• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III METODOLOGI PENELITIAN"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

III - 1

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

III.1 Gambaran Umum Metodologi

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan baik data primer maupun data sekunder. Kedua data ini kemudian digunakan untuk melakukan analisis kerentanan lingkungan terhadap tumpahan minyak. Gambar III.1 menunjukkan skema garis besar metodologi penelitian.

Data yang digunakan dalam penelitian ini (Tabel III-1) terdiri dari data hasil pengukuran sisa minyak di dalam sedimen serta model analisis spasial. Hasil pengukuran sisa minyak digunakan untuk melakukan validasi terhadap model analisis spasial yang ada. Model analisis spasial yang digunakan merupakan sebuah model yang mengklasifikasi wilayah berdasarkan tingkat kerentanan lingkungannya. Kriteria umum yang digunakan dalam analisis tingkat kerentanan lingkungan adalah penyesuaian dari kriteria Environmental Sensitivity Index (ESI) U.S (NOAA Ocean Service, 2002). Parameter yang digunakan hanyalah parameter fisik, yakni klasifikasi garis pantai. Sistem pemetaan ini tidak mempertimbangkan parameter sumber daya biologi dan penggunaan ruang pesisir dan laut.

Model analisis spasial dengan parameter fisik kemudian ditambahkan dengan analisis beberapa parameter lingkungan yakni temperatur, klorofil-a, dan colored dissolved organic matter (CDOM)

Data yang digunakan untuk membuat model sebaran klorofil dan TPL adalah gambar sebaran klorofil dan TPL citra MODIS-Aqua Level 3Standard Mapped

Image (SMI3) yang diperoleh dari situs

http://oceancolor.gsfc.nasa.gov/cgi/level3.pl?. Sementara model sebaran CDOM disusun dengan menggunakan citra MODIS- dengan resolusi spasial 1 km. Model sebaran yang disusun kemudian memiliki resolusi 4 km.

(2)

III - 2

(3)

III - 3

Periode waktu pengambilan model sebaran klorofil-a dan TPL adalah pada musim barat 2004 – 2006 (Juni – Agustus) dan musim timur 2004 – 2006 (Desember – Maret). Sementara untuk model sebaran CDOM, citra yang digunakan berasal dari pengambilan pada periode waktu April-Mei 2008.

Tabel III.1 Data yang Digunakan

Parameter Data Periode waktu Sumber Data

Parameter

Fisik Model ESI 2003 Hafizh Ali, 2003

TPL dan

Klorofil-a MODIS-Aqua Level 3 Standard Mapped Image (SMI3) Juni – Agustus 2004 – 2006 Desember Maret 2004 – 2006 Website Ocean Color Colored Dissolved Organic Matter MODIS-Aqua dan MODIS-Terra Level 1A

April-Mei 2008 Website Ocean Color Total

Petroleum Hydrocarbon (TPH)

Sampling Lapangan Agustus 2006

III.2 Penyusunan Model Parameter Kualitas Air

Pada penelitian ini, model ESI yang digunakan merupakan model yang telah dibuat sebelumnya sehingga berperan sebagai data sekunder untuk proses analisis. Untuk melengkapi analisis kerentanan lingkungan dari model yang telah ada maka dibuat model penyebaran Temperatur Permukaan Laut (TPL), klorofil-a, dan colored dissolved Organic Matter (CDOM)

Pengolahan parameter CDOM meliputi pengolahan awal dan pengolahan lanjut. Pengolahan awal meliputi koreksi radiometrik dan geometrik citra. Koreksi radiometrik dan geometrik berfungsi untuk memulihkan data citra yang mengalami distorsi ke arah gambaran yang lebih sesuai dengan keadaan sebenarnya. Setelah proses ini selesai maka data sudah dapat digunakan untuk mendapatkan informasi selanjutnya dengan cara mengekstrak mengggunakan metode yang sesuai dengan informasi yang diperlukan.

(4)

III - 4

Pengolahan data menggunakan software Seadas 5.0.. Pengolahan dengan menggunakan SeaDAS (SeaWiFS Data Analysis System) mencakup preprocessing (koreksi geometrik, koreksi atmosfer, land and cloud masking, pemotongan citra) serta pengolahan lanjutan untuk memperoleh informasi mengenai parameter CDOM.

Klasifikasi hasil pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software ArcGIS 9 baik untuk data TPL, klorofil-a, dan CDOM

III.2.1 Temperatur Permukaan Laut (TPL)

Algoritma yang digunakan untuk menyusun sebaran temperatur permukaan laut adalah algoritma MODIS standar 11µm NLSST. Algoritma ini merupakan algoritma empirik yang dikembangkan dari regresi nonlinear (polinomial tingkat 4) antara in situ surface reflectance dan rasio remote-sensing reflectance (Rrs) pada saluran yang berbeda. Dasar dari algoritma temperatur permukaan laut adalah sebagai berikut:

       sec  1   

T31 adalah temperatur kecerahan saluran 31, sementara T3132 adalah selisih temperatur kecerahan antara saluran 32 dan 31. θ adalah sudut zenith satelit (Brown et al., 1999).

Algoritma TPL ini dapat langsung digunakan karena telah dilakukan validasi secara frekuentif. Validasi dilakukan dengan mengukur kondisi atmosfer untuk memvalidasi koreksi atmosferik serta pengukuran TPL in situ (Brown et al., 1999). Data TPL yang digunakan berasal dari North American match-up database dan Global match-up database (Tabel III.2)

(5)

III - 5

Tabel III.2 Sumber Nilai TPL in situ Sebagai Sumber Validasi Algoritma TPL

Tipe Platform Sumber

Moored buoys

NDBC US National Data Buoy Center, NDBC (melalui NASA/GSFC) Jepang Japanese Meteorological Agency TOGA/

TAO

NOAA Pacific Meterological and Environmental Laboratory

Drifting Buoys

AOML NOAA Atlantic Oceanographic and Meteorological Laboratory

MEDS Canadian Marine Environmental Data Service (melalui NASA/GSFC) Sumber: Brown et al., 1999

Setelah citra dipotong berdasarkan koordinat wilayah studi kemudian dilakukan klasifikasi temperatur. Wilayah dibagi menjadi kelompok-kelompok rentang temperatur dengan jarak temperatur 100C dimulai dari 200C.

III.2.2 Klorofil-a

Algoritma yang digunakan untuk menyusun sebaran klorofil adalah algoritma OC3M MODIS chl_a, yakni sebagai berikut:

  10.0.  .!"#$%& ."!#$%' & .(")#$%$ .#$%* 

di mana

+  log +/443 2 +/488

+/551 

Algoritma klorofil-a pada MODIS AQUA telah divalidasi terhadap pengukuran in situ yang dilakukan pada berbagai lokasi (Gambar III.2). Validasi dilakukan pada tanggal 13 Februari 2006 pada 177 titik (Werdell, 2007), kemudian dibandingkan dengan regresi pada hasil pengukuran klorofil-a MODIS AQUA (Gambar III.2). Hasil validasi menunjukkan bahwa pengukuran MODIS-AQUA mendekati nilai hasil

(6)

III - 6

pengukuran lapangan, sehingga algoritma ini dapat digunakan untuk menganalisis klorofil-a di perairan laut.

. (a)

(b)

Gambar III.2 (a) Peta Global Titik Pengukuran Lapangan Klorofil-a (b) Hasil Regresi Klorofil-a Pengukuran Lapangan dan Pengukuran Citra

MODIS-AQUA (Sumber: Werdell, 2007)

(7)

III - 7

III.2.3 Colored Dissolved Organic Matter (CDOM)

CDOM adalah fraksi materi organik terlarut yang menyerap cahaya baik ultraviolet maupun cahaya tampak. Dalam literatur, materi organik terlarut juga disebut sebagai colored dissolved organic matter (CDOM), humus akuatik, “Gelbstoff”, atau materi kuning (yellow matter). Istilah ini mengacu pada semua senyawa organik terlarut yang secara signifikan berkontribusi terhadap absorpsi cahaya pada gelombang tertentu.

CDOM disebabkan oleh pelapukan partikel organik (organic detritus), yang melepaskan senyawa tanin ke dalam air, sehingga menyebabkan warna air menjadi kuning hingga coklat. Partikel organik secara alami terjadi pada materi tumbuhan mati, seperti daun, dan jasad fitoplankton yang diproduksi dalam badan air. CDOM juga dapat berasal dari aktivitas manusia, seperti penambahan nutrien yang memacu pertumbuhan fitoplankton, dan meningkatkan jumlah fitoplankton yang mati.

Konsentrasi materi organik terlarut yang tinggi terdapat di rawa, danau, dan sungai. Konsentrasi lebih rendah ditemukan di estuari dan area pesisir (Kirk, 1994 dalam Abu Daya, 2004). Konsentrasi terendah dari materi organik terlarut ditemukan di wilayah laut terbuka.

CDOM merupakan parameter yang penting untuk diukur selain karena korelasinya terhadap salinitas, CDOM juga merupakan komponen yang mengumpulkan logam dan PAH, memisahkannya dari air sehingga menurunkan toksisitas terhadap organisme. Namun, CDOM dapat pula menurunkan konsentrasi oksigen terlarut dalam perairan alami, menyebabkan lepasnya nutrien (Bushaw et al., 1996 dalam Coble et al.,2003) , dan beberapa logam dari sedimen.

CDOM diukur dengan menggunakan model semi-analitikal biomodel Garver-Siegel-Maritorena-2001 , yakni dengan mengukur koefisien absorpsi gelbstoff dan material detrital pada gelombang 412 nm per meter (adg(412)m-1) air.

(8)

III - 8 III.3 Pengambilan Sampel

Pemantauan lapangan dilakukan untuk mengetahui kondisi lingkungan di wilayah studi. Lampiran A.2 menguraikan secara singkat hasil pemantauan lapangan yang dilakukan pada tahun 2006. Sampel kemudian diambil untuk melakukan validasi terhadap model spasial fisik (model ESI). Pemantauan lapangan dilakukan di 48 titik dengan sampel diambil di 15 titik (Gambar III.3) secara komposit dari setiap titik pengambilan, yakni dengan mengambil tiga subsampel dari setiap titik. Setiap subsampel dari satu titik dimasukkan ke dalam satu kantong plastik dan dicampur. Tanggal pengambilan sampel adalah 6-7 Agustus 2006 dengan waktu pengambilan bervariasi (Tabel III.3). Hanya 14 sampel yang kemudian diperiksa oleh karena keterbatasan medium sampel.

Tabel III.3 Waktu dan Posisi Pengambilan Sampel

No. ID Tanggal Jam Posisi

X Y 1 PRA010 6 Agustus 17.55 678718 9364962 2 PRA011 6 Agustus 17.50 678753 9364998 3 PRA012 6 Agustus 17.45 678795 9365032 4 PRA015 6 Agustus 17.32 678910 9365032 5 PRA017 6 Agustus 17.25 678950 9364952 6 PRA019 6 Agustus 17.19 678944 9364852 7 PRA029 6 Agustus 16.45 678798 9364506 8 PRA030 6 Agustus 16.36 678780 9364462 9 PRA045 6 Agustus - 678456 9364254 10 PRA053 6 Agustus - 678526 9364516 11 PRA09B 7 Agustus 07.07 678713 9364944 12 PRA11A 7 Agustus 07.15 678755 9365016 13 PRA11B 7 Agustus 07.19 678712 9365064 14 PRA15A 7 Agustus 07.43 678954 9365012 Sumber: Rallyanti, 2006

(9)

III - 9

Gambar III.3 Posisi titik-titik pengambilan data Pulau Pramuka

III.4 Pengukuran Total Petroleum Hydrocarbon

Pengukuran Total Petroleum Hydrocarbon (TPH) dilakukan dengan menggunakan metode ekstraksi-Soxhlet. Prinsip pengukurannya adalah sampel sedimen diasamkan dengan menggunakan asam klorida pekat hingga terjadi pemisahan antara minyak dan lemak dengan sedimen. Selanjutnya, sampel dibungkus dengan menggunakan kertas thimbel dan diekstraksi dengan alat Soxhlet menggunakan pelarut hexane.

Hasil ekstraksi kemudian dilarutkan kembali dengan menggunakan pelarut hexane. Ke dalamnya kemudian ditambahkan silika gel untuk memisahkan lemak dari minyak. Hasil ekstraksi tersebut kembali diekstraksi dengan menggunakan alat Soxhlet serta pelarut hexane untuk memperoleh hasil akhir TPH dalam selisih berat residu ekstraksi dengan berat labu ekstraksi awal.

56 7 789⁄ 9;<=  7 ><89? =9>@ 9AB8 – 7 ><89? =9>@ 9D9= 789 9;<=

Langkah-langkah pengerjaan pengukuran TPH diuraikan di bawah ini: 1. Pengukuran total oil and grease

(10)

III - 10

a. Menimbang 20 ± 0,5 gram sampel dalam beaker glass 150 mL. Menambahkan HCl pekat 0,3 mL hingga pHnya 2,0 atau kurang, b. Memasukkan sampel ke dalam kertas thimble. Beaker dibersihkan

dengan potongan kecil kertas saring yang telah dilembabkan dengan pelarut lalu dimasukkan ke dalam kertas thimble. Mengikat kertas thimble dengan benang kasur.

c. Menimbang tabung ekstraksi. Masukkan 100 mL pelarut atau hingga melimpas ke tabung ekstraksi. Lakukan ekstraksi pada alat Soxhlet selama 4 jam atau sebanyak 20 putaran per jam.

d. Hentikan proses ekstraksi setelah tidak terlihat lagi ada aliran. Dinginkan sesaat, masukkan ke dalam oven 1050C selama 1 jam. Dinginkan di dalam desikator, lalu timbang

2. Pengukuran Total Petroleum Hydrocarbon

a. Gunakan ekstrak oil and grease pada percobaan sebelumnya. Masukkan ke dalam beker glass, larutkan kembali ekstrak dengan 100 mL pelarut heksan,

b. Untuk 100 mL pelarut tambahkan 3,0 silika gel per 100 mg total oil and grease.

c. Tutup beker glass, aduk dengan magnetic stirrer selama 5 menit, d. Pasang kertas saring pada corong Buchner, sampel dilewatkan ke

dalam corong Buchner, kemudian dilakukan penyaringan dengan cara dihisap dengan pompa vakum,

e. Dengan menggunakan pinset, kertas saring dipindahkan ke dalam gelas arloji. Corong Buchner dibersihkan dengan kertas saring untuk menangkap oil and grease yang menempel pada permukaan Corong Buchner. Kertas saring tersebut digabungkan dengan kertas saring pada gelas arloji.

f. Kertas saring dimasukkan ke dalam kertas thimbel, dikeringkan dalam oven 1050C selama 30 menit.

g. Timbang tabung ekstraksi. Masukkan 100 mL pelarut atau hingga melimpas ke tabung ekstraksi. Lakukan ekstraksi pada alat Soxhlet selama 4 jam atau sebanyak 20 putaran per jam.

(11)

III - 11

h. Hentikan proses ekstraksi setelah tidak terlihat lagi ada aliran. Dinginkan sesaat, masukkan ke dalam oven 1050C selama 1 jam. Dinginkan di dalam desikator, lalu timbang .

Gambar

Tabel III.1 Data yang Digunakan
Tabel III.2 Sumber Nilai TPL in situ Sebagai Sumber Validasi  Algoritma TPL
Gambar III.2 (a) Peta Global Titik Pengukuran Lapangan Klorofil-a (b)  Hasil Regresi Klorofil-a Pengukuran Lapangan dan Pengukuran Citra
Tabel III.3 Waktu dan Posisi Pengambilan Sampel
+2

Referensi

Dokumen terkait

Aspek 4 3 2 1 Kelebihan dan Kelemahan Mampu mengetahui kelebihan dan kekurangan dalam seluruh tahapan pembelajaran (learning cycle) Hanya mampu mengetahui

4&lt; ◆ ◆ Kagcbkbtj ugtuh Kagcbkbtj ugtuh kagcjlagtjejhbsj lbg kagcjlagtjejhbsj lbg karukushbg kbsbibo karukushbg kbsbibo tagtbgc fdyah 0 ljkagsj tagtbgc fdyah 0 ljkagsj ◆

Ilustrasi petani pada posisi daun cangkul yang masuk penuh ke dalam tanah Untuk mengetahui panjang tangkai cangkul yaitu dengaan memperhatikan sudut 38° yang terbentuk dari titik

Kalau dia melayani anggota lebih baik maka anggota juga akan melayani umat atau orang yang harus dilayani dengan lebih baik pula.. Dalam konteks kongregasi itu berarti

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 41 ayat (7) dan ayat (8) Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian

Pada proses perancangan tampilan aplikasi, penulis mulai membuat rancangan low fidelity dengan berfokus pada beberapa halaman fitur utama yang dapat memberikan gambaran

3.3 Pengamatan pada daerah bond coat Pada Gambar 4.24 adalah hasil pengujian SEM pada spesimen sebelum dan sesudah dikenai perlakuan siklik thermal,

Analisis yang mengukur perubahan permintaan akhir sebesar satu satuan mempengaruhi perubahan total pendapatan rumah tangga sektor-sektor dalam perekonomian sebesar nilai