaitu: (1) Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu. (2) Warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan sosial berhak memperoleh pendidikan khusus. (3) Warga negara di daerah terpencil atau terbelakang serta masyarakat adat yang terpencil berhak memperoleh pendidikan layanan khusus. (4) Warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus. (5) Setiap warga negara berhak mendapat kesempatan meningkatkan pendidikan sepanjang hayat.

Melihat begitu pentingnya pendidikan bagi kehidupan, pemerintah pun telah melakukan berbagai upaya agar semua warga negaranya mendapatkan pendidikan yang lebih baik. Tidak terkecuali bagi masyarakat yang bekerja sebagai buruh kebun sawit di Tiku V Jorong, tepatnya di Jorong Muara Putus. Jorong Muara Putus merupakan salah satu jorong yang terdapat di Tiku V Jorong, Jorong Muara Putus adalah kawasan pesisir yang didominasi oleh kawasan lindung dengan basis ekonomi pertanian (perkebunan lahan kering dan hortikultura). Mata pencarian masyarakat Jorong Muara Putus pun beraneka ragam, masyarakat yang tinggal di sepanjang pesisir pantai bermata pencarian sebagai nelayan, sedangkan pada daerah dataran mata pencarian masyarakat yaitu berkebun sawit.

Di Jorong Muara Putus terdapat sebuah perusahaan minyak kelapa sawit yang bernama PT Mutiara Agam yang dikelola oleh pihak

swasta yang dijadikan masyarakat sekitar PT tersebut sebagai sumber mata pencarian mereka. Dengan adanya PT tersebut tentu membutuhkan tenaga kerja bagi perusahaannya dan memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat terutama untuk bagian kebun sawit mereka. Luasnya kebun sawit perusahaan tersebut akan menyerap tenaga kerja sehingga banyak masyarakat di sekitar PT yang menjadi buruh kebun sawit. Untuk itu, di dalam penelitian ini peneliti memfokuskan penelitian di Jorong Muara Putus, karena banyaknya masyarakat Jorong Muara Putus yang bekerja sebagai buruh kebun sawit, sebagaimana terlihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 1

Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencarian

No Jenis Pekerjaan Jumlah (orang)

1 PNS 10

2 Nelayan 55

3 Perkebunan 15

4 Buruh Pabrik 70

5 Buruh Kebun Sawit 150

6 Wiraswasta 45

Jumlah 345

Sumber: Kantor Wali Nagari Tiku V Jorong

Berdasarkan data di atas terlihat bahwa jenis pekerjaan yang paling didominasi oleh masyarakat Jorong Muara Putus yaitu dengan bekerja sebagai buruh kebun sawit, dimana terdapat 150 orang yang bekerja sebagai buruh kebun sawit, sedangkan jumlah pekerjaan terkecil yaitu PNS sebanyak 10 orang. Pekerjaan yang dilakukan oleh para buruh kebun sawit berada di bawah kendali perusahaan, jenis pekerjaan mereka pun bermacam-macam, ada yang bertugas sebagai tukang panen sawit jika sudah tiba waktu panen, ada yang bekerja sebagai pembersih pekebunan sawit dan ada juga yang bekerja sebagai pemberi pupuk sawit.

Melihat pekerjaan masyarakat Jorong Muara Putus yang banyak bekerja sebagai buruh kebun sawit yang mana buruh kebun sawit tersebut harus memenuhi kebutuhannya baik itu sandang, pangan, papan, dan terutama sekali pendidikan untuk anak-anak mereka. Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan pada tanggal 9 Maret 2015 dengan beberapa orang buruh kebun sawit bahwa upah yang diterima dengan bekerja sebagai buruh kebun sawit hanya Rp. 65.000 perharinya, dimana dengan minimnya penghasilan yang ia terima tersebut tentu akan sangat sulit baginya untuk memenuhi kebutuhan tersebut, apalagi pendidikan sekarang biayanya

(6)

sangat mahal dan ditambah lagi dengan harga bahan pokok rumah tangga yang juga semakin melonjak. Meskipun demikian masyarakat Jorong Muara Putus, khususnya orang tua yang bekerja sebagai buruh kebun masih memiliki motivasi yang kuat untuk menyekolahkan anak-anak mereka, hal ini terlihat dari 200 anak-anak usia sekolah yang ada di Jorong Muara Putus, 190 anak diantaranya masih duduk dibangku pendidikan, yang sebagian besarnya adalah anak dari buruh kebun sawit. Berikut akan dijelaskan pendidikan anak dari keluarga buruh kebun sawit.

Tabel 2

Pendidikan Anak pada Keluarga Buruh Kebun Tingkat Pendidikan Jumlah Masih Sekolah Jumlah Putus Sekolah SD 95 3 SMP 15 3 SMA 14 -

Sumber: Data Primer Tahun 2015

Berdasarkan penjelasan dan data di atas dapat dilihat bahwa dari 200 anak usia sekolah yang ada di Jorong Muara Putus, 130 anak diantaranya adalah anak dari keluarga buruh kebun sawit, dan terdapat 6 orang anak diantaranya sudah putus sekolah. Hal ini menunjukkan bahwa keinginan atau motivasi orang tua terhadap pendidikan anak masih tinggi, mengingat bahwa minimnya pendapatan yang diterima oleh buruh kebun sawit tersebut. Oleh sebab itu peneliti melihat dari segi orang tua itu sendiri, karena dengan minimnya pendapatan yang ia terima dengan bekerja sebagai buruh kebun sawit ternyata tidak menyurutkan keinginan orang tua untuk tetap menyekolahkan anak-anaknya. Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas maka yang menjadi fokus penelitian ini adalah “Motivasi Orang Tua Pada Pendidikan Anak Dalam Keluarga Buruh Kebun Sawit di Jorong Muara Putus Tiku V Jorong Kecamatan Tanjung Mutiara Kabupaten Agam”. METODOLOGI PENELITIAN

Metode yang digunakan di dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain. Metode ini digunakan karena dalam penelitian ini peneliti ingin mengkaji lebih luas tentang apa yang menjadi acuan bagi orang tua sehingga termotivasi untuk menyekolahkan anak-anak mereka, dalam artian bahwa jawaban dari pertanyaan ini

membutuhkan penjelasan yang lebih luas dalam bentuk kata-kata yang hanya bisa diperoleh dari hasil wawancara mendalam. Sedangkan penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif, dimana data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka.

Informan penelitian ditentukan dengan menggunakan teknik Purposive sampling. Kriteria orang yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah: buruh kebun sawit di Jorong Muara Putus yang telah berkeluarga dan menyekolahkan anaknya, anak dari keluarga buruh kebun sawit yang masih bersekolah, guru yang mengajar dimana anak dari keluarga buruh kebun sawit bersekolah. Jumlah informan dalam penelitian ini adalah 14 orang yang terdiri dari 7 orang tua, 2 orang guru, dan 5 orang anak. analisis data dilakukan dengan reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Penelitian dilakukan di Jorong Muara Putus Tiku V Jorong Kecamatan Tanjung Mutiara Kabupaten Agam. Alasan memilih lokasi penelitiannya di Jorong Muara putus karena Jorong Muara Putus merupakan salah satu jorong yang masih memiliki tingkat pendidikan yang tinggi meskipun di Jorong Muara Putus pekerjaan yang didominasi oleh masyarakatnya yaitu bekerja disektor perkebunan sawit yang salah satunya bekerja sebagai buruh kebun sawit.

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN Jorong Muara Putus merupakan salah satu jorong yang terdapat di Nagari Tiku V Jorong Kecamatan Tanjung Mutiara Kabupaten Agam. Jorong Muara Putus terletak pada 0,03 LS dan 100,22 BT dengan ketinggian 2 m di atas permukaan laut. Adapun batas wilayah Jorong Muara Putus adalah: Sebelah Utara berbatasan dengan Gadih Angik (Masang Timur), Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia, Sebelah Timur berbatasan dengan Ujung Labung, dan Sebelah Barat berbatasan dengan Masang.

Jorong Muara Putus memiliki kelembaban udara 5,00% dan suhu udara rata-rata 26ºC dan topografi dataran rendah dan pesisir pantai, sehingga Jorong Muara Putus merupakan salah satu daerah yang dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar sebagai lokasi mata pencarian, seperti berkebun dan menangkap ikan di laut.

(7)

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Pendidikan Anak Pada Keluarga Buruh Kebun Sawit

Pendidikan anak dari keluarga buruh kebun sawit di Jorong Muara Putus tergolong cukup baik, hal ini terlihat dari pendidikan yang dicapai anak dari buruh kebun sawit. Pendidikan anak dari buruh kebun sawit tidak hanya sampai pada tingkat sekolah saja, bahkan sudah ada yang sampai pada tingkat perguruan tinggi. Berdasarkan wawancara yang telah peneliti lakukan dengan beberapa penduduk Jorong Muara Putus mengatakan bahwa terdapat lima anak yang sedang melanjutkan pendidikannya di perguruan tinggi, salah seorang diantaranya adalah anak dari buruh kebun sawit, yaitu anak dari Ibu Litriati.

Bapak Syahril memiliki empat orang anak, tingkat pendidikan anak pertama dan kedua Bapak Syahril hanya sampai tamat SMA, dan dua anaknya lagi saat ini sedang menduduki bangku SMP dan SMA. Bapak Indra memiliki 5 orang anak, tingkat pendidikan anak pertama dari Bapak Indra hanya sampai bangku SMP, sedangkan anak keduanya sudah tiga tahun tamat SMA dan tidak melanjutkan pendidikannya lagi, sedangkan tiga orang anaknya lagi saat ini masih duduk di bangku pendidikan, diantaranya dua orang sedang menduduki bangku SMP, dan satunya lagi sedang menduduki bangku SMA. Ibu Anita memiliki 5 orang anak, tingkat pendidikan anak pertama Ibu Anita hanya sampai pada tingkat SMK, sedangkan anak kedua Bu Anita sudah dua tahun menamatkan SMA dan tidak melanjutkan pendidikannya. Sedangkan ketiga anaknya lagi sedang menduduki bangku sekolah. Diantaranya, satu orang anak yang masih duduk di bangku pendidikan SD, satu orang dibangku SMP, satu orang dibangku SMA.

Ibu Epa memiliki tiga orang anak, tingkat pendidikan yang dimiliki oleh anak pertama dari Ibu Epa hanya sampai pada tingkat SMP, dan anak kedua Ibu Epa sudah tujuh tahun tamat SMA dan tidak melanjutkan pendidikannya, sedangkan anak ketiga Ibu Epa sedang menduduki bangku SMA. Ibu Litriati memiliki enam orang anak, anak pertama sudah tiga tahun tamat kuliah yang sekarang sudah bekerja, dan anak kedua sudah lima tahun menamatkan SMA dan tidak melanjutkan pendidikannya, sedangkan anak ketiga saat ini sedang menduduki bangku perkuliahan, anak keempat sedang menduduki bangku SMA, anak kelima sedang menduduki bangku SMP, dan anak keenam masih duduk di bangku taman kanak-kanak. Ibu Misrayenti

memiliki tiga orang anak, anak pertama dan kedua sedang menduduki bangku sekolah dasar, sedangkan anak ketiga masih belum sekolah. Ibu Erin memiliki enam orang anak, tingkat pendidikan anak pertama dan kedua Ibu Erin hanya sampai pada tingkat SMP, dan anak ketiga dari Ibu Erin sudah menamatkan SMA dan tidak melanjutkan pendidikannya lagi, sedangkan ketiga anaknya lagi sedang menduduki bangku sekolah, diantaranya dua orang anaknya sedang menduduki bangku SMA, dan satu anaknya lagi sedang menduduki bangku SMP.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan anak dari keluarga buruh kebun sawit selalu mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari meningkatnya tingkat pendidikan yang dimiliki oleh anak kedua, ketiga dan selanjutnya jika dibandingkan dengan pendidikan anak pertama. Hal ini menunjukkan bahwa motivasi orang tua terhadap pendidikan anak selalu mengalami peningkatan. Jika pendidikan anak pertama hanya sampai tingkat SMA, maka dapat dilihat bahwa pendidikan anak kedua dan selanjutnya bisa sampai tamat SMA. Dari penjelasan di atas juga dapat dilihat bahwa masih rendahnya keinginan orang tua untuk melanjutkan pendidikan anak ke perguruan tinggi.

B. Gambaran Umum Buruh Kebun Sawit 1. Deskripsi Pekerjaan Buruh Kebun

Sawit

Buruh kebun sawit dalam penelitian ini adalah buruh kebun sawit yang berada di Jorong Muara Putus, yaitu orang-orang yang bekerja di bawah naungan seorang pengawas yang telah dipercaya oleh perusahaan. Berdasarkan wawancara yang telah peneliti lakukan dengan informan bahwa pekerjaan yang dilakukan oleh buruh kebun sawit pun beraneka ragam, seperti

memupuk, memanen, membabat

(membersihkan lingkungan perkebunan sawit), menanam bibit, dan mengisi polibeg. Tergantung apa yang diperintahkan oleh pengawas dan sesuai dengan apa yang dibutuhkan untuk kelangsungan kebun sawit untuk tetap terjaga dengan baik dan memberikan hasil yang baik. Untuk memanen sawit dibutuhkan tenaga laki-laki karena pekerjaannya yang membutuhkan tenaga yang kuat dan tidak memungkinkan wanita untuk melakukan pekerjaan sebagai tukang panen. Sedangkan pekerjaan yang bisa dilakukan oleh buruh wanita adalah membabat, memupuk, menanam bibit, dan mengisi polibeg untuk ditanami bibit sawit. Dan pekerjaan sebagai

(8)

buruh kebun sawit memerlukan tenaga dan kondisi fisik yang kuat, seperti halnya ketika memanen dan membabat, jika memiliki kondisi fisik yang tidak kuat maka akan dapat membahayakan diri sendiri. Oleh sebab itu kondisi fisik yang kuat merupakan salah satu syarat yang harus dimiliki oleh buruh kebun sawit untuk dapat bekerja, meskipun pekerjaan ini dapat dilakukan oleh siapa saja tanpa memandang umur.

2. Pendidikan

Berdasarkan hasil temuan peneliti di lapangan bahwa pada umumnya buruh kebun sawit memiliki tingkat pendidikan yang rendah, ada yang hanya sampai tingkat SD, SMP, SMA, dan bahkan ada yang tidak menamatkan sekolah dasar sekalipun. Pendidikan dari informan yang terendah yaitu bapak Syaril dan ibu Epa yang tidak menamatkan sekolah dasar (SD), dan pendidikan tetinggi yaitu ibu Misrayanti yang telah menamatkan sekolah menengah pertama (SMP). Karena pendidikan yang rendah yang mereka milikilah yang menyebabkan mereka hanya bisa bekerja sebagai buruh kebun sawit. Dimana bekerja sebagai buruh kebun sawit tidak membutuhkan keahlian khusus dan ijazah, cukup dengan kondisi fisik yang kuat yang mereka miliki mereka sudah bisa bekerja di kebun sawit. Hal ini didukung dengan adanya kebun sawit yang luas milik perusahaan yang berada tepat di antara perbatasan Jorong Ujung Labung dan Jorong Muara Putus, sehingga memberikan lowongan bagi masyarakat sekitar untuk bekerja di kebun sawit tersebut meskipun tidak menamatkan pendidikan.

Tabel 9

Tingkat Pendidikan Buruh Kebun No Nama Pendidikan 1 Syahril SD 2 Indra SD 3 Anita SD 4 Epa SD 5 Litriati SD 6 Misrayenti SMP 7 Erin SD

Sumber: Data Primer Tahun 2015

3. Pendapatan

Pendapatan yang diterima oleh buruh kebun sawit yaitu Rp. 65.000 per harinya, kecuali buruh kebun sawit yang bekerja sebagai tukang panen, karena mereka akan menerima upah sesuai dengan banyaknya hasil panen yang mereka dapatkan, jika hasil panen yang mereka

dapatkan banyak maka mereka juga akan mendapatkan upah yang besar, dan begitupun sebaliknya, upah sedikit akan mereka terima jika hasil panen yang mereka dapatkan juga sedikit. Upah tersebut akan mereka terima setiap satu bulan sekali, dan banyaknya upah yang mereka terima setiap bulannya tergantung banyaknya hari yang mereka habiskan untuk bekerja dalam satu bulan, jika buruh kebun sawit memanfaatkan setiap hari bekerja dengan baik yaitu senin-jumat tanpa ada waktu libur dalam satu bulan maka mereka akan mendapatkan upah sebanyak Rp. 1.288.000 setiap bulannya, sedangkan Bapak Indra yang bekerja sebagai tukang panen memperoleh penghasilan yang lebih dari buruh lainnya yaitu Rp. 2.400.000 per bulannya, itupun jika hasil panen yang ia dapatkan juga banyak. Dengan minimnya upah yang diterima setiap bulannya oleh buruh kebun sawit seperti yang telah dijelaskan di atas tentu akan sulit untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan juga kebutuhan pendidikan anak-anak bagi para buruh itu sendiri, oleh sebab itu tidak sedikit juga istri atau suami dari buruh kebun ini yang ikut membantu bekerja untuk meringankan beban keluarga, seperti halnya istri dari Bapak Indra juga ikut bekerja sebagai buruh kebun untuk meringankan beban suaminya, begitu juga dengan suami dari Ibu Misrayenti dan Ibu Erin, mereka sama-sama bekerja agar bisa memenuhi kebutuhan hidup.

C. Motivasi Orang Tua Terhadap Pendidikan Anak

Berikut merupakan faktor-faktor yang

menjadi motivasi orang tua untuk

menyekolahkan anak, diantaranya:

1. Persepsi Orang Tua Akan Pentingnya Pendidikan, yaitu pemahaman orang tua akan arti pentingnya pendidikan, sehingga mereka juga memberikan pengertian yang sama terhadap anak-anak mereka agar anak-anak mereka berkeinginan untuk sekolah. Pentingnya pendidikan bagi orang tua karena dengan tingginya tingkat pendidikan akan memudahkan anak dalam mencari pekerjaan.

2. Anak sebagai aset masa depan, yaitu dengan disekolahkannya anak dapat membuat anak memiliki skill dan pengetahuan yang lebih baik. Hal ini tentu

akan mempermudah anak untuk

mendapatkan pekerjaan yang lebih baik suatu hari nanti, dan dapat merubah kehidupan dan perekonomian keluarga untuk kedepannya.

(9)

3. Faktor lingkungan, yaitu bagi masyarakat Jorong Muara Putus, seseorang akan dipandang dan dihargai keberadaannya berdasarkan pendidikan dan status sosial yang ia miliki, semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin tinggi pula status seseorang tersebut di lingkungannya dan

semakin dihargai ia di dalam

lingkungannya. Oleh karena itu orang tua di Jorong Muara Putus termotivasi untuk menyekolahkan anak karena ingin dihargai dan tidak ingin dipandang rendah oleh masyarakat di lingkungannya.

4. Faktor anak itu sendiri, yaitu karena ketekunan, kerajinan dan nilai yang diperoleh oleh anak ketika sekolah yang menyebabkan orang tua termotivasi untuk menyekolahkan anak.

KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang telah peneliti lakukan di Jorong Muara Putus tentang motivasi orang tua pada pendidikan anak dalam keluarga buruh kebun sawit di Jorong Muara Putus Tiku V Jorong Kecamatan Tanjung Mutiara Kabupaten Agam, maka didapatkan beberapa hal

yang memotivasi orang tua untuk

menyekolahkan, diantaranya: (1) Persepsi orang tua akan pentingnya pendidikan, sehingga membuat orang tua juga memberikan pengertian yang sama terhadap anak-anak mereka agar anak-anak mereka berkeinginan untuk sekolah. Keinginan orang tua untuk menyekolahkan anak agar anak-anaknya menjadi orang pintar dan kelak bisa mendapatkan pekerjaan dan kehidupan yang lebih baik, (2) Anak sebagai aset masa depan, bagi orang tua di Jorong Muara Putus pendidikan anak sangatlah penting, karena dengan menyekolahkan anak bisa membuat anak memiliki skill dan pengetahuan yang lebih baik,

yang akan mempermudah anak untuk

mendapatkan pekerjaan yang lebih baik suatu hari nanti, serta dapat merubah kehidupan dan perekonomian keluarga untuk kedepannya, (3) Faktor lingkungan, dimana dengan berada di lingkungan yang mana seseorang akan dipandang dan dihargai berdasarkan pendidikan dan status sosial yang ia miliki, semakin tinggi pendidikan dan status seseorang maka semakin dihargai pula ia di lingkungannya, sehingga menyebabkan orang tua di Jorong Muara Putus juga termotivasi untuk menyekolahkan anak karena tidak ingin dipandang rendah di dalam lingkunganya, (4) Faktor yang berasal dari anak itu sendiri, yaitu dengan melihat semangat dan kemauan anak untuk sekolah yang diperlihatkan

oleh anak dari cara belajar dan nilai yang diperoleh anak sehingga menumbuhkan keinginan orang tua untuk tetap melanjutkan pendidikan anak.

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti dapatkan di lapangan, maka dalam hal ini peneliti ingin memberikan beberapa saran, diantaranya kepada:

1. Buruh kebun sawit untuk tetap mempertahankan prinsip yang dipegang yakni memprioritaskan pendidikan anak, bahkan kalau bisa pendidikan anak dilanjutkan hingga perguruan tinggi agar anak memperoleh skill yang lebih baik. 2. Pemerintah setempat untuk lebih

memperhatikan lagi kehidupan para buruh kebun sawit dan pendidikan anak di Jorong Muara Putus, karena jika kehidupan para buruh tetap seperti ini dimana semakin hari harga kebutuhan pokok juga semakin melonjak dan para buruh harus tetap memperjuangkan antara kebutuhan pokok dan pendidikan anak, maka tidak tertutup kemungkinan akan berdampak buruk terhadap pendidikan anak. Untuk itu diharapkan peran pemerintah untuk dapat membantu kehidupan para buruh kebun sawit dan membantu biaya pendidikan anak agar pendidikan anak tidak terlantar, karena anak merupakan generasi penerus bangsa yang akan memperjuangkan bangsa ini kelak.

DAFTAR PUSTAKA

Afrizal. 2014. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajawali Pers

Simanjuntak, bungaran Antonius. 2014.

Korelasi Kebudayaan Dan

Pendidikan Membangun Pendidikan Berbasis Budaya Lokal. Jakarta:

Yayasan Pustaka Obor Indonesia Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang

Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2007. andasan

Psikologi Proses Pendidikan.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya Tatang. 2012. Ilmu Pendidikan. Bandung:

Pustaka Setia

Triwiyanto, teguh. 2014. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

7

Referensi

Dokumen terkait

Ironinya pembuat undang-undang bertindak ambigu karena produk legislasi yang dihasilkan tidak mempunyai landasan filosofi yang jelas untuk mengatasi masalah yang

Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan segala nikmat kesehatan, pemahaman, dan kasihNya sehingga kami dapat menyelesaikan

Untuk mencapai tujuan penelitian digunakan metode survey, penelitian ini menggunakan plot (petak kecil) yang digunakan untuk mendapatatkan besarnya erosi yang

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian Pengaruh luas lahan, pemberian pupuk, pestisida dan salinitas terhadap produktivitas padi sawah

Hasil belajar siswa dalam mata pelajaran bahasa Indonesia juga mengalami peningkatan, pada skor dasar memperoleh rata-rata nilai hasil belajar sebesar 48,38 dengan

Berendah hati banyak manfaat Dalam bergaul orang kan hormat Saudara suka sahabat mendekat Hidup beramai semakin erat Manfaatnya dapat dunia akhirat Tunjuk Ajar Melayu mengajarkan agar

Beberapa penelitian yang membahas penjadwalan job shop kelompok mesin paralel homogen dan heterogen dengan kriteria minimasi makespan diantaranya, Puryani (2003)

Penilaian dalam akuntansi merupakan proses pemberian jumlah moneter (kuantitatif) yang bermakna pada aktiva. Salah satu tujuan dari penilaian adalah untuk menyajikan